BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laboratorium merupakan bagian dari layanan kesehatan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan. Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk dasar menentukan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh karena itu, pelayanan laboratorium perlu selalu mengadakan pembenahan sehingga menghasilkan pemeriksaan yang bermutu. Di dalam manajemen pemeriksaan laboratorium dibagi 3 tahap yaitu, tahap praanalitik (persiapan sampel), analitik (proses pemeriksaan) dan tahap pasca analitik (setelah pemeriksaan). Semua faktor dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan laboratorium. Kegiatan praanalitik di laboratorium memiliki peranan penting terhadap keberhasilan pelayanan laboratorium, dengan cara memastikan suatu sampel dapat diperiksa atau tidak. Pada proses awal penerimaan sampel di laboratorium hendaknya dilakukan pengamatan dengan teliti tentang keadaan sampel. Penanganan yang tepat dari awal penerimaan sampel menjadi tanggung jawab petugas laboratorium. Kesalahan pada proses praanalitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses praanalitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : praanalitik ekstra laboratorium meliputi persiapan pasien, kelengkapan formulir permintaann dan pengiriman sampel ke laboratorium. Proses praanalitik intra laboratorium meliputi pengambilan sampel bila pasien dari rawat jalan, penanganan sampel dan penyimpanan sampel. (htt://labkesehatan.blogspot.com/2010/07 pemantapan-mutu-praanlitik.html) Kegiatan praanalitik pada pasien rawat inap meliputi pemberian identitas pasien pada formulir pengantar pemeriksaan maupun pada etiket wadah

2 2 sampel, persiapan pasien dan pengambilan sampel. Identifikasi jenis sampel harus sesuai dengan jenis pemeriksaan. Mengingat pentingnya kegiatan praanalitik dalam keberhasilan pemeriksaan laboratorium, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kelayakan sampel dan kelengkapan formulir permintaan pada sampel pasien rawat inap di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Doris sylvanus karena pasiennya lebih banyak jadi kesalahan praanlitik kemungkinan lebih besar disana, selain pasiennya banyak SDM yang banyak dan waktu yang terburu-buru yang akan menyebabkan kesalahan praanalitik. B. Identifikasi Masalah 1. Apa kepentingan dari kegiatan praanalitik? 2. Apa risiko yang terjadi terhadap pemeriksaan laboratorium apabila terjadi kesalahan pada kegiatan praanalitik? 3. Berapa persentase formulir permintaan yang lengkap dan tidak lengkap pada kegiatan praanalitik periode bulan Januari 2013 di laboratorium RSUD dr. Doris Slylvanus Palangka Raya? 4. Berapa persentase sampel layak dan tidak layak pada kegiatan praanalitik periode bulan Januari 2013? C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan praanalitik dalam hal kelengkapan formulir permintaan dan kelayakan sampel pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Januari 2013? D. Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada pengambilan data kegiatan praanalitik berupa kelengkapan formulir permintaan dan kelayakan sampel pemeriksaan

3 3 laboratorium pasien rawat inap pada bulan Januari 2013 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. E. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa persentase kelengkapan formulir yang lengkap dan tidak lengkap serta sampel layak dan tidak layak pada kegiatan praanalitik di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. F. Manfaat Penelitian Ada pun manfaat penelitian ini adalah : 1. Menambah pengetahuan bagi peneliti dalam proses praanalitik khususnya kelayakan sampel dan kelengkapan formulir sampel pasien dari rawat inap di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2. Bagi staf RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya di ruangan rawat inap, memberikan informasi tentang pentingnya kegiatan praanalitik khususnya kelengkapan formulir permintaan dan sampel pasien rawat inap.

4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Kegiatan Laboratorium Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (keputusan mentri kesehatan RI No. 364/MENKES/SK/III/2003). Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi terpenting dalam diagnostik. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan di dapatkan data ilmiah yang di gunakan dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian asensial dari data pokok pasien. Indikasi permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam pendaftaran laboratorium. Kepentingan dari kegiatan praanalitik adalah untuk melakukan pencegahan dan pengawasan dalam sampel agar diperoleh hasil yang tepat. Pada umumnya permintaan tes laboratorium mempunyai tujuan antara lain : 1. Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes penyakit tertentu misalnya dengan urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti ikterus, maka tes selanjutnya adalah untuk melihat faal hati. 2. Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya anemia, malaria, TBC dan DM. 3. Memastikan diagnosis dari diagnosis dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B, HIV. 4. Memasukkan atau mengeluarkan dari diagnosis diferensial misalnya pasien dengan panas ; tifoid, malaria, dengue hemorrhagic fever (DHF). 5. Menentukan beratnya penyakit misalnya hepatitis, infeksi saluran kemih. 6. Menentukan tahap penyakit kronis; TBC paru, sirosis hati.

5 5 7. Menyaring penyakit dalam seleksi calon donor darah. 8. Membantu menentukan rawat inap, misalnya observasi tifoid, observasi leukimia. 9. Membantu dalam menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian penyakit, misalnya leukemia, diabetes. 10. Membantu ketepatan terapi misalnya tes kepekaan kuman terhadap antimikroba. 11. Monitor terapi misalnya tes HbA1c pada diabetes, widal pada tifoid. 12. Menghindari kesalahan terapi dan pemborosan obat, setelah ditemukan diagnosis. 13. Membatu mengikuti perjalanan penyakit misalnya diabetes, hepatitis. 14. Membatu menentukan penangulangan pasien rawat inap misalnya bila hasil tes laboratorium kembali normal. 15. Memprediksi atau menentukan prognosis penyakit misalnya dislipidemia dengan penyakit jantung koroner, kanker dengan kematian. 16. Membatu dalam bidang kedokteran kehakiman misalnya tes untuk membuktikan perkosaan. 17. Memgetahui status kesehatan umum general check-up (Hardjoeno dkk, 2003) Adapun jenis kegiatan laboratorium berlangsung dalam 3 tahap, dimulai dari tahap praanalitik, analitik dan pasca analitik B. Praanalitik 1. Definisi Tahap praanalitik adalah tahap awal sampel untuk siap diperiksa, dimulai dari persiapan pasien, pengambilan sampel, pemberian identitas sampel, kondisi penyimpanan sampel dan penanganan sampel untuk dianalisa dengan identifikasi sampel yang sesuai jenis pemeriksaan. Dalam tahap praanalitik juga perlu diperhatikan yaitu kelengkapan formulir pengantar pemeriksaan, persyaratan wadah dan kondisi sampel (volume tepat (Depkes RI, 1997).

6 6 2. Proses Kegiatan Praanalitik a. Persiapan Pasien Banyak faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium sehingga persiapan pasien perlu diperhatikan. Contoh : untuk pemeriksaan tertentu (glukosa, tes toleransi glukosa) pasien harus puasa selama 8-12 jam sebelum diambil darah. Faktor-faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain : 1) Makanan dan Minuman a) Pemeriksaan gula darah dan trigliserida dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman. Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan ini pasien perlu dipuasakan sebelum darah diambil. b) Pemeriksaan laju endap darah, aktifitas enzim, dan besi. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman karena mempengaruhi reaksi dalam proses pemeriksaan. 2) Obat-obatan Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun secara intramuskular akan mengakibatkan enzim yang di kandung oleh otot masuk kedalam darah, selanjutnya subsrat dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi dan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain pemeriksaan Hb (hemoglobin), hitung sel darah, hematokrit, elekrolit, kreatinin kinase, enzim hati dan pada urin akan terjadi pengeceran. 3) Aktifitas fisik a. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan yang mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dan perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri dan vena.

7 7 b. Perubahan kadar substrat dan enzim Contoh : konsentrasi kadar asam urat, kreatinin, AST, LED, Hb, Hitung sel darah dan produksi urin. 4) Demam Pada waktu demam terjadi : a. Peningkatan kadar gula darah sebagai akibat meningkatnya pelepasan insulin. b. Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal deman karena terjadi peningkatan metabolisme lemak dan asam lemak bebes serta benda-benda keton. c. Lebih mudah menentukan parasit malaria dalam darah. d. Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer widal. 5) Trauma Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang diukur, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urin. Ini disebabkan karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. 6) Variasi Harian Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti : a. Besi serum Kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih daripada pagi hari. b. Glukosa Kadar Insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes oleransi glukosa dilakukan pada siang

8 8 hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari. c. Enzim Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu. d. Eosinofil Jumlah eosinofi menunjukan variasi diurnal. Jumlahnya akan lebih rendah pada malam sampai pagi hari dibandngkan pada siang hari. 3. Macam /Jenis Sampel Sampel/spesimen yang berasal dari manusia untuk pemeriksaan laboratorium dapat berupa : a. Serum b. Plasma c. Darah ( Whole Blood ) d. Urin e. Tinja f. Sputum g. Cairan otak h. Apus Tenggorok i. Sekret (Uretra, telinga, hidung, mata ) j. Sperma k. Cairan plaura C. Pengambilan Sampel 1. Peralatan Peralatan yang digunakan tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan dan mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya. Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat adalah sebagai berikut : a. Bersih b. Kering c. Tidak mengandung bahan zat kimia atau deterjen

9 9 d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat yang ada pada sampel e. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya f. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan peralatan yang steril dan sekali pakai dibuang. 2. Wadah Wadah yang digunakan untuk pemeriksaan harus selalu diperhatikan kebersihannya dan juga penangganan harus hati-hari karena kebanyakan peralatan laboratorium mudah pecah. Wadah sampel harus memenuhi syarat : a. Terbuat dari gelas atau plastik, untuk spesimen darah, wadah harus terbuat dari gelas. b. Tidak bocor atau tidak merembes c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir d. Besar wadah disesuaikan dengan volume sampel e. Bersih f. Kering g. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam sampel h. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen D. Pengawet sampel Pengawet adalah zat kimai yang ditambahkan kedalam sampel agar sampel yang diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu. Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah membeku. Beberapa sampel memerlukan bahan tambahan berupa pengawet atau antikoagulan. Contoh antikoagulan atau pengawet untuk sampel yang berasal dari manusia. E. Waktu pengambilan Umumnya pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi. Tetapi ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilannya disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya :

10 10 1. Demam Tyfoid Untuk pemeriksaan biakan darah, paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit, sedangkan biakan urin atau feses dilakukan pada minggu II atau III.Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut. 2. Pemeriksaan Mikrofiloria Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah, pengambilan darah sebaiknya dilakukan pada waktu senja dan menjelang tengah malam. 3. Pemeriksaan Tuberkulosis Dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien bangun tidur memungkinkan ditemukan kuman Mycobacterium Tuberkulosis lebih besar dibandingkan dengan dahak sewaktu. F. Lokasi Pengambilan Sampel Sebelum mengambil sampel, harus ditetepkan terlebih dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya : 1. Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena umumnya diambil di fossa cubiti daerah lipat siku bagian dalam. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari Arteri radialis di pergelengan tangan atau arteri femoralis daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tangan III atau IV bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. 2. Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil ditempat yang sedang mengalami infeksi. G. Volume Sampel Volume sampel yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume sampel yang dibutuhkan untuk beberapa pemeriksaan dapat dilihat pada tabel1.

11 11 Tabel 1. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen berasal dari manusia untuk Jenis pemeriksaan HEMATOLOGI beberapa pemeriksaan Jenis Spesimen Jumlah Hematokrit Darah 2 ml LED Westergen Darah 2 ml Hitung Jumlah Leukosit Darah 2 ml Hemostatis (PT, APTT) Darah 2 ml Serum 2 ml Retikulosit, Trombosit Darah 2 ml KIMIA KLINIK Gula Darah Darah 2 ml Kolesterol Bilirubin Protein total Asam urat Na, K, Cl Alkali Phospate Kreatinin GPT GOT SEROLOGI Widal Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Darah beku (serum) Antikoagulan Na 2 EDTA 1-1,5 mg/ml darah Na 2 EDTA 1-1,5 mg/ml darah Na 2 EDTA 1-1,5 mg/ml darah Sitrat 3,8 % dengan perbandingan 1:9 Na 2 EDTA 1-1,5 mg/ml darah NAF Oksalat 4,5 mg/ml darah 2 ml - 2 ml - 3 ml - 3 ml - 2 ml - 3 ml - 2 ml - 3 ml - 3 ml - 3 ml - 3 ml -

12 12 HBs Ag Darah beku (serum) 3 ml - Anti HIV Darah beku (serum) 3 ml - Treponema, VDRL Darah beku (serum) 3 ml - URINALISA Pemeriksaan urin 24 jam Urin 5 ml - Protein, Reduksi Urin 5 ml - Urin rutin (ph, Bj, Protein, Urin pagi glukosa, urobilinogen, 10 ml - bilirubin, keton) Kehamilan Urin pagi 10 ml - PARASITOLOGI dan MIKROBIOLOGI Malaria Filaria Trichomonas / Candida Darah Kapiler/ darah EDTA Darah Kapiler/ darah EDTA Sekret vagina/ uretra 3 tetes darah kapiler (apusan tebal dan tipis 3 tetes darah kapiler (apusan tebal dan tipis Na 2 EDTA 1-1,5 mg/ml darah Na 2 EDTA 1-1,5 mg/ml darah Secukupnya - Sumber : Depkes RI, 1997 Keterangan : P : Plastik ( polietilen atau sederajat) G : Gelas T : Tabung reaksi H. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel harus dilaksanakan dengan cara yang benar benar, agar sampel tersebut mewakili keadaan sebenarnya. Teknik pengambilan untuk beberapa sampel yang sering diperiksa adalah sebagai berikut:

13 13 1. Darah vena a) Posisi lengan pasien harus llurus, jangan membengkokkan siku, pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas. b) Pasien diminta mengepalkan tangan c) Pasang toniquet ± 10 cm di atas lipat siku. d) Pilih bagian vena mediana cubital atau chepalic e) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. f) Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas dengan sudut kemiringanan antara jarum dan 15 derajat, (bila menggunakan tabung vakum, tekan tabung vakum sehingga vakumnya berkerja dan darah terisap kedalam tabung). Bila jarum keluar, ganti posisi penusukan (bila terlalu dalam, tarik sedikit dan sebaliknya), usahan darah dapat keluar dengan satu kali tusuk. g) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet dan pasien diminta membuka kepalan tangannya. Volume darah diambil ± 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemriksaan. h) Lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70% diatas bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ± 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet dibuka.

14 14 Gambar. 1 : cara pengambilan darah vena 2. Darah kapiler a. Bersihkan bagian yang ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan sampai kering. b. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supayan rasa nyeri berkurang. c. Tusuklah dengan cepat memakai lansey steril. Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dfengan itu. Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangn menekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan. d. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan. Gambar.2 : cara pengambilan darah kapiler

15 15 3. Urin a. Pada wanita Pada prngambilan sampel urin posisi tengah dilakukan oleh penderita sendiri, sebelunya harus diberikan penjelasan sebagai berikut : 1) Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan dengan handuk. 2) Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan. 3) Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril yang lain. 4) Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan kelaboratorium. b. Pada laki-laki 1) Penderita harus mencucui tangan dengan sabun 2) Jika tidak disunat tarik kulit preputium kebelakang, keluarkan urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis. 3) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium. c. Pada bayi dan anak-anak 1) Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudadahkan buang air kecil. 2) Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan di atas. 3) Pengambilan urin dilakukan dengan cara : (anak duduk dipakuan perawat, pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin, tampung urin dalam wadah atau kantung plastik steril, bayi dipasang kantung penampung urin pada alat genital ). d. Urin kateter 1) Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang ktateter yang terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik ) 2) Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang dari 10 ml. 3) Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.

16 16 4) Kirimkan segera ke laboratorium. 4. Tinja Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari deteksi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja dari rektum dengan jari bersarung tangan. 5. Sputum Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan dan pemeriksaan yang akan dilakukan dan jelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien mengelami kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis. a. Sebelum pengambilan sampel, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila memakai gigi palsu sebaiknya dilepas. b. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak. c. Pasien diminta untuk menarik napas dalam 2-3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar. d. Sputum yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum yang berkualitas baik akan tampak kental atau purulen dengan volume cukup (3-5 ml) 6. Sekret uretra a. Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan b. Kenakan sarung tangan c. Bagi yang tidak disirkumsisi, preputium ditarik ke arah pangkal d. Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis steril, kemudian sekret dikeluarkan dengan menekan atau mengurut uretra. e. Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau sengkelit. Apabila tidak ada sekret yaang keluar atau terlalu sedikit, masukkan sengkelit atau lidi kapas steril berpenampung 2 mm kedalam uretra kedalam uretra kira-kira 2-3 cm sambil diputar searah jarum jam, kemudian ditarik keluar.

17 17 f. Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk biakan. 7. Sekret vagina Pengambilan bahan pemeriksaan pada vagina disarankan hanya untuk wanita yang telah hysterectamy. Pangambilan sekret dilakukan pada fomix posterior. 8. Usap tenggorok a. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku) b. Penderita diminta membuka mulut. c. Lidah ditekan dengan spatel lidah d. Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang paring. e. Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain. f. Masukkan lidi kapas kedalam media transpor atau langsung tanam pada media isolasi (Agar darah, agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan buat sediaan. I. Pemberian Identitas Pemberian identitas pasien atau sampel merupakan hal yang penting, baik pada saat pengisian surat pengatar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah sampel. Pada surat pengatar/formulir permintaan laboratorium sebaiknya memuar secara lengkap : 1. Tanggal permintaan 2. Tanggal dan jam pengambilan sampel 3. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruangan) 4. Identitas pengirim (Nama, Alamat, nomor telepon) 5. Nomor laboratorium 6. Diagnosis / keterangan klinik 7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian 8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta

18 18 9. Jenis sampel 10. Lokasi pengambialn sampel 11. Volume sampel 12. Transpor media/ pengawet yang digunakan 13. Nama pengambil sampel Label sampel yang akan dikirim atau diambil kelaboratorium harus memenuhi syarat : a. Tanggal pengambilan sampel b. Nama dan nomor pasien c. Jenis sampel ( DEPKES RI, 2004) Label wadah sampel yang diambil dilaboratorium harus memuat : a. Tanggal pengambilan sampel b. Nomor /kode sampel Formulir hasil harus memuat : a. Tanggal pemeriksaan b. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau identitas sampel c. Nomor/kode laboratorium d. Hasil pemeriksaan e. Satuan nilai hasil pemeriksaan f. Nilai rentang parameter g. Keterangan lain yang diangap perlu misal : penjelasan mengenai persiapan pasien yang tidak mungkin dilaksanakan, penjelasan hasil pemeriksaan hanya berlaku untuk sampel tersebut. h. Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarakan i. Tindakan penangung jawab laboratorium ( DEPKES RI, 1997)..

19 19 J. Pengolahan sampel Beberapa jenis pemeriksaan memerlukan pengolahan terlebih dahula. Pengolahan sampel anatara lain sentrifuge, destruksi, homogenisasi. Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena pengolahan yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas sampel yang selanjutnya akan mempengaruhi pula hasil pemeriksan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampel, yaitu : 1. Serum : biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama menit kemudia sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit, serum yang memenuhi syarat tidak terlihat tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik). Cara pembuatan darah EDTA yaiti mempunyai berbagai tujuan sebagai berikut : a. Sediakan botol tabung berisi 2 mg EDTA b. Alirkan 2 ml darah vena kedalam botol dari spuit c. Tutuplah botol atau tabung dan segera campur darah dengan antikoagulan EDTA selama 60 detik atau lebih d. Ambilah darah untuk pemeriksaan langsung dari botol/tabung tersebut, tutuplah botol segera. Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera, simpanlah botol/ tanung itu dalam lemari es, biarkan suhu kamar terlebih dahulu sebelum botol/ tabuk darah tersebut diperiksa. 2. Plasma : kocok darah EDTA atau citrat dengan segera pelan-pelan kemudian pemisahan plasma dilakukan waktu 2 jam setelah pengambilan sampel, serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh ( lipemik). 3. Darah lengkap (whole blood ) : darah yang diperoleh alirkan dalam botol yang telah berisi antikoagulan yang sesuai, kemudian homogenisasi dengan cara membolak-balik botol sampel kali secara perlahanlahan dan merata. 4. Urin : untuk pemeriksaan carik celup tidak perlu perlakuan khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan

20 20 untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara : a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur (homogen). b. Masukkan ± 15 ml urin ke dalam tabung sentrifus. c. Putar urin selama 5 menit pada rpm. d. Buang supernatannya,sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen. Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya. K. Penyimpanan dan pengiriman spesimen 1. Penyimpanan Spesimen yang udah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antra lain : a. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain. b. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya. c. Hindari penyimpanan darah (whole blood) di refrigerator. d. Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa. e. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi/ pengulangan. f. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang. g. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

21 21 h. Memberi bahan pengawet pada spesimen. i. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri. Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan : 1. Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator 2. Imunologi : 1 minggu dalam referigerator 3. Hematologi : 2 hari pada suhu kamar 4. Koagulasi : 1 hari dalam referigerator 5. Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator 6. Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium. 2. Pengiriman Sampel yang akan dikirimkan ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatiakan persyaratan pengiriman antara sampel lain : a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan. b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang. c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama. d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti : 1) Penurunan kadar natrium (Na+), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit. 2) Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik 3) PPT / APTT memanjang.

22 22 4) Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT. 5) Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat. 6) Perkembangbiakan bakteri 7) Penundaan pengiriman sampel urine : a) Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam. b) Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain. c) Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari. d) Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan ph. e) Jamur akan berkembang biak f) Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zatzat keton dapat menghilang. Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 8 oc paling lama 8 jam. e. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.. L. Kesalahan Pada Tahap Praanalitik Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada proses kegiatan praanalitik di antaranya dapat pada kegiatan pengambilan sampel yaitu : 1. Kesalahan identitas misalnya penulisan nama yang kurang jelas, umur, atau jenis kelamin 2. Kesalahan pemberian pelabelan misalnya nama pasien beda dengan formulir pemeriksaan

23 23 3. Pemakaian antikoagulan tidak tepat seperti kurangnya antikoagulan atau kelebihan yang tidak sesuai dengan volume darah 4. Ada bekuan pemberian antikoagulan yang kurang atau bisa juga dalam menghomogenkan darah tidak tercampur dengan rata. 5. Kesalahan penampung misalnya pecah, harusnya untuk pemeriksaan kimia klinik penampung untuk hematologi 6. Lisis karena waktu pengambilan darah tidak tepat 7. Waktu mengatar sampel yang lambat misalnya untuk pemeriksaan glukosa dalam darah M. Analitik 1. Pengertian Tahap analitik yaitu tahap di mulai dari mengolah sampel, mengkalibrasi peralatan laboratorium dan pengecekan reagensia. Pada tahap ini, sangat memerlukan ketelitian untuk menghindari keselahan yang terjadi. 2. Proses kegiatan a. Pengolahan sampel 1) Sampel darah, urin, feses harus khusus segera sampai laboratorium. 2) Darah segera disentrifuge 3) Bahan yang lain sesuai dengan permintaan pemeriksaan. b. Kalibrasi peralatan 1) Kalibrasi pipet dengan cara: mengisi larutan dan di timbang pada timbingan analitik 2) Kalibrasi fotometer dengan melihat nilai panjang gelombang pada setiap filter 3) 1000 jam lampu harus sudah diganti c. Uji ketepatan dan ketelitian Uji ketelitian dan kecepatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan control yang telah diketahui nilainya.

24 24 Pemeriksaan bahan control dilakukan tiap hari. Uji ini bermaksud ketelitian dari sampel. N. Tahap Pasca Analitik Sebelum dilakukan pencatatan hasil hasil, harus dilakukan pengecekan hasil pemeriksaan terlebih dahulu. Apabila terjadi kejanggalan hasil contohnya : hasil didapat melebihi dari nilai normal, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang. Kemudian dilanjutkan dengan pencatatan hasil, harus diperhatikan nama pasien, umur, jenis kelamin, pasien rawat inap, nomor register, dan jenis pemeriksaan. Sampel yang diterima di laboratorium berhak ditolak jika sampel tidak memenuhi syarat sesuai dengan pemeriksaan misalnya : sampel sudah kelihatan lisis, ada bekuan, persiapan pasien tidak tepat antara pengatar sama sampel. O. Komputerisasi Di Bidang Laboratorium Perkembangan Teknologi informasi yang sangat pesat, juga terjadi di bidang laboratorium. Dewasa ini paket berupa Sistem Informasi Laboratorium (LIS/Laboratory Information System), sudah banyak dipakai oleh laboratorium yang besar di Indonesia. LIS adalah paket software yang didesain untuk mendukung berbagai kegiatan di laboratorium, seperti ; kegiatan praanalitik (memasukkan data pasien, memasukkan parameter laboratorium yang diminta oleh dokter, data administrasi, dan lain-lain), data hasil, data pemantapan mutu, maupun data kegiatan laboratorium secara umum. Banyak penyedia jasa layanan LIS yang menawarkan berbagai kemudahan. Kegiatan pokok LIS biasanya dimulai dari memasukkan data pasien dalam komputer, kemudian memasukkan macam-macam parameter pemeriksaan dan data-data lain yang mendukung. Akhir-akhir ini juga sudah berkembang sistem barcode untuk identitas pasien dan macam-macam parameter yang diminta. Label berupa barcode akan memudahkan petugas karena barcode dapat ditempel pada gelang pasien sekaligus pada sampel.

25 25 Gambar. 3 Label Barcode pada Pasien dan Sampel Gambar. 4 Contoh Barcode

26 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 di bagian administrasi laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah pasien dari ruangan (rawat inap) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bulan Januari Sampel Sampel yang diambil adalah sampel pasien rawat inap yang di antar saat Peneliti berada di ruangan administrasi laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus. Selanjutnya dilakukan pengamatan mengenai kelayakan sampel dan kelengkapan formulir permintaan sampel rawat inap di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bulan Januari C. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana penelitian ini menggambarkan dan mengamati kegiatan praanalitik kelengkapan formulir dan kelayakan sampel yang ditemukan pada populasi sampel pasien dari ruangan (rawat inap) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Kelengkapan formulir meliputi : tanggal permintaan, nama, umur, ruangan, dokter yang meminta dan diagnosis. Untuk kelayakan sampel meliputi : identitas pada wadah sampel, jumlah/volume sampel, ada tidaknya bekuan (untuk pemeriksaan hematologi), ada tidaknya sampel berupa liur (untuk pemeriksaan BTA)

27 27 D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan observasi/pengamatan pada sampel pasien rawat inap dan kegiatan dengan melihat kelayakan sampel dan juga kelengkapan formulir permintaan sampel dari ruangan yang selanjutnya ditulis pada tabel pengamatan. E. Teknik Analisis Data Analisa yang di gunakan adalah analisa deskriptif kuantitatif yaitu data yang diambil dalam bentuk tabel dan persentase dari jumlah sampel pasien rawat inap. F Rumus presentase : P = x 100% N Keterangan: P = Persentase hasil penelitian F = Frekuensi Jumlah Kegiatan praanalitik N = Jumlah sampel keseluruhan

28 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan observasi/pengamatan langsung terhadap sampel dan lembar permintaan pada pasien rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, sedangkan sampel yang diambil adalah pasien rawat inap yang diantar saat jam kerja, sehingga diperoleh 359 sampel. Hasil penelitian dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Kelengkapan Formulir permintaan Jumlah Formulir Lengkap Formulir tidak lengkap 359 orang persentase 34 % 66 % Formulir yang sudah lengkap sebanyak 122 (34%) sedangkan yang tidak lengkap sebanyak 237 pasien (66%), meliputi kekurangan dalam hal ; umur, ruangan dokter yang meninta dan diagnosis. Grafik. 1 Persentase kelengkapan formulir 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 34 % 66 % Formulir lengkap Formulir tidak lengkap

29 29 Untuk kelengkapan formulir permintaan secara keseluruhan diperoleh persentase formulir lengkap sebesar 38 % (sebanyak 135), sedangkan untuk persentase formulir yang tidak lengkap sebesar 62 % (sebanyak 224), dengan perincian ; ada tidaknya umur sebanyak 94 pasien (16,7%), ruangann sebanyak 64 (11,4%), dokter yang meminta sebanyak 121 (21,5%) dan diagnosis 92 (16,4%). Persentase Formulir tidak lengkap 21,5 16,4% 34 % Formulir lengkap Formulir tidak Lengkap: umur Ruangan 11,4 16,7% dr. yang meminta Diagnosis Tabel 3. Persentase kelayakan sampel Jumlah 359 sampel Persentasee Layak % Tidak layak 41 12% Adapun untuk kelayakan sampel yang di amati adalah ; untuk sampel hematologi meliputi ; volume dan bekuan, sampel kimia klinikk ; volume kurang, sampel mikrobiologi meliputi ; sampel liur/dahak, sedangkan untuk sampel urinalisis; volume kurang.

30 30 Grafik 3. Persentase Kelayakan Sampel 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 88 % 12 % Layak Tidak Layak Untuk kelayakan sampel secara keseluruhan diperoleh persentase sampel layak sebesar 88 % (sebanyak 318), sedangkan untuk persentase formulir yang tidak lengkap sebesar 12 % (sebanyak 41), dengan perincian layak/tidaknya sampel ; hematologi sebanyak 15 sampel (1,9%), bekuan sebanyak 3 sampel (0,3%), sampel kimia klinik sebanyak 11 sampel (1,4 %), sampel mikrobiologi sebanyak 7 sampel (0,9%), sampel urinalisis sebanyak 1 sampel (0,1%), volume urin sebanyak 5 sampel (0,6 %) dan identitas sampel sebanyak 38 (4,9%), liur sebanyak 13 sampel (1,6%). Persentase sampel tidak layak 65 % 92 % Sampel yang layak Sampel tidak layak : Hematologi: Bekuan, Volume Kurang. Kimia Klinik : Volume Kurang 3 % 65 % 19 % 8830 % % 14 % Mikrobiologi : Liur 19 % Urinalisis : Volume kurang 19 % indetitas sampel 43 % Volum Urin Bekuan Liur

31 31 B. Pembahasan Penelitian ini termasuk deskritif yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengamati kegiatan praanalitik kelengkapan formulir dan kelayakan sampel yang ditemukan pada populasi sampel pasien dari ruangan (rawat inap) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan praanalitik di rumah sakit dr RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dari bulan Januari 2013 dengan sampel sebanyak 359, masih terdapat formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak lengkap diisi, sehingga dari hasil penelitian dapat diketahui jumlah persentase kegiatan praanaitik pada sampel pasien dari ruangan (rawat inap). Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan praanalitik di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya masih terdapat formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak lengkap diisi oleh dokter yang meminta misalnya tanggal permintaan perlu ditulis karena bila hasil pemeriksaan tidak diambil pada hari itu juga maka waktu pengambilan selanjutnya lebih mudah dikonfirmasi. Berdasarkan permintaan forrmulir pada nama pasien sangat penting karena sering terjadi kesamaan nama, sedangkan tidak ada tertulis umur pada formulir permintaan bila hasil pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan rendah atau tinggi dapat di konfirmasi sesuai nilai normal masing-masing umur. Berdasarkan permintaan formulir ruangan sangat penting nama sama sulit untuk membedakan dan mengakibatkan hasil yang tertukar atau kelengkapan ruangan asal yang tidak ada. Berdasarkan permintaan formulir dengan dokter yang meminta supaya lebih jelas untuk menulis nama dokter itu sendiri di dalam formulir permintaan. Berdasarkan permintaan formulir pemriksaan laboratorium diagnosis itu perlu karena hasil pemeriksaan dengan hasil yang rendah/tinggi yang tidak sesuai dengan nilai normal pada parameter pemeriksaan yang diminta agar

32 32 dalam menegakkan diagnosis dokter tidak salah dalam pemberian pengobatan yang sesuai dengan keadaan pasien. Jenis sampel pada pemeriksaan hematologi harusnya darah dengan antikoagualan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) dengan komposisi darah yang sesuai dengan volume sampel untuk mencegah sampel darah beku, jika terjadi sampel beku atau tidak bisa digunakan maka petugas laboratorium untuk meminta ulang kepada petugas ruangan untuk mengambil kembali sampel yang akan di periksa. Berdasarkan jenis pemeriksaan untuk kimia klinik menggunakan darah beku/sampel tanpa antikoagulan, dengan volume sampel yang banyak dengan proses pemindahan darah beku yang ada dalam spuit ke tabung secara pelan untuk menghindari sampel yang lisis. Berdasarkan kegiatan praanalitik pada pemeriksaan mikrobiologi pemberiaan label pada wadah penampung spesimen dahak dan jenis sampel harus benar-benar berupa dahak yang purulen, dan bukan air liur dengan volume sampel 3-5 ml. Bila sampel tidak sesuai yang terkumpul diberikan hanyak air liur maka dapat mempengaruhi upaya dalam menegakkan diagnosis pada pasien tuberkulosis (TB). Berdasarkan kelayakan sampel di temukan serum lisis dapat mempengaruhi pemeriksaan kimia klinik misalna pada pemeriksaan Aspartat Amino Transaminase serum (SGOT/SGPT) dan pemeriksaan kreatinin. Serum lisis hendaknya dihindari karena sel-sel darah merah akan menyebabkan peningkatan kadar aktivitas enzim transaminase yang mengandung 15 kali lebih banyak dibanding serum. Jika sampel ada bekuan khususnya untuk pemeriksaan hematologi tidak bisa digunakan untuk pemeriksaan. Jika terdapat air liur dalam pemeriksaan mikrobiolgi akan mempengaruhi upaya penegakan diagnosis karena tidak mewakili hasil sebenarnya sedangkan untuk wadah atau penampung harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.

33 33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada penelitian ini tenteang tentang kegiatan praanalitik di laboratorium RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan persentase kelengkapan formulir yang diperoleh rata-rata pada formulir yang lengkap 34 % dan formulir permintaan yang tidak lengkap 66 %. 2. Pada persentase kelayakan sampel diperoleh rata-rata yang layak 88 % dan yang tidak layak 12 %. B. Saran 1. Kepada petugas laboratorium agar selalu memperhatikan dan mencermati formulir permintaan dan sampel yang dikirim untuk diperiksa sehingga tidak ada kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penulisan hasil. 2. Kepada mahasiswa analis kesehatan ini masih penelitian awal sehingga diharapkan ada penelitian lanjutan yang bertujuan untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi kegiatan praanalitik di laboratorium. 3. Kepada dokter yang meminta untuk melengkapi data dalam formulir karena untuk memudahkan petugas Laboratorium dalam pemberian hasil yang akurat. 4. Kepada pihak rumah sakit untuk menyediakan kotak khusus (travel box) di setiap ruangan untuk membawa sampel dari ruangan ke laboratorium.

34 34 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Petunjuk Pelaksana Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan. Jakarta : Bakti Husada Depkes RI Ananoim, Pedoman Laboratorium. Yang Benar (GOOD Laboratory Practice ). Depkes RI Hardjoeno, H, Intrepretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnosis. Makasar: Lembaga Penerbitan Universitas Hassanudin (Lephas) Notoatmodjo, Soekidjo Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Rika Michael Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Laboratorium Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan menggunakan total Architecturo syntesis. http : // Catatan-Ferdian blogspot. Com/ Achiva. Html [ 15 januari 2013] Ripani Muayaffa Pengendalian. Mutu Laboratorium. http : //ripanimusyaffalab. Blogspot. Com /2012/11/ pengendalian-mutu- Labortaorium-html [8 januari 2013] Willam, Lipponcot dan Wilkins Phlebotomy Essentials Fifth Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer.

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Jalan Raya Sungai Kakap Telp. (0561) 743574 Kecamatan Sungai Kakap Kode Pos 78381 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Nomor : 445/

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MUARA AMAN Nomor : TENTANG PERMINTAAN, PEMERIKSAAN,

Lebih terperinci

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. UPTD PUSKESMAS BELOPA PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. Revisi : 00 SOP Tanggal terbit : 02 Januari 2016 Halaman

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H D 4 A N A L I S K E S E H ATA N PENGAMBILAN SAMPLE DARAH A S S Y FA U LT I I S K A N D A R G 1 C 0 1 5 0 3 7 M A R C H 2 0 1 6 CLICK HERE FROM FIRST PENGUMPULAN SAMPEL DARAH PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM

PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM II.1 PENGENDALIAN PRA ANALITIK II.1.1 Pengertian Pengendalian pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium saat pelayanan dimulai pada pasien berupa penerimaan pasien,

Lebih terperinci

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang PHLEBOTOMY Oleh Novian Andriyanti (125070200111036) PSIK Reguler 2 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013 Komplikasi Phlebotomy Phlebotomy ternyata juga dapat mengakibatkan komplikasi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga, dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan menusuk pada bagian

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 364/MENKES/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/MENKES/SK/XII/2005 tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan; 4. Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian analitik Jenis Penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian adalah dilaboratorium Klinik Analis Kesehatan UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif cross sectional untuk mengetahui pola sensitivitas Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN PUSKESMAS PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang Laboratorium untuk menentukan penyakit. 3.kebijakan Pemeriksaan Lab. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasien Laboran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1234567Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Banyumas II,tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekskresi urin yang disaring dari ginjal menuju ureter selanjutnya disimpan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekskresi urin yang disaring dari ginjal menuju ureter selanjutnya disimpan di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urin Urin adalah sisa material yang dieksresikan oleh ginjal dan ditampung dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh melalui proses urinasi dalam bentuk cairan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) No. Dokumen : 23/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-5 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di laboratorium Patologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan dilaboraturium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER Disusun oleh: Nama : WAHDA NURISMI NIM : 14 3145 453 137 Kelompok : I (SATU) PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes MEGA REZKY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darahmerupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN

PENUNTUN PEMBELAJARAN PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK PENGAMBILAN, PEMBUATAN PRAPARAT LANGSUNG DAN PENGIRIMAN SEKRET URETHRA Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakulytas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Darah Darah adalah suatu komponen esensial makhluk hidup,mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi semua

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan total. Darah adalah jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian besar yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN KADAR TIMAH HITAM PADA SPESIMEN BIOMARKER MANUSIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang di dukung oleh studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Waktu penelitian adalah Desember April 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Waktu penelitian adalah Desember April 2010. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) wilayah Pati.

Lebih terperinci

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH Bagian Patologi Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KETERAMPILAN KLINIK

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit

Lebih terperinci

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk : GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto 1 Nomor : 050/SK/DIR/VI/2016 Tanggal : 10 Juni 2016 Perihal : Kebijakan Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Efusi Pleura 1. Anatomi pleura Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM 07 October 2013 - dalam Umum Oleh rakhmatul-binti-fk12 Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis

Lebih terperinci

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1 1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi sangatlah penting dan sering diminta di beberapa laboratorium. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

Anti Koagulansia, pengawet dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK

Anti Koagulansia, pengawet dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK Anti Koagulansia, pengawet dan sampling Dr.Ozar Sanuddin, SpPK Anti KoagAulansia Adalah suatu bahan kimia/substansi yang dapat menekan, menunda atau mencegah pembekuan darah. Jenis- jenis anti koagulansia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik, Ilmu Obstetri, dan Ilmu Penyakit Infeksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo.

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif tentang kadar bilirubin total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. B. Tempat

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria

Lebih terperinci

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH ILMU PATOLOGI KLINIK Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH ILMU PATOLOGI KLINIK Cabang ilmu kedokteran yang: 1. Memeriksa dan mempelajari contoh bahan yang berasal dari manusia : * Darah * Urine * Tinja *

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti Dharmayanti, SpPK(K)

PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti Dharmayanti, SpPK(K) PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA dr.anti Dharmayanti, SpPK(K) PRA ANALITIK PENANGANAN SPESIMEN MIKROBIOLOGI AMAT PENTING UTK AKURASI HASIL & INTERPRETASI SPESIMEN KULTUR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria) Lampiran : Surat No. 224/DL.004/V/AMG-2012 Tanggal 15 Mei 2012 Hal : Pemeriksaan Kesehatan MACAM DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit (Anamnesis) 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Test) 3.

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 36 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 21 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

trombosit; hematokrit; laju endap darah; hitung jenis; c) kimia darah, meliputi:

trombosit; hematokrit; laju endap darah; hitung jenis; c) kimia darah, meliputi: 0 TATA CARA PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Klasifikasi Pemeriksaan Kesehatan a. Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap II, meliputi: 1) pemeriksaan fototoraks; ) pemeriksaan rekam jantung istirahat/ elektrokardiografi;

Lebih terperinci

Dr.Ozar Sanuddin, SpPK

Dr.Ozar Sanuddin, SpPK Speciment Collecting and Handling. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK Tahap tahap pemeriksaan spesimen : Pra analitik Analitik Pasca Analitik. Bila tahap tahap ini terlaksana dengan baik akan diperoleh hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laboratorium merupakan bagian dari sarana kesehatan yang digunakan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan yang melaksanakan suatu pemeriksaan yang dapat menegakkan

Lebih terperinci

No. Dokumen. 02/Lab/Keperawatan/05/2014. Kebijakan : Harap diperhatikan kategori pasien. Ditetapkan STANDAR Tanggal Terbit

No. Dokumen. 02/Lab/Keperawatan/05/2014. Kebijakan : Harap diperhatikan kategori pasien. Ditetapkan STANDAR Tanggal Terbit Pengertian : Pelayanan pemeriksaan PELAYANAN yang PASIEN berasal dari RAWAT poli JALAN umum, poli spesialis, rujukan dari rumah sakit atau laboratorium swasta lain, puskesmas. Tujuan : Memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 bulan

Lebih terperinci

Meti Kusmiati, Danil Muharom Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Meti Kusmiati, Danil Muharom Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya GAMBARAN KADAR SGOT HATI PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI PUSKESMAS KAWALU TASIKMALAYA Meti Kusmiati, Danil Muharom Program Studi

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA Ratih Hardisari 1, Binti Koiriyah 2* 1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Ngadinegaran MJ III/62

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya parasitologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF Meti Kusmiati, Dimas Adi Pradana Prodi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Penyakit Diabetes

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transfusi darah 2.1.1 Pengertian Transfusi Darah Transfusi darah adalah suatu cara pengobatan berupa penambahan darah atau bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK Ardiya Garini Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang ABSTRAK Laju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Loboratorium Klinik Fikkes Unimus Jalan

Lebih terperinci

MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH

MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH Disusun OLEH KUSMIYATUN KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat kami

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Darah Darah merupakan komponen asensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam pembuluh

Lebih terperinci

PENANGANAN SPESIMEN LABORATORIUM NO NO Revisi Halaman

PENANGANAN SPESIMEN LABORATORIUM NO NO Revisi Halaman UPTD Puskesmas Ulaweng Jl. Makassar No.17 Tacipi, Kec Ulaweng PENANGANAN SPESIMEN LABORATORIUM NO NO Revisi Halaman Prosedur Tetap Terbitan Tgl Ditetapkan Kepala UPTD Puskesmas Ulaweng A. Makkulasse,S.Sos

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebutuhan dan kesediaan masyarakat luas untuk deteksi dini kesehatan di era modern sekarang ini semakin berkembang seiring majunya pemahaman bahwa tidak ada yang tahu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan kadar gula dalam tubuh penderita tinggi. Hal ini karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik atau terdapat

Lebih terperinci