Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C , IDT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C , IDT)"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C , IDT) ICS Badan Standardisasi Nasional

2 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 BSN 2012 Daftar isi i SNI ASTM C597:2012 Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Terminologi Ringkasan metode uji Arti dan kegunaan Peralatan Cara uji Perhitungan Laporan Ketelitian dan penyimpangan Kata Kunci... 7 Lampiran A (normatif) Istilah dan definisi... 8 Lampiran B (normatif) Contoh formulir uji kecepatan rambat gelombang melalui beton... 9 Lampiran C (informatif) Contoh formulir isian uji kecepatan rambat gelombang melalui beton Gambar 1 - Skematik peralatan untuk pengujian... 3

4 SNI ASTM C597:2012 BSN 2012 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton adalah revisi dari SNI , Metode pengujian kecepatan pulsa melalui beton. Standar ini merupakan hasil adopsi dari ASTM C597-02, Standard Test Method for Pulse Velocity Through Concrete, dengan penambahan Istilah dan definisi dan pembuatan contoh formulir. SNI ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan S2 melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional dan dibahas dalam rapat konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 22 Maret 2010 di Bandung oleh Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. ii

5 BSN 2012 Pendahuluan iii SNI ASTM C597:2012 Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian kecepatan rambat gelombang melalui beton. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui keseragaman dan mutu beton relatif, mengindikasi adanya lubang atau retak pada beton dan untuk evaluasi agar dapat dilakukan perbaikan retak secara efektif. Pengujian dilakukan dengan cara identifikasi benda uji, penetapan koreksi kalibrasi alat, penetapan waktu tempuh dan perhitungan kecepatan rambat gelombang. Hasil pengujian dinyatakan dalam indeks kecepatan perambatan yang mencerminkan kualitas beton sebagai bahan bangunan.

6

7 1 Ruang lingkup Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton SNI ASTM C597: Metoda uji ini mencakup penentuan kecepatan rambat gelombang longitudinal melalui beton. Metode uji ini tidak dapat diterapkan untuk rambat gelombang jenis lain yang melalui beton. 1.2 Satuan yang digunakan dalam standar ini adalah SI. 1.3 Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan kerja, bila ada menjadi tanggung jawab pengguna standar ini untuk menentukan keselamatan dan kesehatan serta menentukan aplikasi batasan-batasan regulasi/ketentuan sebelum digunakan. 2 Acuan normatif 2.1 Standar ASTM C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates. C 215, Test Method for Fundamental Transverse, Longitudinal, and Torsional Frequencies of Concrete Specimens. C 823, Practice for Examination and Sampling of Hardened Concrete in Construction. E 1316, Terminology for Nondestructive Examinations. 3 Terminologi 3.1 Definsi Definisi yang digunakan dalam standar ini mengacu kepada istilah yang ada dalam ASTM C 125, dan bagian ini berhubungan dengan pemeriksaan ultrasonik yang ada dalam terminologi ASTM E 1316 untuk definisi yang digunakan dalam metode uji ini. 4 Ringkasan metode uji 4.1 Rambat gelombang dari gelombang longitudinal dipancarkan oleh tranduser elektro akustik yang berhubungan dengan salah satu permukaan dari beton yang diuji. Setelah melalui beton, rambat gelombang diterima dan dikonversikan menjadi energi listrik oleh tranduser kedua yang berjarak L dari tranduser pemancar. Waktu tempuh T diukur secara elektronik. Kecepatan rambat gelombang V dihitung dengan membagi L dengan T. 5 Arti dan kegunaan 5.1 Kecepatan rambat gelombang, V, dari gelombang longitudinal dalam suatu massa beton berhubungan dengan sifat elastisitas dan kerapatan, sesuai persamaan (1).... (1) Keterangan : 1 dari 10 BSN 2012

8 SNI ASTM C597:2012 E adalah modulus elastisitas dinamis; µ adalah rasio Poisson dinamis; ρ adalah kerapatan beton. 5.2 Metode uji ini dapat digunakan untuk menilai atau mengetahui keseragaman dan mutu relatif beton, mendeteksi adanya rongga dan retak, dan untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan retak. Pengujian ini juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan sifat sifat beton, dan pada pemeriksaan suatu struktur, untuk memperkirakan tingkat kerusakan atau retakan pada beton. Apabila digunakan untuk mengamati perubahan perubahan kondisi pada periode tertentu, lokasi uji harus diberi tanda pada struktur untuk memastikan pengujian dapat diulang pada posisi yang sama. 5.3 Tingkat kejenuhan beton mempengaruhi kecepatan rambat gelombang, dan faktor ini harus dipertimbangkan jika mengevaluasi hasil uji (Catatan1). Sebagai tambahan, kecepatan rambat gelombang pada beton yang jenuh air kurang sensitif terhadap perubahan - perubahan mutu beton relatif. CATATAN 1 Kecepatan rambat gelombang pada beton yang jenuh air dapat mencapai 5 % lebih tinggi daripada beton yang kering. 5.4 Kecepatan rambat gelombang tidak tergantung pada ukuran obyek pengujian, pantulan gelombang dari sisi benda uji tidak berpengaruh pada waktu tiba dari kecepatan rambat gelombang yang dipancarkan langsung. Dimensi terkecil dari objek pengujian harus lebih besar dari panjang gelombang getaran ultrasonik (Catatan 2). CATATAN 2 Panjang gelombang getaran sama dengan kecepatan rambat gelombang dibagi dengan frekuensi getaran. Sebagai contoh, untuk frekuensi 54 khz dan kecepatan rambat gelombang 3500 m/s, panjang gelombang adalah 0, Ketelitian pengukuran bergantung dari kemampuan operator dalam menentukan jarak yang tepat antara transduser pengirim dan transduser penerima dan kemampuan peralatan untuk mengukur dengan tepat waktu tempuh kecepatan rambat gelombang. Kuat sinyal yang diterima dan waktu tempuh yang terukur dipengaruhi oleh penempatan pasangan tranduser pada permukaan beton. Bahan perantara (coupling agent) dan tekanan yang cukup harus diaplikasikan pada tranduser untuk menjamin waktu tempuh yang stabil. Kuat sinyal yang diterima juga dipengaruhi oleh jarak tempuh serta tingkat keretakan atau penurunan mutu beton yang diuji. CATATAN 3 Pemasangan pasangan tranduser yang tepat dapat diverifikasi dengan melihat bentuk dan besarnya gelombang yang diterima. Bentuk gelombang harus memiliki bentuk sinusoidal yang amplitudonya makin mengecil. Bentuk gelombang dapat dilihat dari tampilan osiloskop atau layar digital yang ada pada perangkat. 5.6 Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode uji ini tidak boleh dianggap sebagai pengukur kekuatan beton ataupun pengujian yang memadai untuk menentukan kesesuaian modulus elastisitas beton di lapangan dengan yang diasumsikan dalam perancangan. Metode resonan longitudinal pada Uji Method ASTM C 215 dianjurkan untuk menentukan modulus elastisitas dinamis benda uji yang diperoleh dari beton di lapangan karena rasio Poisson tidak perlu diketahui. CATATAN 4 Bila keadaan mengizinkan, hubungan kekuatan-kecepatan (atau modulus-kecepatan) dapat ditetapkan dengan penentuan kecepatan rambat gelombang dan kekuatan tekan (atau modulus elastisitas) pada sejumlah contoh uji beton. Hubungan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kekuatan (atau modulus elastisitas) melalui pengujian lanjutan kecepatan rambat gelombang pada beton tersebut. Panduan merujuk ke ACI 228.1R 5 mengenai prosedur untuk pengembangan dan penggunaan hubungan seperti ini. 2 dari 10 BSN 2012

9 BSN dari 10 SNI ASTM C597: Prosedur pengujian dapat digunakan baik di lapangan maupun di laboratorium, tanpa memperhatikan ukuran atau bentuk dari benda uji dalam batasan sumber kecepatan rambat gelombang yang tersedia. CATATAN 5 alat uji yang tersedia saat ini membatasi panjang lintasan sekitar minimum 50 mm dan maksimum 15 m, tergantung pada frekuensi dan intensitas dari sinyal yang dihasilkan. Batas atas dari panjang lintasan tergantung sebagian pada kondisi permukaan dan sebagian pada karakteristik bagian dalam beton yang diuji. Preamplifier pada tranduser penerima dapat digunakan untuk meningkatkan panjang lintasan maksimum yang dapat diuji. Panjang lintasan maksimum diperoleh dengan menggunakan tranduser dari frekuensi resonan relatif rendah (20 khz sampai dengan 30 khz) untuk meminimalkan perlemahan dari sinyal pada beton. (Frekuensi resonansi dari susunan tranduser menentukan frekuensi getaran dalam beton.) Untuk panjang lintasan yang lebih pendek dimana kehilangan sinyal bukan merupakan faktor dominan, adalah lebih baik untuk menggunakan frekuensi resonan 50 khz atau yang lebih tinggi untuk mencapai pengukuran yang lebih akurat dan lebih sensitif. 5.8 Kecepatan rambat gelombang melalui baja dapat mencapai dua kali pada beton, kecepatan rambat gelombang yang diukur di sekitar baja tulangan akan lebih tinggi daripada beton tanpa tulangan dengan komposisi yang sama. Oleh karena itu apabila memungkinkan, hindari pengukuran di dekat baja yang sejajar dengan arah perambatan pulsa. 6 Peralatan 6.1 Peralatan untuk pengujian, ditunjukkan secara skematik pada gambar 1, terdiri dari generator kecepatan rambat gelombang, sepasang alat tranduser (pengirim dan penerima), amplifier, sirkuit pengukur waktu, unit untuk menampilkan waktu, dan kabel penghubung. Beton Catatan: Penting untuk menggabungkan generator gelombang, sirkuit pengukur waktu, amplifier penerima, dan unit penampil waktu. Gambar 1 - Skematik peralatan untuk pengujian

10 SNI ASTM C597: Generator kecepatan rambat gelombang dan tranduser pengirim Generator kecepatan rambat gelombang harus terdiri dari sirkuit untuk membangkitkan tegangan kecepatan rambat gelombang (Catatan 6). Tranduser untuk mengubah gelombang pulsa elektronis menjadi pancaran gelombang energi mekanis harus memiliki frekuensi resonan dalam rentang 20 khz sampai dengan 100 khz (Catatan 7). Generator kecepatan rambat gelombang harus menghasilkan kecepatan rambat gelombang yang berulang pada tingkat tidak kurang dari 3 kecepatan rambat gelombang per detik. Alat tranduser dibuat dari piezoelectric, magnetostrictive, atau bahan yang sensitif terhadap tegangan (voltagesensitive material) lainnya (Rochelle salt, kuarsa, barium titanate, lead zirconate-titante (PZT), dan sebagainya) dan terlindung. Suatu kecepatan rambat gelombang pemicu harus dibuat untuk memulai sirkuit pengukur waktu. CATATAN 6 Tegangan kecepatan rambat gelombang mempengaruhi daya keluaran dari alat tranduser dan penetrasi maksimal dari gelombang longitudinal. Tegangan kecepatan rambat gelombang 500 V sampai dengan 1000 V telah digunakan dengan baik. CATATAN 7 Tranduser dengan frekuensi resonan lebih tinggi telah digunakan dengan baik pada benda uji laboratorium yang relatif kecil Tranduser penerima dan penguat (Amplifier) Tranduser penerima harus sesuai/cocok dengan tranduser pengirim. Tegangan yang dihasilkan oleh penerima harus diperkuat seperlunya untuk menghasilkan kecepatan rambat gelombang pemicu pada sirkuit pengukur waktu. Penguat (Amplifier) harus mempunyai respon rata antara setengah dan tiga kali frekuensi resonan dari tranduser penerima Sirkuit pengukur waktu Sirkuit pengukur waktu dan pemicu gelombang harus mampu memberikan ketepatan resolusi pengukuran seluruh waktu minimal 1 mikrosekon. Pengukuran waktu dimulai dari dilepaskannya tegangan pemicu dari generator kecepatan rambat gelombang, dan sirkuit pengukuran waktu harus beroperasi pada frekuensi berulang dari generator kecepatan rambat gelombang. Sirkuit pengukur waktu harus memberikan hasil/keluaran apabila gelombang penerima terdeteksi, dan hasil ini harus digunakan untuk menentukan waktu tempuh yang ditampilkan pada unit penampil. Sirkuit pengukur waktu tidak boleh sensitif terhadap temperatur pengoperasian pada rentang 0 C sampai dengan 40 C dan perubahan tegangan listrik dalam sumber daya sebesar kurang lebih 15 % Unit penampil Terdapat 2 tipe unit penampil yang tersedia. Unit yang modern menggunakan pengukur selang waktu dan penampil digital pembacaan langsung dari waktu tempuh. Unit yang lama menggunakan tabung sinar katoda (CRT) dimana pulsa yang dikirim dan diterima, ditampilkan sebagai penyimpangan jejak yang berhubungan dengan skala waktu yang ditetapkan Batang kalibrasi Sebuah batang logam atau bahan lainnya yang awet/tahan lama yang waktu tempuh gelombang longitudinalnya telah diketahui. Waktu tempuh harus dicatat secara permanen pada batang kalibrasi. BSN dari 10

11 6.1.6 Kabel penghubung BSN dari 10 SNI ASTM C597:2012 Apabila pengukuran kecepatan pulsa pada struktur besar memerlukan penggunaan kabel interkoneksi yang panjang, gunakan kabel koaksial dengan kapasitan rendah dan terbungkus Bahan perantara (coupling agent) Bahan kental (seperti oli, jeli larut dalam air, karet lunak (moldable rubber), atau gemuk (grease)) untuk menjamin efisiensi transfer energi antara beton dan tranduser. Fungsi bahan perantara (Coupling agent) adalah untuk menghilangkan udara antara permukaan kontak dari tranduser dengan beton. Air dapat digunakan sebagai bahan perantara bila dapat tergenang pada permukaan atau pada pengujian di dalam air. 7 Cara uji 7.1 Pemeriksaan fungsi peralatan dan pengaturan waktu nol (zero time) Periksa peralatan apakah telah berfungsi dengan benar dan lakukan pengaturan waktu nol. Gunakan bahan perantara pada ujung batang kalibrasi, kemudian lakukan penekanan pada kedua transduser dengan baik pada masing-masing ujung batang kalibrasi sampai waktu tempuh yang stabil ditampilkan pada unit penampil waktu. Atur waktu nol sampai ditampilkan waktu tempuh sesuai dengan nilai yang ditandai pada batang kalibrasi. Untuk beberapa instrumen, pengaturan waktu nol dibuat dengan mengaplikasikan bahan perantara (coupling agent) dan menekan permukaan kedua transduser secara bersamaan. Peralatan seperti ini menggunakan mikroprosesor untuk merekam waktu tunda, yang secara otomatis mengurangi pengukuran waktu tempuh berikutnya. Untuk peralatan seperti ini, ukur waktu tempuh melalui batang kalibrasi untuk memastikan bahwa pengaturan waktu nol telah dilakukan secara benar. Periksa pengaturan nol pada setiap jam selama pengoperasian alat secara terus-menerus, dan setiap kali kabel penghubung atau transduser diganti. Jika waktu yang ditampilkan tidak sesuai dengan waktu tempuh dari batang kalibrasi, tidak diperbolehkan menggunakan alat tersebut, dan kembalikan batang serta alat tersebut kepada pembuatnya. 7.2 Penentuan waktu singgah Untuk melakukan pengujian terhadap konstruksi yang ada, pilih lokasi pengujian sesuai dengan ASTM C 823 atau mengikuti persyaratan dari pihak yang meminta pengujian Untuk mendapatkan hasil terbaik, letakan tranduser berlawanan arah secara langsung satu sama lainnya. Oleh karena lebar pancaran/rambatan dari gelombang getaran yang dipancarkan oleh tranduser adalah besar, maka diperbolehkan untuk mengukur waktu singgah untuk melintasi sudut/pojok struktur tetapi dengan resiko kehilangan sensitivitas dan keakuratan. Pengukuran disepanjang permukaan yang sama tidak boleh digunakan kecuali hanya satu permukaan struktur yang terjangkau, mengingat pengukuran seperti itu mungkin hanya menunjukan hasil untuk lapisan permukaan, dan kecepatan pulsa yang dihitung tidak sesuai dengan yang diperoleh melalui transmisi (Catatan 8). CATATAN 8 - Salah satu sumber ketidakpastian pengujian di permukaan adalah panjang lintasan aktual dari pulsa. Oleh karena itu, pembacaan secara individual kurang teliti. Pengujian permukaan bagaimanapun, telah digunakan untuk memperkirakan kedalaman lapisan permukaan dengan kualitas yang lebih rendah dengan membuat beberapa pengukuran waktu tempuh dengan jarak yang bervariasi antara tranduser. Dari grafik waktu tempuh terhadap jarak, memperkirakan kedalaman beton dengan kualitas yang lebih rendah.

12 SNI ASTM C597: Gunakan bahan perantara (coupling agent) yang sesuai [seperti air, pelumas, petroleum jelly, gemuk (grease), karet lunak (moldable rubber), atau bahan kental lainnya] ke permukaan tranduser atau permukaan pengujian, atau keduanya. Tekan permukaan tranduser secara mantap terhadap permukaan beton sampai waktu tempuh yang stabil ditampilkan, dan ukur waktu tempuh (Catatan 9). Tentukan jarak garis lurus antara pusat permukaan tranduser. CATATAN 9 Kualitas pelekatan (coupling), penting bagi akurasi dan rentangan maksimum (maximum range) dalam metode ini. Pelekatan (coupling) yang tidak memadai akan menyebabkan pengukuran waktu yang tidak stabil dan tidak akurat, dan akan secara signifikan mengurangi rentangan efektif dari alat. Pengukuran ulang pada lokasi yang sama harus dilakukan untuk meminimalkan salah pembacaan karena pelekatan (coupling) yang kurang baik. 8 Perhitungan 8.1 Kecepatan rambat gelombang dihitung sebagai berikut : BSN (2) Keterangan : V adalah kecepatan rambat gelombang, meter per sekon (m/s); L adalah jarak antara pusat permukaan tranduser, meter (m); T adalah waktu tempuh, sekon (s). 9 Laporan 9.1 Laporan harus berisi sedikitnya informasi di bawah ini: Lokasi pengujian atau identifikasi benda uji; Lokasi kedua tranduser; Jarak antara pusat permukaan tranduser dengan ketelitian sedikitnya 0,5 % dari jarak; Waktu tempuh yang dinyatakan dengan ketelitian sedikitnya 0,5 % dari waktu tempuh; Kecepatan pulsa yang dinyatakan sampai 10 m/s terdekat. 10 Ketelitian dan penyimpangan 10.1 Ketelitian Pengulangan hasil telah diinvestigasi dengan menggunakan peralatan dengan tampilan CRT. Diharapkan bahwa pengulangan dengan peralatan tampilan digital akan lebih baik daripada pernyataan yang disebut di bawah ini. 6 dari 10

13 BSN dari 10 SNI ASTM C597: Pengujian yang menggunakan tiga peralatan uji dan lima operator telah menunjukkan bahwa untuk panjang lintasan 0,3 m sampai dengan 6 m melalui beton yang baik (sound concrete), operator berbeda menggunakan peralatan yang sama atau satu operator menggunakan berbagai peralatan akan memperoleh pengulangan hasil tes dalam batas ketelitian 2 %. Untuk lintasan lebih panjang melalui beton yang baik (sound concrete), perlemahan sinyal akan menurunkan kemampuan pengulangan mutlak dari pengukuran waktu tempuh, tetapi waktu tempuh yang lebih panjang akan menghasilkan perhitungan kecepatan yang memiliki tingkat akurasi yang sama Dalam kasus pengujian melalui beton yang retak, variasi dari hasil meningkat dengan cepat. Perlemahan dipengaruhi oleh sifat kerusakan dan frekuensi resonan dari tranduser. Perbedaan antara operator atau peralatan dapat menyebabkan perbedaan dalam hasil uji sebesar 20 %. Dalam kasus tersebut, bagaimanapun, perhitungan kecepatan akan cukup rendah sehingga menunjukkan dengan jelas kerusakan dalam beton yang diuji Penyimpangan Penyimpangan metode uji ini belum dapat ditentukan. 11 Kata Kunci 11.1 Beton; gelombang longitudinal; pengujian tidak merusak; kecepatan rambat gelombang; pengujian ultrasonik.

14 SNI ASTM C597:2012 BSN 2012 Lampiran A (normatif) Istilah dan definisi A.1 alat pengubah sinyal (tranduser) memindahkan pulsa elektronik ke dalam pancaran gelombang energi mekanis harus memiliki frekuensi resonansi batasan 10 khz sampai dengan 150 khz. A.2 beton mengacu pada istilah dalam ASTM C 125 dan ASTM E 1316 (untuk bagian yang berhubungan dengan pemeriksaan ultrasonik). A.3 gelombang bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. A.4 kecepatan rambat jarak tempuh oleh perambatan gelombang tekan dalam beton pada waktu tertentu. A.5 waktu tempuh waktu yang diperlukan oleh pulsa untuk merambat dalam beton yang diukur mulai saat gelombang tekan dipancarkan oleh alat pengubah sinyal pemancar gelombang sampai dengan diterima oleh alat pengubah sinyal penerima. 8 dari 10

15 BSN dari 10 SNI ASTM C597:2012 Lampiran B (normatif) Contoh formulir Pengujian kecepatan rambat gelombang melalui beton Kop instansi laboratorium penguji Pengujian kecepatan rambat gelombang melalui beton Nama kegiatan :... Elemen Struktur :... Angka kalibrasi :... Diuji oleh :... Diperiksa oleh :... No Panjang (L) m Sketsa Gambar : Waktu Tempuh (T) s Kecepatan rambat gelombang (m/s) Diperiksa oleh penyelia Diuji oleh teknisi Tanggal : Tanggal : Lokasi Pengujian (... ) (... )

16 SNI ASTM C597:2012 Lampiran C (informatif) Contoh formulir isian Pengujian kecepatan rambat gelombang melalui beton Nama kegiatan Elemen struktur Lokasi Pengujian Arah Pemeriksaan Diuji oleh Diperiksa oleh No BSN 2012 B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) Fax. (022) Bandung pusjal@melsa.net.id Panjang (L) m Pengujian kecepatan rambat gelombang melalui beton : Pemeriksaan Jembatan : Gelagar : Jembatan Sei Gambus : Medan Aceh Timur : Rubby Mastra, ST : Setyo Hardono, ST, MT Waktu Tempuh (T) s 10 dari 10 Kecepatan rambat gelombang (m/s) 1 0,5 130, ,5 130, ,5 132, ,5 135, ,5 135, ,5 133, ,5 137, ,5 139, ,5 135, ,5 131, Sketsa gambar: Diperiksa oleh penyelia Diuji oleh teknisi Tanggal : 14 Agustus 2009 Tanggal : 14 Agustus 2009 (Setyo Hardono, ST, MT) L Lintasan pulsa Batang penguat (Rubby Mastra, ST) Lokasi Pengujian G1 G2 G3 G4 G5

17 BSN 2012

18 BSN 2012

19 BSN 2012

20 BSN 2012 BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Telp: ; Faks: ; bsn@bsn.go.id

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi (ASTM C803/C803 M-03, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C803:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 25/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN METODE UJI PENGUKURAN KEDALAMAN KARBONASI BETON

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C , IDT)

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C805:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah SNI 4144 : 2012 Badan Standardisasi Nasional Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Pengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steel dan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic Testing.

Pengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steel dan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic Testing. Pengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steel dan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic Testing Fransisca Debora Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sriwijaya Email : fransisca.debora91@gmail.com

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan khusus Ultrasonic pulse velocity adalah metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan hantaran dari gelombang (pulse velocity) ultrasonik yang melewati suatu beton. Standar

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat SNI 7585:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7585:2010 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR) Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR) ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional 2011 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification SNI ISO 1096:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu lapis - Klasifikasi Plywood - Classification (ISO 1096:1999,IDT) Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu ICS 79.060 Badan

Lebih terperinci

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium Standar Nasional Indonesia SNI 8072:2016 Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium ICS 91.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C )

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C ) Rancangan Standar Nasional Indonesia 3 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02) ICS xx.xxx.xx Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara SNI 7586:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7586:2010 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Pengukuran ketebalan selimut beton dengan covermeter elektromagnetik

Pengukuran ketebalan selimut beton dengan covermeter elektromagnetik LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 21/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN KETEBALAN SELIMUT BETON DENGAN COVERMETER ELEKTROMAGNETIK PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji bliding dari beton segar

Cara uji bliding dari beton segar Standar Nasional Indonesia Cara uji bliding dari beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. Metode yang lain adalah menggunakan penetrant bercahaya/fluoresens. Langkah-langkah inspeksinya

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran Standar Nasional Indonesia Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran ICS 29.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm Standar Nasional Indonesia SNI 8056:2014 Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm ICS 59.080.30 (ASTM D6241 04 (2009), IDT) Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011 Standar Nasional Indonesia ICS 13.060.50 Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot ICS 17.120.01; 91.220 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton ICS 91.200 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton

Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton Badan Standardisasi Nasional Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton (ASTM C 309-07) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2007 All rights reserved BSN 2012 untuk kepentingan

Lebih terperinci

Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya

Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya Standar Nasional Indonesia Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya ICS 59.080.30 (ASTM D4833-07 (2013), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2013 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan. 1. Beaker Glass 2. Blender. 3. Micrometer 4. Wadah

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan. 1. Beaker Glass 2. Blender. 3. Micrometer 4. Wadah LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan 1. Beaker Glass 2. Blender 3. Micrometer 4. Wadah 51 5. Cetakan Kertas 6. Neraca Digital 7. Digester 52 8. Tensile Strength Terster 9. Tearing Strength Tester 10.

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010 tentang Pemberlakukan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Jakarta, 25

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metoda non-destructive testing (NDT) pada bidang rekayasa sipil saat ini semakin berkembang seiring dengan semakin majunya teknologi yang diterapkan pada peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test)

LAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test) LAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test) Oleh : Ahmad Rizeki Erika Rizky Ratih Kusumaningtyas Rahardi Wardhana Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya PPNS 2012/2013 BAB 1 Tujuan Untuk mendeteksi adanya

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Baja tulangan beton SNI 2052:2014 Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 77.140.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci