BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan upaya pemberian bantuan oleh pembimbing yang ahli kepada individu dalam memecahkan masalah, melakukan adaptasi dengan lingkungan dan atau mengembangkan potensi secara optimal. Sasaran BK adalah pengembangan potensi individu, tetapi dapat pelaksanaannya dapat dilakukan dengan kelompok, yang disebut sebagai bimbingan kelompok atau konseling kelompok. Bimbingan kelompok merupakan proses bantuan terhadap individu dalam situasi kelompok dengan pemberian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan social. Bimbingan kelompok ini lebih bersifat preventif dan didasarkan pada dinamika kelompok. Sedangkan konseling kelompok adalah proses bantuan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu secara berkelompok yang membutuhkan baik dalam penyelesaian masalah, pengembangan potensi maupun penyesuaian diri dengan lingkungan. Proses bantuan konseling kelompok dilakukan dalam situasi yang bersifat preventif dan kuratif. Konseling kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan berarti bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Setiap individu diberikan kebebasan dalam menyampaikan perasaannya, sehingga tercipta hubungan yang dinamis antarpribadi, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan hangat, saling mengerti dan mendukung. Dan pemimpin dalam konseling kelompok adalah konselor. Agar proses konseling dapat berjalan dengan lancar, konselor harus menguasai teoriteori konseling seperti teori psikoanalisa, behavioral, dan humanistik. Pada kesempatan ini, penulis hanya akan membahas tentang konseling kelompok berdasarkan teori psikoanalisa. Keberadaan teori konseling sangat penting dalam praktek konseling, karena praktek tanpa teori itu gila. Teori dapat digunakan untuk menentukan orientasi, tujuan, dan peran konselor. Dan orang pertama yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip psikoanalisis beserta teknik-tekniknya dalam kegiatan kelompok adalah Alexander Wolf, seorang psikiatris dan psikoanalis. Wolf mengembangkan penerapan teknik-teknik dasar psikoanalisis dalam kelompok, seperti transference, asosiasi bebas, analisis mimpi, dan analis tentang determinan historis dari perilaku sekarang. 1

2 Tujuan proses analisis adalah untuk menata kembali struktur waktu dan kepribadian klien. Tujuan itu dicapai dengan membuat konflik-konflik yang tidak disadari menjadi disadari dan dengan menguji dan menjajaki materi yang bersifat intrapsikis. B. Rumusan Masalah Konseling kelompok merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara bersama-sama dengan individu lain yang memiliki masalah dan tujuan sama. Konseling kelompok diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan anggota kelompok. Maksudnya konseling kelompok meberikan kesempatan, dorongan, dan pengarahan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan prilaku selaras dengan lingkunganya. Interaksi antar anggota kelompok dapat digunakan individu dalam meningkatkan pemahaman dan penerimaaan terhadap nilai-nilai dan tujuan tertentu untuk mempelajari atau menghilangkan prilakua yang tidak tepat. Dan dengan teori psikoanalisa sebagai suatu pendekatan dalam memahami prilakua manuasi dapat digunakan dalam konseling kelompok. Oleh karena itu dengan dibahasnya makalah ini diharapkan diketahui hal-hal sebagai berikut: 1. Apa hakikat bimbingan dan konseling kelompok? 2. Unsur-unsur apa yang harus diperhatikan dalam konseling kelompok? 3. Apa konsep dasar dari teori psikoanalisa? 4. Teknik- teknik apa saja yang ada dalam teori psikoanalisa? 5. Bagaimana teknik-teknik tersebut dapat diterapkan dalam konseling kelompok? C. Tujuan Penulisan Dalam menyusun makalah Teknik Teknik Psikoanalisa Dalam Konseling Kelompok, penulis memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Dapat memahami hakikat bimbingan dan konseling kelompok. 2. Mengetahui unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam konseling kelompok. 3. Memahami konsep dasar dari teori psikoanalisa. 4. Mengerti dan paham teknik- teknik teori psikoanalisa yang dapat digunakan dalam konseling kelompok. 5. Dapat teknik-teknik psikoanalisa dapat diterapkan dalam konseling kelompok. 2

3 Sehingga proses konseling kelompok dapat mencapai tujuannya, yaitu untuk meningkatkan kemampuan individu dalam melakuakn komunikasi dengan orang lain dan mengembangakan potensi yang dimilki secara optimal. D. Sistematika Penulisan Makalah Berikut merupakan sistematika penulisan makalah Teknik Teknik Psikoanalisa Dalam Konseling Kelompok : BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah B. Rumusan masalah C. Tujuan penulisan D. Sistematika penulisan makalah BAB II: TEKNIK TEKNIK PSIKOANALISA DALAM KONSELING KELOMPOK A. Konseling kelompok 1. Konsep dasar konseling kelompok 2. Penerapan dan fungsi konselor B. Teknik-teknik teori psikoanalisa dalam konseling kelompok 1. Konsep dasar 2. Struktur kepribadian 3. Teknik-teknik teori psikoanlisa a. Asosiasi bebas b. Penafsiran c. Transferensi d. Analisis mimpi e. Analisis dan penafsiran resistensi f. Analisis dan penafsiran transferensi g. Wawasan dan penanganan (insight and working trough) C. Penerapan teknik-teknik psikoanalisa dalam bimbingan kelompok 1. Bimbingan kelompok di institusi pendidikan 2. Bimbingan kelompok yang dipegang oleh konselor sekolah 3. Keuntungan kelompok psikoanalitik BAB III: PENUTUP A. Kesimpulan B. Implikasi 3

4 BAB II TEKNIK TEKNIK PSIKOANALISA DALAM KONSELING KELOMPOK A. Konseling Kelompok 1. Konsep Dasar Konseling Kelompok Konseling kelompok adalah proses bantuan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu secara berkelompok yang membutuhkan baik dalam penyelesaian masalah, pengembangan potensi maupun penyesuaian diri dengan lingkungan. Konseling mencakup penggunaan teknik wawancara, tes dan studi mengenai informasi latar belakang klien untuk sampai pada satu perencanaan sistematis dari tujuan-tujuan pendidikan atau pengajaran kejuruan. Prosedur konseling yang mendekati terapi, juga dapat dipakai oleh beberapa konselor. Kelompok menunjuk pada gabungan dua pribadi atau lebih pribadi untuk maksudmaksud sama atau minat-minat sama, menurut Lewis Loeser, memiliki lima cirri pokok: pertama, interaksi dinamik diantara anggota; kedua, suatu tujuan bersama; ketiga, hubungan antara ukuran (besar) dan fungsi; keempat, adanya kemauan (volition) dan kesetujuan (consent); dan kelima, suatu kapasitas arah diri. Konseling kelompok adalah bukan suatu himpunan individu-individu yang karena satu atau lain alasan tergabung bersama, melainkan suatu satuan/ unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul, saling tergantung dalam proses bekerja sama, dan mendapatkan kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang tergabung dalam satuan itu. Dibedakan berdasarkan tugas kelompok, dalam rangka meningkatkan kemampuan kelompok dalam berkomunikasi, maka dibedakan ke dalam dua tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut: a. Tujuan yang ingin dicapai bersama dapat menyangkut sesuatu yang tidak langsung berkaitan dengan kehidupan batin peserta/ anggota kelompok, disebut kelompok tugas b. Tujuan yang ingin dicapai juga dapat menyangkut sesuatu yang langsung berkaitan dengan kehidupan batin anggota dalam kelompok, disebut kelompok perkembangan. Dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan, kelompok dibedakan di atas : a. Kelompok aksi (action groups) yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu b. Kelompok studi (study group) yang dirancang dengan tugas utama mempelajari selukbeluk suatu bidang dengan menggunakan sumber-sumber tertentu. 4

5 c. Kelompok diskusi (discussion group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi. Mengenai sistematika klasifikasi kelompok yang ada terdapat banyak variasi antara pengarang yang ahli dan kerap tidak jelas atas dasar apa diadakan klasifikasi tertentu. Banyak sistematis bersifat dikotomis seperti yang dikemukakan dalam buku Jane Warters, Group Guidance Principles and Practices (1968), yaitu sebagai berikut: a. Kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer dicirikan oleh kontak akrab yang kontinu, seperti dalam keluarga dan kelompok bermain. Kelompok sekunder dibentuk atas dasar minat yang dikejar bersama, seperti satuan kelas di sekolah. b. Sociogroup dan psychogroup. Dalam kelompk yang pertama tekanannya terletak pada hal yang harus dikerjakan bersama dala kelompok yang kedua tekanannya terletak pada hubungan antarpribadi. Namun tekanan itu dapat bergeser sehingga suatu sociogroup dapat menjadi psychogroup dan sebaliknya; nahkan dalam kelompok yang sama tekanannya kadang-kadang diberikan pada tugas yang dikerjakan, dan pada lain waktu unsur kebersamaan lebih diutamakan. Dalam kelompok atau goup yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan, pembedaan antara kedua macam kelompok itu tidak sebegitu tajam karena, disamping mengusahakan sesuatu bersama, pembinaan hubungan antar pribadi juga harus diperhatikan. c. Kelompok yang terorganisasi dan kelompok yang tidak terorganisasi. Dalam kelompok yang terorganisasi terdapat diferensiasi antara peraturan-peraturan yang dipergunakan oleh anggota kelompok, sehingga terdapat suatu struktur; misalnya salah seorang berperan sebagai pemimpin atau ketua. Struktur itu dapat bersifat sangat formal dan kompleks, dapat pula bersifat informal dan agak sederhana. Dalam kelompok yang tidak terorganisasi setiap anggota bergerak lepas yang satu dari yang lain. Kelompok yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan adalah kelompok terorganisasi, lebihlebih karena dibentuk di bawah pengawasan tenaga bimbingan. Namun struktur organisasinya cenderung bersifat informal dan agak sederhana. d. In group dan out group. Dalam kelompok yang pertama para anggota merasa teknik satu sama lain dan menunjukkan loyalitas satu sama lain. Anggota out group adalah mereka yang buka anggota kelompok tertentu; diantara mereka tidak terdapat rasa loyalitas, rasa simpati, dan rasa ketertarikan, bahkan mungkin terdapat rasa antipasti dan rasa benci. Kelompk yang dietuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan tidak mengikuti pola pembedaan inikarena kelompok itu tidak pernah boleh menghaiilkan perbedaan tajam. 5

6 e. Kelompok yang keanggotaannya bebas seta atas dasar sukarela dan kelompok yang keanggotaannya diwajibka. Dinatar kelompok yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan ada yang dibentuk atas dasar sukarela. f. Kelompok tertutup dan kelompok terbuka. Kelompok tertutup terdiri atas mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima, anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Kelompok terbuka memungkinkan ada orang keluar dan orang lain masuk selama kegiatan kelompok berlangsung. Kelompok atau group kecil yang dibentuk dengan tujuan khusus cenderung bersifat tertutup. Sejumlah kelompok yang memiliki ciri khusus dan dikenal dengan istilah-istilah tertentu, yaitu sebagai berikut : a. Kelompok bimbingan (a group for guidance). Istilah ini khusus digunakan dalam institusi pendidikan sekolah dan mennjuk pada sejunlah siswa dan mahasiswa yang dikumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan. b. Kelompok konseling (counseling group). Istilah ini sebenarnya tidak harus digunakan dalam institusi pendidikan sekolah, tetapi di Indonesia saat sekarang hanya digunakan oleh jajaran tenaga bimbingan pada jenjang pendidikan. c. Kelompok-T (training group). Dalam kelompok ini diperhatikan difokuskan pada proses kelompok ini sendiri dan mencakup studi tentang dinamika kelompok melalui pengalaman konkret dalam interaksi satu dengan yang lainnya dalam kelompok. d. Kelompok pertemuan. Kelompok ini dirancang untuk memberikan pengalaman mendalam dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga para anggota lebih paham pada diri sendiri dan akan keunikan orang lain. e. Kelompok bantuan diri (self-help group). Kelompok ini terdiri atas orang yang menyadari telah ketagihan obat bius dalkohol. Mereka berkumpul bersama dengan orang lain yang senasib dan saling memberikan dukungan dalam usaha melepaskan diri dari belenggu ketagihan. Dipimpin oleh orang yang lebih berpengaelaman, f. Kelompok terapi (teraphy group). Kelompok ini terdiri atas orang yang mengalami gangguan serius dalam kesehatan mental dan menunjukkan perilaku neurotic bahkan mungkin psikotik. 2. Peranan dan Fungsi Konselor Fungsi konselor dalam konseling kelompok yang berorientasi psikoanalisis adalah membantu klien secara berangsur-angsur menemukan factor-faktor penentu yang tidak disadari dari perilakunya pada masa kini. Fungsi itu dilaksanakannya dengan memperhatikan 6

7 konsep-konsep pokok psikoanalisis dan menggunakan teknik-teknik bantuan yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu. Fungsi-fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin kelompok : a. Menciptakan iklim yang mendorong anggota-anggota kelompok menyatakan dirinya secara bebas. b. Menyatakan batas antara perilaku dalam kelompok dan perilaku di luar kelompok. c. Memberikan dukungan terapeutik apabila anggota kelompok tidak memberikannya. d. Membantu para anggota menghadapai dan menangani penolakan dalam diri mereka sendiri atau dalam kelompok sebagai keseluruhan. e. Menumbuhkan kemandirian anggota-anggota kelompok dengan cara berangsur-angsur melepaskan fungsi-fungsi kepemimpinannya dan dengan mendorong interaksi di antara para anggota kelompok. f. Menarik perhatian para anggota kepada aspek-aspek yang samar-samar dalam perilaku para anggota kelompok, dan melalui pertanyaan-pertanyaan kepada mereka, membantu mereka untuk menjajaki dirinya sendiri lebih mendalam. Wolf (1963) menemukan fungsi-fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin kelompok, yaitu : a. Baerusaha untuk mengakui kesalahan sendiri dan merasa rela memberikan beberapa fungsi kepemimpinan kepada para anggota kelompok, apabila fungsi itu mempunyai manfaat terapeutik bagi kelompoknya. b. Menghindari sikap dictator dan gaya kepemimpinan yang memojokkan anggota untuk mengikuti pendapat konselor. c. Menyambut baik pernyataan pengalihan dalam kelompok sebagai kesempatan untuk keberhasilan kerja. d. Membimbing anggota ke arah kesadaran penuh dan ke arah integrasi social. e. Melihat kelompok yang dipimpinnya sebagai wahana yang mempunyai potensi yang kuat. f. Mengakui kemampuan potensial para anggota kelompok dalam menafsirkan dan mengintegrasikan materi yang dihasilkan oleh anggota lain dan mengakui kemampuan mereka untuk mendekati kebenaran yang tidak disadarinya. g. Waspada terhadap perbedaan individual di dalam kelompoknya. h. Menggunakan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik di dalam kelompok. i. Mempertahankan sikap optimistic apabila kelompok mulai merasa bimbang 7

8 j. Member contoh mengenai kesederhanaan, kejujuran dan bertindak langsung. k. Menciptakan suasana emosional yang bebas dengan membuka perasaannya sendiri. l. Memperhatikan persekongkolan yang bersifat destruktif dalam kelompok. B. Teknik-Teknik Teori Psikoanalisa Dalam Konseling Kelompok 1. Konsep Dasar Menurut Syamsu Yusuf & Juntika, (2007:35) ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Frued, yaitu: 1. Asumsi determinisme psikis, meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan, difikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan. 2. Asumsi motifasi tak sadar, yaitu meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku indifidu (seperti perbuatan, berfikir dan merasa) ditentukan oleh motif tak sadar 2. Struktur Kepribadian Dengan system id, ego dan super ego. Pertama id, id adalah system kepribadian yang risinil; pada waktu dilahirkan seseorang hanya terdiri dari id saja. (Mulyarto 1995:14). Ini berarti bahwa dalam diri individu yang baru dilahirkan belum terdapat ego ataupun super ego, ini dapat terlihat dari prilaku individu tersebut. Pada saat pertama dilahirkan bayi tidak mengetahui baik dan buruk yang dia tahu hanya bagaimana memuaskan keinginanannya, misalnya dengan prilaku menangis ataupun yang lainnya. Id lebih mengutamakan prinsif kesenangan (pleasure principle) yang bertujuan untuk membebaskan atau mengurangi seseorang dari ketegangan. Sifat id tidak mengenal norma, budaya ataupun social tapi hanya mementingkan kesenangan. Id banyak tidak sadarnya atau ada diluar kesadaran. Kedua Ego, menurut Freud ego terbentuk dengan diferensiasi dari id karena kontaknya dengan dunia luar. Ego berfungsi untuk mengontrol dan memerintah id dan super ego dan memelihara hubungan dengan dunia luar, atau dengan kata lain ego merupakan penengah antara id, super ego dan dunia luar. Ego dikuasai oleh prinsif kenyataan (reality principle). Ego tidak dibawa sejak lahir, tapi merupakan hasil belajar yang berfungsi memelihara organisme secara keseluruhan. Yang terakhir yaitu super ego super ego merupakan nilainilai atau norma tradisional dari masyarakat yang ada dalam dunia dalam yang telah diinterpretasikan oleh orang tua.(hall&lindzey, Dahlah, 1985:27). Super ego lebih mewakili alam ideal dari pada alam nyata, mengarah kearah kesempurnaan dari pada 8

9 kenyataan dan kesenangan. Fungsi dari super ego adalah untuk menghambat dorongan id dan mengejar kesempurnaan. Ia merupakan pemegang keadilan dari kepribadian. 3. Teknik-teknik teori psikoanalisa Ada lima teknik dasar terapi psikoanalitik yang digunakan, yaitu: a. Asosiasi Bebas Merupakan teknik utama dari terapi psikoanalitik. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan amosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic di masa lalu, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Kat arsis hanta menghasilkan peredaan sementara atas pengalaman-pengalaman menyakitkan yang dialami konseli, tidak memainkan peran utama dalam proses treatment psikoanalitik kontemporer; katarsis mendorong konseli untuk menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, dan karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pemahaman. Untuk membantu konseli dalam memperoleh pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna utama dari asosiasi bebas. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi-aosiasi membimbing analis dalam memahami hubunganhubungan yang dibuat oleh konseli diantara peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh konseli terhadap asosiasiasosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada konseli, membimbing konseli ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien. b. Penafsiran Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien maknamakna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensiresistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analis menyebabkan pemahaman dan tidak terhalanginya bahan tak sadar pada pihak konseli. 9

10 Penafsiran-penafsiran harus tepat waktu, sebab konseli akan menolak penafsiranpenafsiran yang diberikan pada saat yang tidak tepat. Sebuah aturan umum adalah bahwa penafsiran harus disajikan pada saat gejala yang hendak ditafsirkan itu dekat dengan kesadaran konseli. Dengan perkataan lain, analis harus menafsirkan bahan yang belum terlihat oleh konseli, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan sebagai miliknya. Aturan umum yang lainnya adalah bahwa penafsiran harus berawal dari permukaan serta menembus hanya sedalam konseli mampu menjangkaunya, sementara dia mengalami situasi itu secara emosional. Aturan umum yang ketiga adalah bahwa resistensi atau pertahanan paling baik ditunjukkan sebelum dilakukan penafsiran atas emosi atau konflik yang ada dibaliknya. Untuk melakukan penafsiran itu ada beberapa butir pedoman yang seyogyanya diperhatikan, yaitu sebagai berikut : a. Konseli akan lebih mempertimbangkan penafsiran yang bersifat hipotesis dan bukan menyatakan fakta. b. Penafsiran seyogyanya berkenaan dengan materi yang mendekati kesadaran konseli. Artinya hal yang disampaikan sebagai penafsiran itu adalah yang telah mendekati ambang kesadaran klien. Dengan perkataan lain, konselor perlu menafsirkan materi yang belum dilihat oleh klien, tetapi mereka telah bersiap dan mampu menemukan. c. Penafsiran itu harus dimulai dari permukaan dan menuju ke arah penafsiran yang lebih mendalam, yaitu mengenai yang mempunyai bobot emosinya yang besar. Dengan demikian, penafsiran itu berlangsung berangsur-angsur, sehingga hal-hal yang berbbot emosional yang besar besar itu dapat ditafsirkan pada waktu yang tepat, yaitu pada waktu klien telah siap untuk menerima keadaan yang menyakitkan. d. Sebaiknya ditunjukkan terlebih dahulu pertahanan diri atau penolakan yang ada pada konseli sebelum menafsirkan perasaan atau konflik yang terdapat di bawah pertahanan diri atau penolakan itu. c. Transferensi Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat di mana kegiatan-kegiatan konseli masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia merubah masa kini dan mereduksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya dan ayahnya. Kini, dalam hubungan dengan konselor mengalami kembali perasaan penolakan atau permusuhan yang pernah dialami terhadap orang tuanya. 10

11 Jadi transferensi merupakan upaya memproyeksikan emosi yang tidak tepat kepada pemimpin atau anggota yang lain. Transferensi biasanya terjadi ketika anggota kembali mengetahui masing-masing anggota yang lain dengan baik. d. Analisis Mimpi Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada konseli pemahaman atas bbeberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhankebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tidak disadari, diungkapkan. Beberapa motivasi sangat tidak bisa diterima oleh orang yang bersangkutan sehingga diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan alih-alih diungkapkan secara terang-terangan dan langsung. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifest yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi ke dalam isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol-symbol yang terdapat pada isi manifest mimpi. Selama jam analitik, analis bisa meminta konseli untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest impian guna menyingkap maknamakna yang terselubung. e. Analisis dan Penafsiran Resistensi Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien konseli mengemukakan bahan yang tak disadari. Selama asosiasi bebas atau asosiasi kepada mimpi-mimpi, pasien bisa menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pemikiranpemikiran, perasaan-perasaan, dan pengalaman-pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh konseli sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika konseli menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu. 11

12 Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalitik dengan menghambat konseli dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketaksadaran konseli. Karena resistensi ditujukan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukkannya, dan konseli harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis. Penafsiran analis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Analis harus membangkitkan perhatian konseli dan menafsirkan resistensiresistensi yang paling kentara guna mengurangi kemungkinan konseli menolak penafsiran dan memperbesar kesempatan bagi konseli untuk mulai melihat tingkah laku resistifnya. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari pendekatan-pendekatan defensive konseli yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya, resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan, tetapi menghambat kemampuan konseli untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan. f. Analisis dan Penafsiran Transferensi Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong konseli untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Analis memungkinkan konseli mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan deprivasideprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Atau dengan kata lain, efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis. Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika urusan yang tak selesai di masa lampau konseli dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya. Dalam hubungannya dengan analis, konselimengalami kembali perasaanperasaan menolak dan membenci sebagaimana yang dulu dirasakan terhadap orangtuanya. Sebagian besar terapis psikoanalitik menekankan bahwa pada akhirnya konseliharus mengembangkan neurosis transferensi, sebab neurosis yang dialami konseli bersumber pada lima tahun pertama kehidupannya, dan sekarang dia membawa neurosis itu ke masa 12

13 dewasa sebagai kerangka hidupnya. Analis membangkitkan neurosis transferensi dengan kenetralan, keobjektifan, keanoniman, dan kepasifan yang relative. g. Wawasan dan Penanganan (Insight and Working Trough) Wawasan berarti kesadaran akan sebab-sebab dari kesulitan seseorang pada masa kini. Dalam model psikoanalitik wawasan jua berarti kesadaran intelektual dan emosional tentang hubungan antara pengalaman-pengalaman masa lampau dengan masalah masa kini. Jadi, apabila para anggota kelompok mengharapkan perubahan dalam beberapa aspek kepribadiannya, maka mereka harus mengenai penolakan dan pola perilakunya yang lama. Ini merupakan proses yang lama dan sulit. Penanganan secara tuntas itu merupakan aspek yang sangat kompleks dalam psikoanalisis dan menuntut yang mendalam. Penanganan tuntas ini merupakan suatu proses yang ccok untuk menaggulangi konflik-konfilk yang tidak terpecahkan, sikap dan kebutuhan, penolakan, pengalaihan terhadap pemimpin kelompok dan rekan sekelompoknya dan hal-hal lain yang tidak terpecahkan di masa lampau. Proses penanganan tuntas merupakan tahap akhir dari kelompok analitik dan hasilnya adalah bertambahnya kesadaran dan integrasi. C. Penerapan Teknik-Teknik Psikoanalisa Dalam Bimbingan Kelompok 1. Bimbingan Kelompok Di Institusi Pendidikan Bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan. Namun disamping kelompok atau group yang dibentuk dalam rangka pengelelolaan kegiatan bimbingan, di sekolah juga dibentuk beraneka kelompok lain yang juga dirancang untuk memberikan suatu pengalaman pendidikan, meskipun mungkin mempunyai sarana lain daripada sasaran pelayanan bimbingan. Kelompok atau group siswa yang dibentuk di luar bidang pengajaran dirancang untuk memberikan pengalaman pendidikan yang sasarannya kerap bertumpang tindih dengan sasaran pelayanan bimbingan, paling sedikit sangat dekat dengan sasaran pelayanan bimbingan. Pelayanan bimbingan secara kelompok, yang secara khusus dibebankan pada konselor sekolah. Kemudian diuraikan kaitan bimbingan kelompok dengan kegiatan siswa yang kurikuler dan ekstrakurikuler, yang dilakukan secara kelompok, serta sambungan apa yang dapat diberikan oleh tenaga bimbingan professional pada pembinaan kelompok-kelompok itu, terutama jenjang pendidikan. 13

14 2. Bimbingan Kelompok Yang Dipegang Oleh Konselor Sekolah Tujuan pelayanan bimbingan secara kelompok tidak berbeda dengan tujuan pelayanan bimbingan, yaitu supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari segala tindakannya. 3. Keuntungan Kelompok Psikoanalitik Dengan melakukan konseling kelompok memiliki beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut : a. Para anggota kelompok dapat membangun hubungan yang sama dengan hubungan yang terjadi dalam keluarganya sendiri, tetapi kali ini hubungan-hubungan itu terjadi dalam kerangka kelompok yang sama dan menggantungkan bagi tercapainya hasil yang menyenangkan. b. Peserta dalam kelompok analitik memiliki kesempatan yang banyak untuk mengalami pengalihan (transference) perasaan kepada anggota lain dan kepada pemimpin kelompok, mereka dapat menangani perasaan-perasaan itu dank arena itu mereka dapat mengembangkan pemahaman dirinya secara memadai. c. Para peserta dapat memperoleh wawasan yang dramatic mengenai bekerjanya pertahanan diri dan penolakan yang terjadi dalam dirinya. d. Kebergantungan pada kekuasaan terapis tidak sebesar kebergantungannya dalam proses analisis individual, karena para anggota kelompok memeroleh pula balikan dari rekan sekelompoknya. e. Peserta kelompok analitik menyadari bahwa seseorang wajar dan biasa memiliki dan menyatakan perasaan-perasaan yang kuat, yaitu perasaan-perasaan yang mungkin ditekannya dalam ketaksadaran. f. Dalam kerangka kelompok, para anggotanya mempunyai banyak kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri dan tentang orang lain, baik secara nyata maupun secara khayalan, melalui interaksi dengan rekannya dan dengan pemimpin kelompok. Bahanbahan yang tersedia untuk dianalisis bukan hanya dengan mengingat kembali hal-hal yang lalu melainkan juga berdasarkan intteraksi dengan rekan sekelompoknya. g. Kerangka kelompok mendorong anggotanya untuk menguji proyeksi-proyeksi yang dilakukannya. h. Analisis dalam kelompok dapat langsung mengkonfrontasikan klien terhadap harapannya yang idealistic untuk memiliki hubungan yang eksklusif dengan terapis. 14

15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bimbingan dan konseling tidak hanya dilakukan secara individual, tapi juga dengan bimbingan dan konseling kelompok. Bimbingan dan konseling kelompok merupakan proses bantuan yang diberikan oleh orang professional kepada individu secara berkelompok yang membutuhkan baik dalam memecahkan masalah, melakukan adaptasi dengan lingkungan, maupun pengembangan potensi secara optimal. Kelompok menunjuk pada gabungan dua pribadi atau lebih pribadi untuk maksudmaksud sama atau minat-minat sama. Kelompok memiliki lima cirri pokok: pertama, interaksi dinamik diantara anggota; kedua, suatu tujuan bersama; ketiga, hubungan antara ukuran (besar) dan fungsi; keempat, adanya kemauan (volition) dan kesetujuan (consent); dan kelima, suatu kapasitas arah diri. Konseling kelompok bukanlah suatu himpunan individu-individu yang karena satu atau lain alasan tergabung bersama, melainkan suatu satuan/ unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul, saling tergantung dalam proses bekerja sama, dan mendapatkan kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang tergabung dalam satuan itu. Adapun yang dimaksud dengan konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalisa adalah upaya menata kembali struktur dan kepribadian peserta didik secara kelompok. Psikoanalisa memandang penuntuasan tahapan perkembangan berpengaruh terhadap kepribadian individu. Misalnya seorang anak yang tahap perkembangan oralnya tidak baik, maka dimasa depannya oralnya pun kan tidak baik. Dan struktur kepribadian menurut Freud adalah id, ego, dan superego. Id banyak tidak sadarnya atau ada diluar kesadaran. Ego berfungsi untuk mengontrol dan memerintah id dan super ego dan memelihara hubungan dengan dunia luar, atau dengan kata lain ego merupakan penengah antara id, super ego dan dunia luar, dan super ego lebih mewakili alam ideal dari pada alam nyata, mengarah kearah kesempurnaan dari pada kenyataan dan kesenangan. Konselor merupakan pemimpin kelompok dalam konseling kelompok. Fungsi konselor sebagai pemimpin dalam konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalisa 15

16 adalah membantu klien secara berangsur-angsur menemukan faktor-faktor penentu yang tidak disadari dari perilakunya pada masa kini. Konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalisa memiliki beberapa teknik yaitu asosiasi bebas, interfretasi, transferensi, analisis mimpi, analisis dan prenafsiran resistensi, analisis dan penafsiran transferensi, dan wawasan dan penanganan (insight and working trough). B. Implikasi Penulisan makalah memiliki implikasi pada dua sasaran yaitu: 1. Bagi konselor Pemahaman terhadap teori konseling sangat membantu dalam kelancaran proses konseling karena dapat memudahkan dalam memecahkan masalah. Tetapi, tidak sedikit konselor yang mengatakan bahwa teori-teori konseling yang telah dipelejari, tidak berguna karena proses konseling berjalan dengan sendirinya. Menurut konselor di lapangan, sangat merepotkan jika harus melakukan konseling dengan teknik tertentu. Misalnya, ada kasus anak membolos dari sekolah, teknik yang digunakan tidak dengan teori ataupun model konseling yang digunakan secara jelas, tapi langsung saja memanggil peserta didik dan lakukan konseling tanpa dilandasasi suatu teori. Padahal dengan memahami teori dapat memudahkan konselor dalam mengangani kasus terjadi pada peserta didik. Selain itu, tidak jarang konselor mendapat kesulitan dalam memberikan pelayanan kepada setiap peserta didik, padahal setiap peserta didik memilki hak yang sama untuk mendapat pelayanan BK. Terlebih lagi, BK memiliki prinsip yaitu BK untuk semua individu baik peserta didik ataupu bukan, baik yang bermasalah ataupun tidak bermasalah. Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk memiliki keterampilan konseling kelompok dengan pendekatan teori konseling, misalnya konseling kelompok dengan pendekatan teori psikoanalisa. Berikut merupakan manfaat yang dapat diambil dari keberadaan konseling kelompok teori psikoanalisa : a. Sebagai bukti kemampuan konselor dengan penguasaan teori, sehingga tidak diragukan dalam pelayanan konseling. b. Memudahkan proses konseling karena telah terdapat pedoman melakukan proses konseling, mulai dari pemahaman latar belakang masalah sampai pada penyelesaian masalah. 16

17 c. Dengan menguasai konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalisa dapat menghemat waktu dan tenaga konselor karena beberapa individu dengan kebutuhan yang sama dapat mendapat pelayanan konseling secara bersamaan. 2. Bagi calon konselor Dalam membangun kepribadian yang baik, individu harus memahami kepribadian diri sendiri terlebih dahulu. Begitupun calon konselor, dengan adanya materi tentang kepribadian dan teori-teori konseling, dapat membantu calon konselor untuk memahami diri sendiri dan melatih keterampilan konseling. Selain sebagain syarat untuk mendapat nilai yang baik dan memenuhi tugas mata kuliah, materi konseling kelompok dengan pendekatan teori psikoanalisa juga sebagai modal atau bekal nanti di lapanagan ketika akan menangani kasus. Dengan bekal ini para calon konselor tidak akan kebingungan apa ayng harus dilakukan ketika konseli datang meminta bantuan. 17

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sangat tergantung pada bantuan orang-orang

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) Sinopsis: Kursus ini akan membincangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama HUBUNGAN INTERPERSONAL

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   HUBUNGAN INTERPERSONAL BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id HUBUNGAN INTERPERSONAL Pembelajaran intereprsonal adalah faktor terapeutik yang luas dan kompleks dalam analog konseling kelompok seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK A. Pendahuluan Pekerjaan konselor kelompok sudah dimulai jauh sebelum pertemuan kelompok yang pertama kali.

Lebih terperinci

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2008 Avoiding Reality in

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan kepribadian individu, dimana kepribadian seseorang berhubungan dengan apa yang ditangkap/direspon

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

\elompo. Berbasis Afektif

\elompo. Berbasis Afektif Konseling kelompok termasuk salah satu pendekatan yang efektif dilakukan dalam penanganan masalah konseling. Konseling akan lebih terbantu menyelesaikan masalahnya dengan adanya peran konselor dan anggota

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Psikologi Modern Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Psikologi Modern Teori-teori kepribadian modern

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada pengertian kemandirian yaitu bahwa manusia dengan keutuhan

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama KOHESIFITAS KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   KOHESIFITAS KELOMPOK BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id KOHESIFITAS KELOMPOK Hipotesis dari kohesivitas kelompok adalah analog sebuah hubungan dalam konseling individual. Bukti yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah. Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah membantu peserta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

Fungsi Dinamika Kelompok

Fungsi Dinamika Kelompok Fungsi Dinamika Kelompok Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :. Individu satu dengan yang lain akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan pokok dalam membantu generasi mendatang. Dengan adanya pendidikan diharapkan akan mampu membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah khususnya SMA sangatlah kompleks. Hal ini disebabkan karena kondisi remaja itu sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling komprehensif pencapaian

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP KELOMPOK LANJUTAN

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TAHAP KELOMPOK LANJUTAN BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP KELOMPOK LANJUTAN Ketika kelompok sudah bisa melewati tahap awal, maka tidak mungkin lagi untuk memisahkan langkah dari perkembangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi, dalam rangka

Lebih terperinci

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Membolos 1. Pengertian Membolos Menurut Gunarsa (1981) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin

Lebih terperinci

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA BIMBINGAN KONSELING Herry Kusmiharto FBS Univ. Wijaya Kusuma Surabaya Konsep dasar Bimbingan dan konseling Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem pendidikan khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

TEKNIK LAYANAN KONSELING PERORANGAN

TEKNIK LAYANAN KONSELING PERORANGAN NAMA: I MADE ANGGA SAPUTRA SMESTER: V1 NPM: 09.11.108.170207.000700 TEKNIK LAYANAN KONSELING PERORANGAN 1. Kontak mata Kontak mata (konselor mencari kontak mata dengan konseli) untuk menunjang atau mendukung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77 BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci