PEMILIHAN LOKASI YANG OPTIMAL DENGAN HYBRID ANALYSIS

Transkripsi

1 PEMILIHAN LOKASI YANG OPTIMAL DENGAN HYBRID ANALYSIS Syamsul Huda dan Rully Soelaiman Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pemilihan lokasi untuk sebuah kegiatan usaha merupakan bagian dari aktivitas manajemen yang strategis. Keputusan pemilihan lokasi dipengaruhi oleh multi kreteria dan multi faktor, sehingga diperlukan gabungan dari berbagai ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu, karena sampai dengan saat ini tidak ada sebuah teori tunggal yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan suatu lokasi. Dengan adanya masalah dalam pemilihan lokasi maka proposal ini mengusulkan suatu metoda hybrid dari pengambilan keputusan multi kreteria (MCDM) yang menggunakan fuzzy analytical hierarchy process dan analytical hierarchy process secara bersama sehingga memungkinkan untuk memperoleh lokasi yang optimal. Dengan menggunakan metode hybrid dan bantuan model analog yang mempertimbangkan faktor objektif, faktor kritis dan faktor subjektif sebagai faktor utama dalam analisa pemilihan lokasi diharapkan diperoleh keputusan penempatan lokasi yang optimal, sehingga membuat puas para pembuat keputusan. Kata kunci: Pemilihan lokasi, pengambilan keputusan multi kriteria (MCDM), hybrid analysis PENDAHULUAN Analisis teori lokasi dikembangkan untuk melihat potensi dan daya tarik yang dimiliki suatu lokasi. Beberapa teori lokasi antara lain teori biaya minimum, karena biaya produksi yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum (Weber, 1909). Teori lokasi pendekatan pasar mendasarkan teorinya pada persoalan dari sisi permintaan atau pasar (August Losch). Teori lokasi memaksimumkan laba mendasarkan teorinya pada penetapan titik lokasi yang optimal bagi sebuah kegiatan usaha (D.M. Smith). Tidak ada sebuah teori tunggal yang dapat dijadikan acuan untuk menetapkan lokasi suatu kegiatan usaha sehingga diperlukan gabungan dari berbagai ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu, karena berbagai kriteria dan faktor dipertimbangkan dalam menentukan lokasi. Analytical hierarchy pocess merupakan model pendukung keputusan yang menguraikan masalah multi faktor, multi kriteria (MCDM) yang kompleks dan tidak terstruktur menjadi suatu bentuk hirarki tertentu (Thomas L Saaty), sehingga permasalahan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Data utama model analytical hierarchy process adalah persepsi manusia yang dianggap expert, yaitu orang yang menguasai atau memahami permasalahannya (Joesoef, 2002). Persepsi manusia sangat berbeda pada skala ukuran yang bersifat kuantitatif, oleh sebab itu diperlukan skala yang luwes yang mampu mencerminkan preferensi manusia dan sekaligus berlaku untuk elemen yang tangible maupun intangible. Analytical hierarchy process banyak digunakan dalam pengambilan keputusan dengan kriteria yang bersifat subjektif.

2 Seringkali seorang pembuat keputusan mengalami kesulitan dalam menentukan bobot kriteria yang bersifat subjektif, dan salah satu pendekatan yang dipakai untuk mengatasi masalah ini adalah konsep fuzzy karena sangat efektif dan akurat untuk mendeskripsikan persepsi manusia. Fuzzy analytical hierarchy process merupakan pengembangan dari metoda analytical hierarchy process. Konsep aplikasi yang diusulkan pada metode fuzzy analytical hierarchy process adalah ketika ketidakpastian dan kekaburan merupakan permasalahan yang dialami oleh banyak orang dalam pengambilan keputusan, hal tersebut mengakibatkan penilaian yang tidak tepat bagi pembuat keputusan (Bouyssou et al, 2000). Pembahasan metode fuzzy analytical hierarchy process menyangkut situasi di mana adanya penilaian yang tidak tepat, ketidaktepatan dalam penilaian akan mengakibatkan ketidaktepatan pula dalam menentukan ranking dari alternatif (Leung ve Chao, 2000). Secara umum pengambilan keputusan suatu permasalahan, berdasarkan data yang tepat dan sebagain lagi dari data yang tidak tepat. Manusia sering mengalami kegagalan ketika membuat prediksi yang bersifat kuantitatif, dan secara komparatif manuasi lebih efisien ketika membuat prediksi yang bersifat kualitatif (K kahraman, 2005). Pada sistem yang rumit dan komplek, penilaian manusia direpresentasikan secara linguistic. Penilaian lebih baik disajikan secara linguistic, kemudian dikembangkan menjadi data kuantitatif dengan teori himpunan fuzzy. Sebagian besar metoda analytical hierarchy process digunakan untuk aplikasi pengambilan keputusan yang hampir mendekati fuzzy yang berhubungan dengan skala penilaian yang tidak balance padahal metoda analytical hierarchy process tidak mempertimbangkan peta ketidakpastian (Cheng, 1999). Penilaian pada metode analytical hierarchy process adalah bersifat subyektif sehingga penilaian pembuat keputusan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesuksesan metoda ini. Untuk menghindarkan resiko tersebut maka fuzzy analytical hierarchy process sebagai pengembangan dari analytical hierarchy process dan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini. Berdasarkan pernyataan tersebut maka nilai fuzzy trianggular dengan variable linguistic diterapkan pada matriks perbandingan berpasanga (pairwise comparison matrik). METODOLOGI Analytical hierarchy process merupakan satu pendekatan analitis yang banyak digunakan untuk memecahkan masalah yang rumit, metode ini memberikan peluang pembuat keputusan untuk melakukan decomposition struktur masalah yang rumit dalam suatu bentuk hirarki yang sederhana kemudian mengevaluasi sejumlah kriteria kuantitatif dan kualitatif secara sistematis. Secara umum ditemukan bahwa pembuat keputusan lebih yakin untuk memberi interval penilaian dibanding dengan penilaian yang nilai tetap ( fixed value), hal Ini disebabkan karena pembuat keputusan tidak mampu secara tegas menentukan preference pada proses perbandingan, sehingga teory fuzzy dikembangkan untuk mengatasi kelemahan ini untuk pengelompokan data yang tidak jelas batasnya. Konsep pengambilan keputusan multi kriteria (MCDM) yang diusulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analytical hierarchy process dan fuzzy analytical hierarchy process secara bersama (hybrid), dimana fuzzy analytical hierarchy process digunakan pembuat keputusan untuk melakukan pembobotan setiap kriteria, sedangkan analytical hierarchy process digunakan dalam menentukan ranking dalam pengambilan keputusan. Variabel fuzzy yang digunakan adalah fuzzy non numerik (variabel linguistik). C-33-2

3 Hirarki pemilihan lokasi dapat dijelaskan bahwa level pertama merupakan fungsi tujuan umum yaitu untuk mendapatkan lokasi yang terbaik dan optimal kemudian level kedua menentukan kriteria yang menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi selanjutnya level ketiga adalah sekumpulan alternatif. Obyektif Kreteria 1 Kreteria 2 Kreteria 3 Kreteria Gambar 1 Hirarki Pemilihan Lokasi Pada dasarnya pendekatan metode analytical hierarchy process dilakukan melalui 3 (tiga) langkah yaitu : a. Dengan memiliki sejumlah kriteria i = 1,, m, tentukan bobot relatif, wi terhadap obyektif utama b. Untuk setiap kriteria i, dibandingkan dengan alternative j=1, n dan ditentukan bobot relatif wij terhadap kriteria i c. Tentukan bobot akhir Wj terhadap keseluruhan kriteria dengan menggunakan Wj=w1jw1+w2jw2+ +wmjwm. MODEL PEMILIHAN LOKASI Model merupakan representasi dunia nyata menjadi simbolik dengan tujuan menyederhanakan, meminimalkan biaya dan meminimalkan resiko agar lebih efektif. Model yang diusulkan untuk pemilihan lokasi adalah model analog atau model diagramatik, karena model ini dapat mewakili situasi dinamik. Model ini sering dipakai dari pada model ikonik maupun model simbolik karena kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji. Model analog banyak berkesesuaian dengan penjabaran hubungan kuantitatif antara sifat dan kelas - kelas yang berbeda. Melalui transformasi sifat menjadi analognya maka kemampuan membuat perubahan bisa ditingkatkan. Penggunaan model analog seperti pada kurva distribusi frekuensi dan diagram alir. PROSES PEMILIHAN LOKASI Penelitian ini membahas bagaimana sebuah perusahaan melakukan pemilihan suatu lokasi yang menguntungkan bagi perusahaan dari 5 (lima) lokasi alternatif. Penelitian ini menetapkan 4 (empat) kriteria utama yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi yaitu biaya perolehan tanah, biaya transportasi, biaya energi dan biaya bahan baku. Secara umum pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan antara lain : C-33-3

4 1. Mendefinisikan dan menentukan kriteria yang mempengaruhi hasil pemilihan lokasi dan menawarkan alternatif dengan menyusun hirarki permasalahan. 2. Menentukan prioritas elemen dengan perbandingan berpasangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif satu elemen terhadap elemen yang lain. 3. Sintesis terhadap pertimbangan perbandingan berpasangan untuk memperoleh keseluruhan prioritas. 4. Mengukur konsistensi untuk mengetahui seberapa baik tingkat konsistensinya. 5. Menentukan konsistensi index dengan rumus CI = [ maks n] / n. 6. Menentukan rasio konsistensi dengan rumus CR = CI/RC dimana CR adalah consistency ratio, CI adalah consistency index, IR adalah indeks random. 7. Mengukur konsistensi hierarki, jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgment harus diperbaiki, akan tetapi jika rasio konsistencykurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa diterima. HASIL PENELITIAN Pendekatan yang dilakukan dalam proses pemilihan lokasi adalah sebagai berikut Menentukan Kriteria dan Penilaiannya Ukuran penilaian terhadap setiap kriteria adalah baik, cukup, kurang No Kreteria Penilaian 1. Perolehan lahan Tinggi Sedang Rendah 2. Transportasi Tinggi Sedang Rendah 3. Energi Tinggi Sedang Rendah 4. Bahan Baku Tinggi Sedang Rendah Tabel 1 Kriteria dan Ukuran Penilaiannya Menetukan Prioritas Kriteria Penilaian perbandingan dilakukan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain, nilai kolom mengambarkan tingkat kepentingan antar kriteria. Perolehan lahan Transportasi Energi Bahan Baku Perolehan lahan Transportasi Energi Bahan Baku Jumlah Tebel 2 Matrik Perbandingan Berpasangan b. Membuat matrik nilai kriteria Lahan Transportasi Energi Bahan Jumlah Prioritas Lahan Transportasi Energi Bahan Tabel 3 Matrik Nilai Kreteria C-33-4

5 c. Membuat matrik penjumlahan setiap baris Lahan Transportasi Energi Bahan Jumlah Lahan Transportasi Energi Bahan Tabel 4 Matrik Penjumlahan Setiap Baris d. Perhitungan rasio konsistensi Jumlah dalam Baris Prioritas CR Perolehan lahan Transportasi Energi Bahan Baku Jumlah 6.86 Jumlah CR n maks CI CR Keterangan CR = < 0.1 rasio konsistensi dapat diterima Tabel 5 Perhitungan Konsistensi Rasio Menentukan Prioritas Sub Kriteria Menghitung Prioritas Subkriteria dari Kriteria Perolehan Lahan Tahapan perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria perolehan lahan adalah : Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tabel 6 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Perolehan Lahan b. Membuat matrik nilai kriteria Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tabel 7 Matrik Nilai Kriteria Perolehan Lahan Terdapat perbedaan yaitu adanya tambahan kolom prioritas pada subkriteria. c. Menentukan matrik penjumlahan setiap baris Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tinggi Sedang Rendah Tabel 8 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Perolehan Lahan C-33-5

6 d. Menghitung rasio konsistensi Jumlah Setiap Baris Prioritas CR Tinggi Sedang Rendah Jumlah 7.99 Jumlah N maks CI CR Keterangan CR CR = < 0.1 Rasio konsistensi dapat diterima Tabel 9 Perhitungan Konsistensi Rasio Menghitung Prioritas Subkriteria dari Kriteria Biaya Transportasi Tahapan perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria biaya transportasi adalah : Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tabel 10 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Biaya Transportasi b. Membuat matrik nilai kriteria Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tabel 11 Matrik Nilai Kriteria Biaya Transportasi c. Menentukan matrik penjumlahan setiap baris Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tinggi Sedang Rendah Tabel 12 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Biaya Transportasi d. Menghitung rasio konsistensi Jumlah Setiap Baris Prioritas CR Tinggi Sedang Rendah Jumlah 7.65 Jumlah CR N maks CI CR Keterangan CR = < 0.1 Rasio konsistensi dapat diterima Tabel 13 Perhitungan Konsistensi Rasio C-33-6

7 Menghitung Prioritas Subkreteria dari Kriteria Biaya Energi Tahapan perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria biaya energi adalah : Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tabel 14 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Biaya Energi b. Membuat matrik nilai kreteria Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tabel 15 Matrik Nilai Kriteria Biaya Energi c. Menentukan matrik penjumlahan setiap baris Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tinggi Sedang Rendah Tabel 16 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Biaya Energi e. Menghitung rasio konsistensi Jumlah Setiap Baris Prioritas CR Tinggi Sedang Rendah Jumlah 7.23 Jumlah CR N maks CI CR Keterangan CR = < 0.1 rasio konsistensi dapat diterima Tabel 17 Perhitungan Konsistensi Rasio Menghitung Prioritas Subkriteria dari Kriteria Biaya Bahan Baku Tahapan perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria biaya bahan baku adalah : Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tabel 18 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Bahan Baku C-33-7

8 b. Membuat matrik nilai kriteria Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tabel 19 Matrik Nilai Kriteria Bahan Baku c. Menentukan matrik penjumlahan setiap baris Tinggi Sedang Rendah Jumlah Tinggi Sedang Rendah Tabel 20 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Bahan Baku d. Menghitung rasio konsistensi Jumlah Setiap Baris Prioritas CR Tinggi Sedang Rendah Jumlah 7.52 Jumlah CR n maks CI CR Keterangan CR = < 0.1 rasio konsistensi dapat diterima Tabel 21 Perhitungan Konsistensi Rasio Menghitung Hasil Pembuatan matrik atas hasil perhitungan prioritas pada perhitungan sebelumnya. Perolehan Lahan Transportasi Energi Bahan Baku Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Tabel 22 Matrik Hasil Setelah dilakukan survey diperoleh data dari lokasi dengan penilaian Perolehan Lahan Transportasi Energi Bahan Baku Lokasi 1 Tinggi Sedang Rendah Sedang Lokasi 2 Sedang Rendah Rendah Tinggi Lokasi 3 Sedang Rendah Rendah Tinggi Lokasi 4 Rendah Sedang Tinggi Sedang Lokasi 5 Rendah Sedang Sedang Tinggi Tabel 23 Penilaian Setiap Lokasi C-33-8

9 Dari hasil penilaian terhadap 5 [lima] lokasi yang ada kemudian lakukan perhitungan akhir untuk menentukan rangking dari setiap lokasi Perolehan Lahan Transportasi Energi Bahan Baku Jumlah Rangking Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Tabel 24 Hasil Akhir Pada kolom rangking dilakukan penjumlahan pada masing masing baris, kemudian nilai total yang didapat merupakan nilai yang dipakai dasar untuk pengambilan keputusan pemilihan lokasi. KESIMPULAN Pada metodologi pengambilan keputusan multi criteria ( MCDM) untuk menentukan lokasi suatu kegiatan usaha, setiap perubahan pilihan pembuat keputusan seperti faktor sukjektif dapat mempengaruhi pertimbangan penempatan suatu lokasi. Model yang diusulkan menunjukkan adanya fleksibilitas, adaptasi dan efektivitas dari model yang holistic dengan adopsi permasalahan dunia nyata dengan mempertimbangan criteria yang bersifat subjektive. Suatu kerangka pengambilan keputusan dengan kondisi ketidakpastian/ketidaktepatan data dapat dikembangkan suatu model untuk membantu para pembuat keputusan sebagai pengembangan penelitian di masa depan. REFERENSI Efraim Turban, Jay E.Aronson, Ting Peng Liang, Decision Suport Systems and Intelligent System Pearson Education, 2005 Roger S Pressman, Software Engineering The McGraw Hill Companies, 1997 Mojtaba Tabari, Amin Kaboli, M.B. Aryanezhad, Kamran Shahanaghi, Ali Siadat A new method for location selection : A hybrid analysis Tsung-Yu Choua,_, Chia-Lun Hsub, Mei-Chyi Chen A fuzzy multi-criteria decision model for international tourist hotels location selection Prof Sjafrizal, Ekonomi Regional Badouse Media, 2008 Dr. Eng Agus Naba, Fuzzy Logic Menggunakan Matlab Andi, 2009 Sri Kusumadewi, Aplikasi Logika Fuzzy Graha Ilmu, 2004 Mulyono S, Teori Pengambilan Keputusan Universitas Indonesia, 1996 Dadan Umar Daihani Komputerisasi Pengambilan Keputusan Elex Media 2001 C-33-9