HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DI SD 005 DAN SD 006 DENGAN KEJADIAN DIARE WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKINANG KOTATAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DI SD 005 DAN SD 006 DENGAN KEJADIAN DIARE WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKINANG KOTATAHUN 2014"

Transkripsi

1 ISSN 2883 Vol 5, ed 2, Oktober 214 HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DI SD 5 DAN SD 6 DENGAN KEJADIAN DIARE WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKINANG KOTATAHUN 214 RIDHA HIDAYAT Dosen STIKes Tuanku Tambusai ABSTRAK Diare adalah sauatu keadaan abnormal dari pengeluaran feces dengan frekuensi tiga kali atau lebih dengan konsistensi lembek, cair, sampai dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja. Tujuan penelitian : menganalisa hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Penelitan ini merupakan jenis crossectional yaitu mencari hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare pada anak umur 9-11 tahun, Populasi dalam penelitian ini adalah anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang bersedia jadi responden. Hasil : penelitian menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik sebanyak 28 anak (31,1%), dan yang kurang baik sebanyak 62 anak (68,9%). Anak SD yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir 57 anak (63,3%), dan yang tidak menderita diare sebanyak 33 anak (36,7). Kesimpulan : ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota dengan kejadian diare. Dengan nilai p =,, ini berarti hubungan antara cuci tangan pakai sabun (CTPS) sangat penting untuk mencegah penyakit termasuk diare. Daftar Bacaan :42 (23-213) Kata Kunci :perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS), diare Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 47

2 ISSN 2883 Vol 5, ed 2, Oktober 214 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (KBBI, 27), sedangkan pengertian kesehatan menurut World Health Organization (WHO) tahun 25 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial dalam keadaan sejahtera bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan pengertian anak sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis, kesehatan anak dapat dimulai dari hal kecil seperti menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan teratur (Soegeng, 28). Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak sekolah. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut rentan terhadap masalah kesehatan. Anak usia sekolah selain rentan terhadap masalah kesehatan juga peka terhadap perubahan (WHO, 21). Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan kesehatan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra, 27). Anak dalam usia sekolah disebut sebagai masa intelektual, dimana anak mulai belajar berpikir secara konkrit dan rasional. Tugas perkembangan anak dalam usia sekolah adalah belajar mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan meliputi kesehatan dan kebersihan diri, serta terdapat adanya hubungan positif yang tinggi antara jasmani dan prestasi dimana apabila tubuh anak sehat maka banyak prestasi belajar yang diraihnya (Yusuf, 27). Menurut Syamsu (22), faktor faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan khususnya pada anak diantaranya kesehatan, budaya, agama, dan kebiasaan setempat serta perlakuan orang tua dalam mendidik anak. Perilaku hidup sehat pada anak tidak hanya diajarkan secara non formal dirumah tetapi juga diajarkan secara formal di lingkungan sekolah yang mana akan memantapkan pengetahuan anak tentang pentingnya perilaku bersih. Sekolah adalah institusi formal yang teroirganisir dengan baik dan merupakan wadah pembentukan karakter dan media yang mampu mananamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku dalam diri manusia yang diperoleh dari berbagai pengalaman belajar yang mendorong dan memungkinkan seseorang untuk memperoleh derajat kesehatan yang lebih baik (Martianto, 25). Menurut Notoatmodjo (21), perilaku tentang kebersihan diri dan hidup sehat sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam mempertahankan kebiasaan hidup yang sesuai dengan kesehatan dan akan menciptakan kesejahteraan serta kesehatan yang optimal. Dari pengalaman terhadap praktek yang didasari oleh perilaku akan lebih langgeng dari praktek yang tidak Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 48

3 didasari oleh perilaku. Sikap yang diharapkan dimiliki anak bukan hanya tahu menyebutkan bagaimana harus bersikap, tetapi tumbuhnya sikap itu sendiri untuk berperilaku lebih baik. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak atau predisposisi tindakan suatu perilaku kesejahteraan serta kesehatan yang optimal dengan melakukan perawatan kesehatan diri. Dari pengalaman terhadap praktek yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menyatakan selain pengetahuan sikap merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Mencuci tangan pakai sabun yang tepat mengurangi resiko diare, flu burung, pneumonia, dan yang lain. Sangat efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak (Siswanto, 29). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 28). Masalah diare pada anak usia sekolah kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi serta profesional kesehatan lainnya yang saat ini masih memprioritaskan kesehatan anak balita. Padahal peranan mereka yang sangat dominan akan mempengaruhi kualitas hidup anak di kemudian hari (Gobel, 29). Distribusi Frekuensi Kasus Diare Pada Anak Umur 6-12 Tahun di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 213 NO NAMA PUSKES MAS 1 Bangkinan g barat 2 Bangkinan g Seberang 3 Gunung Sahilan 4 Kampar Kiri Hulu II L P XIII Koto Kampar II XIII Koto Kampar I Salo Bangkina ng Kota Kampar Kiri Hulu I Kampar Kiri Siak Hulu III Kampar Kampar Utara 14 Tapung II XIII Koto Kampar III Tapung Hilir I Koto Kampar Hulu 18 Perhentian Raja Tapung I Kampar Timur Rumbio Jaya Tambang Kampar Kiri Tengah JUML AH % Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 49

4 24 Kampar Kiri Hilir 25 Tapung Perawatan 26 Tapung Hulu II 27 Tapung Hilir II 28 Siak Hulu II 29 Tapung Hulu I 3 Siak Hulu I Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 213 Dari data diatas Puskesmas Bangkinang Kota menempati urutan ke delapan yang terbanyak menderita Diare untuk umur 6-12 tahun yaitu 148 kasus. Berdasarkan laporan Puskesmas Bangkinang Kota, kelurahan Bangkinang merupakan salah satu desa yang memiliki penduduk terbanyak menderita Diare untuk umur 6-12 tahun. Alasan dilakukannya penelitian di Puskesmas Bangkinang Kota, dikarenakan Bangkinang merupakan kecamatan yang paling dekat dengan fasilitas kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang dan juga dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Kampar, sehingga seharusnya kasus diare dapat lebih ditekan. Distribusi Frekuensi kasus Diare untuk umur 6-12 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota pada tahun 213 No Kelurahan Jumlah Persentase 1 Kelurahan Bangkinang 2 Kelurahan Langgini 3 Desa Kumantan 4 Desa Ridan Permai 9,6 6,4 5,5 4,1 Melihat jumlah kasus diare di atas diwilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, kasus terbanyak penderita diare untuk umur 6-12 tahun adalah dikelurahan Bangkinang tahun 214. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 April 214 dengan beberapa murid SD 5 dan SD 6 dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai diare dan cuci tangan. Peneliti mendapatkan anak dalam mencuci tangannya kadang mempergunakan sabun, kadang tidak mempergunakan sabun baik saat akan makan, maupun setelah buang air besar. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep perilaku Pengertian Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 5

5 membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 24). B. Konsep Cuci tangan Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (26) tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita tertinggi dari penyakit diare dan penyakit pernapasan. Hingga tak jarang berujung pada kematian. Menurut Kusnoputranto, (1997) mengatakan bahwa kebersihan perorangan (hygiene) adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan adalah usaha pengedalian dari semua faktor - faktor lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan hal - hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. C. Konsep Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 25, p.224). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Aziz, 25, p.11). D. Klasifikasi Diare a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu : 1) Diare akut Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4 kali per hari. 2) Diare kronik Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut. b. Klasifikasi diare menurut derajat dehidrasi Diare dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi dan diare dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare dengan dehidrasi berat (Ngastiyah, 25, p.234). 3. Frekuensi diare 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada bayi a. Pada garis besarnya kejadian diare dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1) Pemberian ASI Pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 51

6 kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI, maka bayi ASI eksklusif dapat terlindung dari penyakit diare (Roesli, 25, E. Kerangka Teori Faktor Pendukun g METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Faktor Predisposisi - Pendidikan - Perilaku - Sikap - Persepsi Kejadian Diare Pada Anak Faktor Pendorong - Keluarga - Kebiasaan - Pola hidup Jenis penelitian yang dilakukan merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6), dengan variabel dependent (kejadian diare), (Nursalam, 28). B. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota dari tanggal 2-15 Juni 214. C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu keseluruhan. Populasi dari penelitian ini adalah semua anak di SD 5 dan SD 6 wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota tahun 214 yaitu sebanyak 99 orang (Nursalam, 213). 2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Sampel kasus dalam penelitian ini adalah anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota, Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak atau random (Nursalam, 213). Jumlah sampel yang direncanakan pada penelitian ini adalah sebanyak 91 sampel, dengan kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi 1) Anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang pernah menderita Diare dan yang tidak menderita Diare. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 52

7 2) Dapat berkomunikasi dengan baik. 3) Bersedia menjadi responden. 4) Bisa baca dan tulis. b. Kriteria Eksklusi 1) Anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang pindah atau meninggal saat penelitian dilakukan. 2) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik. 3) Tidak bersedia menjadi responden. 4) Tidak bisa baca dan tulis n = N 1+N(d 2 ) n = (.1 2 ) n =998 1,98 n = 9,7 dibulatkan menjadi 91 keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (Nursalam, 213). D. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini sebelumnya peneliti mendapatkan rekomendasi dari STIKes Tuanku Tambusai untuk permintaan izin kepada kepala Puskesmas Bangkinang Kota, setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian yang meliputi : 1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informet Concent) Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang ingin diteliti,peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari riset yang dilakukan,serta dampak yang mingkin terjadi setelah pengumpulan data. Jika responden responden bersedia menjadi sampel penelitian, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan tersebut. Dan seandainya responden menolak untuk menjadi sampel, maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-hak nya. 2. Tanpa nama ( Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi hanya digunakan untuk kode pada masing-masing lembar tersebut. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Kerahasiaan informasi dari responden dijaminsepenuhnya oleh peneliti. Kuesioner yang telah di berikan yang sudah berisi jawaban dan identitas responden beserta tempat penelitiannya hanya digunakan untuk kepentingan pengelolaan data dan akan segera dimusnahkan bila tidak digunakan lagi. E. Alat pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi tentang perilaku Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 53

8 cuci tangan yang dilakukan oleh anak usia 9-11 tahun dengan kejadian diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota, yang apabila melakukan semua langkah dikatan baik dan kurang apabila meninggalkan salah satu langkah mencuci tangan. F. Prosedur Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data melalui prosedur sebagai berikut : a. Mengajukan surat permohonan izin kepada Instusi STIKes Tuanku Tambusai Riau untuk mengadakan penelitian di kelurahan Bangkinang Wilayah Puskesmas Bangkinang Kota. b. Setelah mendapat surat izin, peneliti memohon izin kepada Kepala Puskesmas Bangkinang Kota untuk melakukan Penelitian. c. Peneliti akan memberikan informasi secara lisan dan tulisan tentang manfaat dan etika penelitian serta menjamin kerahasiaan responden. d. Jika calon responden bersedia menjadi responden, maka mereka harus menandatangani surat persetujuan menjadi responden yang diberikan peneliti. e. Setelah responden menjawab semua pertanyaan, maka kuesioner dikumpulkan kembali dikelompokkan. untuk G. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat.A, 29). HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Perilaku CTPS dengan kejadian diare anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-21 Juni 214 dengan jumlah responden adalah 9 orang. Responden tersebut adalah anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6. Hasil penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, dan kelas. Hasil analisis disajikan dalam tabel 4.1 Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 54

9 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 No Umur Frekue Persentase nsi (%) 1 9 tahun 22 24,4 2 1 tahun 39 43, tahun 29 32,2 Total 9 1 No Jenis Frekue Kelamin nsi 1 Laki Laki 37 41,1 2 Perempuan 53 58,9 Total 9 1 Persentase (%) No Kelas Frekue Persentase nsi (%) 1 IV 46 51,1 2 V 44 48,9 Total 9 1 Seperti disajikan pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian responden berumur 1 tahun yaitu sebanyak 39 orang (43,3%), jenis kelamin lebih dari separuh perempuan yaitu sebanyak 53 orang (58,9%), dan sebagian besar berasal dari kelas 4 sebanyak 46 orang (51,1%). b. Distribusi Responden Distribusi responden dalam penelitian ini meliputi: Perilaku CTPS dan kejadian diare. Hasil analisis disajikan dalam tabel 4.2 dan 4.3. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun Kurang baik Total 9 1 Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang kurang baik sebanyak 62 orang (68,9%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 No Kejadian Frekuensi Persentase Diare 1 Ya Tidak Total 9 1 Berdasarkan tabel 4.3 di atas dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami diare sebanyak 57 orang (63,3%). 2. Analisa Bivariat Setelah dilakukan analisa univariat, hasil penelitian dialanjutkan dengan analisa bivariat yaitu dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun) dengan variabel dependen (kejadian diare), hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 No Perilaku Frekuensi Persentase CTPS (%) 1 Baik Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 55

10 No Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Kejadian Diare Ya % Tidak % 1 Baik Kurang Baik Total Seperti disajikan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa, dari 62 orang anak yang kurang baik perilaku CTPS nya (68,9%) yang terkena kejadian diare ada 49 orang (54,4%) dan yang tidak terkena diare ada 13 orang (14,4%), sedangkan dari 28 orang yang baik perilaku CTPS nya (31,1%) yang terkena diare sebanyak 8 orang (8,9%) dan yang tidak terkena diare sebanyak 2 orang (22,2%). Dari hasil analisa uji statistik chisquare diperoleh ada hubungan yang signifikan antara perilaku CTPS dengan Kejadian diare di SD 5 dan SD 6 Bangkinang Kota 214, ini dibuktikan dengan P value < α yaitu, <,5. PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Sekolah Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari 9 orang responden diperoleh Perilaku CTPS yang tidak baik sebanyak 49 orang (54,4%). Asumsi peneliti ini bukan karna fasilitas cuci tangan yang buruk di SD 5 dan SD 6, tapi lebih dikarnakan lingkungan sosial dari anak itu sendiri, dimana anak cenderung meniru kebiasaan teman yang lain dan malas harus melakukan cuci tangan, serta kurangnya pengetahuan anak akan pentingnya X2 p value CTPS dalam kehidupan sehari-hari. Total % Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah aktifitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (A wawan, 211). Bloom (198) dalam Notoatmodjo (27), membagi perilaku manusia kedalam tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan praktik. Sehingga perilaku dipengarahi oleh ketiga domain tersebut. Semakin baik pengetahuan, sikap dan praktik, maka perilaku yang terbentuk akan baik pula. Anak yang perilaku CTPS nya baik seharusnya akan lebih jarang terkena penyakit pencernaan dibandingkan anak yang kurang baik perilaku CTPS nya. Perilaku CTPS dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak khususnya dalam masa sekolah. 2. Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian dilakukan pada anak umur 9-11 tahun dapat dilihat bahwa dari 9 orang responden, terdapat 57 anak (63,3%) yang terkena diare, terdiri dari anak yang memiliki perilaku CTPS yang baik dan kurang baik. Asumsi peneliti mengapa banyak anak yang terkena diare bukan hanya karena perilaku CTPS yang kurang baik tapi juga Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 56

11 dipengaruhi oleh hal yang lain seperti kebiasaan jajan anak yang sembarangan, kurangnya kebersihan lingkungan, serta kurangnya kepedulian akan kebersihan diri sendiri. Penyakit diare menular melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri. Masa tunasnya sangat akut dan pendek, dari beberapa jam hingga beberapa hari (antara 8 jam sampai 5 hari), tergantung penyebab sakitnya. Perilaku yang tidak baik juga dapat menjadi sarana penularan diare. Misalnya kebiasaan membuang air besar di tempat terbuka yang berakibat mencemari air, tanah dan menjadi tempat hinggap lalat. Tidak mencuci tangan atau mencuci tangan tetapi tidak memakai sabun. Tidak memanfaatkan sarana air bersih (Ratna, 211). B. Analisa Bivariat 1. Hubungan Perilaku CTPS dengan Kejadian Diare Berdasarkan uji chi-square dapat dilihat bahwa ada hubungan antara perilaku CTPS dengan kejadian diare pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 tahun 214, dibuktikan dengan nilai P value, < α,5. Dan berdasarkan uji chi-square dapat dilihat juga bahwa terdapat hubungan antara perilaku CTPS yang dilakukan disekolah dengan kejadian diare, dibuktikan dengan nilai P value,3< α,5. Anak yang perilaku CTPS nya kurang baik akan lebih rentan terkena penyakit diare dibandingkan dengan anak yang mempunyai perilaku CTPS yang baik. Hal ini didukung dengan hasil penelitian ini bahwa anak yang perilaku CTPS nya kurang baik disekolah, mengalami kejadian diare sebanyak 49 orang (54,4%). Namun ada juga anak yang perilaku cuci tangannya kurang baik tidak terkena diare, ini bisa dikarnakan imunitas tubuh anak lebih baik dibandingkan anak yang terkena diare dan anak yang perilaku cuci tangannya sudah baik tapi masih terkena diare, asumsi peneliti masih ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya diare pada anak, seperti makanan yang dikonsumsi oleh anak itu sendiri baik makanan yang dibuat dirumah maupun makanan yang dibeli anak dipinggir jalan dimana peneliti menemukan bahwa jajanan yang dijual disekitar sekolah banyak yang terpapar langsung oleh debu karena tidak diberi penutup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Megaria (212) bahwa perilaku anak dalam mencuci tangan mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya diare P value (,35), khususnya pada anak masa sekolah. Dimana perilaku anak yang baik lebih jarang terkena diare dibandingkan dengan perilaku anak yang kurang baik. Perilaku mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 57

12 handuk, gelas) (Behrman, Alvin 27). Peneliti menyadari bahwa perilaku CTPS bukanlah faktor utama penyebab diare, karna didalam hasil penelitian peneliti juga menemukan anak yang perilaku CTPS nya sudah baik masih terkena diare dan anak yang perilaku CTPS nya kurang baik tidak terkena diare, sehingga ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian diare pada anak yang tidak peneliti bahas didalam penelitian ini. PENUTUP A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak umur 9-11 tahun berhubungan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota kurang baik. 2. Ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak umur 9-11 tahun dengan kejadian Diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota tahun 214. B. Saran 1. Teoritis Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin meneliti diare, bisa dijadikan sebagai acuan dan melanjutkan dengan variabelvariabel lain yang terkait. 2. Praktis Bagi petugas kesehatan dapat melakukan penyuluhan untuk meningkatkan perilaku CTPS terhadap penderita diare Puskesmas Bangkinang Kota khususnya, serta dapat menambah bahan bacaan kepustakaan. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 58

13 DAFTAR PUSTAKA Alimul A, (26). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto S, (26). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta. Badriah L.D, (26). Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta : Multazam. Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia, (27). Modul pelatihan Tata Laksana Diare Pada Anak. Jakarta. Behrman, Alvin, (27). Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi Jilid 1. Jakarta : EGC Didit A, (28). Rahasia Terapi Herba Untuk Diare. Jakarta : Pustaka Sunny. Brunner & Suddarth, (25). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Chris B, (28). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC. Muttaqin A, Sari K, (211). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika. Dinkes Kab Kampar, (212) Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. Bangkinang Djauzi S, (27). Raih Kembali Kesehatan. Jakarta : Kompas. Farida N, (27). Bad And Good Habbit Kebiasaan Untuk Tetap Sehat. Jakarta : Gramedia. Heru A, (26). Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Hidayat, (29). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, Alimul A, (28). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hurlock, E.B, (25). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. John W, (211). Masa Perkembangan Anak Children. Jakarta : Salemba Medika. Kemenkes RI, (21). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS) Menurunkan Insiden Diare. Jakarta : Depkes RI., (21). Peta Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI., (211). Buku Saku Lintas Diare. Jakarta : Depkes RI., (211). Situasi Diare Indonesia. Jakarta : Depkes RI., (213). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Marelli. T.M, (27). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC. Maramis, (26). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Universitas Airlangga. Nelson, (23). Ilmu Kedokteran Anak Edisi 15. Jakarta : EGC. Notoatmodjo S, (25). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta., (21). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta., (21). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta., (212). Promosi Kesehatan dan Promosi Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 59

14 Perry & Potter, (25). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Puruhito, (28). Menuju Indonesia Sehat 21. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Purwanto, Heri. (25). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC. Schaefer, (27). Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta : EGC Suharyono, (28). Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta. Soegeng S, (28). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta. Syaifuddin, (29). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Wilkinson, Nancy, (212). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Wijaya M.C, (28). Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. Wijaya T, (29). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta. World Health Organisation (WHO), (212). Cuci Tangan Pakai sabun (CPTS). New York : Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Wong, (29). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. Yatim F, (25). Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah. Jakarta : Buku Obor. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 6

15 Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 61

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 Syafriani Lecturer STIKes Tambusai Riau Syafrianifani@ymail.com ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 13-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan penelitian cross-sectional study yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independen (umur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana diteliti hubungan variabel dengan variabel

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015 HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015 Oleh : Beti khotipah ABSTRACT Di Negara berkembang dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI Nur Hikmah Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta ABSTRAK Perilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana,

Lebih terperinci

deskriptif korelation yaitu

deskriptif korelation yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antara variabel independent

Lebih terperinci

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP Najamuddin Andi Palancoi * * Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Lebih terperinci

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT Novie E. Mauliku dan Eka Wulansari ABSTRAK Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah Analitik Kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN AWAL DIARE DI RUMAH PADA ANAK USIA TODLER (1-3 TAHUN) YANG MENGALAMI DEHIDRASI DIRUANG MIRAH RSUD dr. SLAMET GARUT TAHUN 2014 ABSTRAK Cucu Saepuloh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN Arifal Aris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Khahfie Ramadhan Al Khaidar, Sri Janatri, S.Kp., M.Kep Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014 NIKSON SITORUS, LUCI FRANSISCA POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam

Lebih terperinci

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK HUBUNGAN MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN DI DUKUH KRAJAN DESA KARANGROWO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014 Yulisetyaningrum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat Ridha Hidayat FAKTOR-FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BATITA USIA 12-23 BULAN DI DESA RANAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR TAHUN 2014 Ridha Hidayat Dosen S1 Keperawatan

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI Indah Risnawati STIKES Muhammadiyah Kudus, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA Suryagustina*, Rimba Aprianti**, Isna Winarti*** Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA 2 ABSTRAK Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014 Zumrotur Rohmah 1, Sri Handajani 1, Rosida 1 1. Akademi Farmasi Jember Korespondensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut

Lebih terperinci

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015 Jurnal CARE, Vol. 3, No., 05 5 PELAKSANAAN PROGRAM UKS DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNG KANDANG KOTA MALANG Erlisa Candrawati ) ; Esti Widiani ) ),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER Rosida 1, Siti Anawafi 1, Fanny Rizki 1, Diyan Ajeng Retnowati 1 1.Akademi Farmasi Jember

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan mengambil tempat ini karena selama 3 tahun terakhir

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 Syafriani Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 Berta Afriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL TETY RINA ARITONANG PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN Novie E. Mauliku dan Angga Rakhmadi Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tamalate Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Adapun alasan pemilihan lokasi karena tersedianya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M Dunda Limboto Tahun 2012. 3.1.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 Endang Wahyuningsih Latar Belakang Penelitian, Asupan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air besar tiga kali sehari atau lebih dan dengan perubahan konsistensi tinja dari

Lebih terperinci

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RW 01/03 DESA SIALANG PANJANG KECAMATAN TEMBILAHAN HULU TAHUN 2016 Indrawati Dosen FIK Universitas Pahlawan Tuanku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif analitik yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR Istiqamah 1, Sitti Khadijah 2, Nurul Maulida 2 1 Prodi DIV Bidan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

Lebih terperinci