MAHARANI ASTUTIK Nim :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHARANI ASTUTIK Nim :"

Transkripsi

1 STUDI PERTAMBAHAN PANJANG SULUR DAN KECEPATAN BELIT LIANA (Merremia peltata L. MERR) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : MAHARANI ASTUTIK Nim : PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011

2 STUDI PERTAMBAHAN PANJANG SULUR DAN KECEPATAN BELIT LIANA (Merremia peltata L. MERR) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : MAHARANI ASTUTIK Nim : Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011

3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : STUDI PERTAMBAHAN PANJANG SULUR DAN KECEPATAN BELIT LIANA (Merremia peltata L. MERR) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Nama Mahasiswa : MAHARANI ASTUTIK Nim : Program Studi Jurusan : MANAJEMEN HUTAN : MANAJEMEN PERTANIAN Menyetujui, Pembimbing Penguji I, Ir. M. Fadjeri, MP Nip Elisa Herawati. S. Hut, MP Nip Penguji II, Mengesahkan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ilyas Teba. S. Hut, MP Nip Lulus ujian tanggal : Ir. Wartomo, MP Nip

4 ABSTRAK MAHARANI ASTUTIK. Studi Tentang Pertambahan Panjang Sulur Dan Kecepatan Belit Liana (Merremia peltata L. Merr) di Areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. (Dibawah bimbingan M. Fadjeri). Suatu kendala yang sering terjadi di dalam Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah masalah gulma. Salah satu gulma tersebut adalah liana, yang terdapat pada lahan terbuka maupun tegakan dan berperan sebagai penyaing dalam memperoleh unsur hara, cahaya matahari, dan tempat tumbuh. Liana merupakan salah satu jenis pionir yang tumbuh cepat setelah pembakaran. Liana mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang biak yang cepat sehingga usaha pengendalian secara mekanis maupun kimia perlu dilakukan secara teratur. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pertambahan panjang sulur dan kecepatan belit liana (M. peltata). Dalam pengukuran pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) dilakukan mulai pada titik yang ditandai dengan ikatan tali rafia yang dipasang pada ruas terakhir sebelum ujung daun penutup. Pengukuran pertambahan panjang sulur dilakukan setiap minggu. Jumlah sampel yang diukur sebanyak 30 sampel. Untuk pengukuran kecepatan belit liana dilakukan dengan cara melilitkan dan mengikat ujung liana pada ajir yang sengaja ditanam tegak lurus. Jumlah ajir yang ditanam sebanyak 30 batang, dengan tinggi dari permukaan tanah 2 meter, adapun jarak antara ajir adalah 1meter. Setiap minggu kecepatan belit liana dihitung dengan cara mengamati berapa jumlah belitan liana yang terdapat pada ajir yang ada. Hasil pengamatan rata-rata pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) adalah 78,57cm per minggu atau 11,22cm perhari, sedangkan kecepatan belitnya adalah 6,79 belit perminggu atau 0,97 belit perhari dengan waktu penelitian dua bulan (56 hari). Besarnya angka rata-rata pertambahan panjang dan angka kecepatan belit diduga disebabkan kondisi tempat tumbuh liana adalah tempat terbuka yang memperoleh cahaya matahari penuh dan mendukung pernyataan Anonim (2011)b yaitu adanya rangsangan cahaya akibat fototaksis terjadi pada tumbuhan merambat. Berdasarkan pengamatan

5 silvika di lokasi penelitian diketahui bahwa liana yang tumbuh pada tempat terbuka pertambahan panjang dan kecepatan belitnya lebih tinggi. Hal ini diduga dipengaruhi oleh banyaknya cahaya yang diterima oleh liana untuk melangsungkan proses fotosintesis sebagaimana yang ditambahkan oleh Suharti (1978) dalam Kamariah (1993). Dengan demikian maka dalam pembangunan HTI jenis liana ini perlu diawasi keberadaannya karena berpotensi menjadi tanaman penggangu baik anakan maupun pohon dewasa yang sebagai penyusun tegakan HTI tersebut.

6 RIWAYAT HIDUP Maharani Astutik lahir pada tanggal 30 Maret 1990 di Kelubir, Kecamatan Tanjung Palas. Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan Ibu Sri Astuti dan Bapak Kusyono. Pada tahun 1996 ia mulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 058 Tanjung Palas Bulungan dan memperoleh ijazah pada tahun Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Jurusan Pengelolaan Hutan Program Studi Manajemen hutan. Selama menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Surya Hutani Jaya, Site 32 Distric Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim selama 1 bulan, mulai dari tanggal 14 Maret 2011 sampai dengan tanggal 12 April 2011.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat petunjuk, rahmat dan karunia-nya maka penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Pada pelaksanaan pengamatan penelitian dan penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. 2. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan dan selama pengamatan sampai penyusunan Karya Ilmiah ini. 3. Ibu Elisa Herawati S. Hut, MP dan Bapak Ilyas Teba S. Hut, MP selaku dosen penguji. 4. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Jurusan Pengelolaan Hutan yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi. 5. Rekan Mahasiswa Angkatan 2008 yang telah membantu dan mendukung selama penelitian sampai pembuatan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan karya ilmiah ini. Semoga apa yang tertulis dalam Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya. Penulis Kampus Sei Keledang, Agustus 2011

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. Halaman v vi vii viii I. PENDAHULUAN... 1 II. III. IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Tentang Tanaman Pembelit. 3 B. Pemeliharaan Tanaman Dari Gangguan Gulma.. 11 C. Gerak Pada Tumbuhan. 13 METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu. 17 B. Alat dan Bahan.. 17 C. Prosedur Kerja D. Pengambilan dan Analisis Data... E. Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil.. 20 B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.. 23 B. Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN LAMPIRAN.. 25

9 DAFTAR GAMBAR Tubuh Utama No. 1. Grafik pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) pada masing-masing pengukuran pada masing-masing pengukuran selama 2 (dua)bulan. Halaman 20 Lampiran 2. Gambar Pengukuran Liana (M. peltata) Di Lapangan... 32

10 DAFTAR TABEL Tubuh Utama No Halaman 1. Hasil Pengamatan Rata-rata Pertambahan Panjang Sulur Liana (M. peltata) perminggu dan perhari Hasil Pengamatan Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) cm per minggu dan perminggu 21 Lampiran 3. Data Mingguan Pengukuran Panjang Sulur Liana (Merremia peltata) Pengukuran Awal dan Akhir Panjang Sulur Liana (M. peltata) dan Rata-Rata Pertambahan per minggu Rata-Rata Pertambahan Kecepatan Belit Perminggu dan Perhari Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) Perminggu Dan Perhari

11 I. PENDAHULUAN Pembangunan Industri perkayuan di dalam negeri harus ditunjang oleh persediaan bahan baku yang memadai agar dapat menjamin kelangsungan produksinya. Masih sangat besarnya ketergantungan bahan baku untuk industri pada hutan alam yang di luar Jawa tidak akan menjamin kelangsungan produksi di masa akan datang. Hal ini mengingat produksi hutan alam tersebut telah menurun sedangkan kebutuhan bahan baku terus meningkat, seiring dengan perkembangan industri pengolaan kayu, serta meningkatkan kebutuhan akan hasil olahan tersebut. Pembangunan HTI secara besar-besaran memerlukan perencanaan yang matang, baik perencanaan ekonomis maupun perencanaan teknis di lapangan, HTI ini merupakan sistem silvikultur yang sudah cukup dikenal di Kalimantan Timur, meskipun demikian masih banyak permasalahan yang perlu diatasi mulai dari pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman sampai pemeliharaannya. Sehingga mengundang berbagai masalah di luar dugaan semula. Secara teknis keberhasilan tanaman industri ini di samping harus memilih bibit yang berkualitas baik dan unggul, yang penting lagi bagaimana cara memilih sistem yang tepat, mulai dari teknis persemaian, penanaman dan pemeliharaan selanjutnya. Liana merupakan salah satu masalah yang timbul dalam pembangunan HTI. Biasanya terdapat pada lahan terbuka maupun pada tegakan, dan berperan sebagai penyaing dalam memperoleh unsur hara, cahaya matahari, dan tempat tumbuh. Liana merupakan salah satu jenis pionir yang tumbuh cepat setelah pembakaran. Menurut Kamariah (1993) tanaman ini mempunyai kemampuan

12 2 tumbuh dan berkembang yang tinggi. Gangguan yang disebabkan oleh liana adalah berupa kerusakan mekanis dalam bentuk penutupan tajuk tanaman pokok dengan cepat sehingga menyebabkan percabangan rusak dan patah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan panjang sulur dan kecepatan belit liana (Merremia peltata) di Areal Sekitar Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Adapun hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai pertambahan panjang sulur dan kecepatan belit liana (Merremia peltata). Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya pengendaliannya dilakukan baik secara mekanis maupun kimia terutama dalam pembangunan HTI maupun kegiatan silvikultur lainnya..

13 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Tentang Tanaman Pembelit 1. Klasifikasi dan Distribusi Famili Convolvulaceae Klasifikasi Ilmiah Kingdom Plantae (unranked) Angiosperma (unranked) Eudicots (unranked Asterids Ordo Solanales Family Convolvulaceae Genus Merremia Spesies M. peltata Nama Kedua Merremia peltata (L.) Merr. Dengan sinonim Convolvulus peltatus L dan Ipomoea nymphaeifolia Blume Sumber: Anonim (2011)a Menurut Ooststroom (1953), dalam Kamariah (1993), famili ini terdiri dari 55 genera dengan kurang lebih 1650 spesies, menyebar luas di daerah tropika, subtropika, jumlah species tersebar terdapat ditropik dan subtropik yaitu di Amerika dan Asia. Genera tersebar adalah Ipomoea (±500 spp), Vonvolvulus (± 250 spp), dan Cuscuta (± 165 spp), hanya saja kedaerah tropik dan subtropik. Genera besar lainnya, seperti Merremia (± 80 spp) menyebar di daerah tropika. 2. Ekologi Famili Convolvulaceae Ooststroom (1953), dalam Kamariah (1993), menyatakan bahwa spesies ini sebagian besar terdapat di lokasi terbuka dan mendapat sinar matahari penuh sehingga liana menyukai lahan lahan terbuka dan tempat

14 4 sejenisnya, dalam hal ini sering terjadi di tepi tepi belukar dan tepi hutan. Di hutan hutan primer famili ini sangat jarang. Beberapa species dari famili Convolvulaceae menutupi tajuk atau merambat pada pohon lain, contoh dari tipe ini didapat pada belukar dan hutan sekunder, misalnya Mirremia peltata merupakan salah satu gulma berkayu yang sangat merugikan di daerah tropika. Penggunaan praktis dari famili biasanya di perkebunan, dimana beberapa spesies dari famili Convolvulaceae biasa di gunakan sebagai penutup tanah. Nazif (1990), dalam Kamariah (1993), menyatakan M. peltata merupakan salah satu gulma berkayu yang sangat merugikan di daerah terbuka dan dapat menekan pertumbuhan anakan serta dapat menyebabkan kebakaran. M. peltata merupakan gulma berdaun lebar yang dapat tumbuh baik di daerah terbuka. Jenis liana ini tumbuh merambat dan dapat menutupi tajuk serta melilit batang tanaman pokok. Akibatnya tanaman pokok terganggu pertumbuhannya dan dapat menyebabkan cacat batang. Jenis M. peltata tersebut sangat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok dan dapat menurunkan kualitas kayu, sehingga perlu segera dilakukan usaha pengendaliannya. Pengendalian gulma tersebut dapat dilakukan secara kimiawi, mekanik maupun secara kultur teknis. Pengendalian secara kimiawi sebaiknya dihindarkan jika ada cara lain yang lebih ekonomis masih dapat dilakukan, mengingat akibat yang mungkin ditimbulkannya terhadap tanaman pokok dan dapat meningkatkan residu di sekitarnya.

15 5 3. Pengertian Liana Menurut Arief (1994) dalam Cordova (2001), liana dinamakan juga tumbuh-tumbuhan merambat. Batangnya tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak kuat mendukung tajuknya. Liana yang merupakan salah satu ciri khas hutan terutama yang berkayu, dapat merupakan bagian tajuk hutan yaitu mendesak tajuk pohon, tempat liana bertumpu. Liana juga bisa mengisi lubang-lubang tajuk hutan diantara beberapa pohon guna memperoleh sinar matahari sebanyak-banyaknya. Batang-batangnya terkadang menyerupai tali atau kawat setebal paha manusia dan menggantung tertutup daun. Contoh: rotan, vanili, dan lain-lain. Tumbuhan merambat yang berstatus gulma, bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Tanaman pembelit ini mungkin menimbulkan masalah mekanis seperti: Mikania chordata di pertanaman karet, kelapa sawit dan kehutanan atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan Cassytha filiformis, karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat. Dilaporkan bahwa parasit Cuscuta sp di Srilanka dapat mengendalikan pertumbuhan rapat dari Mikania sp. Tumbuhan memanjat atau liana, yang mengadakan persaingan atas cahaya dan ruang, merupakan suatu yang menarik perhatian di hutan hujan. a. Kerugian Tanaman Pembelit Kerugian yang ditimbulkan sebenarnya amat besar, hanya saja tidak mudah dilihat karena terjadi pelan-pelan tidak drastis seperti yang disebabkan oleh patogen atau hama Tjitrosoedirjo (1984) dalam Kamariah (1993), lain dengan hama atau penyakit yang ada umumnya

16 6 timbul sebagai masalah besar hanya pada waktu-waktu tertentu, tetapi masalah yang ditimbulkan oleh gulma lebih bersifat tetap, karena adanya persaingan. Persaingan yang terjadi antara gulma dengan tanaman pokoknya adalah dalam pengambilanan cahaya, unsur-unsur hara, air dan ruang. Beberapa sifat umum gulma, dapat membentuk banyak biji, cepat berkembang biak, sifat dorman yang luas dan sebagainya. Ditambahkan oleh Sutidjo (1974), dalam Kamariah (1993), bahwa beberapa kerugian yang disebabkan oleh gulma antara lain yaitu: 1) Menurunnya produksi tanaman pokok yang dibudidayakan 2) Menurunnya mutu dan jumlah hasil 3) Sebagai tempat pembentukan sarang hama dan penyakit 4) Makin tingginya biaya pemeliharaan tanaman 5) Berkurangnya debet air dan mutu air. Selanjutnya Ilyas (1987), dalam Kamariah (1993), mengemukakan hasil penelitian bahwa dengan terbukanya lahan setelah pembakaran maka gulma sebagai vegetasi pionir akan tumbuh pesat, baik pada lahan yang belum ditanami merupakan pengganggu bagi tanaman pokok terutama dalam persaingan mendapatkan hara tanah, ruang tumbuh, dan sinar matahari. Di antara gulma yang sangat menganggu adalah liana, karena tumbuhan ini bersifat intoleran, merambat dan menjalar mengikuti bentuk tanaman yang dirambatnya sehingga dapat menutupi seluruh tajuk tanaman. Menurut Richands (1975), dalam Kamariah (1993), menyatakan bahwa tumbuhan liana mempunyai ketergantungn pada individu lain (merambat) dan bisa menutupi tajuk pohon. Sifat liana yang merugikan

17 7 ini ditambah lagi dengan daya tahan yang tinggi sehingga sulit untuk ditanggulangi. b. Persaingan Pembelit dengan Tanaman Pokok Persaingan diartikan sebagai perjuangan dua organisme untuk merebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO 2. Persaingan terjadi bila unsur unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya. Persaingan gulma dengan tanaman yang berbeda, sedangkan persaingan yang terjadi antara species tumbuhan yang sama merupakan persaingan intra spesifik Sukman (1991). Persaingan cahaya matahari seperti yang dikemukakan oleh Suharti (1978), dalam Kamariah (1993), akan terjadi karena pertumbuhan gulma lebih cepat dan lebih tinggi dari pada tanaman pokok.ditambahkan pula bahwa persaingan cahaya akan terjadi apabila tanaman tersebut tumbuh dan menutupi tanaman lain sehingga intensitas cahaya dan mutu cahaya matahari yang diterima tanaman pokok menjadi berkurang. Air merupakan salah satu faktor pembatas dalam produksi tanaman Siregar (1987), dalam Kamariah (1993), sehingga pada daerah daerah yang jelas dengan keadaan perbedaan musim basah dan musim kering, persaingan antara gulma dan tanaman dalam hal air pada musim kering merupakan masalah yang serius. Lebih lanjut Nazif (1992), dalam Kamariah (1993), mengemukakan bahwa penggunaan air yang lebih efesien dapat membuat tanaman pokok mampu bersaing pada

18 8 keadaan persaingan air yang terbatas. Kemampuan gulma untuk bersaing dalam hal pengguaan air yang efesien, juga bergantung dari tipe perakarannya, jumlah akar dan kelembaban di sekitarnya, tipe perakaran yang banyak akan membuat gulma dapat menyerap air lebih banyak dari tanaman pokok. Gulma juga memerlukan hara yang paling untuk diambil dari dalam tanah. Nitrogen adalah unsur paling serius diperebutkan antara tanaman pokok dengan gulma. c. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persaingan Antara Gulma Dengan Tanaman Pokok 1) Jenis Gulma Tiap jenis gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jenis gulma yang mempunyai sistem perakaran yang dangkal, kurang mempunyai daya persaingan dibandingkan dengan jenis jenis yang mempunyai perakaran dalam dan menyebar menurut Mercado (1979), dalam Kamariah (1993). 2) Jenis Tanaman Jenis tanaman merupakan faktor pembatas dari persaingan oleh gulma. Jenis tanaman yang tumbuh lambat lebih mudah tertekan oleh gulma, sehingga untuk dapat melepaskan diri perlu bantuan manusia secara terus menerus Sudrjat (1985), dalam Kamariah (1993). Beberapa jenis yang selama ini di anjurkan oleh Manan (1976), dalam Kamariah (1993), dalam pembangunan HTI antara lain : Accacia mangium, Albizia falcataria, Leucaena leucocephala, dan beberapa jenis lainya.

19 9 3) Tingkat Keperluan Unsur Hara Setiap lahan berkapasitas tertentu dalam mendukung berbagai pertanaman dan pertumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan pada lahan itu tetap walaupun komposisi tumbuhannya berbeda. Tingkat keperluan unsur hara tersebut secara langsung sejalan dengan tingkat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Respon gulma terhadap penambahan unsur hara merupakan pengetahuan sederhana yang sering digunakan dalam pengendalian gulma Sukman (1991). 4) Tingkat Keperluan Cahaya Percobaan Suharti (1979), dalam Kamariah (1993), ini membuktikan bahwa kecepatan pertumbuhan dan biomas (bobot basah) Mikania micrantha dipengaruhi oleh intensitas cahaya dibawah naungan penuh dalam hal ini 25% dan 50% mempunyai pengaruh yang baik bagi kecepatan pertumbuhan dan pembentukan biomas M. micrantha. Kecepatan pertumbuhan dan pembentukan dan pembentukan biomas yang paling rendah terjadi pada intensitas cahaya kurang dari 100% dan 0%. Dari kenyataan di atas mungkin dapat diharapkan bahwa tegakan dengan tajuk yang rapat dapat menekan pertumbuhan M. micrantha. 4. Morphologi Liana Ilyas (1987), dalam Kamariah (1993), mengemukakan hasil pengamatan jenis Liana yang terdapat pada areal penelitian (PT. Kiani Lestari) yang teridentifikasi dari famili Convolvulceae tersebut termasuk ke

20 10 dalam golongan semak atau tumbuhan berkayu, memiliki getah, kebanyakan tumbuhan ini membelit. Daun tersebar, tunggal, kadang kadang tanpa daun penumpu. Bunga kebanyakan beraturan, berkelamin dua, berbilangan 4 5. Kelopak daun lepas, mahkota daun lekat dengan tajuk dalam, tunas terletak seperti katup melipat. Benang sari berseling dengan tajuk mahkota. Bakal buah menumpang, beruang 2 5, tangkai putik satu atau dua. Buah kotak dengan biji sedikit. Selanjutnya menunjukkan bahwa jenis yang terdapat di areal penelitian ialah Merremia peltata dan Ipomea crassicaulis. Adapun morphologi dari jenis tersebut merupakan tanaman merambat dengan panjang bisa mencapai 30 meter atau lebih. Kadang bisa menutupi pohon yang dirambatinya, bergetah putih pada tangkai daunnya berbulu halus. Berdaun tunggal, berbentuk ovale (bulat telur) sampai orbicular atau kadang kadang juga kordate ( bentuk jantung ), panjang daun antara 7 30 cm, dengan tata bunga corymbase dengan pedicel 1,5 2,5 cm. Kuncup bungan acute, sepal 15 mm, corolla lebar. Buah tunggal berbiji kotak. Tumbuh terutama pada hutan hutan setelah penebangan dan tumbuh sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. B. Pemeliharaan Tanaman Dari Gangguan Liana 1. Penyiangan Secara Umum Penyiangan adalah salah satu bagian dari rangkaian kegiatan pemeliharaan tanaman. Pelaksanaan awal pemeliharaan adalah penyiangan, setelah itu kegiatan pembersihan, pembuangan gulma, dan pembebasan Soesono (1976), dalam Kamariah (1993). Salah satu faktor yang sangat penting adalah memperhatikan tingkat persaingannya, baik

21 11 yang terjadi di antara pohon-pohon yang dipelihara maupun antara pohon (tanaman pokok) dengan penyiangnya. Kegiatan penyiangan meliputi dua cara pekerjaan: a) Pengendalian gulma pendek (rumput, herba dan semak) yang harus dilakukan dini begitu tanaman selesai. b) Pengendalian perambat, yang mungkin meliputi kurun beberapa tahun. 2. Penyiangan Tanaman Hutan Tanaman Industri Selanjutnya Tangketasik (1989), dalam Kamariah (1993), mengatakan bahwa penyiangan tanaman HTI di Kalimantan Timur umumnya dilaksanakan secara manual. a) Pembersihan Pemberantasan terjadi dalam tegakan bila pohon-pohon masih dalam tahap sapihan atau lebih kecil. Maksud pembersihan adalah membebaskan satu jenis dari dominasi jenis lain. Satu jenis tidak diinginkan jika menaungi atau mengancam untuk menaungi jenis yang dipilih. Pembebasan adalah kegiatan yang lebih memerlukan inventasi dari pada memberikan keuntungan finansial yang segera, sehingga dikerjakan dengan cara termurah dan efektif, menggunakan penyemprotan atau injeksi herbisida, menebang pohon pesaing atau bahkan hanya membentuk tajuk. Hanya pohon berharga terpilh yang dibebaskan, karna pemusnahan jenis yang lebih jelek bukan merupakan tujuan. Maksud pembersihan hanya untuk membebaskan secara memadai jenis yang dipilih untuk menjamin dominasi tepat tumbuh yang cepat Marsono (1987) dalam Kamariah (1993).

22 12 b) Pembuangan Gulma Pembuangan gulma sama dengan pembersihan, tetapi diterapkan untuk membebaskan semai atau sapihan dari persaingan vegetasi tumbuhan bawah, liana, dan belukar. Persaingan dihilangkan dengan memotong atau membuang gulma sekitar semai atau membasmi gulma dengan herbisida. Ditambahkan lebih lanjut oleh Tangketasik (1989), dalam Kamariah (1993), yang mengatakan dewasa ini cara mengatasi tumbuhan pengganggu dibidang kehutanan dengan jenis herbisida belum banyak dilakukan, terutama sampai titik yang diharapkan. Kehadiran tanaman pengganggu M. peltata dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok. Sifat pertumbuhannya selalu merambat dan membelit inilah yang dapat merugikan tanaman pokok. Gulma ini umumnya tumbuh dengan baik di tepi jalan biasanya pada radiasi 10 sampai 50 meter dari tepi jalan utama. Penanggulangan tumbuhan pengganggu perlu segera dilakukan mengingat sifatnya yang dapat merugikan tanaman pokok, baik petumbuhan diameter maupun tinggi pohon. Tanaman yang di ganggu hidupnya merana, kerdil dan apabila populasinya cukup banyak akan menyebabkan kematian tanaman pokok. c) Pembebasan Pembebasan juga di kerjakan ketika invidu jenis yang diinginkan pada sapihan atau lebih kecil, tetapi berbeda dengan pembebasan karena pohon yang dihilangkan membentuk kelas umur yang lebih tua bisa sebarang jenis atau tajuk satu sama lain adalah membebaskan

23 13 lapisan bawah. Jika lapisan atas laku dijual, penghilangannya sederhana, tetapi kegiatan tersebut biasanya dikerjakan dengan banyak biaya. Biaya ini kadang kadang dikurangi dengan penggunaan herbisida atau dengan girding dari pada tebangan, yang dalam hal ini lapisan atas yang diperlukan mati pelan pelan dan pohon mati yang tumbang sedikit saja merusakkan lapisan bawah yang kuat. C. Gerak Pada Tumbuhan Anonim (2011)b Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun tertentu. Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut, tumbuhan melakukan gerakan yang mungkin menuju ke arah rangsang atau menjauhi dan melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu. Beberapa jenis gerakan tumbuhan yang tergolong iritabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu: tropisme, taksis, dan nasti. 1. Tropis Tropisme adalah gerakan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsang dari luar. Rangsang dari luar yang mempengaruhi gerak tumbuhan ada bermacam-macam. Misalnya cahaya, gravitasi, air atau kelembaban, dan sentuhan atau singgungan. Berdasarkan jenis rangsangan tersebut,

24 14 tropisme dibedakan menjadi fototropisme, geotropisme, hidrotropisme, dan tigmotropisme. a) Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsang cahaya. Apabila gerak tumbuhan tersebut menuju kearah cahaya, berarti tumbuhan tersebut melakukan gerak fototropisme positif. Apabila gerakan tumbuhan ini menjauhi arah cahaya, maka disebut fototropisme negatif. Contoh gerak fototropisme positif adalah tanaman biji-bijian yang sedang tumbuh tunas. b) Geotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi (gaya tarik) bumi. arah pertumbuhan tersebut ke atas, maka termasuk geotropisme negatif. Akan tetapi, apabila arah pertumbuhan menuju kebawah berarti termasuk gerak geotropisme positif. Contoh geotropisme positif adalah pertumbuhan akar yang selalu menuju ke bawah atau ke dalam tanah. c) Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan menuju kearah yang basah atau berair. Arah pertumbuhan menuju temapt yang berair disebut gerakan hidrotropisme positif. Apabila araah pertumbuhan tanaman menjauhi tempat yang berair disebut gerakan hidrotropisme negatif. Contoh hidrotropisme positif adalah arah pertumbuhan ujung akar didalam tanah yang selalu mengandung air. d) Tigmotropisme adalah gerak tumbuhan dari bagian tumbuhan akibat persinggungan. Contohnya: sulur markisa, dan batang mentimun yang membelit tanaman lain.

25 15 2. Taksis Tumbuhan umumnya hanya mampu melalukan gerak pada sebagian anggota tubuhnya, misalnya akar yang mendekati air atau pucuk yang mendekati cahaya. Namun, pada tumbuhan tingkat rendah mampu melakukan gerak berpindah tempat. Seluruh tubuhnya berpindah. Misalnya, tumbuhan euglena dan bakteri besi. Gerak seluruh tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh datangnya rangsang disebut gerak taksis. Berdasarkan rangsang penyebabnya, taksis dibedakan menjadi fototaksis dan kemotaktis. Fototaksis merupakan gerak seluruh tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh rangsang cahaya. Misalnya gerakan euglena yang selalu mendekati cahaya. 3. Nasti Daun putri malu akan menutup apabila disentuh dan setelah didiamkan agak lama, daun tersebut akan membuka kembali. Gerak tersebut sebagai tanggapan atas reaksi yang datang dari luar, sedangkan arah gerakannya tidak ditentukan oleh arah datangnya rangsang. Gerakan tersebut disebut gerakan nasti. Gerak nasti dibedakan menjadi dua, yaitu seismonasti dan gerak niktinasti. Seismonasti adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh rangsang sentuhan. Sedangkan gerak niktinasti adalah gerak tubuh tumbuhan karean adanya rangsang intensitas cahaya yaitu gelap atau terang.

26 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Kelurahan Sei Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan mulai bulan 5 Mei sampai dengan bulan 5 Juli B. Alat dan Bahan 1. Alat a) Meteran, untuk mengukur panjang liana (Merremia peltata). b) Tali rafia, untuk membuat batasan masing-masing sampel liana (M. peltata). c) Karpet plastik, untuk pemberian nomor-nomor sampel liana (M. peltata). d) Ajir, untuk memasang awal pengukuran pada masing-masing sampel liana (M. peltata). e) Parang, untuk membuat ajir. f) Alat tulis menulis. g) Kamera Digital untuk dokumentasi. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi liana (Merremia peltata) yang tumbuh pada lokasi pengamatan.

27 17 C. Prosedur Kerja 1. Lokasi penelitian ditentukan setelah dilakukan orientasi lapangan 2. Menentukan jenis liana (Merremia peltata) yang diamati 3. Mencari ajir disekitar lokasi pengamatan 4. Mempersiapkan peralatan pengamatan 5. Pemberian tanda pada ujung masing-masing sampel liana ditandai dengan ikatan tali rafia yang dipasang pada ruas terakhir sebelum ujung daun penutup. 6. Pada tali rafia tersebut dimasukkan nomor yang dibuat dari karpet plastik 7. Mengukur panjang sulur liana yang ditandai dengan tali rafia sebelum ujung daun penutup (pengukuran awal) 8. Mengukur panjang liana setelah dua bulan (pengukuran akhir). D. Pengambilan dan Analisis Data Adapun data yang dikumpulkan antara lain: 1. kecepatan belit liana yang sengaja dibelitkan pada ajir buatan. Yang diukur kecepatan belitnya setiap seminggu sekali dan akhir penelitian diukur panjang liana yang membelit dengan cara direntangkan menurut garis lurus. 2. Pertambahan panjang sulur yang diukur dengan cara memberi tanda pita pada buku-buku sulur yang diamati sebagai titik awal pengukuran. 3. Jumlah sampel untuk kedua jenis penelitian tersebut adalah 60 sampel masing-masing 30 sampel. E. Pengolahan Data Data yang telah diperoleh diolah dengan rumus rata-rata menurut Pambudhi (1985) dalam Kamariah (1993) sebagai berikut:

28 18 a. Nilai rata-rata pertambahan panjang liana ( M. peltata ) Dimana : nilai rata-rata pertambahan panjang seluruhnya liana ( M. peltata ) nilai pertambahan panjang seluruhnya. n = jumlah sampel yang diamatai b. Nilai rata-rata pertambahan panjang liana ( M. Peltata ) tiap satu sulur liana. Dimana : nilai rata-rata pertambahan panjang liana, untuk satu sulur liana ( M. peltata ). P 1= pengukuran awal. P2= pengukuran akhir W= lamanya waktu pengamatan (minggu). c. Rata-rata kecepatan belit (M. peltata) tiap satu turus. Dimana : nilai rata-rata pertambahan panjang liana, untuk satu sulur liana (M. peltata ). b = kecepatan belit n = jumlah seluruh sampel

29 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan pengukuran panjang sulur dan kecepatan belit liana (Merremia peltata) Selama 2 (dua) bulan diketahui pertambahan rata-rata panjang sulur dan kecepatan belit liana (M. peltata) per minggu sebagaimana terlihat pada table 4 dan 5 sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Rata-rata Pertambahan Panjang Sulur Liana (Merremia peltata) per minggu dan perhari. No Pengukuran Panjang Sulur Total pengukuran awal (P1) Total Pengukuran akhir (P2) Total Pertambahan Panjang rata-rata Rata-rata pertambahan panjang perhari Jumlah (cm ) Rata-Rata (cm) 172,5 5, ,5 634,2 2357,13 78,57-11,22 Untuk memperjelas tentang pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) pada masing-masing pengukuran selama satu bulan dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 1. Grafik pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) pada masingmasing pengukuran selama dua (2) bulan

30 20 Tabel 2. Hasil Pengamatan Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) perminggu dan perhari. No Kecepatan Belit Perminggu (belit/minggu) Perhari (belit/hari) 1 Total Kecepatan Belit 203,75 29,11 2 Rata-Rata 6,79 0,97 B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, setiap individu liana (Merremia peltata) pertambahan sulur dan kecepatan belitnya didapat hasil ratarata 78,57cm/minggu atau 11,22 cm/hari, dan kecepatan belitnya 6,79 belit/minggu atau 0,97 belit/hari dimana menunjukkan suatu pertambahan yang cepat. Besarnya angka rata-rata pertambahan panjang dan angka kecepatan belit diduga disebabkan kondisi tempat tumbuh liana adalah tempat terbuka yang memperoleh cahaya matahari penuh dan mendukung pernyataan Anonim (2011)b yaitu adanya rangsangan cahaya akibat fototaksis terjadi pada tumbuhan merambat. Pertambahan sulur dan kecepatan belit liana (M. peltata) yang cepat karena liana mampu hidup pada semua kondisi tanah, baik tanah yang subur maupun yang miskin hara, sebagai mana yang diungkapkan oleh Moenandir (1988), dalam Kamariah (1993), bahwa gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Selain faktor di atas faktor-faktor lain yang merangsang cepatnya pertambahan panjang liana (M. peltata) tersebut adalah faktor lingkungan seperti intensitas cahaya. Hal ini sesuai dengan pengamatan silvika di lokasi

31 21 penelitian diketahui bahwa liana yang tumbuh pada tempat terbuka pertambahan panjang dan kecepatan belitnya lebih tinggi. Ditambahkan oleh Sukman (1991) bahwa tumbuhan yang dibelit oleh liana akan cepat ternaungi tajuknya sehingga pertumbuhannya akan terhambat dan lama-lama akan mati. Teori lain yang sependapat dengan keterangan di atas adalah penelitian yang dilakukan oleh Suharti (1979) dalam Kamariah (1993). Bahwa dengan bertambahnya intensitas cahaya yang diberikan makin bertambah pula: 1. Pertumbuhan memanjang. 2. Ketebalan atau kekerasan batang. Intensitas cahaya khususnya cahaya matahari dapat berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman, karena erat berhubungan dengan prosesnya. Intensitas cahaya yang terbaik bagi pertambahan panjang liana adalah 25% sampai dengan 50% sedangkan pada intensitas cahaya 100% akan memberikan pertumbuhan yang terhambat. Hal tersebut karena intensitas cahaya dapat berpengaruh dengan suhu, kelembaban, kemampuan evaporasi dan transpirasi serta fotosintesis tanaman. Menurut Najib (1990), dalam Kamariah (1993), Merremia peltata merupakan salah satu gulma berkayu yang sangat merugikan di daerah terbuka dan dapat menekan pertumbuhan anakan serta dapat menyebabkan kebakaran, hal ini disebabkan karena jenis ini merupakan gulma berdaun lebar yang dapat tumbuh baik di daerah terbuka. Jenis liana ini tumbuh merambat dan dapat menutupi tajuk serta melilit batang pokok yang mengakibatkan tanaman pokoknya terganggu cacat batang serta penurunan kualitas kayu, sehingga perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi, mekanik maupun kultur teknis.

32 22 V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Rata-rata pertambahan panjang sulur liana adalah 78,57 cm/minggu atau 11,22cm/hari 2. Rata rata Kecepatan belit liana adalah 6,79 belit/minggu atau 0,97 belit/hari. 3. Jenis liana ini berpotensi mengganggu tanaman HTI mulai dari anakan sampai dengan tingkat pohon. B. SARAN 1. Mengingat tingginya pertambahan kecepatan rata-rata panjang sulur liana dan kecepatan belitnya, maka perlu menjadi perhatian dalam penanganan jenis ini di areal HTI. 2. Mengingat besarnya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertambahan sulur dan kecepatan belit liana maka perlu diadakan penelitian serupa di tempat lain agar diperoleh data pembanding yang menjadikan penelitian ini lebih akurat.

33 23 DAFTAR PUSTAKA ANONIM. 2011a. (07/06/2011). ANONIM. 2011b. (08/08/2011). CORDOVA, Y Studi Tentang Cara Pemberantasan Tanaman Pembelit (Liana) Terhadap Pertumbuhan Suatu Tanaman Di Hutan Tanaman Industri (HTI) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. KAMARIAH, N Studi Pertambahan Panjang Sulur Liana (Merremia peltata) Di Areal Kampus Politeknik Pertanian Unmul. SUKMAN, Y Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. 115 hlm.

34 LAMPIRAN

35 26 Tabel 3. Data Mingguan Pengukuran Panjang Sulur Liana (Merremia peltata). NO LIANA PENGAMATAN SETIAP MINGGU (cm) ,4 76,4 160,4 245,4 357,4 430,4 516,4 610, ,4 466,4 547,4 645, ,2 357,8 434,8 521,8 614,8 6 5,5 87,5 203,5 281,9 369,3 452,3 550,3 660,3 7 8,5 77,5 178,5 267,5 368,7 440,7 550,7 649,7 8 4,5 56,5 149,5 249,5 343,5 432,5 510,5 599, ,5 93,5 145,5 221,5 307,5 405,5 497,5 611, , ,7 657,3 13 5,5 73,5 146, ,8 608, ,4 320,8 418,8 510,8 622, ,3 381,3 479,3 562,3 661, ,5 330,5 429,7 523,7 612, ,2 334,2 413,2 489,2 587,8 20 5,5 70,5 143,5 241,1 331,1 414,1 503,1 610,1 21 4,5 109,5 165,5 232,5 306,5 400,5 505,5 626, ,4 309,4 413,4 500,4 598, ,5 265,5 356,5 454,5 577,5 689,2 24 6,5 116, ,5 347,5 426,5 537,5 653, ,6 129,6 242,6 345,6 438,6 522,6 613,6 722, ,2 355,2 453,2 536,2 632, ,5 393,5 490,5 588,5 693,5 30 5,5 63,5 156,5 236,2 314,2 396,2 499,2 613,2 JUMLAH 172,5 2608,5 5183,5 7773, , , , ,5 RATAAN 5,75 86,95 172,78 259,13 347,20 437,25 530,65 634,32

36 27 Tabel 4. Pengukuran Awal dan Akhir Panjang Sulur Liana (M. peltata) dan Rata- Rata Pertambahan per minggu. No Sampel Pengukuran Awal (cm) P1 Pengukuran Akhir (cm) P2 Rata-Rata Pertambahan Panjang Sulur (cm/minggu) ,4 610,4 75,63 2 6, ,63 3 7, ,63 4 5,0 645,4 80,05 5 9,0 614,8 75,73 6 5,5 660,3 81,85 7 8,5 649,7 80,15 8 4,5 599,5 74,38 9 6, ,5 10 3,5 611, , , ,0 657,3 81, ,5 608,8 75, ,2 622,8 77,1 15 6, , , ,0 661,3 82, ,8 612,7 75, ,4 587,8 73,1 20 5,5 610,1 75, ,0 626,5 77, ,0 598,4 73,8 23 6,5 689,2 85, ,0 653,5 80, , , ,0 722,6 89, , , ,0 632,2 78, ,4 693,5 86, ,2 613,2 75,96 Jumlah 172, ,5 2357,13 Rata-rata 5,75 634,32 78,57

37 28 Contoh perhitungan untuk mendapatkan Rata-rata pertambahan panjang sulur yaitu :, misalnya = 75,63 cm/minggu Ket : P 1 = Pengukuran awal (cm) P 2 = Pengukuran akhir (cm) W = Waktu lamanya pengukuran (/minggu) nilai rata-rata pertambahan panjang liana, untuk satu sulur liana ( M. peltata ).

38 29 Tabel 5. Data Mingguan Hasil Pengukuran Cepat Belit Liana (Merremia peltata) NO PENGAMATAN SETIAP MINGGU (belit/minggu) LIANA

39 30 Tabel 6. Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) Perminggu Dan Perhari Jumlah Belitan Selama 2 Bulan Jumlah Minggu Ratarata/Individu/ minggu/belit Jumlah Hari Rata-rata/Individu/ Hari/belit Jumlah Belitan Seluruh Individu Liana Jumlah rata-rata belitan setiap individu

40 31 Contoh perhitungan: Hasil rata-rata belit perindividu setiap minggu diperoleh dari = Rata-rata jumlah individu /minggu dibagi 30hari(1 bulan). Yaitu Hasil rata-rata belit perindividu setiap hari diperoleh dari = Rata-rata jumlah individu perhari dibagi 30hari(1 bulan). Yaitu =

41 32 Gambar Pengukuran Liana (M. peltata) Di Lapangan Gambar 2. Liana yang membelit ajir Gambar 3. Liana yang menjalar Gambar 4. Barisan ajir yang dipasang Gambar 5. Liana yang membelit pohon sengon(falcataria molucana)

42 33 Gambar 6. Liana yang menutupi tajuk pohon Gambar 7. Liana (Merremia peltata)

PENGAMATAN PERTAMBAHAN PANJANG SULUR GULMA LIANA JENIS

PENGAMATAN PERTAMBAHAN PANJANG SULUR GULMA LIANA JENIS PENGAMATAN PERTAMBAHAN PANJANG SULUR GULMA LIANA JENIS Merremia peltata PADA TIGA KONDISI TEMPAT TUMBUH BERBEDA DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: MINARNI NIM. 100500020 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG

REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tumbuhan putri malu sering dijumpai di sekitar sawah, kebun, rerumputan. Tumbuhan putri malu merupakan herba memanjat atau

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.2. fotonasti. kemonasti. geonasti. tigmonasti

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.2. fotonasti. kemonasti. geonasti. tigmonasti SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.2 1. Menutupnya daun putri malu kita sentuh adalah contoh gerak tumbuhan... fotonasti kemonasti geonasti tigmonasti Kunci Jawaban : D Tigmonasti

Lebih terperinci

Tumbuhan dapat melakukan gerak seperti halnya hewan, yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar

Tumbuhan dapat melakukan gerak seperti halnya hewan, yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar 1 Gerak pada tumbuhan sangat lambat sehingga tidak terlihat oleh mata dan tetap berada di tempat tumbuhnya Tumbuhan dapat melakukan gerak seperti halnya hewan, yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari

Lebih terperinci

BAB II GERAK PADA TUMBUHAN

BAB II GERAK PADA TUMBUHAN BAB II GERAK PADA TUMBUHAN Masalah apa yang akan kita pelajari? Apakah tumbuhan bergerak? Gerak apa sajakah yang dapat dilakukan tanaman? Gerak pada umumnya ada dua, yaitu gerak pindah tempat dan gerak

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. gerak esionom gerak taksis gerak endonom gerak tropisme gerak nasti. 136 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Fototropisme.

Peta Konsep. Kata Kunci. gerak esionom gerak taksis gerak endonom gerak tropisme gerak nasti. 136 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Fototropisme. Peta Konsep Tropisme Fototropisme Esionom Taksis Geotropisme Hidrotropisme Tigmotropisme Kemotropisme Fototaksis Kemotaksis Gerak pada tumbuhan Nasti Endonom = otonom = spontan Seismonasti Niktinasti Fotonasti

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLATIHAN SOAL 1. Contoh gerak kemotaksis adalah... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLATIHAN SOAL Menutupnyadaun putri malu Gerak gamet pada tumbuhan lumut Gerak akar menuju pupuk Tumbuhnya akar kepala

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

TUMBUHAN [ putri malu ] BIOLOG I. Ayu Fatmawati. Eko Bayu Manjako. Kevin Aryo Perdana. Rizky Nirwan Batubara. Yohanes Raymond Marvin.

TUMBUHAN [ putri malu ] BIOLOG I. Ayu Fatmawati. Eko Bayu Manjako. Kevin Aryo Perdana. Rizky Nirwan Batubara. Yohanes Raymond Marvin. BIOLOG I TUMBUHAN [ putri malu ] Disusun Oleh : Ahmad Siddiq Ayu Fatmawati Eko Bayu Manjako Kevin Aryo Perdana Rizky Nirwan Batubara Yohanes Raymond Marvin Yunita Anggraini Pengertian Putri malu atau Mimosa

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Kelas VIII Gerak pada Makhluk Hidup. Semester I

Kelas VIII Gerak pada Makhluk Hidup. Semester I Kelas VIII Gerak pada Makhluk Hidup Semester I Daftar Isi www.themegallery.com Topik-topik yang akan dipelajari di bab Gerak pada Makhluk Hidup dan Benda antara lain: Gerak pada Tumbuhan Gerak pada Hewan

Lebih terperinci

RESPON TUMBUHAN TERHADAP LINGKUNGAN

RESPON TUMBUHAN TERHADAP LINGKUNGAN RESPON TUMBUHAN TERHADAP LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2008 Bagaimana tumbuhan memberi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM. 100 500 103 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BHINEKA WANA SUB UNIT SEPARI TENGGARONG. Oleh : JAILAN WALI NIM.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BHINEKA WANA SUB UNIT SEPARI TENGGARONG. Oleh : JAILAN WALI NIM. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BHINEKA WANA SUB UNIT SEPARI TENGGARONG Oleh : JAILAN WALI NIM. 110500009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR GREEN PANTAS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea sp) Oleh

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR GREEN PANTAS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea sp) Oleh 1 APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR GREEN PANTAS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea sp) Oleh YUHAYATI NIM. 070 500 092 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

TANAMAN PORANG Karakter, Manfaat dan Budidaya

TANAMAN PORANG Karakter, Manfaat dan Budidaya TANAMAN PORANG Karakter, Manfaat dan Budidaya Oleh : Dr. Ir. Ramdan Hidayat, M.S. F. Deru Dewanti, S.P., M.P. Hartojo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI TANAMAN KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} Klasifikasi Verdcourt genus Glycine tdr 3 sub genera: Glycine Willd, Bracteata Verde, Soja (Moench) F.J. Herm. Subgenus Soja merupakan

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena mempunyai kandungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap.

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap. Peta Konsep Proses fotosintesis Reaksi terang Reaksi gelap Fotosintesis Faktor-faktor yang memengaruhi fotosintesis Air (H 2 O Karbondioksida (CO 2 Cahaya matahari Suhu Oksigen (O 2 Kata Kunci fotosintesis

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. GERAK PADA TUMBUHAN

II. GERAK PADA TUMBUHAN II. GERAK PADA TUMBUHAN A.Gerak Etionom Gerak etionom merupakan reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Berdasarkan hubungan antara arah respon gerakan dengan asal rangsangan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

7 Fotosintesis, Gerak,

7 Fotosintesis, Gerak, Bab 7 Fotosintesis, Gerak, dan Hama Penyakit pada Tumbuhan Sumber: Encarta 2005 Gambar 7.1 Tumbuhan hijau Peta Konsep Coba kamu bayangkan apa yang terjadi jika tidak ada tumbuhan? Tentunya tidak akan ada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

MODUL XII GERAK PADA TUMBUHAN

MODUL XII GERAK PADA TUMBUHAN 72 MODUL XII GERAK PADA TUMBUHAN TUJUAN Mengamati gerak yang terjadi pada tumbuhan. TEORI Arah gerak pada tumbuhan ada yang ditentukan oleh rangsangan (menuju atau menjauhi sumber rangsangan) dan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI 10712027 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM. PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4 Oleh : SUKARNO NIM. 120500064 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat memenuhi kebutuhan akan minyak nabati. Tanaman lain yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil minyak masak, bahan industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

ULANGAN KENAIKAN KELAS KELAS VIII (Soal Utama)

ULANGAN KENAIKAN KELAS KELAS VIII (Soal Utama) ULANGAN KENAIKAN KELAS KELAS VIII (Soal Utama) Jenis Sekolah : SMP Semester : 2 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Hari/Tanggal: Kelas : VIII (Delapan) Waktu : Menit Petunjuk Umum 1. Tulislah terlebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme Endofit Endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme dengan jaringan tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman inang bervariasi mulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci