BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PENDIRIAN KLINIK. Dalam kamus hukum, izin (vergunning) diartikan sebagai;

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PENDIRIAN KLINIK. Dalam kamus hukum, izin (vergunning) diartikan sebagai;"

Transkripsi

1 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PENDIRIAN KLINIK 2.1 Perizinan Pengertian Perizinan Dalam kamus hukum, izin (vergunning) diartikan sebagai; Overheidstoestemming door wet of verordening vereist gasteld voor tal van handeling waarop in het algemeen belang special toezicht vereist is, maar die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd 27 (perkenan/ izin yang berasal dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang di isyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya membutuhkan pengawasan khusus, yang tetapi pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang tidak diinginkan). 28 Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang menerapkan peraturan dalam hal konkret berdasarkan prosedur dan persyaratan seperti ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. 29 Menurut E. Utrecht mengatakan bahwa bilamana pembuat peraturan umum tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing- 27 S.JU.Fockema Andreae, 1951, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Tweede Druk, J.B. Wolter Uitgevers-maatshappij N.V., Groningen, h Ridwan HR, op.cit, h Sjachran Basah, 1995, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah Pada Penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, h.1-2.

2 44 masing hal konkret, maka keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning). 30 Menurut Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang. 31 Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge, Izin dapat diartikan dalam pengertian luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan Pemerintah, dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangundangan. Dengan memberi izin, pemerintah mengizinkan pemohon untuk melakukan perbuatan yang sebenarnya dilarang. Izin memperkenankan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum harus mendapatkan pengawasan khusus atas hal tersebut. 32 Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge, dalam pengertian sempit, izin adalah pengikatan aktifitas-aktifitas pada suatu peraturan. Izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat Undang-undang mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk, tercela dan tidak diinginkan Pemerintah sehingga Pemerintah dapat melakukan pengawasan. Hal 30 E. Utrecht, 1988, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, h Bagir Manan, 1995, Ketentuan-Ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau Dari Perspektif UUD 1945, Makalah, Tidak Dipublikasikan, Jakarta, h N.M. Spelt dan J.BJ.M.ten Berge, 1993, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus M. Hadjon, Yuridika, Surabaya, h.2-3.

3 45 pokok pada pengertian izin dalam pengartian sempit bahwa suatu perbuatan tidak diperbolehkan, kecuali diperbolehkan dengan tujuan agar dalam aturan-aturan yang bersangkutan dengan hal tersebut dapat dengan teliti diberikan batasanbatasan tertentu pada setiap kasus. 33 Secara yuridis pengertian izin dan perizinan tertuang didalam Pasal 1 angka 8 dan 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Pada Pasal 1 angka 8 ditegaskan bahwa izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan bukti legalitas, dinyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Pada Pasal 1 angka 9 menegaskan bahwa Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/ kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Definisi izin dan perizinan didefinisikan sama dalam Pasal 1 angka 8 dan angka 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah Unsur-unsur Perizinan Berdasarkan pengertian perizinan terdapat beberapa unsur-unsur dalam perizinan, seperti : pertama, instrument yuridis; kedua, peraturan perundang- 33 Ibid.

4 46 undangan; ketiga, organ pemerintah; keempat, peristiwa konkret; kelima, prosedur dan persyaratan. 34 a. Instrument Yuridis Tugas pemerintah dalam Negara hukum modern selain melakukan penjagaan keamanan dan menjaga ketertiban tetapi juga mengupayakan adanya kesejahteraan umum (bestuurzorg). Menjaga keamanan dan ketertiban merupakan sudah menjadi tugas pokok dan umum bagi pemerintah sampai saat ini, dan untuk melaksanakan tugas tersebut maka pemerintah dibekali dengan wewenang dalam bidang pengaturan yang melahirkan instrumen-instrumen yuridis dalam bentuk keputusan. Sesuai dengan sifat dari keputusan yaitu individual konkret, sehingga merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, 35 atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. 36 Wujud dari keputusan adalah izin yang berdasarkan jenis-jenis keputusan, izin merupakan jenis keputusan yang bersifat konstitutif, yang berarti keputusan tersebut menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak ada bagi orang yang namanya di cantumkan dalam keputusan tersebut, atau beschikkingen welke iets toestaan wat tevoren niet geoorloofd was, 37 (keputusan yang memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak 34 Ridwan HR, op.cit, h Sjachran Basah, op.cit, h Philipus M. Hadjon, et.al., 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, h.125.

5 47 dibolehkan). 38 Izin disusun dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang berlaku bagi keputusan pada umumnya, merupakan instrumen yuridis berbentuk keputusan yang bersifat konstitutif, yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan peristiwa konkret. b. Peraturan Perundang-undangan Prinsip Negara hukum adalah wetmatigheid van bestuur atau pemerintahan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang berarti bahwa pemerintah dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Tindakan hukum pemerintah seperti pembuatan dan penerbitan keputusan izin, haruslah didasarkan atas wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau berdasarkan asas legalitas. Dalam penerbitan izin harus didasarkan atas wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, tanpa adanya wewenang tersebut maka penerbitan izin tersebut tidak sah. Menurut Marcus Lukman, kewenangan pemerintah dalam bidang izin tersebut bersifat diskresionare power atau berupa kewenangan bebas, sehingga pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan atas 37 C.J.N. Versteden, 1984, Inleiding Algemeen Bestuursrecht. Samsom H.D.Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, h Ridwan HR, op.cit, h.202.

6 48 dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin, pertimbangan tersebut tentang : 1) Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada pemohon. 2) Bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut. 3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundangundangan yang berlaku. 4) Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin. 39 c. Organ Pemerintah Menurut Sjachran Basah, berdasarkan berbagai penelusuran penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui, bahwa dari administrasi negara tertinggi yaitu presiden sampai dengan administrasi Negara terendah seperti lurah berhak untuk memberikan izin, sehingga adanya keanekaragaman dalam pemberian izin sesuai dengan jabatan yang dijabatnya baik dalam tingkat pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. 40 Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, bahwa keputusan yang memberikan izin haruslah diberikan oleh organ yang berwenang, dan hampir selalu yang terkait adalah organ pemerintah atau administrasi 39 Marcus Lukman, 1996, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan Dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, h Sjachran Basah, 1996, Sister Perizinan Sebagai Instrumen Pengendali Lingkungan, Makalah Pada Seminar Hukum Lingkungan, Diselenggarakan Oleh KLH bekerja sama dengan Legal Mandate Compliance end Enforcement Program dari BAPEDAL, Jakarta, h.189.

7 49 negara. Organ-organ pada tinggat pengusa nasional adalah menteri atau tingkat penguasa-penguasa daerah. 41 Dalam penerbitan izin, pejabat yang berwenang sering membutuhkan waktu yang lama, seperti pengeluaran izin memakan waktu sampai berbulan-bulan dan banyak proses yang harus dipenuhi yang tidak hanya memakan waktu dan juga biaya, sedangkan dalam dunia usaha menuntuk kecepatan dalam pengeluaran izin. 42 Untuk mengatasi hal tersebut maka sering dilakukan deregulasi, yaitu peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang dianggap berlebihan. Peniadaan peraturan perundang-undangan yang berlebihan berarti mengurangi campur tangan pemerintah dalam kegiatan kemasyarakatan tertentu terutama dibidang ekonomi, sehingga deregulasi dapat juga di artikan sebagai debirokratisasi. 43 Pelaksanaan deregulasi sangat sering ditemukan dalam pelaksanaan perizinan, namun harus ada batasan-batasan atau rambu-rambu yang ditetapkan oleh hukum. Deregulasi dalam peraturan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mempermudah dan mempercepat proses perizinan haruslah dilakukan dengan batasan-batasan yang ditentukan sesuai dengan aturan 41 N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, op.cit, h Soehardjo, 1991, Hukum Administrasi Negara Pokok-Pokok Pengertian Serta Perkembangannya di Indonesia, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, h Bagir Manan, 1996, Bentuk-Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran, No.3, Vol.14, Bandung, h.33.

8 50 hukum. pelaksanaan deregulasi dan debirokratisasi dalam perizinan harus memperhatikan hal-hal berikut : 1) Jangan sampai menghilangkan esensi dari sistem perizinan itu sendiri, terutama dalam fungsinya sebagai pengarah kegiatan tertentu. 2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis administratif dan financial. 3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan hal-hal prinsip dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan. 4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memerhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur). 44 d. Peristiwa Konkret Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk keputusan, yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret merupakan peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, tempat tertentu, orang tertentu, dan fakta hukum tertentu. Peristiwa konkret yang beragam sejalan dengan beragamnya perkembangan masyarakat, sehingga izin pun memiliki berbagai keragaman. izin yang memiliki jenis beragam yang dibuat dalam proses yang dipengaruhi oleh kewenangan pemberi izin, macam izin dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya. Berbagai jenis izin dan instansi pemberi izin dapat saja berubah-ubah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku terhadap izin tersebut, namun walaupun dapat 44 Ridwan HR, op.cit, h.206.

9 51 berubah-ubah izin akan tetap ada dan digunakan dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan. e. Prosedur dan Persyaratan Dalam memperoleh izin harus menempuh beberapa prosedur tertentu yang ditetapkan oleh pemberi izin yang dalam hal ini adalah pemerintah. Pemohon izin selain harus memenuhi prosedur tertentu juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berbeda-beda tergantung pada jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara sepihak. Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukannya suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya dalam pemberian izin ditentukan perbuatan konkret, dan apabila tidak dipenuhi maka akan dikenakan sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi. 45 Penentuan prosedur dan persyaratan perizinan ditentukan oleh pemerintah secara sepihak, namum pemerintah tidak dapat menentukannya secara sewenang-wenang, tetapi harus sesuai dengan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar dari izin tersebut. pemerintah dalam menentukan prosedur dan persyaratan perizinan tidak dapat melampaui 45 Soehino, 1984, Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan, Liberty, Yogyakarta, h. 97.

10 52 batas tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan tersebut Fungsi dan Tujuan Perizinan Izin merupakan instrumen yuridis yang sangat penting, dikarenakan melalui izin pemerintah dapat mengontrol masyarakat untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh pemerintah demi mencapai suatu tujuan. Izin sebagai instrumen hukum memiliki fungsi sebagai perekayasa, pengarah, dan perancang masyarakat adil dan makmur dapat terwujud. Dalam izin terkandung peryaratan-persyaratan yang merupakan sebuah pengendali untuk pemohon izin dalam memfungsikan izin tersebut. 47 Izin dapat difungsikan sebagai instrumen pengendali dan instrumen untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, hal tersebut dilakukan melalui persyaratan-peryaratan dari izin tersebut dan melaksanakan yang diamanat oleh alenia keempat dari Pembukaan UUD Menurut Prajudi Atmosudirdjo, bahwa berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakan dalam fungsi menertibkan masyarakat. 48 Menertibkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yaitu melalui izin, dengan adanya persyaratan-persyaratan dalam permohonan izin makan pemerintah dapat mengontrol dan menertibkan masyarakat. 46 Ibid., h Sjachran Basah II, op.cit, h.3. h Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,

11 53 Tujuan perizinan sangat dipengaruhi oleh kenyataan konkret, sehingga tujuan dari perizinan dapat berbeda-beda dan beragam sesuai dengan bagaimana kenyataan konkret yang ada. Secara umum tujuan dari perizinan adalah sebagai berikut. a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen ) aktivitas-aktivitas tertentu (misalnya izin bangunan). b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan). c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada monumen-monumen). d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin menghuni di daerah padat penduduk). e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan drank en horecawet, di mana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu) Bentuk Dan Isi Perizinan Dilihat dari sifatnya, izin merupakan keputusan yang dimuat dalam bentuk tertulis. Sebagai keputusan tertulis, Secara umum didalam izin memuat hal sebagai berikut. 50 a. Organ Yang Berwenang Dalam setiap izin organ yang berwenang sangat penting di dalam suatu izin. Pada umumnya organ yang berwenang dalam suatu izin dapat dilihat dalam kepala surat dan juga penandatanganan izin akan nyata organ mana yang memberikan izin. Pada umumnya organ yang paling 49 N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, op.cit, h Ridwan HR, op.cit, h.209.

12 54 berwenang dalam bidang izin adalah organ pemerintah, sehingga apabila didalam suatu undang-undang tidak dinyatakan dengan jelas organ mana dari lapisan pemerintah tertentu yang memiliki wewenang untuk itu, tetapi hanya menyatakan secara umum bahwa haminte yang berwenang, maka yang dimaksud adalah wali haminte dengan anggota pengurus harian. Dalam undang-undang untuk mencegah keraguan maka selalu dicantumkan ketentuan definisi. b. Yang Diamanatkan Izin lahir setelah dimohonkan oleh para pihak yang berkepentingan untuk izin tersebut, sehingga izin di tujukan kepada pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan tersebut dapat seperti perseorangan atau badan hukum. Pemerintah sebagai pemberi izin juga tetap memperhitungkan keberadaaan pihak ketiga yang mungkin memiliki keterkaitan dengan penggunaan izin tersebut. c. Diktum Demi menjaminnya kepastian hukum maka keputusan yang memuat izin harus menguraikan secara jelas untuk apa izin tersebut diberikan. Dalam uraian tersebut dijelaskan mengenai akibat-akibat hukum yang ditimbulkan yang disebut dengan diktum. Diktum juga harus berisi mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dituju oleh keputusan tersebut.

13 55 d. Ketentuan-Ketentuan, Pembatasan-pembatasan, dan Syarat-syarat Dalam keputusan terutama yang memuat mengenai izin, pada umumnya mengandung ketentuan-keetentuan, pembatasan-pembatasan, dan juga syarat-syarat (voorschriften, beperkingen, en voorwaarden). Ketentuan-ketentuan pada izin banyak terdapat dalam praktek Hukum Administrasi Negara, misalnya dalam undang-undang gangguan ditunjuk ketentuan-ketentuan seperti berikut. 1) Ketentuan-ketentuan tujuan (dengan maksud mewujudkan tujuantujuan tertentu, seperti mencegah pengotoran tanah). 2) Ketentuan-ketentuan sarana (kewajiban menggunakan sarana tertentu). 3) Ketentuan-ketentuan instruksi (kewajiban bagi pemegang izin untuk memberi instruksi-instruksi tertulis kepada personel dalam lembaga). 4) Ketentuan-ketentuan ukur dan pendaftaran (pengukuran untuk menilai kadar bahaya dan gangguan). Dalam pembuatan keputusan khususnya yang memuat izin dimasukan pembatasan-pembatasan. Pembatasan-pembatasan dalam izin member kemungkinan untuk secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan. Pembatasan tersebut dibentuk dengan menunjuk batas-batas dalam waktu, tempat, atau dengan cara lain. Syarat

14 56 dalam keputusan yang memuat izin akibat-akibat hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa di kemudian hari yang belum pasti. Dalam keputusan yang memuat izin juga dapat dimuat syaratsyarat penghapusan dan juga syarat penangguhan. e. Pemberian Alasan Pemberian alasan di dalam perizinan memuat beberapa hal penting seperti, penyebutan ketentuan undang-undang, pertimbanganpertimbangan hukum, dan penetapan fakta. 51 Penyebutan ketentuan undang-undang berguna sebagai aspek penting dalam menilai keputusan mengenai perizinan yang digunakan oleh para pihak terkait seperti organ pemerintah dan para pihak yang berkepentingan. Pertimbanganpertimbangan hukum lahir dari interprestasi organ pemerintah terhadap ketentuan undang-undang, yang berperan bagi organ pemerintah untuk dapat memberikan keputusan mengenai ditolak atau diterimanya permohonan izin. Penetapan fakta merupakan interprestasi yang digunakan oleh organ pemerintah, yang tidak hanya melihat berdasarkan aturanaturan yang berlaku tetapi juga melihat fakta-fakta yang ada. f. Pemberitahuan-Pemberitahuan Tambahan Pemberitahuan tambahan merupakan aspek penting dalam suatu perizinan, karena dalam pemberitahuan tambahan tersebut jelaskan 51 Ridwan HR, op.cit, h.212.

15 57 mengenai akibai-akibat dari pelanggaran izin seperti sanksi-sanksi dari ketidaktaatan. Pemberitahuan tambahan juga dapat berisikan mengenai petunjuk-petunjuk bagaimana cara yang tepat untuk mengajukan permohonan-permohonan berikutnya atau dapat juga berisikan informasi umum dari organ pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan pada saat ini maupun kemudian hari. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan dapat digolongkan dalam pertimbangan yang berlebihan, yang pada dasarnya terlepas dari diktum yang merupakan inti dari keputusan, sehingga secara formal seseorang tidak dapat menggugat bagian pemberitahuan tambahan pada hakim administrasi. 2.2 Klinik Pengertian Klinik Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 1 angka 7 menjelaskan bahwa, Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Klinik merupakan salah satu dari fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dalam Pasal 1 angka 9 menyatakan bahwa Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk

16 58 praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Klinik juga dikatagorikan sebagai sarana kesehatan, karena klinik menyelenggarakan upaya kesehatan kepada masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang klinik, secara jelas dalam Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada suatu fasilitas pelayanan kesehatan atau Klinik dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada Pasal 1 angka 6 menjelaskan bahwa, Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan Jenis Klinik Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang klinik, membedakan jenis klinik berdasarkan atas jenis pelayanannya yaitu Klinik Pratama dan Klinik Utama. Klinik Pratama merupakan jenis klinik yang memberikan pelayanan medik dasar yang mencakup pelayanan umum dan khusus. Klinik Utama merupakan jenis klinik yang memberikan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan pelayanan medik spesialistik. Dari kedua jenis klinik tersebut, klinik pratama dan klinik utama dalam memberikan

17 59 pelayanan kesehatan dapat mengkhususkan kepada bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu atau sistem organ tertentu Pengaturan Klinik Di Indonesia Secara umum pengaturan mengenai klinik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana klinik dalam undang-undang kesehatan ini digolongkan kedalam fasilitas pelayanan kesehatan. Pengaturan mengenai fasilitas pelayanan kesehatan dalam Undang-undang Kesehatan dituangkan dalam Pasal 30 Pasal 35, yang pada pokoknya mengatur mengenai pembagian fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis pelayanannya, kewajiban dari fasilitas pelayanan kesehatan, kompetensi dari manajemen kesehatan, dan hak dari pemerintah daerah dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran juga mengatur mengenai klinik, namun dalam Undang-undang Praktik Kedokteran ini klinik disebut sebagi Sarana Pelayanan Kesehatan. Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai sarana pelayanan kesehatan lebih di ditekankan kepada kaitan antara sarana pelayanan kesehatan dengan dokter dan dokter gigi sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Pengaturan secara lebih khusus mengenai Klinik diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik. Dalam peraturan menteri ini sudah lebih mengkhusus karena tidak lagi menyebut secara umum sebagai fasilitas pelayanan kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan namun sudah secara jelas menyebut sebagai klinik. Secara umum dalam

18 60 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klinik ini mengatur mengenai, ketentuan umum, jenis klinik, persyaratan klinik, perizinan, penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan, dan ketentuan peralihan.

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN. Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN. Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN A. Pengertian Perizinan Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai perkenaan/izin dari pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelaksanaan Pengertian pelaksanaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal pembuatan atau usaha dan sebagainya (Poerwodarminto, 1986). Soemardjan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERIZINAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERIZINAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERIZINAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL 2.1 Pengertian Perizinan Penggunaan kata izin dalam ranah hukum merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DARI KEBERADAAN MINIMARKET

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DARI KEBERADAAN MINIMARKET BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DARI KEBERADAAN MINIMARKET 2.1 Perlindungan Hukum Dan Perizinan 2.1.1 Perlindungan Hukum Menurut Satjipto Raharjo, Teori perlindungan hukum bahwa hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, PERIZINAN, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, PERIZINAN, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, PERIZINAN, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) 2.1 Pemerintahan Daerah Sebagai daerah otonomi, pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga diartikan sebagai

BAB III TINJAUAN TEORITIS. untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga diartikan sebagai 1 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Izin Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemeiintahan menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERIZINAN BERDASARKAN UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II KONSEP PERIZINAN BERDASARKAN UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAB II KONSEP PERIZINAN BERDASARKAN UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP A. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia Materi bidang lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA D. Pengertian Izin Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah laku warga. Menurut Spelt dan Ten Berge, izin adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERIZINAN DAN POLRI

BAB II TINJAUAN UMUM PERIZINAN DAN POLRI 6 BAB II TINJAUAN UMUM PERIZINAN DAN POLRI A. Perizinan 1. Pengertian Izin Pemerintah dengan masyarakat akan selalu terjadi hubungan timbal balik. Masyarakat akan mempengaruhi pemerintah dalam tugasnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA, PERIZINAN, DAN PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA, PERIZINAN, DAN PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI 25 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA, PERIZINAN, DAN PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI 2.1 Pengertian Dan Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Satuan Polisi Pamong Praja atau yang sering

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDANGANGAN DI KOTA PALU WIJAYA / D

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDANGANGAN DI KOTA PALU WIJAYA / D KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDANGANGAN DI KOTA PALU WIJAYA / D 101 09 729 ABSTRAK Topik ini menjadi menarik dilakukan pengkajian setidak-tidaknya karena Beberapa perkembangan

Lebih terperinci

BAB III PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT IZIN USAHA INDUSTRI

BAB III PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT IZIN USAHA INDUSTRI BAB III PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT IZIN USAHA INDUSTRI A. Pengertian dan Azas-azas Perizinan Persoalan perizinan akan menjadi menarik jika dihubungkan dengan tatanan negara pada saat ini. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PEMBANGUNAN HOTEL. mengendalikan tingkah laku para warganya. Selian itu, izin juga sebagai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PEMBANGUNAN HOTEL. mengendalikan tingkah laku para warganya. Selian itu, izin juga sebagai BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PEMBANGUNAN HOTEL A. Tinjauan Umum Tentang Perizinan 1. Pengertian Perizinan Izin merupakan instrument paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, pemerintah

Lebih terperinci

PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG

PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG OLEH: I NENGAH SUHARTA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang John Locke menganggap bahwa negara merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu, hal ini disebabkan oleh antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu, hal ini disebabkan oleh antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Izin Izin sangat sulit untuk di definisikan, hal ini dikemukakan oleh Van der Pot yang mengatakan, sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN A. Pengertian Tempat Hiburan Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM DAN PERIZINAN REKLAME

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM DAN PERIZINAN REKLAME BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM DAN PERIZINAN REKLAME A. Penegakan Hukum 1. Pengertian Penegakan Hukum Penegakan Hukum dalam Bahasa Indonesia dikenal beberapa istilah diluar penegakan hukum

Lebih terperinci

Sanksi Administrasi Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan. Oleh: Fitria 1

Sanksi Administrasi Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan. Oleh: Fitria 1 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 74 Sanksi Administrasi Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Oleh: Fitria 1 ABSTRAK Dalam upaya melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perizinan 1. Pengertian Perizinan Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang. sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12

BAB II KAJIAN TEORI. tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang. sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Otonomi Daerah 1. Pengertian Otonomi Daerah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 992), otonomi adalah pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Terkait Dengan Bekerjanya Hukum (Efektifitas Hukum) Setiap bidang kehidupan sekarang ini sering dijumpai peraturanperaturan hukum. Tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH A. Pengertian Perizinan Agak sulit dalam memberikan definisi izin. Hal ini dikemukakan oleh Sjachran Basah. 21 Pendapat yang dikatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan, 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perizinan 2. 1. 1 Pengertian Izin Izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Izin secara khusus adalah suatu persetujuan penguasa untuk dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI

BAB II PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI BAB II PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI A. Pengertian Perizinan Dalam suatu negara hukum modren, dimana pemerintah ikut campur dalam segala lapangan kehidupan masyarakat, maka kepada administrasi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hal.2 2 Ibid., hal 4. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hal.2 2 Ibid., hal 4. Universitas Sumatera Utara 8 BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi secara menyeluruh di berbagai tempat hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH 1.1 Pengertian dan Prinsip Pemerintahan Yang Baik a. Pengertian pemerintahan yang baik Proses demokratisasi politik dan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA. yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya

BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA. yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA A. Pengertian Izin Mendirikan Perumahan Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH. tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara

BAB II PENGATURAN MENGENAI PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH. tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara BAB II PENGATURAN MENGENAI PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH A. Ruang Lingkup Perizinan 1. Istilah Perizinan Pembukaan UUD 1945 menetapkan dengan tegas tujuan kehidupan bernegara yang berdasarkan hukum, hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pertanahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pertanahan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pertanahan. Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas (legaliteitsbeginsel atau het beginsel van wetmatiggheid van

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN. handling waarop in het algemeen belang special toezict vereist is, maar die, in

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN. handling waarop in het algemeen belang special toezict vereist is, maar die, in BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN A. Pengertian Perizinan Didalam Kamus Hukum, izin ( vergunning) dijelaskan sebagai; Overheidistoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van handling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Peraturan Daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Peraturan Daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Peraturan Daerah 1. Pengertian Peraturan Daerah Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN IZIN USAHA PEMONDOKAN MENURUT PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2007 DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

PELAKSANAAN IZIN USAHA PEMONDOKAN MENURUT PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2007 DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI PELAKSANAAN IZIN USAHA PEMONDOKAN MENURUT PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2007 DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Oleh : ARI SUBAGJA No. Mahasiswa: 09410110 PROGRAM STUDI (S1) ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto, 1992:345).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto, 1992:345). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan 1. Pengertian Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan pelaksanaan menurut Kamus Bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pemerintahan Daerah yang diselenggarakan berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 adalah Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

BAB I PENDAHULUAN. administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR. Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR. Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR 3.1. Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata usaha negara) merupakan keputusan pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara

Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara Di Belanda istilah Ketetapan atau Keputusan disebut dengan istilah Beschikking (Van Vollenhoven). Di Indonesia kemudian istilah Beschikking ini ada yang menterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi secara menyeluruh diberbagai tempat hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, dimana perkembangan ini akan dibarengi dengan. lebih pesat dari pada pranata hukum yang mengiringinya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, dimana perkembangan ini akan dibarengi dengan. lebih pesat dari pada pranata hukum yang mengiringinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman merupakan suatu konsekuensi logis bagi kehidupan manusia, dimana perkembangan ini akan dibarengi dengan peningkatan kebutuhan-kebutuhan aturan sebagai

Lebih terperinci

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi Oleh : Fitria 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk:1. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DAN PETERNAKAN. sekadar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DAN PETERNAKAN. sekadar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DAN PETERNAKAN A. Tinjauan Umum Perizinan Dalam negara hukum modern, tugas kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Peraturan Daerah 1. Pengertian Peraturan Daerah Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi

Lebih terperinci

SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM )

SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM ) SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM ) Penerapan asas negara hukum oleh pejabat administrasi terikat dengan penggunaan wewenang kekuasaan. Kewenangan pemerintah ini

Lebih terperinci

BAB II KEBERADAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN N0. 648/1363 K DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB II KEBERADAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN N0. 648/1363 K DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BAB II KEBERADAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN N0. 648/1363 K DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. Izin ( vergunning ) 1. Pengertian Izin ( vergunning ) Sjahchran Basah menyebutkan tidak mudah untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Batu Bacan merupakan batu hidup yang akan berubah warnanya

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Batu Bacan merupakan batu hidup yang akan berubah warnanya BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Batu Bacan merupakan batu hidup yang akan berubah warnanya seiring berjalannya waktu dan saat ini sedang mengalami booming di Halmahera Selatan. Namun pengelolaannya belum berjalan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 30 BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 1. Pembangunan Unit Pengolahan dan Pemurnian Guna Melaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perizinan 2. 1. 1 Pengertian Izin Izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Izin secara khusus adalah suatu persetujuan penguasa untuk dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang memiliki kemampuan untuk mengakses data atau situs untuk. mengetahui perkembangan dunia dari segi apapun.

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang memiliki kemampuan untuk mengakses data atau situs untuk. mengetahui perkembangan dunia dari segi apapun. 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Internet merupakan salah satu alat telekomunikasi informasi yang ada di dunia yang memiliki kemampuan untuk mengakses data atau situs untuk mengetahui perkembangan

Lebih terperinci

Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara Hukum Administrasi Negara ASAS-ASAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA KEDUDUKAN HAN DALAM ILMU HUKUM Charlyna S. Purba, S.H.,M.H Email: charlyna_shinta@yahoo.com Website:

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan. Kewenangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) UNDANG UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut Soerjono Soekanto ( 2002;243 ) adalah Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERIZINAN KHUSUSNYA TENTANG IZIN ASURANSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERIZINAN KHUSUSNYA TENTANG IZIN ASURANSI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERIZINAN KHUSUSNYA TENTANG IZIN ASURANSI A. Pengertian Perizinan Izin adalah suatu keputusan adminstrasi negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016 TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBERIAN IZIN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) 1 Oleh: Sonny E. Udjaili 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah. memberi kemudahan di sektor perizinan industri.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah. memberi kemudahan di sektor perizinan industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan suatu Negara dapat dikatakan maju apabila didukung oleh majunya perindustrian yang dimiliki. Perindustrian yang semakin bertumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan mineral dan batubara dapat menjadi salah satu tolak ukur kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retribusi Parkir 1. Pengertian Parkir Menurut Pasal 1 butir 9 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perparkiran, parkir adalah keadaan kendaraan berhenti

Lebih terperinci

WEWENANG DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014

WEWENANG DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 WEWENANG DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 sumber gambar: jurnalrakyat.net I. PENDAHULUAN Negara merupakan sebuah organisasi atau badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK DAN PERIZINAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK DAN PERIZINAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK DAN PERIZINAN A. Tinjauan Umum tentang Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Publik Konsepsi pelayanan administrasi pemerintahan di Indonesia seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia terindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ade Maman Suherman, 2002, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta, Ghalia Indonesia Baru

DAFTAR PUSTAKA. Ade Maman Suherman, 2002, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta, Ghalia Indonesia Baru DAFTAR PUSTAKA Buku/Literatur A. Pramusinto & W. Kumorotomo, 2009, Governance Reform di Indonesia : Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi yang Profesional, MAP-UGM, Yogyakarta,

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMERINTAH

INSTRUMEN PEMERINTAH INSTRUMEN PEMERINTAH Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara KELOMPOK 8 KELAS A PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewenangan Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk menuju Negara yang berkembang. Dengan adanya Undang- Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk menuju Negara yang berkembang. Dengan adanya Undang- Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu upaya dari setiap pemerintah daerah untuk menuju Negara yang berkembang. Dengan adanya Undang- Undang 32 Tahun 2004 Tentang

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat awal kemerdekaan, para pendiri bangsa telah sepakat menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat).

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

penjual minuman keras yang lolos dari hukum.

penjual minuman keras yang lolos dari hukum. 95 masyarakat terbuka dengan pihak kepolisian sehingga masih banyak penjual minuman keras yang lolos dari hukum. Kendala dalam pelaksanaan sanksi yang berasal dari faktor lingkungan masyarakat dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

L/O/G/O. Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Firdaus Alim Damopolii, ST., MM.

L/O/G/O. Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Firdaus Alim Damopolii, ST., MM. L/O/G/O Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Firdaus Alim Damopolii, ST., MM. KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 2014 Outline 1. Ilustrasi Izin 2. Rasionalisasi Penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH. Sebelum membahas mengenani pengelolaan air tanah, maka akan dibahas mengenai

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH. Sebelum membahas mengenani pengelolaan air tanah, maka akan dibahas mengenai BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH 2.1 Pengertian Pengelolaan Air Tanah Sebelum membahas mengenani pengelolaan air tanah, maka akan dibahas mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KLINIK HEMODIALISA DI KOTA BANDAR LAMPUNG. (Skripsi) Oleh MOHAMMAD REFSANJANI AL HALIM

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KLINIK HEMODIALISA DI KOTA BANDAR LAMPUNG. (Skripsi) Oleh MOHAMMAD REFSANJANI AL HALIM PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KLINIK HEMODIALISA DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh MOHAMMAD REFSANJANI AL HALIM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN

Lebih terperinci

Perizinan Dalam Kerangka Negara Hukum Demokratis. Oleh: Agus Ngadino, S.H.,M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

Perizinan Dalam Kerangka Negara Hukum Demokratis. Oleh: Agus Ngadino, S.H.,M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Perizinan Dalam Kerangka Negara Hukum Demokratis Oleh: Agus Ngadino, S.H.,M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Abstrak Perkembangan kasus tentang perizinan pada dasarnya memperlihatkan suatu

Lebih terperinci

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh :

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh : 41 FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN Oleh : Gusti Ayu Ratih Damayanti, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram Abstract In principle, there were two forms of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Lingkungan Hidup a. Pengertian Lingkungan hidup Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang termaktub dalam UUD NRI 1945, yang bertujuan menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Gagasan

Lebih terperinci

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN Oleh : Nopyandri 1 Abstrak Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Administrasi Negara sesuai dengan asas-asas yang berlaku dalam suatu

BAB I PENGANTAR. Administrasi Negara sesuai dengan asas-asas yang berlaku dalam suatu 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Urgensi mengadakan suatu badan peradilan administrasi tidak hanya dimaksudkan sebagai pengawasan ekstern terhadap pelaksanaan Hukum Administrasi Negara sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN KEDINASAN * Oleh: Anang Priyanto

PERATURAN KEDINASAN * Oleh: Anang Priyanto PERATURAN KEDINASAN * Oleh: Anang Priyanto Pendahuluan Pejabat di lingkungan UNY dapat dikategorikan sebagai pejabat publik, karena UNY merupakan perguruan tinggi milik Pemerintah, sehingga pejabat publik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN MENARA TELEKOMUNIKASI. A. Pelaksanaan Perizinan Menara Telekomunikasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN MENARA TELEKOMUNIKASI. A. Pelaksanaan Perizinan Menara Telekomunikasi BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN MENARA TELEKOMUNIKASI A. Pelaksanaan Perizinan Menara Telekomunikasi 1. Perizinan Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah atau pemerintah daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur

BAB I PENDAHULUAN. yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perizinan merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan perundang-undangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (General Principle Of Good Goverment). Asas-asas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (General Principle Of Good Goverment). Asas-asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum administrasi negara sebagai fenomena kenegaraan dan pemerintahan keberadaanya setua dengan keberadaan negara hukum atau muncul bersamaan dengan diselenggarakannya

Lebih terperinci

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D 101 10 523 Abstrak Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Setiap kegiatan disamping

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Setiap kegiatan disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang mengidentifikasi

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: FARIDA RIANINGRUM Rombel 05

DISUSUN OLEH: FARIDA RIANINGRUM Rombel 05 MAKALAH ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK Menganalisis pelanggaran AAUPB terhadap Surat Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2238 Tahun 2014 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi

Lebih terperinci

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adisapoetra R. Kosim, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Pradnya Paramita, 1978.

DAFTAR PUSTAKA. Adisapoetra R. Kosim, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Pradnya Paramita, 1978. DAFTAR PUSTAKA A. Buku : Abduh, Muhammad, Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI) Dikaitkan Dengan Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN), Pidato Pengukuhan Jabatan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Peradilan administrasi merupakan salah satu perwujudan negara hukum, peradilan administrasi di Indonesia dikenal dengan sebutan Pengadilan Tata Usaha Negara.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM, PEGAWAI NEGERI SIPIL, Dan MANAJEMEN KEPEGAWAIAN

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM, PEGAWAI NEGERI SIPIL, Dan MANAJEMEN KEPEGAWAIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM, PEGAWAI NEGERI SIPIL, Dan MANAJEMEN KEPEGAWAIAN A. Penegakan Hukum 1. Pengertian Penegakan Hukum Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan. sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan. sebagai berikut: BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kebijakan pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam penerapan Unit Pelayanan Terpadu Satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan,

Lebih terperinci