BAB I PENDAHULUAN. Karya sastrapada umumnya merupakan hasil karya fundamental dan nilai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Karya sastrapada umumnya merupakan hasil karya fundamental dan nilai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastrapada umumnya merupakan hasil karya fundamental dan nilai seni pada peradaban, ia memiliki dua aspek penting bagi pembacanya.yang pertama aspek hiburan yang dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan atau relaxasi bagi pembaca serta menghilangkan rasa gundah, lelah dan jenuh. Kedua untuk menyampaikan pesan yang berharga bagi pembaca. Melalui karya sastra,kita dapat mengambil manfaat dan ilmu yang berhubungan dengan kehidupan (Tantawi, 2014:15). Pesan berharga yang mengandung nilai pendidikan dan peradaban tersebut dapat ditemui di dalam berbagai karya sastra. Salahsatunya adalah karya sastra yang berbentuksyair seperti syairtunjuk ajar karangan Tenas Effendy. Syair berasal dari bahasa Arab yaitu syi r dan shi r yang berarti puisi atau sajak. Dalam kesusastraan Arab syi r ialah salah satu bentuk puisi yang telah muncul sejak pra-islam dan berkembang menjadi satu bentuk puisi yang populer dikalangan orang Arab sejak jaman sebelum dan sesudah kedatangan Islam (karim, 2015:36) Tenas Effendy adalah seorang budayawan dan sastrawan Melayu Riau beliau secara aktif menekuni seluk beluk budaya Melayu. khasnya budaya Melayu Riau. Minatnya yang sedemikian besar untuk mengangkat dan mengexploirasi serta mengekalkan nilai-nilai luhur budaya mendorongnya untuk menulis dan merekam keberagaman budaya Melayu dan dituangkannya dalam bentuk 1

2 ungkapan, pantun dan syair. Tenas Effendy menguasai makna filosofis yang terkandung dalam benda-benda budaya dipelajarinya secara non formal sejak ia kecil, ketertarikan Tenas terhadap budaya Melayu tidak terlepas dari latar belakang keluarganya yang mencintai adat istiadat Melayu. Tenas Effendy memiliki sebuah lembaga untuk menggumpulkan kekayaan khazanah kebudayaan Melayu yang begitu melimpah, sejak kecil ia mempunyai minat yang besar untuk memahami kemudian menulis tentang kebudayaan Melayu seperti pantun-pantun, petatah-petitih, ungkapan, syair, gurindam dan segala hal yang berkaitan dengan budaya Melayu. Buku Tenas Effendy inilah yang penulis jadikan acuan dan bahan dalam penulisan skripsi ini. Hampir70-an buku hasil karangannya mempunyai nilai sastra yang tinggi. Tenas juga merupakan salah seorang tokoh adat yang sering dilibatkan untuk menyusun kebijakan yang dijalankan pemerintahan setempat 1 Syairtunjuk ajarmelayu hasil karya Tenas Effendy dijadikan pembelajaran bagi anak-anak Melayu dan masyarakat lainnya yang diungkapkan melalui syairnya, tergambarkan pada syair yangbersifat malu di dalam buku Tunjuk ajarmelayu karangan Tenas Effendy halaman 215 bait pertama dan kedua: 1. Wahai ananda buah hati ibu, Pegang olehmu sifat malu Jagalah mulut jangan terlalu Jagalah hati jangan cemburu 2. Wahai ananda dengarlah pesan, Sifat malu jangan ditinggalkan 1 Wikipedia, Tenas Effendy. Diakses dari tanggal 20 April 2016 pukul: 11:46 2

3 Supaya terpelihara kaki berjalan Lidahmu tidak mengabai malukan Banyak sekali karya-karya beliau dijadikan buku. Penulis menjadikan salah satu buku karanganya yang berjudul Tunjuk ajarmelayu: Butir-butir budaya Melayu Riau sebagai objek penelitian. Dalam buku karangannya, Tenas Effendy menulissyairtunjuk ajarmelayu. Penulis memilih lima syair yang bersifat baik dan untuk mempermudahnya penulis menamakanya sifat mahmudah. Sifat mahmudah adalah akhlak yang terpuji yang dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik dan segala tingkah laku yang terpuji.mahmudah juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Al-ghazali dan para filsuf-filsuf Islam menggungkapkan perkataan munjiyatyang mempunyai arti segala sesuatu kemenangan atau kejayaan. Sebagai contoh dalam berusaha manusia dengan berlandaskan akhlak,menunjukan tingkah laku yang baik, tata cara yang baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu tapi segera mengambil keputusan untuk memperoleh hasil yang baik pula 2 Secara bahasa arti kata baik dalam bahasa Arab disebut khair, dalam bahasa Inggris disebut good. Dari beberapa kamus ensiklopedia penulis memperoleh pengertian baik sebagai berikut: a. Baik berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan b. Baik berarti keharusan dalam mengambil keputusan c. Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan memberi keputusan 2 Maru uf Syafi i. Pengertian akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah Diakses dari Syiruputz.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-akhlak-mahmudah-dan-akhlakmahmudah-danakhlak.html pada tanggal 31 Maret pukul 11:21. 3

4 d. Sesuatu yang dikatakan baik secara positif ia mendatangkan rahmat, memberi perasaan senang atau bahagia, bagi diri sendiri dan orang lain. Dari pengertian baik di atas, akhlakul karimah atau sifat mahmudah adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlakul karimah akan melahirkan sifat-sifat yang terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bersosialisasi secara luas karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan menghargai sesamanya. Akhlak yang baik tidaklah terbatas pada teori yang muluk-muluk, melainkan implementasi atau perbuatan manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan sumber segala aktifitas yang baik. Berdasarkan pengertian dari sifat mahmudah itu sendiri penulis menjadi tertarik untuk melihat sifat-sifat baik yang diajarkan orang tua-orang tua Melayu dahulu, yang tergambarkan di dalam bahasa-bahasa indah syair, yang dalam hal ini penulis menjadikan karya Tenas Effendy sebagai media untuk melihat sifatsifat mahmudah tersebut. Menurut KBBI: Tunjuk /tun.juk : menunjuk(kan), Ajar: Petunjukyang diberikan kepada orang supaya diketahui (Dituruti). Berdasarkan pengertian perkata di atas, menurut penulis maka tunjuk ajar adalah rujukan atau informasi yang diberikan kepada orang lain agar dapat diketahui atau dilaksanakan. 4

5 Menurut penulis juga tunjuk ajar ini memiliki kedudukan yang tinggi karena ia berbasis ajaran agama dan kandungan isinya yang luhur. Tanpa tunjuk ajar atau petuah amanahsebagai media ajaran yang luhur bagi kalangan orang Melayubanyak nilai-nilai luhur yang terabaikan dan tidak tergali, banyakmanfaat yang terbuang percuma. Tunjuk ajarmelayu memiliki kandungan isi yang mengandung nilai-nilai luhur agama Islam yang sesuai dengan budaya dan norma-norma sosial yang dianut masyarakat Melayu. Dan di dalam tunjuk ajar, nilai-nilai agama menempati posisi utama, tersembunyi berbagai ilmu. Tunjuk ajar tidak dapat diukur atau ditakar, Tunjukajar terus berkembang sejalan dengan kemajuan masyarakat Melayu itu sendiri. Ia tidaklah kaku dan tidak mati, tetapi terus hidup, terbuka, dan terus mengalir. Perubahan yang terjadi dikehidupan masyarakatmelayu tidak menyebabkan isi kandungannya ketinggalan zaman.tunjukajar tetap relevan di segala zaman. Dimasa sekarang tunjukajar kurang diminati, baik dikalangan orang-orang Melayu sendiri bukan karena nilai luhurnya tidak serasi dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi, tetapi semata-mata karena generasi kini kurang memahami pelajaran dan makna yang terkandung di dalamtunjuk ajar. Oleh karena itu menurut penulis, perlu pengkajian ulang secara teoritis dan praktis tentang tunjukajar ini, agar tunjuk ajar tetap diminati dan generasi yang akan datang tetap menggetahui dan mengerti tentang nilai-nilai pendidikan dalamtunjuk ajar tersebut (Effendy, 2004:11) Kajian ulang secara teoritis praktis dalam penyampaian inilah yang dapat mendorong orang Melayu untuk lebih mengapresiasi tunjuk ajar, supaya mereka dapat pula mewariskannya kepada generasi selanjutnya dengan baik dan benar. 5

6 Pewarisantunjukajar amat diutamakan oleh orang Melayu, bahkan diwajibkan oleh adatnya. Seperti ungkapan berikut: Tanda orang beradat, Mewariskan tunjukajar ia ingat Supaya orang selamat, Tunjukajar diingat-ingat, Diturunkan bercepat-cepat Diwariskan ketika ingat, Disampaikan dimana sempat. Cara mengajarkan dan menyampaikan tunjukajar dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui ungkapan lisan maupun melalui contoh dan teladan. Bahwapewarisan melalui lisan dapat dilakukan dengan mempergunakan sastra lisan seperti pantun, syair, cerita-cerita rakyat, ungkapan pepatah, petitih, bidal, perumpamaan, dan sebagianya. Pewarisan melalui contoh dan teladan dilakukan dengan memberikan contoh perilaku, perangai, dan perbuatan yang terpuji. Karena, sebelum seseorang memberikan atau mewariskan tunjukajar, maka terlebih dahulu orang tersebut harus mengamalkan tunjukajarnya dengan sebaik dan sesempurna mungkin, agar ia mampu memberi contoh teladan (Effendy, 2004:15).Kesimpulannya adalah untuk mendorong setiap pribadi menghayati dan mengamalkan kandungan isi tunjukajar. Dengan demikian, tujuan tunjuk ajar dapat tercapai dalam membentuk manusia berkepribadian mulia, berilmu dan bertakwa. Karena yang memberikan pengajaran tunjuk ajar menurut orang Melayu adalah manusia bertuah, tentulah petunjuk dan pengajarannya akan didengar dan diikuti orang. Seperti ungkapan orang Melayu yaitu mencontoh kepada yang nampak, meniru pada yang nyata. Menurut penulis orang Melayu pada umumnya sulit mempercayai perkataan orang lain, tetapi secara umum mereka lebih meyakini bila yang 6

7 memberikan tunjuk ajar itu menunjukkan sikap dan perangai yang terpuji sesuai apa yang disampaikan. Sebaliknya bila yang memberikan tunjuk ajar dengan baikbaik sedangkan perilakunya tidak baik dan perangainya tidak sesuai dengan perkataanya, orang seperti ini akan di ejek dan dijauhi masyarakat. Orang Melayumengatakan bila bercakap lidah bercabang seumur hidup tidak dipercaya orang atau bila bercakap bercabang lidah, pantang sekali memegang amanah. Untuk memahami tunjuk ajar, Banyakkan faham serta ikhtiar Untuk memahami tunjukajar, Tajamkan mata banyak mendengar Untuk memahami tunjukajar, Tekun menyimak, kuat belajar Untuk memahami tunjukajar, Banyaklah ilmu perlu didengar(effendy, 2004:26) Bahwa menurut penulisusaha memahami tunjuk ajarhendaklah mempergunakan akal fikiran serta pengetahuan yang memadai, supaya mendapatkan pengertian yang benar. Pemahaman yang keliru dapat menyesatkan atau menyimpang dari maksud dan tujuannya. Butir-butir tunjuk ajarmenunjukan kelekatan orang Melayu kepada agama Islam, yang tentunya berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist. Di dalam butir-butir tunjukajarmelayu karya Tenas Effendy tidak hanya terdapat bentuk syair tetapi juga ada bentuk ungkapan dan pantun. Penulis memilih syair yangbersifat mahmudah dalam tunjuk ajarmelayu karangan Tenas Effendy.Ada lima syair yang tergolong kepada sifat mahmudah dalam butir-butir tunjukajar yang penulis pilih sebagai objek kajian. Dalam kajian ini penulis hanya memfokuskan terhadap syair sifat mahmudah, yaitu: - Sifat Malu 7

8 - Sifat Rendah Hati - Sifat Tahu Diri - Sifat Pemaaf Dan Pemurah - Sifat Amanah Contoh bait pertama dari syair sifat rendah hati, yaitu: Wahai ananda tambatan hati, Utamakan olehmu merendahkan diri Sombong dan angkuh engkau jauhi Kasar langgar jangan sekali Bait di atas memperlihatkan nasihat dari orangtua kepada anaknya untuk tujuan kebaikan, maka dari itu syair sifat mahmudah ini termasuk kedalam syair nasihat yang bersifat mendidik.(effendy, 2004:313) Syair sifat malu terdiri dari sembilan belas bait, syair sifat malu berisi tentang pesan moral dalam mengenai sifat malu, misalnya malu berkhianat, malu menipu dan malu yang lainya dalam pandangan orang Melayu. Syair sifat rendah hati terdiri dari dua puluh tujuh bait, menceritakan tentang sifat terpuji dalam budaya Melayu yakni merendahkan hati dan sifat ini turun temurun dikekalkan dalam kehidupan sebagai jati diri orang Melayu. Sifat tahu diri terdiri dari dua puluh bait,syair sifat tahu diri menceritakan tentang budaya Melayu terhadap kesadaran diri pribadi tentang hakikat hidup, tujuan hidup, akhir hidup, dan berbagai hak serta kewajiban yang harus dipenuhi. Sifat pemaaf dan pemurah terdiri dari dua puluh lima bait dan menceritakan tentang kehidupan sehari-hari orang Melayu dalam memelihara kerukunan masyarakatnya dengan sifat pemaaf dan pemurah oleh sebab itu setiap 8

9 terjadi perbedaan pendapat antara masyarakat Melayu dan perselisihan maka akan direndam dengan cara saling memaafkan. Sifat amanah menceritakan tentang orang tua-orang tua Melayu dalam mengajarkan sikap dapat dipercaya yaitu sifat amanah. Sifat ini adalah sifat yang menunjukan tanggung jawab, jujur, dan setia. Syair sifat amanah ini terdri dari 17 bait.dari kelima syair sifat mahmudah karya Tenas Effendy di atas, kelimanya menggunakan bahasa Melayu. Dari pemaparan singkat tentang syair sifat mahmudahdi atas, penulis tertarik untuk meneliti nilai-nilai didaktis yang terdapat di dalamsyair tersebut. Menurut penulis dengan menggunakan pendekatan didaktis ini, nilai pengajaran dalam tunjuk ajarsyair sifat mahmudah akan terlihat. Alasan penulis melihat nilainilai didaktis dalam objek kajian, untuk memunculkan nilai-nilai pendidikanislam maupun pengajaran masyarakat Melayu yang agung yang tergambar jelas di dalamtunjuk ajar, hal tersebut sangat perlu dilakukan sebagai pedoman dalam pendidikan. Dengan demikian, didaktik memiliki pengertian ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pengajaran yang berbasis nilai pendidikan sehingga dikuasai (Nasution, 2015:1) Tunjuk ajar merupakan segala jenis petuah, petunjuknasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Melayu. Menurut orang tua-tua Melayu, Tunjuk ajarmelayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa manusia kejalan yang lurus dan diridhoi Allahmerujuk kepada Kitabullah dan sunah Rasulyang 9

10 berkahnya menyelamatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat atas dasar argumen rasional dan diimplementasikan di dalam hidup dan kehidupan. Hal tersebut patut untuk dianalisa menggunakan pendekatan didaktis dalam melihatnilai-nilai pengajaran, pendidikan Islamdan sifat-sifat baik lainya yang bermanfaat sebagai panduan untuk membentuk karakter anak melalui karya sastra. sehingga pemikiran dari orangtua Melayu dalam tunjuk ajarsemakin terbukti kecemerlangan dan eksistensinya (Effendy, 2004:7) Syair-syair karangan Tenas Effendy jika dilihatdari segi penulisan dan bahasa yang digunakan mudah dimengerti karena disetiap bahasa dan bait-baitnya memiliki kata-kata yang bisa dipahami secara terperinci. Selain itusyair-syair tersebut terkandung makna di dalamnya sifat-sifat yang memberikan amanat untuk dijadikan tujuan hidup kedepan agar lebih baik lagi dengan menggunakan syairdi dalamtunjuk ajar. Pada setiap bait sifat tunjuk ajarmengandung makna untuk tidak boleh menyombongkan diri. Di dalam sifat kita harus mempunyai jiwa yang baik yang seutuhnya. Yang memang sudah ada atau memang sudah ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya agar tidak menjadi anak yang siasia karena tidak mengetahui kandungan makna dari syairtunjuk ajar tersebut. Penulis menjadikan tulisan Rumini sebagai acuan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Tulisan tersebut memberikan kontribusi kepada penulis dalam pemaparan teori didaktis dan membantu penulis di dalam menganalisasyair sifat mahmudah dengan teori didaktisdi dalam pendidikan Islam. Penulis memilih kajian ini bahwa syair merupakan salah satu bentuk puisi lama yang dimiliki oleh suatu masyarakat Melayu. Syair-syair ini dituangkan di 10

11 dalamtunjuk ajar. Kata tunjuk ajar sendiri hanya dimiliki oleh masyarakat Melayu Riau dan belum tentu dimiliki oleh masyarakat lain pada umumnya. tunjuk ajar ini merupakan nasihat, tetapi masyarakat Riau lebih menggenalnya dengan kata tunjuk ajarmengandung keindahan atau keunikan yang dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat Riau memberikan nasihat kepada anaknya dengan kiasan melalui tunjuk ajar. Nasihat ini bukan hanya berbentuk kata-kata ajaran, tetapi lebih kepada memberi pelajaran kepada anaknya dengan mengungkapkan pantun, ungkapan, pepatah-petitih dan syair. Hal unik itu yang membuat mengapa saya mengkaji syair ini, kemudian pada zaman sekarang,syair pada umunya mengalami pergeseran, karena sudah banyak masyarakat atau generasi muda yang sudah tidak mengetahui seperti apa syair, apa bunyi dan apa makna yang terkandungdi dalamnya. Sedangkan di dalamsyair itu sangat banyak manfaat dan nilai-nilai yang terkandung yang perlu pengkajian secara khusus, untuk itulah alasan saya mengapa penulis memilih kajian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: Nilai-nilai didaktisapakah yang terdapat dalam tunjukajar pada syair sifat mahmudah karya Tenas Effendy? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian dengan objek kajian syairtunjukajar memiliki tujuan: Untuk mendeskripsikan nilai-nilai didaktisdalamsyairtunjukajar sifat mahmudah karya Tenas Effendy. 11

12 1.4. Manfaat penelitian 1. Sebagai referensi kepustakaan khususnya untukgenerasi muda dan generasi yang akan datang dengan mengetahui isi kandungan di dalamsyair-syair sifat mamudah dalamtunjukajarmelayu karya Tenas Effendy. 2. Menambah wawasan pembaca tentang nilai-nilai didaktis yang terkandung di dalamnya, serta penerapannya terhadap syair sifat mahmudah. 3. Untuk memberikan wawasan baru tentang tunjukajardi dalamsyairsyairmelayu. 4. Menambah wawasan pembaca tentang tujuan pendidikan Islam 5. Sebagai rujukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. BAB II 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan

KAJIAN PUSTAKA. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Kajian yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatancatatan, dan laporan-laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya hukum di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dimulai dari zaman sebelum penjajahan sampai dengan zaman di mana Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Isi yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra adalah proses karya budaya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. SYAIR SIFAT MALU 1. Wahai ananda buah hati ibu Pegang olehmu sifat malu Jagalah mulut jangan terlalu Jagalah hati jangan cemburu

LAMPIRAN. A. SYAIR SIFAT MALU 1. Wahai ananda buah hati ibu Pegang olehmu sifat malu Jagalah mulut jangan terlalu Jagalah hati jangan cemburu LAMPIRAN A. SYAIR SIFAT MALU 1. Wahai ananda buah hati ibu Pegang olehmu sifat malu Jagalah mulut jangan terlalu Jagalah hati jangan cemburu 2. Wahai ananda dengarlah pesan, Sifat malu jangan tinggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Religius merupakan suatu keadaan dan keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong seseorang itu bertingkah laku, bersikap, berbuat dan bertindak sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat disimpulkan bahwa Persepsi Masyarakat terhadap Mata Pelajaran Arab Melayu adalah baik, Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang menimbulkan kondisi dan tuntutan berbeda sesuai dengan zamannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Bangsa akan maju jika para pemuda memiliki karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan bagian penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahamanpemahaman teoritis dan pemaparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi kalangan masyarakat sekitar. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh penting untuk perkembangan generasi muda sebagai penerus bangsa, serta pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dosen merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal karena bagi mahasiswa dosen sering kali dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa yang termanifestasi pada kualitas sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter, berakhlak mulia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pesan adalah suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki nilai yang strategi dan urgen dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki nilai yang strategi dan urgen dalam pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki nilai yang strategi dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab melalui pendidikanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan, apabila perubahan tersebut disebabkan pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra Bali merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat memperkaya warisan budaya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Instrumen Penelitian Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tape recorder untuk merekam cerita rakyat yang dijadikan data penelitian. 2. Camera untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri, demikian pula dibidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DALAM PERHIMPUNAN PANTUN MELAYU KARYA HAJI IBRAHIM DATUK KAYA MUDA RIAU

ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DALAM PERHIMPUNAN PANTUN MELAYU KARYA HAJI IBRAHIM DATUK KAYA MUDA RIAU ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DALAM PERHIMPUNAN PANTUN MELAYU KARYA HAJI IBRAHIM DATUK KAYA MUDA RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ANGGA ADHARULLAH NIM 100388201136 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat adalah salah satu budaya Indonesia yang menambah keragaman budaya di negeri kita dan patut dilestarikan. Setiap daerah di Indonesia pada umumnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia secara utuh. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa subbab sebagai berikut, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan penegasaan istilah. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. sebab bahasa merupakan kegiatan rutin manusia yang alami sebagai mana layaknya manusia bernafas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sumber daya utama bagi kemajuan suatu bangsa, untuk itu pendidikan perlu dibangun dan dikembangkan agar mampu menghasilkan sumber daya yang unggul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap yang buruk berupa ungkapan vulgar serta mudah tersulut emosi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sikap yang buruk berupa ungkapan vulgar serta mudah tersulut emosi, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, melihat fenomena yang terjadi nampaknya perilaku generasi muda mengalami dekadensi nilai yang seharusnya dijunjung tinggi, terlihat dari sikap yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan kepada situasi yang kurang menguntungkan. Kondisi ini terjadi sejalan dengan semakin banyaknya kenyataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus di jalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia yang baik dapat kita peroleh dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitan Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya dianggap suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia. Kerap kali pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG SKRIPSI Ditujukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci