BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi,
|
|
- Verawati Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki tujuan besar yang sama yakni kesejahteraan rakyatnya. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu indikator kesuksesan sebuah negara dalam menjalankan fungsinya di mata dunia. Kesejahteraan dapat dicapai melalui program dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi, pembangunan sendiri akan terhambat ketika masih terdapat kemiskinan. Menurut World Bank, kemiskinan (poverty) didefinisikan melalui kemampuan setiap individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), melalui basic needs approach, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari pengeluaran. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum. Kemiskinan merupakan permasalahan yang cukup rumit untuk setiap negara, karena kemiskinan itu sendiri pada dasarnya merupakan ukuran rendahnya kesejahteraan yang sebenarnya dapat berbeda antar satu individu dengan individu yang lain dan dapat juga terjadi kondisi dimana individu merasa bahwa dirinya sudah cukup
2 sejahtera akan tetapi jika dilihat menurut standar yang disepakati, ia termasuk ke dalam kategori miskin, dan sebaliknya. Di Indonesia, hingga saat ini pun kemiskinan tetap menjadi permasalahan yang utama. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah berusaha keras untuk mengamalkan amanah yang tercantum pada Undang-Undang Dasar 1945 yang satu ini. Berbagai program pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini juga tidak lepas dari tujuan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Menurut data World Bank pada tahun 2013, sekitar 11,4 persen dari total penduduk Indonesia sebanyak 251,3 juta orang masih dikategorikan miskin. Dengan kata lain, penduduk miskin di Indonesia hampir mencapai kurang lebih 29 juta orang di tahun Pernyataan yang serupa juga disampaikan oleh BPS, yakni masih terdapat kurang lebih 28,55 juta orang dikategorikan miskin atau sekitar 11,47 persen dari total penduduk Indonesia. Gambar 1.1. Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
3 Indonesia termasuk dalam negara yang berkembang. Menurut Todaro dan Smith (2006) kemiskinan yang terjadi di negara-negara berkembang adalah akibat dari interaksi antara 6 karakteristik berikut: 1. Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat. 2. Pendapatan perkapita negara-negara Dunia Ketiga juga masih rendah dan pertumbuhannya amat sangat lambat, bahkan ada beberapa yang mengalami stagnasi. 3. Distribusi pendapatan amat sangat timpang atau sangat tidak merata; 20 persen penduduk yang paling kaya menerima 5 hingga 10 kali lipat pendapatan yang diterima oleh 40 persen golongan yang paling miskin. 4. Mayoritas penduduk di negara-negara Dunia Ketiga harus hidup di bawah tekanan kemiskinan absolut. 5. Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas, kekurangan gizi dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat kematian bayi di negara - negara Dunia Ketiga sepuluh kali lebih tinggi dibanding dengan yang ada di negara maju. 6. Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun kurang memadai. Selain itu. tingkat kegagalan penyelesaian pendidikan
4 (dropped out) relatif tinggi, ditambah tingkat melek huruf yang masih relatif rendah. Dari karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kemiskinan di negara berkembang, seperti Indonesia, adalah laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut lambat, pendapatan perkapita yang rendah, distribusi pendapatan yang timpang atau tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lain di negara tersebut, mayoritas penduduk berada di bawah kemiskinan absolut, serta fasilitas kesehatan dan pendidikan yang kurang memadai. Di sisi lain, Nurkse dalam Bauer (1965) menyatakan bahwa penyebab kemiskinan adalah kemiskinan itu sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan lingkaran kemiskinan (vicious circle of poverty). Lingkaran kemiskinan merupakan rangkaian peristiwa yang saling mempengaruhi antara kemiskinan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Artinya, jika ruang lingkup yang diambil adalah sebuah rumah tangga, maka penyebab kemiskinan dalam rumah tangga tersebut adalah karena rumah tangga tersebut miskin sehingga tidak cukup modal untuk berinvestasi atau keluar dari kemiskinan. Menurut Banerjee dan Duflo (2011), dijelaskan juga mengenai jebakan kemiskinan (poverty trap) yang dialami penduduk negara berkembang, termasuk Indonesia. Jebakan kemiskinan tersebut diantaranya adalah berkaitan dengan faktor pembentuk human capital, seperti pendidikan, kesehatan, dan nutrisi yang dikonsumsi penduduk miskin. Tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah memungkinkan generasi selanjutnya untuk masuk ke dalam kemiskinan padahal pendidikan dan
5 kesehatan yang rendah terjadi saat ini disebabkan oleh keadaan yang miskin. Banerjee dan Duflo juga menyinggung tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan orang miskin. Kebutuhan akan nutrisi ini digambarkan seperti sebuah investasi jangka panjang untuk generasi selanjutnya. Sebuah perbedaan kecil investasi pada nutrisi masa kanak-kanak (di India, sepaket garam beriodium seharga $0,62 USD PPP dan di Indonesia, minyak ikan seharga $7 USD PPP) dapat membuat perbedaan besar di kemudian hari. Solusi untuk membantu penduduk miskin bukan sesederhana memberikan bantuan beras atau uang kas, melainkan memberikan bantuan nutrisi yang cukup pula karena memberikan bantuan beras dan uang yang lebih banyak belum tentu dapat mengubah pola hidup mereka menjadi lebih baik Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan telah banyak dilakukan, diantaranya: 1. Widyanti dkk (2009) menyatakan bahwa perubahan komposisi rumah tangga diakibatkan oleh kelahiran, kematian, perceraian, pernikahan, dan pindahan anggota keluarga mampu mempengaruhi kemiskinan keluarga. Penelitian tersebut membuktikan semakin besar jumlah anggota keluarga, maka semakin besar kemungkinan keluarga tersebut miskin. 2. Bilenkisi dkk (2014) melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dan risiko kemiskinan rumah tangga di Turki. Secara umum, penelitian ini membuktikan bahwa ada
6 hubungan negatif antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan risiko kemiskinan rumah tangga. Dibuktikan juga bahwa kepala keluarga yang telah menempuh pendidikan SMK memiliki risiko kemiskinan lebih rendah dari kepala keluarga yang telah menempuh pendidikan SMA. 3. Setboonsamg (2005) menyatakan bahwa malnutrisi pada anak dapat menjadi indikator kemiskinan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa malnutrisi pada anak secara konsep relevan sebagai indikator kemiskinan, namun tidak secara praktis karena akan bervariasi bergantung pada kondisi setiap negara. 4. Adriani dkk (2015) meneliti tentang pengaruh pendidikan, kesehatan, dan pendapatan terhadap kemiskinan di Provinsi Jambi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemiskinan di Jambi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan yang dibuktikan dengan variabel bebas/independen yang secara signifikan mempengaruhi kemiskinan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kemiskinan. Lebih khusus, penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan keluarga Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan sebelumnya, sebuah keluarga menjadi miskin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya komposisi rumah tangga atau jumlah
7 anggota dalam sebuah keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga yang rendah, dan sebagai tambahan adalah nutrisi yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut: 1. Apakah jumlah anggota keluarga mempengaruhi kemiskinan keluarga? 2. Apakah tingkat pendidikan kepala keluarga mempengaruhi kemiskinan keluarga? 3. Apakah tingkat konsumsi nutrisi (makanan) keluarga mempengaruhi kemiskinan keluarga? 1.4. Batasan Penelitian Penelitian ini menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) untuk menjelaskan fenomena lingkaran/jebakan kemiskinan yang sebelumnya telah dijelaskan. Data IFLS yang digunakan adalah data IFLS gelombang 3, 4, dan 5 yang dilakukan pada tahun 2000, 2007, dan Sebelum gelombang 3 terdapat gelombang 2/2+ yang dilakukan tahun 1997/1998, tetapi tidak dipilih karena saat itu Indonesia dalam keadaan krisis sehingga diragukan dapat mengakibatkan bias pada hasil penelitian. Identitas keluarga yang tidak ada pada salah satu tahun pengamatan tidak masuk dalam penelitian karena tujuan penelitian ini adalah melihat perkembangan keluarga pada tahun 2000, 2007, dan Variabel-variabel yang dianggap dapat menjelaskan lingkaran/jebakan kemiskinan ini adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat/dependen, sedangkan untuk variabel penjelas adalah jumlah anggota keluarga, rerata tingkat
8 pendidikan anggota keluarga, tingkat pengeluaran pendidikan, dan tingkat konsumsi nutrisi Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga, dan tingkat konsumsi nutrisi (makanan) terhadap fenomena lingkaran/jebakan kemiskinan dalam sebuah keluarga di Indonesia pada tahun 2000, 2007, dan Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi pihak-pihak yang berkepentingan, serta para pembaca. Manfaat yang diperoleh di antaranya: 1. Memahami faktor-faktor yang mampu menyebabkan timbulnya lingkaran/jebakan kemiskinan di sebuah keluarga. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan upaya mengurangi kemiskinan. 3. Menambah literatur mengenai lingkaran/jebakan kemiskinan di Indonesia. 4. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan jenjang strata- 1 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Sistematika Penulisan Sistematika yang penulis gunakan dalam menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut:
9 Bab I merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi tentang latar belakang yang mendasari pemilihan masalah dalam penelitian ini, keaslian penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan dan hipotesis penelitian yang digunakan dengan mempertimbangkan literatur terdahulu. Bab III menjelaskan tentang veriabel-variabel yang digunakan, jenis dan sumber data, metode analisis, dan model penelitian yang akan digunakan. Bab IV membahas pembahasan umum dan interpretasi tentang hasil pengolahan data secara sederhana dan jelas. Bab V merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan di bab IV, saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihakpihak yang membutuhkan, dan keterbatasan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang di hadapi oleh semua negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang di pengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian dan menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan dan sosial
Lebih terperinciKEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017
No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembahasan mengenai kesejahteraan merupakan suatu pembahasan yang mempunyai cakupan atau ruang lingkup yang luas. Pembahasan mengenai kesejahteraan berkaitan erat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan suatu cita-cita dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan masalah-masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciTingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 55/09/32/Th. XVII, 15 September 2015 Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015
No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017
No. 38/07/13/Th. XX/17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 Garis Kemiskinan (GK) selama - Maret 2017 mengalami peningkatan 3,55 persen, yaitu dari Rp.438.075 per kapita per bulan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016
No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan 2.1.1 Defenisi Kemiskinan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XVI, 02 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVI,1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciKONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014
No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 Pada September 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun dibandingkan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011
No. 05/01/33/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,
Lebih terperincisebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciKemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia
Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini: Kepemilikan modal Kepemilikan lahan Sumber daya manusia Kekurangan gizi Pendidikan Pelayanan kesehatan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 37/07/34/Th.XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar Rp 321.056,-
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. III/1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan
Lebih terperinciKemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia
Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan indikator dan faktor-faktor penyebab kemiskinan Mahasiswa mampu menyusun konsep penanggulangan masalah kemiskinan
Lebih terperincisebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015
No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014
No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009
No. 29/07/51/Th. III, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009 Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 181,7 ribu orang, mengalami penurunan sebesar 33,99 ribu orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN
BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA 07/01/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi
Lebih terperinciDINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan
Lebih terperinciCAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak
CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di
Lebih terperinciKONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016
No. 05/01/75/Th.XI, 3 Januari 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 Berdasarkan survei pada September 2016 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,63 persen. Angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih belum terselesaikan di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut laporan Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012
No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007
BADAN PUSAT STATISTIK No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007 TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016
No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XIX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Garis kemiskinan (GK) Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.
No. 04/01/91/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG. Jumlah penduduk miskin berkurang 6,75 ribu
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014
No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014
No. 05/01/81/Th. XVII, 02 Januari 2015 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, BPS (2007). Kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai fakor antara lain,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dari pembangunan nasional adalah mewujudkan kemakmuran, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan menurunkan tingkat kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI DIMENSI KEMISKINAN
DIMENSI KEMISKINAN Poverty is hunger, poverty is lack of shelter, poverty is being sick and not being able to see doctor, poverty is not having access to school and knowing how to read, poverty is not
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 02 / 07 Th.XI / Juli PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010 RINGKASAN Meskipun Penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th X, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013
No. 31/07/91/Th. VI, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2012 sebesar
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013
No. 07/01/62/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permasalahan utama pada setiap negara yang tidak akan pernah selesai dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara berkembang, kemiskinan merupakan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN
05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 / 01/53/ Th.XVI /2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Persentase penduduk miskin Provinsi NTT pada periode Triwulan III mengalami penurunan
Lebih terperinciProfil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 39/07/34/Th.XIX, 17 Juli 2017 Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2017 sebesar Rp
Lebih terperinciNo.01/07/81/Th. XX,17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah Garis Kemiskinan) di Maluku pada bulan Maret
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014
No. 42/07/71/Th. VIII, 1 Juli 2014 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan lewat pengolahan
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016
No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017
No.38/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 8,19 PERSEN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciKemiskinan dan Ketimpangan
1 Kemiskinan dan Ketimpangan KEMISKINAN Garis Kemiskinan (GK) Poverty Line Konsep dan Definisi Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/TH.X, 4 JANUARI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 802,29 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 01/11/Th.I, 21 November 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2015
Lebih terperinciKemiskinan di Indonesa
Kemiskinan di Indonesa Kondisi Kemiskinan Selalu menjadi momok bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia Dulu hampir semua penduduk Indonesia hidup miskin (share poverty), sedangkan sekarang kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir mengalami fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh krisis yang terjadi
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th. XIV, 2 Juli 2012 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN
07/07/Th. XI, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2016
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/07/52/TH.X, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 804,44 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 58/10/34/Th.XVII, 1 Oktober 2015 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2015 sebesar Rp 335.886,-
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 40/7/61/Th. XVII, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan cenderung membaik pada kasus pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciKONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017
No. 37/07/75/Th.X. 17 Juli 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 Berdasarkan survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 125/07/21/Th. III, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 02/06/3505/Th.I, 13 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2016
Lebih terperinci