Samantha Juliana, Sutrasno Kartohardjono. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok, 16424

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Samantha Juliana, Sutrasno Kartohardjono. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok, 16424"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA POLIVINIL KLORIDA DENGAN ALIRAN UMPAN PADA SELONGSONG UNTUK DESORPSI OKSIGEN DALAM RANGKA MENGHASILKAN AIR ULTRAMURNI Samantha Juliana, Sutrasno Kartohardjono Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok, Abstrak Desorpsi oksigen menggunakan kontaktor membran serat berongga polivinil klorida dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan kontaktor membran berdasarkan studi perpindahan massa dan hidrodinamika, serta menganalisis struktur morfologi membran PVC dan kesesuaiannya untuk desorpsi oksigen. Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan air pada selongsong, sedangkan udara vakum dalam serat, dengan memvariasikan laju alir air (1-5,25 liter/menit) dan jumlah serat (50, 60, 70 serat). Berdasarkan studi perpindahan massa diperoleh fluks oksigen sebesar 0,037 0,15 g/m 2.h, koefisien perpindahan massa sebesar 1, m/s 4, m/s, dengan korelasi Sh=(0,0015φ 2-0,0319φ+0,338)Re (0,0014φ2-0,0499φ+1,086). Parameter performa perpindahan massa, k L a mencapai 0,00124 s -1 (tiga kali lebih besar dari kontaktor konvensional). Berdasarkan studi hidrodinamika, friksi terbesar mencapai 40 kali lebih besar dibandingkan friksi pipa halus, dengan korelasi f=(10,645φ 2-216,1φ+1125,9)Re (- 0,0086φ2+0,145φ-1,176). Berdasarkan uji FESEM, membran PVC memiliki struktur permukaan selimut yang kompak yang menghasilkan stabilitas mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik serta memiliki banyak pori yang meminimalkan tahanan perpindahan massa. Abstract Oxygen desorption with PVC hollow fiber membrane contactor is done in this research. The purpose of this research is to evaluate application of membrane contactor based on mass transfer and hydrodynamic study and to analyze structure of PVC membrane and its compatibility to desorp oxygen. This research applied by flowing water in shell side, while gas in lumen side is vacuumed by varying water flow rate ( litre/min) and number of fibers (50, 60, 70 fibers). According to mass transfer study, oxygen flux achieved is 0,037 40,15 g/m 2.h, mass transfer coefficient achieved is 1, m/s 4, m/s, with correlation of Sh=(0.0015φ φ+0.338)Re (0.0014φ φ+1.086). Mass transfer performance s parameter, k L a reaches s -1 (three times higher than conventional contactor). According to hydrodynamic study, the largest friction is 40 times higher than friction in smooth pipe, with correlation of f=(10.645φ φ )Re ( φ φ-1.176). From FESEM test, PVC membrane has compact structure which leads to better mechanic stability and resistance toward fouling and high-pore structure which decreases mass transfer resistance. Key words: oxygen desorption, hollow fiber membrane contactor, polyvinyl chloride membrane. 1. Pendahuluan Penurunan produktivitas suatu industri sering terjadi karena adanya kontaminan dalam bahan baku yang digunakan. Untuk suatu industri yang area produksinya berhubungan dengan sistem air-oksigen seperti industri pembangkit tenaga listrik, industri semikonduktor, industri farmasi, serta industri makanan dan minuman, oksigen terlarut dalam air merupakan suatu kontaminan yang keberadaannya sangat dihindari, sebab oksigen bersifat korosif dan oksidatif pada suhu dan kelembaban yang tinggi.

2 Dalam industri pembangkit listrik, misalnya, korosi pada boiler atau sistem perpipaan di dalamnya dapat dicegah jika tingkat oksigen terlarut dalam air di bawah 0,5 ppm (Ito et al., 1998), sedangkan pada industri semikonduktor, konsentrasi oksigen terlarut harus diturunkan hingga kurang dari 10 ppb untuk mencegah pembentukan lapisan oksida pada permukaan semikonduktor (Li et al., 1995). Selama ini proses penghilangan oksigen terlarut dalam air di industri banyak dilakukan secara konvensional dengan proses fisika maupun kimia. Metode konvensional secara fisika yang biasa digunakan adalah thermal degassing atau vacuum degassing. Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang cukup besar, konstruksi yang membutuhkan banyak ruang, serta rendahnya rasio luas area per satuan volume. Selain itu juga terdapat metode kimia yang biasa digunakan seperti penambahan hydrazine atau sodium sulfit. Akan tetapi, metode ini kurang diminati karena hydrazine bersifat toksik dan penambahan sodium sulfit akan menyebabkan terbentuknya padatan dalam air. Saat ini, tengah dikembangkan teknologi alternatif menggunakan kontaktor membran yang dapat mengatasi permasalahan pada kontaktor konvensional. Pada kontaktor membran, biaya yang dibutuhkan lebih rendah, begitu pula dengan energi yang dibutuhkan lebih rendah. Selain itu, kontaktor membran lebih mudah dioperasikan dan tidak memerlukan ruang yang terlalu luas. Penelitian-penelitian terdahulu pernah dilakukan menggunakan membran yang terbuat dari silika, tetapi terjadi transfer H 2 O pada prosesnya (Tan, 2005). Kemudian, penelitian dengan menggunakan membran polipropilena (PP) menunjukan hasil bahwa dengan metode sweep gas kandungan oksigen dari dalam air dapat dihilangkan hingga 99,6%, yaitu sekitar 8 ppm berkurang sampai di bawah 0,05 ppm (Sirkar, 1992). Selain itu, dengan membran polipropilena menggunakan metode vakum, kandungan oksigen dari dalam air dapat dihilangkan hingga 76%, yaitu dari input 8,5 ppm berkurang sampai 2 ppm (Shao et al., 2008). Jumlah oksigen yang terambil ini jauh lebih besar daripada metode konvensional, dimana kandungan oksigen terlarut hanya dapat berkurang dari 5 ppm menjadi 3 ppm sehingga jumlah oksigen yang terambil hanya sekitar 40% (PT. Medco E&P Indonesia, 2005). Pada penelitian ini digunakan kontaktor membran serat berongga, dimana serat membran yang digunakan terbuat dari polivinil klorida (PVC). Membran PVC sendiri belum pernah digunakan dalam proses desorpsi oksigen. Serat membran PVC dipilih karena sifatnya yang hidrofobik. Selain itu, membran polivinil klorida memiliki stabilitas mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik (Xu dan Xu, 2002), serta memiliki permeabilitas oksigen yang tinggi (Jones et al., 2011; Villaluenga et al., 2007). Aliran air pada selongsong dipilih karena memiliki rentang laju alir fasa cair yang lebih besar daripada aliran air dalam serat. Laju alir fasa cair pada aliran air dalam selongsong dapat dibuat hingga kondisi turbulen, sedangkan pada aliran air dalam serat hanya bisa berada pada kondisi laminar. Kemudian, operasi desorpsi oksigen dilakukan dengan metode vakum karena operasi ini paling murah, sederhana, dan menghasilkan perpindahan massa yang cukup baik. Melihat pentingnya proses pemisahan oksigen terlarut dalam rangka menghasilkan air ultramurni dan keunggulan kontaktor membran serat berongga dibandingkan metode konvensional, diusulkan sebuah penelitian untuk mengevaluasi penggunaan kontaktor membran serat berongga polivinil klorida untuk desorpsi oksigen dengan variasi jumlah serat dan laju alir fasa cair. Performa kontaktor membran dievaluasi berdasarkan metode yang dilakukan Kartohardjono (2010), dimana korelasi atau model perpindahan massa dan hidrodinamika dibuat dari data eksperimen. Dari model yang dibuat, performa kontaktor membran dibandingkan dengan kontaktor konvensional untuk mengetahui performa kontaktor mana yang lebih baik. Kemudian, dari model yang dibuat dilakukan scale-up untuk mengetahui kelayakan kontaktor membran ini dalam rangka menghasilkan air ultramurni sesuai spesifikasi di industri. 2. Metode Penelitian Diagram alir penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1, dimana variabel proses yang divariasikan pada penelitian ini adalah laju alir fasa cair (1 liter/menit 5,25 liter/menit) dan jumlah serat (50, 60, dan 70 serat). Pada Gambar 1 terlihat bahwa dilakukan blank experiment untuk memastikan kandungan oksigen terlarut dalam air tidak berkurang karena pengaruh sentrifugasi pompa dan friksi pada kontaktor. Secara umum, tahapan-tahapan dari penelitian yang dilakukan yaitu uji perpindahan massa, uji hidrodinamika, karakterisasi serat membran PVC, dan scale-up dalam rangka menghasilkan air ultramurni. Uji perpindahan massa dan hidrodinamika dilakukan di Laboratorium Intensifikasi Proses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada uji perpindahan massa, data yang diambil adalah kadar oksigen terlarut dalam air sebelum masuk kontaktor dan sesudah melewati kontaktor. Pada uji hidrodinamika data yang diambil adalah penurunan tekanan yang terjadi di sepanjang kontaktor. Karakterisasi serat membran PVC dilakukan dengan menggunakan FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscope) di Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kemudian, perhitungan scale-up dilakukan untuk mengetahui kelayakan kontaktor membran serat berongga polivinil klorida dalam rangka menghasilkan air ultramurni sesuai spesifikasi di industri.

3 Persiapan alat dan bahan Melakukan blank experiment Melakukan eksperimen utama Uji perpindahan massa Karakterisasi serat membran PVC Uji hidrodinamika Scale-up dalam rangka menghasilkan air ultramurni Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Rangkaian peralatan pada penelitian ditunjukkan oleh Gambar 2. Pertama, tangki reservoir diisi dengan air umpan. Lalu, kandungan oksigen terlarut dalam air umpan diukur dengan menggunakan DO Meter. Setelah itu, pompa air dan pompa vakum dinyalakan, sehingga air pada tangki reservoir mengalir menuju bagian selongsong kontaktor membran, sedangkan udara vakum mengalir pada bagian dalam serat yang ditarik menggunakan pompa vakum. Air yang keluar yang kontaktor membran ditampung di tangki reservoir yang kemudian kandungan oksigen terlarut akhirnya diukur kembali menggunakan DO Meter. Penurunan tekanan yang terjadi di sepanjang kontaktor diukur menggunakan manometer digital. Pada penelitian ini, air hanya sekali melewati kontaktor, tanpa disirkulasi. Karakterisasi kontaktor membran yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1 untuk jumlah serat 50, 60, dan 70 serat. Tabel 1. Karakteristik Kontaktor Membran Serat Berongga pada Eksperimen 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Blank Experiment Hasil blank experiment terhadap kandungan oksigen terlarut dalam air dan temperatur air ditunjukkan oleh Gambar 4.1. Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa konsentrasi oksigen pada air tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ini menunjukkan bahwa sentrifugasi akibat putaran pada pompa yang digunakan maupun friksi akibat gesekan dengan serat pada kontaktor tidak menyebabkan oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang. Sementara itu, temperatur air pada detik ke-0 hingga detik ke-90 nilainya tetap pada 26,7 o C. Kemudian naik menjadi 26,8 o C pada detik ke-120, setelah itu konstan hingga detik ke-300. Berdasarkan teori, semakin tinggi temperatur air maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Dari hasil blank experiment ini terlihat bahwa temperatur air meningkat, tapi peningkatannya hanya sebesar 1 o C dan setelah itu konstan, sehingga perubahan konsentrasi oksigen terlarut juga tidak terlihat signifikan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil blank experiment dapat disimpulkan bahwa sentrifugasi pompa dan friksi akibat gesekan serat tidak mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam air. DO Air Umpan (ppm) Modul ke N dp (cm) Waktu (s) DO Air Umpan de (cm) Temperatur Air Am (cm 2 ) (%) ,6 1, , ,6 0, ,2 11, ,6 0, ,4 13,827 27,5 27,3 27,1 26,9 26,7 26,5 Temperatur Air (oc) Gambar 2. Rangkaian Peralatan Penelitian Gambar 3. Perubahan DO Air Umpan dan Temperatur dengan Mengalirkan Air di dalam Kontaktor Tanpa Pompa Vakum

4 3.2 Studi Perpindahan Massa Pada studi perpindahan massa untuk proses desorpsi oksigen terlarut dari dalam air melalui kontaktor membran serat berongga dengan metode vakum, data yang diambil adalah perubahan konsentrasi oksigen terlarut dan temperatur air yang diperoleh dari pembacaan DO meter. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing variasi untuk memastikan keakuratan data Fluks Oksigen dan Koefisien Perpindahan Massa Fluks oksigen didefinisikan sebagai ukuran kecepatan suatu oksigen terlarut yang melewati membran per satuan waktu dan luas permukaan. Nilai fluks merupakan penentuan karakter membran. Fluks oksigen, J O2 dari eksperimen pada berbagai jumlah serat sebagai fungsi laju volumetrik air, Q L diperlihatkan pada Gambar 4. Fluks oksigen yang diperoleh berdasarkan eksperimen berkisar antara 0,037 0,15 g/m 2.h. Sementara itu, koefisien perpindahan massa dari eksperimen diperlihatkan pada Gambar 5 pada berbagai jumlah serat sebagai fungsi dari laju alir volumetrik. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh berdasarkan eksperimen berkisar antara 1, m/s 4, m/s. Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 secara keseluruhan dapat dilihat bahwa fluks oksigen dan koefisien perpindahan massa meningkat seiring dengan meningkatnya laju alir air. Hal ini dikarenakan semakin cepat laju alir air maka aliran semakin turbulen sehingga akan menimbulkan efek arus Eddy yang dapat menurunkan tahanan pada fasa cair, sehingga perpindahan oksigen ke dalam serat menjadi lebih mudah. Selain itu, pada kecepatan air yang tinggi, efek permukaan baru (surface renewal effect) menjadi lebih besar yang dapat menyebabkan koefisien perpindahan massa meningkat. Sementara itu, pada Gambar 4 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa fluks oksigen dan koefisien perpindahan massa turun seiring dengan naiknya jumlah serat (naiknya fraksi kepadatan modul). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin rendah fraksi kepadatan modul di dalam kontaktor, maka semakin baik kontak yang terjadi antara serat dengan air dikarenakan pergerakan serat di dalam kontaktor semakin dinamis. Efek ini dikenal sebagai efek permukaan baru (surface renewal effect) yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan koefisien perpindahan massa di dalam modul kontaktor membran serat berongga (Lipnizki dan Field, 2001). Fenomena ini menjelaskan bahwa pada kontaktor dengan fraksi kepadatan modul rendah, maka aliran transversal/tegak lurus dan surface renewal effect lebih berpengaruh terhadap kemampuan perpindahan massa, sementara pada fraksi kepadatan modul yang tinggi, efek channeling lebih dominan (Wu dan Chen, 2000). Channeling terjadi karena pada kontaktor dengan fraksi kepadatan modul yang tinggi terdapat daerah yang longgar hingga padat akan serat, dimana kondisi ini menciptakan aliran preferensial di sekitar serat yang disebabkan oleh distribusi yang tidak merata dari serat dan aliran. Luas permukaan kontak mungkin telah berkurang di daerah yang padat karena serat lebih melekat satu sama lain, sehingga kontak area antara air dengan serat pun menjadi berkurang. Salah satu parameter penting performa kontaktor membran adalah luas permukaan spesifik, k L a. Kontaktor membran yang baik akan memiliki nilai luas permukaan spesifik yang tinggi. Kontaktor konvensional seperti kolom dengan packing hanya dapat memberikan nilai parameter perpindahan massa, k L a sekitar 0,0004 s -1 (Perry dan Green, 1997). Berdasarkan eksperimen ini, nilai k L a dapat mencapai 0,00124 s -1 atau sekitar 3 kali lebih besar dari luas permukaan spesifik pada kontaktor konvensional. JO 2 (g/m 2.h) 0,16 0,14 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0, Gambar 4. Variasi Fluks Oksigen, J O2 terhadap Laju Volumetrik Air, Q L K x 10 6 (m/s) 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 QL (Liter/menit) QL (Liter/menit) Gambar 5. Variasi Koefisien Perpindahan Massa, K terhadap Laju Volumetrik Air, Q L Perbandingan antara koefisien perpindahan massa kontaktor membran polivinil klorida (jumlah serat 50) dengan kontaktor membran polipropilen (jumlah serat 38) ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa koefisien perpindahan massa yang

5 dihasilkan pada kontaktor membran polivinil klorida masih lebih kecil daripada koefisien perpindahan massa pada kontaktor membran polipropilen. Ini menunjukkan bahwa tingkat hidrofobisitas membran polipropilen lebih tinggi dibandingkan membran polivinil klorida. Akan tetapi, nilai koefisien perpindahan massa yang dicapai pada kontaktor membran polivinil klorida yang digunakan pada penelitian ini sudah cukup membuktikan bahwa kontaktor ini dapat digunakan untuk proses desorpsi oksigen walaupun tingkat pemisahannya masih kurang bila dibandingkan dengan kontaktor membran polipropilen yang penggunaannya di industri sudah cukup luas. K (m/s) 0,001 0,0001 0, , QL (Liter/menit) Gambar 6. Perbandingan Koefisien Perpindahan Massa Kontaktor Membran Polivinil Klorida dengan Kontaktor Membran Polipropilen Korelasi Perpindahan Massa PVC () PP (N = 38) Korelasi perpindahan massa untuk melihat ketergantungan koefisien perpindahan massa terhadap parameter proses dalam penelitian ini dinyatakan dalam bilangan Sherwood, Sh sebagai fungsi dari bilangan Reynold, Re. Persamaan umum untuk menghubungkan dua besaran ini dirumuskan pada persamaan (1) berikut ini: Sh = are b (1) dimana nilai a merupakan fungsi dari geometri kontaktor membran dalam hal ini adalah fraksi kepadatan modul dan nilai b merupakan fungsi jenis aliran cairan di dalam kontaktor. Berdasarkan penelitian, korelasi perpindahan massa yang diperoleh adalah: Sh =(0.0015φ φ+0.338)Re (0.0014φ φ+1.086) (2) Perbandingan antara Sh eksperimen dengan Sh pemodelan ditunjukkan oleh Gambar 7. Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai Sh eksperimen mendekati nilai Sh pemodelan (hampir bersinggungan dengan garis hitam). Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen yang telah dilakukan sesuai dengan pemodelan sehingga persamaan pemodelan pada persamaan (2) dapat digunakan untuk menghitung nilai Sh dalam rentang fraksi kepadatan modul sebesar 9,88% hingga 13,83%, dengan rata-rata error penggunaan persamaan empiris sebesar 10,31%. Sh Re 1000 Gambar 7. Perbandingan Nilai Sh Eksperimen terhadap Nilai Sh Pemodelan 3.3 Studi Hidrodinamika Pada studi hidrodinamika untuk proses desorpsi oksigen terlarut dari dalam air melalui kontaktor membran serat berongga dengan metode vakum, data yang diambil adalah penurunan tekanan yang terjadi di sepanjang kontaktor. Data penurunan tekanan ini diperoleh dari pembacaan manometer digital. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing variasi untuk memastikan keakuratan data Penurunan Tekanan Penurunan tekanan berdasarkan hasil eksperimen digambarkan pada Gambar 8. Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa penurunan tekanan semakin besar seiring dengan meningkatnya laju alir air. Hal ini dikarenakan semakin cepat laju alir air turbulensi semakin tinggi, frekuensi tumbukan di antara molekul-molekul cairan dan tumbukan antara molekul cairan dan dinding dalam fiber akan semakin besar. Akibatnya, penurunan tekanan yang terjadi di sepanjang kontaktor semakin besar. Sementara itu penurunan tekanan semakin besar dengan meningkatnya jumlah serat. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah serat, gesekan yang terjadi antara air dengan serat semakin besar pula. Gesekan ini membuat friksi yang terjadi di sepanjang kontaktor semakin besar, sehingga akibat friksi yang semakin besar penurunan tekanan yang terjadi di sepanjang kontaktor juga semakin besar.

6 p (kg/cm 2 ) 0,012 0,01 0,008 0,006 0,004 0, QL (Liter/menit) Korelasi Hidrodinamika Korelasi hidrodinamika yang dibuat dalam penelitian ini dinyatakan dalam faktor friksi, f sebagai fungsi dari bilangan Reynold, Re. Persamaan umum untuk menghubungkan dua besaran ini dirumuskan pada persamaan (3) berikut ini: f = are b (3) Berdasarkan penelitian, korelasi hidrodinamika yang diperoleh adalah: f = (10,645φ 2-216,1φ+1125,9)Re (-0,0086φ2+0,145φ-1,176) (4) Gambar 8. Variasi Penurunan Tekanan, P terhadap Laju Alir Volumetrik, Q L Faktor Friksi Hubungan antara faktor friksi dengan bilangan Reynold ditunjukkan pada Gambar 9 dimana faktor friksi yang ditinjau ada dua macam, yaitu faktor friksi modul (yang ditunjukkan oleh simbol) dan faktor friksi literatur (yang ditunjukkan oleh garis). Faktor friksi modul diperoleh berdasarkan perhitungan data hasil eksperimen, sedangkan faktor friksi literatur merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan hanya berlaku untuk pipa kosong yang halus Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa nilai faktor friksi modul lebih besar daripada faktor friksi literatur. Hal ini dikarenakan pada modul terdapat gesekan tambahan antara air dengan serat membran, selain antara air dengan dinding kontaktor. Rasio friksi terbesar hampir mencapai 40 kali. Hal ini dikarenakan pada literatur, friksi yang dihitung hanya untuk pipa kosong yang halus, sedangkan pada eksperimen friksi dihitung di sepanjang selongsong kontaktor, dimana di dalam kontaktor terdapat banyak serat yang menambah nilai friksi selain friksi akibat gesekan pada dinding kontaktor. Perbandingan antara f eksperimen dengan f pemodelan ditunjukkan oleh Gambar 10. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa nilai f eksperimen mendekati nilai f pemodelan (hampir bersinggungan dengan garis hitam). Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen yang telah dilakukan sesuai dengan pemodelan sehingga persamaan pemodelan pada persamaan (3) dapat digunakan untuk menghitung nilai f dalam rentang fraksi kepadatan modul sebesar 9,88% hingga 13,83%, dengan rata-rata error penggunaan persamaan empiris sebesar 10,18%. f ,1 100 Re 1000 Gambar 10. Perbandingan Nilai f Eksperimen terhadap Nilai f Pemodelan Hasil Uji FESEM Membran PVC f 1 0,1 0, Re 1000 literatur Gambar 9. Variasi Faktor Friksi Modul dan Literatur terhadap Bilangan Reynold Hasil FESEM untuk bagian penampang melintang dengan perbesaran 200x, 800x, dan 10000x secara berturut-turut ditunjukkan oleh Gambar 11, Gambar 12, dan Gambar 13. Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa membran PVC memiliki struktur double asimetric yang artinya terdiri dari diameter luar dan diameter dalam. Struktur double asimetric ini memberikan stabilitas mekanik membran yang tinggi. Berdasarkan Gambar 12 dan Gambar 13 terlihat bagian tebal serat membran yang memiliki struktur seperti spons dengan banyak pori yang berukuran cukup besar. Semakin banyak dan semakin besar poripori, maka tahanan membran terhadap gas yang

7 berdifusi ke dalam serat semakin kecil. Hal ini membuat oksigen semakin mudah berpindah ke dalam serat melewati pori-pori tersebut, sehingga perpindahan massanya semakin bagus karena makin banyak oksigen yang berdifusi ke dalam serat. Ukuran pori-pori pada bagian dalam serat ini adalah 0,6 1,4 μm. Gambar 11. Hasil FESEM Penampang Melintang Membran PVC dengan Perbesaran 200x Gambar 12. Hasil FESEM Penampang Melintang Membran PVC dengan Perbesaran 800x Sementara itu, hasil FESEM untuk bagian selimut dengan perbesaran 70x, 800x, dan 20000x secara berturut-turut ditunjukkan oleh Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16. Berdasarkan Gambar 14 dan Gambar 15 terlihat bahwa struktur dari membran PVC ini sangat kompak. Hal ini membuat membran PVC memiliki ketahanan mekanik yang bagus. Oleh karena itu, membran PVC biasanya lebih tahan lama dan awet dalam penggunaannya. Ini merupakan kelebihan tersendiri dalam hal ekonomi karena biaya perawatan dan penggantian membran menjadi berkurang. Selain itu, struktur permukaan yang kompak pada membran PVC juga memberikan ketahanan yang baik terhadap fouling. Air yang mengalir di dalam selongsong sangat berpotensi menyebabkan fouling. Dengan struktur permukaan yang kompak, maka pengotor-pengotor yang terbawa pada air tidak dapat dengan mudah melewati membran. Berdasarkan Gambar 16 terlihat pori-pori pada bagian permukaan selimut. Pori-pori inilah yang menjadi interfasa kontak antara cairan dan gas. Poripori di bagian selimut ini tidak terlihat jelas karena ukurannya ada pada nilai sekitar 0,025 μm (sesuai data manufaktur), sedangkan oksigen memiliki ukuran molekul 0,29 nm (Scott dan Vanderkooi, 2010). Ukuran pori membran PVC di bagian selimut ini 86 kali lebih besar daripada ukuran molekul oksigen. Oleh karena itu, oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam serat melalui pori-pori membran yang ukurannya jauh lebih besar. Pori-pori terbesar di bagian selimut yang dapat terlihat pada FESEM adalah sekitar 0,1 μm. Dari hasil uji FESEM ini dapat disimpulkan bahwa membran PVC memiliki struktur yang kompak, yang menghasilkan stabilitas mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik. Sementara itu, terdapat banyak pori-pori yang berukuran besar yang meminimalkan tahanan perpindahan massa sehingg struktur membran PVC ini sangat mendukung operasi desorpsi oksigen pada penelitian ini. Gambar 13. Hasil FESEM Penampang Melintang Membran PVC dengan Perbesaran 800x Gambar 14. Hasil FESEM Bagian Selimut Membran PVC dengan Perbesaran 70x

8 Gambar 15. Hasil FESEM Bagian Selimut Membran PVC dengan Perbesaran 800x Gambar 16. Hasil FESEM Bagian Selimut Membran PVC dengan Perbesaran 20000x 3.5 Aplikasi Kontaktor Membran Serat Berongga Polivinil Klorida dalam Rangkan Menghasilkan Air Ultramurni Air ultramurni didefinisikan sebagai air yang hanya mengandung molekul H 2 O, ion H +, dan ion OH - sedangkan komponen lain hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit (Lenntech BV, n.d.). Standar kemurnian air ultramurni berbeda-beda pada setiap industri. Untuk analisis saat ini, air ultramurni dianggap memiliki kandungan oksigen terlarut maksimum sebesar 10 ppb dan kapasitas alat minimum 500 L/min, untuk aplikasi pada industri semikonduktor. Berdasarkan ukuran kontaktor komersil yang umumnya terdapat pada industri, diameter selongsong kontaktor membran pada analisis ini maksimum dibatasi sebesar 60 cm. Dengan diameter selongsong sebesar ini dan dengan mengasumsikan fraksi kepadatan modul sebesar 90%, maka jumlah serat yang dapat dimasukkan ke dalam kontaktor adalah sebanyak serat. Berdasarkan International Patent (2008), rasio panjang dan diameter kontaktor yang disarankan adalah sebesar 2 hingga 10, serta rasio panjang dan diameter kontaktor optimum adalah sebesar 2,5 hingga 4,5. Sehingga dengan menggunakan rasio L/D untuk kondisi optimum, untuk diameter kontaktor sebesar 60 cm, maka panjang maksimum kontaktor optimum adalah sebesar 2,7 m. Pada saat laju alir air 500 L/min, jumlah serat buah, diameter kontaktor 60 cm, dan panjang kontaktor 2,7 m, kandungan oksigen terlarut air keluaran kontaktor adalah 16,9 ppb. Kandungan ini masih lebih besar bila dibandingkan spesifikasi yang ditentukan pada industri semikonduktor. Untuk mencapai kandungan oksigen terlarut dalam air kurang dari 10 ppb, maka panjang kontaktor yang dibutuhkan adalah sebesar 3 m atau sekitar 5 kali diameter kontaktor. Rasio L/D = 5 masih diizinkan untuk desain kontaktor membran. Dengan menggunakan desain ini, kandungan oksigen terlarut keluaran kontaktor adalah sebesar 8,93 ppb. Kandungan ini sudah sesuai dengan spesifikasi air ultramurni di industri semikonduktor yaitu kurang dari 10 ppb. Oleh karena itu, secara konstruksi kontaktor ini sudah cukup layak untuk menghasilkan air ultramurni dengan spesifikasi tersebut. Akan tetapi, dibutuhkan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam hal pembuatan membran PVC yang bersifat super hidrofobik sehingga proses desorpsi oksigen menjadi lebih baik dan lebih ekonomis. Selain itu, aplikasi ini juga perlu dikembangkan lebih jauh untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, sebab pada penelitian ini persamaan yang digunakan diperoleh pada rentang fraksi kepadatan modul 9,87% hingga 13,83% dan di scale-up hingga fraksi kepadatan 90% untuk menghasilkan air ultramurni sesuai spesifikasi di industri semikonduktor. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Parameter perpindahan massa yang diperoleh dari penelitian adalah fluks oksigen sebesar 0,037 0,15 g/m 2.h dan koefisien perpindahan massa sebesar 1, m/s 4, m/s. Fluks oksigen dan koefisien perpindahan massa meningkat dengan berkurangnya jumlah serat karena serat membran pada modul yang kurang padat terfluidisasi dan menghasilkan perpindahan massa yang lebih baik. Fluks oksigen dan koefisien perpindahan massa meningkat dengan naiknya laju alir air karena adanya efek turbulensi yang akan mempertipis boundary layer. 2. Friksi terbesar pada eksperimen mencapai 40 kali lebih besar dibandingkan friksi pada sebuah pipa halus. Nilai friksi pada eksperimen lebih tinggi karena friksi yang terjadi bukan hanya akibat gesekan pada dinding kontaktor, tetapi juga akibat gesekan pada serat. 3. Korelasi perpindahan massa yang diperoleh:

9 Sh=(0,0015φ 2-0,0319φ+0,338)Re (0,0014φ2-0,0499φ+1,086) dengan rata-rata error penggunaan persamaan empiris sebesar 10,31%. Korelasi hidrodinamika yang diperoleh: f = (10,645φ 2-216,1φ+1125,9)Re (-0,0086φ2+0,145φ-1,176) dengan rata-rata error penggunaan persamaan empiris sebesar 10,18%. 4. Nilai k L a yang mencapai 0,00124 s -1 atau sekitar 3 kali lebih besar dari luas permukaan spesifik pada kontaktor konvensional. Ini menunjukkan bahwa kinerja kontaktor membran serat berongga PVC lebih baik daripada kinerja kontaktor konvensional. 5. Berdasarkan analisa FESEM, membran PVC memiliki struktur permukaan luar yang kompak yang menghasilkan ketahanan mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik, dimana di bawah permukaan tersebut terdapat banyak poripori yang ukurannya cukup besar yang membuat proses perpindahan massa pada membran PVC ini cukup baik karena tahanan membran menjadi semakin kecil dan oksigen akan semakin mudah berdifusi ke dalam serat. 6. Berdasarkan hasil scale-up, kontaktor membran serat berongga PVC ini layak untuk diaplikasikan di industri dalam rangka menghasilkan air ultramurni, salah satunya di industri semikonduktor dengan sepesifikasi air ultramurni yang diperoleh sebesar 8,93 ppb dengan diameter kontaktor sebesar 60 cm dan jumlah serat sebanyak buah. 5. Daftar Acuan [1] Ito, A., et. al Removal of Dissolved Oxygen Using Non-porous Hollow Fibre Membrane. Journal of Membrane Science, 159, halaman: [2] Jones, C.A., Gordeyev, S.A. dan Shilton, S.J Poly(vinyl chloride) (PVC) Hollow Fibre Membranes for Gas Separation. Polymer, 52, halaman: [3] Kartohardjono, S Shell Side Mass Transfer and Fluid Hydrodynamics in Sealed End Hollow Fiber Membrane Gas-Liquid Contactor. Saarbrücken: Lambert Academic Publishng AG & Co. KG. [4] Lenntech BV. Ultrapure Water, dalam < /ultrapure-water.htm> diakses 3 Maret [5] Li K., et. al Removal of Dissolved Oxygen in Ultrapure Water Production Using a Membrane Reactor. Chem. Eng. Sci, 50 (22), halaman: [6] Lipnizki, F. dan Field Mass Transfer Performance for Hollow Fiber Modules with Shell-Side Axial Feed Flow: Using an Engineering Approach to Develop a Framework. Journal of Membrane Science, 193, halaman: [7] Mahaputra, H. A. dan Yaser Laporan Kerja Praktek di PT. Medco E&P Indonesia. Depok: Departemen Teknik Gas dan Petrokimia FTUI. [8] Peng, Z., et. al Membrane Contactor. International Application Published Under the Patent Cooperation Treaty. International Bureau: World Intellectual Property Organization. [9] Perry, R. H. dan Green, D. W Perry's Chemical Engineer's Handbook. Columbus, OH: McGraw-Hill. [10] Scott, J.N. dan Vanderkooi, J.M A New Hydrogen Bond Angle/Distance Potential Energy Surface of the Quantu Water Dimer. Water Journal. [11] Shao, J., Liu, H., dan He, Y Boiler Feed Water Deoxygenation Using Hollow Fiber Membrane Contactor. Desalination, 234, halaman: [12] Sirkar, K. K Other New Membrane Processes. Membrane Handbook. New York, Chapman & Hall. [13] Tan, X. Y., Capar, G. dan Li, K Analysis of Dissolved Oxygen Removal in Hollow Fibre Membrane Modules: Effect of Water Vapour. Journal of Membrane Science, 69, halaman: [14] Villaluenga, J.P.G., et. al Gas Transport Properties of Polypropylene/clay Composite Membrane. European Polymer Journal, 43, halaman: [15] Wu, J. dan V. Chen Shell Side Mass Transfer Performance of Randomly Packed Hollow Fiber Modules. Journal of Membrane Science, 172, halaman: [16] Xu, J. dan Xu, Z. L Poly(vinyl chloride) (PVC) Hollow Fiber Ultrafiltration Membranes Prepared from PVC/Additives/Solvent. Journal of Membrane Science, 208, halaman:

ABSORPSI GAS CO 2 MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN BERBAHAN POLIVINIL KLORIDA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP DIETHANOLAMINE

ABSORPSI GAS CO 2 MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN BERBAHAN POLIVINIL KLORIDA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP DIETHANOLAMINE ABSORPSI GAS CO 2 MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN BERBAHAN POLIVINIL KLORIDA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP DIETHANOLAMINE Putri Karbelani A. 1, Sutrasno Kartohardjono 2 1. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Absorpsi Gas CO 2 Dari Gas Campuran CO2-CH4 Melalui Kontaktor Membran Berbahan Polivinil Klorida Menggunakan Pelarut Campuran TEA-DEA

Absorpsi Gas CO 2 Dari Gas Campuran CO2-CH4 Melalui Kontaktor Membran Berbahan Polivinil Klorida Menggunakan Pelarut Campuran TEA-DEA Absorpsi Gas CO 2 Dari Gas Campuran CO2-CH4 Melalui Kontaktor Membran Berbahan Polivinil Klorida Menggunakan Pelarut Campuran TEA-DEA Fariz Danupraja 1, Sutrasno Kartohardjono 2 1. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

ABSORBSI CO 2 DARI CAMPURANNYA DENGAN CH 4 ATAU N 2 MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN PELARUT AIR

ABSORBSI CO 2 DARI CAMPURANNYA DENGAN CH 4 ATAU N 2 MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN PELARUT AIR MAKARA, TEKNOOGI, VO. 11, NO. 2, NOVEMBER 2007: 97-102 ABSORBSI CO 2 DARI CAMPURANNYA DENGAN CH 4 ATAU N 2 MEAUI KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN PEARUT AIR Sutrasno Kartohardjono, Anggara,

Lebih terperinci

PROSES PENGHILANGAN OKSIGEN TERLARUT DARI AIR MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERLUBANG

PROSES PENGHILANGAN OKSIGEN TERLARUT DARI AIR MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERLUBANG PROSES PENGHILANGAN OKSIGEN TERLARUT DARI AIR MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERLUBANG Sutrasno K., Peter, Farida, Christina dan Sri Hafwina Lubis Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENYISIHAN AMONIA TERLARUT DARI AIR LIMBAH MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SUPER HIDROFOBIK PADA VARIASI TINGKAT KEASAMAN UMPAN

PENYISIHAN AMONIA TERLARUT DARI AIR LIMBAH MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SUPER HIDROFOBIK PADA VARIASI TINGKAT KEASAMAN UMPAN PENYISIHAN AMONIA TERLARUT DARI AIR LIMBAH MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SUPER HIDROFOBIK PADA VARIASI TINGKAT KEASAMAN UMPAN Kezia Elkardiana (1106070861) Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Data Uncertainty Dalam setiap penelitian, pengambilan data merupakan hal yang penting. Namun yang namanya kesalahan pengambilan data selalu ada. Kesalahan tersebut

Lebih terperinci

PEMISAHAN OKSIGEN TERLARUT DARI DALAM AIR MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA DENGAN METODE GAS PENYAPU SKRIPSI

PEMISAHAN OKSIGEN TERLARUT DARI DALAM AIR MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA DENGAN METODE GAS PENYAPU SKRIPSI PEMISAHAN OKSIGEN TERLARUT DARI DALAM AIR MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA DENGAN METODE GAS PENYAPU SKRIPSI Oleh IMMANUEL KHARISMA 04 04 06 09 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Heat exchanger (alat penukar kalor) adalah sebuah alat yang digunakan untuk memfasilitasi perpindahan kalor antara dua fluida atau lebih yang memiliki perbedaan temperatur

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA 48 ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA Sandi Setya Wibowo 1), Kun Suharno 2), Sri Widodo 3) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar email:sandisetya354@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 DATA UNCERTAINTY Dalam setiap penelitian, pengambilan data merupakan hal yang penting. Namun error (kesalahan) dalam pengambilan data tidak dapat dihindarkan. Kesalahan tersebut

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

Judul MEMBRAN KRISTALISATOR UNTUK PENGOLAHAN AIR LAUT. Kelompok B Pembimbing

Judul MEMBRAN KRISTALISATOR UNTUK PENGOLAHAN AIR LAUT. Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 Judul MEMBRAN KRISTALISATOR UNTUK PENGOLAHAN AIR LAUT Kelompok Arief Plantalukmana (13003082) M. Akhsanur Rofi (13003099) Pembimbing Ir. I G. Wenten, MSc., PhD

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium Oleh Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium : Dwi Rukma Puspayana NRP : 3309.100.009 Dosen Pembimbing : Alia Damayani,

Lebih terperinci

KAJIAN HIDRODINAMIKA DAN TRANSFER MASSA PROSES ABSORBSI PADA VALVE TRAY DENGAN MENINJAU PENGARUH VISKOSITAS CAIRAN

KAJIAN HIDRODINAMIKA DAN TRANSFER MASSA PROSES ABSORBSI PADA VALVE TRAY DENGAN MENINJAU PENGARUH VISKOSITAS CAIRAN KAJIAN HIDRODINAMIKA DAN TRANSFER MASSA PROSES ABSORBSI PADA VALVE TRAY DENGAN MENINJAU PENGARUH VISKOSITAS CAIRAN Disusun Oleh : Evi Fitriyah Khanifah Ayu Savitri Wulansari 2311 106 009 2311 106 020 Prof.Dr.Ir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Kajian Hidrodinamika Proses Absorbsi pada Valve Tray dengan Meninjau Viskositas Cairan

Kajian Hidrodinamika Proses Absorbsi pada Valve Tray dengan Meninjau Viskositas Cairan 1 Kajian Hidrodinamika Proses Absorbsi pada Valve Tray dengan Meninjau Viskositas Cairan Evi Fitriyah Khanifah, Ayu Savitri Wulansari, Ali Altway dan Siti Nurkhamidah, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 APLIKASI MEMBRAN CA/ZEOLIT UNTUK PEMISAHAN CAMPURAN ALKOHOL-AIR Kelompok B.67.3.13 Indria Gusmelli (13004106) Aziza Addina Permata (13004107) Pembimbing Dr. Irwan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA R. Frenando 1, A. Dahliaty 2, A. Linggawati 3 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Bidang Biokimia Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan J. of Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No. 1 004, 63 68 Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan Basuki Widodo Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) Disusun oleh: Felix Christopher Dr. I Gede Wenten Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

PEMISAHAN AMMONIA TERLARUT DALAM AIR MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP ASAM SULFAT SKRIPSI

PEMISAHAN AMMONIA TERLARUT DALAM AIR MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP ASAM SULFAT SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PEMISAHAN AMMONIA TERLARUT DALAM AIR MELALUI KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP ASAM SULFAT SKRIPSI DODI ANDRA 07060064 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

Lampiran A : Perangkat Percobaan Kontaktor Gas Cair

Lampiran A : Perangkat Percobaan Kontaktor Gas Cair Lampiran A : Perangkat Percobaan Kontaktor Gas Cair A.1 Deskripsi Perangkat Percobaan Perangkat percobaan Kontaktor Gas Cair ini diarahkan untuk pelaksanaan percobaaan yang melibatkan kontak udara-air

Lebih terperinci

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang banyak di gunakan untuk operasi dan produksi dalam industri proses, seperti:

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN

PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 22 PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN M. Nasikin, Tania Surya Utami dan Agustina TP Siahaan Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PEMANFAATAN PELARUT ALAM DARI BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA) UNTUK ABSORPSI GAS CO 2 MENGGUNAKAN KONTAKTOR MEMBRAN SERAT BERONGGA SKRIPSI ANDRI KRESTIANTO 0405060113 FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Frans Enriko Siregar dan Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada Minggu 8 6. Filtrasi Filtrasi dapat dibedakan berdasar ukuran dari partikel yang dipisahkan ataupun tekanan yang digunakan. Gambar 6. 1 adalah pembagian jenis filtrasi berdasarkan tekanan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424 Indonesia andhika.bramida@ui.ac.id

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON T 541.3 RAT ABSTRAK Membran serat berongga.. dibuat dengan proses pemintalan kering-basah

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Struktur Hidrolika Sungai Perhitungan struktur hidrolika sungai pada segmen yang ditinjau serta wilayah hulu dan hilir segmen diselesaikan dengan menerapkan persamaanpersamaan

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat. Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi (), Tembaga (), Dan kel () Dengan Flotasi Ozon Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo Departemen

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Kontributor: Dr. Yogi Wibisono

Lebih terperinci

SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR

SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR L/O/G/O SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR PEMANFATAAN SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MEMBRAN UNTUK DESALINASI AIR LAUT The Used of Coconut Husk as Raw Material for The Fabrication of Seawater Membrane

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Industri memiliki potensi sebagai sumber terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida)

LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida) LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida) Oleh: Tan Ali Al Ayubi NRP. 4216106028 Dosen Pengampu: Ede Mehta Wardhana, ST., MT. TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

Lebih terperinci

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian Perancangan Tangki Pemisah Limbah Cair Fasa Minyak (Cumene) Dari Limbah Cair Untuk Dimanfaatkan Sebagai Bahan Bakar Boiler: Studi Kasus di D-Plant PT. NMC Abdul Wahid dan Deni Purnama Jurusan Teknik Gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aliran multifase merupakan salah satu fenomena penting yang banyak ditemukan dalam kegiatan industri. Kita bisa menemukannya di dalam berbagai bidang industri seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB III SET-UP ALAT UJI

BAB III SET-UP ALAT UJI BAB III SET-UP ALAT UJI Rangkaian alat penelitian MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida. Pengamatan pembentukan micro bubble yang terjadi di daerah

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka pemikiran Berdasarkan pembahasan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab II, maka efek medan magnet pada air sadah dapat diklasifikasikan menjadi 4

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGAMATAN VISUAL Pengamatan visual dilakukan terhadap sampel sebelum dilakukan proses anodisasi dan setelah proses anodisasi. Untuk sampel yang telah mengalami proses anodisasi,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan *Email: reza.fauzan@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang peningkatan jumlah produksi minyak yang diperoleh dari sumur produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

Halaman Pengesahan Skripsi

Halaman Pengesahan Skripsi Halaman Pengesahan Skripsi Nama / NIM : Triyo Hadi Wibowo (L2C 308 037) Nama / NIM : Yanuar Puspo Wijayanto (L2C 308 039) Program Studi : Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Kimia Fakultas : Teknik Universitas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( )

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( ) LAPORAN PENELITIAN Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI (0731010045) BAGUS ARIE NUGROHO (0731010054) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci