BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan suatu hasil pengamatan objek dari pengindraan manusia melalui indra manusia seperti mata, hidung, telinga, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam dan Efendi (2008) pengetahuan atau kognitif merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan pada suatu objek melalui pancaindra manusia. Sedangkan menurut Rosnelly (2012) knowledge atau pengetahuan merupakan suatu kata dimana makna serta pengertiannya mampu diketahui oleh seseorang dan sering disamakan dengan data, fakta, dan informasi. b. Tingkatan pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan memiliki beberapa tingkatan diantaranya sebagai berikut: 1.) Tahu (know) Tahu merupakan ingatan yang sudah ada sebelumnya setelah mengamati suatu objek. Pengetahuan pada tingkat ini merupakan perlakuan mengingat kembali (recall) terhadap 11

2 12 suatu objek atau lebih spesifik yang telah dipelajari sebelumnya. 2.) Memahami (comprehension) Memahami merupakan suatu sikap yang tidak hanya tahu namun juga mampu menginterpretasikan suatu objek dengan benar (Notoatmodjo, 2010). Menurut Windura (2010) memahami merupakan kemampuan seseorang dalam mengasosiasikan suatu informasi yang sebelumnya sudah ada informasi atau referensi yang diingat dalam otak. Sedangkan menurut Budiman dan Riyanto (2014) mengartikan mampunya seseorang menjelaskan dan menginterpretasikan suatu objek dengan benar. 3.) Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang membutuhkan pengetahuan lebih dan pemahaman yang mendalam (Suradi, 2015). Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) aplikasi merupakan penerapan materi yang telah didapat berdasarkan situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4.) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu aktivitas seseorang yang melibatkan sejumlah kegiatan seperti menjabarkan, membedakan, memilah, mencari suatu makna dan menghubungkan pada

3 13 suatu obek yang diketahui (Makinuddin dan Sasongko, 2006). Analisis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menguraikan materi atau objek pada komponen-komponen dan masih berada dalam satu kesatuan struktur organisasi yang saling terkait satu sama lain (Efendi dan Makhfudli, 2009). 5.) Sintesis (synthetis) Sintesis merupakan kemampuan melihat hubungan antara sejumlah unsur (Suradi, 2015). Definisi lain dari sintesis adalah mampunya seseorang dalam meletakkan atau menghubungkan beberapa bagian dalam suatu bentuk kesatuan yang baru (Budiman dan Riyanto, 2014). Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), sintesis dapat diartikan sebagai pembentukan formula baru yang didapatkan dari formulaformula yang sudah ada sebelumnya. 6.) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah suatu kemampuan individu dalam menentukan nilai pada suatu objek berdasarkan kriteria tertentu (Suradi, 2015). Evaluasi merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan secara terus menerus baik sebelum, sesaat, dan sesudah dilakukannya proses pembelajran guna perbaikan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna (Saifuddin, 2014). Menurut Suardi (2015), evaluasi

4 14 merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap hasil pembelajaran. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Budiman dan Riyanto (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yakni: 1.) Pendidikan Pendidikan merupakan bimbingan yang dilakukan pada seseorang untuk beraksi mengisi kehidupan dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai wujud perkembangan manuia dalam mencapai cita-cita (Wawan dan Dewi, 2011). Menurut Sary (2015) pendidikan merupaka usaha suatu individu dalam mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang didapatkan melalui proses atau kegiatan tertentu seperti pengajaran, bimbingan atau latihan dan interaksi individu dengan lingkungan demi mencapai manusia yang utuh (insan kamil). Menurut Roqib (2009) pendidikan merupakan suatu proses pengembangan manusia yang bersifat dinamis serta mengarahkan manusia pada hal yang lebih baik dan sempurna. 2.) Informasi Menurut Hutahean (2015) informasi merupakan suatu data yang diperoleh dari suatu kejadian dan kemudian diubah menjadi bentuk yang dapat berguna dan memiliki arti bagi penerima informasi dimana fungsi utama informasi sendiri

5 15 untuk meningkatkan pengetahuan. Informasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dimana pesan-pesan informasi yang dibawakan mengandung sugesti dalam menuntun opini seseorang (Purwandari dan Nugroho, 2015). 3.) Sosial, budaya, dan ekonomi Budiman dan Riyanto (2014) kebiasaan dan tradisi yang diterapkan dapat memicu seseorang untuk menambah pengetahuan tanpa harus melakukan apapun. Status ekonomi sangat berperan terhadap tersedianya fasilitas yang ada dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. 4.) Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar dimana seseorang dapat melakukan bermacam kegiatan diantaranya mengeksplorasi dan mengamati suatu objek, dimana nantinya mampu memotivasi seseorang dalam pemecahan masalah, merespon dengan kemampuan berpikir, anggota badan, minat seseorang yang pada akhirnya berdampak positif terhadap pemahaman seseorang (Dewi, Negara, dan Suadnyana, 2014). 5.) Pengalaman Pengalaman mampu memperluas pengetahuan seseorang, yang mampu meningkatkan pengetahuan seseorang baik pengalaman yang didapatkan secara positif maupun negatif

6 16 (Purwandari dan Nugroho, 2015). Pengalaman merupakan sebagai guru terbaik, karena dari pengalaman lah seseorang dapat belajar darinya (Husein, 2009). Menurut Gunawan (2007) pengalam adalah guru terbaik apabila seseorang mampu mengambil pelajaran darinya dan bukan sekedar mengalaminya saja. 6.) Usia Menurut Nursalam (2013), usia merupakan salah satu tanda pertumbuhan dan perkembangan seseorang secara fisiologi. Semakin tinggi umur seseorang akan semakin tinggi pula rasa tanggungjawab dan teliti pada suatu hal, kedewasaan dan kematangan jiwa seseorang, kemampuan seseorang memutuskan suatu hal, mengkontrol emosi, berpikir secara rasional, bertoleransi dengan orang lain, serta motivasi. Akibat yang dapat ditimbulkan dari beberapa hal diatas mampu meningkatkan pengetahuan menjadi lebih baik (Wawan dan Dewi, 2011). d. Pengukuran tingkat pengetahuan Menurut Sugiyono (2012) pengukuran tingkatan pengetahuan seseorang dilakukan dengan menggunakan skala Guttman yang memberikan jawaban pasti dan tegas terhadap sebuah pertanyaan, seperti ya tidak, benar salah, pernah tidak pernah, positif negatif, dan sebagainya. Skor jawaban tertinggi

7 17 mendapat nilai 1, dan jawaban terendah mendapat nilai 0. Penilaian tingkat pengetahuan dapat mengunakan persentase persen (%) yang didapatkan dari perhitungan jumlah benar dari keseluruhan kuesioner oleh responden dibagi dengan jumlah keseluruhan kuesioner serta di kali 100%. Tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) dikategorikan menjadi tiga tingkatan berdasarkan nilai presentase yakni: 1.) Baik Tingkat pengetahuan pada seseorang dikategorikan baik apabila nilai presentase mencapai 75%. 2.) Cukup Tingkat pengetahuan pada seseorang dikategorikan baik apabila nilai presentase mencapai 56-74%. 3.) Kurang Tingkat pengetahuan pada seseorang dikategorikan baik apabila nilai presentase mencapai < 55%. 2. Balut Bidai a. Definisi balut Pembalutan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai cara mengurangi resiko kerusakan jaringan yang terjadi dan selanjutnya mencegah maut, mengurangi nyeri, serta mencegah kecacatan dan infeksi (Susilowati, 2015). Menurut Purwoko (2007)

8 18 pembalut merupakan bahan bersih yang digunakan untuk menutup luka. b. Definisi bidai Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan bidai ini dipasang dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur terbuka (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016). Sedangkan menurut Insani dan Risnanto (2014) bidai merupakan suatu alat yang di gunakan dalam melakukan imobilisasi pada fraktur atau tulang yang patah. c. Tujuan Pembalutan dan Pembidaian 1.) Tujuan Pembalutan Tujuan pembalutan adalah untuk meminimalisir resiko terjadinya kerusakan jaringan guna mencegah keparahan kondisi, mengurangi rasa sakit, serta mencegah kecacatan dan infeksi (Susilowati, 2015). Tujuan lain dari pembalutan yaitu melindungi luka terbuka terkontaminasi, menghentikan perdarahan, memperbaiki suhu tubuh, melekatkan sesuatu seperti obat dan bidai (Risnanto dan Insani, 2014). Menurut Jirkovsky et all (2014) balut digunakan sebagai perlindungan (protection), kompresi (compression), fiksasi (fixation), pendukung (supporting), pemakaian jangka panjang (extended wear), dan memperbaiki (redressing).

9 19 2.) Tujuan pembidaian Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang berfungsi mencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016). Menurut Schneider (2011) bidai digunakan betujuan sebagai proteksi luka guna meminimalisir keparahan pada luka, mengurangi rasa sakit, dan sebagai penopang bagian badan yang terluka. d. Prinsip Pembalutan dan Pembidaian 1.) Prinsip pembalutan menurut Isnani dan Risnanto (2014) adalah : a) Melakukan antiseptik atau pembersihan luka sebelum dilakukan pembalutan. b) Balutan yang digunakan merupakan balutan bersih. c) Balutan yang dilakukan menutup semua permukaan luka. d) Pembalutan yang diterapkan tidak boleh terlalu kencang maupun longgar. e) Simpul balutan dianjurkan pada posisi yang datar dan tidak boleh diatas luka. f) Segera kendorkan atau melepas balutan yang menimbulkan kebal, kesemutan, dan dingin pada sekitar balutan. g) Memperhatikan bentuk tubuh yang akan dilakukan pembalutan, seperti bulat, siku, atau datar.

10 20 2.) Prinsip pembidaian menurut AGD 119 a) Bahan pada bidai merupakan bahan yang tidak mudah patah dan tidak lentur. b) Panjang bidai minimal mampu melewati dua sendi. c) Pemasangan bidai tidak boleh dipasang diatas luka atau fraktur. e. Macam Pembalutan dan Pembidaian 1.) Jenis Pembalutan adalah: Macam pembalutan menurut Risnanto dan Insani (2014) a) Pembalut segitiga / mitella. Menurut Susilowati (2015) pembalut mitella merupakan kain mori (tidak berkapur) putih yang berbentuk segitiga dengan karakteristik tipis, lemas dan kuat. Menurut Davis dkk (2016), pembalut segitiga merupakan kain yang memiliki tiga sudut sisi dengan lebar alasnya sepanjang empat kaki dan dapat digunakan sebanyak 32 cara. Gambar 2.1. Mitella Sumber: Davis dkk (2016)

11 21 b) Pembalut pita gulung / verband. Gambar 2.2. Verband Sumber: c) Pembalut elastis / elastic verband. Menurut Simmers (2009) perban elastis termasuk mudah untuk diterapkan dan mudah menyesuaikan dengan bentuk tubuh yang cidera. Penggunaan perban elastis yang terlalu ketat atau longgar dapat menghentikan atau membatasi sirkulasi darah, namun terkadang perban elastis dapat digunakan dengan tujuan merangsang sirkulasi darah. Gambar 2.3. Perban Elastis Sumber: Simmer (2009),

12 22 d) Pembalut cepat / quick verband. Gambar 2.4. Quick Verband. Sumber: 2.) Jenis Pembidaian Tipe dasar dari pembidaian menurut Schottke (2016) meliputi: a) Rigid splints Rigid splints diproduksi melalui perusahan material dan dapat digunakan pada sisi samping, depan, atau belakang pada ekstremitas yang terkena cidera Schottke (2016). Terdapat beberapa tipe yang termasuk dalam rigid splints yakni padded board splints yang merupakan potongan kayu dengan ukuran 12 x 3 dengan sudut membuat dan dilapisi ½ busa guna kenyamanan pasien dan lapisi dengan kain vinil supaya tahan lama dan mudah dibersihkan (Alimed, 2017), molded plastic atau aluminum maleable (SAM) splints, dan folded cardboard splints.

13 23 (a) (b) (c) (d) Gambar 2.5. Rigid Splint. (a) padded board splints, (b) SAM splint, (c) molded plastic splint, (d) folded cardboard splints. Sumber: b) Soft splints Soft splints merupakan bidai yang tergolong fleksibel dan mudah digunakan pada sekitar bagian tubuh yang cidera. Adapun jenis soft splints yang termasuk didalamnya dalah vacuum splints, air splints. (a) (b)

14 24 Gambar 2.6. Soft Splint. (a) vacuum splints, (b) air splint. Sumber: c) Traction splints Menurut Caroline (2007) bidai traksi dapat memberikan tarikan secara konstan pada tulang yang patah. Tipe traksi yang biasa digunakan adalah sagar dan hare traction splint. (a) (b) Gambar 2.7. Traction Splint. (a) sagar splints, (b) hare splint. Sumber: f. Komplikasi Pembalutan dan Pembidaian menurut Lukman dan Ningsih (2013) yakni: 1.) Komplikasi Pembalutan Pembalutan yang kurang tepat dapat menyebabkan komplikasi infeksi akibat terpaparnya dari lingkungan luar. Bahaya kuat lemahnya balutan akan mempengaruhi pada dampak yang terjadi sepertihalnya pembalutan yang terlalu kuat akan menyebabkan kerusakan pada syaraf dan pembuluh darah, sedangkan pembalutan yang terlalu kendur akan mengakibatkan perdarahan pada vena yang berlebihan.

15 25 2.) Komplikasi Pembidaian Menurut Asikin dkk (2016) komplikasi potensial pada pembidaian yakni sindrom kompartemen dimana terjadi akibat peningkatan tekanan jaringan dalam rongga yang terbatas sehingga peredaran darah dan fungsi jaringan yang berada didalam rongga tertutup, luka tekan dimana dapat terjadi anoreksia jaringan dan ulkus yang memiliki lokasi rentan pada daerah tumit, malleolus, punggung kaki, caput fibula, dan permukaan anterior patella, serta disuse syndrome. 3. Sikap a. Definisi Sikap Sikap atau attitude domain merupakan suatu tindakan atau respon tertutup seseorang terhadap objek tertentu (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan suatu respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi terkait (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan lainnya). Fungsi dari sikap sendiri masih belum mencapai pada tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, namun pada predisposisi perilaku (tindakan, atau reaksi tertutup). Sikap memiliki fungsi pada kehidupan psikis seseorang yang berhubungan dengan reaksi cara merasakan, berpikir, bertingkahlaku pada suatu kondisi dan situasi (Gunarsa dan Gunarsa, 2008).

16 26 b. Ciri-ciri sikap Sikap memiliki beberapa ciri yang meliputi kecenderungan perpikir, merasa, kemudian bertindak, memiliki daya dorong bertindak, relatif bersikap tetap, kecenderungan melakukan penilaian, serta dapat muncul dari pengalaman, dipelajari atau berubah (Suardi, 2015). c. Komponen sikap Menurut Notoatmodjo (2010), sikap memiliki 3 komponen pokok yang terdiri dari kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi seseorang terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Komponen sikap yang pertama yakni kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep yang memiliki makna kesadaran seseorang terhadap suatu objek. Komponen sikap yang kedua yakni kehidupan emosional atau evaluasi memiliki makna perasaan seseorang terhadap suatu objek. Komponen sikap yang ketiga yakni kecenderungan untuk bertindak dimana sikap dipandang sebagai perilaku ancang-ancang dalam bertindak terbuka terhadap suatu objek. Menurut Azwar (2016), sikap memiliki tiga komponen yang saling mendukung satu sama lainnya meliputi: 1.) Komponen kognitif (cognitive) Komponen kognitif berhubungan dengan kepercayaan stereotipe seseorang terhadap suatu objek.

17 27 2.) Komponen afektif (affective) Komponen afektif merupakan perasaan emosional seseorang terhadap suatu objek dimana perasaan ini dapat dipengaruhi oleh kepercayaan yang telah seseorang percayai. 3.) Komponen konatif (conative) Komponen ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan perilaku atau berperilaku terhadap sikap yang berada pada diri seseorang. Pada komponen ini kepercayaan dan perasaan seseorang akan berpengaruh pada perilaku seseorang yang logis apabila sikap seseorang diinterpretasikan dalam bentuk tendensi perilaku. d. Tahapan sikap Menurut Sunaryo (2013) tahapan sikap terdiri dari empat tahapan, yakni: 1.) Menerima Pada tahapan menerima, seseorang peka dalam menerima stimulus yang datang pada dirinya dari luar dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain (Budiman dan Riyanto, 2014). Sebagai contoh, sikap seseorang terhadap pertolongan pertama, yakni dapat dilihat dari perhatian dan kesediaan seorang mahasiswa perawat saat mengikuti penyuluhan tentang cara pertolongan pertama.

18 28 2.) Merespon Tahapan sikap merespons dapat diartikan dengan memberikan jawaban atau feedback terhadap pernyataan yang didapatkan (Notoatmodjo, 2010). Misalnya, tanggapan seorang mahasiswa perawat yang mengikuti penyuluhan pertolongan pertama dari pertanyaan yang dilontarkan oleh penyuluh. 3.) Menghargai Menurut Notoatmodjo (2010) menghargai dapat diartikan sebagai sikap menilai yakni dengan memberikan penghargaan terhadap suatu objek dengan membahas bersama orang lain, bahkan mengajak hingga menganjurkan orang lain untuk ikut merespons. Sebagai contoh, seorang mahasiswa perawat mengajak mahasiswa perawat lainnya untuk berdiskusi tentang tindakan yang baik dan benar saat akan menolong seseorang yang terkena fraktur dan mengajak mahasiswa perawat lainnya untuk mengikuti pelatihan tentang pertolongan pertama pada fraktur. 4.) Bertanggung jawab Tahap ini merupakan sikap berdasarkan apa yang telah diyakini dan sanggup untuk menanggung segala macam resiko yang telah dipilihnya (Notoatmojo, 2010). Misalnya, seorang yang datang untuk mengikuti penyuluhan tentang pertolongan

19 29 pertama harus berani untuk kehilangan waktunya, ditentang oleh orang tuanya, dan lain sebagainya. e. Faktor yang mempengaruhi sikap Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap yakni minat, pengalaman, kepribadian, keluarga, status sosial, derajat keberhasilan yang pernah dicapai. f. Pengukuran sikap Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2016). Pengukuran sikap menurut Budiman dan Riyanto (2014) pengukuran sikap dapat menggunakan skala Likert. Pada skala Likert, pernyataan-pernyataan positif maupun negatif yang diajukan dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pernyataan positif pada skala ini diberikan nilai: 5, 4, 3, 2, 1. Sementara pernyataan negatif diberikan nilai: 1, 2, 3, 4, 5. Hasil pengekuran dari skala sikap atau yang biasa digunakan adalah skala Likert dikategorikan menjadi tiga: 1.) Mendukung (positif). 2.) Menolak (negatif). 3.) Netral.

20 30 yang kemudian dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Pernyataan pada skala sikap dibagi menjadi dua kategori, yakni kategori pernyataan positif dan kategori pernyataan negatif. 4. Pertolongan pertama pada fraktur a. Definisi pertolongan pertama Pertolongan pertama menurt Susilowati (2015) adalah suatu tindakan pertama memberikan bantuan pada seseorang yang mengalami kecelakaan. Menurut Ramaiah (2009) pertolongan pertama merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada seseorang sebelum datangnya dokter. b. Definisi Fraktur Menurut Price dan Wilson (2006), fraktur merupakan sebutan lain dari patah tulang, dimana pada umumnya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Menurut Brunner dan Suddarth (2000) dalam Suratun, Heryati, Manurung, dkk (2006) fraktur adalah patah tulang atau yang bisa disebut dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan luasnya. c. Etiologi Fraktur Fraktur dapat terjadi oleh beberapa penyebab, yakni pada umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan secara berlebih pada tulang (Lukman dan Ningsih, 2013). Menurut

21 31 Beaty dkk (2009) terdapat tiga penyebab dari fraktur adalah trauma kecelakaan (accidental trauma), trauma nonkecelakaan (nonaccidental trauma), kondisi patologis. d. Tanda dan Gejala Fraktur Tanda dan Gejala fraktur menurut Lukman dan Ningsih (2013) adalah nyeri secara terus menerus dan semakin bertambah, terdapat pergeseran pada fragmen tulang, terjadinya pemendekan pada tulang, teraba krepitus, pembengkakan, perubahan warna pada daerah luka, serta perdarahan diikuti setelah fraktur. Menurut Simmers dkk (2009) tanda dan gejala fraktur meliputi deformitas atau kelainan bentuk, terbatas atau ketidakmampuan bergerak, nyeri pada daerah patahan, bengkak dan mengalami perubahan warna, terdapat tonjolan tulang yang terlihat pada kulit, terdengar adanya krepitus, terlihat gerakan abnormal pada bagian tubuh. e. Klasifikasi Fraktur Fraktur memiliki klasifikasi yang bervariasi, namun menurut Asikin dkk (2016) membagi fraktur menjadi beberapa kelompok, yakni: 1.) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan) dibagi menjadi : a) Fraktur Tertutup, kondisi dimana tulang tidak menjulur menembus kulit yang membungkus tulang.

22 32 b) Fraktur Terbuka, kondisi dimana tulang sudah menjulur keluar menembus kulit yang membungkus tulang. 2.) Berdasarkan komplet dan inkomplet fraktur dibagi menjadi : a) Fraktur Komplet, kondisi dimana garis patah tulang melalui kedua korteks tulang. b) Fraktur Inkomplet, kondisi pada garis patah tulang tidak melalui seluruh penampang tulang dan periosteum tetap intak. 3.) Jenis fraktur menurut Price dan Wilson (2006) berdasarkan sudut patah dibagi menjadi : a) Fraktur Transversal, posisi garis fraktur tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. b) Fraktur Oblik, letak garis fraktur membentuk sudut terhadap sumbu panjang tulang. c) Fraktur Spiral, bentuk garis fraktur spiral yakni terletak mengelilingi tulang. d) Frkatur Kompresi, kondisi fraktur menekan pada salah satu sisi tulang. e) Fraktur Avulsi, kondisi robeknya fragmen tulang yang terhubung dengan ligamen/tendon dari tulang utama. 4.) Klasifikasi fraktur menurut Price dan Wilson (2006) berdasarkan fraktur multiple pada satu tulang dibagi menjadi:

23 33 a) Fraktur Kominuta, kondisi fraktur yang memiliki garis patahan lebih dari dua fragmen. b) Fraktur Segmental, kondisi dimana garis fraktur terdapat tidak hanya satu dan tidak saling berhubungan. 5.) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang dibagi menjadi : a) Fraktur Undisplaced, kondisi dimana garis patahan tulang lengkap, namun kedua fragmen tidak bergeser serta periosteum (membrane fibrosa padat yang menutupi tulang) masih utuh. b) Fraktur Displaced, kondisi bergesernya fragmen tulang yang mengalami fraktur. 6.) Berdasarkan bagian tulang yang mengalami fraktur dibagi menjadi : a) Fraktur Proksimal, garis fraktur berada pada bagian atas tulang. b) Fraktur Medial, garis fraktur berada pada bagian tengah tulang. c) Fraktur Distal, garis fraktur berada pda bagian bawah tulang. f. Komplikasi fraktur Menurut Grace dan Borley (2007) fraktur yang terjadi bisa saja mengalami komplikasi atau keparahan lebih lanjut. komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini pada fraktur dapat mengakibatkan kehilangan darah, infeksi,

24 34 emboli paru, DVT dan emboli paru, gagal ginjal, sindrom kompartemen. Pada komplikasi lanjut bisa mengakibatkan asrtritis, pertumbuhan terhambat, distrofi simpatik (reflex) paskatrauma, nonunion, delayed union, dan malunion. g. Faktor yang mempengaruhi fraktur Menurut Lukman dan Ningsih (2013) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi prevalensi fraktur yakni jenis kelamin dan usia, yang pada kenyataannya laki-laki lebih beresiko dibandingkan dengan wanita yang berusia dibawah 45 tahun dan sering berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut bidang olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan. Pada seseorang yang sudah memasuki usia lanjut akan lebih cenderung terjadi pada wanita, ini berkaitan dengan kejadian osteoporosis karena adanya perubahan hormone pada tubuh seseorang. h. Pertolongan pertama pada fraktur Pertolongan pertama pada fraktur menurut Lukman dan Ningsih (2013) yakni dengan melakukan imobilisasi pada bagian tubuh yang terjadi dengan pembidaian. Sebelum dilakukan pembidaian, bagian tubuh yang terkena fraktur harus disangga untuk mencegah adanya gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan pada fragmen tulang dapat menimbulkan nyeri, sehingga perlu dilakukan imobilisasi dengan menggunakan bidai yang kencang dan tetap memperhatikan nadi perifer. Pakaian yang menutupi bagian tubuh yang mengalami

25 35 fraktur terlebih dahulu dibuka atau bisa disobek dengan gunting. Pada daerah luka yang terbuka dapat ditutup dengan menggunakan kain yang bersih demi mencegah kontaminasi pada jaringan, serta tidak diperbolehkan untuk melakukan reduksi fraktur. Menurut St John (2016) pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah mengontrol perdarahan dengan meletakkan beberapa bantalan disekitar luka, atau diatas dan di bawah luka serta gunakan kain atau dressing yang bersih. Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah mengimobilisasi bagian yang cedera yakni dengan mempertahankan dan mengimobilisasi daerah luka. Tindakan berikutnya yakni membuat pasien nyaman dengan memposisikan bagian cedera diatas bantalan seperti bantal, selimut, handuk, dan lain-lain pada daerah sekitar luka dan pada lekukan tubuh terdekat pada daerah cedera. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan fraktur meliputi mempertahankan respirasi, mengatasi kejadian syok, mempertahankan tulang dari pergerakan, mencegah fraktur yang lebih lanjut, menggunakan peralatan seperti bidai dan sling atau penyangga untuk mencegah pergerakan pada daerah cidera, mendapatkan pengobatan medis apabila dicurigai atau terbukti mengalami patah tulang (Simmers dkk, 2009).

26 36 B. Kerangka Teori Pengetahuan Tahapan pengetahuan: Tahapan sikap: 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi 1. Menerima 2. Merespon 3. Menghargai 4. bertanggung jawab Sikap Komponen sikap: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif Balut Bidai Macam balut: 1. Pembalut segitiga/mitella 2. Pembalut pita gulung / verband. 3. Pembalut elastis / elastic verband. Macam balut: 1. Anggota badan sendiri. 2. Papan, bambu, dahan, dan lainnya. 3. Karton, majalah, kain. 4. Air splint. 5. Vacuum matrass. 6. Traksi, neck collar, spalk. Fraktur Macam-macam fraktur: 1. Fraktur tertutup 2. Fraktur terbuka 3. Fraktur komplet 4. Fraktur inkomplet 5. Fraktur transversal 6. Fraktur oblik 7. Fraktur spiral 8. Fraktur kompresi 9. Fraktur avulsi 10. Fraktur kominuta 11. Fraktur segmental 12. Fraktur undisplaced 13. Fraktur displaced 14. Fraktur proksimal 15. Fraktur medial 16. Fraktur distal Tanda dan gejala fraktur: 1. Nyeri 2. Pergeseran fragmen tulang 3. Pemendekan pada tulang, 4. Krepitus 5. Pembengkakan 6. Perubahan warna pada daerah luka 7. Perdarahan Komplikasi fraktur Awal: 1. Kehilangan darah 2. Infeksi 3. Emboli paru, 4. DVT dan emboli paru 5. Gagal ginjal 6. Sindrom kompartemen Lanjut: 1. Asrtritis 2. Pertumbuhan terhambat 3. Distrofi simpatik (reflex) paskatrauma 4. Non-union 5. Delayed union 6. Malunion. Etiologi fraktur: 1. Trauma 2. Accidental trauma 3. Nonaccident al trauma 4. Pathologics trauma Faktor yang mempengaruhi fraktur: 1. Usia 2. Jenis kelamin Gambar Kerangka Teori Sumber : Notoatmodjo (2010), Azwar (2016), Sunaryo (2013), Risnanto dan Insani (2014), Schottke (2016), (Lukman dan Ningsih, 2013), Lukman dan Ningsih (2013), Simmers dkk (2009), Asikin dkk (2016), Price dan Wilson (2006), Grace dan Borley (2007), Beaty dkk (2009)

27 37 C. Kerangka Konsep Pengetahuan balut bidai Sikap pertolongan pertama fraktur Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Informasi tentang balut bidai 3. Sosial, budaya, dan informasi terkait balut bidai 4. Lingkungan 5. Pengalaman tentang balut bidai 6. Usia Faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Minat 2. Pengalaman 3. Kepribadian 4. Keluarga 5. Status sosial 6. Derajat keberhasilan yang pernah dicapai Keterangan: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti Gambar Kerangka Konsep D. Hipotesis Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara tingkat pengetahuan balut bidai dengan sikap pertolongan pertama fraktur pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep Pembalutan Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu Pembalut adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang melakukan kegiatan dengan indra penglihatan (mata), pendengaran (telinga), dan penciuman (hidung)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Brunner & Suddarth, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL Tegal, 19 s/d 20 Mei 2004 PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE-KABUPAATEN TEGAL TANGGAL 19 S/D 20 MEI 2004 1. Darah

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Tugas Mata Kuliah Sistem Muskuluskeletal Disusun Oleh: Widha Widyaningrum 2010 03 0274 PROGRAM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Oleh : Saryono, SKp.,MKes. Mem TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Saryono, SKp.,MKes. Mem TINJAUAN PUSTAKA PEMBALUTAN Oleh : Saryono, SKp.,MKes Learning Outcome 1. Students are expected to master put many bandages on wound at several parts of body. 2. Students are expected to master place in splints on broken

Lebih terperinci

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI 13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara Modul Diklat Basic PKP-PK 13.1 Kecelakaan pesawat udara 13.1.1 Terjadinya kecelakaan pesawat udara a. Kecelakaan pesawat udara diketahui sebelumnya;

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

DEWI BARIRIET BAROROH PSIK FIKES UMM 2014/2016. Patah tulang Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya

DEWI BARIRIET BAROROH PSIK FIKES UMM 2014/2016. Patah tulang Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya DEWI BARIRIET BAROROH PSIK FIKES UMM 2014/2016 Definisi Patah tulang Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya Penyebab Pukulan langsung Gaya meremuk Gerakan puntir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian (Depkes, 1995: 3). Fraktur adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD 1* Bejo, 2 Wahyudin 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespondensi penulis : santosobejo43@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau keadaan patologis (Dorland,1994) tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan

BAB I PENDAHULUAN. atau keadaan patologis (Dorland,1994) tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuaan teknologi dan informasi yang berkembang pesat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap manusia.dampak positif yang muncul misalnya adanya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dirasakan akan mempengaruhi kehidupan kesehatan dimasyarakat

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur 2.1.1. Definisi Fraktur Fraktur adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Dorland, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah

SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah PENDAHULUAN A. Latar Belakang SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah kecamatan Kotagede Yogyakarta. Keadaan Sekolah Yang berada di pinggir jalan raya sangat beresiko

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN B. KLASIFIKASI

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN B. KLASIFIKASI BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Fraktur / patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, 2000) Fraktur adalah patah

Lebih terperinci

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF FRAKTUR TIBIA 1/3 MEDIAL DAN FIBULA 1/3 PROKSIMAL DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI BANGSAL BOUGENVILLE RUMAH SAKIT ORTHOPEDI. Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patah tulang atau dalam bahasa medis biasa disebut fraktur adalah kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang dapat berupa patahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emergency atau gawat darurat merupakan suatu kondisi yang bersifat mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat terjadi pada siapa saja, kapan

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan pada fragmen tulang. Fraktur dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

Patofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu

Patofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu Fraktur Femur Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI

MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI TIM BANTUAN MEDIS BEM IKM FKUI 1 PENDAHULUAN Patah tulang merupakan cedera yang sering terjadi pada kecelakaan baik itu kecelakaan kerja, rumah tangga, maupun

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur merupakan suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau primpilan korteks, biasanya patahan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE Station 1: Perawatan Pasien yang Menggunakan Traksi Gambaran Umum Traksi merupakan alat immobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fraktur Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang

Lebih terperinci

P3K Posted by faedil Dec :48

P3K Posted by faedil Dec :48 P3K Posted by faedil011-06 Dec 2009 20:48 PENDAHULUAN 1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan. menyeluruh, dan dapat terjangkau masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan. menyeluruh, dan dapat terjangkau masyarakat luas. BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggi- tingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka 1. Pengertian Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon. Sikap dapat terwujud dalam tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

Fraktura Os Radius Ulna

Fraktura Os Radius Ulna Fraktura Os Radius Ulna Pendahuluan Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Fraktur os radius dan fraktus os ulna

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Enggram. memasukkan paku, screw, pen kedalam tempat fraktur untuk

BAB I KONSEP DASAR. osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Enggram. memasukkan paku, screw, pen kedalam tempat fraktur untuk BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas

Lebih terperinci

FIRMAN FARADISI J

FIRMAN FARADISI J PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Gangguan Pada Bagian Sendi

Gangguan Pada Bagian Sendi Gangguan Pada Bagian Sendi Haemarthrosis ( Hemarthrosis ) Hemarthrosis adalah penyakit kompleks di mana terjadi perdarahan ke dalam rongga sendi - Penyebab (Etiologi) Traumatic nontraumatic Degrees - Gejala

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : LENY MUSTIKA PUTRI J 100 050 049 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cedera 1. Pengertian Cedera merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal diakibatkan karena keadaan patologis (Potter & Perry, 2005). Cedera adalah kerusakan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak akan pernah lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan Kehamilan adalah satu dari tiga periode dalam kehidupan wanita saat mengalami perubahan hormonal yang penting. Periode pertama adalah menarche yaitu masa pertumbuhan

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mulai memilih alat transportasi yang praktis, modern, dan tidak membuang banyak energi seperti kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Frakur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves,

BAB I KONSEP DASAR. Frakur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Frakur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 2000:761). Frakur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001:248). Frakur adalah terputusnya

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL. Masykur Khair FRAKTUR

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL. Masykur Khair FRAKTUR ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL Masykur Khair FRAKTUR 1 Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (Oswari, 2000

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan dada (trunkus), sehingga klavikula memiliki peran penting dalam fungsi pada gelang bahu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh: ADE SOFIYAN J500050044 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA Oleh : DWI NUR KHAYATI J 100 070 005 Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan perlengkapan berkendara dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 37 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum Laboratorium Klinik di Cilegon Pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dekade terakhir, latihan senam aerobik telah menjadi salah satu jenis latihan yang paling popular. Aerobik yang dilakukan pada saat ini tidak seperti

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan 1 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan selalu berkembang dan semakin maju. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diikuti dengan semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai dengan kesadaran masyarakat tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

a. fraktur midshaft umum pada anak-anak maupun orang dewasa muda.

a. fraktur midshaft umum pada anak-anak maupun orang dewasa muda. 1. Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut Gustilo Tipe I Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut Setiyorini et al. (2015) meneliti aborsi pada siswa SMA mengemukakan bahwa setelah subjek melakukan berbagai upaya untuk melakukan aborsi, dari upaya

Lebih terperinci