LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN PENANGANAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI PASCABANJIR KE KOTA BIMA PROVINSI
|
|
- Yenny Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN PENANGANAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI PASCABANJIR KE KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TANGGAL 19 SD 21 JANUARI 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017
2 DAFTAR ISI I PENDAHULUAN 3 I1 Dasar Hukum 3 I2 Maksud dan Tujuan 3 I3 Lokasi dan Waktu 4 14 Agenda Kunjungan 4 I4 Daftar Rombongan Kunjungan Kerja 5 II KRONOLOGI BANJIR KOTA BIMA DAN TEMUAN LAPANGAN 5 21 Kronologi dan Dampak Banjir Bandang Kota Bima 5 22 Pertemuan Komisi V DPR RI dengan Sekda Kota Bima, yang dihadiri oleh Kementerian/Lembaga Mitra Kerja Komisi V 8 III REKOMENDASI 18 IV PENUTUP 19 Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 2
3 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN PENANGANAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI PASCABANJIR KE KOTA BIMA, PROVINSI NTB TANGGAL 19 SD 21 JANUARI 2017 ============================================ I PENDAHULUAN I1 Dasar Hukum 1 Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan Pertama Pasal 20, Perubahan Kedua Pasal 20 A, perubahan Ketiga Pasal 23; 2 Undang-Undang RI Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 3 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia I2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V ke Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat ini adalah sebagai berikut: Pertama, untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat dan infrastruktur di bidang Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, Perhubungan, BMKG dan BASARNAS yang terkena dampak bencana banjir; Kedua, untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang menonjol dari upaya penanganan tanggap darurat dan pembangunan infrastruktur pasca banjir; dan Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 3
4 Ketiga, untuk menyerap aspirasi dari Pemerintah Daerah dan masyarakat Kota Bima atas program-program pembangunan infrastruktur yang telah dan sedang berjalan paska banjir Tujuan dilaksanakannya kunjungan kerja ini adalah dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas Anggota Dewan sesuai dengan Pasal 58 ayat (3) dan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, yaitu: butir a: Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang, termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; butir d: Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah Selanjutnya Tata Tertib DPR RI Pasal 59 ayat (3) juga menyatakan bahwa Dalam melaksanakan tugas komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) dan tindak lanjut pengaduan masyarakat, komisi dapat : butir f: Mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses atau mengadakan kunjungan kerja spesifik dalam masa sidang, yang hasilnya dilaporkan dalam rapat komisi untuk ditindaklanjuti 13 Lokasi dan Waktu Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI ke Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan pada tanggal Januari 2017, dengan lokasi Kota Bima 14 Agenda Kunjungan Dalam kunjungan ini, Komisi V DPR RI memiliki sejumlah agenda, antara lain melakukan pertemuan dengan Sekda dan Pimpinan SKPD Kota Bima yang dihadiri oleh Kementerian/Lembaga mitra Komisi V, peninjauan Jembatan Podo dan Jembatan Padolo, serta peninjauan normalisasi sungai Paruga Kota Bima Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 4
5 15 Daftar Rombongan Kunjungan Kerja Anggota Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja Reses tersebut adalah sebagai berikut: NO NO FRAKSI N A M A ANGG KETERANGAN KETUA 1 A-381 Ir FARY DJEMY FRANCIS, MMA GERINDRA KOMISI V/ KETUA TIM 2 A-453 DRS UMAR ARSAL PD ANGGOTA 3 A-497 SYAHRULAN PUA SAWA PAN ANGGOTA 4 A-103 H MAHFUDZ ABDURRAHMAN, PKS SSOS ANGGOTA 5 A-42 Drs H MUSA ZAINUDDIN PKB ANGGOTA II KRONOLIGI BANJIR KOTA BIMA DAN TEMUAN LAPANGAN 211 Kronologi dan Dampak Banjir di Kota Bima Pada tanggal 21 Desember 2016 dimulai pukul 1400 sampai dengan tanggal 22 Desember 2016 pukul 0400 WITA terjadi banjir bandang di Kota Bima dengan puncak tertinggi banjir terjadi pada pukul 2300 WITA Kejadian ini kemudian diikuti dengan banjir bandang susulan pada tanggal 23 Desember 2016 dimulai pukul 1300 WITA sampai dengan 2300 WITA dengan puncak tertinggi banjir terjadi pada pukul 1700 WITA Adapun wilayah terdampak adalah sebanyak 33 kelurahan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan di Kota Bima 1 Kejadian ini dipicu oleh antara lain: 1 Curah hujan yang tinggi sejak tanggal Desember 2016 dengan intensitas milimeter sehingga menyebabkan debit air sungai pada sub daerah aliran sungai (DAS) Padolo dan sub daerah aliran sungai (DAS) Melayu naik dengan cepat Intensitas hujan yang tinggi 1 Sumber : BPBD Kota Bima Tahun 2016 Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 5
6 tersebut menyebabkan tanah mengalami kejenuhan dalam menyerap air 2 Selain itu juga disebabkan karena adanya kerusakan hutan pada daerah hulu, yakni Kawasan Hutan Maria Wawo (Kabupaten Bima), Kawasan Hutan Nanga Na'e (Kabupaten Bima) dan Kawasan Hutan Ncai Kapenta (Kota Bima) 3 Hal ini dipengaruhi juga oleh pendangkalan dan penyempitan saluransaluran air sehingga menyebabkan banjir setinggi sekitar satu meter di sejumlah lokasi permukiman baik yang berada di wilayah bantaran sungai maupun diluar wilayah bantaran sungai Pada puncaknya ketinggian banjir meningkat hingga mencapai 1,5 meter hingga 2,5 meter dengan membawa material lumpur Diperkirakan sebanyak jiwa menjadi korban terpapar dimana hingga tanggal 28 Desember 2016 sebanyak 6936 jiwa mengungsi pada 33 posko pengungsian yang tersedia Sebanyak 2343 unit rumah mengalami kerusakan dengan rincian 110 unit rumah hanyut, 220 unit rumah rusak berat, 634 unit rumah rusak sedang dan 1379 unit rumah rusak ringan Selain itu, berbagai fasilitas ekonomi (pasar dan pertokoan), fasilitas umum dan sosial, kantor pemerintahan, sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, air bersih serta layanan publik lainnya terganggu Beberapa fasilitas umum dan kantor pemerintahan yang mengalami rusak berat yakni, 5 (lima) unit Puskesmas dan 31 unit Puskesmas Pembantu yang tersebar di 5 (lima) kecamatan sehingga sampai dengan hari ke-4 sesudah kejadian tidak dapat memberikan pelayanan selain itu, sebanyak 31 unit bangunan kantor pemerintahan mengalami kerusakan termasuk peralatan kantor yang dimiliki sehingga sempat tidak dapat memberikan pelayanan Upaya awal yang telah dilakukan antara lain menyiapkan tempat pengungsian, menyiapkan dapur umum, menyiapkan pelayanan kesehatan, Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 6
7 pemenuhan kebutuhan perlengkapan anak, pembagian bantuan logistic dan pembersihan Dengan kondisi tersebut di atas, Walikota Bima mengeluarkan Surat Pernyataan Bencana Nomor 360/559/XII/2016 tanggal 22 Desember 2016 serta menetapkan status keadaan darurat bencana banjir bandang selama 15 hari yaitu 22 Desember 2016 sampai 5 Januari 2017 melalui Keputusan Walikota Bima Nomor 607 Tahun 2016 tentang Penetapan Status Keadaan Darurat Penanganan Bencana Banjir Kota Bima tanggal 22 Desember 2016 Dengan mempertimbangkan kondisi cuaca yang ada, masa tanggap darurat kemudian diperpanjang sampai dengan tangggal 19 Januari 2017 dengan Keputusan Walikota Bima Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penetapan Perpanjangan Status Keadaan Darurat Penanganan Bencana Banjir Kota Bima Di Kota Bima dan sekitarnya pernah terjadi 4 kali banjir bandang, yaitu: pada tanggal 5 April 2006, 9 Feberuari 2011, 21 Desember 2016 dan 23 Desember 2016 Pada tahun 2006 sekitar 2 korban jiwa dan 3 orang hilang,17 luka berat, 35 luka ringan 250 rumah rusak parah dan 22 rumah hanyut dan Box PLN terendam Pada tahun 2011, lebih kepada kerusakan aset lumpur dan batu menggenangi lahan-lahan pertanian masyarakat serta resikonya gagal panen Sedangkan pada tahun 2016 tidak terdapat korban jiwa, namun banyak terjadi kerusakan Selain fasilitas publik juga perumahan warga banyak mengalami kerusakan parah sebanyak 26 rumah, 114 rusak ringan dan 21 rumah hanyut dengan total jumlah kerugian 1,058 T Ketinggian genangan banjir pada tahun 2016 sekitar 05 3 m dengan penduduk yang terdampak sebanyak jiwa Selain bencana banjir, kejadian bencana yang lain juga terjadi di Kota Bima Pada tahun 2016, jumlah kasus kejadian bencana mencapai sebanyak 34 kasus, naik 23 kasus dibandingkan pada tahun 2015 sebanyak 11 kasus Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 7
8 Kejadian bencana banjir pada tahun 2016 sebanyak 10 kasus, tanah longsor sebanyak 4 kasus, angin puting beliung sebanyak 7 kasus, dan kebakaran sebanyak 10 kasus Kejadian bencana yang rutin di Kota Bima adalah di dominasi oleh bencana kebakaran 212 Pertemuan Dengan Sekda Kota Bima, yang dihadiri oleh Pejabat dari Kementerian/Lembaga Mitra Kerja Komisi V 1 Upaya Penanganan Darurat dan Pemulihan Awal Data Pos Pengungsian Banjir, antara lain: a) Kel Penaraga: Masjid Baitul Hamid Raba, jumlah pengungsi 900 jiwa b) Kel Lewirato: 1) Masjid Nurul Iman, jumlah pengungsi 250 jiwa, 2) KPN Bima, jumlah pengungsi 250 jiwa 3) Kos-kosan, jumlah pengungsi 50 jiwa 4) Rumah tingkat SMP 1, jumlah pengungsi 250 jiwa c) Kel Monggonao: 1) Masjid An-Nur, jumlah pengungsi 700 jiwa; 2) SDN 2, jumlah 30 jiwa; 3) Rumah H Anas, jumlah pengungsi 20 jiwa; 4) Masjid Al-Huda Karara, jumlah pengungsi 500 jiwa; 5) Muhammadyah, jumlah pengungsi 100 jiwa d) Kel Penatoi: 1) Ruko dekat KPU, jumlah pengungsi 300 jiwa; 2) Masjid Penatoi, jumlah pengungsi 800 jiwa e) Kel Sadia: Masjid Al-Hidayah, jumlah pengungsi 180 jiwa f) Kel Paruga: Masjid M Salahuddin, jumlah pengungsi 250 jiwa g) Kel Tanjung: 1) Masjid Baru Tanjung Barat, jumlah pengungsi 500 jiwa; 2) Rumah Makan Pade Doang Tanjung, jumlah 250 jiwa; 3) SMP Tanjung, jumlah pengungsi 250 jiwa Total pengungsi: 5500 jiwa Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 8
9 2 Upaya awal yang telah dilakukan antara lain: a) Penanganan Pengungsi: Masyarakat terdampak mengungsi di Masjid-masjid, kantor Walikota, sekolah-sekolah dan di rumah saudaranya Terdapat 191 KK yang ditampung di rumah susun Sebagian sudah kembali ke rumah dan masih ada 6936 jiwa yang mengungsi Kebutuhan permakanan disupply oleh 17 dapur umum mencukupi s/d 5 b) Pelayanan Kesehatan: Obat-obatan cukup, tenaga medik lebih dari cukup Jenis penyakit: gatalgatal dan luka-luka karena kena pecahan kaca, seng Telah diantisipasi penyakit ISPA, diare, dan leptosiroris (karena kotoran tikus) dan tetanus Telah dilakukan pembersihan di puskesmas/fasilitas kesehatan dan 2 RS sudah dibersihkan (PKU Muhammadiyah dan Stikes) Rumah sakit lapangan Mabes TNI di Convention Hall dengan kekuatan 80 tenaga medis c) Pemenuhan Kebutuhan Perlengkapan Perempuan dan Anak: Pemenuhan kebutuhan perlengkapan perempuan dan anak-anak sudah dipenuhi Termasuk suplai air bersih Seragam sekolah dan buku sedang diupayakan untuk dikirim sehingga pada saat sekolah pada tanggal 3 Januari 2017, dapat terpenuhi Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 9
10 Masyarakat melanjutkan pembersihan rumah Diberikan program cash for work, Rp ,- per rumah dengan hitungan selama 10 hari sampai dengan berakhirnya masa tanggap darurat 5 Pembersihan fasilitas umum dilakukan TNI, Polri, Pemerintah Daerah, dan 650 masyarakat PLN sudah memperbaiki 11 dari 12 gardu listrik yang rusak, 99% listrik sudah menyala Kebutuhan listrik disuplai dengan genset Ada 50 genset disiapkan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan Ketersediaan logistik cukup dan secara cepat disalurkan kepada masyarakat Perencanaan pengurangan resiko bencana sedang dikerjakan antara lain: rencana normalisasi sungai dan drainase, evaluasi penataruang dan penghijauan Jembatan nasional yang rusak di Kodo Lampe telah dibangun jembatan Baily/darurat sehingga transportasi bisa berfungsi Pendataan kerusakan dan kerugian perumahan, fasos, fasum dan infrastruktur sedang dikerjakan agar pemulihan segera dapat dilaksanakan dan ditargetkan selesai pd akhir Kebutuhan Pascabencana Banjir Bima 1) Sektor Permukiman a Sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Walikota Bima Surat Keputusan Walikota Bima Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Kondisi Rumah yang terdampak Banjir di Kota Bima Tahun 2016, terdapat Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 10
11 sebanyak 1065 unit rumah mengalami kerusakan yang dirinci sebanyak 383 unit rusak berat, 334 unit rusak sedang dan 348 unit rusak ringan yang tersebar di lima kecamatan yakni Kecamatan Rasanae Barat, Asakota, Raba, Rasanae Timur, dan Mpunda b Pemulihan pascabencana pada sektor perumahan diarahkan pada penyediaan hunian tetap terhadap korban terdampak yang dilakukan melalui penyediaan perumahan berupa Rumah Tapak untuk pemukiman kembali (Resetlement) warga yang direlokasi dari sempadan sungai dan Rumah Tapak Pola Pemberdayaan Masyarakat dalam bentuk stimulan rehabilitasi rumah c Kebutuhan pembangunan Rumah Khusus (Rumah Tapak) untuk permukiman kembali dari hasil inventarisasi direncanakan akan dibangun sebanyak 1063 unit rumah khusus (rumah tapak) type 36/80 sedangkan rumah tapak pola pemberdayaan sebanyak 621 unit d Untuk lokasi pembangunan rumah tapak untuk permukiman kembali direncanakan dilakukan pada lahan yang akan dibebaskan oleh Pemerintah Daerah pada tahun 2017 yang tersebar di tiga lokasi di kecamatan Asakota, Kecamatan Mpunda dan kecamatan Raba dengan total luas lahan sebesar 12,15 Ha dengan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas social e Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sub sektor perumahan lainnya yang akan dilakukan Pemerintah melalui BNPB diprioritaskan pada perumahan Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 11
12 dengan kategori rusak berat dan rusak sedang, sementara untuk kategori rusak ringan dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui pendanaan kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tabel 1 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sub Sektor Perumahan Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun Sumber: Rencana Aksi Pascabanjir Kota Bima, 2017 Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 12
13 2) Sektor Prasarana Lingkungan Kebutuhan prioritas sektor prasarana lingkungan dipergunakan untuk penyediaan berbagai fasilitas lingkungan yang mengalami kerusakan akibat bencana banjir antara lain drainase, jalan dan sanitasi lingkungan permukiman Table 2 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sektor Prasarana Lingkungan Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun ) Sektor Infrastruktur a Secara umum pemenuhan kebutuhan sektor infrastruktur adalah membangun kembali dengan kualitas lebih baik terhadap aset yang rusak pada sub sektor Transportasi, Energi, Air dan Sanitasi, dan Sumberdaya Air Selain memperbaiki aset yang rusak, kebutuhan infrastruktur menuju daerah relokasi juga perlu dipenuhi b Prioritas dalam pemenuhan kebutuhan pemulihan sektor infrastruktur pada kawasan yang terkena dampak bencana banjir bandang diantaranya adalah perbaikan/ pembangunan jalan dan jembatan serta pemasangan jaringan sambungan listrik Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 13
14 Tabel 3 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sektor Infrastruktur Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun c Sub Sektor Transportasi Prioritas dalam pemenuhan kebutuhan pemulihan sektor infrastruktur pada kawasan yang terkena dampak bencana banjir bandang diantaranya adalah perbaikan/pembangunan jalan dan jembatan serta pemasangan jaringan sambungan listrik Tabel 4 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sub Sektor Transportasi Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun No Jembatan 1 Jembatan Padolo I 2 Jembatan Kodo 3 Jembatan Penatoi 4 Jembatan Gunung Dua 5 Jembatan Gantung Paruga Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 14
15 d Sektor Air dan Sanitasi Kebutuhan pemulihan sektor infrastruktur sub sektor air dan sanitasi pada daerah terkena dampak banjir bandang yaitu penyediaan kebutuhan air bersih Tabel 5 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sektor Air dan Sanitasi Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun e Sektor Sumber Daya Air Kebutuhan sektor infrastruktur untuk sub sektor sumber daya air di luar relokasi diantaranya perbaikan pada Sungai Kewenangan BBWS, Sungai/Sub DAS kewenangan Kabupaten dan Saluran/Daerah Irigasi Tabel 6 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sub Sektor Sumber Daya Air Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 15
16 4) Sektor Sosial Dampak banjir bandang pada sektor sosial meliputi sub sektor pendidikan, kesehatan, agama, dan lembaga sosial untuk memenuhi kebutuhan rehabilitasi bangunan puskesmas, polindes, poskesdes, pustu, posyandu, pembangunan ruang kelas baru dan sarana lainnya yang terkena dampak bencana Tabel 7 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi Sektor Sosial Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun ) Sektor Ekonomi Pemulihan ekonomi pada daerah terkena dampak bencana banjir bandang direncanakan akan dilaksanakan melalui sub sektor pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, UKM dan perindustrian Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 16
17 Tabel 8 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi Sektor Ekonomi Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun ) Sektor Lingkungan Hidup Tabel 9 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi Sektor Lingkungan Hidup Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun ) Sektor Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana banjir bandang sektor Pengurangan Resiko Bencana (PRB) untuk memenuhi kebutuhan pembentukan desa tangguh bencana, penyusunan sistem informasi kebencanaan,rencana PB, rencana kontijensi, survey dan penyusunan peta rawan bencana, pengelolaan peta kawasan perkotaan, FGD penataan ruang berbasis PRB, penataan ruang berbasis PRB, dan Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 17
18 peningkatan kualitas tata ruang kawasan rawan bencana berbasis pengelolaan DAS Tabel 10 Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi Sektor Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Pancabencana Banjir Bandang Kota Bima Tahun III REKOMENDASI: 1) Komisi V DPR RI mendukung penuh upaya rehabilitasi tanggap darurat atas kerusakan infrastruktur Kota Bima pascabanjir bandang Selanjutnya Komisi V meminta Pemerintah untuk menyiapkan anggaran khusus, diluar anggaran tahun 2017, untuk penanganan bencana banjir di Kota Bima 2) Komisi V DPR RI meminta Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Kota Bima pascabanjir, antara lain perbaikan akses jalan dan jembatan, Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 18
19 ketersediaan air bersih, kebersihan lingkungan dari genangan lumpur banjir, dan memastikan ketersediaan aliran listrik ke rumah masyarakat 3) Komisi V DPR RI meminta Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk berkoordinasi terkait pembebasan lahan di bantaran sungai Paruga untuk pembangunan jalan inspeksi dan penataan kawasan sungai Paruga 4) Komisi V DPR RI memberikan apresiasi kepada BMKG yang telah memberikan informasi cuaca kepada masyarakat sehingga tidak terjadi korban jiwa pada saat bencana banjir di Kota Bima IV PENUTUP Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR-RI dalam Rangka Peninjauan Penanganan Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI akan menjadikan laporan ini sebagai data/informasi yang akan disampaikan dalam Rapat Komisi V DPR RI Jakarta, Januari 2017 TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR-RI DALAM RANGKA PENINJAUAN PENANGANAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI PASCA BANJIR KE KOTA BIMA, PROVINSI NTB MENGETAHUI Ir FARY DJEMY FRANCIS, MMA KETUA KOMISI V DPR RI KETUA TIM Infrastruktur dan Transportasi Pascabanjir Ke Kota Bima, Provinsi NTB, Tanggal 19 SD 21 Page 19
LAPORAN TANGGAP DARURAT DAN RENCANA PENANGANAN BANJIR BIMA NTB. Jakarta, 20 Januari 2017
LAPORAN TANGGAP DARURAT DAN RENCANA PENANGANAN BANJIR BIMA NTB Jakarta, 20 Januari 2017 1 LAPORAN KEJADIAN BANJIR KRONOLOGIS Terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada Rabu 21 Desember 2016 di lima kecamatan
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) TERKAIT KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ 8501 TANGGAL 5 JANUARI 2015
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) TERKAIT KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ 8501 TANGGAL 5 JANUARI 2015 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2015 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciINSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH
INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR KE KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL FEBRUARI 2017
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR KE KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL 20-22 FEBRUARI 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017 Laporan Kunjungan Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI KE PROVINSI ACEH TANGGAL 12 S.D. 14 JULI 2013
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI KE PROVINSI ACEH TANGGAL 12 S.D. 14 JULI 2013 SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI JAKARTA 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR KUNJUNGAN KERJA 1. Undang-Undang
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH TANGGAL 20 22 FEBRUARI 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam banjir bandang yang terjadi di daerah Batu Busuk Kelurahan Lambuang Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang pada Bulan Ramadhan tanggal Selasa, 24 Juli 2012
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan
Lebih terperinciH. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI
LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN DILUAR MASA RESES DAN DILUAR MASA PERSIDANGAN TAHUN SIDANG 2014 2015 TAHAP I DAERAH PEMILIHAN NUSA TENGGARA TIMUR I H. SYAHRULAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah bencana alam. Data dari Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR)
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENJELASAN MENTERI NEGARA PPN/KEPALA BAPPENAS TENTANG HASIL PENILAIAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN
Lebih terperinciPENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA
PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciKEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT TGL.
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT TGL. 6 7 APRIL 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciI. Permasalahan yang Dihadapi
BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1570, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Pencabutan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA BANJIR BANDANG DI BIMA
RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA BANJIR BANDANG DI BIMA Disampaikan oleh : Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Kementerian Perencanaan
Lebih terperinciBencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]
KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB 2010-2014] Banjir Tanah longsor Kekeringan Kebakaran hutan dan lahan Gelombang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan negara sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 antara lain adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA BMKG Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciHASIL RUMUSAN KOMISI A BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
HASIL RUMUSAN KOMISI A BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI 1. Pemerintah daerah bertanggungjawab dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam wilayahnya, yang meliputi pengalokasian dana,
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN
Lebih terperinciRENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA BANJIR DI KOTA BIMA DAN KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA BANJIR DI KOTA BIMA DAN KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016-2018 Deputi Bidang Rehabilitasi
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciRealisasi Kementerian PUPR Capai 93,66%
Rilis PUPR #2 31 Januari 2018 SP.BIRKOM/I/2018/049 Realisasi Kementerian PUPR Capai 93,66% Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai kementerian dengan anggaran pembangunan
Lebih terperinciREVIEW UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI TAHUN dan INA DRI
REVIEW UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI TAHUN 2013-2014 dan INA DRI DEPUTI BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA VISI: KETANGGUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Bencana Bencana merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian dan korban jiwa. Indonesia juga mengalami beberapa bencana alam maupun bencana akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.
Lebih terperinci12/12/2013 L/O/G/O.
L/O/G/O www.themegallery.com 1 2 3 1 2 1. SEBAGIAN BESAR KAWASAN UTARA BERUPA DATARAN RENDAH di bawah muka laut pasang 2. 13 SUNGAI DARI BODETABEK MENGALIR KE JAKARTA Bermuara di Teluk Jakarta 3. PENURUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciKESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Rapat dibuka pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.
1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih
Lebih terperinciManajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana
Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGADA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten mempunyai
Lebih terperinciBANJIR JAKARTA 9-10 FEBRUARI 2015
BANJIR JAKARTA 9-10 FEBRUARI 2015 WILAYAH YANG TERDAMPAK BANJIR PROVINSI DKI JAKARTA 9-11 FEB 2015 WILAYAH KEC KEL RW KK JIWA TERDAMPAK PENGUNGSI JAKARTA BARAT JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO
2015 PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO BAB I KETENTUAN UMUM DAN LANDASAN HUKUM A. KETENTUAN UMUM Dalam Pedoman ini yang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010
PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Kondisi Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kota Bima berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan posisi geografis terletak antara 118
Lebih terperinciPERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA
PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ALOR
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang Mengingat : : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda di daerah batu busuk kelurahan lambuang bukit kecamatan pauh kota padang pada hari selasa, 24 Juli 2012 tepatnya pada
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 7 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 7 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPOHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016
POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Persentase prasarana aparatur
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciINDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN
LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini tentu saja dikarenakan banyak wilayah di Indonesia pada saat musim hujan sering dilanda
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI
LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI Bidang Kementerian Agama RI, Kementerian Sosial RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak RI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
Lebih terperinciKEPALA BADAN KEPALA PELAKSANA JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK
LAMPIRAN If : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN-BADAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BAGAN STRUKTUR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 1/2017 WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan
Lebih terperinciKETERANGAN MENTERI NEGARA PPN/KEPALA BAPPENAS TENTANG LAPORAN AWAL PENANGANAN BENCANA BANJIR DI WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KETERANGAN MENTERI NEGARA PPN/KEPALA BAPPENAS TENTANG LAPORAN AWAL PENANGANAN BENCANA BANJIR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinci2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un
No.1443, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca bencana. Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat. Hibah. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA BMKG Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANDUNG
BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANDUNG 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BPBD KABUPATEN BANDUNG 2.1.1 TUGAS DAN FUNGSI BPBD KABUPATEN BANDUNG Dalam
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :
Lebih terperinciH. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI
LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN KE-2 DILUAR MASA RESES DAN DILUAR MASA PERSIDANGAN TAHUN SIDANG 2014 2015 DAERAH PEMILIHAN NUSA TENGGARA TIMUR I H. SYAHRULAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,
PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinci2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang
No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci