Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Transkripsi

1 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Prinsipnya: Dalam upaya untuk mengeliminasi derajat subyektifitas dan penafsiran yang sewenangwenang, perlu adanya tahap-tahap yang ketat ketika melakukan analisa data. Salah satu yang ditawarkan oleh Miles dan Haberman (1992: ), untuk menguji dan memastikan temuan ada beberapa langkah yang harus ditempuh: 1

2 1. memeriksa kerepresentatifan Menghindari cara memilih informan, yang kemungkinan tidak mewakili (memiliki otoritas) atas sesuatu yang dicari atau kejadiannya sendiri yang tidak reperesentatif, sehingga proses kesimpulan yang diambil juga tidak mewakili. Sumber kesalahannya bisa diakibatkan oleh: 1. mengandalkan infroman yang mudah diwawancarai atau kesalahan dalam memilih informan, 2. terlalu menekankan pada kejadian yang dramatis atau terlalu mengandalkan rasionalitas dalam membangun kesimpulan, 3. Menganggap bahwa yang logis itu merupakan kenyataan yang sebenarnya. 2. Mengeliminir intervensi peneliti Situasi inilah yang agaknya paling sulit dihindarkan. Meskipun secara metodologis sudah diperlengkapi emik dan etik, tetapi pengaruh peneliti dalam mempengaruhi proses penelitian pada dasarnya tidak mudah dihindarkan. Rasa keperpihakan penelitian sulit sekali dihindarkan. Bentuk kebiasan itu bukan hanya bisa datang dari peneliti tetapi juga bisa dari informan. 2

3 3. Melakukan triangulasi Intinya mencari tahu tentang kesahihan dan keterandalan data. Pada dasarnya tidaklah mudah untuk mengetahui secara pasti apakah informasi yang diberikan informan itu benar atau salah. Fungsinya untuk melakukan pembuktian temuan, Misalnya, untuk menyelidiki kasus pembunuhan, dengan cara melihat sidik jari, alibi, saksi mata dan sebagainya. 4. memberi bobot pada bukti melalui umpan balik sebelum kesimpulan dibuat Harus diakui pada dasarnya ada data yang sifatnya lebih lemah atau lebih kuat dari yang lain. Sifat data yang lebih baik, biasanya berasal dari informan yang baik. Mungkin karena informan, menguasai masalah, pandai bicara dalam memaparkan keadaan yang sebenarnya. Atau mungkin, informan mengetahui persis kejadian yang diteliti dan sebagainya. 3

4 Kondisi lingkungan pengumpulan data dapat memperkuat atau memperlemah kualitas data yang kita butuhkan. Contoh: Dalam kasus tanjung Priok tahun 1984, misalnya, satu tahun setelah kejadian itu, jangankan memperoleh data yang akurat, peneliti masih sangat kesulitan untuk mewancarai infroman, karena ketakutan dan diawasi pihak keamanan. 5. Membuat Perbandingan Biasanya cara yang dipakai untuk menguji kesimpulan adalah dengan membuat kontras atau perbandingan antara dua rangkaian persoalan atau lebih yang dianggap berbeda dalam beberapa hal. Langkah ini diperlukan terutama untuk memperkecil subyektifitas data yang kita peroleh. Sebaliknya jika ada data baru yang menguatkan data lama, maka hasil penelitian itu tentu akan lebih shohih. 4

5 Menurut Moleong (1998: ) Ada empat kreteria yang digunakan untuk mengukur validitas dan reliabilitas data. Pertama, derajat kepercayaan (credibility) = validitas, keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) = reliablitas, kepastian (confirmability). Moleong (1998: 175) Kriteria Kredibilitas Keteralihan/keterangan Kebergantungan Kepastian Teknik Pemeriksaan (1) Perpanjangan keikutsertaan (2) Ketekunan pengamatan (3) Tringulasi (4) Pengecekan sejawat (5) Kecukupan referensial (6) Kajian kasus negatif (7) Pengecekan anggota (8) Uraian rinci (9) Audit Kebergantungan (10) Audit Kepastian 5

6 1. Perpanjangan keikutsertaan Apa yang ingin ditekankan pada perlunya keterlibatan peneliti dalam waktu yang panjang, diluar kebutuhan untuk mempelajari kebudayaan, membangun kepercayaan, juga, untuk mengeliminasi berbagai distorsi yng mungkin terjadi. Kondisi inilah yang sering disebut dengan observasi terlibat. 2. Ketekunan Pengamatan Inti dari kebutuhan ketekunan pengamatan adalah untuk memperoleh tingkat kedalaman terhadap penelitian yang dilakukan. Pengamatan yang lebih rinci dibutuhkan, khususnya terhadap fenomena yang menonjol. 6

7 3. Triangulasi Triangulasi, pada dasarnya merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data, dengan memanfaatkan apa yang ada diluar data, sebagai pembanding. Dengan mengutip Denzin (1978) yang membedakan empat macam teriangulasi sebagai teknik pemeriksaan dengan pemanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi Sumber membandingkan dan pengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini, menurut Moleong, dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi 7

8 Triangulasi Sumber (3) membandingkan apa yang dikatakan orang dalam penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (4) membandingkan apa yang dikatakan orang dengan berbagai pendapat, sesuai dengan status dan kelas sosial yang ada: (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Triangulasi Metode Menurut Patton (1987) seperti dikutip Moleong (1998), terdapat dua strategi: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan sumber yang sama. 8

9 Triangulasi Penyidik Triangulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan penelti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Triangulasi Teori Menurut Lincoln dan Cuba (1981) seperti dikutip Moleong, berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diteliti derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih. Jadi, kenyataan pada dasarnya jauh lebih kaya dari teori apapun yang digunakan. 9

10 4. Pengecekan Sejawat Inti dari teknik pemeriksaan keabsahan data melalui pemeriksaan sejawat melalui diskusi ini: (1) untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan jujur: (2) melalui diskusi diharapkan akan membantu menjajaki dan menguji hipotesa kerja yang muncul dari pemikiran peneliti. 5. Kecukupan Referensial Intinya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan hasil wawancara melalui kaset (rekaman), misalnya, sebelum penafsiran data dilakukan. 10

11 6. Kajian Kasus Negatif Inti analisis kasus negatif sebenarnya untuk membandingkan informasi dengan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan informasi yang telah dikumpulkan. 7. Pengecekan Anggota Inti pengecekan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data dibutuhkan sebagai pemeriksaan derajat kepercayaan. Caranya bisa bersifat formal (diskusi) tetapi juga bersifat informal. Gunanya untuk mengkonfirmasi data yang telah diperoleh, mengoreksi, menambah, mempertajam hipotesa kerja atau kesimpulan sementara dan sebagainya. 11

12 8. Uraian Rinci Uraian rinci, yang dalam istilah antroplogi (Geertz) disebut sebagai thick description (diskripsi tebal) atau gambaran yang mendalam tentang realitas lokal yang diteliti. 9. Dan 10. Audit Auditing intinya melakukan monitoring, mulai dari pelaksanaan, proses, maupun hasil studi. Yang salah satunya untuk memastikan apakah hasil penelitian itu benar-benar berasal dari data atau hasil opini. 12

13 Kesimpulan Jika dilihat lebih seksama baik yang disinyalir oleh Miles dan Haberman (1992) maupun Moleong (1998), sebenarnya hampir tidak ada perbedaan yang subtansial. Ketiganya menekankan arti pentingnya sebuah kecermatan, kehati-hatian, ketekunan dalam mengelola data yang diperoleh di lapangan, khususnya untuk menghindari berbagai bias yang umumnya menjadi kendala utama dalam penelitian kualitatif. Akhirnya dari seluruh uraian rinci bagaimana melakukan pengecekan keabsahan data diatas, sebenarnya hanya mengambarkan betapa tidak sederhananya pengumpulan dan analisa data penelitian kualitatif itu. 13