BAB III METODE PENELITIAN. artinya ilmu pengetahuan. Sudaryanto (1982:2), metodologi adalah cara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. artinya ilmu pengetahuan. Sudaryanto (1982:2), metodologi adalah cara"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Kata metode berasal dari metodologi. Kata metodologi terbentuk dari kata metode dan logos. Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; logos artinya ilmu pengetahuan. Sudaryanto (1982:2), metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman. Menurut Maryaeni (2005:1) penelitian (research) merupakan usaha memahami fakta secara rasional yang ditempuh melalui prosedur kegiatan tertentu sesuai dengan cara yang ditentukan peneliti. Dalam konteks penelitian, istilah fakta memiliki pengertian tidak sama dengan kenyataan, tetapi lebih mengacu pada sesuatu daripada kenyatan exact, dan sesuatu tersebut terbentuk dari kesadaran seseorang seiring dengan pengalaman dan pemahaman seseorang terhadap yang dipikirkanya. Sesuatu yang terbentuk dalam pikiran seseorang tersebut belum tentu secara konkret, dapat dilihat dan ditemukan dalam kenyataan yang sebenarnya.

2 3.1 Metode Dasar Metode dasar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode atau pendekatan kualitatif. Maryaeni (2005:1), menjelaskan metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang sifatnya individu, keadaan atau gejala dari kelompok yang diamati. Metode ini dilakukan agar dapat mengumpulkan dan menyajikan data secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerahnya. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalah yang dikaji dalam penelitian ini mengenai pelaksanaan nengget pada etnik Karo membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data. Dari alasan kedua tersebut penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif ini sangat cocok digunakan. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang baik adalah lokasi/obyek penelitian yang sesuai dengan obyek permasalahanya dan merupakan daerah informasi secara kualitatif maupun kuantitatif(subagyo 1991:35).Lokasi penelitian berada di Desa Bulanjahe, kecamatan Barusjahe, kabupaten Karo, provinsi Sumatera Utara. Alasan penulis melakukan penelitian didaerah ini karena (1). penduduknya asli suku Karo (2). upacara ini masih dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.

3 3.3 Instrumen Penelitian Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mempersiapkan instrumen atau alat bantu penelitian. Instrumen merupakan suatu pengumpul data yang digunakan dalam penelitian, diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Seperti yang dikatakan Sugiyono (1994:84) bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Agar data yang diproleh akurat sehingga mudah diolah, maka dalam penelitian ini diperlukan penggunaaninstrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Alat rekam (tape recorder), (2). Pulpen (3). Buku tulis (4) Daftar pertanyaan (kuisioner). 3.4Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ialah sebuah cara penelitian dalam pengkajian data, baik dari tinjauan pustaka maupun penelitian lapanganya. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Teknik Observasi Menurut Bungin (2008:108), metode observasi adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja dari

4 salah satu pancaindra yakni mata dan dibantu dengan pancaindra yang lainnya. b. Teknik Wawancara Menurut Bungin (2001:133), metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawabsambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Metode ini dilakukan langsung mewawancarai informan guna memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang tradisi nengget pada etnik Karo dengan menggunakan alat rekam (tape recorder) c. Teknik Kepustakaan Menurut Pohan dalam Prastowo (2012:81) kegiatan ini (penyusunan kajian pustaka) bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teoriteori, metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, dan plagiat. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data adalah bagian dalam proses penelitian yang sangat penting, karena dengan analisa inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian (Subagyo, 1991: ).

5 Metode yang digunakkan dalam penelitian ini adalah metode kualiatatif. Menganalisis data kualiitatif, boleh dikatakan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, bukan hanya suatu saat setelah penelitian usai. Pekerjaan ini merupakan proses yang berkelanjutan, bukan kegiatan sesaat. Dalam metode analisis data ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan bentuk simbol Bentuk simbol yang digunakan dalam tradisi nengget pada etnik Karo dideskripsikan dalam bentuk gambar untuk mendukung kejelasan data. b. Mendeskripsikan makna dan fungsi simbol Makna setiap simbol yang telah diproleh dari informan akan dibandingkan dengan arti harafiah tanda. Bentuk dan makna simbol yang telah dideskripsikan dilanjutkan dengan pendeskripsian fungsi simbol yang digunakan dalam tradisi nengget pada etnik Karo. c. Mendeskripsikan nilai simbol Pendeskripsian nilai yang terkandung dalam tradisi nengget pada etnik Karo.

6 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Tata Pelaksanaan Upacara Tradisi Nengget Pada Etnik Karo Dalam pelaksanaan tradisi nengget pada etnik Karo ada beberapa hal yang harus dilakukan agar tradisi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik Musyawarah Sebelum melakukan nengget, kalimbubu akan bermusyawarah dengan anak beru untuk membicarakan segala sesuatu yang dibutuhkan. a. Waktu Pelaksanaan Nengget Waktu merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan, pemilihan waktu yang tepat akan membuat tujuan pelaksanaan akan tercapai. Jika pelaksanaan yang dilaksanakan tanpa ada perhitungan waktu yang tepat akan membuat hasil yang kurang baik atau bahkan bisa menimbulkan hasil yang tak berarti apa-apa. Etnik Karo jika melakukan suatu pekerjaan akan terlebih dahulu mencari waktu yang tepat. Misalnya jika ingin memasuki rumah baru tidak semua hari boleh dilakukan, namun hari yang tepat dan diyakini dapat membawa berkat adalah wari beras pati (hari beras pati). Sebelum melaksanakan nengget, maka pihak yang memprakarsai apakah pihak kalimbubu atau pihak anak beru mencari hari yang baik menurut

7 perhitunggan Karo dengan bantuan seorang dukun yang disebut guru simeteh wari si telu puluh, orang ini dengan bantuan roh dapat menentukan hari baik. Pada dasarnya dalam pelaksanaan nengget, hari bukanlah hal yang paling menentukan berhasil atau gagalnya upacara tersebut. b. Biaya Dalam pelaksanaan nengget, biaya akan ditanggung oleh pihak yang mengusulkan nengget yang dilaksanakan baik itu anak beru ataupun kalimbubu. Sementara orang yang akan disengget tidak mengurus apapun dan mereka sendiri tidak mengetahui bahwa upacara itu ditujukan kepada mereka. Pelaksanaan nengget dilakukan secara sederhana sehingga tidak memerlukan banyak biaya. Tamu yang di undangpun hanya terbatas pada kerabat dekat. c. Peralatan-Peralatan Dalam Tradisi Nengget Untuk melaksanakan upacara tradisi nengget diperlukan sejumlah peralatan yang telah disiapkan sebelumnya. Semua peralatan yang telah ditentukan harus lengkap dan tidak boleh ada satupun yang terlupakan, apabila hal itu terjadi maka pelaksanaan nengget dianggap tidak sempurna. Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Uis Ariteneng 2. Anak batu lagan 3. Uis Kapal

8 4. Gendang ( tidak menjadi keharusan) 5. Manuk sangkep 6. Lau simalem-malem 7. Tumba beru-beru 8. Pakaian adat Pelaksanaan Nengget Dalam pelaksanaan nengget ada 3 kelompok kerabat yang terlibat yaitu kalimbubu, anak beru, dan senina/sembuyak. Pihak kalimbubu mengatur semua persiapan dari jalanya upacara. Sementara senina/sembuyak berperan sebagai pendamping kalimbubu dan membantu kalimbubu jika timbul masalah pada saat sebelum dan sesudah upacara nengget selesai. Pada saat upacara, anak beru mempunyai peranan yang tidak kalah penting. Mereka mempersiapkan segala persiapan dan perlengkapan untuk upacara. Selain ketiga kelompok kerabat tersebut, maka ada lagi kelompok kerabat yang terlibat yaitu turangku atau rebu, dimana turangku inilah yang akan menyiramkan lau si malem-malem pada pasangan suami-istri yang belum memiliki keturunan. Padahal dalam kehidupan sehari-hari turangku ini tidak dapat saling bertegur sapa karena hal ini dipantangkan bagi etnik Karo ini disebut dengan istilah rebu, dan apabila mereka ingin mengatakan sesuatu maka harus melalui perantara. Rebu itu sendiri artinya pantangan, dilarang, tidak boleh atau tidak dibenarkan melakukan sesutu menurut adat Karo, bagi siapa yang melanggar

9 maka ini dikatakan tidak tau adat dan dicemooh oleh masyarakat. Istilah rebu pada masyarakat Karo dapat dibedakan atas tiga pihak diantaranya adalah : 1.Antara mami (mertua wanita) dengan kela (menantu pria). Dalam pengertian sempit mami adalah ibu dari istri, sedangkan kela adalah suami dari anak wanita. 2.Antara bengkila (mertua pria) dengan permain (menantu wanita) bengkila dalam pengertian sempit adalah ayah dari suami seorang wanita. 3.Antara turangku dengan turangku. Pengertian rebu dalam masyarakat Karo adalah dilarang berbicara, dilarang duduk sebangku, misalnya dengan mertua yang berbeda jenis kelamin dan dilarang berbicara dengan suami ipar atau istri yang berbeda jenis kelamin. Rebu ini sebagai tanda adanya batas kemerdekaan diri, adanya rasa diri berkebebasan, melalaui perilaku seperti ini orang meningkatkan dan sadar akan perinsip sosial dalam cara hidup berkerabat maka melalui rebu orang akan mampu mengontrol prilaku dan perbuatannya sendiri. Rebu melahirkan mehangke atau enggan dan dari enggan tersebut dapat melahirkan rasa hormat seseorang. Hormat menimbulkan sopan santun, dan ini adalah unsur mendidik bagi masyarakat Karo. Proses pelaksanaan upacara nengget ini dilakukan secara sangat rahasia, sebelum upacara nengget dilaksanakan maka kalimbubu dan anak beru bermusyawarah untuk melakukan nengget. Apabila keluarga yang akan disengget tersebut belum memiliki keturunan atau anak laki-laki maka inisiatif untuk melakukan upacara adalah dari pihak kalimbubu. Sebaliknya, bila keluarga yang akan disengget belum memiliki anak perempuan maka inisiatif untuk melaksanakan upacara adalah dari pihak anak beru. Acara nengget ini biasanya

10 dilakukan pada malam hari, pada saat keluarga yang akan disengget sedang berkumpul. Tepat pada hari yang telah ditentukan rombongan nengget berangkat dari satu tempat tertentu, misalnya dari rumah kalimbubu atau anak beru dan semuanya harus berjalan secara rahasia. Pada malam pelaksanaan upacara nengget telah diatur siasat agar keluarga yang akan disengget berda di rumahnya. Misalnya salah seorang keluarga dekat datang ke rumahnya membicarakan hal-hal yang penting, atau seorang tamu yang sangat dihormatinya berjanji datang ke rumahnya pada malam itu untuk membicarakan suatu hal. Peralatan nengget yang dipersiapakan, seperti : tumba beru-beru diisi lau simalem-malem (air yang telah dicampur dengan berbagai ramuan) dan diserahkan kepada turangku si dilaki (istri dari ipar suami) dan turangku si diberu (suami dari adik kakak suaminya), kemudian masing-masing turangku ini masuk ke rumah yang akan disengget secara diam-diam. Dengan tiba-tiba masukalah turangku dengan menyiramkan turangkunya dengan lau si malem-malem, sambil berkata e makamupus anak lah engko, adi lang la kita rebu rasa lalap yang artinya maka jumpa keturunan lah engkau, kalau tidak sampai tua kita tidak rebu. Pada waktu yang bersamaan gong dipukul sehingga menimbulkan suara yang riuh dan kaum perempuan menari. Kemudian semua rombongan masuk ke rumah, lalu keluarga yang disengget diosei (dipakaikan pakaian adat) secara terbalik yang laki-laki dipakaikan pakaian adat perempuan sedangkan yang perempuan dipakaikan pakaian adat laki-laki. Setelah selesai diosei maka keluarga ini dipasangkan oleh kalimbubu dan gendangpun dipukul untuk menari bersama. Pada saat acara menari suami istri yang disengget disatukan dan makan dalam satu piring pasu dengan nasi dan lauknya ayam

11 (sangkep) yang khusus dibuat oleh kalimbubu. Sesudah mereka makan barulah orang yang hadir dalam upacara ini makan bersama-sama. Selesai acara makan maka diadakan musyawarah atau runggu yang isinya menanyakan : unek-unek (manek-manek) yang disengget kepada kalimbubu, kalau memang ada maka masalah itu harus diselesaikan pada malam itu juga. Selain itu keluarga yang disengget tersebut juga ditanyai apakah ia mempunyai keinginan tertentu, yang masih belum kesampaian sampai sekarang sehingga hal ini dapat terus mengaggu pikiran keluarga tersebut. selanjutnya dipalu gendang (gendang dipukul) dan diaturlah acara menari sebagai berikut: 1. menari dari pihak anak rumah 2. menari dari pihak sembuyak/senina/sipemeren/siparibanaen/sedalanen 3. menari dari pihak kalimbubu 4. menari dari pihak anak beru Setelah acara menari selesai maka acara untuk upacara nengget telah selesai dan boleh tidur atau bercakap-cakap. Besok paginya setelah selesai acara makan pagi, runggu pun dimulai lagi yaitu untuk bembayar uang jujuran (pedalen emas) seperti pada acara kawin. Uang jujuran ini disesuaikan dengan daerah/tempat dilakukannya pelaksanaan upacara nengget. Untuk biaya dari pelaksanaan nengget ini ditanggung oleh pihak yang berinisiatif melakukan upacara, misalnya apabila inisitif pelaksanaan nengget dari pihak kalimbubu maka biayanya ditanggung oleh kalimbubu. Sebaliknya apabila inisiatif nengget datang dari pihak anak beru maka biayanya dari pihak anak beru.

12 4.2 Deskripsi Bentuk, Fungsi, Makna Simbol Dalam Tradisi Nengget Pada Etnik Karo. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 4 (empat) kategori pembagian simbol yang terdapat dalam tradisi nengget pada etnik Karo. Diantaranya adalah: 1. Simbol perlengkapan adat, yang terdiri dari 7 (tujuh) simbol perlengkapan adat yaitu uis ariteneng, batu lagan, uis kapal/endawa, gendang, tumba beru-beru, pakaian adat, dan lau simalem-malem. 2. Simbol makanan, yaitu manuk sangkep. 3. Simbol waktu, yang terdiri dari 2 (dua) simbol yaitu waktu pelaksanaanya dan tanggal baik pelaksanaan ( wari si mehuli). 4. Simbol penanda status, yang terdiri dari 4 (empat) yaitu kalimbubu, senina/sembuyak, anak beru, dan turangku.

13 4.2.1 Deskripsi Bentuk, Fungsi dan Makna Simbol Perlengkapan Adat No BENTUK SIMBOL FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL 1 a. Makna Uis ariteneng dipakai dalam adat melambangkan ketentraman ( tenang tendi i rumah). Pada konteks tradisi nengget simbol uis ariteneng memiliki makna sebagaiupah tendi (upah roh). b. Fungsi Dalam tradisi nengget pada etnik Karo uis ariteneng memiliki fungsi sebagai Gambar 4.1 Uis Ariteneng Salah satu jenis kain tenunan etnik Karo, kain gendong yang diberikan kepada istri yang belum mempunyai anak tersebut dengan maksud agar istri segera dapat mengendong anaknya. keseluruhan uis ariteneng warnanya hitam agak hitam pekat, karena kain ini dibuat dari

14 benang kapas yang dicelup dengan sejenis bahan yang warnanya hitam (proses tradisional), dalam bahasa Karo disebut Ipelabuhken. 2 a. Makna Dalam tradisi nengget pada etnik Karo ini batu merupakan simbol dari anak. Diharapkan sang istri segera mempunyai anak. Anak yang lahir nanti dihharapkan anak yang kuat dan sehat. b. Fungsi Dalam tradisi nengget pada etnik Karo batu diberikan kepada istri yang Gambar 4.2 Anak Batu Lagan Batu adalah benda padat yang tebuat secara belum mempunyai anak untuk digendong dengan uis ariteneng layaknya seorang bayi. alami dari mineral dan atau mineraloid.

15 3 a. Makna Makna uis kapal secara adat menunjukan karakter kuat, ulet dan perkasa. b. Fungsi Pada acara perkawinan uis kapal dipakai oleh laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Dalam tradisinengget, uis kapal digunakan sebagai alas makanan yang akan diberikan kepada suami-istri yang disengget. Gambar 4.3 Uis Kapal Salah satu kain tenunan karo, Warnanya hitam dan berbintik bintik, tepian kain warna hitam pekat dan ujungnya terjalin dan berumbai. Jenis kainnya agak tebal hingga disebut juga uis kapal (kain tebal). Proses pembuatannya juga masih tradisional.

16 4 a. Makna Gendang merupakan alat musik dimanadi dalam suatu upacara masyarakat mengekspresikan dirinya sebagai manusia yang memiliki perasaan indah, senang, gembira maupun sedih serta mengugah perasaan terharu. b. Fungsi Dalam upacara adat gendang digunakan sebagai alat pengiring pada saat acara menari. Dalam tradisi nengget, gendang dipakai untuk menimbulkan suara yang riuh dan semua kaum perempuan yang hadir menari. Setelah Gambar 4.4Gendang Gendang Karo atau gendang lima si pasangan tersebut dipakaikan baju adat secara terbalik, gendang kembali dipukul dan mereka menari bersama-sama. dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan

17 dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune, gendang indung, gendang anak, gung, dan penganak.

18 5 a. Makna Tumba beru-beru digunakan untuk menakar suatu benda misalnya beras. Makna tumba beru-beru adalah melambangkan sangkep ngeluh (hidup sempurna). b. Fungsi Dalam tradisi nengget tumba beru-beru digunakan sebagai tempat dari lau Gambar 4.5Tumba Beru-Beru Sebuah wadah yang berbentuk bulat yang simalem-malem yang nantinya akan disiramkan kepada pasangan yang akan disengget. terbuat dari alumaniun.

19 6 a. Makna Dalam tradisi nengget pakaian adat ini dipakai secara terbalik. Suami mengenakan pakaian adat perempuan sedangkan istri mengenakan pakaian adat laki-laki supaya tendi (roh) mereka malu dan segera mendapatkan keturunan. Pakaian merupakan suatu kelengkapan dalam hidup. Tanpa pakaian, manusia akan merasa malu. Begitu juga dalam tradisi nengget, pakaian juga disimbolkan sebagai anak, anak merupakan pakaian orangtuanya. Dalam hal ini, diharapkan anak supaya menutupi kekurangan Gambar 4.6Pakaian Adat Pakaian adat karo terdiri dari uis ariteneng, uis nipes, uis remas-emas, beka buluh, kelamkelam. orangtua dan membuat kehidupan orangtua menjadi lebih berharga dan sempurna. Makna yang terdapat pada setiap bagian kain dan perhiasan yang digunakan pada oleh pengantin dalam upacara adat intinya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya pada masyarakat Karo seperti nilainilai kekerabatan, nilai sistem sosial, nilai kekeluargaan, nilai kesopanan, nilai kehormatan,nilai kesuburan dan kemakmuran, nilai kerja keras.

20 b. Fungsi Pengantin wanita mengenakan baju kebaya berwarna merah, pada sisi bawah mengenakan uis gatip dan uis nipes. Di bagian kepala uis kelamkelam sebagai tudung dan uis remas-emas sebagai jujungen. Pengantin lakilaki mengenakanbeka buluh untuk bulang-bulang, uis ariteneng sebagai gonje, uis remas-emas sebagai kadang-kadangen.

21 7 a. Makna Lau simalem-malem sebagai air yang akan disiramkan pada pasangan suami-istri yang di sengget. Semua ramuan yang terdapat pada air tersebut memiliki makna untuk kesehatan/ kesuburan.lau simalem-malem juga bersifat menyejukan / mendinginkan. Dalam tradisi nengget, lau simalemmalem juga berhubungan dengan anak. Anak merupakan penyejuk dan kebahagian bagi orangtua. Diharapkan nantinya anak tersebut membawa ketentraman, kebahagian, dan memberikan pengaruh yang baik untuk Gambar 4.7Lau Simalem-malem Lau simalem-malem terdiri dariair, tabartabar, lak-lak galuh sitabar, besi-besi, sangka sempilat, beras-beras, sampe lulut, bunga sapa, dan bunga engkiong. orangtua dan orang yang berada disekitarnya. b. Fungsi Dalam tradisi nengget lau simalem-malem di berikan kepada turangku si dilaki( istri dari ipar laki-laki suami) dan turangku si diberu ( suami dari adik/kakak suami). Mereka nantinya yang akan menyiramkan lau simalemmalem kepada pasangan yang disengget.

22 4.2.2 Deskripsi Bentuk dan Makna Simbol Makanan No Bentuk Simbol Fungsi dan Makna Simbol 1 a. Makna Manuk sangkep dalam tradisi nengget pada etnik Karo diberikan kepada suami-istri yang belum mempunyai keturunan dengan maksud menyatukan kembali roh mereka supaya lebih kuat dan kehidupan mereka menjadi lengkap dengan hadirnya anak di tengah keluarga. Ayam disimbolkan Gambar 4.8 Manuk Sangkep Manuk(ayam), sangkep(lengkap). Manuk sangkep terdiri dari olahan daging ayam yang bentuk tubuhnya utuh dan lengkap. Ayam ini sebagai orang tua dan telur merupakan simbol dari anak. b. Fungsi Manuk sangkep adalah makanan khas etnik Karo yang dijadikan makanan adat dalam sebuah upacara adat misalnya dalam upacara mukul. Makanan ini diberikan kepada pengantin baruuntuk menyatukan roh (persada tendi). direbus kemudian dipotong-potong dan

23 disusun di atas piring (pinggan pasu). Nasi bersama daging ayam yang lengkap ini kemudian ditambahkan dengan sebutir telur ayam Deskripsi Bentuk dan Makna Simbol Penanda Status No Bentuk Simbol Fungsi dan Makna Simbol 1 Kalimbubu a. Makna Senina/Sembuyak Gambar 4.9 Kalimbubu Anak Beru Kalimbubu dalam peradatan etnik Karo merupakan kedudukan tertinggi dalam sebuah adat dan sangat dituakan. Namun status ini tidak mutlak karena setiap orang pernah menjadi kalimbubu. Dalam konteks tradisi nengget,kalimbubu diharapkan menjadi pendukung jalanya upacara serta memberikan nasehat.semua nasehat yang

24 Kalimbubu diartikan sebagai kelompok pemberi dara bagi keluarga (marga) tertentu. diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain. b. Fungsi Kalimbubu yang dianggap sebagai Dibata Ni Idah memiliki peranan penting yaitu sebagai penasehat. Dalam konteks tradisi nenggetkalimbubu mengatur semua persiapan dari jalanya upacara, juga termasuk mengeluarkan biaya untuk pelaksanaan upacara. 2 Kalimbubu a. Makna Senina/Sembuyak Gambar 4.10 Senina/Sembuyak Anak Beru Senina/sembuyak dalam tradisi nengget menjadi pendamping dan membantu kalimbubu jika timbul masalah pada saat sebelum dan sesudah upacara selesai.

25 Senina/sembuyak merupakan hubungan kekerabatan berdasarkan marga, saudara kandung ataupun jauh. b. Fungsi Senina/sembuyak adalah saudara semarga baik saudara kandung, saudara jauh yang semarga memiliki fungsi dan peranan menjadi pendamping dan pendukung. Senina juga sebagai penengah atau sekat dalam musyawarah adat agar tidak terjadi perselisihan. 3 Kalimbubu a. Makna Anak beru menjadi pihak yang akan mengerjakan segala sesuatu yang berurusan dengan pekerjaan, perlengkapan yang dibutuhkan untuk Senina/Sembuyak Anak Beru Gambar 4.11 Anak Beru Anak beru adalah pihak penerima perempuan untuk diperistri. mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. b. Fungsi Anak beru berkewajiban sebagai mengatur jalannya dalam melaksanakan suatu pesta adat dan mempunyai kewajiban membantu memenuhi perlengkapan berupa barang-barang yang diperlukan.

26 4. Ayah Ibu Ayah Ibu a. Makna Rudi Bunga Bagas Turangku Rani Roy Tina Turangku Turangku atau rebu menjadi penyiram air suci atau lau simalem-malem kepada keluarga yang disengget. Padahal dalam kehidupan sehari-hari turangku ini tidak dapat bertegur sapa. Gambar 4.12 Turangku Turangku merupakan pihak antara turangku si dilaki (istri dari ipar suami) dan turangku si diberu (suami dari adik kakak suaminya). Rebu itu sendiri artinya b. Fungsi Turangku atau rebu memiliki peranan yang sangat penting dalam upacara nengget. Turangku yang akan menyiramkan air suci atau lau simalem-malem kepada keluarga yang disengget pantangan, dilarang, tidak boleh atau tidak dibenarkan melakukan sesutu menurut adat Karo, bagi siapa yang melanggar maka ini dikatakan tidak tau adat dan dicemooh oleh masyarakat.

27 4.2.4 Deskripsi Bentuk Simbol Waktu No Bentuk Simbol Fungsi dan Makna Simbol 1 a. Makna Dalam upacara adat Karo, hari baik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemilihan waktu yang tepat diyakini dapat membuat apa yang diinginkan dapat tercapai. Sebaliknya pelaksanaan yang dilakukan tanpa memperhitungkna waktu bisa mendapatkan hasil yang tidak berarti apapun. Sebelum melaksanakan nengget, maka pihak yang memprakarsa apakah pihak kalimbubu atau pihak anak beru mencari hari yang baik menurut perhitunggan Karo dengan bantuan seorang dukun yang Gambar 4.13 Wari Mehuli Hari yang baik menurut kepercayaan sebuah disebut guru simeteh wari si telu puluh, orang ini dengan bantuan roh dapat menentukan hari baik.

28 masyarakat tertentu. b. Fungsi Sebuah kepercayaan manusia untuk memilih waktu yang tepat sesuai dengan kepercayaan yang dianut dan rasi bintang, cuaca, serta suasana hari baik.

29 2 a. Makna Waktu pelaksanan tradisi nengget di mulai pada malam hari agar pasangan itu berada dalam rumah. Untuk menghindari mereka keluar rumah, maka tamu yang sangat dihormat (biasanya kalimbubu) berjanji akan datang kerumah mereka. Dengan demikian mereka menunggu tamu tersebut. Gambar 4.14 Malam Hari Bagian akhir dari hari waktu setelah terbit hingga malam hari. b. Fungsi Fungsi dilakukanya tradisi nengget di mulai pada malam hari tepat pada saat pasangan yang disengget sedang beristirahat agar upacara tidak banyak diketahui orang. Tradisiini dilakukan secara rahasia dan terencana, artinya sama sekali tidak diketahui oleh pasangan yang akan di sengget.

30

31 4.3 Deskripsi Nilai Simbol Tradisi Nengget Pada etnik Karo. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan bergunabagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan nilai: 1. Nilai Solidaritas. Nilai solidaritas merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik itu berupa keberuntungan maupun ketidakberuntungan. Nilai solidaritas sangat dijunjung tinggi oleh etnik Karo.Dalam tradisi nengget, pihak yang ikut berparpartisipasi tidak memandang kelas sosial.mereka bersama-sama dalam mensukseskan acara nengget tersebut. 2. Nilai Keagamaan Tradisi nengget juga sering dilakukan untuk meletakkan ilmu pengetahuan (pengetahuan magis, tentunya yang diletakan adalah yang baik dan positif) kepada orang yang akan menyandang pengetahuan magis yang diberikan leluhurnya. Dalamhal konteks tradisi nengget, untuk menentukan hari baik maka diperlukan bantuan seorang dukun yang disebut guru simeteh wari si telu puluh, orang ini dengan bantuan roh dapat menentukan hari baik. Etnik Karo juga percaya dengan melakukan tradisi ini, maka apa yang diharapkan pasangan suami-istri ini segera tercapai. 3. Nilai Kekeluargaan Nilai kekeluargaan adalah hubungan yang terbentuk dalam suatu keluarga dimana bertujuan untuk menanamkan bentuk kebaikan yang akan menjadi sarana penyatuan

32 dalam sebuah keluarga. Karena itulah, nilai kekeluargaan sangat penting dalam menjaga keharmonisan sebuah keluarga.dalam tradisi nengget, nilai kekeluargaan sangat terlihat. Pihak yang ikut berpartisipasi sangat mengharapkan dengan terlaksananya upacara ini, maka seluruh sanak saudara bersatu untuk tercapainya sebuah tujuan.

33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa simbol yang terdapat pada tradisi nengget pada etnik Karo dibagi dalam empat kategori yaitu: (1) simbol perlengkapan adat, (2) simbol makanan adat, (3)simbol waktu, (4) simbol penanda status. Dalam setiap simbol yang digunakan pada tradisi nengget pada etnik Karo berisi harapan-harapan yang sifatnya baik dan penuh pengharapan akan kehidupan yang bahagia. Setiap simbol memiliki hubungan dengan makna yang disepakati oleh masyarakat Karo. Setiap simbol dimaknai dan diteladani dari sifat atau tingkah dari simbol yang dihubungkan. Fungsi simbol yang digunakan pada tradisi nengget pada etnik Karo mempunyai sifat yang batiniah dan lahiriah. Nilai yang terdapt dalam tradisi nengget pada etnik Karo juga mengambarkan hal yang baik dalam pengunaanya, jadi nilai tersebut harus dijaga sesuai peradatan etnik Karo. 5.2 Saran Simbol-simbol yang terdapat pada etnik Karo tidak hanya sebagai identitas budaya oleh masyarakat Karo, namun setiap simbol mempunyai makna dan nilai tersendiri sehingga sebagai manusia diharapkan untuk menjaga dan memelihara budaya yang telah diturunkan secara turun-temurun dan tetap melestarikanya. Sebagai manusia yang memiliki rasa solidaritas antara sesama, sudah sepantasnya kita membantu sesama. Dalam hal ini tradisi nengget pada etnik Karo merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk membantu pasangan suami-istri yang belum mempunyai

34 keturunan. Tradisi ini juga diharapkan dijaga dan dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya. Kita sebagai manusia yang beragama dan bertuhan harus memilah budaya yang masih pantas untuk diteladani atau budaya yang harus diubah pemahamannya, sehingga tidak menyimpang dari pemahamaan agama. Namun demikian nilai harus tetap dijaga karena budaya merupakan salah satu kekayaan yang tidak ternilai harganya.

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai ragam bahasa daerah. Bahasa daerah hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia. Semua bahasa daerah yang dipakai penuturnya dilindungi

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan pada Bab IV dan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setiap acara adat yang ada di desa Lokop berbeda dengan acara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis). Masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis). Masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya suatu bangsa adalah gambaran cara hidup masyarakat dari bangsa yang bersangkutan. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis). Masingmasing suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat pasti mempunyai nama, yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku batak yang lainnya, Simalungun mempunyai adat dalam setiap upacara salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. Masyarakat Karo sebagai salah satu ragam suku bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesta merupakan suatu acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan, dengan perjamuan makan dan minum dengan suasana yang sangat meriah. Baik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa penting, yaitu lahir, menikah dan meninggal dunia yang kemudian akan menimbulkan akibat hukum tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mandailing adalah sekolompok masyarakat yang mendiami daerah pesisir barat daya daratan di Pulau Sumatera, tepatnya di Tapanuli Selatan. Pada masyarakat Mandailing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Fungsi Piring Sebagai Mas Kawin Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312 Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

PENETAPAN MAHAR BAGI PEREMPUAN DI DESA KAMPUNG PAYA, KECAMATAN KLUET UTARA, KABUPATEN ACEH SELATAN

PENETAPAN MAHAR BAGI PEREMPUAN DI DESA KAMPUNG PAYA, KECAMATAN KLUET UTARA, KABUPATEN ACEH SELATAN PENETAPAN MAHAR BAGI PEREMPUAN DI DESA KAMPUNG PAYA, KECAMATAN KLUET UTARA, KABUPATEN ACEH SELATAN Rida Alfida 1, Saiful Usman 1 *, Ruslan 1 1 Prodi PPKn FKIP Universitas Syiah Kuala *Corresponding email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu

DAFTAR LAMPIRAN. a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu DAFTAR LAMPIRAN Data istilah sebutan sanak saudara a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu b. Ayak : Ayah sebagian ada juga yang memanggil Bapak c. Mamak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI

UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI (IRINGAN TARIAN NGALINDAP PUNEI) Di susun oleh : LILIS MANIQ CITRA BUDAYA SANGGAR SENI BELAJAR KESENIAN TRADISIONAL KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor 1 BAB V 1. Kesimpulan PENUTUP Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor Medan bukanlah rahasia umum lagi, serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Pada masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai macam tradisi yang masih dilaksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang, misalnya tradisi

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi Lampiran 2 HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi 1. Bagaimanakah cara orang tua menyampaikan hukum adat Minangkabau kepada anak, terkait adanya pewarisan harta kepada anak perempuan?

Lebih terperinci