Metode pengolahan data klimatologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode pengolahan data klimatologi"

Transkripsi

1 Metode pengolahan data klimatologi 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan tata cara pengalahan data klimatologi dalam rangka mengolah dan menyajikan data klimatologi secara tepat dan akurat dan untuk mendapatkan data klimatologi yang andal dan siap pakai. Tata cara ini membahas ketentuan-ketentuan dan cara pengolahan data secara manual dan atau komputer. 2 Acuan normatif - 3 Istilah dan definisi 3.1 pengolahan data klimatologi kegiatan dan pekerjaan teknik yang memproses hasil pencatatan grafik dan pembacaan alat dirubah menjadi data numerik 3.2 klimatologi suatu ilmu yang mempelajari tentang keadaan iklim disuatu wilayah penelitian 3.3 pos klimatologi lengkap pos yang mempunyai alat-alat pemantau iklim di suatu wilayah penelitian : penakar hujan otomatis, penakar hujan biasa, termometer maksimum, termometer minimum, termometer bola kering, termometer bola basah, termohigrograf, panci penguapan kelas A, alat ukur lamanya penyinaran matahari, alat ukur energi radiasi matahari, alat ukur kecepatan angin, dan sangkar meteo 3.4 sangkar meteo bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari kayu, berdinding jalusi dan dicat putih berfungsi untuk menyimpan alat termohigrograf, thermometer maksimum, termometer minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah 3.5 psikrometer standar satu unit peralatan yang terdiri dari termometer maksimum, termometer minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah 3.6 termohigrograf alat ukur suhu udara dan kelembaban relatif (RH) udara secara otomatis 1 dari 28

2 3.7 termometer maksimum alat ukur suhu udara mahsimum yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola dan pada ujungnya berisi air raksa 3.8 termometer minimum alat ukur suhu udara minimum yang terhuat dari gelas berbentuk garpu dan pada ujumgnya berisi alkohol 3.9 termometer bola kering alat ukur suhu udara yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola, berisi air raksa dan ujungnya dalam keadaan kering 3.10 termometer bola basah alat ukur suhu udara yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola, berisi air raksa dimana pada ujungnya dibalut kain kasa yang ujung kain tersebut direndam dalam air 3.11 pan A panci penguapan kelas "A yang terbuat dari plat besi dan dilengkapi dengan talang penenang, titik tinggi pedoman serta takaran penguapan berskala 3.12 titik tinggi pedoman batasan ketinggian air pada panci penguapan kelas "A" 3.13 anemometer alat ukur kecepatan angin dalam satuan km/hari 3.14 aktinograf alat ukur energi radiasi matahari satuan cal/cm a /hari 3.15 pencatat lamanya penyinaran matahari alat untuk mengukur lamanya penyinaran matahari dalam satuan % 3.16 penakar curah hujan otomatis alat ukur untuk mengukur ketebalan curah hujan secara otomatis dalam satuan mm 3.17 penakar curah hujan biasa alat ukur untuk mengukur ketebalan curah hujan secara manual dalam satuan mm 3.18 depressi perbedaan suhu antara suhu bola kering dengan suhla bola basah 2 dari 28

3 4 Ketentuan-ketentuan 2.1 Umum 2.l.l Data Data klimatologi yang tercatat secara otomatis maupun biasa harus terbaca jelas dan dapat dibaca Pelaksana dan penanggung jawab Pelaksana dan penanbgung jawab pekerjaan harus mencantumkan nama, tanda tangan serta tanggal yang jelas pada formulir kerja. 4.2 Teknis Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pengolahan data klimatologi harus laik pakai, terdiri dari : a) manual 1) mesin hitung; 2) alat-alat tulis; 3) planimeter ; b) komputer 1) komputer dan printer; 2) digitizer; 3) ploter Data Ikhwal yang harus dipenuhi dalam pengolahan data klimatologi adalah : a) pos, jam, tanggal, bulan dan tahun pengamatan; b) data disusun berdasarkan urutan waktu pengamatan; Perhitungan Ikhwal yang harus dipenuhi dalam mengolah data klimatologi adalah sebagai berikut : a) data harian, minimal tersedia data jam-jaman; b) data bulanan, minimal tersedia data harian; c) data tahunan, minimal tersedia data bulanan; d) perhitungan menggunakan komputer dilakukan dengan program perangkat lunak Rumus-rumus perhitungan Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung data klimatologi adalah : a) Suhu udara rata-rata harian (T), dihitung dengan rumus: T max + T T = min... (1) 2 3 dari 28

4 Dengan pengertian : T adalah dara rata-rata, harian ( C); T max adalah udara maksimum harian ( C); adalah udara minimum harian ( C); T min b) Shu udara rata-rata harian dalam satu bulan dihitung dengan rumus : n T B = T... (2) i = 1 Keterangan T B adalah suhu udara rata-rata harian dalam satu bulan( C) n adalah jumlah hari dalam satu c) Depresi (D), dihitung dengan rumus D = T bk - T bb... (3) keterangan: D adalah depresi ( C) T bk adalah temperatur bola kering ( C) adalah temperatur bola basah ( C) T bb d) Kelembaban relatif rata-rata harian (RH), dihitung dengan rumus: RH max + RH RH = min... (4) 2 RH adalah kelembaban udara relatif rata-rata harian (%) RH adalah kelembaban udara relatif maksimum harian (%) maks RH adalah kelembaban udara relatif minimum harian (%) min e) Kelembaban relative rata-rata harian selama satu bulan ( RH B ) dihitung dengan menggunakan rumus (4): n RH i = RH B = 1 n... (5). RH B adalah kelembaban udara relatif harian selama satu bulan (%) n adalah jumlah hari dalam satu bulan yang dihitung f) Suhu air dalam panci penguapan rata-rata harian, dihitung dengan rumus: Ta max + Ta Ta = min 2... (6) Ta adalah suhu air panci penguapan rata-rata harian (ºC) Ta adalah suhu air maksimun panci penguapan harian (ºC) max Ta adalah suhu air minimum panci penguapan harian (ºC) min 4 dari 28

5 g) Suhu air rata-rata harian( Ta B ) dalam satu bulanan, dihitung dengan menggunakan rumus : Ta B n Ta i = = 1 n... (7) Ta B adalah suhu air panci penguapan rata-rata harian dalam satu bulan ( C) n adalah jumlah hari dalam bulanan yang dihitung h) Penguapan air harian dalam panci kelas "A"(Ep) dihitung dengan rumus : Ep = HB + A atau t Ep = HB - A... (8) k Ep adalah penguapan air dalam panci kelas "A", mm HB adalah hujan,mm A t adalah penambahan air ke dalam panci sampai titik tinggi pedoman adalah pengurangan air dari panci sampai titik tinggi pedoman A k i) Penguapan rata-rata harian dalam satu bulan dihitung dengan menggunakan rumus : Ep B n Ep i = = 1 n... (9) Ep adalah penguapan rata-rata harian dalam satu bulan(mm) B n adalah jumlah hari dalam satu bulan yang dihitung j) Kecepatan angin harian, dihitung dengan rumus : k1 VA = (SP2 - SP 1) x... (10) k 2 VA adalah kecepatan angin, km/hari SP 1 adalah pembacaan spidometer ke 1 (1 hari sebelumya) SP 2 adalah pembacaan spidometer ke 2(saat pengamatan) k 1 adalah koefisien yang dit;e - tapkan pada alat, padrr. contoh Lampiran B, Tabel B.1 hargai kl = 100 sesuai dengan koefisien alat yang terpasang; k 2 adalah konversi dari satuan yang tertera pada a.lat kesatuan lainnya, untuk meter Ice kilometer adalah 1000; k) Kecepatan angin rata-rata harian dalam satu bulan dihitung dengan menggunakan rumus (10) : VA B n VA i = = 1 n... (11) 5 dari 28

6 VA adalah kecepatan angin rata-rata harian dalam satu bulan (km/hari); B n adalah jumlah hari dalam bulan yang dihitung; l) Radiasi matahari mingguan tipe OSK 726, dihitung dengan rumus : RA M = A x 360 x C... (12) RA M adalah energi radiasi matahari mingguan, cal/cm²/hari ; A adalah luas bidang radiasi (hasil planimeter), cm² ; 360 adalah konstanta; C adalah koefisierr alat; m) Radiasi matahari mingguan tipe OSK 726, dapat dihitung dengan rumus : RA m = m i= 1 K x6 xc... (13) RA M adalah energi radiasi matahari mingguan cal/cm ² /hari m i= 1 K adalah jumlah kotak 6 adalah konstanta C adalah koefisien alat m adalah jumlah kotak dari 1 sampai terakhir untuk satu hari n) Radiasi matahari harian tipe Mikasa, dihitung dengan rumus: RA h = A x x C... (14) RA h adalah energi radiasi matahari harian, cal/cm²/hari A adalah luas luas bidang radiasi (hasil planimeter),cm adalah konstanta C adalah koefisien alat o) Radiasi matahari harian tipe Mikasa, dihitung juga dengan rumus. m h = K x1, 5 i = 1 RA xc... (15) RA h adalah energi radiasi matahari harian, cal/cm2/hari m i= 1 K adalah jumlah kotak 1.5 adalah konstanta C adalah koefisien alat p) Radiasi matahari rata-rata harian dalam bulan dihitung dengan: RA B n RAh i = = 1 n... (16) 6 dari 28

7 RA adalah energi radiasi matahari rata-rata harian dalam satu bulan B q) Lamanya penyinaran matahari, dihitung dengan rumus; LPM = n/n x 100%... (17) LPM adalah lamanya penyinaran matahari,% n adalah lamanya penyinaran matahari, jam N adalah kemungkinan maksimum lamanya penyinaran matahari, jam (tergantung letak lintang dan bulan (lihat Tabel 3.1) r) Lamanva penyinaran matahari rata-rata harian daaam satu bulan dihitung dengan menggunakan rumus (18): LPM B n LPM = i = 1 n %... (18) LPMB adalah lama penyinaran matahari rata-rata harian dalam satu bulan (%) n adalah jumlah hari dalam satu bulan yang dihitung s) Curah hujan harian otomatik ( ) i i = 24 i = 1 HO, dihitung dengan rumus. HO = Ji... (19) I HO i adalah curah hujan harian otomatis, mm i=1 adalah hujan pada jam ke 1 i=24 adalah hujan pada jam ke 24 Ji adalah jumlah hujan sehari t) Curah hujan selama satu periode tertentu (HO p ) (7, 10, 15 hari dan satu bulan) dihitung dengan menggunakan rumus(20). n HO P = HO... (20) i = 1 HOP adalah curah hujan otomatik selama satu periode waktu (7,10, 15 hari, satu bulan dan satu tahun) HO adalah curah hujan harian N adalah jumlah hari dalam satu periode tertentu u) curah hujan rata-rata dalam suatu periode tertentu dihitung dengan menggunakan rumus (21) : HO P = HO P n i = 1... (21) HO P adalah curah hujan rata-rata dalam satu periode tertentu n adalah jurnlah tahun tersedianya data. 7 dari 28

8 5 Cara pengolahan 5.1 Cara manual Termometer maksimum dan minimum Pengolahan data termometer maksimum dan minimum dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Hitung rata-rata suhu maksimum dan suhu minimum dengan menggunakan rumus (1) dan masukkan hasilnya pada kolom rata-rata (lihat Lampiran B, Tabel B.1 dari B.2). b) Jumlahkan hasil suhu rata-rata harian selama satu bulan. c) Tentukan Suhu maksimum dan temperatur minimum dalam satu bulan Termometer bola kering dan termometer bola basah Pengolahan data kelembaban relatif udara dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Tentukan RHmaks dari RH min dari grafik kelembaban relatif udara. b) Apabila terdapat selisih dengan RH yang diperoleh dan termometer bola basah dan bola kering maka lakukan koreksi dengan menambah atau mengurangkan selisih tersebut pada pembacaan grafik kelembaban udara digunakan untuk menghitung RH berdasarkan suhu bola basah dan kering (lihat Lampiran B, Tabel B.3 dan B.4). c) Jumlahkan hasil RH harian selama satu bulan. d) Tentukan RH rata-rata maksimum dan RH minimum dalam satu bulan Termometer apung maksimum dan minimum Penyuluhan data termometer apung maksimum dan minimum dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Hitung rata-rata suhu maksimum dan suhu minimum dengan menggunakan rumus (6) dan masukkan hasilnya pada kolom suhu air (lihat contoh pada Lampiran B Tabel B.1 dan B.2). b) Jumlahkan hasil rata-rata harian selama satu bulan. c) Tentukan suhu maksimum dan suhu minimum dalam satu bulan Penguapan Air Pengolahan data penguapan air dalam panci kelas "A" dilakukan dengan cara, sebagai berikut : a) Hitung penguapan air dengan menggunakan rumus (8) dan masukkan hasilnya pada kolom penguapan (lihat Lampiran B Tabel B.1 dan B.2). b) Jumlahkan hasil penguapan harian selama satu bulan. c) Tentukan penguapan maksimum dan penguapan minimum dalam satu bulan Anemometer Pengolahan data anemometer dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Hitung kecepatan angina dengan menggunakan rumus (10) dan masukkan hasilnya pada kolom kecepatan angin (lihat contoh pada Lampiran B) Tabel B.1 dan B.2). b) Jumlahkan hasil kecepatan angin harian selama satu bulan. 8 dari 28

9 c) Tentukan kecepatan angin maksimum dan kecepatan angin minimum da1am satu bulan Radiasi matahari Pengolahan data radiasi matahari dilakukan cara sebagai berikut : a) Dihitung radiasi matahari untuk alat, tipe OSK 726 atau Mikasa dengan menggunakan rumus (12), rumus (13), rumus (14) atau rumus (15) dan masukkan hasilnya pada kolom radiasi matahari (lihat Lampiran B, Gambar 1 dan 2). b) Jumlahkan hasi1 radiasi matahari harian selama satu bulan. c) tentukan radiasi matahari maksimum dan radiasi matahari minimum dalam satu bulan Persentase lamanya penyinaran matahari Pengolahan lamanya penyinaran matahari dengan cara sebagai berikut: a) Hitung lamanya penyinaran matahari dengan rumus (17) dan masukkan hasilnya pada kolom sinar matahari (lihat Lampiran B Gambar 3 dan Tabel 3.1 dan 3.2). b) Jumlahkan hasil persentase lamanya penyinaran matahari harian selama satu bulan. c) Tentukan persentase lamanya penyinaran matahari maksimum dan minimum dalam satu bulan Curah hujan otomatik Pengolahan curah hujan otomatik dilakukan dengan cara, sebagai berikut : a) Periksa, tanggal pemasangan dan tanggal pembuatan grafik. b) Hitung curah hujan otomatik dengan menggunakan rumus (19). c) Jumlahkan hasil curah hujan otomatik harian selama satu bulan. d) Tentukan curah hujan otomatif maksimum dan minimum dalam satu bulan. 5.2 Pengolahan data klimatologi dengan kemputer Data klimatalogi Pengolahan data klimatologi dengan komputer, adalah sebagai berikut : a) Masukkan data klimatologi dengan format seperti terlihat pada Lampiran B Tabel 4 dan 5. b) Panggil program komputer HIDRO.EXE. c) Masukhan nama file data klimatologi yang akan di proses. d) Cetak hasil pemrosesan secara langsung dengan perintah PRN atau disimpan dalam file keseluruhan Data hujan otomatik tipe hellman Pengolahan data hujan otomatik dengan tipe Hellman adalah sebagai berikut : a) Aktifkan Paket, program HUJAN1. b) Masukkan nama file untuk menyimpan data. c) Masukkan nama stasiun. 9 dari 28

10 d) Masukkan tanggal, bulan, dan tahun data. e) Bidik titik pusat pada angka 0 dan pada Jam dengan menekan huruf Z. f) Bidik pojok kanan bawah pada angka 0 dan pada Jam akhir dari grafik dengan menekan huruf Z. g) Bidik pojok kiri atas pada angka 10 dan jam dengan menekan huruf Z. h) Masukan jam paling awal pada grafik (jam 08.00). i) Tekan angka 1 untuk tidak ada hujan. j) Tekan angka 2 untuk ada hujan. k) Tekan angka 3 untuk akumulasi data. l) Tekan Z untuk akhir. m) Pilih Y Untuk selesai dan N untuk melanjutkan Mencetak data hujan Mencetak data hujan ke printer dilakukan sebagai berikut; a) Aktifkan paket program HUJAN2. b) Masukkan nama file data; c) Masukkan nama File out dengan mengisi PRN untuk ke printer atau mengisi nama file untuk menyimpan hasil proses ke disket. d) Masukkan identitas dari stasiun yang akan dicetak. e) Bila telah selesai semua diisi pilih Y dan tekan enter. f) Pastikan PRINTER telah siap. 6 Laporan Hasil Pengolahan data klimatologi setiap pos pertahun dapat dilihat pada tabel lampiran, yang memuat: a) Nama pos klimatologi. b) Bulan dan tahun. c) Nama pengamat. d) Nama petugas dan penangung jawab pengolah data. 10 dari 28

11 Lampiran A (informatif) Bagan alir Gambar A.1 Bagan alir pengolahan data klimatologi 11 dari 28

12 Lampiran B (informatif) Tabel-Tabel Tabel B.1 Contoh data klimatologi dari pengamat pos klimatologi Dihitung oleh : Diperiksa oleh : 12 dari 28

13 Tabel B.2 Contoh data klimatologi setelah diproses secara manual Stasiun : Ciparay Pada DAS : S.Citarum No. Kad.16 Bulan : Januari No. Stasiun : Tahun : 1988 Lokasi Stasiun : 7º0117LS/107º4210"BT Kecamatan : Ciparay Tinggi muka laut : 674 m Kabupaten : Bandung Tahun Pendirian : 1974 Propinsi : Jawa Barat Dibangun oleh/pemilik : DPMA Tgl. RH (%) Temperatur ºC Max Min Rata² Temperatur air dlm. Pan (ºC) Penguapan dlm. PanA Kecepatan Angin dlm.km/hari Radiasi matahari cal/cm³/hari Sinar matahari dalam (%) jumlah Rata² Max Min dari 28

14 Tabel B.3 Contoh keluaran hasil proses data klimatologi dengan program hidro.exe Stasiun : Ciparay Pada DAS : S. Citarum No: Kad : 16 Bulan : Januari No. Stasiun : Tahun : 1988 Lokasi Stasiun : 7º0117"LS/107º4210"BT Kecamatan : Ciparay Tinggi dari Muka laut : 674 m Kabupaten : Bandung Tahun Pendirian : 1974 Propinsi : Jawa Barat Dibangun oleh/pemilik : DPMA Tgl RH (%) MA X Temperatur(ºC) Temperatur Air Dalam. Pan MIN RATA² MAX MIN RATA² Penguapan Angin dlm Pan A Kecepatan Angin dlm km/hari Radiasi Matahari cal/cm²/ha ri Jumlah Rata² 96 Maximum Minimum Dengan pengertian : - = tidak ada data Sinar matahari dalam (%) 14 dari 28

15 DEPRESI t-t' Tabel B.4 Lembab nisbi (rh) dalam % TEMPERATUR BOLA BASAH ELEVASI < 305 M dan >?65 M S S ' S S S S S SS SS S SS S S SS S S S S0 S I ' S , S S DEPRESI t-t' catatan : tabel ini digunakan juga untuk pos-pos klimatotogi yang belum ada elevasinya Bandung, dibuat oleh ( rd.koesrin ) 15 dari 28

16 Tabel B.5 Lembab nisbi (RH) dalam % Untuk Elevasi 305 M s/d 765 M 16 dari 28

17 Tabel B.5 Lembab nisbi (RH) dalam % (Lanjutan) Untuk Elevasi 305 M s/d 765 M 17 dari 28

18 Tabel B.6 Lembab nisbi (RH) dalam % Untuk Elevasi 305 M s/d 765 M 18 dari 28

19 Tabel B.6 Lembab nisbi (RH) dalam % (Lanjutan) Untuk Elevasi 305 M s/d 765 M 19 dari 28

20 Tabel B.7 Jam penyinaran maksimum harian rata-rata untuk berbagai bulan dan lintang Lintang utara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Lintang Selatan Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun 50 8,5 10,1 11,8 13,8 15,4 16,3 15,9 14,5 12,7 10,8 9,1 8,1 48 8,8 10,2 11,8 13,6 15,2 16,0 15,6 14,3 12,6 10,9 9,3 8,3 46 9,1 10,4 11,9 13,5 14,9 15,7 15,4 14,2 12,6 10,9 9,5 8,7 44 9,3 10,5 11,9 13,4 14,7 15,4 15,2 14,0 12,6 11,0 9,7 8,9 42 9,4 10,6 11,9 13,4 14,6 15,2 14,9 13,9 12,6 11,1 9,8 9,1 40 9,6 10,7 11,9 13,3 14,4 15,0 14,7 13,7 12,5 11,2 10,0 9, ,1 11,0 11,9 13,1 14,0 14,5 14,3 13,5 12,4 11,3 10,3 9, ,4 11,1 12,0 12,9 13,6 14,0 13,9 13,2 12,4 11,5 10,6 10, ,7 11,3 12,0 12,7 13,3 13,7 13,5 13,0 12,3 11,6 10,9 10, ,0 11,5 12,0 12,6 13,1 13,3 13,2 12,8 12,3 11,7 11,2 10, ,3 11,6 12,0 12,5 12,8 13,3 12,9 12,6 12,2 11,8 11,4 11, ,6 11,8 12,0 12,3 12,6 12,7 12,6 12,4 12,1 11,8 11,6 11,5 5 11,8 11,9 12,0 12,2 12,3 12,4 12,3 12,3 12,1 12,0 11,9 11,8 0 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 20 dari 28

21 Tabel B.8 Contoh hasil perhitungan penyinaran matahari (di lapangan) Nama stasiun : Bulan : Tahun : Dengan pengertian : Perbedaan terhadap normal (jam) lama waktu penyinaran Pengisian dalam angka persepuluh, 6 menit menit =10, kalau tidak ada data ditulis dengan STRIP (-) Kalau tidak ada pembakaran ditulis nol (0) Dikerjakan oleh Contoh : Jika pembakaran 0,8 jam ditulis dengan angka 8 Jumlah hari yang ada... Tidak ada sinar mataharl... Maksimum penyinaran matahart dalam satu hari... Tanggal...:... Diperiksa Oleh 21 dari 28

22 Tabel B.9 Contoh format masukkan data klimatologi untuk diproses dengan program hidro.exe Baris 1 Kolom 1 sampai kolom 20 untuk NAMA POS Baris 1 Kolom 20 sampai kolom 40 untuk NAMA KECAMATAN Baris 1 Kolom 42 sampai kolom 60 untuk NAMA KABUPATEN Baris 2 Kolom 1 sampai kolom 20 untuk NAMA PROPINSI Baris 2 Kolom 20 sampai kolom 40 untuk NAMA SUNGAI Baris 2 Kolom 42 sampai kolom 60 untuk NOMOR STASIUN Baris 3 Kolom 1 sampai kolom 30 untuk LOKASI FOS Baris 3 Kolom 31 sampai kolom 60 untuk TINGGI DARI MUKA LAUT Baris 4 Kolom 1 sampai kolom 5 untuk TAHUN PENDIRIAN Baris 4 Kolom 22 sampai kolom 40 untuk PEMILIK Baris 4 Kolom 44 sampai Kolom 60 urtuk NOMOR KADASTER Baris 5 Kolom 1 sampai Kolom 2 untuk BULAN DATA Baris 5 Kolom 4 sampai Kolom 7 untuk TAHUN DATA Baris 6 Kolom 1 sampai Kolom 2 TANGGAL DATA Baris 6 Kolom 4 sampai Kolom 6 DATA TEMPERATUR Baris 6 Kolom 10 sampai Kolom 12 DATA TEMPERATUR Baris 6 Kolom 16 sampai Kolom 18 DATA TEMPERATUR MAKSTMUM Baris 6 Kolom 22 sampai Kolom 24 DATA TEMPERATUR MINIMUM Baris 6 Kolom 28 sampai Kolom 30 DATA TEMPERATUR MINIMUM Baris 6 Kolom 34 sampai Kolom 36 DATA TEMPERATUR MINIMUM Baris 6 Kolom 40 sampai Kolom 42 DATA BOLA KERING Baris 6 Kolom 46 sampai Kolom 48 DATA BOLA KERING Baris 6 Kolom 52 sampai kolom 54 DATA BOLA KERING Baris 6 Kolom 58 sampai kolom 60 DATA BOLA BASAH Baris 6 Kolom 64 sampai kolom 66 DATA BOLA BASAH Baris 6 Kolom 70 sampai kolom 72 DATA BOLA BASAH Baris 6 Kolom 76 sampai kolom 78 DATA TEMPERATUR AIR Baris 6 Kolom 82 sampai kolom 84 DATA TEMPERATUR AIR MAKSIMUM Baris 6 Kolom 88 sampai kolom 90 DATA TEMPERATUR AIR MAKSIMUM Baris 6 Kolom 94 sampai kolom 96 DATA TEMPERATUR AIR MINIMUM Baris 6 Kolom 100 sampai kolcm 102 DATA TEMPERATUR AIR MINIMUM Baris 6 Kolom 106 sampai kolom 108 DATA TEMPERATUR AIR MINIMUM Baris 6 Kolom 112 sampai kolom 114 DATA AIR DALAM PANCI A Baris 6 Kolom 118 sampai kolom 120 DATA AIR DALAM PANCI A Baris 6 Kolom 123 sampai kolom 128 DATA PEMBACAAN ANEMOMETER Baris 6 Kolom 132 sampai kolom 134 DATA HUJAN BIASA Baris 6 Kolom 137 sampai kolom 139 DATA RADIASI Baris 6 Kolom 143 sampai kolom 144 DATA PENYINARAN MATAHARI (n/n) 22 dari 28

23 Tabel B.10 Contoh masukan data klimatologi untuk diproses dengan program Hidro.Exe 23 dari 28

24 Lampiran C (informatif) Contoh perhitungan radiasi matahari, pengolahan data radiologi harian dan jenis kartu yang dipakai pada alat pencatat penyinaran matahari C.1 Perhitungan radiasi matahari Data Mingguan. RA RA A K = A x 360 K adalah radiasi dalam satuan cal/cm²/hari adalah luas (hasil dari planimeter) adalah koefisien dari alat yang dipasang. Untuk mendapatkan data radiasi tiap-tiap hari dari data mingguan, tertebih dahulu datanya harus diplanimeter. Setelah datanya didapat baru dimasukkan ke dalam rumus tersebut di atas. Contoh : Dalam gambar di bawah ini hasil pencatat radiasi mingguan tanggal 17 Pebruari 1976 s/d tanggal 23 Pebruari 1976 dari Stasiun Klimatologi Kota Bakti Aceh, Koefisien, K=0,390. Untuk mencari F (Luas) dihitung dengan mempergunakan planimeter. Mempergunakan planimeter ini harus seteliti mungkin, karena dalam hal ini bisa terjadi ketidaksamaan, maka diadakan pengecekan sampai tiga kali memplanimeter supaya hasilnya sama atau mendekati. Data-data di bawah ini dari hasil memplanimeter data mingquan tanggal 23 Pebruari Tanggal mendapatkan hasil Tanggal mendapatkan hasil Tanggal mendapatkan hasil Tanggal mendapatkan hasil Tanggal mendapatkan hasil Tanggal mendapatkan hasil 2.7 Dari hasil planimeter tersebut di atas didapat luas kotak, untuk mendapatkan Radiasi harian, tinggal memasukkan ke dalam rumus sebagai berikut : Tanggal RA = A x 360 K = 2,3 x 360 x 0,390 = 323 cal/cm²/hari 24 dari 28

25 C.2 Contoh pengolahan data radiologi harian R A = A x 1,5 K R A adalah radiasi dalam satuan Cal/cm²/hari. A adalah luas (jumlah kotak) K adalah koefisien dari alat yang dipasang. Contoh : Dalam gambar di bawah ini hasil pencatat radiasi, tanggal 3 Desember 1976 dari Stasiun Klimatologi Kota Bakti Aceh dengan Koefisiennya, K =0,390 Untuk mencari (Luas) yaitu dengan menghitunq jumlah kotak tiap-tiap jam dengan mempergunakan transparan atau suatu garis berat (lihat gambar). sebagai contoh : dari hasil perhitungan Radiasi Pos Kota Bakti tgl. 3 Desember Antara jam 7 8 Jumlah kotak " " " " " " " " " " " 1 Jumlah 561 Setelah hasilnya didapat, masukkanlah dalam rumus : RA = A x 1. 5 K = 581 x 1.5 x = 340 cal/cm²/hari 25 dari 28

26 C.3 Jenis kartu yang dipakai pada alat pencatat penyinaran matahari Gambar tiga macam kartu untuk dipakai pada alat pencatat penyinaran matahari yaitu: a. Kartu S 0-40 U ( S) kartu melengkung panjang untuk dipakai pada periode tanggal 15 April sampai dengan 31 Agustus (lihat Gambar). b. Kartu S 0-40 F ( FH) kartu lurus untuk dipakai dalam periode tanggal 1 Maret s/d 14 April dan 1 September s/d 14 Oktober (lihat Gambar ) c. Kartu S 0-40 W ( W) kartu melengkung pendek untuk dipakai dalam periode tanggal 15 Oktober s/d 28/29 Februari (lihat contoh KARTU). 26 dari 28

27 Lampiran D (informatif) Daftar nama dan lembaga 1) Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengambangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengambangan, Departemen Pekerjaan Umum. 2) Penyusun awal N A M A Drs. Kananto, M.Eng. Engkon Rukandi, BE. Boenyamin, Dipl.ATP. LEMBAGA Pusat Litbang SDA Pusat Litbang SDA Pusat Litbang SDA 3) Penyusun baru N A M A Engkon Rukandi, ST. LEMBAGA Pusat Litbang SDA 27 dari 28

28 Bibliografi Pd T , Metode pengolahan data klimatologi 28 dari 28

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari DATA METEOROLOGI 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari Umum Data meteorology sangat penting didalam analisa hidrologi pada suatu daerah

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi A. Deskripsi Ruang lingkup materi ini meliputi : pengenalan prinsip dan prosedur peralatan Klimatologi, untuk menunjang keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut

Lebih terperinci

Mengenal Nama dan Fungsi Alat alat Pemantau Cuaca dan Iklim

Mengenal Nama dan Fungsi Alat alat Pemantau Cuaca dan Iklim Mengenal Nama dan Fungsi Alat alat Pemantau Cuaca dan Iklim Menurut Organisasi Meteorologi Sedunia (World Meteorogical Organization/WMO) waktu yang ideal untuk pengumpulan data iklim dari data cuaca adalah

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

BAB 2 DATA METEOROLOGI

BAB 2 DATA METEOROLOGI BAB 2 DATA METEOROLOGI CUACA DAN IKLIM Data Meteorologi sangat penting didalam analisa Hidrologi pada suatu daerah aliran, karena meteorologi erat hubungannya dengan karakteristik daerah aliran. Persoalan

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE KARAKTERISTIK RATA-RATA SUHU MAKSIMUM DAN SUHU MINIMUM STASIUN METEOROLOGI NABIRE TAHUN 2006 2015 OLEH : 1. EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr 2. RIFKI ADIGUNA SUTOWO, S.Tr

Lebih terperinci

LAPORAN KLIMATOLOGI KUNJUNGAN STASIUN BMKG KENTEN

LAPORAN KLIMATOLOGI KUNJUNGAN STASIUN BMKG KENTEN LAPORAN KLIMATOLOGI KUNJUNGAN STASIUN BMKG KENTEN Oleh: SYNTHA ARISKA 05021381419080 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2015 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh (1) Leonard Lalumedja, (2) Derek Missy, (3) Dinna Kartika Pasha Putri, (4) Dinna Kartika Pasha

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PENGENALAN ALAT DISUSUN OLEH : NAMA : NILAM TIKA NIM : G ASISTEN : VIPIN CHRISTINA CHANDRA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

PENGENALAN ALAT DISUSUN OLEH : NAMA : NILAM TIKA NIM : G ASISTEN : VIPIN CHRISTINA CHANDRA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN Laporan Praktikum Agroklimatologi PENGENALAN ALAT DISUSUN OLEH : NAMA : NILAM TIKA NIM : G111 13 084 KELOMPOK : 2 ASISTEN : VIPIN CHRISTINA CHANDRA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri 1 Evapotranspirasi adalah. Evaporasi (penguapan) didefinisikan sebagai peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan

Lebih terperinci

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S Lampiran 1. Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon Tahun 1997-2006 Curah hujan (mm) bulan Total Rataan Tahun Jan Peb Mar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER RAHARDYAN NUGROHO ADI (dd11lb@yahoo.com) BPTKPDAS Pendahuluan Analisis Neraca Air Potensi SDA Berbagai keperluan (irigasi, mengatur pola

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Bab II Kondisi Wilayah Studi 5 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.. Tinjauan Umum DAS Bendung Boro sebagian besar berada di kawasan kabupaten Purworejo, untuk data data yang diperlukan Peta Topografi, Survey

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

Stasiun Klimatologi. Semarang

Stasiun Klimatologi. Semarang Stasiun Klimatologi Semarang Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ADMINISTRASI PRAKTIKUM LABORATORIUM HIDROLOGI

INSTRUKSI KERJA ADMINISTRASI PRAKTIKUM LABORATORIUM HIDROLOGI INSTRUKSI KERJA ADMINISTRASI PRAKTIKUM LABORATORIUM HIDROLOGI 1. Mahasiswa yang memprogramkan praktikum mendaftarkan diri ke laboratorium 2. Mahasiswa melihat jadwal dan kelompok praktikum 3. Mahasiswa

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada suatu periode atau biasa disebut dengan kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama yang selanjutnya mulai

Lebih terperinci

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS 212 Solo, 5 September 212 Pendahuluan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 015 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 015 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 015 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN

Lebih terperinci

awan sempurna Obeservasi cuaca permukaan merupakan suatu cara untuk mendapatkan

awan sempurna Obeservasi cuaca permukaan merupakan suatu cara untuk mendapatkan OBSERVASI CUACA A. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan observasi cuaca adalah untuk memperoleh informasi dan data cuaca harian. B. LANDASAN TEORI Cuaca merupakan keadaan atmosfer seharihari dan terjadi di daerah tertentu.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS

BAB III METODA ANALISIS BAB III METODA ANALISIS 3.1 Metodologi Penelitian Sungai Cirarab yang terletak di Kabupaten Tangerang memiliki panjang sungai sepanjang 20,9 kilometer. Sungai ini merupakan sungai tunggal (tidak mempunyai

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate Statistika, Vol. 13 No. 1, 7 16 Mei 2013 Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate Stasiun Meteorologi Depati Amir, Pangkalpinang Email: akhmad.fadholi@bmkg.go.id

Lebih terperinci

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II. IKLIM & METEOROLOGI 1 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 1. CUACA & IKLIM Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/

Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/ Tabel : 01.00.01 Kelembaban, Tekanan Udara dan Temperatur Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I 2010 Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/ B

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah untuk digunakan sebagai acuan dan pegangan

Lebih terperinci

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS MONEV TATA AIR DAS ESTIMASI KOEFISIEN ALIRAN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG Abstrak PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG Basillius Retno Santoso 1) Kekeringan mempunyai peranan yang cukup penting dalam perencanaan maupun pengelolaan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna Bendungan Selorejo : III-1 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penambangan Pasir Kegiatan penambangan pasir merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi elevasi dasar sungai. Kegiatan ini memiliki dampak berkurangnya kuantitas sedimen

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit Standar Nasional Indonesia ICS 93.140 Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Faktor Teknis PLTMH 1. Beda Head 2. Perhitungan daya yang dihasilkan HASIL PENELITIAN

Faktor Teknis PLTMH 1. Beda Head 2. Perhitungan daya yang dihasilkan HASIL PENELITIAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alur proses pembahasan PEMBAHASAN Kondisi Fisik 1. Curah Hujan 2. Suhu Udara 3. Kelembapan Udara 4. Penyinaran Matahari 5. Debit Andalan 6. Topografi 7. Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ; 5 yang telah tersedia di dalam model Climex. 3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model Climex Compare Location memiliki 2 input file yaitu data letak geografis (.LOC) dan data iklim rata-rata bulanan Kabupaten

Lebih terperinci

Minggu 1 : Daur Hidrologi Minggu 2 : Pengukuran parameter Hidrologi Minggu 3 : Pencatatan dan pengolahan data Hidroklimatologi

Minggu 1 : Daur Hidrologi Minggu 2 : Pengukuran parameter Hidrologi Minggu 3 : Pencatatan dan pengolahan data Hidroklimatologi Minggu 1 : Daur Hidrologi Minggu 2 : Pengukuran parameter Hidrologi Minggu 3 : Pencatatan dan pengolahan data Hidroklimatologi Minggu 4 ruang : Analisis statistik data terhadap Minggu 5 waktu : Analisis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN 4.1 Topografi dan Tata Sungai DAS Citarum Hulu merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan Tangkuban Perahu di daerah utara dengan puncaknya antara lain Gunung

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG DIAN HIDAYATI NRP 2110 030 037 Dosen Pembimbing Ir. Joko Sarsetyanto, MT PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 INSTRUKSI KERJA Pengolahan Data Hujan dan Penghitungan ETo Jurusan Tanah Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PETUNJUK PEMBACAAN HASIL REKAMAN ALAT KLIMATOLOGI KEPALA BADAN METEOROLOGI,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PETUNJUK PEMBACAAN HASIL REKAMAN ALAT KLIMATOLOGI KEPALA BADAN METEOROLOGI,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Penentuan Lokasi Penelitian Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Analisis Data Deskriptif Kuantitatif Pengggambaran kondisi luasan lahan

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Si Sc 2 0 1 3 Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila PRESIPITASI Presipitasi it iadalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer kepermukaan

Lebih terperinci

A. Metode Pengambilan Data

A. Metode Pengambilan Data 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT. js1 1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 16 BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340 o LU- 122,8850 o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN 50 Lampiran 2. Struktur Lahan Sawah Menurut Koga (1992), struktur lahan sawah terdiri dari: 1.

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411)

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Untung Jawa berada pada posisi 05 0 58 45,21 Lintang Selatan dan 106 0 42 11,07 Bujur Timur. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa adalah salah satu

Lebih terperinci

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG OUTLINE I. GEMPABUMI TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI (25 - oktober 2010); Komponen Tsunami Warning System (TWS) : Komponen Structure : oleh

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 49 Vol., No. 1 : 49-60, Maret 015 ANALISIS BEBERAPA METODE PENGISIAN DATA HUJAN YANG HILANG DI WILAYAH SUNGAI PULAU LOMBOK Analysis of Several Methods of Filling Data are

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi

Lebih terperinci