KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KAMPUNG ADAT URUG, KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KAMPUNG ADAT URUG, KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KAMPUNG ADAT URUG, KABUPATEN BOGOR ANGGY NURMALASARI SUKARDI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT Anggy Nurmalasari Sukardi. Study of Child s Development History, Mother s Sensitivity and Attachment of Children (3-5 Years Old) at Kampung Adat Urug, Bogor Regency. Supervised by Dwi Hastuti and Neti Hernawati This study aimed at analyze the child s development history, mother s sensitivity and attachment of children (3-5 years old) at Kampung Adat Urug, Kiarapandak Village, Sukajaya Subdistrict, Bogor Regency. This research involved 60 samples that were selected with proportional random sample. Data collected by interviewing mother and observationing child with questionnaire. Child s development history consist of pregnant history, birth history and breastfeeding history. Mother s sensitivity consist of facial expression, vocal expression, affection expression, position and physical contact, and discipline control. Mother s sensitivity was measured by CARE-Index (Child Adult Relational Experimental Index). Attachment was measured by Attachment Q-Sort, consist of exploratory behaviors, affection response, dan social cognition. There were significant relationship between family size to pregnant history; mother education and family income to breastfeeding history; family size, gender, and family income to mother s sensitivity. There were significant relationship between pregnant history and birth history, to mother s sensitivity; pregnant history and birth history to attachment; mother s sensitivity to attachment. Keywords : child s development history, mother s sensitivity, attachment, Kampung Adat Urug ABSTRAK ANGGY NURMALASARI SUKARDI. Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas Ibu dan Kelekatan Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor. Dibawah bimbingan DWI HASTUTI dan NETI HERNAWATI Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 60 anak yang dipilih secara acak proporsional. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada ibu dan observasi kepada anak dengan menggunakan kuesioner. Riwayat perkembangan anak terdiri dari riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan riwayat pemberian ASI. Sensitivitas ibu terdiri dari ekspresi wajah, ekspresi bicara, ekspresi kasih sayang, posisi dan kontak fisik serta pengendalian disiplin. Sensitivitas ibu diukur dengan CARE- Index (Child Adult Relational Experimental Index). Kelekatan diukur dengan Attachment Q-Sort, yang terdiri dari perilaku eksplorasi, respon kasih sayang, dan kesadaran sosial. Terdapat hubungan yang signifikan antara besar keluarga dengan riwayat kehamilan; pendidikan ibu dan pendapatan dengan riwayat pemberian ASI; jenis kelamin, besar keluarga, dan pendapatan dengan sensitivitas ibu. Terdapat hubungan signifikan antara riwayat kehamilan dan riwayat persalinan, dengan sensitivitas ibu; riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dengan kelekatan; sensitivitas ibu dengan kelekatan. Kata Kunci: riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu, kelekatan, Kampung Adat Urug

3 RINGKASAN ANGGY NURMALASARI. Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas dan Kelekatan Ibu terhadap Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan NETI HERNAWATI. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan anak usia dini (3-5 tahun) di Kampung Adat Urug yang memiliki keunikan budaya Suku Sunda yang masih dilestarikan dari generasi ke generasi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan : (1) mengidentifikasi riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan anak, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan riwayat perkembangan anak, (3) menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan sensitivitas ibu, (4) menganalisis hubungan riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas ibu, (5) menganalisis hubungan antara riwayat perkembangan anak dan sensitivitas ibu dengan kelekatan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dan Retrospective. Pemilihan wilayah dilakukan secara purposive dan dilakukan di Kampung Adat Urug, Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Waktu pengumpulan data dilaksanakan mulai April sampai Mei Contoh merupakan ibu dan anak. Anak yang menjadi contoh merupakan anak berusia 3-5 tahun sedangkan ibu yang menjadi contoh merupakan pengasuh utama dari anak dan memiliki keluarga utuh di Kampung Adat Urug. Contoh dipilih secara Proportional Random Sampling pada tiga wilayah yaitu Urug Lebak, Urug Tengah dan Urug Tonggoh, dengan total contoh sebanyak 60 anak yang terdiri dari 30 anak laki-laki dan 30 anak perempuan. Responden dalam penelitian ini ibu yang memiliki anak berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap contoh dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik keluarga; karakteristik anak; riwayat perkembangan anak yang terdiri dari tiga dimensi yaitu riwayat kehamilan riwayat persalinan, riwayat pemberian ASI; sensitivitas ibu saat ini yang terdiri dari dimensi ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin menggunakan kuesioner CARE-Index dengan terdiri dari 25 pertanyaan (α=0,862); dan kelekatan yang terdiri dari tiga dimensi yaitu perilaku eksplorasi, respon kasih sayang dan kesadaran sosial menggunakan kuesioner Attachment Q-Sort yang terdiri dari 30 pertanyaan (α=0,713). Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah penduduk Kampung Adat Urug, monografi desa. Sebelumnya kuesioner telah diukur validitas dan realibilitasnya. Kemudian data primer yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding, scoring, entrying, cleaning data, dan analisis data. Data primer dianalisis secara statistik dan deskriptif (uji korelasi Pearson dan uji chisquare). Sebagian besar memiliki keadaan kesehatan ibu selama kehamilan termasuk katagori kurang artinya ibu kurang mendapatkan pelayanan bidan, kurang memakan makanan yang bergizi, kurang berolahraga dan kurang memiliki kesehatan yang baik selama kehamilan. Presentasi terbesar ibu memiliki keadaan psikologis yang baik artinya ibu memiliki psikologis yang positif seperti bahagia,

4 dan memiliki dukungan yang besar dari suami dan keluarga. Perilaku pengasuhan selama kehamilan termasuk sedang artinya ibu memiliki interaksi yang cukup intim dengan anak selama kehamilan. Sebagian besar anak dilahirkan secara normal dengan bantuan paraji atau dukun terlatih. Kelainan persalinan yang terjadi yaitu ketuban pecah dini, placenta previa, dan distosia. Selain itu terdapat anak yang lahir prematur (6,7%) dan postmatur (3,3%). Sebanyak 30 persen anak yang lahir dengan BBLR dengan berat di bawah 2,5 kg. Terkait riwayat pemberian ASI, seluruh ibu tidak melakukan inisiasi menyusui dini dan tidak memberian ASI secara ekslusif karena ibu memberikan prelaktal kepada anak (85%) dan hanya separuh ibu yang memberikan kolostrum. Kualitas pemberian ASI termasuk dalam kategori baik artinya ibu sering mengelus-elus kepala, mengobrol, menimang-nimang, mencium kening dan menatap mata anak saat menyusui anaknya. Sensitivitas ibu termasuk pada kategori sedang artinya ibu terkadang mengekspresikan emosi positifnya melalui ekspresi wajah dengan tersenyum, memandang anak saat berbicara, menunjukkan ekspresi kasih sayang dengan memeluk, merangkul, menggandeng anaknya pada saat berjalan, dilain pihak terkadang jika ibu kesal maka ibu menunjukkan ekspresi marah, menggunakan nada suara yang tinggi, jarang mengungkapkan kasih sayang secara verbal dan membatasi anaknya dengan kekerasan baik verbal atau fisik. Sebagian anak memiliki kelekatan yang aman artinya anak mampu mengeksplorasi lingkungannya saat ibunya tidak ada, anak menunjukkan ekspresi kasih sayang baik pada ibu, orang asing atau secara simbolik dengan permainan dan anak mampu membina hubungan yang dekat dengan orang asing yang tidak dikenal. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan signifikan negatif antara besar keluarga dengan riwayat kehamilan artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka riwayat kehamilan akan semakin kurang. Terdapat hubungan signifikan positif antara pendidikan ibu dengan riwayat pemberian ASI artinya semakin tinggi pendidikan ibu maka riwayat pemberian ASI akan semakin baik. Pendapatan hubungan signifikan negatif dengan riwayat pemberian ASI artinya semakin tinggi pendapatan maka riwayat pemberian ASI akan semakin kurang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan jenis kelamin. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas ibu dengan besar keluarga artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka sensitivitas ibu akan semakin rendah. Terdapat hubungan signifikan positif antara sensitivitas ibu dengan pendapatan artinya semakin tinggi pendapatan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi. Sensitivitas ibu berhubungan signifikan positif dengan riwayat kehamilan artinya semakin baik riwayat kehamilan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi. Terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas ibu dan riwayat persalinan artinya semakin baik riwayat persalinan maka sensitivitas ibu akan semakin rendah. Riwayat kehamilan juga berhubungan positif signifikan dengan kelekatan semakin baik riwayat kehamilan maka kelekatan akan semakin aman, sedangkan riwayat persalinan memiliki hubungan negatif signifikan dengan kelekatan artinya semakin baik riwayat persalinan maka kelekatan akan semakin tidak aman. Sensitivitas dan kelekatan memiliki hubungan signifikan positif artinya semakin tinggi sensitivitas ibu maka kelekatan antara ibu dan anak semakin aman.

5 KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR ANGGY NURMALASARI SUKARDI Skripsi sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi bahwa Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas dan Kelekatan Ibu terhadap Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2011 Anggy Nurmalasari Sukardi NIM I

8 Judul Skripsi Nama NIM : Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas dan Kelekatan Ibu terhadap Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor : Anggy Nurmalasari : I Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc NIP Neti Hernawati, SP, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc NIP Tanggal disetujui :

9 xi PRAKATA Alhamdulillah Wa Syukurillah Wa Subhannallah Hu Allahu Akbar. Syukur yang tiada tara terucap atas Hidayah, Inayah dan Maunah yang diberikan kepada Allah SWT yang telah memberkati penulis dalam penyusunan skripsi ini. Saya juga bermaksud untuk menghaturkan ucapan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang terus memberikan bimbingan dan saran selama penulisan skripsi, serta memberikan semangat dan nasihat yang sangat berarti. 2. Neti Hernawati SP, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan perbaikan yang positif dalam penyelesaian skripsi 3. Alfiasari SP, M.Si sebagai pemandu seminar yang telah memberikan masukan yang sangat berarti untuk menyempurkan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS sebagai dosen penguji. Terimakasih telah memberikan koreksi dan masukan yang sangat berarti untuk penulis. 5. Ibu Euis, Bapak Momom, Neng Ipar, Abah kolot, para kader, Bu Bidan, aparat Desa Kiarapandak dan Kecamatan Sukajaya dan seluruh masyarakat Kampung Adat Urug yang telah berjasa dalam pencarian data. 6. Bapak Mamiek Sukardi S.Ag, M.MPd dan Ibu Surtini sebagai orang tua yang telah mendukung dan memotivasi penulis untuk terus berkarya dan berpretasi. terimakasih pula pada M. Dwi Anggara dan Norma Maulita Puspitasari. 7. Hepi Katon Prasetyo, S.IP yang telah banyak berkorban dan membantu selama empat tahun perkuliahan dan penyusunan skripsi. Tanpa semangat dan dukungannya penulis tidak mampu berjuang sendiri. 8. Teman-teman seperjuangan Mustika Dewanggi dan Cefti Lia Permatasari sebagai teman dalam penelitian payung. 9. Puspita Herawati, Elmanora, Gilar, Sri Wahyuningsih, Mely Maria, Umu Rosidah, Nur Rochimah, Lia Nurjanah, Nadia Nandana, Restu, Anita, Restystika, Husfani, Miss Meydina, Miss Lia dan Miss Dita serta segenap keluarga besar Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA (Indonesia Singapore Friendship Association) atas bantuannya dan semangatnya. Bogor, September 2011 Anggy Nurmalasari

10 xiii DAFTAR ISI Hal DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 6 Kegunaan Penelitian... 7 Kelekatan... 9 Sensitivitas Ibu Riwayat Perkembangan Anak Faktor yang Berhubungan dengan Sensitivitas Ibu Faktor yang Berhubungan dengan Kelekatan KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Riwayat Perkembangan Anak Sensitivitas Ibu Kelekatan Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Anak dengan Sensitivitas Ibu Hubungan antara Riwayat Perkembangan Anak dan Sensitivitas Ibu Hubungan antara Riwayat Perkembangan Anak dan Kelekatan Hubungan antara Sensitivitas Ibu dan Kelekatan Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN LAMPIRAN... 85

11 xv DAFTAR TABEL 1 Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak Jenis dan cara pengambilan data Deskripsi acara syukuran masyarakat di Kampung Adat Urug Deskripsi acara syukuran keluarga di Kampung Adat Urug Larangan yang terkait aktivitas sehari-hari di Kampung Adat Urug Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkkan urutan lahir dan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan Sebaran contoh berdasarkan kategori riwayat kehamilan Sebaran contoh berdasarkan jenis persalinan Sebaran contoh berdasarkan lama proses persalinan Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan kategori sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan kelekatan ibu dengan anak Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga dan riwayat perkembangan anak Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan usia ibu dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan ibu dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan sensitivitas ibu Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga dan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan dan sensitivitas ibu.. 60 Hal

12 xvi 31 Rata-rata sensitivitas ibu berdasarkan riwayat persalinan Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI dan sensitivitas ibu Hasil uji korelasi Pearson riwayat perkembangan anak dan sensitivitas 62 ibu Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan dan kelekatan Rata-rata kelekatan berdasarkan riwayat persalinan Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI dan kelekatan Hasil uji korelasi Pearson riwayat perkembangan anak dan kelekatan Hasil uji korelasi Pearson sensitivitas ibu dan kelekatan Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu dan kelekatan. 65 DAFTAR GAMBAR Hal 1 Kerangka pemikiran Cara pemilihan contoh Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan proses persalinan Sebaran contoh berdasarkan jasa yang membantu persalinan 45 6 Sebaran contoh berdasarkan usia kehamilan Sebaran contoh berdasarkan berat bayi lahir Sebaran contoh berdasarkan kategori riwayat pemberian ASI 49 9 Sebaran contoh berdasarkan kategori kelekatan. 54 DAFTAR LAMPIRAN Hal 1 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu Sebaran contoh berdasarkan kelekatan emosi Hasil uji korelasi Pearson 90 5 Sebaran contoh budaya yang terkait dengan riwayat perkembangan anak. 6 Dokumentasi penelitian 92 7 Peta lokasi penelitian

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas pulau dan memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Selain itu Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Indonesia memiliki biodiversitas yang sangat beragam dan tanah subur makmur. Wilayah strategis ini berimplikasi pada kebhinekaan yang tercermin dari kemajemukan budaya pada berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia (Simamora 2010). Menurut survei mengenai jumlah suku di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia terdiri atas suku bangsa. Indahnya keberagaman budaya ini lambat laun terkikis di tengah globalisasi yang menjunjung modernisasi di segala bidang. Nilai-nilai mulai bergeser seiring dengan masuknya budaya asing yang menggantikan kearifan lokal yang sedari dulu dijunjung tinggi oleh nenek moyang (Budiyanta 2008). Suku Sunda merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia yang telah terkikis originalitasnya. Derasnya pengaruh budaya luar dan banyaknya pendatang menjadi faktor pudarnya budaya di Suku Sunda. Di tengah arus modernisasi pada Suku Sunda tersebut, ternyata masih terdapat salah satu kampung yang tetap mempertahankan kebudayaan asli Suku Sunda yaitu Kampung Adat Urug yang berada di daerah Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Kampung adat yang berada di lereng Pegunungan Halimun ini memegang teguh budaya Suku Sunda hingga saat ini. Identitas diri masih melekat tercermin dari berbagai unsur kebudayaan seperti kekerabatan, kemasyarakatan, bangunan, bahasa, pekerjaan dan lain-lain (Hakim 2010). Kampung Adat Urug yang terus menjaga warisan leluhur ini menjadikannya sebagai sisa peradaban masa silam berdirinya Kota Bogor. Hal ini tercermin dari nilai-nilai tradisi masih dipertahankan masyarakat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Keyakinan di Kampung Adat Urug ini tidak hanya dipertahankan oleh

14 2 orang dewasa, tapi juga ditanamkan sejak dini pada anak-anak melalui interaksi antara orang tua dan anaknya. Menurut Brooks (2001), budaya membentuk perilaku orang tua, dari nilainilai universal yang orang tua ajarkan pada aspek konkrit di kehidupan seharihari. Identitas terhadap etnik ditanamkan sejak anak balita (bawah lima tahun) yaitu saat anak belajar pertama kalinya untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari suatu suku. Hajar (2007) menuturkan bahwa pengasuhan anak merupakan bagian dari sosialisasi nilai dan norma dalam keluarga agar pola-pola budaya tetap melekat dalam kehidupan sosial kelompoknya. Budaya yang terus dipertahankan ini akan membentuk suatu pola yang khas dari generasi ke generasi seperti pola ikatan antara anak dengan orang tua atau tokoh khusus seperti ibu. Ikatan emosi yang terbentuk antara anak dan orang tua sebagai figur pengasuh oleh Bowlby (1951) disebut sebagai kelekatan atau attachment (Yunita 2009). Demulder et al. (2000); Fadilla (2004); Gribble (2006); memaparkan bahwa pengalaman awal kelekatan dari pengasuh utama, dipercaya menjadi bentuk prototype atau internal working model yang berpengaruh pada pola perilaku dan perkembangan anak kelak. Apabila pola kelekatan ini telah terbentuk sejak awal pada suatu budaya tertentu maka akan mempengaruhi kelekatan pada generasi berikutnya sehingga membentuk internal working model masyarakat secara keseluruhan. Menurut Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (1997), pada tahun pertama dalam kehidupan, kelekatan yang aman menjadi pondasi penting perkembangan anak selanjutnya. Brooks (2001); Ijzendoorn et al. (2004); Kinasih (2010) menyatakan bahwa manfaat positif dari kelekatan yang aman pada anak balita yaitu meningkatkannya kemandirian, kompetensi sosial, dan self esteem. Kelekatan yang aman ini tidak hanya terbentuk dengan sendirinya melainkan melalui proses yang panjang dari mulai masa kehamilan. Menurut Neuman (1990) diacu dalam Hastuti (2006), kedekatan emosi ibu anak ini dimulai pada masa prenatal yaitu pada saat anak mulai dikandung ibu dalam rahimnya hingga anak berusia 24 bulan, suatu masa yang disebutnya sebagai primal relationship. Masa kehamilan merupakan masa yang penting, mengingat bahwa masa ini merupakan masa yang esensial untuk memahami pola perkembangan manusia

15 3 pada tahapan selanjutnya. Periode ini adalah periode yang terpenting dari semua periode dalam rentang kehidupan manusia karena pada masa ini sifat-sifat bawaan seorang manusia diturunkan. Oleh karena itu kondisi yang baik di dalam tubuh ibu akan menunjang perkembangan sifat-sifat bawaannya (Papalia et al. 2009). Setelah janin berkembang sempurna dan akhirnya mampu bertahan di luar kandungan maka masuklah pada masa kelahiran. Peristiwa kelahiran ini berhubungan erat dengan keberhasilan anak dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungannya (Papalia et al. 2009). Vasta et al. (1999); Illingworth (1974) menyatakan bahwa lebih dari 90 persen bayi lahir dengan sehat dan normal sedangkan sisanya mengalami permasalahan dalam kelahiran yang berdampak pada berkurangnya prestasi anak, kesulitan membaca, berkurangnya konsentrasi, emosi labil, dan perilaku yang berubah-ubah. Setelah melalui proses kelahiran anak memasuki masa bayi neonatal (Papalia et al. 2009). Pada masa ini hal yang paling penting dilakukan adalah melakukan inisiasi pemberian ASI. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kontak yang dilakukan ibu pada satu jam pertama setelah melahirkan akan memberikan pengalaman mendasar pada anak. Ibu yang segera didekatkan pada bayi seusai melahirkan akan menunjukkan perhatian yang lebih besar dibandingkan ibu-ibu yang tidak melakukannya dan membentuk kelekatan dengan bayinya (Ervika 2005). Interaksi ibu dengan anaknya pada masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI sangat berkaitan erat dengan budaya setempat. Kepercayaan tradisional yang dapat mempengaruhi perlakuan orang tua kepada anak dimulai dari masa kehamilan. Selain itu masyarakat tradisional yang masih memegang teguh budaya memiliki keunikan persalinan. Praktek pemberian ASI juga tidak terlepas dari pengaruh budaya yang membentuk perilaku ibu dalam menyusui (Small 1998); (Vasta et al. 1999). Interaksi ibu dan anak terus berlanjut melalui pengasuhan yang dibentuk oleh budaya. Pengasuhan yang menentukan terbentuknya kelekatan ibu dan anak adalah sensitivitas (Brook 2001). Kemppinen (2007) menunjukkan bahwa sikap orang tua dalam mengasuh anak, dilihat dari cara orang tua yang sensitif dalam memenuhi kebutuhan anak, sehingga membentuk suatu kelekatan antara anak

16 4 dengan orang tua sebagai figur pengasuh. Ibu yang sensitif membantu anak untuk mengatur keadaan positif, meningkatkan kemampuan kognitif dan bahasa. Ibu yang tidak sensitif terhadap kebutuhan anak akan menyebabkan berbagai permasalahan yang berdampak pada keadaan anak di masa yang akan datang seperti masalah perilaku dan kemampuan kerjasama yang rendah. Hasil penelitian Mills (2007) dan Ijzendoorn et al. (2004) menunjukkan bahwa ibu yang sensitif akan membentuk kelekatan yang aman sedangkan ibu yang tidak sensitif memiliki anak dengan kelekatan yang tidak aman. Berbagai hal dipaparkan di atas berkaitan dengan kelekatan, riwayat perkembangan anak mulai dari kehamilan, persalinan dan pemberian ASI serta sensitivitas ibu dengan latarbekakang budaya yang khas. Maka penelitian ini mencoba untuk mengkaji kembali hubungan antara sensitivitas ibu dengan kelekatan berdasarkan penelitian terdahulu serta menambahkan variabel riwayat perkembangan anak sebagai faktor pembentuk kelekatan antara ibu dan anak. Secara khusus penelitian ini mengangkat permasalahan tersebut dengan latar belakang budaya yang khas dan unik di Kampung Adat Urug. Perumusan Masalah Usia 3-5 tahun merupakan masa-masa Golden Age, dimana anak mencapai kondisi puncak dalam perkembangannya dan intervensi yang diberikan pada usia ini akan melekat dengan kuat. Masa ini sering juga disebut masa kritis karena pertumbuhan dan perkembangan memerlukan perhatian khusus (Megawangi 2007). Pengalaman yang diterima anak pada periode ini merupakan aspek dasar dalam pembentukan kelekatan antara anak dengan pengasuh utamanya. Orang tua memiliki tugas untuk membangun kelekatan yang aman dan kompetensi sosial anak. Tujuan utama dalam pengasuhan adalah membentuk kelekatan yang aman (Brook 2001). Kelekatan sangat penting, bukan hanya untuk bertahan hidup tapi juga karena sebagai perkembangan adaptasi pribadi di sepanjang kehidupan (Greenberg et al. 1990). Menurut Santrock (1997), kelekatan awal pada anak sangat penting karena berhubungan dengan perilaku sosial anak dalam perkembangannya kemudian hari. Anak dengan kelekatan yang aman akan mengalami sedikit masalah, melakukan

17 5 interaksi yang baik dan melakukan koping terhadap stres. Menurut Aline (2008), sebaliknya kelekatan yang tidak aman dapat mempengaruhi perkembangan otak yang berdampak negatif pada interaksi dengan orang lain, rasa percaya diri, pengendalian diri, kemampuan untuk belajar, mencapai kesehatan mental dan fisik yang optimal. Permasalahan kelekatan ini berkaitan dengan internal working model terbentuk pada kelekatan awal masa kanak-kanak yang berpengaruh pada pola perilaku dan perkembangan anak kelak. Sayangnya masih banyak anak yang tidak dapat membentuk kelekatan yang aman, sesuai dengan penelitian Latifah et al. (2009) di Bogor menunjukkan hasil bahwa anak yang memiliki kelekatan yang aman sebanyak 36,04 persen sedangkan anak yang memiliki kelekatan yang tidak aman yaitu 63,96 persen. Kelekatan antara ibu dan anak terjalin melalui proses yang panjang dimulai sejak periode kehamilan. Menurut Papalia et al. (2009), banyak sekali bahaya yang terjadi pada periode prenatal ini yaitu bahaya fisik dan bahaya psikologi seperti kepercayaan tradisional. Kepercayaan dapat mempengaruhi perlakuan orang tua kepada anak selama kehamilan. Selanjutnya masa kritis dalam kehidupan manusia adalah proses kelahiran. Proses kelahiran juga memberikan dampak pada ikatan yang dialami oleh ibu dan anak. Menurut Suririnah (2007), terdapat 5-10 persen ibu yang mengalami kehamilan dan persalinan dengan resiko tinggi sehingga diperlukan persiapan diri dengan memperhatikan perawatan selama periode kritis tersebut. Menurut Papalia et al. (2009), pengalaman dari kehamilan dan persalinan yang kurang baik dapat menentukan penyesuaian anak dalam berinteraksi dengan dunia luar khususnya ibu dan berdampak negatif pada kelekatannya dengan ibu. Masa-masa penting setelah kelahiran adalah masa bayi dimana anak masih memiliki ketergantungan dengan ibu karena tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhannya sendiri (Papalia et al. 2009). Oleh karena itu ibu berkewajiban untuk memberikan makanan kepada bayi melalui proses menyusui. Pemberian ASI merupakan proses interaksi antara ibu dan anak yang dapat mengembangkan tingkah laku lekat karena dalam proses ini terjadi kontak fisik yang disertai upaya untuk me mbangun hubungan psikologis antara ibu dan anak (Ervika 2005).

18 6 Sayangnya berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan pada tahun 2007, hanya 18 persen ibu di Indonesia memberi air susu ibu (ASI) eksklusif selama empat hingga lima bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80 persen. Kelekatan juga terbentuk dari pengasuhan yang sensitif. Ibu yang sensitif, responsif, hangat, dan menerima akan membentuk dasar rasa aman bagi anak. Pengalaman yang membentuk kelekatan yang aman akan membuat anak memiliki kerangka pikir positif untuk mengetahui dunia. Sayangnya banyak ibu yang kurang sensitif merespon kebutuhan anak (Brooks 2001). Berbagai permasalahan di atas mengenai riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan ini diwarnai dengan kekhasan budaya yang terjadi pada beberapa daerah tertentu. Salah satunya yaitu di Kampung Adat Urug yang memiliki masyarakat yang terus berpegang teguh kepada adat istiadat dan memegang keteladanan kesundaan. Pengaruh budaya ini akan membentuk suatu keunikan khas pada hubungan antara ibu dan anak di Kampung Adat Urug. Sesuai dengan pemaparan permasalahan di atas, maka pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana riwayat perkembangan anak, sensitivitas dan kelekatan ibu dan anak di Kampung Adat Urug? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dengan riwayat perkembangan anak di Kampung Adat Urug? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak dengan sensitivitas ibu di Kampung Adat Urug? 4. Bagaimana hubungan riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas ibu dan kelekatan di Kampung Adat Urug? 5. Bagaimana hubungan antara sensitivitas ibu dengan kelekatan ibu dan anak di Kampung Adat Urug? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengidentifikasi riwayat perkembangan anak (riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan riwayat pemberian ASI) sensitivitas ibu dan kelekatan anak usia dini (3-5 tahun) di Kampung Adat Urug

19 7 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan ibu dan anak 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan riwayat perkembangan anak 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak dengan sensitivitas ibu 4. Menganalisis hubungan riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas ibu dan kelekatan 5. Menganalisis hubungan antara sensitivitas ibu dan kelekatan ibu dan anak Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk peneliti agar mengasah kepekaan untuk mencari tahu kebenaran dari suatu realita yang ada di masyarakat serta melatih peneliti untuk dapat menganalisis secara logis dan empiris. Bagi institusi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan berguna untuk mengembangkan teori khususnya di bidang pengasuhan dan kelekatan pada anak. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk masyarakat dalam menyajikan informasi yang berharga tentang pentingnya persiapan kehamilan, persalinan dan pemberian ASI serta pengasuhan yang sensitif untuk menghasilkan kelekatan yang memberikan rasa aman kepada anak. Selanjutnya bagi lembaga non pemerintah atau pemerintah, informasi yang diperoleh dapat bermanfaat dalam sosialisasi tentang pentingnya menjaga kehamilan, inisiasi ASI dan pemberian ASI eksklusif serta pengasuhan anak.

20 9 TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan Kelekatan adalah pertalian afeksi kasih sayang yang mempersatukan satu orang dengan yang lain pada setiap waktu dan tempat (Gribble 2006). Brooks (2001); Yunita (2009) juga menyatakan bahwa kelekatan merupakan ikatan psikologis yang kuat pada seseorang yang menjadi sumber rasa aman dan memberikan dukungan emosi. Dirunut dari bahasa psikologi perkembangan, kelekatan adalah hubungan antara figur sosial yang istimewa yang merefleksikan karakteristik unik dari suatu hubungan. Kesimpulannya kelekatan adalah ikatan emosional yang dekat antara anak dan pengasuh (Santrock 1997). Kelekatan tidak hanya hubungan yang sementara melainkan hubungan yang berlangsung lama (Santrock 1997). Kelekatan didukung oleh tingkah laku lekat yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Tingkah laku lekat adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit, dan terancam (Durkin 1995 diacu dalam Ervika 2005). Kelekatan terjadi melalui proses interaksi terus-menerus antara anak dan ibu yang bersifat saling mencintai dan saling memenuhi secara emosional dan saling membutuhkan (Small 1998). Kelekatan ibu dan anak terjadi karena ada kecenderungan pada manusia untuk membentuk ikatan afeksional yang kuat terhadap orang-orang tertentu. Kelekatan dapat dipandang sebagai proses homeostatis yang digunakan untuk mempertahankan kontak dengan orang-orang yang memberikan rasa aman (Fadilla 2004). Ciri-ciri yang menunjukkan kelekatan adalah hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak (Ervika 2005). Kelekatan pada awal masa kehidupan akan membangun internal working model. Anak membangun model kerja tentang apa yang diharapkan dari sang ibu. Selama ibu memberi respon yang sama, model tersebut bertahan. Bila tingkah laku ibu berubah secara konsisten maka anak akan merevisi model tersebut dan perasaan aman anak mungkin berubah (Papalia et al. 2009).

21 10 Teori kelekatan Teori kelekatan menjelaskan dasar-dasar ikatan afeksional seseorang dengan orang lain (Favila 1998). Berlandaskan pernyataan Erikson mengenai hubungan antara ibu dan anak maka berkembanglah teori kelekatan. Teori ini dipelopori Bowlby (1951) yang berasal dari penelitiannya terhadap hewan dalam melihat perkembangan secara evolusi. Menurut Bowlby (1951) diacu dalam Damon (1998), teori kelekatan merupakan kombinasi beberapa teori yaitu : 1. Teori etologi menyatakan adanya kesamaan tingkah laku sejak lahir pada semua jenis spesies yang berasal dari faktor biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tingkah laku mengekor/imprinting merupakan mekanisme yang kuat dalam keterikatan seorang terhadap ibunya. Tingkah laku mengekor ini sama dengan yang dilakukan bayi yang disebut kelekatan. 2. Teori evolusi biologi menyatakan bahwa kelekatan timbul dari beberapa tipe sistem perilaku untuk bertahan sebagai adaptasi biologi sehingga memotivasi anak untuk mencari orang dewasa di dekatnya untuk menjadi pelindung sehingga memberikan rasa aman, khususnya saat keadaan tertekan dan bahaya. Sistem perilaku ini menentukan perilaku eksplorasi. 3. Teori kontrol sistem menyatakan bahwa perilaku kelekatan adalah sesuatu cara mencari perlindungan pada pengasuhnya dengan cara memberikan sinyal menangis, merangkak, melekat dan cara lain. Kelekatan merupakan perkembangan anak dalam mempelajari pemahaman sosial. Periode Kelekatan Tujuan utama pengasuhan pada periode usia dini yaitu membentuk kelekatan yang aman (Brooks 2001). Menurut Hastuti (2006), ikatan yang kuat antara pengasuh dan anak terbentuk pada masa kritis sehingga akan sulit untuk dilupakan. Usia balita (bawah lima tahun) merupakan masa penting terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khususnya seperti ibu karena usia ini merupakan awal perkembangan kepribadian anak. Kelekatan akan terbentuk mulai dari anak usia bawah lima tahun. Menurut Bowlby (1951) diacu dalam Brooks (2001), kelekatan berkembang dari hal yang tidak terarah kemudian menjadi terarah dan sesuai dengan meningkatnya usia.

22 11 Tabel 1. Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak Umur Ciri Umum Ciri khusus 0-3 bulan Tidak ada Orientasi sosial dan sinyal sebagai tanda tanpa perbedaan jawaban diskriminasi atau pembedaan pada orang lain 3-6 bulan Mengarahkan pada pribagi yang dikenal 6 bulan Mempertahan-kan -3 tahun hubungan dengan tokoh tertentu 3 tahun Membentuk masa akhir kerjasama anak Sumber : Damon (1998). Senyuman yang mempunyai arti sosial. Kemampuan sosial untuk membedakan orang atau diskriminasi. Bayi mulai mengenal wajahwajah tertentu. Adanya kelekatan yang tepat, ketika dipisahkan dengan pengasuh. Reaksinya aktif mengikuti kepergian tokoh. Anak memperoleh pemahaman tentang perasaan dan motivasi orang dewasa, jadi dapat mengatur hubungan mutual. Pada usia tiga tahun perkembangan anak mencapai 90% sehingga pada usia ini anak membuat sistem dan struktur yang bertanggungjawab bagi fungsi perilaku, sosial emosi dan psikologis anak (Henningsen 2004 diacu dalam Hastuti 2008). Menurut Brooks (2001), pada masa prasekolah pengasuhan akan meningkatkan perasaan aman. Sama seperti saat bayi dan baduta, bermain dengan orang tua akan menimbulkan kesenangan dan kesempatan untuk belajar. Tapi dengan meningkatnya pengertian anak mengenai orang, meluasnya lingkungan tempat anak berinteraksi, meningkatnya perkembangan bahasa, maka anak akan semakin belajar untuk mempercayai orang tuanya melalui observasi yang dilakukan anak. Perasaan tentang rasa aman juga didapatkan dari negosiasi konflik orang tua dengan anak, kesediaan untuk melakukan kompromi dan menghargai otonomi anak maka anak akan menumbuhkan rasa aman. Tipe-tipe kelekatan Kelekatan anak dengan pengasuhnya dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Kelekatan yang aman yaitu anak merasa nyaman pada kehadiran orang tua, merasa takut ketika dia ditinggalkan oleh orang tua, mencari ibu saat dibutuhkan, namun berusaha mengeksplorasi lingkungannya saat ditinggalkan. Saat ibu pulang atau hadir kembali maka anak merasa gembira dan menginginkan kedekatan kembali (Brooks 2001). Dasar dari kelekatan

23 12 yang aman yaitu menyeimbangkan antara mencari seseorang yang dekat dengannya dan perilaku bereksplorasi (Bost 1998). Anak yang memiliki kelekatan yang aman akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sosial khususnya dengan pengasuh utamanya atau ibu. Kemampuan ibu untuk merasa sinyal anak dengan tepat dan meresponnya dengan sesuai dengan kebutuhannya adalah penentu kelekatan yang aman (Ainsworth 1978 diacu dalam Ijzendoorn et al. 2004). 2. Kelekatan yang tidak aman yaitu anak bersikap tidak konsisten, dan tidak lekat terhadap ibu, sedikit gelisah dan stres saat ibu pergi. Saat ibu kembali, anak kurang merespon, kadang mengabaikan, menghindar atau menolak. Anak gagal dalam mencari sosok yang lekat dengannya. Ibu dari anak tipe ini kurang sensitif terhadap sinyal yang diberikan anak, kaku, canggung, jarang melakukan kontak fisik dengan anak, ibu berinteraksi dengan kemarahan, mengabaikan dan berperilaku menolak anak (Brooks 2001; Gribble 2006). Sensitivitas Ibu Sensitivitas adalah kemampuan untuk menerima sinyal-sinyal yang diberikan anak dan meresponnya dengan segera sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Pada masa balita, orang tua memenuhi perannya melalui sensitivitas dalam menyediakan kebutuhan dasar dan memberikan rasa aman bagi anak. Kualitas akhir dalam pengasuhan pada masa balita adalah kemampuan orang tua dalam menyesuaikan perilaku dengan kepribadian dan kebutuhan anak (Brooks 2001). Menurut Kemppinen (2007), sensitivitas ibu adalah pola perilaku ibu yang menyenangkan bagi anak, meningkatkan kenyamanan, memberikan perhatian dan mengurangi kesulitan yang dirasakan anak. Ainsworth (1978) diacu dalam Kemppinen (2007) mengatakan bahwa sensitivitas ibu adalah kesediaan dan kesiapan ibu pada setiap waktu untuk merespon sinyal anak secara konsisten dan tepat dengan tingkat kontrol yang sesuai dan dapat berunding ketika ada suatu konflik. Sensitivitas anak sebagai dasar interaksi ibu dan anak akan menjadi dasar untuk perkembangan psikologi anak. Melalui interaksi yang sensitif, anak akan

24 13 belajar bagaimana menarik perhatian orang tua untuk mendapatkan perlindungan dan kenyamanan. Konsep sensitivitas ibu berakar dari teori psikoanalisis, terutama dalam teori kelekatan. Salah satu tokoh psikoanalisis yaitu Bowlby (1951) diacu dalam Kemppinen (2007) menyatakan bahwa sensitivitas ibu adalah konsep sentral yang digunakan dalam teori kelekatan untuk menggambarkan interaksi awal antara ibu dan anak. Pada teori kelekatan, sensitivitas ibu kepada anak adalah kontribusi utama dari ibu dalam perkembangan kelekatan yang aman. Pengasuhan yang sensitif akan mengurangi perilaku negatif anak (Damon 1998; Santrock 1997; Mills 2007; Brooks 2001). Menurut Hastuti (2008), orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhankebutuhan anak baik berupa kebutuhan instrumental maupun ekspresif. Interaksi antara ibu dan anak meliputi pemberian kasih sayang, pemenuhan kebutuhan dan pengarahan perlindungan. Menurut Crittenden (2010), sensitivitas ibu terdiri atas lima aspek yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin. Riwayat Perkembangan Anak Riwayat Kehamilan Masa prenatal atau kehamilan merupakan periode perkembangan yang pertama dalam rentang kehidupan manusia dengan waktu yang singkat yaitu berkisar dari hari mulai dari fertilisasi sampai melahirkan. Perkembangan sebelum kelahiran ini dapat diramalkan dan terbagi dalam tiga tahapan yaitu zigot, embrio dan janin/ fetus (Santrock 2009). Tahap pertama adalah pembentukan zigot terjadi pada dua minggu pertama setelah konsepsi. Tahap kedua adalah periode embrio terjadi pada dua sampai delapan minggu sejak konsepsi. Kehidupan embrio di dalam rahim didukung oleh suatu sistem yang terdiri atas amnion, umbilical cord dan placenta. Pada dua bulan pertama terjadi organogenesis yaitu proses pembentukan organ. Pada pembentukan organ ini adalah periode yang paling rentan terhadap perubahan lingkungan. Tahap ketiga dimulai dari dua bulan setelah konsepsi sampai bulan ke sembilan yang disebut periode fetus/ janin. Setelah tiga sampai empat bulan

25 14 setelah konsepsi, janin mulai aktif dan bergerak sehingga ibu dapat merasakan gerakan kaki dan lengan janin. Janin terus berkembang sampai akhirnya ia mampu bertahan di luar kandungan (Santrock 2009). Periode kehamilan adalah suatu periode yang rentan. Ilmu yang mempelajari mengenai kelainan pada kehamilan dan kelahiran adalah teratology. Teratogen adalah agen yang berpotensi untuk menyebabkan kelainan pada kehamilan yang berasal dari obat, polutan, penyakit infeksi, kekurangan gizi, stres ibu, dan ibu yang berusia tua. Teratogen sangat rentan pada awal masa prenatal khususnya pada masa pembentukan organ dan berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya (Santrock 2009). Papalia et al. (2009) menjelaskan bahwa terdapat bahaya fisik dan psikologi yang dapat dialami janin. Bahaya fisik adalah hal yang menimbulkan kelainan pada fisik janin. Salah satu bahaya psikologi yaitu kepercayaan tradisional, pantangan, mitos atau anjuran dari nilai-nilai kebudayaan yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap janin. Riwayat Persalinan Persalinan merupakan proses bayi berpindah dari tempat bernaung berupa lingkungan yang terlindungi menuju dunia luar yang sulit untuk diprediksi. Biasanya setelah 38 minggu setelah terjadi fertilisasi, seorang wanita yang hamil akan mengalami labor/persalinan (Vasta et al. 1999). Menurut Santrock (2009), proses persalinan terdiri tiga tahap. Tahap pertama dimulai dari kontraksi pertama dengan melebar leher rahim/ serviks sampai serviks melebar secara penuh. Tahap kedua dimulai ketika fetus memulai untuk keluar melalui serviks dan berakhir ketika seluruh anggota badan bayi telah keluar. Tahap ketiga yaitu proses keluarnya plasenta. Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa jenis persalinan yaitu: a. Alamiah atau spontan yaitu bayi memiliki posisi dan besar janin yang dapat mempermudah bayi lahir secara normal dengan posisi kepala di bawah. b. Sungsang yaitu bokong keluar lebih dahulu disusul oleh kaki dan kepala. c. Melintang yaitu posisi janin melintang dalam rahim ibu. d. Alat yaitu jika janin terlampau besar sehingga tidak dapat keluar secara spontan sehingga harus dipergunakan alat untuk membantu persalinan

26 15 e. Pembedahan caesar yaitu jika menunjukkan terjadinya komplikasi bila bayi keluar melalui saluran lahir, sehingga bayi harus dikeluarkan dari rahim ibu melalui pembedahan dinding perut ibu. Menurut Nurdianti (2010), gangguan atau kelainan itu antara lain adalah : 1. Persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi belum pada waktunya, dimana janin sudah keluar pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. 2. Persalinan lewat waktu atau postmatur yaitu persalinan yang berasal dari kehamilan melewati waktu 294 hari atau 42 minggu. 3. Plasenta previa atau pusar melilit yaitu plasenta yang letaknya abnormal, berada di bagian segmen bawah uterus sehingga menghalangi jalan lahir. 4. Distosia yaitu kelambatan atau kesulitan persalinan. 5. Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban atau robeknya selaput ketuban yang kemudian diikut dengan memancarnya cairan, sebelum atau diawal munculnya tanda-tanda persalinan. 6. Infeksi intrapartum yaitu infeksi yang terjadi dalam persalinan. 7. Anoxia adalah gangguan dalam penyediaan oksigen untuk otak sebelum atau selama proses persalinan karena bayi tidak bisa bernafas. 8. Berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg ketika lahir. Bayi BBLR biasanya memiliki berbagai resiko komplikasi kesehatan dan kemungkinan untuk bertahan hidup lebih kecil. Budaya juga menunjukkan perbedaan dalam hal persalinan. Hal ini dikarenakan perbedaan kebiasaan dan modernisasi pada setiap budaya yang berbeda. Terdapat kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional tentang persalinan, misalnya tentang kepercayaan baik tidaknya waktu kelahiran dan sebagainya. Jasa persalinan yang membantu ibu selama kelahiran bervariasi di setiap budaya (Santrock 2009); (Vasta et al. 1999) Riwayat Pemberian ASI Air susu ibu atau ASI adalah makanan alamiah untuk bayi. ASI mengandung nutrisi-nutrisi dasar dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan bayi yang sehat. Memberikan ASI kepada bayi bukan hanya memberikan kebaikan bagi bayi

27 16 melainkan juga keuntungan untuk ibu. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Suririnah 2004). Pemberian ASI memberikan manfaat secara psikologis terhadap kelekatan ibu dan anak (Afifah 2007). Pemberian ASI terdiri atas kualitas dan kuantitas. Kualitas pemberian ASI dilihat dari interaksi antara ibu dan anak selama pemberian ASI. Interaksi ini merupakan suatu aspek yang penting dalam membina hubungan dengan anak. Pemberian ASI sebagai interaksi sosial yang intim antara ibu dan anak berdampak pada produksi hormon selama menyusui yang dapat menstabilkan kadar glukosa darah, temperatur, laju pernafasan, hormon penyebab stres, dan tekanan darah (Gribble 2006). Berikut kuantitas pemberian ASI yang dilakukan oleh ibu kepada bayi: 1. Inisiasi Menyusui Dini atau IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran. Bayi memiliki kemampuan yang disebut breast crawl untuk menemukan puting susu ibu dan memutuskan kapan ia menyusui dengan sendirinya ketika ia dilekatkan di perut ibu setelah melahirkan (Gangal et al. 2007). 2. Pemberian kolostrum dilakukan saat inisiasi menyusui dini dilakukan. Di beberapa masyarakat tradisional, kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi (Afifah 2007). 3. Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain sampai usia 6 bulan karena ASI memberi energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama (Afifah 2007). 4. Pemberian prelaktal yaitu pemberian minuman atau susu formula sebelum bayi diberikan ASI. Pemberian prelaktasi ini juga beraneka ragam sesuai dengan kebudayaan (Afifah 2007). 5. Pemberian MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang baik diberikan setelah anak berusia 6 bulan (Afifah 2007). Faktor yang Berhubungan dengan Sensitivitas Ibu Karakteristik Keluarga Menurut Bronfenbreneur diacu dalam Brooks (2001), keluarga merupakan mikro sistem anak yang berinteraksi secara langsung dan mempengaruhi

28 17 perkembangan anak. Karakteristik keluarga terdiri atas kepribadian orang tua, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Sosok orang tua yang lebih banyak berinteraksi dengan anak adalah seorang ibu. Menurut Kemppinnen (2007), terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan karakteristik ibu. Sensitivitas ibu berkaitan dengan kemampuan ibu untuk mengamati perubahan kondisi mental anak. Seorang ibu yang sensitif memiliki pengalaman dengan figur yang lekat kepadanya ketika kecil. Menurut Jacobson et al. (1991) ibu yang usianya telah matang memiliki ego yang matang pula sehingga meningkatkan perasaan empati dalam mengasuh karena mereka lebih menyesuaikan diri pada nasehat mengenai norma sosial. Berdasarkan penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) di Kabupaten Indramayu, orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi berinteraksi lebih sering dan mampu membiayai kebutuhan anak. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan pengasuhan. Ibu yang bekerja biasanya memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit dalam pengasuhan dan sensitivitasnya terhadap anak. Beban kerja di luar rumah, stress dunia kerja, stres kehidupan pernikahan dan kurangnya dukungan suami akan mempengaruhi interaksi ibu pada anak (Hastuti 2008). Pasangan yang telah mapan dan stabil secara ekonomi akan memiliki peluang untuk dapat memberikan interaksi yang relatif lebih baik. Tekanan ekonomi yang sulit, ketidakmampuan memberikan nafkah, pengangguran akan mempengaruhi pengasuhan yang diberikan kepada anak. Berdasarkan teori resource dilution model, bahwa kualitas sumberdaya yang menurun karena pertambahan anggota keluarga membuat orang tua dan keluarga menurunkan perhatian, waktu dan jumlah materi yang dapat diterima setiap anak (Hastuti 2008). Karakteristik Anak Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan karakteristik anak. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap sensitivitas ibu adalah kemampuan anak untuk berinteraksi aktif dengan ibu, temperamen anak, prematur, cacat, penyakit kronis. Setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga memerlukan pengasuhan yang berbeda, selain itu sensitivitas ibu berbeda pada satu anak dan anak lainnya (Kemppinnen 2007).

29 18 Pandangan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan, akan mengakibatkan sensitivitas yang berbeda pula karena orang tua cenderung melakukan pengasuhan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan (Sevon 2009). Karakteristik Budaya Lingkungan budaya merupakan faktor yang berhubungan dengan kelekatan. Sesuai dengan Teori Model Ekologi menurut Bronfenbrenner diacu dalam Bern (1993), anak dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang mempengaruhi anak terdiri atas lingkungan mikro, meso, ekso dan makro. Sistem yang paling luas adalah lingkungan makro seperti etnik budaya. Menurut Koentjaraningrat (1979) diacu dalam Wahyuni (2002), kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan cara mempelajarinya. Kebudayaan yang berada di Kampung Adat Urug yang merupakan sisa peradaban masa silam yang masih mempertahankan nilai nilai ketradisiannya sampai saat ini. Kampung Adat Urug ini merupakan kampung adat yang masih memegang kuat budaya pada setiap aspek kehidupannya. Kebudayaan yang ditanamkan pada individu melalui proses interaksi antara orang tua dan anaknya kemudian akan membentuk pengasuhan yang khas (Hakim 2010). Menurut Froelich et al. (2008), terdapat perbedaan yang signifikan dalam sensitivitas ibu pada berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Davies (1999) menuturkan bahwa norma budaya diperoleh dari proses sosialisasi melalui pengasuhan yang sensitif. Anak mengidentifikasikan nilai-nilai budaya pada orang tua dan pengasuh utamanya melalui verbal maupun nonverbal. Riwayat Perkembangan Anak Berdasarkan penelitian Kemppinnen (2007) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sensitivitas yang rendah memiliki depretion symptoms setelah kehamilan dan kelahiran. Ibu yang mengalami depresi setelah kelahiran akan menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya responsif dan pengendalian disiplin perilaku ibu ketika berinteraksi dengan anak. Ibu yang memiliki interaksi yang intim selama kehamilan maka akan membentuk sikap sensitif ibu pada periode selanjutnya.

30 19 Menurut (Gribble 2006), pemberian ASI juga akan meningkatkan sensitivitas ibu hal ini dikarenakan psikologi dan perilaku ibu dipengaruhi oleh meningkatnya hormone oxytocin, prolactin dan cholecystokinin selama menyusui. Menyusui juga berkaitan dengan sistem syaraf pusat yang dapat mempengaruhi psikologi dan perilaku ibu menjadi lebih positif. Ibu yang menyusui dapat menurunkan tekanan darah, mengatur emosi dan mengurangi stres, dan lebih tenang dibanding dengan ibu yang tidak menyusui. Ibu yang tidak stress dapat meningkatkan interaksi sosial kepada anak, lebih sensitif dan responsif dibanding dengan ibu yang tidak menyusui. Faktor yang Berhubungan dengan Kelekatan Menurut Santrock (1997), faktor utama yang berhubungan kelekatan emosi yaitu sensitivitas ibu dan riwayat perkembangan anak. Berikut merupakan faktorfaktor yang berhubungan dengan kelekatan emosi antara ibu dan anak. Sensitivitas Ibu Sensitivitas ibu merupakan faktor yang paling mempengaruhi kelekatan antara ibu dan anak. Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (1997) mengemukakan bahwa kelekatan yang aman dipengaruhi oleh sensitivitas seorang pengasuh dalam hal ini ibu terhadap sinyal yang diberikan anak. Menurut Kuczynski (2004) diacu dalam Hastuti (2008), menciptakan keterikatan yang aman antara anak dan ibu dapat dilakukan dengan memberikan respon atau memebuhi kebutuhan anak, memberikan kenyamanan, perhatian dan komunikasi. Anak dengan kelekatan yang aman memiliki ibu yang lebih peka, menerima, dan ekspresif dengan penuh kasih sayang, sedangkan anak dengan kelekatan yang tidak aman memiliki ibu yang tidak sensitif, jarang melakukan kontak fisik, berinteraksi dengan kemarahan, dan menolak anak. Pengasuh yang tidak menyenangkan akan membuat anak tidak percaya dan mengembangkan kelekatan yang tidak aman (Santrock 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mills (2007) dan Ijzendoorn et al. (2004) bahwa ibu yang sensitif akan membentuk kelekatan yang aman sedangkan ibu yang tidak sensitif memiliki anak dengan kelekatan yang tidak aman.

31 20 Menurut Damon (1998), dari berbagai penelitian terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dan kelekatan dipengaruhi oleh konteks yang terjadi ketika pengamatan. Sensitivitas ibu ketika anak mengalami tekanan atau ketakutan akan lebih meningkatkan kelekatan yang aman dibandingkan pada keadaan anak saat kurang tertekan seperti ketika makan atau bermain. Riwayat Perkembangan Anak Riwayat perkembangan anak yang mempengaruhi kelekatan terdiri atas riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan riwayat pemberian ASI. Menurut Kemppinen (2007), kehamilan dan persalinan adalah fase yang penting untuk menyiapkan bayi untuk menyesuaikan diri pada kehidupan pascanatal. Menurut Illingworth (1974), kelahiran yang sulit mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anaknya sehingga meningkatkan ikatan emosi antara ibu kepada anaknya sehingga ibu berusaha memberikan rasa aman bagi anak dan terjalinlah kelekatan yang kuat antara ibu dan anak. Riwayat pemberian ASI berhubungan dengan pembentukan kelekatan karena melalui pemberian makanan akan terjadi kontak yang nyaman antara ibu dan anak. Menurut Freud, seorang ahli psikoanalisis, bayi akan membentuk kelekatan dengan seseorang ketika bayi merasakan kepuasan oral sejak bayi mendapatkan makanan dari ibu melalui pemberian ASI (Santrock 1997). Gribble (2006) mengungkapkan interaksi antara ibu dan anak selama menyusui dapat berperan secara signifikan dalam perkembangan kelekatan antara ibu dan anak karena dapat memberikan ketenangan, relaksasi, menghilangkan stres dan dampak analgesik ketika anak disusui.

32 21 KERANGKA PEMIKIRAN Anak usia dini merupakan masa penting terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khusus seperti ibu. Hubungan psikologis yang kuat antara ibu dan anak ini disebut kelekatan. Menurut Brook (2001), kelekatan antara ibu dan anak dibedakan menjadi kelekatan yang aman dan kelekatan yang tidak aman. Kelekatan yang dibangun oleh anak dan ibu diduga dipengaruhi oleh sensitivitas ibu selama melakukan proses pengasuhan. Crittenden (2010) memaparkan bahwa sensitivitas ibu ini berupa kemampuan ibu untuk merespon sinyal anak yang ditunjukan dengan ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin. Ahli psikososial Erikson, menyatakan bahwa sensitivitas ibu dalam pengasuhan akan membantu anak untuk membangun perasaan percaya dan aman. Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (2007) mengidentifikasi bahwa sensitivitas ibu yang tinggi merupakan unsur penting untuk membentuk kelekatan yang aman sedangkan sensitivitas ibu yang rendah akan membentuk kelekatan yang tidak aman. Kelekatan merupakan suatu hasil dari proses interaksi yang panjang antara ibu dan anak selama proses perkembangan anak. Perkembangan anak dimulai sejak anak berada dalam kandungan atau prenatal. Setelah itu fetus dilahirkan melalui proses perinatal/kelahiran/persalinan. Selanjutnya anak memasuki periode bayi dimana kebutuhan dasar anak yang terpenting yaitu makan melalui pemberian ASI. Berbagai tahap perkembangan yang dialami anak ini dikelompokkan sebagai riwayat perkembangan anak. Riwayat perkembangan anak pada periode kehamilan diduga menentukan kelekatan karena berhubungan dengan pengalaman dan penyesuaian anak dengan lingkungannya khususnya dengan pengasuh/ibu. Ibu yang memiliki psikologi yang positif dan interaksi yang intim selama kehamilan diduga akan membentuk kelekatan dengan anak. Kondisi persalinan yang kurang baik diduga akan meningkatkan kelekatan antara ibu dan anak karena ibu akan cenderung lekat dan memberikan perhatian pada anak yang mengalami kelainan persalinan. Menurut Gribble (2006), pemberian ASI secara eksklusif dan segera setelah lahir dapat membentuk kelekatan karena bayi secara langsung akan mengalami kontak kulit dengan ibunya selama proses menyusui.

33 22 Sensitivitas ibu berkaitan dengan kesediaan dan orang tua menginvestasikan perhatiannya kepada anak sehingga orang tua memiliki perencanaan yang berbeda dalam menginvestasikan perhatian (Grossmann & Grossmann 2009). Karakteristik orang tua berupa usia orang tua, besar keluarga, pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan ibu juga diduga berhubungan dengan sensitivitas ibu. Usia orang tua merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas pengasuhan terhadap anak. Gunarsa dan Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa kepadatan anggota keluarga akan mengurangi perhatian yang didapatkan anak. Menurut Papalia et al. (2009), status sosial ekonomi yang meliputi pendidikan, status pekerjaan ibu dan pendapatan juga berhubungan dengan proses pengasuhan yang sensitif. Sensitivitas ibu ini diduga berhubungan dengan karakteristik anak, seperti umur dan jenis kelamin. Semakin tua umur anak maka alokasi waktu ibu dalam mengasuh cenderung berkurang seiring bertambahnya usia anak. Perbedaan jenis kelamin juga diduga berhubungan dengan sensitivitas ibu, dimana anak perempuan biasanya lebih diberi perhatian. Riwayat perkembangan anak diduga dipengaruhi oleh karakteristik keluarga seperti usia orang tua, besar keluarga, pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan ibu. Menurut Santrock (2009), usia ibu dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan kelainan pada kehamilan dan kelahiran. Begitu pula dengan tingkat pendidikan yang dimiliki ibu pun menjadi faktor yang menentukan perawatan kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Jacobson et al. 1991). Status ekonomi yang tinggi juga menyebabkan ibu cenderung mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik ketika hamil dan melahirkan, namun cenderung menggunakan susu formula. Selain itu latarbelakang budaya berupa pantangan, mitos atau anjuran dari nilai-nilai kebudayaan akan membentuk riwayat kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Vasta et al. 1999); (Small 1998). Sesuai pemaparan di atas, keterkaitan variable yang diteliti secara sederhana dapat digambarkan dalam gambar 1. Bagan tersebutlah yang menjadi kerangka pemikiran dari penelitian ini.

34 23 Karakteristik Budaya Karakteristik Keluarga Usia ibu Pendidikan ibu Status pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Besar keluarga Karakteristik Anak Jenis kelamin anak Usia anak Riwayat Perkembangan Anak Riwayat kehamilan Riwayat persalinan Riwayat pemberian ASI Sensitivitas Ibu Ekspresi wajah Ekspresi bicara Posisi dan kontak fisik Ekspresi kasih sayang Pengendalian disiplin Kelekatan Kelekatan yang aman Kelekatan yang tidak aman Ket: = variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran

35 25 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan restrospective. Cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu, desain ini digunakan untuk melihat data karakteristik keluarga, karakteristik anak, sensitivitas ibu dan kelekatan. Restrospective yaitu penelitian yang menggali data mengenai pengalaman masa lampau responden yaitu untuk melihat data riwayat perkembangan anak. Penelitian dilakukan di Kampung Adat Urug yang berkedudukan di lereng pegunungan Halimun, tepatnya di Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive di Kampung Adat Urug yang merupakan kampung adat yang masih memegang teguh budaya Suku Sunda di berbagai aspek kehidupannya sehingga berbeda dengan masyarakat Sunda pada umumnya yang sedikit demi sedikit meninggalkan kebudayaan leluhurnya. Selain itu Kampung Adat Urug telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Cagar Budaya. Waktu pengambilan data yaitu pada bulan April sampai Mei Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug. Contoh dari penelitian ini adalah anak dan ibu. Anak yang menjadi contoh memiliki kriteria usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug yang berasal dari keluarga utuh dengan ayah sebagai kepala keluarga, sedangkan ibu yang menjadi contoh merupakan pengasuh utama anak. Anak dengan usia 3-5 tahun diambil karena termasuk pada kategori anak usia prasekolah dengan tahapan perkembangan kelekatan menurut Bowlby (1951) diacu dalam Brooks (2001), berada pada tahap yang sama yaitu tahap membangun kerjasama. Adapun responden dari penelitian ini adalah ibu yang merupakan pengasuh utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug.

36 26 Cara pemilihan contoh dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling yaitu teknik sampling dengan melakukan pengacakan sesuai dengan perbandingan jumlah populasi pada setiap wilayah. Berdasarkan data dari Puskesmas Desa Kiarapandak, jumlah anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug yaitu 124 orang. Secara geografis Kampung Adat Urug terbagi menjadi tiga bagian yaitu Urug Tonggoh, Uruh Tengah dan Urug Lebak. Total sampel penelitian ini adalah 60. Berdasarkan rumus Slovin, berikut adalah formulasi perhitungan sampel: n=n/(1+ne 2 ) Keterangan n= N/(1+N.0,09 2 ) n= 124/ ( ,09 2 ) n= Jumlah sampel N= Jumlah populasi n= 60 e= Persen toleransi ketidaktelitian Berikut ini adalah kerangka pemilihan contoh penelitian: Kampung Adat Urug Purposive (N=124) Urug Tonggoh (N=25) Urug Tengah (N=43) Urug Lebak (N=56) L=5 P=7 L=11 P=10 L=14 P=13 Gambar 2 Cara pemilihan contoh. Purposive Proportional Random Sampling Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap contoh dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik budaya; karakteristik keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga); karakteristik anak (usia, jenis kelamin, urutan dalam keluarga); riwayat perkembangan anak (riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat pemberian ASI) menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan nilai cronbach alpha 0,890; sensitivitas ibu (ekspresi wajah, ekspresi

37 27 bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin) menggunakan kuesioner CARE-Index dengan nilai cronbach alpha yaitu 0,862; dan kelekatan (perilaku bereksplorasi, respon kasih sayang dan kesadaran sosial) menggunakan kuesioner Attachment Q-Sort dengan nilai cronbach alpha yaitu 0,713. Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah penduduk Kampung Adat Urug, monografi desa. Rincian jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis data Variabel Alat bantu dan skala data Responden/ sumber Cara pengumpulan data Primer Karakteristik budaya Kuesioner Kepala adat Wawancara mendalam Primer Karakteristik keluarga Usia Lama pendidikan Status Pekerjaan Kuesioner Rasio Rasio Nominal Ibu Wawancara Pendapatan Rasio Besar keluarga Rasio Primer Primer Primer Primer Karakteristik anak: Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran Riwayat perkembangan anak Riwayat kehamilan Riwayat persalinan Riwayat pemberian ASI Sensitivitas ibu Ekspresi wajah Ekspresi bicara Posisi dan kontak fisik Ekspresi kasih sayang Pengendalian disiplin Kelekatan Perilaku bereksplorasi Respon kasih sayang Kesadaran sosial Kuesioner Rasio Nominal Nominal Kuesioner Ordinal Ordinal Ordinal Kuesioner (CARE-Index) Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Kuesioner (Attachment Q-Sort) Ordinal Ordinal Ordinal Ibu Wawancara Ibu Wawancara secara retrospektif Anak dan ibu Anak dan ibu Wawancara dan observasi Wawancara dan observasi Sekunder Data demografi desa Data desa Wawancara

38 28 Sensitivitas ibu diukur dengan menggunakan CARE-Index (Child Adult Relational Experimental Index) yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti. CARE- Index adalah pengukuran interaksi ibu dan anak yang sederhana. Instrumen ini dikembangkan oleh Crittenden tahun Instrumen ini diukur melalui wawancara kepada ibu dan observasi terhadap interaksi antara ibu dan anak (Crittenden 2010). Kelekatan diukur menggunakan instrumen Attachment Q-Sort yang dikembangkan oleh Everett Water dan Kathleen E Deane pada tahun AQS didesain dengan pernyataan yang sesuai dengan perilaku alami yang dilakukan anak di rumah. Instrumen ini menggambarkan perilaku anak yang diobservasi selama berinteraksi dengan ibu. Instrumen ini telah digunakan secara luas dan memiliki validitas dalam mengukur index tentang kelekatan aman (Water 1985) diacu dalam Bost (1998). Metode ini lebih baik daripada strength situation procedure yang dikembangkan oleh Ainsworth (1978) dengan metode eksperimen di laboratorium karena AQS dapat dilakukan dirumah dengan memiliki validitas yang ekologis dan tidak memerlukan pemisahan dengan ibu yang menyebabkan stres anak. Aplikasi AQS pada budaya yang beragam dapat menyesuaikan diri pada prototypical perilaku dasar rasa aman pada anak yang memiliki latarbelakang yang berbeda. Selain itu metode ini sesuai untuk melihat secara garis besar tipe kelekatan anak yang terbagi menjadi dua yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman (Ijzendoorn et al. 2004). Pengolahan dan Analisis Data Tahap pengolahan data dilakukan dengan kegiatan seperti editing, coding, entrying, dan cleaning. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif mencakup rata-rata, nilai maksimum dan minimum yang digunakan untuk semua data kuantitatif. Sistem skoring dilakukan pada variabel riwayat perkembangan anak dan sensitivitas yaitu dengan menjumlahkan dan dibuat persentasinya kemudian dikategorikan dengan menggunakan Cut off Point yaitu: kurang (<60%), sedang (60%-80%), baik (>80%).

39 29 Analisis inferensia yang dilakukan adalah Uji chisquare untuk menganalisis hubungan antara variabel nominal dan korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan antar variabel pada data rasio. Pada kuesioner terdapat data mengenai karakteristik anak, karakteristik keluarga, riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan. Berikut merupakan pengolahan data pada setiap variabel: Karakteristik keluarga yang terdiri atas usia orang tua, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan besar keluarga. Berdasarkan Papalia et al. (2009), usia ibu dibagi menjadi tiga kategori yakni dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa tua (>60 tahun). Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti orang tua yaitu (1) tidak tamat SD, (2) SD, (3) SMP, (4) SMA. Jenis pekerjaan orang tua merupakan pekerjaan utama yang dilakukan orang tua untuk menghidupi keluarga yaitu (1) tidak bekerja, (2) petani, (3) buruh tani, (4) wiraswasta, (5) swasta, (6) PNS/ ABRI, (7) lainnya. Data pendapatan orang tua diperoleh dari pendapatan total keluarga, dikelompokkan menjadi sama dengan kurang dari Rp , antara Rp sampai dengan Rp , antara Rp sampai dengan Rp , dan sama dengan lebih dari Rp Pendapatan perkapita diklasifikasikan menjadi keluarga miskin dengan pendapatan perkapita kurang dari Rp dan keluarga tidak miskin dengan pendapatan perkapita lebih dari Rp sesuai dengan data BPS (2010) menunjukkan bahwa garis kemiskinan Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp per kapita. Data besar keluarga dikelompokan berdasarkan data BKKBN (1998) yaitu keluarga kecil ( 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar ( 8 orang). Karakteristik anak terdiri atas usia, jenis kelamin, dan urutan kelahiran. Usia dibedakan menjadi tiga kategori yaitu 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. Jenis kelamin dibedakan menjadi (1) laki-laki, (2) perempuan. Urutan kelahiran diklasifikasi menjadi (1) anak tunggal, (2) anak sulung, (3) anak tengah dan (4) anak bungsu. Riwayat perkembangan anak terdiri atas riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan riwayat pemberian ASI. Riwayat kehamilan meliputi keadaan kesehatan, keadaan psikologi, perilaku pengasuhan selama kehamilan. Pertanyaan terdiri atas 25 pertanyaan tertutup dengan skala dikotomi (1= ya, 0= tidak). Riwayat kehamilan ini

40 30 dikategorikan menjadi (1) kurang (<60%), (2) sedang (60%-80%), (3) baik (>80%). Riwayat persalinan terdiri atas jenis persalinan, kelainan persalinan, jasa persalinan, dan umur kelahiran. Pertanyaan terdiri atas 15 pertanyaan, kemudian dilakukan komposit kemudian dikategorikan menjadi (1) kurang (<60%), (2) sedang (60%- 80%), (3) baik (>80%). Riwayat pemberian ASI terdiri atas inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian prelaktal, frekuensi dan lama pemberian ASI, serta interaksi selama pemberian ASI. Kuesioner terdiri atas 20 pertanyaan dengan jawaban (0) tidak (1) ya. Kemudian hasil tabulasi digolongkan menjadi (1) kurang (<60%), (2) sedang (60%-80%), (3) baik (>80%). Sensitivitas ibu diukur dengan instrumen CARE-Index yang diadopsi oleh peneliti sesuai dengan budaya dan kondisi setempat. Kuesioner terdiri atas 25 pertanyaan yang terdiri atas lima dimensi yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin (Crittenden 2010). Setiap dimensi terdiri atas lima pertanyaan yang terdiri atas pertanyaan positif dan negatif. Setiap item pertanyaan diukur menggunakan skala likert yaitu 1) tidak pernah, 2) jarang, 3) kadang-kadang, 4) sering. Hasilnya dijumlahkan pada setiap dimensi selanjutnya dikompositkan pada seluruh dimensi sehingga diperoleh skor minimum 25 dan skor maksimum 100. Hasilnya dijumlahkan dan dikategorikan menjadi (1) rendah (<60%), (2) sedang (60%-80%), (3) tinggi (>80%). Kelekatan diukur dengan menggunakan instrumen Attachment Q-Sort (1987). Instrumen ini terdiri atas 90 pertanyaan, setelah itu peneliti memilih 30 pertanyaan yang sesuai dengan kesesuaian pertanyaan dengan kondisi dan lokasi penelitian. Hasil observasi dikelompokan dalam tiga tingkatan menggunakan skala Stapel berkisar dari tidak sesuai sampai sesuai yaitu dari nilai -1, 0 dan +1. Nilai -1 menunjukkan kelekatan tidak aman, nilai +1 menunjukkan kelekatan yang aman dan nilai tengah tidak spesifik mengartikan tipe kelekatan karena anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan situasi yang diobservasi tersebut. Pertanyaan sejumlah 30 terdiri atas 3 dimensi yaitu perilaku eksplorasi, respon kasih sayang dan kesadaran sosial. Kemudian seluruh item pertanyaan dijumlahkan dengan nilai

41 31 minimal -30 dan nilai maksimal +30. Hasil nilai diklasifikasikan menjadi kelekatan yang tidak aman (-30 sampai 0) dan kelekatan yang aman (0 sampai +30). Analisis hubungan antar variabel secara statistik deskriptif digunakan tabulasi silang. Analisis secara inferensia akan menggunakan: 1. Uji chisquare Analisis inferensia digunakan untuk melihat hubungan pada tabulasi silang beberapa variabel nominal seperti jenis kelamin dan status pekerjaan ibu dengan variabel sensitivitas. X 2 = N m k F 2 ij - 1 i=1 j=1 (F.i) (F.j) 2. Uji Korelasi Pearson Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik anak dengan sensitivitas, karakteristik keluarga dengan sensitivitas, riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas dan sensitivitas ibu dengan kelekatan r s = 1- d 2 i n (n-1) Definisi Operasional Karakteristik anak adalah keadaan anak berdasarkan usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran Keluarga utuh adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak dimana ibu sebagai pengasuh utama dan ayah sebagai kepala keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak. Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan utama orang tua. Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh orang tua yang diukur dalam lamanya pendidikan dan dikategorikan menjadi tidak pernah sekolah, SD, SMP, dan SMA. Riwayat perkembangan anak adalah pengalaman masa lalu ibu yang terkait rentang perkembangan anak yang dimulai dari masa kehamilan, kelahiran dan pemberian ASI yang dilihat secara retrospektif.

42 32 Riwayat kehamilan adalah pengalaman yang dirasakan ibu selama anaknya berada dalam kandungan yang berkisar 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Riwayat kehamilan ini terdiri atas keadaan kesehatan, psikologis dan perilaku pengasuhan selama kehamilan. Riwayat persalinan adalah pengalaman ibu dan anak ketika proses keluarnya bayi dari rahim menuju dunia luar yang terdiri atas jenis persalinan, proses persalinan, jasa persalinan, dan umur kelahiran. Riwayat pemberian ASI adalah pengalaman yang dialami ibu dan anak selama pemberian air susu ibu melakui proses menyusui yang terdiri atas inisiasi dini, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI, dan interaksi selama pemberian ASI. Sensitivitas ibu adalah kemampuan ibu untuk menerima sinyal-sinyal yang diberikan anak yang terdiri atas beberapa aspek yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin yang diukur dengan instrumen CARE-Index. Kelekatan/attachment adalah ikatan/hubungan psikologis yang kuat pada seseorang yang menjadi sumber rasa aman agar anak dapat bereksplorasi, merespon kasih sayang dan memiliki kesadaran sosial. Kelekatan dapat dibedakan menjadi kelekatan yang aman dan kelekatan yang tidak aman dan diukur menggunakan instrumen Attachment Q-Sort. Kelekatan yang aman adalah tipe kelekatan yang memberikan dasar rasa aman bagi anak sehingga anak nyaman disisi ibu, takut ditinggalkan, mencari ibu saat dibutuhkan, namun berusaha mengeksplorasi lingkungannya dan anak merasa gembira saat ibu kembali. Kelekatan yang tidak aman adalah tipe kelekatan dimana anak inkonsisten, menghukum dan tidak responsif emosinya terhadap ibu, relatif tidak lekat dengan ibu dan stres saat ibu pergi dan saat ibu kembali anak kurang merespon, mengabaikan, menghindar atau menolak.

43 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kampung Adat Urug Kampung Adat Urug merupakan kampung Suku Sunda yang masih memegang budaya turun temurun dari nenek moyang. Kampung ini berada di daerah Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Kampung Adat Urug terbagi menjadi tiga wilayah yaitu Urug Lebak, Urug Tengah dan Urug Tonggoh. Kampung adat yang berada di lereng Pegunungan Halimun ini memiliki keadaan topologi yang berupa daerah perbukitan. Batas wilayah Kampung Adat Urug yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Desa Harkatjaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kiarasari dan Desa Cisarua, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Nanggung dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Mandang. Kampung Adat Urug berada di dusun 2 Desa Kiarapandak dan terdiri dari empat RW dan 15 RT. Jarak tempuh Kampung Urug dari ibukota Provinsi Jawa Barat lebih kurang 165 Km ke arah barat. Jarak dari ibukota Kabupaten Bogor lebih kurang 48 Km, dari kota Kecamatan Sukajaya lebih kurang 6 Km, sedangkan dari kantor Desa Kiarapandak lebih kurang 1,2 Km. Berdasarkan data potensi sumberdaya manusia tahun 2011, jumlah penduduk keluarga di Desa Kiarapandak adalah sebanyak jiwa. Proporsi penduduk terbesar adalah laki-laki sebanyak jiwa (52,6%) dan sisanya adalah penduduk perempuan yaitu sebanyak jiwa (47,4%). Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Desa Kiarapandak adalah pertanian, pertambangan emas dan perkebunan kepala sawit. Sumberdaya alam yang melimpah ini berdampak pada pekerjaan masyarakat yaitu sebagai petani, petambang emas liar, dan wiraswasta. Masyarakat di kampung adat masih mempertahankan adat istiadat yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan salah satunya pada aspek pertanian. Pertanian yang menjadi inti kebudayaan dari masyarakat kampung adat ini sangat kental dengan nilai-nilai budaya baik berupa larangan, kebiasaan, dan anjuran. Larangan terkait bidang pertanian ini seperti larangan untuk melakukan tandur

44 34 sebelum ketua adat tandur serta larangan untuk memasak hasil pertanian atau memasak kue sebelum istri dari ketua adat memasak. Selain itu setiap hari minggu dan jumat tidak boleh mencangkul sawah dan setiap hari Senin dan Jumat tidak boleh menumbuk atau menjemur padi. Pada saat pertama kali menumbuk tidak diperbolehkan untuk berbicara. Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu menumbuk padi yang telah dipanen oleh istri. Setelah padi selesai ditumbuk, maka dilakukan pesta panen yang disebut seren tahun sebagai ungkapan rasa syukur. Inti acara seren tahun ini adalah ucapan doa kepada leluhur karena telah diberikan rezeki melalui padi. Acara yang menjadi hajat seluruh masyarakat Kampung Adat Urug dimeriahkan dengan makanan seperti kue yang berasal dari beras seperti ampyang, rengginang, renggining, ketan, jipang dan lain-lain. Kue ini dibuat di setiap rumah dan dibagikan ke tetangga dan kepada ketua adat. Selain itu setiap keluarga diharuskan membuat ameng berupa nasi yang disimpan di dalam boboko/wadah nasi dilengkapi dengan bakakak ayam yang sebelumnya telah disembelih secara bersamaan. Makanan yang telah diolah dari hasil panen harus didoakan terlebih dahulu sebelum dimakan. Kebersamaan yang begitu kental diantara masyarakat merupakan budaya paguyuban khas masyarakat pedesaan. Banyak nilai-nilai moral yang dapat dipelajari dari masyarakat adat tersebut yaitu saling berbagi, saling menghormati, keramahan, dan kekeluargaan. Pengasuhan atau interaksi antara orang tua dengan anak juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya. Orang tua tidak hanya mengasuh anak, tapi juga mendidik anak mengenai budaya yang terus dipelihara dari generasi ke generasi. Orang tua mentransfer segala nilai-nilai dari leluruh serta menjaga anak untuk tidak melanggar semua aturan leluhur. Selain itu juga ada pengajaran yang khas untuk anak laki-laki dan perempuan, dimana perempuan sejak usia tujuh tahun sudah diajari mengenai pekerjaan domestik sedangkan anak laki-laki sudah diajari urusan publik terutama di bidang pertanian. Selain dalam aspek pertanian, dalam hal pendidikan pun terdapat nilai-nilai budaya yang melekat. Masyarakat Kampung Adat Urug sudah memiliki kesadaran untuk menyekolahkan anaknya namun karena keterbatasan akses menuju sekolah

45 35 SMP dan SMA sehingga hampir seluruh masyarakat bersekolah sampai tingkat sekolah dasar. Selain itu pendidikan yang lebih diutamakan oleh masyarakat adalah pendidikan agama. Anak usia 7 tahun diperintahkan untuk ikut pengajian setelah dzuhur atau setelah maghrib. Hal ini karena anggapan bahwa setiap anak harus belajar mengenai ilmu agama. Selain itu masyarakat Kampung Adat Urug yang mayoritas beragama Islam, memiliki ritual keagamaan yang rutin dirayakan setiap tahun yaitu Muharam, Maulud Nabi dan Ruwah (Tabel 3). Tabel 3 Deskripsi acara syukuran masyarakat di Kampung Adat Urug No Nama Deskripsi acara syukuran 1 Seren tahun Syukuran yang berlangsung setelah panen padi, dilakukan dengan mengucapkan doa/ziarah kepada leluhur sebagai rasa syukur, setelah itu seluruh keluarga membuat kue tradisional dan ameng (bakakak ayam). Biasanya seren tahun dimeriahkan dengan berbagai hiburan seperti jaipongan, layar tancep, dangdutan, drama sunda dan lain-lain. Acara ini membuat banyak pedagang dari dan tamu penjuru wilayah yang datang sehingga acara ini begitu semarak 2 Sedekah bumi Sedekah bumi merupakan syukuran atas rezeki yang telah diberikan berupa seluruh hasil bumi baik padi, sayuran ataupun segala tanaman. Acara dilakukan dengan mengubur kepala kerbau di tanah. Selain itu setiap keluarga memasak dan dibagikan ke tetangga dan juga diserahkan kepada kepala adat 3 Ruwah Acara ini merupakan ritual keagamaan yang dimeriahkan dengan ceramah, dan kebiasaan masak-masak seperti acara lainnya dan dibagibagikan ke tetangga. Kemudian ada budaya untuk membuat nasi kuning. 4 Muharam Seperti acara keagamaan ruwah, muharam juga dimeriahkan dengan pengajian dan ceramah serta makanan yang dibuat oleh setiap keluarga. 5 Maulid Nabi Hari kelahiran Nabi Muhammad ini juga diselenggarakan dengan ceramah, pengajian, dan memasak makanan khas saat syukuran. Pada Maulud nabi ini terdapat acara asrakal yaitu pembacaan doa-doa oleh paraji untuk membuat kalung yang dirajut dari benang berwarna hitam, kemudian diberikan untuk anak sejak lahir sampai usia 5 tahun agar menjaga anak dari gangguan setan. Sumber : Hasil wawancara mendalam kepada Ketua Adat Selain syukuran yang mencakup seluruh masyarakat terdapat syukuran yang khusus diselenggarakan oleh sebuah keluarga (Tabel 4). Hajatan atau syukuran ini membuat hubungan bermasyarakat di kampung adat menjadi lebih dekat, ketika terdapat salah satu warga yang melangsungkan hajatan, maka warga yang lain harus

46 36 mengirimi makanan kepada orang yang hajatan tersebut. Hal itu dilakukan bergantian sehingga bila ada sebuah keluarga yang melakukan hajatan maka ada iring-iringan tetangga yang mengirimkan makanan atau kue. Tabel 4 Deskrispi acara syukuran keluarga di Kampung Adat Urug No Nama Deskripsi acara syukuran 1 Pernikahan Pada setiap hajatan seluruh tetangga harus mengirimi makanan kepada keluarga yang melakukan hajatan. Meriahnya pernikahan sesuai dengan kemampuan setiap keluarga sehingga tidak ada budaya perkawinan yang mengharuskan keluarga mengeluarkan banyak biaya. 2 Empat Syukuran pada kehamilan yang berusia empat bulan dengan diadakan bulan pengajian. Syukuran ini sesuai dengan ajaran agama Islam kehamilan 3 Tujuh bulan kehamilan 4 3 hari kelahiran 5 40 hari kelahiran Syukuran pada kehamilan yang berusia tujuh bulan dengan mengadakan pengajian dan membagikan rujak bagi tetangga Setelah tiga hari setelah kelahiran dilakukan syukuran dan dilakukan pemotongan tali pusar bayi Setelah empat puluh hari setelah kelahiran bayi dilakukan pengajian lalu bayi dicukur rambutnya, bila bayi perempuan maka dilakukan sunatan 6 Sunatan Syukuran saat anak laki-laki disunat (sesuai dengan kemampuan) 7 Tahlilan Seminggu kematian anggota keluarga dilakukan pengajian namun bereda dengan hajatan lain, saat tahlilan tetangga diberi makanan atau uang. Sumber : Hasil wawancara mendalam kepada Ketua Adat Kebudayaan yang melekat pada setiap sendi-sendi kehidupan di Kampung Adat Urug ini juga tercermin pada aktivitas sehari-hari seperti saat makan, tidur, mandi, masak dan lain-lain. Begitu pula dengan hubungan antara orang tua dan anak yang diwarnai dengan budaya. Anak laki-laki atau anak perempuan lebih dekat dengan sosok ibu karena ibu yang bertugas untuk mengasuh anak dan memiliki interaksi yang lebih banyak dengan anak. Selain itu terdapat budaya untuk membuat anak melupakan ayahnya yang telah bercerai dengan ibu yaitu dengan cara membawa anak ke atas para atau atap rumah agar tidak ingat lagi dengan ayahnya. Tingkat perceraian yang cukup tinggi ini menjadi salah satu masalah yang terjadi dalam hubungan antara ayah dan anak.

47 37 Tabel 5 Larangan yang terkait dengan aktivitas sehari-hari di Kampung Adat Urug No Aktivitas Larangan 1 Makan - Tidak boleh makan saat magrib - Tidak boleh makan sambil berdiri - Tidak boleh makan sambil minum - Tidak boleh menyisakan makanan nanti suaminya brewokan 2 Tidur - Posisi tidur yang tidak diperbolehkan yaitu menghadap ke timur karena itu adalah arah kebalikan dari arah kiblat, selain itu juga jangan menghadap ke selatan karena seperti arah mayat 3 Mandi - Dimandikan anak yang baru lahir dengan menggunakan air dingin agar kuat. - Tidak boleh bergosip sambil mandi dipancuran 4 Masak - Tidak meninggalkan nasi saat ditanak - Tidak boleh berhadapan lurus dengan tungku bagi perawan - Tidak boleh mengepit boboko (tempat nasi) diketiak 5 Saat - Tidak boleh ngebutkeun kain malam - Tidak boleh jemur pakaian hari - Tidak boleh menggunting kuku Sumber : Hasil wawancara mendalam kepada Ketua Adat Karakteristik Keluarga Usia Orang Tua Usia orang tua pada penelitian ini mengacu pada pembagian usia menurut Papalia et al. (2009), dibagi menjadi tiga kategori yaitu diantaranya dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60), dan dewasa akhir (>60 tahun). Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata usia ayah yaitu tahun sedangkan rata-rata usia ibu yaitu tahun. Sebagian besar orang tua dalam kategori dewasa muda baik usia ayah (83,3%) maupun usia ibu (95%). Hal ini karena masyarakat di Kampung Adat Urug telah menikah pada usia tahun. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua Usia orang tua Ayah Ibu n % n % Dewasa muda (18-40 tahun) 50 83, ,0 Dewasa madya (41-60 tahun) 10 16,7 3 5,0 Dewasa akhir (>60 tahun) 0 0,0 0 0,0 Total , ,0 Min-Max (tahun) Rata-rata±SD (tahun) 33,3 ± 8,2 27,9 ± 6,1

48 38 Besar Keluarga Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori menurut BKKBN yaitu, keluarga besar ( 8 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga kecil ( 4 orang). Sebanyak 53,3 persen anak berasal dari keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Terdapat sebanyak 13,3 persen anak berasal dari keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga yang paling banyak adalah 12 orang (Gambar 3). 53,3% 33,3% 13,4% Keluarga kecil (<4 orang) Keluarga Keluarga sedang kecil (<4 (5-7 orang) orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (>7 orang) Keluarga besar (>7 orang) Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Pendidikan Orang Tua Pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ayah dan ibu. Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat tiga perempat ayah dan ibu memiliki pendidikan terakhir SD. Sebanyak 18,3 persen ayah dan 21,7 persen ibu yang tidak tamat SD. Pendidikan yang paling tinggi ditempuh oleh ayah adalah SMA (3,3%), sedangkan pendidikan yang paling tinggi ditempuh ibu adalah SMP (3,3%). Dilihat dari nilai rata-rata pendidikannya, lama pendidikan ayah lebih tinggi (4,8 tahun) dibandingkan dengan pendidikan ibu yaitu (4,3 tahun). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua Pendidikan orang tua Ayah Ibu n % n % Tidak tamat SD ( 5 tahun) 11 18, ,7 Tamat SD (6 tahun) 46 76, ,0 Tamat SMP (9 tahun) 1 1,7 2 3,3 Tamat SMA (12 tahun) 2 3,3 0 0,0 Total , ,0 Min-max (tahun) Rata-rata±SD (tahun) 4,8 ± 2,5 4,3 ± 2,3

49 39 Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan utama yang dilakukan orang tua yaitu sebagai petani, buruh tani, buruh bangunan, buruh tambang, wiraswasta/dagang, ABRI, becak/ojek/ sopir. Tabel 8 menunjukkan sebanyak 38,3 persen ayah bekerja sebagai wiraswasta atau dagang seperti dagang ikan basah, baso dan lain-lain. Selain sebagai wiraswasta, sebanyak 20 persen ayah yang bekerja sebagai petani, dan 15 persen bekerja sebagai buruh tambang emas baik legal ataupun ilegal yang biasa disebut sebagai gurandil. Hampir tiga perempat ibu (73,3%) tidak bekerja dan sisanya bekerja sebagai petani untuk membantu suaminya atau bekerja sebagai pedagang sayuran. Mayoritas ibu yang tidak bekerja ini dikarenakan pandangan bahwa seorang wanita lebih dituntut untuk mengerjakan pekerjaan domestik, akan tetapi tidak terdapat larangan bagi wanita untuk membantu suaminya untuk menjadi petani (21,7%). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Pekerjaan orang tua Ayah Ibu n % n % Tidak bekerja 0 0, ,3 Petani 12 20, ,7 Buruh tani 3 5,0 1 1,7 Buruh bangunan 8 13,3 0 0,0 Buruh tambang 9 15,0 0 0,0 Wiraswasta/dagang 23 38,3 2 3,3 PNS/ABRI 1 1,7 0 0,0 Becak/ ojek/sopir 4 6,7 0 0,0 Total , ,0 Pendapatan Orang Tua Berdasarkan Tabel 9, separuh ayah memiliki pendapatan berkisar dari Rp Rp Rata-rata pendapatan ayah yaitu sebesar Rp Hampir seluruh ibu (96,7%) tidak memiliki pendapatan karena ibu tidak bekerja atau bekerja sebagai petani namun tidak memiliki penghasilan karena hasil dari sawah tersebut digunakan sebagai konsumsi keluarga. Terdapat 3,3 persen ibu yang memiliki pendapatan Rp Rp dari pekerjaannya sebagai penjual sayur

50 40 keliling. Hampir separuh anak (46,7%) berasal dari keluarga dengan total pendapatan keluarga berkisar antara Rp Rp Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua Pendapatan orang tua Ayah Ibu Total n % n % n % Rp 0- Rp , ,7 0 0,0 Rp Rp ,0 0 0, ,7 Rp Rp ,0 0 0, ,3 Rp Rp ,0 0 0,0 5 8,3 Rp Rp ,7 2 3,3 4 6,7 Rp ,3 0 0,0 3 5,0 Total , , ,0 Min-max (Rp) Rata-rata±SD (Rp) ± ± ± Data BPS (2010) menunjukkan bahwa garis kemiskinan Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp per kapita. Tabel 10 menunjukkan bahwa dua pertiga anak (66,6%) termasuk pada keluarga miskin dengan jumlah pendapatan perkapita kurang dari Rp , sedangkan sisanya sebanyak 33,4 persen termasuk pada keluarga tidak miskin. Rentang pendapatan perkapita ini sangat lebar yaitu dari Rp sampai Rp Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita Pendapatan perkapita (Rp) n % < Rp (miskin) 40 66,6 > Rp (tidak miskin) 20 33,4 Total ,0 Min-max (Rp) Rata-rata±SD (Rp) ,2 ± Karakteristik Anak Jenis Kelamin dan Usia Kisaran usia anak pada penelitian ini adalah usia 3-5 tahun yang termasuk pada kategori anak prasekolah. Tabel 11 menunjukkan bahwa separuh anak laki-laki

51 41 dan perempuan berusia 3 tahun (50% dan 43,3%). Sebanyak 46,7 persen berusia 3 tahun dan hanya 11,7 persen yang berusia 5 tahun. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total n % n % n % 3 Tahun 15 50, , , 7 4 Tahun 14 46, ,7 5 41, 7 5 Tahun 1 3,3 6 20,0 7 11, 7 Total , , ,0 Urutan Kelahiran Setiap anak dalam keluarga memiliki kedudukan masing-masing sesuai urutan kelahiran, yaitu anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Penelitian ini menunjukkan bahwa separuh anak laki-laki dan separuh anak perempuan merupakan anak bungsu. Sebanyak 51,7 persen dari keseluruhan anak termasuk anak bungsu atau anak terakhir dan sebanyak 8,3 persen anak yang termasuk anak tengah (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Urutan kelahiran Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Anak tunggal 9 30,0 8 26, ,3 Anak sulung 3 10,0 4 13,3 7 11,7 Anak tengah 3 10,0 1 3,3 5 8,3 Anak bungsu 15 50, , ,7 Total , , ,0 Riwayat Perkembangan Anak Riwayat Kehamilan Riwayat kehamilan merupakan pengalaman ibu ketika mengandung anak. Riwayat kehamilan ini dilihat dari keadaan kesehatan, keadaan psikologis dan perilaku pengasuhan selama kehamilan. Tabel 13 menunjukkan bahwa keadaan kesehatan ibu selama kehamilan dilihat dari konsumsi ibu yang lebih banyak

52 42 memakan sayuran (83,3), namun masih sedikit ibu yang mengkonsumsi daging (51,7%) dan susu (31,7). Keadaan kesehatan dapat dilihat melalui keadaan fisik ibu selama kehamilan. Terdapat 95 persen ibu hamil normal tanpa ada kelainan kehamilan, namun sebanyak 43,3 persen mengalami mual dan muntah selama kehamilan. Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu indikator dari keadaan kesehatan ibu selama kehamilan. Sebanyak 86,7 persen ibu memeriksakan kehamilannya di posyandu, 66,7 persen ibu mendapatkan vitamin, dan 60 persen ibu mendapatkan imunisasi. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan Jumlah ibu Riwayat kehamilan menjawab iya n % Keadaan kesehatan selama kehamilan Ibu meningkatkan jumlah makan ketika kehamilan anak 32 53,3 Ibu lebih banyak makan daging selama kehamilan anak 31 51,7 Ibu lebih banyak makan sayuran selama kehamilan anak 50 83,3 Ibu minum susu selama kehamilan anak 19 31,7 Ibu mengkonsumsi vitamin untuk meningkatkan kesehatan 40 66,7 Ibu melakukan olahraga selama kehamilan 18 30,0 Ibu memeriksakan kondisi kehamilan kepada bidan di posyandu 52 86,7 Ibu diimunisasi tetanus ketika kehamilan anak 36 60,0 Ibu memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) Ibu Hamil 24 40,0 Ibu hamil dalam keadaan normal 57 95,0 Ibu sering mual dan muntah selama kehamilan anak 26 43,3 Keadaan psikologi selama kehamilan Ibu telah merencanakan kehamilan anak sebelumnya 38 63,3 Ibu merasa bahagia pada saat mengetahui kehamilan anak 54 90,0 Ibu merasa stres atau cemas selama kehamilan anak 39 65,0 Ibu menjadi lebih sering sedih selama kehamilan anak 38 63,3 Ibu merasa lelah karena beban kerja yang berat selama kehamilan anak 34 56,7 Ibu merasa takut atau khawatir selama kehamilan anak 36 60,0 Suami memberikan perhatian yang lebih saat ibu hamil 52 86,7 Keluarga besar memberikan perhatian yang lebih saat ibu hamil 51 85,0 Perilaku pengasuhan selama kehamilan Ibu mengelus-elus perut ibu 50 83,3 Ibu mengajak berbicara anak didalam kandungannya 32 53,3 Ibu memijit payudara untuk persiapan menyusui 31 51,7 Ibu memperdengarkan solawat/ doa-doa saat kehamilan anak 54 90,0 Ibu mempersiapkan kebutuhan bayi sejak anak di dalam kandungan 22 36,7 Ibu mengadakan ritual khusus untuk anak saat hamil 56 93,3

53 43 Riwayat psikologis dilihat dari keadaan psikis ibu yang dirasakan selama kehamilan dan dukungan sosial dari pihak luar. Keadaan psikis yang dirasakan oleh ibu ketika kehamilan anak adalah bahagia (90%), stres atau cemas (65%), sedih (63,3%), cape atau lelah (56,7%) dan takut atau khawatir (60%). Sebanyak 63 persen ibu merencanakan kehamilan anak. Dukungan sosial yang didapatkan ibu selama kehamilan yaitu dari suami (86,7%) dan keluarga besar (85%). Riwayat kehamilan juga dilihat dari perilaku pengasuhan yang dilakukan ibu selama mengandung anak seperti mengelus-elus perut (83,3%), memperdengarkan doa/ solawat (90%) dan berbicara dengan janin (53,3%). Hampir seluruh ibu mengadakan ritual khusus untuk anak pada usia kehamilan 4 dan 7 bulan. Perilaku pengasuhan juga meliputi persiapan yang dilakukan oleh ibu, separuh ibu memijit payudara untuk mempersiapkan menyusui dan satu pertiga ibu mempersiapkan kebutuhan bayi sejak dalam kandungan (Lampiran 1). Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori riwayat kehamilan Kategori Keadaan kesehatan selama kehamilan Riwayat kehamilan Keadaan psikologi selama kehamilan Perilaku pengasuhan selama kehamilan Total n % n % n % n % Kurang (<60%) 29 48, , , ,0 Sedang (60%-80%) 19 31, , , ,7 Baik (>80%) 12 20, , ,3 2 3,3 Total , , , ,0 Rata-rata±SD (%) 56,6 ± 18,8 69,4 ± 24,5 67,5 ± 19,2 63,3 ± 12,0 Tabel 14 menunjukkan bahwa keadaan kesehatan selama kehamilan termasuk pada kategori kurang (48,3%), sedangkan keadaan psikologi ibu selama kehamilan termasuk pada kategori baik (41,7%). Perilaku pengasuhan selama kehamilan tersebar pada tiga kategori yaitu kurang (33,3%), sedang (33,3%), dan baik (33,3%). Secara keseluruhan, riwayat kehamilan ibu termasuk pada kategori sedang (71,7%), artinya ibu selama kehamilan memiliki riwayat kesehatan yang cukup baik, pelayanan bidan yang cukup baik, memakan makanan yang cukup bergizi seperti sayuran, memiliki

54 44 psikologis yang positif, dukungan yang besar dari suami dan keluarga, dan memiliki interaksi yang intim dengan anak selama kehamilan. Riwayat Persalinan Jenis persalinan Menurut Hurlock (1980), jenis persalinan terdiri atas persalinan normal, persalinan sungsang, persalinan melintang, persalinan menggunakan alat dan persalinan caesar. Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan anak yaitu persalinan normal (98,3%). Terdapat satu ibu yang mengalami persalinan sungsang dan dibantu oleh paraji. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis persalinan Pendarahan n % Persalinan normal 59 98,3 Persalinan sungsang 1 1,7 Persalinan melintang 0 0,0 Persalinan menggunakan alat 0 0,0 Persalinan caesar 0 0,0 Total ,0 Proses Persalinan Menurut Nurdianti (2010), gangguan atau kelainan persalinan diantaranya adalah plasenta previa (pusar melilit), distosia (kelambatan persalinan), ketuban pecah dini, dan anoxia (kesulitan bernafas). Gambar 4 menunjukkan mengenai kelainan persalinan yang dialami anak. Sebagian besar anak tidak mengalami kelainan (83%) dan sisanya mengalami kelainan berupa ketuban pecah dini (12%), distosia (3%), dan plasenta previa (2%).

55 45 83,0% 12,0% 3,0% 2,0% Tidak ada kelainan Ketuban pecah dini Distosia Placenta Previa Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan proses persalinan. Jasa Persalinan Jasa persalinan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kampung Adat Urug untuk membantu persalinan yaitu menggunakan paraji (83,3%). Terdapat 8,3 persen anak yang dilahirkan dengan bantuan bidan karena mengalami kesulitan kehamilan dan sulit ditangani oleh paraji. Sebanyak 8,3 persen anak dilahirkan sendiri oleh ibu tanpa dibantu oleh jasa persalinan (Gambar5). 83,4% 8,3% 8,3% Paraji Bidan Sendiri Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan jasa yang membantu persalinan. Usia Kehamilan Berdasarkan usia kehamilan, persalinan dapat dibedakan menjadi persalinan prematur, matur dan postmatur. Sebagian besar anak lahir matur yaitu dilahirkan pada usia kehamilan minggu (90%) dan terdapat 6,67 persen anak yang lahir

56 46 prematur atau persalinan yang terjadi belum pada waktunya yaitu pada usia kehamilan minggu. Sisanya sebanyak 3,3 persen anak lahir postmatur yaitu kehamilan melewati waktu 294 hari atau 42 minggu (Gambar 6). 90,0% 6,7% 3,3% Prematur (<37 minggu) Matur (37-42 minggu) Postmatur (>42 minggu Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan usia kelahiran. Lama proses persalinan Lama proses persalinan merupakan salah satu indikator kelainan saat proses persalinan. Berdasarkan Tabel 16, terdapat 70 persen ibu yang lama proses persalinannya kurang dari enam jam dan terdapat 8,3 persen ibu yang lama proses persalinannya lebih dari 12 jam. Lama proses persalinan yang paling singkat yaitu setengah jam dengan mengalami persalinan sendiri. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan lama proses persalinan Lama proses persalinan n % < 6 jam 42 70, jam 13 21,7 >12 jam 5 8,3 Total ,0 Min-max (jam) 0,5 48 Rata-rata±SD (jam) 5,88 ± 6,99 Berat Lahir Berat lahir bayi merupakan hal yang penting untuk melihat derajat kesehatan bayi. Berat lahir bayi yang rendah merupakan salah satu gangguan atau kelainan saat kelahiran yaitu bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg ketika lahir.

57 47 Gambar 7 menunjukkan bahwa 30 persen anak memiliki berat di bawah 2,5 kg saat lahir sedangkan sisanya memiliki berat lahir yang normal atau lebih dari 2,5 kg. 70,0% 30,0% Berat Bayi Lahir Normal (>2,5 kg) Berat Bayi Lahir rendah (<2,5 kg) Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan berat bayi lahir. Riwayat Pemberian ASI Riwayat pemberian ASI dibedakan menjadi kuantitas pemberian ASI dan kualitas interaksi ibu dan anak selama menyusui. Kuantitas pemberian ASI ibu dilihat dari jumlah, frekuensi, lama dan jenis ASI yang diberikan ibu. Berdasarkan Tabel 17, tidak ada ibu yang melakukan inisiasi dini. Tidak adanya ibu yang melakukan inisiasi dini ini karena terdapat anjuran di Kampung Adat Urug untuk mempuasakan bayinya sehabis melahirkan. Terdapat separuh ibu yang memberikan kolostrum. Pemberian prelaktal yaitu pemberian minuman, makanan atau susu formula sebelum bayi diberikan ASI. Seperti halnya di Kampung Adat Urug, terdapat 85 persen ibu yang memberikan prelaktal berupa madu, pisang kadut, nasi, biskuit, sagu atau air putih. Pemberian prelaktal ini membuat seluruh ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena bayi diberi tambahan makanan atau minuman selain ASI sampai usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI yang biasa diberikan kepada anak sampai usia 6 bulan biasanya seperti bubur, pisang, dan biskuit. Frekuensi pemberian ASI sudah terbilang baik dilihat dari ibu yang menyusui siang dan malam (98,3%) serta menyusui dimana saja (85%). Dilihat dari lama pemberian ASI, terdapat 43,3 persen ibu memberikan ASInya sampai usia 2 tahun. Ibu untuk menyapih anaknya dengan

58 48 cara-cara khusus seperti obat samiloto, obat merah, lipstik, daun pare, buah mahoni, dan jamu pait (61,7%). Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI Jumlah ibu Riwayat Pemberian ASI menjawab iya n % Kuantitas pemberian ASI Ibu melakukan inisiasi dini menyusui 0 0,0 Ibu memberikan kolostrum kepada anak 31 51,7 Ibu memberikan prelaktal kepada anak 51 85,0 Ibu memberikan ASI eksklusif kepada anak 0 0,0 Ibu menyusui anak siang dan malam 59 98,3 Ibu menyusui anak dimana saja 51 85,0 Ibu memberikan ASI kepada anak hingga 2 tahun 26 43,3 Ibu menyapih anak dengan cara-cara khusus 37 61,7 Kualitas pemberian ASI Ibu menyusui anak sambil mengelus-elus kepala 53 88,3 Ibu menyusui sambil mengobrol dengan anak 50 83,3 Ibu menyusui anak sambil menepuk pantat anak dengan lembut 58 96,7 Ibu menyusui anak sambil menggendong dan menimang-nimang 52 86,7 Ibu menyusui anak sambil menatap mata anak ,0 Ibu mencium kening anak sekali-kali selama menyusui 57 95,0 Kualitas pemberian ASI merupakan interaksi yang dilakukan ibu selama menyusui anak. Berdasarkan Tabel 17, ibu memiliki interaksi yang baik dengan anak selama menyusui seperti mengelus-elus kepala (83,3%), mengobrol (83,3%), menepuk pantat dengan lembut (96,7%), menggendong dan menimang-nimang (86,7%), serta mencium kening (95%). Seluruh ibu menyusui anak sambil menatap mata anak. Gambar 8 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak (53,3%) memiliki riwayat kuantitas pemberian ASI yang termasuk pada kategori kurang, sedangkan berdasarkan riwayat kualitas pemberian ASI sebagian besar anak termasuk pada kategori baik (88,3%). Secara keseluruhan, sebanyak 61,7 persen anak memiliki riwayat pemberian ASI yang tergolong pada kategori sedang artinya anak memiliki riwayat pemberian ASI yang cukup baik dalam hal interaksi antara ibu dan anak

59 49 selama menyusui namun kurang memberikan kolostrum, tidak ada yang melakukan inisiasi dini menyusui, dan ASI eksklusif. Rendah Sedang Tinggi 88,3% 53,3% 41,7% 61,7% 35,0% 5,0% 6,7% 5,0% 3,3% Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI. Sensitivitas Ibu Sensitivitas ibu merupakan bagian dari pengasuhan ibu yang membutuhkan kemampuan untuk merespon kebutuhan anaknya. Sensitivitas terbagi menjadi lima dimensi yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, ekspresi kasih sayang, posisi dan kontak fisik, serta pengendalian disiplin. Ekspresi wajah merupakan respon, rona, dan mimil muka ibu ketika berinteraksi dengan anak. Berdasarkan Tabel 18, sebanyak 46,7 persen ibu sering memandang wajah anak ketika sedang berbicara, 45,0 persen ibu sering tersenyum ketika anak memperlihatkan perbuatan yang baik, dan hanya 5 persen ibu yang tidak berekspresi saat anak menunjukkan keberhasilannya. Sayangnya masih banyak juga ibu yang sering menunjukkan ekspresi marah ketika anak mengganggu ibu saat bekerja di rumah (40,0%). Ekspresi bicara adalah nada, intonasi, bahasa, kelembutan, ketanggapan menjawab dan respon ibu ketika sedang berkomunikasi dengan anak. Lebih dari separuh ibu sering menjawab pertanyaan anak dengan segera (56,7%) dan ibu sering berbicara dengan lembut saat meminta anak untuk makan (30,0%), namun ketika anak tidak menuruti perintah, ibu sering menggunakan nada suara yang tinggi (41,7%).

60 50 Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu Jumlah ibu Sensitivitas ibu menjawab sering n % Ekspresi wajah Ibu memandang wajah anak ketika sedang berbicara 28 46,7 Ibu menunjukkan ekspresi marah ketika anak mengganggu ibu 24 40,0 Ibu tersenyum ketika anak memperlihatkan perbuatan yang baik 27 45,0 Ibu tidak berekspresi saat anak menunjukkan keberhasilannya 3 5,0 Ibu cuek/ tak acuh saat anak datang dari bermain 8 13,3 Ekspresi bicara Ibu berbicara dengan nada suara tinggi saat anak tidak menuruti perintah 25 41,7 Ibu berbicara dengan lembut saat meminta anak untuk makan 18 30,0 Ibu membentak anak ketika merengek menginginkan sesuatu 29 48,3 Ibu dengan segera menjawab saat anak bertanya 34 56,7 Ibu hanya diam saat merespon tangisan anak 18 30,0 Ekspresi kasih sayang Ibu memeluk ketika anak merasa takut atau sedih 35 58,3 Ibu merangkul anak selama observasi berlangsung 28 46,7 Ibu menyediakan makanan favorit anak 28 46,7 Ibu mengucapkan kata-kata sayang 8 13,3 Ibu memiliki nama panggilan kesayangan 24 40,0 Posisi dan kontak fisik Ibu menghindar/ berpaling ketika anak membutuhkan bantuan ibu 5 8,3 Ibu menyentuh/ mengelus anak sebagai pujian 21 35,0 Ibu mendatangi anak dengan segera saat anak memanggil-manggil 33 55,0 Ibu membungkuk/ menunduk setara dengan anak ketika berbicara 23 38,3 Ibu menggandeng anak ketika berjalan bersama 37 61,7 Pengendalian disiplin Ibu memarahi anak saat anak tidak menuruti perintah 33 55,0 Ibu mengajarkan kepada anak untuk merapikan mainan sendiri 17 28,3 Ibu membatasi anak atau melarang anak secara fisik 20 33,3 Ibu mengawasi anak secara langsung saat anak sedang bermain 11 18,3 Ibu mengarahkan anak untuk makan tepat waktu 28 46,7 Ekspresi kasih sayang merupakan ungkapan rasa cinta dan sayang ibu kepada anak melalui pelukan, rangkulan, kata-kata sayang serta pemenuhan kebutuhan anak seperti makanan favorit. Separuh ibu memeluk ketika anak merasa takut atau sedih (58,3%), ibu merangkul anak selama observasi berlangsung (46,7%) dan ibu menyediakan makanan favorit anak (46,7%). Hanya 13,3 persen ibu yang sering mengungkapkan kasih sayangnya dengan kata-kata sayang.

61 51 Posisi dan kontak fisik merupakan salah satu aspek penting dalam sensitivitas ibu karena berupa sikap ibu dalam berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan anak dengan tepat dan segera. Terdapat 55,5 persen ibu sering mendatangi anak dengan segera saat anak memanggil-manggil dan 61,7 persen ibu sering menggandeng anak ketika berjalan bersama. Posisi dan kontak fisik yang diperlihatkan oleh ibu adalah sering menunduk dan membungkuk ketika berbicara dengan anak (38,3%) dan sering mengelus/menyentuh anak (35%). Pengendalian disiplin merupakan bagian yang penting dalam pengasuhan karena terkait dengan cara mendidik anak untuk dapat mendisiplinkan anak secara positif. Pengendalian disiplin yang dilakukan ibu adalah memarahi anak saat anak tidak menuruti perintah (55,5%) dan mengarahkan anak untuk makan tepat waktu (46,6%). Selain itu sepertiga ibu membatasi atau melarang anak secara fisik seperti memukul dan mencubit. Hanya 18,3 persen ibu yang mengawasi anak secara langsung saat bermain (Lampiran 2). Berdasarkan Tabel 19 memperlihatkan kategori dari dimensi dilihat dari lima dimensi. Masing-masing dimensi diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa separuh ibu memiliki sensitivitas yang sedang pada dimensi ekspresi wajah (50,0%), ekspresi bicara (53,3%), posisi dan kontak fisik (51,7%) dan pengendalian disiplin (51,7%), sedangkan 53,3 persen ibu memiliki sensitivitas yang tinggi pada dimensi ekspresi kasih sayang. Berdasarkan total sensitivitas dilihat dari lima dimensi, sebanyak 70 persen anak memiliki ibu yang sensitivitasnya tergolong pada kategori sedang. Dilihat dari nilai rata-ratanya sensitivitas ibu yang paling tinggi yaitu ekspresi kasih sayang (79,0%), sedangkan dimensi sensitivitas yang paling rendah yaitu pengendalian disiplin (59,5%).

62 52 Kategori Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan kategori sensitivitas ibu Ekspresi wajah Ekspresi bicara Sensitivitas Ibu (%) Ekspresi kasih sayang Posisi & kontak fisik Pengendalian disiplin Total sensitivitas ibu (%) Rendah (<60%) 26,7 31,7 5,0 16,6 36,6 18,3 Sedang (60%-80%) 50,0 53,3 41,7 51,7 61,7 70,0 Tinggi (>80%) 23,3 15,0 53,3 31,7 1,7 11,7 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Rata-rata ± SD (%) 68,1± 14,6 62,5± 113,0 79,0± 13,2 75,1± 13,7 59,5± 13,1 68,8± 9,6 Kelekatan Menurut Water (1985) diacu dalam Bost (1998), kelekatan memiliki tiga dimensi yaitu perilaku eksplorasi, respon kasih sayang, dan kesadaran sosial. Perilaku eksplorasi ini menyangkut kemampuan anak untuk dapat mengeksplor lingkungan saat ditinggalkan oleh ibu. Tabel 20 menunjukkan bahwa sebanyak 56,7 persen anak yang rewel saat pulang bermain sendiri, 35 persen anak yang tidak berhenti menangis saat ditinggal ibu, 75 persen ibu mudah pergi meninggalkan anak dan 46,7 persen anak tidak kenal takut. Anak yang lekat mampu mengeksplor lingkungan namun masih menjaga kedekatannya dengan ibu seperti memilih bermain dekat dengan ibu (61,7%) dan selalu meminta bantuan kepada ibu (80%). Eksplorasi dapat dilihat pada perilaku anak saat bermain dengan mainannya, pada Tabel 20 menunjukkan bahwa sepertiga anak tidak mau melakukan aktifitas yang sulit, lebih dari sepertiga anak menghabiskan waktu dengan mainan favoritnya hampir separuh anak serius ketika bermain, dan lebih dari separuh anak menguji mainannya dengan detil. Respon kasih sayang merupakan respon anak dalam menjalin kasih sayang baik dengan ibu sebagai tokoh lekat, orang yang baru dikenal atau secara simbolik melalui permainan seperti boneka. Berdasarkan Tabel 20, respon kasih sayang yang diungkapkan oleh anak kepada ibu yaitu berbagi (80%) memeluk (66,7%) nyaman di pangkuan ibu (73,3%) tidak bertindak kasar (45%) tidak mudah marah pada ibu (36,7%) dan menyambut ibu setelah kembali (60%). Kasih sayang juga dapat

63 53 diungkapkan melalui permainan seperti yang dilakukan oleh anak yaitu bermain dengan lembut (58,3%) dan berpura-pura sebagai orang tua saat bermain dengan boneka (65%). Kelekatan pada dimensi respon kasih sayang tidak hanya diukur dengan kedekatan anak dengan ibu melainkan juga kasih sayang anak dengan asing. Sebanyak 51,7 persen anak nyaman digendong orang asing dan 43,3 persen anak menumbuhkan kasih sayang pada orang asing. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kelekatan ibu dengan anak Jumlah Kelekatan jawaban iya n % Perilaku eksplorasi Anak rewel tanpa alasan yang jelas kepada ibunya setelah pulang bermain 34 56,7 Anak tidak berhenti menangis setelah ditinggal ibunya pergi beberapa saat 21 35,0 Anak memilih bermain disekitar rumah yang dekat dengan ibu 37 61,7 Ibu dengan mudah pergi meninggalkan anak karena anak bermain sendiri 45 75,0 Anak tidak mau melakukan aktifitas yang terlihat sulit 20 33,3 Anak selalu meminta ibu untuk membantunya 48 80,0 Anak menghabiskan lebih banyak waktu dengan mainan favoritnya 22 36,7 Anak serius atau cekatan ketika bermain jauh dari ibu atau bermain sendiri 29 48,3 Anak menguji mainan baru secara detil dengan cara yang berbeda 33 55,0 Anak tidak kenal takut 28 46,7 Respon kasih sayang Anak mau berbagi dengan ibunya atau memberikan barang jika ibu meminta 48 80,0 Anak berhati-hati dan berperilaku lembut dengan mainan atau peliharaannya ,3 Anak sering memeluk ibu, tanpa diminta terlebih dahulu oleh ibu 40 66,7 Anak berpura-pura sebagai orang tua melalui permainan boneka 39 65,0 Anak merasa nyaman ketika berada dalam pangkuan ibu 44 73,3 Anak menikmati digendong oleh orang dewasa yang baru dikenal 31 51,7 Anak tidak bertindak kasar pada ibu saat aktif bermain 27 45,0 Anak dengan mudah menumbuhkan rasa sayang terhadap tamu 26 43,3 Anak dengan cepat menyambut ibu ketika ibu memasuki ruangan 36 60,0 Anak mudah marah kepada ibu 22 36,7 Kesadaran sosial Ketika anak sedih, anak merasa nyaman dengan orang dewasa selain ibu ,3 Anak lebih tertarik pada orang dibandingkan benda atau mainan 24 40,0 Anak tertawa dan tersenyum dengan mudah kepada orang yang berbeda ,7 Anak dengan cepat dekat dengan orang dewasa yang baru dikenal 26 45,0 Anak bersedia menunjukkan mainan atau menunjukkan keahlian anak 27 26,7 Anak ingin mendapatkan perhatian dari orang dewasa yang baru dikenalnya 16 63,3 Anak meniru sejumlah perilaku dari melihat perilaku ibu 38 61,7 Jika tamu menyetujui hal yang dilakukan anak, maka anak mengulangnya lagi 37 65,0 Anak mendengar orang berbicara dengannya walaupun sedang asyik bermain 39 65,0

64 54 Anak siap berbagi barang dengan orang dewasa yang baru dikenal 32 48,3 Kesadaran sosial menyangkut interaksi anak dengan orang yang baru dikenal seperti halnya tamu atau peneliti. Anak yang memiliki kesadaran sosial yang baik mudah dekat (45%) mencari perhatian (43,3%) mendapatkan kenyamanan (38,3%) mudah tertawa (51,7%) bersedia menunjukkan mainan (26,7%) dan berbagi dengan orang dewasa yang baru dikenal (48,3%). Selain itu anak dengan kesadaran sosial yang tinggi lebih memilih bermain bersama orang dibanding dengan benda (40%) dan anak mendengar orang berbicara dengannya walaupun sedang asyik bermain. Kesadaran sosial ini juga dapat dilihat dari perilaku imitasi anak, sebanyak 61,7 persen anak mengikuti perilaku ibu dan sebanyak 65 persen anak mengulang perintah orang dewasa baru (Lampiran 3) Gambar 9, menunjukkan bahwa dua pertiga anak memiliki perilaku eksplorasi yang tergolong pada kelekatan yang aman dan terdapat 70 persen anak memiliki respon kasih sayang yang tergolong pada kelekatan yang aman. Begitu pula dengan dimensi kesadaran sosial, terdapat separuh anak yang termasuk pada kelekatan yang aman. Jika dilihat dari skor kelekatan secara keseluruhan, terdapat 68,33 persen anak yang termasuk pada kelekatan yang aman. Berdasarkan nilai rata-ratanya, dimensi respon kasih sayang memiliki rata-rata yang paling tinggi (53,5%). 66,7% 66,7% 70,0% 70,0% 68,3% 50,0% 50,0% 33,3% 33,3% 30,0% 30,0% 31,7% Kelekatan aman Kelekatan tidak aman Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan kelekatan.

65 55 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Riwayat Perkembangan Anak Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara besar keluarga dengan riwayat kehamilan (p<0,05). Selain itu terdapat hubungan signifikan positif antara pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan riwayat pemberian ASI (p<0,05) artinya semakin tinggi pendidikan orang tua maka riwayat pemberian ASI akan semakin baik. Riwayat pemberian ASI juga berhubungan signifikan negatif dengan pendapatan orang tua (p<0,01) artinya semakin tinggi pendapatan orang tua maka riwayat pemberian ASI akan semakin baik. (Tabel 21). Tabel 21 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga dan riwayat perkembangan anak Variabel Riwayat perkembangan anak Riwayat Riwayat Riwayat pemberian ASI kehamilan persalinan Besar keluarga -0, 260 * -0,012-0,157 Usia ibu -0,072 0,221-0,225 Lama pendidikan ayah 0,024 0,076 0,307 * Lama pendidikan ibu 0,012 0,085 0,432 ** Pendapatan orang tua -0,012 0,081-0,339 ** Keterangan : *) nyata pada p<0,05; **) nyata pada p<0,01 Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Anak dengan Sensitivitas Ibu Jenis Kelamin Anak Tabel 22 menunjukkan bahwa anak laki-laki sebagian besar (76,7%) memiliki ibu yang sensitivitasnya sedang, begitu pula dengan anak perempuan sebanyak 63,3 persennya memiliki ibu yang sensitivitasnya sedang. Berdasarkan nilai rata-rata, anak perempuan memiliki sensitivitas ibu yang lebih tinggi (70,8%) dibandingkan anak laki-laki (67,7%). Berdasarkan uji chisquare terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan sensitivitas (p<0,05).

66 56 Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan sensitivitas ibu Jenis kelamin Sensitivitas ibu Rata-rata Rendah Sedang Tinggi Total sensitivitas n % n % n % n % (%) Laki-laki 4 13, ,7 3 10, ,0 67,7 Perempuan 7 23, ,3 4 13, ,0 70,8 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 69,4 chisquare (p=0,033) Usia anak Berdasarkan Tabel 23, sebanyak 60,7 persen anak yang berusia tiga tahun, 84,0 persen anak yang berusia empat tahun dan 57,1 persen anak yang berusia lima tahun memiliki ibu dengan sensitivitas sedang. Anak yang berusia tiga tahun memiliki ibu dengan rata-rata yang sensitivitas paling tinggi yaitu 70 persen, dibandingkan dengan anak yang berusia empat (69,4%) dan lima tahun (67%). Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan sensitivitas ibu Usia Anak Sensitivitas ibu Rata-rata Kurang Sedang Baik Total sensitivitas n % n % n % n % (%) 3 Tahun 5 17, ,7 6 21, ,0 70,0 4 Tahun 3 12, ,0 1 4, ,0 69,4 5 Tahun 3 42,9 4 57,1 0 0, ,0 67,0 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 68,8 Koefisien korelasi (r) -0,056 (p=0,671) Besar keluarga Tabel 24 memaparkan bahwa anak dari keluarga kecil memiliki ibu dengan ratarata sensitivitas paling tinggi yaitu 70,8 persen dan semakin menurun seiring bertambahnya besar keluarga. Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas dengan besar keluarga (p<0,05) artinya semakin banyak jumlah anggota keluara maka sensitivitas ibu semakin tinggi.

67 57 Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan sensitivitas ibu Besar keluarga Sensitivitas ibu Rata-rata Rendah Sedang Tinggi Total sensitivitas n % n % n % n % (%) Kecil (<4 orang) 5 15, ,9 4 12, ,0 70,8 Sedang (5-7 orang) 4 20, ,0 2 10, ,0 68,3 Besar (>8 orang) 2 25,0 5 62,5 1 12, ,0 67,0 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 69,4 Koefisien korelasi -0,261* (p=0,033) (r) *) signifikan pada p<0,05 Usia Ibu Berdasarkan Tabel 25, sebanyak 70,2 persen anak yang memiliki ibu dewasa muda berasal dari ibu yang sensitivitasnya sedang. Rata-rata sensitivitas ibu dewasa muda (69,7%) lebih tinggi dibandingkan sensitivitas ibu dewasa madya (62,3%). Hasil uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan sensitivitas (p>0,05). Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan usia ibu dan sensitivitas ibu Usia ibu Sensitivitas ibu Rata-rata Kurang Sedang Baik Total sensitivitas n % n % n % n % (%) Dewasa Muda 10 17, ,2 7 12, ,0 69,7 Dewasa Madya 1 33,3 2 66,7 0 0, ,0 62,3 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 66,0 Koefisien korelasi (r) -0,112 (p=0,394) Pendidikan Ibu Tabel 26 menunjukkan bahwa contoh yang memiliki ibu tidak tamat sekolah, memiliki nilai rata-rata sensitivitas yang paling tinggi (72,8%), dan semakin menurun seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Contoh dengan ibu yang berpendidikan terakhir SD memiliki rata-rata sensitivitas 68,9 persen dan contoh dengan ibu yang berpendidikan terakhir SMP memiliki rata rata sensitivitas 58

68 58 persen. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan sensitivitas (p>0,05). Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan sensitivitas ibu Pendidikan ibu Sensitivitas ibu Rata-rata Kurang Sedang Baik Total sensitivitas n % n % n % n % (%) Tidak tamat SD 0 0, ,6 2 15, ,0 72,8 Tamat SD 10 22, ,7 5 1, ,0 68,9 Tamat SMP 1 50,0 1 50,0 0 0, ,0 58,0 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 66,6 Koefisien -0,242 (p=0,063) korelasi (r) Status Pekerjaan Ibu Tabel 27 menunjukkan bahwa anak yang memiliki ibu yang bekerja dan tidak bekerja paling banyak berasal dari ibu dengan sensitivitas yang sedang (75% dan 68,2%). Rata-rata sensitivitas ibu yang tidak bekerja yaitu 70 persen sedangkan ratarata sensitivitas ibu yang bekerja (67,8%). Berdasarkan uji chisquare, tidak terdapat hubungan signifikan antara status pekerjaan ibu dengan sensitivitas ibu (p>0.05). Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan ibu dan sensitivitas ibu Status pekerjaan ibu Sensitivitas ibu Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rata-rata sensitivitas (%) Tidak Bekerja 8 18, ,2 6 13, ,0 70,0 Bekerja 3 18, ,0 1 6, ,0 67,8 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 69,4 chisquare p=0,990 Pendapatan Perkapita Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan sensitivitas (p<0,05) artinya semakin tinggi pendapatan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi pula. Tabel 28 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pendapatan perkapita kurang dari Rp memiliki rata-rata sensitivitas

69 59 yang lebih kecil (68,8%) dibanding dengan rata-rata sensitivitas ibu dari keluarga dengan pendapatan perkapita lebih dari Rp (70,6%). Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan sensitivitas ibu Pendapatan Sensitivitas ibu Rata-rata Rendah Sedang Tinggi Total sensitivitas n % n % n % n % (%) < Rp , ,5 5 12, ,0 68,8 > Rp , ,0 2 10, ,0 70,6 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 69,4 koesifisen korelasi (r) 0,259* (p=0,046) *) signifikan pada p<0,05 Tabel 29 menunjukkan hasil uji korelasi Pearson dan diketahui bahwa besar keluarga berhubungan signifikan negatif dengan sensitivitas ibu (p<0,05) artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka sensitivitas ibu semakin tinggi, sedangkan pendapatan perkapita berhubungan signifikan positif dengan sensitivitas ibu (p<0,05) artinya semakin tinggi pendapatan maka sensitivitas semakin tinggi. Tabel 29 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga dan karakteristik anak Karakteristik keluarga dan anak dengan sensitivitas ibu Sensitivitas ibu Usia anak -0,056 Besar keluarga -0,261* Usia ibu -0,112 Lama Pendidikan ibu -0,242 Pendapatan orang tua 0,259* Keterangan : *) nyata pada p<0,05 Hubungan antara Riwayat Perkembangan Anak dan Sensitivitas Ibu Riwayat kehamilan Tabel 30 menunjukkan bahwa persentasi terbesar anak yang memiliki riwayat kehamilan yang kurang, sedang dan baik termasuk pada kategori sedang (53,3%, 74,4%, dan 100%). Berdasarkan nilai rata-rata sensitivitas, anak yang memiliki

70 60 riwayat kehamilan yang baik, memiliki rata-rata sensitivitas yang lebih tinggi (72,5%) dibandingkan dengan anak yang riwayat kehamilannya kurang (64,7%). Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan dan sensitivitas ibu Riwayat kehamilan Sensitivitas ibu Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rata-rata sensitivitas (%) Kurang 6 40,0 8 53,3 1 6, ,0 64,7 Sedang 5 11, ,4 6 14, ,0 70,8 Baik 0 0, ,0 0 0, ,0 72,5 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 69,4 Koesifisen korelasi (r) Riwayat Persalinan 0,217 (p=0,117) Tabel 31 menunjukkan bahwa riwayat persalinan terdiri atas jenis persalinan, proses persalinan, jasa persalinan, usia kehamilan dan berat lahir. Anak yang lahir secara normal memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas 69,2 persen, sedangkan anak yang lahir sungsang memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas yang lebih tinggi yaitu 82 persen. Anak yang mengalami kelainan persalinan memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas yang lebih tinggi (75%) dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami kelainan selama persalinan (68,5%). Anak yang dilahirkan dengan bantuan paraji memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas 68,9 persen, anak yang dilahirkan dengan bantuan bidan memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas 72,6 persen, sedangkan anak yang dilahirkan dengan tanpa bantuan jasa persalinan memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas 74,4 persen. Anak yang prematur memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas yang tinggi yaitu 74,5 persen, sedangkan anak yang matur memiliki ibu dengan sensitivitas 69,1 persen. Anak yang memiliki berat lahir normal (>2,5kg) memiliki ibu dengan rata-rata sensitivitas yang lebih rendah yaitu 69,2 persen dibandingkan dengan anak yang memiliki berat lahir rendah (<2,5kg) yaitu 69,9 persen.

71 61 Tabel 31 Rata-rata sensitivitas ibu berdasarkan riwayat persalinan Riwayat persalinan Sensitivitas ibu n % Rata-rata Jenis persalinan Persalinan normal 59 98,3 69,2 Persalinan sungsang 1 1,7 82,0 Proses persalinan Tidak mengalami kelainan persalinan 50 83,0 68,5 Kelainan persalinan 10 17,0 75,0 Jasa persalinan Sendiri/ tanpa bantuan jasa persalinan 5 8,3 74,4 Paraji 50 83,4 68,9 Bidan 5 8,3 72,6 Usia kehamilan Prematur (<37 minggu) 4 6,6 74,5 Matur (37-42 minggu) 54 90,0 69,1 Postmatur (>42 minggu) 2 3,4 68,5 Berat badan lahir Berat bayi lahir rendah (<2,5 kg) 42 30,0 69,9 Berat bayi lahir normal (>2,5 kg) 18 70,0 69,2 Riwayat Pemberian ASI Berdasarkan Tabel 32, anak yang memiliki riwayat pemberian ASI yang kurang dan sedang memiliki ibu dengan sensitivitas yang sedang (66,7% dan 73%). Anak yang memiliki riwayat pemberian ASI yang baik, memiliki rata-rata sensitivitas yang paling tinggi (70,4%). Hasil uji korelasi Pearson, menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan sensitivitas ibu (p>0,05). Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI dan sensitivitas ibu Riwayat Sensitivitas ibu Rata-rata pemberian Rendah Sedang Tinggi Total sensitivitas ASI n % n % n % n % (%) Kurang 2 9, ,7 5 23, ,0 66,7 Sedang 8 21, ,0 2 5, ,0 67,8 Baik 1 50,0 1 50,0 0 0, ,0 70,4 Total 11 18, ,0 7 11, ,0 69,4 0,105 (p=0,389) Koesifisen korelasi (r)

72 62 Terdapat hubungan positif antara riwayat kehamilan dengan sensitivitas ibu pada dimensi ekspresi wajah ibu (p<0,05) artinya semakin baik riwayat kehamilan maka ekspresi wajah ibu akan semakin baik. Sebaliknya terdapat hubungan signifikan negatif antara riwayat persalinan dengan sensitivitas ibu (p<0,01) artinya semakin buruk riwayat persalinannya maka sensitivitas ibu akan semakin baik. Selain itu terdapat hubungan signifikan positif antara riwayat pemberian ASI dengan sensitivitas ibu pada dimensi posisi dan kontak fisik artinya semakin baik riwayat pemberian ASI maka posisi dan kontak fisik ibu akan semakin baik. Tabel 33 Hasil uji korelasi Pearson riwayat perkembangan anak dan sensitivitas ibu Variabel Sensitivitas ibu Total Ekspresi wajah Ekspresi bicara Ekspresi kasih Posisi dan kontak sensitivitas Pengendalian disiplin sayang fisik Riwayat kehamilan 0,267* 0,046 0,183 0,205 0,060 0,217 Riwayat persalinan -0,423** -0,256* -0,307* -0,246-0,268* -0,418** Riwayat pemberian ASI -0,182-0,151 0,149 0,283* -0,008 0,105 Keterangan : *) nyata pada p<0.05, **) nyata pada p<0.01 Hubungan antara Riwayat Perkembangan Anak dan Kelekatan Riwayat Kehamilan Terdapat hubungan signifikan positif antara riwayat kehamilan dan kelekatan (Tabel 34). Hal ini didukung dari nilai rata-rata kelekatan anak yang memiliki riwayat kehamilan yang baik (65,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki riwayat kehamilan yang sedang (59,1%) dan riwayat kehamilan yang kurang (50,6%). Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan dan kelekatan Riwayat kehamilan Kelekatan Rata-rata Tidak aman Aman Total Kelekatan n % n % n % (%) Kurang 7 46,7 8 53, ,0 50,6 Sedang 12 27, , ,0 59,1 Baik 0 0, , ,0 65,8 Total , ,0 57,2 Koesifisen korelasi (r) 0,256* (0,048)

73 63 Riwayat Persalinan Berdasarkan Tabel 35, anak dilahirkan dengan persalinan normal memiliki rata-rata kehamilan yang lebih rendah (56,6%) dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan persalinan sungsang (93,3%). Anak yang mengalami kelainan persalinan memiliki rata-rata kelekatan yang lebih tinggi (70,2%) dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami kelainan persalinan. Anak yang dilahirkan tanpa bantuan jasa persalinan memiliki rata-rata kelekatan 64,7 persen, anak yang dilahirkan dengan bantuan paraji memiliki rata-rata kelekatan 58,4 persen, sedangkan anak yang dilahirkan dengan bantuan bidan memiliki rata-rata kelekatan 54,7 persen. Anak yang matur atau usia kehamilan minggu memiliki rata-rata kelekatan 57,8 persen, sedangkan anak yang prematur dan post matur memiliki rata-rata kelekatan 47,9 persen dan 58,3 persen. Anak yang memiliki berat lahir rendah (<2,5kg) memiliki rata-rata kelekatan yang lebih tinggi yaitu 57,4 persen dibandingkan dengan anak yang memiliki berat lahir normal (>2,5kg) yaitu 57,1 persen. Tabel 35 Rata-rata kelekatan berdasarkan riwayat persalinan Riwayat persalinan Kelekatan n % Rata-rata Jenis persalinan Persalinan normal 59 98,3 56,6 Persalinan sungsang 1 1,7 93,3 Proses persalinan Mengalami kelainan persalinan 50 83,0 54,9 Kelainan persalinan 10 17,0 70,2 Jasa persalinan Sendiri/ tanpa bantuan jasa persalinan 5 8,3 64,7 Paraji 50 83,4 58,4 Bidan 5 8,3 54,7 Usia kehamilan Prematur (<37 minggu) 4 6,6 47,9 Matur (37-42 minggu) 54 90,0 57,8 Postmatur (>42 minggu) 2 3,4 58,3 Berat badan lahir Berat bayi lahir rendah (<2,5 kg) 42 30,0 57,4 Berat bayi lahir normal (>2,5 kg) 18 70,0 57,1

74 64 Riwayat Pemberian ASI Tabel 36 menunjukkan bahwa anak dengan riwayat pemberian ASI yang termasuk kategori kurang, sedang dan baik memiliki presentasi terbesar pada kelekatan yang aman (71,4%, 64,9% dan 100%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan kelekatan (p>0,05) Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI dan kelekatan Riwayat pemberian ASI Kelekatan Tidak aman Aman Total n % n % n % Rata-rata Kelekatan (%) Kurang 6 28, , ,0 61,9 Sedang 13 35, , ,0 54,4 Baik 0 0, , ,0 60,0 Total , ,0 57,2 Koefisien korelasi (r) -0,135 (p=0,296) Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara keadaan psikologi ibu selama kehamilan dengan kelekatan (p<0,05) artinya semakin baik kondisi psikologis ibu maka kelekatannya akan semakin aman. Riwayat persalinan memiliki hubungan signifikan negatif dengan kelekatan (p<0,05) artinya semakin buruk riwayat persalinan maka kelekatannya semakin tidak aman. Tabel 37 Hasil uji korelasi Pearson riwayat perkembangan anak dan kelekatan Variabel Kelekatan Total Perilaku eksplorasi Respon kasih sayang Kesadaran sosial kelekatan Riwayat kehamilan - Keadaan kesehatan -0,028 0,166 0,009 0,056 - Keadaan psikologi 0,345** 0,031 0,270* 0,286* - Perilaku pengasuhan selama kehamilan -0,108 0,128-0,083-0,038 - Total riwayat kehamilan 0,185 0,249 0,144 0,256* Riwayat persalinan -0,135-0,153-0,244-0,255* Riwayat pemberian ASI -0,087-0,071-0,140-0,135 Keterangan : *) nyata pada p<0,05

75 65 Hubungan antara Sensitivitas Ibu dan Kelekatan Berdasarkan Tabel 38 terlihat bahwa seluruh anak yang memiliki ibu dengan sensitivitas tinggi memiliki kelekatan yang aman. Terlihat dari nilai rata-rata kelekatannya, semakin tinggi sensitivitas ibu maka rata-rata kelekatan semakin tinggi pula. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelekatan pada sensitivitas ibu yang kurang adalah 47,9 persen, sedangkan rata-rata kelekatan pada sensitivitas ibu yang sedang adalah 50,8 persen dan terus meningkat pada sensitivitas ibu yang baik yaitu 70,5 persen. Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu dan kelekatan Sensitivitas Ibu Kelekatan Rata-rata Tidak aman Aman Total Kelekatan n % n % n % (%) Rendah 5 45,5 6 54, ,0 47,9 Sedang 14 3, , ,0 50,8 Tinggi 0 0, , ,0 70,5 Total 19 31, , ,0 69,4 Koefisien korelasi (r) 0,624 ** (p=0,000) Kelekatan antara ibu dan anak terbentuk melalui sikap ibu yang sensitif terhadap kebutuhan anak. Tabel 39 menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara kelekatan dengan sensitivitas (p<0,05), artinya semakin tinggi sensitivitas ibu maka kelekatannya akan semakin aman. Tabel 39 Hasil uji korelasi Pearson sensitivitas ibu dan kelekatan Sensitivitas Kelekatan Total Perilaku eksplorasi Respon kasih sayang Kesadaran sosial kelekatan Ekspresi wajah 0,571 ** 0,307 * 0,450 ** 0,568 ** Ekspresi bicara 0,271 * 0,298 * 0,365 ** 0,409 ** Ekspresi kasih sayang 0,278 * 0,531 ** 0,347 ** 0,486 ** Posisi dan kontak tubuh 0,225 0,464 ** 0,116 0,315 * Pengendalian disiplin 0,424 ** 0,245 0,350 ** 0,436 ** Total sensitivitas 0,500 ** 0,518 ** 0,459 ** 0,624 ** Keterangan : *) nyata pada p<0,05; **) nyata pada p<0,01

76 66 Pembahasan Kampung adat merupakan kampung yang masih mempertahankan budaya, sehingga terdapat kekhasan yang terlihat pada seluruh bidang kehidupan keluarganya. Kebudayaan ini tercermin dari riwayat perkembangan anak, sensitivitas dan kelekatan antara ibu dan anak yang khas dan unik. Riwayat perkembangan anak terdiri dari pengalaman ibu yang terkait rentang perkembangan anak selama kehamilan, persalinan dan pemberian ASI. Pada masa kehamilan terdapat beberapa larangan yang membuat batasan-batasan untuk ibu hamil seperti tidak boleh makan di piring besar, tidak boleh makan cabai, tidak boleh makan bakso, tidak boleh mandi lama, tidak boleh duduk di depan pintu dan mengucapkan amit-amit ketika melihat orang cacat. Pada dimensi keadaan kesehatan selama kehamilan, sebagian besar ibu tergolong pada kategori kurang karena ibu kurang mendapatkan fasilitas yang memadai dari posyandu seperti kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil, vitamin, dan imunisasi. Selain itu ibu kurang berolahraga selama kehamilan karena beranggapan bahwa pekerjaannya sehari-hari sudah merupakan olah raga baik pekerjaan domestik atau bekerja sebagai petani. Akses makanan yang sulit dan daya beli yang rendah menjadi faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya makanan bergizi bagi ibu seperti daging dan susu. Selain itu terdapat pemikiran budaya yang membuat ibu mengalami ketakutan memiliki janin yang besar sehingga tidak meningkatkan konsumsi makan. Berdasarkan dimensi keadaan psikologi selama kehamilan, persentasi terbesar ibu tergolong pada kategori baik. Hampir seluruh ibu memiliki perasaan bahagia terhadap kehamilannya, hal ini karena anggapan masyarakat Kampung Adat Urug yang selalu bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan. Menurut Sastroasmoro (2007), masa kehamilan merupakan masa penuh pengharapan dan perasaan bahagia, namun di lain pihak terdapat kecemasan akan keselamatan bayi. Dukungan sosial dari keluarga besar dan masyarakat kepada ibu hamil sangat tinggi karena hampir seluruh masyarakat Kampung Adat Urug ini masih terikat dalam hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Pada dimensi perilaku pengasuhan selama

77 67 kehamilan, terdapat larangan untuk mempersiapkan kebutuhan bayi selama kehamilan. Selain itu terdapat budaya untuk melakukan syukuran ketika kehamilan menginjak usia empat dan tujuh bulan. Secara keseluruhan riwayat kehamilan yang termasuk pada kategori sedang, artinya ibu selama kehamilan memiliki kesehatan yang cukup baik, pelayanan bidan yang cukup optimal, makan makanan yang cukup bergizi, memiliki psikologis yang positif, dukungan yang besar dari suami dan keluarga, dan memiliki interaksi yang intim dengan anak selama kehamilan. Berdasarkan penelitian, hampir seluruh ibu melakukan persalinan normal. Terdapat seorang ibu yang melakukan persalinan sungsang dengan dibantu paraji. Berdasarkan wawancara mendalam dengan responden terdapat mitos terkait persalinan sungsang ini, yaitu ketika memasak ibu harus mengetahui mana ujung kayu atas dan bawah, apabila ujung bawah yang dimasukan ke kompor maka terdapat kepercayaan bahwa akan mengalami kehamilan sungsang. Pada masyarakat di Kampung Adat Urug ini, sebagian besar persalinan dibantu oleh seorang paraji. Hal ini dikarenakan persalinan dengan bantuan bidan harganya mahal. Terdapat beberapa kelainan kehamilan yang sulit ditangani oleh paraji sehingga ibu meminta bidan untuk membantu persalinan seperti ketuban pecah dini, plasenta previa (terlilit tali pusar) dan distosia (kelambatan atau kesulitan persalinan). Terdapat lima ibu yang melahirkan sendiri karena ibu sudah melahirkan sebelum paraji datang dari rumahnya yang jauh di balik gunung. Berdasarkan hasil penelitian terdapat enam persen anak yang lahir prematur dan tiga persen yang lahir postmatur. Nurdianti (2010) menjelaskan bahwa faktor penyebab kelahiran prematur adalah hipertensi, perkembangan janin terhambat, pusar melilit, kelainan rhesus darah, diabetes, ketuban pecah terlalu dini, dan kehamilan kembar. Persalinan postmatur biasanya terjadi dengan tidak munculnya his (mules) karena kurangnya cairan ketuban, ketidaknormalan plasenta, dan kerentanan terhadap stres. Lama proses persalinan anak berkisar dari 0,5 jam 48 jam atau dua hari dua malam. Waktu setengah jam tersebut yaitu waktu yang dihabiskan oleh seorang ibu yang melakukan persalinan sendiri karena persalinan terlalu cepat sedangkan paraji

78 68 berlokasi jauh dari kampung, sedangkan ibu yang mengalami persalinan sampai 48 jam karena ibu mengalami kesulitan/kelambatan persalinan yang disebut distosia. Masyarakat Kampung Adat Urug memiliki beberapa pantangan yang berkaitan dengan lama proses persalinan yaitu ketika hamil, tidak boleh mandi lama nanti persalinannya akan lama. Selain itu ibu hamil harus didahulukan saat mengantri mandi agar persalinannya lama. Kelainan persalinan lainnya yaitu Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Terdapat satu pertiga anak yang memiliki BBLR. Tingginya jumlah BBLR berkaitan dengan budaya masyarakat Kampung Adat Urug yang lekat dengan berbagai tahayul yang berkaitan dengan berat lahir bayi seperti tidak boleh makan di piring besar dan tidak boleh makan baso agar nanti bayi tidak besar. Hal ini mengakibatkan ibu memiliki ketakutan memiliki bayi yang besar dan sulit saat melahirkan, sehingga mengakibatkan beberapa ibu tidak meningkatkan konsumsi makan dan memilih-milih makanan. Menurut Santrock (2009); Kusumawati dan Mutalazimah (2004), bayi dengan berat lahir rendah biasanya memiliki berbagai resiko komplikasi kesehatan dan kemungkinan untuk bertahan hidup lebih kecil. Pada riwayat pemberian ASI, faktor yang mempengaruhi adalah anjuran budaya setempat yaitu memuasakan anak hingga 1-3 malam semenjak dilahirkan, hal ini menyebabkan tidak adanya ibu yang melakukan Inisiasi Dini Menyusui (IMD). Hal ini berimbas pada separuh ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada anaknya. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), menurut nenek moyang masyarakat Kampung Adat Urug merupakan cairan yang kotor sehingga harus dibuang. Hal ini sesuai dengan pendapat Afifah (2007) bahwa pemberian kolostrum pada beberapa masyarakat tradisional, dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi. Sebelum anak dipuasakan, terdapat budaya untuk memberikan prelaktal (makanan atau minuman yang diberikan sebelum ASI) kepada anak berupa madu atau pisang kadut karena dipercaya untuk menghindari sakit pada mulut bayi. Pemberian prelaktal menyebabkan tidak adanya ibu yang memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan. Selain itu budaya yang terkait dengan pemberian ASI berupa

79 69 kepercayaan bahwa anak laki-laki diberikan ASI sampai usia 1,5 tahun, sedangkan anak perempuan sampai usia satu tahun agar anak menjadi pintar. Cara-cara khas yang dilakukan ibu untuk menyapih anaknya yaitu dengan menggunakan obat samiloto, obat merah, lipstik, daun pare, buah mahoni, dan jamu pait. Hal yang unik bahwa budaya di Kampung Adat Urug, tidak ada larangan untuk menyusui dimana saja sehingga banyak ibu yang menyusui anaknya di muka umum. Menurut hasil penelitian ini, interaksi pemberian ASI antara ibu dengan anak tergolong baik, artinya ibu menimang-nimang, mengelus kepala, mencium kening, menggendong, dan menatap mata anak ketika menyusui. Menurut Bich et al. (2002), interaksi ini merupakan suatu aspek yang penting dalam membina hubungan dengan anak. Tipe interaksi dalam pemberian makanan dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan. Sensitivitas ibu berkaitan dengan teori kelekatan yang berfokus pada anak dalam menerima sumberdaya fisik dan psikologis orang tua. Sensitivitas ibu berkaitan dengan kesediaan dan orang tua meluangkan perhatiannya kepada anak sehingga orang tua memiliki perencanaan yang berbeda dalam menginvestasikan perhatian (Grossmann & Grossmann 2009). Sensitivitas ibu pada dimensi ekspresi bicara, ekspresi wajah, posisi dan kontak fisik serta pengendalian disiplin tergolong pada kategori sedang, sedangkan ekspresi kasih sayang tergolong pada kategori tinggi. Pada dimensi ekspresi wajah, sensitivitas ibu tergolong pada kategori sedang karena ibu sudah mengekspresikan emosi positifnya melalui ekspresi wajah dengan tersenyum dan memandang anak saat berbicara namun dilain pihak ketika ibu sedang kesal dengan perbuatan anak maka ibu menunjukkan ekspresi marah. Begitu pula dengan dimensi ekspresi bicara termasuk pada kategori sedang. Sebagian besar masyarakat di Kampung Adat Urug menggunakan bahasa Sunda yang kasar dengan nada suara yang tinggi karena keadaan topografi kampung berupa perbukitan sehingga diperlukan suara yang tinggi untuk berkomunikasi. Dimensi kasih sayang termasuk pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan ibu menunjukkan kasih sayangnya kepada anak selama kunjungan seperti memeluk dan

80 70 memangku. Namun ekspresi kasih sayang yang dilakukan ibu tidak didukung dengan ekspresi kasih sayang secara verbal karena secara budaya, kebanyakan masyarakat terkesan malu untuk mengucapkan kata-kata sayang pada buah hatinya. Persentasi terbesar ibu memiliki kategori sedang pada dimensi posisi dan kontak fisik. Ibu menggandeng anaknya pada saat berjalan hal ini dikarenakan jalanan di Kampung Adat Urug yang ekstrim dengan tanjakan atau turunan yang terjal. Dimensi pengendalian disiplin tergolong pada kategori sedang dengan nilai rata-rata paling rendah karena sebagian besar ibu membatasi anaknya dengan kekerasan baik verbal maupun fisik seperti pukulan dan cubitan, namun terdapat budaya untuk tidak memukul anak di daerah kepala. Secara keseluruhan sensitivitas ibu tergolong sedang artinya ibu terkadang mengekspresikan emosi positifnya melalui ekspresi wajah dengan tersenyum, memandang anak saat berbicara, menunjukkan ekspresi kasih sayang dengan memeluk, merangkul, memangku, menggandeng anaknya pada saat berjalan, dilain pihak terkadang jika ibu kesal maka ibu menunjukkan ekspresi marah, menggunakan bahasa Sunda yang kasar dengan nada suara yang tinggi, jarang mengungkapkan kasih sayang secara verbal dan membatasi anaknya dengan kekerasan baik verbal maupun fisik seperti pukulan. Menurut Water (1985) diacu dalam Bost (1998), kelekatan memiliki tiga dimensi yaitu perilaku eksplorasi, respon kasih sayang, dan kesadaran sosial. Kelekatan yang diukur oleh instrumen Attachment Q-Sort, membagi kelekatan menjadi kelekatan yang aman dan kelekatan yang tidak aman. Menurut Bowlby (1973) diacu dalam Demulder et al. (2000), anak yang memiliki kelekatan yang aman mempunyai perasaan berharga, diperhatikan dan didukung, memiliki harapan sosial yang positif, berbagi dan mampu menilai diri. Anak yang memiliki kelekatan yang tidak aman tidak memiliki perasaan aman dan bernilai, memiliki harapan negatif dan tidak memiliki rasa percaya, tidak peka, marah, agresi, dan kurang empati. Berdasarkan observasi, anak-anak di Kampung Adat Urug memiliki kelekatan yang aman pada perilaku eksplorasi karena anak mampu mengeksplor lingkungan saat ditinggalkan oleh ibu tanpa rewel, dan tidak menangis terus menerus sehingga

81 71 mudah ditinggalkan oleh ibu. Anak juga mampu mengeksplor lingkungan namun masih menjaga kedekatannya dengan ibu seperti memilih bermain dekat dengan ibu dan selalu meminta bantuan kepada ibu. Eksplorasi dapat dilihat pada perilaku anak saat bermain dengan mainannya seperti melakukan aktifitas yang sulit, bermain dengan ceria dan menguji mainannya dengan detil. Menurut Bost (1998), dasar dari kelekatan yang aman yaitu mampu menyeimbangkan antara mencari seseorang yang dekat dengannya dan perilaku bereksplorasi. Menurut Alward (2002) diacu dalam Hastuti (2008), anak yang mendapatkan kasih sayang dari sosok ibunya akan merasa aman ketika dia hendak melakukan eksplorasi dunianya. Salah satu dimensi dari kelekatan adalah respon kasih sayang yang diperlihatkan oleh sikap anak terhadap ibunya. Menurut Grossmann dan Grossmann (2009), teori kelekatan merupakan hubungan sebab akibat antara pengalaman individu dengan orang tua atau tokoh lekat dan kapasitas ikatan afeksi/ kasih sayang setiap anak. Jika anak menerima cinta dan perhatian ketika anak membutuhkan dan mendapatkan dukungan dari ibu maka pengalaman itu akan memberikan anak rasa percaya dan rasa aman. Pada aspek respon kasih sayang, anak memiliki kelekatan yang aman dengan ibu, karena selama observasi berlangsung anak memperlihatkan kasih sayang dengan ibu seperti duduk di pangkuan, memeluk dan mendekat kepada ibu. Selain itu kasih sayang juga dapat diungkapkan melalui permainan seperti bermain dengan lembut dan berpura-pura sebagai orang tua saat bermain dengan boneka. Perilaku anak yang lebih mencari kenyamanan pada ibu merupakan sebagai sikap pertahanan yang dilakukan anak karena anak malu terhadap orang yang baru dikenal, sehingga anak memilih untuk mendekati ibu sebagai tokoh lekatnya. ketika dikunjungi oleh peneliti. Anak di masyarakat Kampung Urug jarang berinteraksi dengan orang dewasa yang asing karena lokasi kampung yang terpencil sehingga anak jarang bertemu dengan orang asing. Separuh anak sulit akrab, kurang mencari perhatian, sulit tertawa dan tidak mau berbagi dengan orang dewasa yang baru dikenal. Alasan ini menyebabkan anak kurang dekat dengan orang asing (peneliti), sehingga dimensi kesadaran sosial memiliki rata-rata yang paling rendah.

82 72 Kesadaran sosial merupakan salah satu dimensi kelekatan karena anak yang memiliki kedekatan emosi yang aman dengan sosok ibu akan tumbuh menjadi anak yang pandai secara sosial dan emosi (Alward 2002 diacu dalam Hastuti 2006). Menurut Grossmann dan Grossmann (2009), kelekatan membuat anak pertama kali belajar mengenai hubungan emosi terhadap lingkungan eksternal yang berarti baginya. Hubungan kelekatan ini merupakan dasar perkembangan sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelekatan secara keseluruhan termasuk pada kelekatan yang aman. Kelekatan ini berhubungan erat dengan budaya di Kampung Adat Urug karena menurut Grossmann dan Grossman (2009) hubungan kelekatan memediasi penerimaan dan pandangan anak terhadap budayanya karena secara alami anak belajar pertama kali budaya keluarga melalui bahasa ibu. Anak yang memiliki kelekatan yang aman ini sebagian besar merupakan anak perempuan dan memiliki ibu yang berusia dewasa muda, tidak bekerja dan memiliki keluarga yang kecil dengan anggota keluarga kurang dari empat orang. Anak perempuan lebih dekat dengan sosok ibu yang menjadi model dalam berperilaku, sedangkan anak laki-laki lebih dekat dengan sosok ayah yang selalu mengajarkan anak mengenai peran sosial sebagai laki-laki di mata masyarakat adat. Hal ini berkenaan dengan budaya yang mengajarkan peran sosial untuk anak laki-laki dan perempuan. Sejak kecil anak laki-laki diajarkan mengenai masalah pertanian oleh ayah sedangkan anak perempuan telah diajarkan masalah domestik seperti memasak, mencuci, menyapu dan sebagainya oleh ibu. Ibu yang usianya semakin tua akan memiliki fisik yang menurun sehingga tidak mampu menstimulus anaknya untuk dapat mengeksplorasi lingkungannya seperti mengajak anak bermain di luar. Selain itu ibu yang bekerja memiliki anak dengan kelekatan tidak aman sesuai dengan pernyataan Hastuti (2008) bahwa ibu yang bekerja biasanya memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit dalam berinteraksi dengan anak dan kurang membangun hubungan lekat. Besar keluarga juga merupakan faktor yang menentukan kelekatan anatra ibu dan anak. Hal ini sesuai dengan teori resource dilution model, bahwa kualitas sumberdaya yang menurun karena pertambahan anggota keluarga membuat orang tua dan keluarga menurunkan

83 73 perhatian, waktu, jumlah materi dan kelekatan emosi antara ibu dan anak (Hastuti 2008). Berdasarkan hasil uji korelasi pearson, riwayat kehamilan berhubungan signifikan negatif dengan besar keluarga artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka riwayat kehamilan akan semakin buruk. Hal tersebut dikarenakan ibu dengan keluarga yang besar telah mengalami kehamilan berkali-kali sehingga kondisi kesehatan rahim dan fisik ibu sudah menurun. Uji korelasi Pearson tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan dengan karakteristik keluarga seperti besar keluarga, usia ibu, pendidikan dan pendapatan. Hal ini diduga karena secara keseluruhan riwayat persalinan dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang sama sehingga ibu memiliki riwayat persalinan yang relatif sama/homogen. Riwayat pemberian ASI berhubungan signifikan positif dengan lama pendidikan ibu, artinya semakin tinggi pendidikan ibu maka riwayat pemberian ASI juga semakin baik. Hal ini senada dengan penelitian Jacobson et al. (1991) menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki riwayat pemberian ASI yang baik memiliki pendidikan yang tinggi pula. Pemberian ASI berhubungan positif dengan kemampuan kognitif ibu pada berbagai ras. Hal ini dikarenakan ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi lebih mengetahui manfaat ASI. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara pendapatan orang tua dengan riwayat pemberian ASI. Hal ini diduga karena ibu yang memiliki pendapatan yang tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan susu formula atau MP-ASI yang lain sehingga pemberian ASI berkurang. Hal ini mendukung penelitian Latifah (2007) bahwa ibu dengan pendapatan yang tinggi memberikan sedikit ASI karena lebih banyak menggunakan susu formula. Menurut Berg (1986), pembelian susu formula meningkat pesat proporsinya sehubungan dengan bertambahnya pendapatan. Berdasarkan uji chisquare, sensitivitas ibu berhubungan dengan jenis kelamin anak. Hal ini diduga karena budaya masyarakat yang menganggap bahwa anak perempuan harus lebih diperhatikan dibanding anak laki-laki yang lebih diberikan

84 74 kebebasan sehingga boleh main kemana saja tanpa terlalu memperhatikan kebutuhan anak. Sevon (2009) juga menuturkan bahwa budaya dan lingkungan sosial telah membedakan peran antara laki-laki dan perempuan sehingga berpengaruh pada pengalaman yang dialami oleh laki-laki dan perempuan. Sensitivitas ibu tidak berhubungan signifikan dengan usia anak. Hal ini diduga ibu memiliki sensitivitas yang relatif sama terhadap anak pada usia 3-5 tahun, karena ibu memiliki anggapan bahwa anak usia 3-5 tahun masih kecil sehingga membutuhkan perhatian ibu untuk memenuhi kebutuhannya. Besar keluarga berhubungan signifikan negatif dengan sensitivitas ibu, artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka sensitivitas ibu semakin rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Saputra (2010) yang menunjukkan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua kepada anak, semakin besar keluarga maka semakin sedikit perhatian yang diperoleh dari orang tua. Terdapat hubungan signifikan positif antara pendapatan orang tua dengan sensitivitas ibu, artinya semakin tinggi pendapatan orang tua maka sensitivitas ibu semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hastuti (2008), keluarga yang memiliki ekonomi yang mapan akan berpeluang untuk memberikan pengasuhan yang lebih baik dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Sensitivitas ibu juga berhubungan dengan riwayat perkembangan anak. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara riwayat kehamilan dengan sensitivitas ibu pada dimensi ekspresi wajah, artinya semakin baik riwayat kehamilan ibu maka ekspresi wajah ibu semakin baik. Hasil ini dikarenakan ibu yang memiliki psikologis positif dan interaksi yang intim selama kehamilan akan menumbuhkan sensitivitas ibu pada periode selanjutnya khususnya dalam sikap ibu dalam mengekspresikan wajah secara positif dengan tersenyum dan memandang anak. Riwayat persalinan memiliki hubungan signifikan negatif dengan sensitivitas ibu, artinya apabila riwayat persalinan semakin rendah maka sensitivitas ibu juga semakin rendah. Hal ini diduga karena anak yang mengalami kelainan selama proses persalinan membutuhkan perhatian khusus dari ibu sehingga meningkatkan

85 75 sensitivitas ibu terhadap kebutuhan anak. Menurut Santrock (2009), salah satu kelainan pada persalinan yaitu BBLR. Bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia balita, sehingga memerlukan perawatan yang lebih tinggi, hal ini menyebabkan sensitivitas ibu lebih tinggi. Selain itu Nurdianti (2010) menuturkan bahwa bayi yang belum cukup umur (prematur) biasanya mengalami komplikasi dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, selain itu perawatan yang diberikan juga lebih khusus. Riwayat pemberian ASI tidak memiliki hubungan signifikan positif dengan sensitivitas. Hal ini diduga karena sebagian besar anak memiliki kuantitas riwayat pemberian ASI yang kurang seperti tidak ada ibu yang melakukan inisiasi diri, tidak ada yang memberikan ASI eksklusif, pemberian ASI kurang dari dua tahun dan berbagai budaya lain yang menyebabkan kurangnya pemberian ASI sehingga riwayat pemberian ASI tidak berkontribusi untuk menciptakan sensitivitas ibu. Kelekatan juga berhubungan dengan riwayat perkembangan anak sejak anak di dalam kandungan, dilahirkan dan disusui oleh ibunya. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara keadaan psikologi ibu selama kehamilan dengan kelekatan. Artinya semakin baik keadaan psikologi ibu selama kehamilan maka kelekatannya akan semakin aman. Hal ini dimungkinkan karena psikologis ibu yang bahagia dan tenang selama hamil mempengaruhi terjalinnya ikatan emosi antara ibu dan anak. Menurut Henningsen (2004) diacu dalam Hastuti (2008), periode kelekatan emosi ibu dan anak pertama dimulai sejak masa uterogestation, yaitu masa gestasi dalam rahim ibu selama 206 hari. Riwayat persalinan memiliki hubungan signifikan negatif dengan total kelekatan, artinya apabila riwayat persalinan semakin buruk atau mengalami kelainan maka kelekatannya semakin aman. Menurut Illingworth (1974), kelahiran yang sulit mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anaknya sehingga meningkatkan ikatan emosi antara ibu kepada anaknya sehingga ibu berusaha memberikan rasa aman bagi anak dan terjalinlah kelekatan yang kuat antara ibu dan anak. Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa rasa kasih sayang melalui hangatnya pelukan ibu pada saat menyusui akan dirasakan oleh anaknya dan menimbulkan rasa

86 76 aman pada diri anak. Hal ini tidak sesuai dengan hasil uji korelasi yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan kelekatan. Hal ini diduga karena seluruh anak tidak melakukan inisiasi menyusui dini dan tidak mendapatkan ASI Eksklusif sehingga riwayat pemberian ASI ini tidak berhubungan dengan terbentuknya dengan kelekatan. Penelitian Astari (2007) terdapat hubungan positif yang signifikan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kelekatan emosi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara sensitivitas ibu dan kelekatan (p=0,000) artinya semakin tinggi sensitivitas ibu maka kelekatan antara ibu dan anak semakin erat pula. Menurut Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (1997), kelekatan yang aman dipengaruhi oleh sensitivitas seorang pengasuh dalam hal ini ibu terhadap sinyal yang diberikan anak. Anak dengan kelekatan yang aman memiliki ibu yang lebih peka, menerima, dan ekspresif dengan penuh kasih sayang dibandingkan dengan ibu dari anak dengan kelekatan yang tidak aman. Pengasuh yang tidak menyenangkan akan membuat anak tidak percaya dan mengembangkan kelekatan yang tidak aman. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah populasi yang sedikit sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil sampel dalam jumlah yang banyak. Selain itu terdapat beberapa data yang diambil secara Retrospective sehingga dapat dimungkinkan data kurang akurat. Disamping itu observasi yang dilakukan dalam penelitian ini masih kurang mendalam karena keterbatasan waktu penelitian hanya melihat interaksi ibu dan anak selama kunjungan berlangsung sehingga interaksi antara ibu dan anak kurang terlihat secara menyeluruh selama 24 jam.

87 77 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat kehamilan termasuk kategori sedang artinya riwayat kesehatan yang cukup baik, pelayanan bidan yang cukup baik, memakan makanan yang cukup bergizi seperti sayuran, memiliki psikologis yang positif, dukungan yang besar dari suami dan keluarga, dan memiliki interaksi yang intim dengan anak selama kehamilan. Sebagian ibu melahirkan secara normal dengan bantuan paraji. Riwayat kuantitas pemberian ASI termasuk pada kategori kurang artinya ibu kurang melakukan inisiasi dini menyusui, ASI eksklusif dan kolostrum, sedangkan riwayat kualitas pemberian ASI termasuk kategori baik artinya ibu melakukan interaksi yang baik selama menyusui anaknya. Sensitivitas ditinjau dari lima dimensi tergolong pada kategori sedang artinya ibu terkadang mengekspresikan emosi positifnya melalui ekspresi wajah dengan tersenyum, memandang anak saat berbicara, menunjukkan ekspresi kasih sayang dengan memeluk, merangkul, menggandeng anaknya pada saat berjalan, dilain pihak terkadang jika ibu kesal maka ibu menunjukkan ekspresi marah, menggunakan nada suara yang tinggi, jarang mengungkapkan kasih sayang secara verbal dan membatasi anaknya dengan kekerasan baik verbal atau fisik. Sebagian anak memiliki kelekatan yang aman artinya anak mampu mengeksplorasi lingkungannya saat ibunya tidak ada, anak menunjukkan ekspresi kasih sayang baik pada ibu, orang asing atau secara simbolik dengan permainan dan anak mampu membina hubungan yang dekat dengan orang asing yang tidak dikenal. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan signifikan negatif antara besar keluarga dengan riwayat kehamilan artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka riwayat kehamilan akan semakin kurang. Terdapat hubungan signifikan positif antara pendidikan ibu dengan riwayat pemberian ASI artinya semakin tinggi pendidikan ibu maka riwayat pemberian ASI akan semakin baik. Pendapatan hubungan signifikan negatif dengan riwayat pemberian ASI artinya semakin tinggi pendapatan maka riwayat pemberian ASI akan semakin kurang.

88 78 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan jenis kelamin. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas ibu dengan besar keluarga artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka sensitivitas ibu akan semakin rendah. Terdapat hubungan signifikan positif antara sensitivitas ibu dengan pendapatan artinya semakin tinggi pendapatan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi. Sensitivitas ibu berhubungan signifikan positif dengan riwayat kehamilan artinya semakin baik riwayat kehamilan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi. Terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas ibu dan riwayat persalinan artinya semakin baik riwayat persalinan maka sensitivitas ibu akan semakin rendah. Riwayat kehamilan juga berhubungan positif signifikan dengan kelekatan semakin baik riwayat kehamilan maka kelekatan akan semakin aman, sedangkan riwayat persalinan memiliki hubungan negatif signifikan dengan kelekatan artinya semakin baik riwayat persalinan maka kelekatan akan semakin tidak aman. Sensitivitas dan kelekatan memiliki hubungan signifikan positif artinya semakin tinggi sensitivitas ibu maka kelekatan antara ibu dan anak semakin aman. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa, keadaan kesehatan selama kehamilan, persalinan dan kuantitas pemberian ASI masih tergolong kurang sehingga saran bagi para orang tua adalah agar orang tua mampu meningkatkan pengetahuan untuk mempersiapkan kondisi kesehatan dan psikologis selama kehamilan dan persalinan karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Selain itu diharapkan ibu melakukan inisiasi dini menyusui dan memberikan ASI eksklusif bagi anaknya agar terjalin ikatan emosi yang kuat dengan anak dan memberikan rasa aman kepada anak. Sensitivitas juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kelekatan sehingga sebaiknya orang tua melakukan pengasuhan yang sensitif dan mampu merespon kebutuhan anak dengan tepat dan cepat, dengan begitu akan terbangun rasa aman bagi anak dan akan terjalin kelekatan antara ibu dan anak.

89 79 Penelitian ini menemukan bahwa besar keluarga berhubungan negatif dengan sensitivitas sehingga perlu dioptimalisasikan program keluarga berencana. Selain itu sebaiknya ibu tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan pengasuhan yang sensitif karena anak laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan yang sama. Sementara itu, untuk pihak pemerintah atau departemen kebudayaan dan pariwisata diharapkan untuk dapat mendukung Masyarakat Kampung Adat Urug untuk mempertahankan budaya yang khas namun yang positif untuk perkembangan anak. Selain itu pendidikan dan keterampilan masyarakat di Kampung Adat Urug perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pendapatan masyarakat. Rendahnya kesehatan ibu selama kehamilan, jasa persalinan dan pemberian ASI, maka diperlukan penyuluhan mengenai kesehatan ibu hamil, penyuluhan mengenai inisiasi dini menyusui, ASI eksklusif, peningkatan jasa persalinan di Kampung Adat Urug. Penyuluhan ini dapat dilakukan oleh secara terintegrasi melalui Posyandu dan Bina Keluarga Balita dengan melibatkan kepala adat sebagai mediator agar masyarakat dapat menerima pandangan baru yang disampaikan penyuluh. Kajian mengenai masyarakat Kampung Adat Urug ini sangat menarik dan unik sehingga masih banyak lagi aspek yang harus dikembangkan baik dalam hal interaksi ibu dan anak maupun perkembangan anak dengan latar belakarang budaya yang unik. Maka penelitian selanjutnya disarankan dapat melanjutkan penelitian dengan sasaran masyarakat Kampung Adat Urug baik di bidang ketahanan keluarga, strategi koping, maupun pengasuhan ibu yang berdasarkan budaya. Selain itu penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi yang lebih menyeluruh sehingga dapat menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif secara lebih mendalam.

90 80 DAFTAR PUSTAKA Aline Kenali gangguan gejala kelekatan. [Internet] [diunduh 2010 Oktober 7]. Tersedia dari: http// Afifah, D.N Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif (studi kualitatif di Kecamatan Tembalang) [skripsi] Semarang (ID): Universitas Diponegoro Badan Pusat Statistik [BPS] Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Survei Jumlah Suku Bangsa di Indonesia 2010 Bern, R.M Child, Family, School, Community Socialization and Support. United Stated States of America (US) : Harcourt Brace College Publishers Bich, P., Bentley, M.E., Pachon, H., Sripaipan, T., Caulfield, L.E., et al Caregiver styles of feeding and child acceptance of food in rural Vietnam. Food and Nutrition Journal: Budiyanta, E Budaya Indonesia terkikis budaya barat. [Internet] [diunduh 2011 Februari 13]. Tersedia dari: http//melayuonline.com/ Brooks, J.B Parenting. Third Edition. California (US): Mayfield Publishing Company. Crittenden, P Overview Course: CARE Index. [Internet] [diunduh 2011 Februari 2]. Tersedia dari: Demulder, E.K., Denham, S., Schmidt M., Mitchell, J, Q-Sort assessment of attachment security during the preschool years: links from home to school. Developmental Psychology. 36: Damon, W., editor Handbook Child Psychology: Social, emotion and personality development. Fifth edition volume three. United State (US): Publication Development Company of Texas. Davies, D , Child Development, a Practitioner s Guide. New York (ID): The Guilford press Departemen Kesehatan RI, Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan dan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita, Departemen Kesehatan RI, Jakarta (ID). Ervika, E Analisis kelekatan pada anak [skripsi] Sumatera Utara (ID): Program Studi Psikologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

91 81 Fadilla, H.A Gaya kelekatan, atribusi, respon emosi dan perilaku marah [disertasi] Yogyakarta (ID) : Program studi psikologi Universitas Gadjah Mada. Favila, A Gaya kelekatan dan konsep diri. Jurnal Psikologi :9-17. Froelich, G., Flick H.J., Cynthia, H Maternal sensitivity and communication styles motherzs with depression. Journal of Early Intervention. 31: Gangal, P., Bhagat, K., Prabhu, S., Nair, R Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl. Mumbai: UNICEF Maharashtra, India Greenberg, Cicchetti, Cummings, editor Attachment in The Preschool Years. London GB): The University of Chicago Press. Gribble, K.D Mental health, attachment and breastfeeding: implications for adopted children and their mothers. International Breastfeeding Journal, 1:5-10 Grossmann, K., dan Grossmann, K.E The impact of attachment to mother and father and sensitive support of exploration at an early age on children s psychosocial development through young adulthood. Encyclopedia on Early Childhood Development. 12:1-8 Gunarsa, S., dan Gunarsa, Y Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta (ID) : PT BPK Gunung Mulia. Hajar, I Interaksi sosial dalam pendidikan pengasuhan anak pada Suku Punjab. Jurnal Ilmu pendidikan, 34: Hakim, L.L Kampung Adat Urug Sukajaya. [Internet] [diunduh 2011 Maret 11] Tersedia dari: http//radar-bogor.com Hastuti, D Analisis pengaruh model pendidikan prasekolah pada pembentukan anak sehat, cerdas, dan berkarakter. [disertasi] Bogor (ID): Program pascasarjana. Institute Pertanian Bogor Pengasuhan: Teori dan Prinsip serta Aplikasinya di Indonesia. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia IPB. Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan, Edisi kelima. Jakarta (ID): PT Erlangga. Ijzendoorn, M.H., Vereijken, C.M., Bakermans, M.J., Riksen, J.M. et al Assessing attachment security with the attachment q sort: meta-analytic evidence for the validity of the observer aqs. Child Development. 75:

92 82 Illingworth The Development of the Infant and Young Child: Normal and Abnormal. London (GB): Churchill Livingstone. Jatiningsih Analisis alokasi waktu ibu dan pengaruhnya terhadap perkembangan sosial anak pada keluarga nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. [skripsi] Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Jacobson, S.W., Jacobson, J.L., Frye, K.F Women Incidence and Correlates of Breast-feeding in Socioeconomically Disadvantaged. Pediatrics. 88; Kemppinen, K Early maternal sensitivity: continuity and related risk factors [disertasi] Kuopio (PH): University Publications d. Medical Sciences. Kinasih, A.D Hubungan antara gaya kelekatan yang aman terhadap orang tua dengan harga diri pada anak usia akhir (late childhood)[skripsi] Yogyakarta (ID): Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia. Kusumawati, Y., Mutalazimah Hubungan pendidikan dan pengetahuan gizi ibu dengan berat bayi lahir di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Infokes. 8: 5-14 Latifah, M., Alfiasari, Hernawati, N Kualitas tumbuh kembang, pengasuhan orang tua dan faktor risiko komunitas pada anak usia prasekolah wilayah pedesaan di Bogor. Jur. Ilm. Kel. dan Kons. 2: E Pengaruh pemberian ASI dan stimulasi psikososial terhadap perkembangan sosial emosi anak balita pada keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja [skripsi] Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. IPB. Megawangi, R Semua Berakar pada Karakter Isu Permasalahan Bangsa, Depok (ID) : PT Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Mills, K Infant and parent fator associated with early maternal sensitifity: a caregiver-attachment system approach. Journal infant behavior and development 30: Nurdianti W Gangguan dan Kelainan Seputar Persalinan. [internet] [diunduh 2011 Januari 18]. Tersedia dari: http// Papalia, D.E., Old, S.W Perkembangan Manusia Ed ke-10. Marswendsdy B, penerjemah; Widyaningrum, editor. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Humanika. Terjemahan dari Human Development ed 10 th Santrock, J.W Child Development. Fifth Edition. New York (US) : Brown and Brenshmark Publishers Child Development. Twelfth Edition. New York (US): MC Graw Hill Companies Inc.

93 83 Saputra, L.E Pengaruh gaya pengasuhan orang tua dan kecerdasaran emosional terhadap perilaku bullying remaja sekolah menengah pertama [skripsi. Bogor (ID): Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. IPB Sastroasmoro, S Membina Tumbuh Kembang Bayi dan Balita. Jakarta (ID): Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sevon, E Maternal responsibility and changing relationality at the beginning of motherhood [disertasi] Jyvaskyla (PH): University of Jyvaskyla. Simamora, J Indonesia miliki 36 rekor dunia. [Internet] [diunduh 2011 Februari 4]. Tersedia dari: http//koranbaru.com Small Breastfeeding, culture, and attachment. [Internet] [diunduh 2011 Januari 19]. Tersedia dari: http// Suririnah Air Susu Ibu (ASI) Memberi Keuntungan Ganda Untuk Ibu dan Bayi. [Internet] [diunduh 2011 Januari 18]. Tersedia dari: Anda termasuk ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi? [Internet] [diunduh 2011 Januari 18]. Tersedia dari: http// Vasta, Haits, dan Miller Child Psychology: the Modern Science. New York (US): Jhon Wiley dan Sons Inc. Wahyuni Sosiologi Umum. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press. Yunita, P Hubungan antara kelekatan terhadap orang tua dengan identitas diri pada remaja pria delinquent di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo [skripsi] Semarang (ID): Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

94 LAMPIRAN 85

95 86 Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan Riwayat kehamilan Keadaan kesehatan Tidak Ya n % n % Ibu meningkatkan jumlah makan ketika kehamilan anak 28 46, ,3 Ibu lebih banyak makan daging ayam/ sapi/ ikan selama kehamilan anak 29 48, ,7 Ibu lebih banyak makan sayuran selama kehamilan anak 10 16, ,3 Ibu minum susu selama kehamilan anak 41 68, ,7 Ibu mengkonsumsi vitamin untuk meningkatkan kesehatan 20 33, ,7 Ibu melakukan olahraga selama kehamilan 42 70, ,0 Ibu memeriksakan kondisi kehamilan kepada paraji/bidan/ dokter di posyandu 8 13, ,7 Ibu diimunisasi tetanus ketika kehamilan anak 24 40, ,0 Ibu memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) Ibu Hamil 36 60, ,0 Ibu hamil dalam keadaan normal (tidak mengalami kelainan seperti terlilit tali pusar, hamil diluar kandungan, hamil anggur dll) 3 5, ,0 Ibu sering mual dan muntah selama kehamilan anak 34 56, ,3 Keadaan psikologis Ibu telah merencanakan kehamilan anak sebelumnya 22 36, ,3 Ibu merasa bahagia pada saat mengetahui kehamilan anak 6 10, ,0 Ibu merasa stres atau cemas selama kehamilan anak 21 35, ,0 Ibu menjadi lebih sering sedih selama kehamilan anak 22 36, ,3 Ibu merasa lelah karena beban kerja yang berat selama kehamilan anak 26 43, ,7 Ibu merasa takut atau khawatir selama kehamilan anak 24 40, ,0 Suami memberikan perhatian yang lebih saat ibu hamil 8 13, ,7 Keluarga besar memberikan perhatian yang lebih saat ibu hamil 9 15, ,0 Perilaku pengasuhan selama kehamilan Ibu mengelus-elus perut ibu 10 16, ,3 Ibu mengajak berbicara anak didalam kandungannya 28 46, ,3 Ibu memijit payudara untuk persiapan menyusui 29 48, ,7 Ibu memperdengarkan solawat/ doa-doa untuk anak yang berada didalam kandungan 6 10, ,0 Ibu mempersiapkan kebutuhan bayi sejak anak berada di dalam kandungan 38 63, ,7 Ibu mengadakan ritual khusus untuk anak saat hamil 4 6, ,3

96 87 Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu Tidak Kadangkadang Sensitivitas Jarang Sering Pernah Ibu n % n % n % n % Ekspresi Wajah Ibu memandang wajah anak sedang berbicara 1 1, , , ,7 Ibu menunjukkan ekspresi marah ketika anak mengganggu ibu saat bekerja 4 6,7 9 15, , ,0 Ibu tersenyum ketika anak memperlihatkan perbuatan yang baik 0 0, , , ,0 Ibu tidak berekspresi/ kaku/ dingin saat anak menunjukkan keberhasilannya 15 25, , ,0 3 5,0 Ibu cuek saat anak datang dari bermain 9 15,0 20 3, ,3 8 13,3 Ekspresi bicara Ibu berbicara dengan nada suara tinggi saat menyuruh anak melakukan sesuatu 6 10, , , ,7 Ibu berbicara dengan lembut 2 3, , , ,0 Ibu membentak anak ketika anak merengek-rengek menginginkan sesuatu 5 8, , , ,3 Ibu dengan segera menjawab saat anak bertanya 1 1,7 5 8, , ,7 Ibu hanya diam saat merespon tangisan anak 24 40, ,7 4 6, ,0 Ekspresi kasih sayang Ibu menghindar/ berpaling ketika anak membutuhkan bantuan ibu 3 5,0 8 13, , ,3 Ibu menyentuh/ mengelus anak sebagai pujian 7 11, , , ,7 Ibu mendatangi anak dengan segera saat anak memanggil-manggil ibu 2 3, , , ,7 Ibu membungkuk/ menunduk/ mendekatkan tubuh agar setara dengan anak ketika berbicara 16 26, , ,0 8 13,3 Ibu menggandeng anak ketika berjalan bersama 9 15,0 9 15, , ,0 Posisi dan kontak fisik Ibu memeluk ketika anak merasa takut atau sedih 21 35, ,7 9 15,0 5 8,3 Ibu merangkul anak selama observasi 1 1, , , ,0 Ibu menyediakan makanan favorit anak 1 1,7 4 6, , ,0 Ibu mengucapkan kata-kata sayang 2 3, , , ,3 Ibu memiliki nama panggilan kesayangan 8 13,3 7 11,7 8 13, ,7 Pengendalian disiplin Ibu memarahi saat anak tidak menuruti perintah 4 6,7 4 6, , ,0 Ibu mengajarkan kepada anak perilaku yang baik 15 25, , , ,3 Ibu melarang anak secara fisik 8 13, , , ,3 Ibu mengawasi anak saat anak bermain 7 11, , , ,3 Ibu mengarahkan anak untuk makan tepat waktu 7 11,7 6 10, , ,7

97 88 Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan kelekatan emosi Kelekatan Sesuai (-1) Tidak ada kesempatan (0) Tidak Sesuai (+1) n % n % n % Perilaku Eksploratif Anak rewel tanpa alasan yang jelas kepada ibunya setelah pulang bermain 25 41,7 1 1, ,7 Anak tidak berhenti menangis setelah ditinggal ibunya pergi beberapa saat 21 35,0 4 6, ,3 Anak memilih bermain disekitar rumah yang dekat dengan ibu 23 38,3 0 0, ,7 Ibu dengan mudah pergi meninggalkan anak karena anak lebih menyukai bermain sendiri 13 21,7 2 3, ,0 Anak tidak mau melakukan aktifitas yang terlihat sulit 33 55,0 7 11, ,3 Anak jarang meminta ibu untuk membantunya 48 80,0 0 0, ,0 Anak menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain dengan mainan favoritnya daripada mainan yang lainnya 38 63,3 0 0, ,7 Anak serius atau cekatan ketika bermain jauh dari ibu atau bermain sendiri 30 50,0 1 1, ,3 Anak menguji mainan baru secara detil dan mencoba menggunakannya dengan cara yang berbeda pada setiap bagian 25 41,7 2 3, ,0 Anak tidak kenal takut 31 51,7 1 1, ,7 Respon Kasih sayang Anak mau berbagi dengan ibunya atau segera memberikan barang yang dipegangnya jika ibu meminta 12 20,0 0 0, ,0 Anak berhati-hati dan berperilaku lembut dengan mainan atau peliharaannya, 21 35,0 4 6, ,3 Anak sering memeluk ibu, tanpa diminta terlebih dahulu oleh ibu 19 31,7 1 1, ,7 Anak berpura-pura sebagai orang tua yang memberikan kasih sayang melalui permainan boneka/ peliharaan/bayi, 19 31,7 2 3, ,0 Anak merasa nyaman ketika berada dalam pangkuan ibu 15 25,0 1 1, ,3 Anak menikmati digendong oleh orang dewasa yang baru dikenal 20 33,3 9 15, ,7 Anak bertindak kasar pad a ibu saat aktif bermain seperti menabrak, memukul, menggigit dll 27 45,0 0 0, ,0 Anak dengan mudah menumbuhkan rasa sayang terhadap tamu yang berkunjung kerumah 32 53,3 2 3, ,3 Anak dengan cepat menyambut ibu dengan senyuman lebar ketika ibu memasuki ruangan 21 35,0 3 5, ,0 Anak mudah marah kepada ibu 22 36,7 0 0, ,3

98 89 Kelekatan Sesuai (-1) Tidak ada kesempatan (0) Tidak Sesuai (+1) n % n % n % Kesadaran Sosial Ketika anak terganggu atau terluka, anak merasa nyaman dengan orang dewasa selain ibu, 26 43, , ,3 Anak lebih tertarik pada orang dibandingkan benda atau mainan 35 58,3 1 1, ,0 Anak tertawa dan tersenyum dengan mudah kepada orang yang berbeda, 29 48,3 0 0, ,7 Anak dengan cepat dekat dengan orang dewasa yang baru dikenal, yang awalnya membuat dia malu, 34 56,7 0 0, ,0 Anak bersedia menunjukkan mainan atau menunjukkan apa yang dapat anak lakukan 29 48,3 4 6, ,7 Ketika keluarga dikunjungi, anak ingin mendapatkan perhatian dari orang dewasa yang baru dikenalnya 42 70,0 2 3, ,3 Anak meniru sejumlah perilaku atau cara yang dilakukan dari melihat perilaku ibu 22 36,7 0 0, ,7 Jika tamu menyetujui sesuatu yang dilakukan anak, maka anak mengulang hal tersebut lagi 17 28,3 6 10, ,0 Anak bermain dengan asyiknya sampai dia tidak melihat atau mendengar orang berbicara dengannya 17 28,3 4 6, ,3 Anak siap berbagi barang dengan orang dewasa yang baru dikenal, jika mereka meminta 22 36,7 6 10, ,3

99 90 Lampiran 4 Hasil Uji Korelasi Pearson RKH RPER ASI SENa1 SENb SENc SENd SENe TSENS PE KKS KS TKEL UMNAKt Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BESKEL Pearson Correlation * * Sig. (2-tailed) N UMIST Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) N DIKBU Pearson Correlation * * Sig. (2-tailed) N TOTPHSL Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) N TOTRKH Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) N TOTRPER Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) N TOTASI Pearson Correlation ** * * Sig. (2-tailed) N TOTSENS Pearson Correlation *.743**.668 **.825 **.598 **.725 ** 1.500* *.518 **.459 **.624 ** Sig. (2-tailed) N STOTKPE Pearson Correlation **.271 *.278 * **.500 ** **.810 ** Sig. (2-tailed) N STOTKKS Pearson Correlation *.298 *.531 **.464 ** ** *.579 ** Sig. (2-tailed) N STOTKS Pearson Correlation *.450**.365 **.347 ** **.459 **.683* *.258 * ** Sig. (2-tailed) N TOTKEL Pearson Correlation **.409 **.486 **.315 *.436 **.624 **.810* *.579 **.895 ** 1 Sig. (2-tailed) N

100 91 Lampiran 5 Budaya yang terkait dengan riwayat perkembangan anak No Riwayat perkemban gan anak 1. Riwayat Kehamilan 2. Riwayat Persalinan 3. Riwayat pemberian ASI Budaya - Tidak boleh duduk didepan pintu - Tidak boleh makan di piring besar, nanti bayinya besar - Tidak boleh makan cabe - Tidak boleh makan baso nanti bayinya besar - Tidak boleh mandi lama nanti persalinannya lama - Saat mandi, orang hamil harus didahulukan takut lahirnya lama - Ketika melihat orang yang cacat harus mengucapkan amit-amit - Tidak boleh mempersiapkan perlengkapan bayi sebelum melahirkan, apabila ibu ingin mempersiapkan kebutuhan bayi maka harus disimpan dirumah tetangga - Terdapat ritual atau selametan saat kehamilan pada 4 dan 7 bulan. Saat selametan tersebut, ibu membagi-bagikan asinan dan makanan kepada tetangga. Karena terdapat anggapan masyarakat Kampung Adat Urug yang selalu bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan seperti halnya anak - Dukungan sosial dari keluarga besar dan masyarakat selama kehamilan anak sangat tinggi karena hampir seluruh masyarakat Kampung Adat Urug ini masih terikat dalam hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. - Sebagian besar ibu melahirkan dengan bantuan paraji yang jarak rumahnya sangat jauh dari perkampungan, hal ini menyebabkan terdapat beberapa ibu yang melahirkan senidiri. - Ketika memasak, ibu harus mengetahui mana ujung kayu atas dan bawah, apabila ujungnya bawah dimasukan ke kompor maka terdapat kepercayaan bahwa akan mengalami persalinan sungsang - Setelah bayi melahirkan anak diberikan kalung yang dibuatkan oleh paraji yang berasal dari benang hitam yang dipilin. Kalung ini dibuat untuk menjaga anak dari gangguan setan. - Anak yang baru lahir harus dipuasakan terlebih dahulu sebelum diberi air susu, paling tidak satu malam sampai 3 hari sehingga tidak ada ibu yang melakukan Inisiasi Dini Menyusui - Ada beberapa ibu yang beranggapan bahwa kolostrum itu kotor sesuai dengan anjuran yang diberikan nenek moyang - Masyarakat adat memiliki kepercayaan bahwa anak yang baru lahir harus diberikan madu terlebih dahulu sebagai prelaktal. Hal ini dipercaya akan mengurangi sakit pada mulut bayi sebelum ia mendapatkan ASI. - Selain itu terkadang ibu memberikan pisang kadut atau nasi sebelum bayi diberikan ASI hal ini menyebabkan tidak anak yang diberikan asi secara eksklusif oleh ibu sampai 6 bulan - Ada kepercayaan bahwa laki-laki diberikan ASI sampai usia 1,5 tahun, sedangkan anak perempuan sampai usia 1 tahun agar anak menjadi pintar - Cara-cara khas yang dilakukan untuk menyapih anaknya yaitu menggunakan obat samiloto, obat merah, lipstik, daun pare, buah mahoni, dan jamu pait. - Tidak ada larangan untuk menyusui dimana saja sehingga banyak ibu yang menyusui anaknya di muka umum

101 92 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian Perkampung Adat Urug Pertanian sebagai inti kebudayaan Papan Kampung sebagai cagar budaya Bagian bangunan dari Rumah Adat Lumbung Padi keluarga Padi/ pare yang di jemur Ibu menumbuk padi dengan membawa anaknya Ngarempug yaitu menunbuk bersama dengan menggunakan nada

102 93 Alat dapur tradisional (Seeng) Kamar mandi umum Anak laki-laki diajarkan untuk mencari kayu bakar Anak perempuan diajarkan untuk melakukan urusan domestik Kebersamaan saat makan bersama Acara keagamaan berupa pengajian Masyarakat berziarah saat Seren Tahun Ameng yaitu nasi dan bakakak ayam

103 94 Hiburan Seren tahun berupa Dangdutan Seren Tahun dimeriahkan pedagang Acara posyandu Ibu hamil memeriksakan kehamilannya Ekspresi kasih sayang ibu Ekspresi wajah ibu Ibu mendandani anaknya dengan sipat Ibu membuatkan kincir angin

104 95 Anak diajak bermain bersama ibu Ibu menyusui dimana saja Perilaku Eksplorasi anak dengan mainan Anak bereksplorasi dengan teman Respon kasih sayang anak Anak melakukan aktivitas sulit Anak malu terhadap peneliti (kesadaran sosial yang rendah) Anak mudah dekat dengan peneliti (Kesadaran sosial yang baik)

105 96 Lampiran 7 Peta Lokasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan

TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan 9 TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan Kelekatan adalah pertalian afeksi kasih sayang yang mempersatukan satu orang dengan yang lain pada setiap waktu dan tempat (Gribble 2006). Brooks (2001); Yunita (2009) juga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan restrospective. Cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu, desain

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dibentuk oleh adanya keragaman suku, budaya, ras, dan agama yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH HUSFANI ADHARIANI PUTRI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT Husfani

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu

Lebih terperinci

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI REFERENSI 1. Tumbuh Kembang Anak Soetjiningsih EGC Jakarta, 1995 2. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan ---- Herawati Mansur, Salemba Medika 2009 3.

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang. Dosen Pembimbing

LEMBAR PENGESAHAN. 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang. Dosen Pembimbing LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Pendidikan Dan Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (V) PKM-GT

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil. SEKS SELAMA KEHAMILAN Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tumbuh kembang anak Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pokok bahasan Pendahuluan Definisi pertumbuhan & perkembangan Tumbuh kembang janin Tumbuh kembang anak 0 5 tahun Tumbuh kembang anak 6 10 tahun

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan (WHO, 2001

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Mufdlilah, 2009, p.41). Masa kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN 2.1 Definisi Informasi Menurut Gordon B. Davis dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 bahwa Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh Rani Ayu Hapsari NIM. 2000428 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT Puji Hastuti Poltekkes Kemenkes Semarang E-mail: pujih75@gmail.com Abstract: The purpose of this cross-sectional research

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA 0 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PUSPA WARDANI F 100 000 066 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu diperhatikan tidak hanya pada bayi lahir normal melainkan juga pada bayi lahir prematur. Dikarenakan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak akhir dimulai pada umur 7-12 tahun. Ada beberapa sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan usia tidak rapih, karena anak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes Definisi ANAK DULU: < 12 THN; < 15 THN; < 16 THN UU Tenaga Kerja, UU Perkawinan [UU No. 9 TAHUN 1979 ttg Kesejahteraan Anak: USIA < 21 thn dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpengaruh tidah baik terhadap kehamilan tersebut (Prawiroharjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpengaruh tidah baik terhadap kehamilan tersebut (Prawiroharjo, 2010). digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan saat yang dinantikan oleh setiap pasangan yang telah menikah. Upaya peningkatan kesehatan ibu telah dilakukan, baik ditingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan Sustainable Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita dapat dengan mudah mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari menegenai peristiwa

Lebih terperinci

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa PERKEMBANGAN ATTACHMENT (KELEKATAN) Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa senang. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH, PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan

BAB I PENDAHULUAN. suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Wilkins, et al 2009), kelahiran bayi seharusnya membawa suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan berpengaruh negatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan terdiri dari 3 metode. Metode pertama yaitu persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan terdiri dari 3 metode. Metode pertama yaitu persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan terdiri dari 3 metode. Metode pertama yaitu persalinan normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu) lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi kehidupan setiap orang ialah masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak ialah masa yang membutuhkan

Lebih terperinci

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nurudin Santoso,ST.MT Oleh : Kelas I A Briana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua persoalan yang amat sering

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Suami dan istri berperan penting dalam menjaga dan merawat bayinya mulai dari janin agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak Dalam kehidupan berkeluarga, ayah biasanya diidentikkan sebagai orang tua yang banyak meninggalkan rumah, menghukum, mempunyai pengetahuan yang lebih luas, berkedudukan

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci