Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae Di Kelas X SMAN Aceh Besar
|
|
- Vera Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae Di Kelas X SMAN Aceh Besar Armi Anita Noviyanti Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh vfannysa@yahoo.com ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae ini dilakukan tentu didasari dengan pentingnya topik tersebut untuk membekali siswa agar mengetahui peranan tumbuh-tumbuhan serta dapat memanfaatkan dan melestarikan tumbuhan di kehidupan sehari-hari. Sejumlah kegiatan seperti, praktikum, diskusi dan pengamatan dilakukan selama pembelajaran biologi bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkaji suatu konsep dan melaksanakannya dalam keadaan nyata, sehingga dibutuhkan penilaian kinerja yang dapat menilai kinerja siswa secara langsung. Penilaian kinerja yang dikembangkan mengacu pada indikator keterampilan proses sains (KPS) karena dapat melatih siswa mengembangkan keterampilan intelektual, manual, dan sosial, sehingga diharapkan pemahaman konsep siswa meningkat. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan mengetahui pemahaman siswa pada Konsep Plantae. Penelitian dilaksanakan di kelas X pada 7 SMAN Aceh Besar tahun akademik 2012/2013. Subjek terdiri dari 26 guru biologi dan 177 siswa kelas X dengan One Group Pretest-Postest Design. Instrumen penelitian berupa lembar observasi bagi siswa, dan soal tes pada konsep Plantae. Hasil menunjukkan rata-rata pemahaman siswa dari tes awal 3,01 terjadi peningkatan pada tes akhir yaitu 4,62. Meskipun guru masih jarang menggunakan penilaian kinerja karena sulit mengembangkan rubrik dan membutuhkan waktu yang lama, tetapi selalu memberikan lembar kerja yang mengacu pada proses belajar siswa, dengan demikian hasil observasi menunjukkan pembelajaran berlangsung aktif dan positif. Keywords: Pemahaman Konsep, Materi Kingdom Plantae PENDAHULUAN Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan (Dahar, 1996). Menurut Dahar (1996) konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun ( building block) dalam berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Belajar konsep merupakan belajar tentang bagaimana klasifikasi atau pengelompokkan peristiwa-peristiwa atau objek-objek dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ciri, karakter atau atribut yang dimiliki sehingga membedakannya dengan yang lain. Pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan lebih memudahkan siswa memahami konsep-konsep lainnya serta mengorganisasikan sehingga diharapkan pemahaman dan hasil belajarnya semakin meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengajarkan atau memperkenalkan suatu konsep yang baru kepada siswa? Secara lebih spesifik bagaimana desain pembelajaran yang mestinya dirancang oleh guru untuk memperkenalkan suatu konsep yang baru kepada siswa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka teori-teori belajar yang menjelaskan bagaimana siswa belajar suatu konsep dan berbagai hasil penelitian dijadikan sebagai rujukan. 23
2 Armi, dan Anita Noviyanti Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada mata pelajaran biologi terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah memahami manfaat keanekaragaman hayati. Diantara kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi (Depdiknas, 2006). Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut siswa dapat belajar memahami konsep Kingdom Plantae melalui berbagai kegiatan pembelajaran dengan penerapan penilaian kinerja yang dapat menilai proses belajar siswa secara langsung. Pada proses pembelajaran dalam setiap kegiatan siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan dapat menuntun siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ingin dicapai dalam konsep kingdom Plantae. Hasil observasi dan informasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa saat ini hal yang perlu dilaksanakan oleh guru adalah mencari alternatif model, metode atau pendekatan pengajaran yang relevan yang dapat memfasilitasi pemahaman siswa dalam mempelajari suatu konsep tertentu sehingga penguasaan konsep siswa dalam sains semakin meningkat. Pada penelitian ini digunakan salah satu asesmen yaitu asesmen kinerja dalam pembelajaran konsep Plantae. Performance assessment atau penilaian kinerja yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk menampilkan diri sebaik mungkin untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Siswa yang semula pasif, dituntut aktif dalam belajar karena seluruh aktivitas dalam pembelajaran dinilai oleh guru, sehingga secara tidak langsung penerapan penilaian kinerja dalam pembelajaran dapat mendorong keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut (Mulyana, 2005). Menurut Mulyana (2005) penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas dan situasi untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Penilaian kinerja mengarah pada keterampilan proses siswa yang merangsang kemampuan, baik psikomotor, afektif maupun kognitif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pemahaman siswa kelas X pada konsep Plantae melalui penerapan penilaian kinerja berbasis keterampilan proses di SMAN Aceh Besar? KAJIAN PUSTAKA Penguasaan Konsep Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep secara ilmiah baik yang berupa teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Konsep yang perlu dikuasai oleh siswa merupakan gambaran mental dari gejala alam yang mempunyai lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau objek yang dinyatakan dalam label (Novak dalam Liliasari, 2002). Untuk menguasai suatu konsep seseorang membutuhkan proses belajar, sehingga dengan belajar sejumlah konsep bisa meringankan beban memori karena dapat mengelompokkan peristiwa atau kejadian, objek dan kegiatan sehari-hari (Dahar, 1996). Namun demikian, Munandar (1992) menyatakan bahwa dalam pengajaran sains tidak dapat terlalu ditekankan berlebihan pada konsep sebagai produk tanpa mempertimbangkan proses demikian pula sebaliknya, karena sains merupakan sarana untuk melatih kebiasaan berpikir, melakukan inquiri dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang ada di lingkungan. Untuk memahami sejumlah konsep sains dengan lebih menekankan pada aspek proses, Sumaji (1998) mengemukakan agar siswa perlu diberi keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, bereksperimen, dan sebagainya secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak dan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum. 24
3 Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman berasal dari kata paham dalam kamus bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Seseorang dikatakan terhadap sesuatu hal, apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskannya. Berdasarkan taksonomi Bloom, pemahaman merupakan jenjang kognitif C2 yang dalam bahasa inggris disebut comprehension, istilah ini kemudian mengalami perluasan makna menjadi understanding. Menurut Bloom (dalam Stiggins, 1994:102), comprehension is understand the meaning, paraphrase a concept. Sedangkan menurut Arifin (2005:64) pemahaman adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengubah, mengadakan interpretasi dan membuat ekstrapolasi. Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pemahaman konsep merupakan kemampuan mengkonstruk makna atau konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusun skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Menurut Firman ( dalam Dahar, 2003:24-25), seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep jika memiliki kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima antara lain: 1. Menafsirkan bagan, diagram atau grafik 2. Menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam formula matematis 3. Memprediksikan berdasarkan kecenderungan tertentu (interpolasi dan ekstrapolasi) 4. Mengungkapkan suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Sedangakan menurut Bloom (dalam Stiggins, 2004:103) ada tiga tipe kemampuan pemahaman yaitu: 1) translasi (kemampuan menerjemahkan), 2) interpretasi (kemampuan menafsirkan), 3) ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Performance assessment (Penilaian Kinerja) Performance assessment atau penilaian kinerja merupakan penilaian yang mengharuskan siswa untuk menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban yang tersedia (Zainul, 2001). Menurut Stiggins (1994) performance assessment adalah suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan aktivitas khusus di bawah pengawasan penguji (guru) yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang ditunjukkannya. Penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas dan situasi untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Penilaian kinerja mengarah pada keterampilan proses siswa yang merangsang kemampuan, baik psikomotor, afektif maupun kognitif. Manfaat penilaian kinerja yaitu untuk mengidentifikasi bagaimana para siswa menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dan menghasilkan sesuatu dalam situasi yang menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat lainnya adalah bahwa sekali instrument penilaian kinerja dikembangkan, maka instrument tersebut dapat digunakan terus menerus. Ada beberapa target yang akan dicapai melalui penilaian kinerja yaitu sebagai berikut. 1) Knowledge atau pengetahuan siswa, 2) Reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan dalam konteks pemecahan masalah, 3) Skill, yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, berkomunikasi, karya siswa, berpendapat, penampilan, 4) Product, yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya cipta, 5) Affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi, dan konsep diri (Stiggins, 1994). Di bawah ini ditampilkan contoh penilaian kinerja yan berorientasi dengan keterampilan proses sains. Jenis-jenis Keterampilan Proses Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dan karakteristik dalam masing-masing 25
4 Armi, dan Anita Noviyanti keterampilan proses tersebut. Keterampilan proses harus dilaksanakan secara utuh dari setiap aspek yang saling terkait dan seluruhnya merupakan satu kesatuan. Jenis jenis ketrampilan proses adalah mengamati (observasi), mengklassifikasikan, manfsirkan, meramalkan, melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan kosnsep, dan melakukan percobaan/penyelidikan. Tinjauan Materi Plantae dalam Kurikulum KTSP Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kingdom Plantae atau dunia tumbuh-tumbuhan. Apa sajakah yang termasuk anggota dunia tumbuhan, bagaimana ciricirinya, bagaimana cara perkembangbiakannya, dan apa saja manfaatnya bagi kehidupan? Semua pertanyaan itu akan dijawab dalam kingdom plantae (Pujianto, 2008). METODE PENELITIAN Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 7 SMAN Kabupaten Aceh Besar di Provinsi Aceh. Subyek penelitian adalah guru yang mengajar Biologi pada 7 SMAN dengan jumlah 26 orang. Sedangkan subyek siswa dipilih siswa kelas X dikarenakan materi Kingdom Plantae diajarkan di Kelas X. Masing-masing sekolah dipilih satu kelas, sehingga total subyek siswa adalah 177. Jumlah subyek siswa dan guru ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Siswa dan Guru yang Menjadi Sampel Penelitian Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa SMAN 1 Darul Imarah 4 30 SMAN 1 Ingin Jaya 4 26 SMAN 1 Sibreh 3 21 SMAN 1 Indrapuri 3 24 SMAN 1 Krung Barona Jaya 5 29 SMAN 1 Baitussalam 4 25 SMAN 1Mesjid Raya 3 22 Jumlah Sumber: Data Guru dan Siswa di 7 SMAN Aceh Besar Tahun 2013 Instrumen Penelitian a. Soal Tes: Soal disusun sebanyak 30 butir pertanyaan pada konsep kingdom plantae dengan lima opsion jawaban disertai alasan. b. Lembar Penilaian Kinerja dan lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh guru dan peneliti dengan menggunakan indikator keterampilan proses sains. HASIL PENELITIAN Hasil tes yang telah dilakukan ditemukan rata-rata pemahaman konsep siswa dari tes awal terjadi peningkatan pada tes akhir. Hasil tersebut ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae NO SUB KONSEP PLANTAE RATA-RATA TES AWAL 1 Ciri-ciri Tumbuhan 2,3 4,73 2 Divisi Lumut 2,5 3,09 3 Divisi Paku 3,34 5,23 4 Divisi Berbiji 4,72 7,63 5 Peranan Tumbuhan 2,2 2,44 Jumlah 3,01 4,62 RATA-RATA TES AKHIR 26
5 Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : Pada tabel di atas terlihat peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi Plantae dari tes awal 3,01 meningkat menjadi 4,62 pada tes akhir. Untuk lebih jelasnya peningkatan tersebut di tampilkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Rata-rata Pemahaman Konsep Siswa Meskipun peningkatan yang terjadi rata-rata menunjukkan angka yang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi hasil penghitungan yang telah dilakukan pada konsep plantae yang berhubungan dengan berpikir kritis bahwa kelompok atas meningkat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dibanding kelompok rendah pada taraf α = 0,05 yaitu T hit 2,6 > T tab t 0.95(109) 1,67. Penghitungan terhadap aktivitas siswa saat pembelajaran di tampilkan dalam Tabel 5. Tabel5. Rata-Rata Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menggunakan Penilaian Kinerja Aspek yang di Aktivitas Siswa Nilai Pertemuan Rata nilai I II III IV -rata Kelengkapan 1. Membawa jenis tumbuhan 84 90, ,7 bahan praktikum yang ditugaskan (lumut, paku dan berbiji) Keaktifan siswa 1. Fokus mengamati objek Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan objek 3. Membandingkan ciri-ciri objek 4. Memberikan pendapat dan 69,3 78,6 85, ,3 bertanya 5. Menggunakan bahan sesuai 98, ,7 kebutuhan praktikum 6. Menggunakan alat 90, ,8 praktikum dengan benar Kemampuan menginter 1. Menghubungkan hasil dengan contoh-contoh lain 61, , ,9 8 Pretasi yang relevan 2. Membuat kesimpulan hasil Kemampuan siswa memanfaat kan waktu pengamatan 1. Menyelesaikan tugas tepat waktu 2. Membersihkan alat-alat praktikum dan meletakkan ke tempat penyimpanan , ,
6 Armi, dan Anita Noviyanti Pembahasan Pemahaman konsep siswa pada konsep kingdom plantae. Setelah dilakukan penghitungan ditemukan rata-rata pencapaian konsep siswa yaitu untuk sub materi ciri-ciri tumbuhan dan dasar klasifikasi rata-rata Sub materi ciri-ciri lumut dan klasifikasinya 3.09, ciri-ciri paku dan klasifikasinya 5.23, ciri-ciri tumbuhan biji dan klasifikasinya 7.63, sedangkan sub materi peranan tumbuhan Dari lima sub materi yang dipelajari dalam konsep plantae rata-rata tertinggi dicapai pada sub materi ciri-ciri tumbuhan biji dan klasifikasinya. Pemahaman siswa yang paling baik terdapat pada sub materi tumbuhan biji, selanjutnya sub materi tumbuhan paku. Hal ini dapat dimungkinkan karena minat belajar siswa terhadap materi tumbuhan biji dan paku lebih tinggi dibanding dengan sub materi yang lain, karena pada saat pembelajaran, siswa langsung dihadapkan dengan objek tumbuh-tumbuhan. Selain itu pada saat pembelajaran materi tumbuhan biji, siswa lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan pengamatan langsung, kemudian mengelompokkan, membandingkan biji terbuka dan biji tertutup, dikotil dan monokotil selanjutnya melakukan diskusi dan melaporkan hasil. Menurut peneliti ingatan siswa lebih baik pada materi ini disebabkan kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan. Hal lain dimugkinkan karena frekwensi soal untuk tumbuhan biji lebih banyak dibanding sub materi yang lain. Dalam penelitian ini meski berbagai kegiatan telah dilakukan namun masih banyak terdapat kekurangan terutama dari pihak guru. Dalam penelitian terlihat guru masih lemah dalam menyampaikan konsep-konsep tentang lumut, paku, dan tumbuhan berbiji. Waktu yang tersedia juga sangat terbatas. Berkaitan dengan penerapan asesmen kinerja masih banyak terdapat kendala, karena guru belum begitu memahami dalam penyusunan apalagi yang berkaitan dengan keterampilan proses. Hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran mencapai nilai yang maksimal yaitu rata-rata 100. Meskipun ada beberapa kegiatan yang belum mencapai nilai maksimal, akan tetapi pembelajaran terlihat berlangsung baik dan siswa aktif melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Berkaitan dengan penilaian kinerja Wulan (2008) mengatakan penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran biologi penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai kemampuan siswa membuat herbarium, maka guru biologi dapat melihat hasil/ produk herbarium siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan pembuatan herbarium dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran biologi apabila dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar. Penelitian Iskandar (1998) tentang penerapan penilaian kinerja dalam kegiatan laboratorium pada konsep reproduksi tumbuhan biji di madrasah Aliyah, melaporkan bahwa dalam menerapkan penilaian kinerja guru masih mengalami hambatan berupa kesulitan dalam menilai kinerja siswa dengan banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Selain itu jumlah siswa yang banyak menyebabkan guru merasa kesulitan untuk mengamati aktivitas siswa satu persatu. Berhubungan dengan berpikir kritis pada pembelajaran plantae dengan menerapkan asesmen kinerja yang berorintasi pada keterampilan proses sains yang telah dilakukan memberikan pengaruh yang baik serta mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Walaupun belum semua sekolah penelitian menggunakan asesmen kinerja dengan berbasis keterampilan proses, tetapi kemampuan awal siswa terbukti meningkat setelah pembelajaran 28
7 Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : konsep plantae. Peningkatan tersebut dapat mencapai nilai tes awal dengan rata-rata 33,7 terjadi peningkatan pada nilai tes akhir Meskipun rata-rata N-Gain menunjukkan nilai yaitu berada pada kategori rendah. PENUTUP Pertama, pembelajaran Plantae dengan menerapkan penilaian kinerja dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kedua, observasi siswa dalam pembelajaran plantae berlangsung positif dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketiga, pada umumnya guru masih jarang menggunakan penilaian kinerja, tetapi telah menggunakan LK siswa yang mengacu pada keterampilan proses. Daftar Pustaka Agustina, W.T. (2004). Pembelajaran Bioteknologi Bermuatan Nilai Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional (BS NP). Kurikulum KTSP 2006 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional. Dimyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Liliasari. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah: Pusat Studi Komputer Sains IKIP Bandung: Tidak diterbitkan Iskandar. (1996). Penerapan Penilaian Kinerja dalam Kegiatan Laboratorium pada Konsep Reproduksi Tumbuhan Biji di Madrasah Aliyah. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan. Munandar, A. (1992). Dasar-dasar Pendidikan MIPA. IKIP Bandung. Diktat Kuliah. Mulyana, E.H. (2005). Asesmen Dalam Pembelajaran Sains SD. parthens/ Pujianto, S. (2008). Pembelajaran Biologi Kelas X, Platinum, Pustaka Mandiri Solo : PT Tiga Serangkai. Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New Yor: Macmillan College Publishing Company. Wulan, A. R. (2008). Penilaian kinerja dan Portofolio pada Pembelajaran Biologi. Artikel ilmiah. FPMIPA-UPI. 29
BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (siswa)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Siswa masuk ke dalam kelas tidak seperti papan tulis kosong, namun dengan sebuah pengetahuan awal yang tidak semuanya benar (Wenning, 2005). Pengetahuan awal atau konsepsi
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu sains. Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan. Sains mengandung proses dan produk. Sebagai
Lebih terperinciJURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)
JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan) ISSN 1693-4849 VOLUME 24 NOMOR 1 MARET 2016 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
Lebih terperinciPENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Praktikum Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman merupakan mata praktikum wajib bagi mahasiswa jurusan pendidikan biologi FKIP UMS, berbobot 1 sks.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang membangun spirit kewirausahaan. bidang ilmu biologi sering disebut dengan bioentrepreneurship.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Kewirausahaan menurut Sailah (2008) dapat diberikan melalui beberapa cara. Salah satunya diberikan melalui mata pelajaran tersendiri atau diselipkan pada semua
Lebih terperinciNI WAYAN PUTU MEIKAPASA. Fak. Pertanian Univ. Mahasaraswati Mataram.
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI MELALUI PENERAPAN ASESMEN KINERJA DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 6 BANDUNG NI WAYAN PUTU MEIKAPASA
Lebih terperinciJIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah
JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang termasuk ke dalam rumpun bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Seiring dengan perubahan
Lebih terperinciPenerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA
Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam
Lebih terperinciKeterampilan Proses Sains. Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. oleh Litasari Aldila Aribowo ( )
Keterampilan Proses Sains Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA oleh Litasari Aldila Aribowo (0402517032) PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia
BAB III PEMBAHASAN Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI. Oleh: ANITA KARLINA NPM:
Artikel Skripsi PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI EKOSISTEM KELAS X SMA NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih berperan aktif di dalam kelas, sehingga
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM BERBASIS BIODIVERSITAS LOKAL PADA MATERI JAMUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM BERBASIS BIODIVERSITAS LOKAL PADA MATERI JAMUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA Oleh : Triosa Abel* ABSTRAK Tujuan penelitian pengembangan ini untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (KPS) (Ramli, 2011). Selain itu, menurut Rustaman (2003) KPS. proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku (tingkah laku) yang diakibatkan oleh pengalaman (Dahar, 1989). Pengalaman belajar dapat menghasilkan kemampuan-kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi yang sangat cepat perlu upaya proaktif dari pemerintah seperti perubahan kurikulum sains. Perubahan kurikulum
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION
391 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinci2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan mendidik yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar peserta didik yang memiliki suatu tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut
Lebih terperinciKEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN Abstrak Ana Ratna Wulan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Studi deskriptif telah dilakukan di Jurusan
Lebih terperinciJurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN CATATAN PERBAIKAN PADA LATIHAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA Ade Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email:
Lebih terperinci2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam standar isi dinyatakan pendidikan IPA khususnya fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa
A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel
Lebih terperinciMELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK EXERCISING SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH IMPLEMENTATION INQUIRY
Lebih terperinci2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan pelajaran penting, karena memberikan lebih banyak pengalaman untuk menjelaskan fenomena yang dekat dengan kehidupan sekaligus mencari solusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak
PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM Mulia Putra 1 Abstrak Matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk dari hasil pemikiran manusia
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi
v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk menghadapi berbagai tantangan, mampu memecahkan masalah yang dihadapi, mengambil keputusan
Lebih terperinciISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk
Lebih terperinciOleh: Kartimi, Ria Yulia Gloria dan Ayani. Abstrak
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PENGAJARAN BIOLOGI UNTUK MENGETAHUI HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM KELAS VII DI SMPN 1 TALUN Oleh: Kartimi, Ria Yulia Gloria dan Ayani Abstrak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa
Lebih terperinciSeminar Pendidikan Serantau 2011
138 KETERAMPILAN PROSES DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PEKANBARU TAHUN AJARAN 2010/2011 Wan Syafii,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sains dianggap menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter masyarakat dan bangsa karena kemajuan pengeta huannya yang sangat pesat, keampuhan prosesnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU RODIAH Kepala Sekolah SD Negeri 008 Bumi Ayu Dumai email: rodiah.dumai@gmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan salah satu rumpun ilmu yang digunakan untuk mengukur kemajuan pendidikan suatu negara. Pemahaman peserta didik suatu negara terhadap IPA dibandingkan secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di Sekolah Dasar yang memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian intelektual anak. Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang menentukan kegiatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
Lebih terperinciKAJIAN MUATAN KPS PADA LKS BIOLOGI SMA ABSTRAK
KAJIAN MUATAN KPS PADA LKS BIOLOGI SMA ABSTRAK The purpose of this study to determined the matter suitability with Basic Competence (BC) and contents of Science Process Skill (SPS) that implemented in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting. Dikatakan demikian karena penilaian dalam pembelajaran memilki fungsi yang strategis.
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERISTIWA BENDA PADAT DALAM AIR MELALUI KEGIATAN PRAKTIKUM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERISTIWA BENDA PADAT DALAM AIR MELALUI KEGIATAN PRAKTIKUM Asep Kurnia Jayadianta Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa calon guru Biologi meningkat secara
Lebih terperinciPROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI Oleh: Yanti Hamdiyati dan Kusnadi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara dikatakan telah maju dalam bidang teknologi atau pun bidang yang lainnya tidak terlepas dari bidang pendidikan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah dalam hal melengkapi bahan ajar, meningkatkan kualitas pengajar, maupun
Lebih terperinciSerambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X SMA N 9 KOTA BANDA ACEH Zarni Roslianti 1, Jalaluddin 2, Jailani
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis Struktur Analisis struktur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dilakukan pemecahan setiap aspek yang ada pada desain kegiatan laboratorium
Lebih terperinci2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA
BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO
Sri Wardani, Pengembangan Keterampilan Proses Sains... 317 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO Sri Wardani Jurusan Kimia FMIPA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PADA PEMBELAJARAN TIK Rafika Wijayanti Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA sebagai produk yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA, serta IPA sebagai
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang masalah menentukan penelitian mengenai PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna bagi siswa menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Strategi
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Kartinah 1 Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang Jl.
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Berbagai permasalahan yang bersumber
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER
Lebih terperinci