BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertanian Padi dalam Pengembangan Wilayah Pengertian Pengembangan Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertanian Padi dalam Pengembangan Wilayah Pengertian Pengembangan Wilayah"

Transkripsi

1 17 BAB 2 LANDASAN TEORI Subsektor pertanian tanaman pangan mempunyai posisi yang strategis dan penting dalam pembangunan. Subsektor ini merupakan penghasil makanan pokok penduduk yang tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali pilihannya adalah impor pangan. Berbagai kebijakan telah ditetapkan oleh pemerintah untuk terciptanya swasembada dan stabilitas pangan. 2.1 Pertanian Padi dalam Pengembangan Wilayah Pada dasarnya pengembangan wilayah dilakukan dengan mendayagunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah. Sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai basis ekonomi salah satunya adalah pertanian guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi wilayah Pengertian Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah adalah proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra-urban. Klasifikasi definisi wilayah (region) dapat dibagi menjadi tiga kriteria (Tommy Firman, 1998, dalam Pribadi, 2002) : Homogenitas, pendefinisian wilayah yang didasarkan pada homogenitas secara geografis pada suatu aspek yang menjadi interest, misalnya kepadatan penduduk, aktivitas ekonomi dan yang lainnya, Nodalitas, dimana wilayah dipandang sebagai suatu sisten (fungsional) pusatpusat lokasi aktivitas penduduk secara hirarkis, Perencanaan, wilayah dipandang sebagai suatu unit perencanaan untuk suatu tujuan pengembangan tertentu, bisa merupakan suatu unit administratif seperti kabupaten, kota maupun provinsi. Meskipun begitu menurut Tommy Firman (1998, dalam Pribadi, 2002), untuk tujuan pengembangan wilayah, yang biasa digunakan adalah kriteria nodalitas dan perencanaan.

2 18 Salah satu tujuan pokok pengembangan wilayah adalah untuk mengurangi kesenjangan wilayah (regional disparity) sebagai salah satu isu dalam pengembangan wilayah. Namun kesenjangan wilayah ini tidak dapat dihilangkan karena selalu terjadi akibat proses kemajuan sosial ekonomi yang tidak sama antar-wilayah (Firman, 1998, dalam Pribadi, 2002). Pengertian wilayah ini pada dasarnya tidak dapat dipandang sebagai bagian dari wilayah negara (subnation), karena wilayah tidak dapat diperlakukan sebagai suatu sistem yang tertutup. Artinya wilayah memerlukan suatu keterbukaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya, baik dalam konteks ekonomi perdagangan internasional maupun pergerakan antar-negara yang saling berkaitan. Ohlin (1993, dalam Pribadi, 2002) menyatakan bahwa perdagangan antar-wilayah lebih luas (mobile) daripada perdagangan antar-negara. Pendapat ini menjelaskan bahwa tingkat keterhubungan sebagai faktor utama yang menentukan interaksi suatu unit wilayah atau negara. Rondinelli dan Rudle dalam Gore (1994, dalam Pribadi, 2002) menyatakan bahwa kegagalan negara-negara berkembang dalam mencapai pertumbuhan yang merata, disebabkan oleh buruknya sistem wilayah, yaitu kesenjangan yang berawal dari akses yang tidak merata terhadap kegiatan produktif dan pelayanan-pelayanan sosial. Kompleksitas pengembangan wilayah pada dasarnya juga dipengaruhi oleh interaksi dengan wilayah lain. Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, maka penanganan terhadap masalah pengembangan wilayah perlu didasarkan pada suatu prioritas. Penentuan prioritas pembangunan dapat didasarkan pada suatu pendapat yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dari suatu wilayah akan dapat dimaksimalkan apabila kegiatan pembangunan dikonsentrasikan pada aktivitasaktivitas sektor ekonomi yang memanfaatkan kekuatan atau kelebihan yang secara alamiah dimiliki oleh wilayah tersebut (Sjafrijal, 1984). Dengan demikian, dapat disadari bahwa konsep wilayah merupakan konsep yang dinamis sesuai dengan kemajuan sosial, ekonomi dan teknologi masyarakat (Firman, 1998, dalam Pribadi, 2002). Teori pengembangan wilayah pada dasarnya dikelompokkan dalam dua mazhab utama. Pertama, berdasarkan analisis pada teori ekonomi untuk membedakan laju pertumbuhan antar-wilayah dan implikasinya terhadap kebijaksanaan pengembangan wilayah. Kedua, berdasarkan analisis pada struktur tata ruang yang

3 19 efisien dalam merumuskan kebijakasanaan pengembangan wilayah. Pertumbuhan wilayah lebih ditentukan oleh export base yang dimiliki suatu wilayah daripada lokasi wilayah itu sendiri. Perkembangan suatu wilayah adalah fungsi dari pertumbuhan sektor ekspor. Stabler (1986, dalam Pribadi, 2002), mengatakan bahwa pertumbuhan dan pengembangan suatu wilayah tidak cukup hanya pada sektor export base, tetapi perlu didukung oleh pembangunan infrastruktur untuk menunjang ekspor dan external demand terhadap sumber daya atau produk yang dihasilkan oleh wilayah tertentu. Export base dan infrastruktur belum menjamin sepenuhnya keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pada sisi lain, golongan yang mendukung mazhab kedua, seperti Perroux (1958, dalam Pribadi, 2002) dan Hirschman (1958, dalam Pribadi 2002) lebih memusatkan pada struktur wilayah yang dipunyai oleh suatu kawasan. Pengelompokan aktivitas industri, produksi komoditas pertanian dalam suatu aglomerasi teritorial, dapat meningkatkan efisiensi yang akhirnya bermuara pada peningkatan pengembangan kawasan. Kelompok ini mempercayai juga bahwa kemajuan suatu kawasan tertentu dapat memberikan spread effect dan polarization effect antar-kawasan. Bila dampak penyebaran pengembangan yang mengikuti logika trickle down effect yang terjadi, maka pengembangan wilayah yang dilakukan dipandang berhasil. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah dampak polarisasi yang mengakibatkan tersingkirnya satu atau lebih kawasan akibat kemampuan daya saing yang lemah. Pada keadaan ini, diperlukan campur tangan pemerintah untuk mencegah terjadinya penggunaan wilayah yang tidak sesuai dengan rencana penggunaannya. Dasar pemikiran lain yang mendasari strategi pengembangan yang berkaitan dengan perwilayahan komoditas pertanian dilandasi pada konsep pengelompokan aktivitas-aktivitas ekonomi pada daerah-daerah tertentu sehingga dapat mencapai skala ekonomi. Ini sangat penting artinya bila dihubungkan dengan kondisi objektif aktivitas-aktivitas ekonomi yang cenderung terpencar-pencar dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga tidak memenuhi skala ekonomi dan efisiensi. Strategi pengembangan komoditas pertanian melalui perwilayahan komoditas telah banyak mendapat perhatian sejumlah ahli. Secara umum tulisan-tulisan yang berkaitan dengan hal tersebut dapat dikelompokkan dalam aspek ekonomi spasial pada tingkat makro dan mikro. Heady (1968, dalam Pribadi, 2002) mengatakan, usaha ini dilandasi oleh pemikiran tentang unit-unit yang produksi yang terpisah-pisah

4 20 secara spasial. Berhubung adanya perbedaan dalam kendala kesuburan tanah, sumber air, dan ketersediaan modal serta pasokan tenaga kerja dan lembaga yang mendukung sektor pertanian, maka dapat pula terjadi perbedaaan dalam keunggulan komparatif antar-daerah dalam produksi komoditas tertentu. Perubahan teknologi dalam pertanian dipandang penting karena hal tersebut dapat menyebabkan bertambahnya alternatif-alternatif dan kemungkinan perubahan keunggulan komparatif. Alokasi spasial yang efisien dalam produksi dan sumber daya pertanian membutuhkan pertimbangan alternatif baru yang ada di daerah dan keterkaitan antar-wilayah (Kim, 1975, dalam Pribadi, 2002). Pada tingkat mikro, kajian yang sejalan dengan perwilayahan komoditas pertanian, dapat dijumpai pada tulisan Reinborg (1970, dalam Pribadi, 2002). Reinborg lebih banyak memperhatikan aspek teknis yang berkaitan dengan perencanaan produksi dan pengambilan keputusan untuk mencapai sasaran produksi tertentu pada tingkat usaha tani Pengembangan Wilayah Berbasis Pertanian Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting dilihat dari peranannya terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Sektor pertanian akan lebih berperan lagi bagi perkembangan sektor industri kalau sektor pertanian menjadi pemasok bahan baku di sektor industri dengan memenuhi persyaratan tepat waktu, tempat, bentuk, jumlah dan harga (Soekartawi, 1996). Sektor pertanian dengan sektor industri dan perdagangan sangat erat kaitannya karena (Soekartawi, 1996) : a. Pertanian dapat dianggap sebagai industri hulu. Interaksi antar-sektor ini akan semakin besar dengan semakin berkembangnya industri hulu yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, b. Pertanian dapat bersaing sektor lain dalam hal pendayagunaan tenaga kerja, sumber daya alami dan modal. Lemahnya kaitan sektor industri dengan sektor pertanian sebenarnya kurang menguntungkan bagi sektor industri itu sendiri. Kurang keterkaitan ini berarti ketergantungan sektor industri terhadap masukan dari luar negeri sangat besar. Selain itu kurangnya penyerapan produk pertanian terhadap sektor industri dalam negeri berarti nilai tambah sektor pertanian hanya sebagian yang tercipta di dalam negeri.

5 21 Sistem ekonomi negara merupakan satu kesatuan yang dicirikan dengan hubungan sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi yang lain, karenanya sektor pertanian tidak dapat dikembangkan sendiri tanpa memperhatikan sektor lain yang terkait. Selain itu secara historis, sektor pertanian adalah urat nadi dan struktur utama bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam hal sumber pertumbuhan, penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Bahkan terdapat kaitan erat antara produktivitas pertanian dengan pertumbuhan ekonomi secara luas (Ruminta, 1998, dalam Pribadi, 2002). Di negara-negara sedang berkembang, pertanian merupakan tulang punggung perekonomian, baik sebagai komoditas perdagangan dalam wilayah maupun untuk ekspor. Todaro (1985) menyatakan bahwa di kebanyakan negara maju, kurang dari 15% pendapatan ekonominya berasal dari pertanian, sedangkan di negara-negara sedang berkembang angka ini lazimnya berkisar antara 30% sampai dengan 50% Peran Pertanian Padi Tanaman padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini masih menjadi tanaman utama di dunia. Penanaman tanaman ini sudah dimulai sejak 7000 tahun yang lalu di negeri Cina. Beberapa daerah yang diduga sebagai daerah asal padi antara lain India bagian timur, Bangladesh, dan Cina Bagian selatan (Suparyono, 1993, dalam Pribadi, 2002). Tanaman padi adalah tanaman semi aquitis yang cocok ditanam di daerah tanpa genangan, asal kebutuhan airnya tercukupi. Padi dapat ditanam di dua jenis lahan utama yaitu lahan sawah dan lahan kering, sedangkan di Indonesia ditanam di dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau (Widodo, 1989, dalam Pribadi, 2002). Seperti di negara-negara Asia lainnya, Indonesia termasuk negara yang membutuhkan tanaman ini sebagai bahan makanan pokok dengan kandungan kalorinya yang besar. Untuk itu Indonesia berupaya mengembangkan tanaman padi sebagai tanaman pertanian utama disamping tanaman lainnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang jumlah penduduknya terbesar di dunia membutuhkan kemampuan penyediaan tanaman pangan yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ekspor komoditas pertanian juga semakin dibutuhkan sebagai sumber devisa negara mengingat volume ekspor migas semakin

6 22 berkurang. Berkaitan dengan hal itu, penurunan produksi pertanian tanaman pangan akan berdampak pada penurunan laju perkembangan wilayah. Badan Agrobisnis (1997, dalam Mara, 1999) menekankan strategi pertanian dari sudut pandang : i. Secara makro, pertanian harus berperan dan memberikan kontribusi pada sektor lain dalam pembangunan nasional, mampu meningkatkan produksi kebutuhan pokok dan bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja produkstif dan meningkatkan laju pertumbuhan wilayah, ii. Secara mikro, pertanian mampu meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan taraf hidup, meningkatkan citra, kebanggaan dan ketahanan masyarakat. Gathak (1997, dalam Mara, 1999) menyatakan bahwa pertanian dapat memberikan sumbangan besar pada pembangunan ekonomi untuk negara-negara sedang berkembanng dengan alasan : a. Dominan terhadap kontribusi Gross Domestic Product (GDP) dan penyerapan tenaga kerja, b. Penyedia bahan baku industri, c. Menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan perekonomian nonpertanian, d. Kemajuannya meningkatkan laju peningkatan modal, e. Merupakan komoditas ekspor sehingga menghasilkan devisa, f. Perekonomian agraris yang terus tumbuh akan mendorong industrialisasi. Pendekatan pembangunan pertanian melalui pengembangan komoditas utamanya, sehingga efisiensi pembangunan sumber-sumber ekonomi secara nasional dan regional akan lebih tinggi. Hal ini akan terjadi apabila analisis mengenai ekonomi dari komoditas-komoditas tertentu mendapat perhatian yang lebih besar (Mubyarto, 1989). Dalam kaitannya dengan pertanian padi, daerah-daerah di Pulau Jawa senantiasa menjadi lumbung padi nasional. Dengan demikian pembangunan subsektor pertanian padi menjadi kunci dalam pengembangan wilayah bagi daerah-daerah di Pulau Jawa yang selama ini menghasilkan komoditas padi sebagai komoditas utama.

7 Faktor-faktor Keberhasilan Pertanian Padi Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap sektor pertanian yang diuraikan pada bagian ini merupakan ringkasan dari berbagai macam pendapat para ahli di bidang pertanian. Faktor internal merupakan faktor yang berada di dalam sektor itu sendiri dan mempengaruhi sektor pertanian secara langsung, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi sektor pertanian, berasal dari luar secara langsung ataupun tidak langsung, namun tidak dapat dikendalikan oleh faktor internal Faktor-faktor Umum Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal adalah faktor sumber daya manusia (pendidikan formal petani dan kegiatan penyuluhan), luas lahan dan status lahan. Faktor eksternal meliputi faktor ketersediaan sarana produksi pertanian (pupuk, benih dan pestisida), ketersediaan air, sumber modal usaha tani dan pelaku pemasaran. Penjelasannya adalah sebagai berikut (Mara dan Wijayanti, 1999) : 1. Faktor Sumber Daya Manusia (Pendidikan petani dan kegiatan penyuluhan) Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pertanian akan mempengaruhi pengembangan sektor pertanian karena merekalah yang menjadi pelaku utama dalam pengembangan sektor ini (Nasution, 1997; Syafa at, 1997). Kualitas sumber daya manusia tidak hanya berhubungan dengan kemampuan penguasaan teknologi dan tingkat pendidikan atau keterampilan, namun juga pada peningkatan kemampuan dalam aspek bisnis, manajerial dan organisasi. 2. Faktor Luas Lahan Lahan pertanian merupakan sumber daya dasar untuk perkembangan pertanian. Oleh karena itu, lahan pertanian harus memiliki kesuburan yang baik dan kesesuaian lahan yang tepat (Soekartawi, 1996; Haryadi, 1995; Swaminathan, 1995; Hasan, 1992; Kuntoro, 1999; Baharsjah, 1997; Nasution, 1997). Persediaan lahan pertanian akan semakin terbatas karena adanya proses industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan wilayah. Program pembangunan pertanian yang dilaksanakan selama ini berdasarkan pada struktur penguasaan tanah yang tidak merata, dimana sebagian besar petani di Indonesia hanya menguasai lahan kurang dari 0,5 Ha, sehingga kecil kemungkinan petani gurem akan dapat menikmati keuntungan ekonomi.

8 24 3. Faktor Status Lahan Status kepemilikan lahan akan menentukan pengolahan lahan sawah yang sedang diusahakan secara umum. Petani pemilik lahan akan lebih leluasa mengolah lahannya sesuai yang diinginkan daripada petani yang hanya menggarap lahan milik orang lain (Sitanggang, 2002) 4. Faktor Sarana Produksi Pertanian Bahan tanaman merupakan faktor dasar untuk proses pertanian (Mardjuki, 1994; Susanto, 1999; Mubyarto, 1991). Bahan tanaman yang dimaksud adalah penyediaan varietas unggul, benih, pupuk, air dan alat-alat untuk produksi, khususnya alat produksi lokal yang dapat dijangkau oleh petani dengan mudah. Penyediaan benih sangat penting peranannya bagi pertanian, namun persediaan benih ini masih sangat minim dan sulit untuk didapatkan sehingga mengganggu pengembangan pertanian. 5. Faktor Ketersediaan Air Tanaman padi merupakan tanaman semi aquitis yang harus tercukupi kebutuhan airnya. Fungsi penting pengairan dalam pertanian tanaman padi antara lain (Tamsil, 1997) : mendatangkan air sebagai bahan yang diperlukan untuk kehidupan tanaman, membantu mengurangi keganjilan dari peredaran hujan, mempertahankan atau menambah kesuburan tanah dan membersihkan tanah dari racun yang mengganggu pertumbuhan tanaman. 6. Faktor Modal Usaha Tani Dukungan pembiayaan untuk sektor pertanian merupakan hal yang penting bagi pengembangan sektor petanian (Soekartawi, 1996; Saragih, 1999; Sitompul, 1995; Nasution, 1997). Kebijakan moneter dan perbankan harus dapat mendukung sektor pertanian, misalnya dengan penetapan suku bunga kompetitif serta kemudahankemudahan didalam pengajuan kredit usaha tani. 7. Faktor Pemasaran Produk pertanian dapat dipasarkan secara lokal maupun diimpor ke luar wilayah bersangkutan melalui distribusi. Dengan adanya pasar maka transaksi produk-produk pertanian akan terjadi antara satu daerah yang surplus dengan daerah lainnya yang minus atau tidak memiliki. Sistem pemasaran dan distribusi produk yang tidak terlalu panjang akan memberikan keuntungan bagi semua pihak, dimana petani bukan merupakan pihak yang ditekan tetapi sebaliknya menjadi pihak yang memiliki posisi tawar tinggi (Hasan, 1992; Mubyarto, 1991).

9 Kebijakan dan Program Kondisi pertanian Indonesia pada tahun 1963 melatarbelakangi munculnya gagasan pencapaian swasembada pangan. Oleh karena itu, sejak awal tahun 1970-an pembangunan pertanian lebih dititikberatkan pada pencapaian swasembada pangan, khususnya beras yang merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk. Sejak tahun itu, pencapaian swasembada pangan didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah, yakni melalui subsidi air, bibit, pupuk, obat-obatan dan subsidi harga dasar (Edward Napitupulu, 2000). Instrumen kebijakan lain yang juga turut berperan dalam pencapaian swasembada pangan adalah pembangunan dan pemeliharaan prasarana irigasi, fasilitas transportasi, penelitian dan pengembangan, penyebaran benih dan teknologi varietas unggul. Selain itu, dilaksanakan pula rekayasa teknis dan sosial melalui berbagai program intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Khusus dalam peningkatan produksi beras, intensifikasi memegang peranan penting (Partohardjono, Ismunaji dan Darwis, 1983 dalam Tamsil Tahir, 1997). Upaya peningkatan produksi beras melalui intensifikasi terlihat dari berbagai paket kebijaksanaan yang diluncurkan oleh pemerintah sejak Pelita I seperti BIMAS (Bimbingan Massal), INMAS (Intensifikasi Massal ), INSUS (Intensifikasi Khusus) dan OPSUS (Operasi Khusus). Berbagai program tersebut merupakan sebuah inovasi baru dalam pertanian, khususnya di negara-negara ketiga, yang dikenal dengan sebutan revolusi hijau (Gunawan Sumodiningrat, 2001). Program ini kemudian diterjemahkan ke dalam paket penyuluhan Panca Usaha Tani dan belakangan ditambah menjadi Sapta Usaha Tani (Bustanul Arifin, 2001). Program ini tidak hanya ditujukan kepada petani secara individu, namun juga kepada kelompok-kelompok usaha tani. Oleh karena itu, adanya gagasan revolusi hijau memunculkan keberadaan kelompok-kelompok tani. Usaha yang dilakukan pemerintah dalam mencapai swasembada pangan tidak sia-sia, sebab pada tahun 1984 Indonesia mendapat penghargaan dari Badan Pangan Dunia (FAO) atas keberhasilannya mencapai swasembada pangan (Bustanul Arifin, 2001). Selain itu terdapat peningkatan produksi padi secara nasional sebesar satu seperempat kali lipat dalam dua belas tahun terakhir, yakni dari 21 juta ton pada tahun 1973 menjadi lebih dari 46 juta ton pada tahun 1994 (Gonarsyah, 2000). Meskipun demikian, upaya pemerintah untuk mempertahankan swasembada beras semata-mata merupakan obsesi penyediaan beras, bukan ekonomi beras karena

10 26 tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan petani (Kuswanto, 1994 dalam Tamsil Tahir, 1997). Hal ini terbukti selama 35 tahun terakhir sektor pertanian terlalu diprioritaskan untuk mencapai swasembada pangan, sehingga sifat pendekatan pertanian yang bertujuan membangun keluarga petani seutuhnya banyak terlupakan. Program-program dengan sasaran swasembada yang telah ditetapkan oleh pemerintah terlalu menekankan pada peningkatan produksi dan kurang simultan dengan kepentingan kesejahteraan petani (welfare oriented) (Edward Napitupulu, 2000). Kunci kegagalan revolusi hijau adalah sifatnya yang lebih bersifat hardware saja, dan kurang menyentuh aspek software-nya. Revolusi hijau hanya menyentuh masalah teknologi pertanian, namun tidak banyak menyentuh teknologi pengelolaan pertanian. Padahal pengelolaan menjadi kunci kesinambungan (sustainability) dari setiap kegiatan ekonomi, tidak terkecuali pertanian (Gunawan Sumodiningrat, 2001). Arah kebijakan pembangunan pertanian, seperti penguatan dan penumbuhan lembaga petani, penguatan dan penumbuhan kembali sistem penyuluhan, dan pengamanan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri melalui upaya-upaya untuk mengamankan daerah irigasi dan optimasi lahan akan sangat relevan apabila didekati melalui analisis dan pendekatan multifungsi pertanian. Multifungsi pertanian merupakan nilai-nailai manfaat yang dimiliki oleh pertanian tidak hanya dari segi ekonomi saja, melainkan juga aspek-aspek lainnya. Misalnya adalah aspek ekologi, yang menunjukkan bahwa pertanian ternyata mampu memberi dampak postitif dalam menjaga kelestarian lingkungan, seperi dalam hal pengurangan emisi gas karbon, tempat penguraian sampah organik dan mitigasi bencana. Kemudian dalam aspek sosial budaya, pertanian dapat menjadi daya tarik perdesaan yang unik. Keberhasilan penerapan program dalam rangka revitalisasi pertanian tersebut sangat erat kaitannya dengan apresiasi pemerintah terhadap pertanian secara menyeluruh. Kalau pertanian hanya dipandang sebatas sebagai penghasil produk yang dapat dipasarkan akan sulit meningkatkan kesejahteraan petani setara dengan pelaku ekonomi sektor lainnya. Seperti apa yang terjadi saat ini menjadi petani atau bekerja di sektor pertanian adalah pilihan terakhir bagi angkatan kerja (Irawan, 2006). 2.3 Evaluasi Program Pertanian Dinamika sektor pertanian akan terus terjadi. Kebijakan yang diambil diharapkan akan makin menjawab persoalan pertanian di dalam negeri. Oleh karena itu, setiap program yang akan dilaksanakan harus lebih baik pelaksanaannya dari

11 27 program sebelumnya. Hal ini dapat tercapai jika kita mengetahui sisi positif dan negatif dari program yang telah berjalan sebelumnya dalam rangka penyempurnaan program di masa mendatang (McNamara, 2007) Pengertian dan Peran Evaluasi Secara umum pengertian evaluasi adalah kegiatan menganalisis dan menilai hubungan input/aktivitas dengan hasil-hasil dari suatu program; prosedur analitik kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi tentang kinerja kebijakan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai atau kesempatan-kesempatan yang merupakan masalah. Jadi kegiatan evaluasi tidak hanya menjawab pertanyaan apa yang terjadi, mengapa, bagaimana tetapi juga menjawab apa yang sebaiknya harus dilakukan (Patton, 1980). Evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tingkat filosofi, kebijakan, program dan proyek. Perbedaan mendasarnya adalah penentuan kriteria kebaikan dan pengaruhnya terhadap kelompok sasaran. Semakin tinggi level evaluasi, maka proses penentuan kriteria kebaikannya akan semakin sulit. Teknik evaluasi dibagi menjadi dua macam berdasarkan kegunaannya, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Secara rinci definisinya adalah sebagai berikut (Patton, 1980) : i. Evaluasi formatif Bertujuan untuk menilai kinerja program, kebijakan dan sejenisnya yang sedang belangsung dengan memfokuskan pada kekuatan dan kelemahannya secara spesifik. Hasilnya adalah rekomendasi untuk meningkatkan kinerja program pada tahap selanjutnya, ii. Evaluasi sumatif Bertujuan untuk menilai dan menjelaskan keefektifan suatu program, kebijakan atau produk intervensi tertentu ketika program, kebijakan atau produk intervensi tersebut selesai dikerjakan. Penelitian difokuskan pada tujuan pelaksanaan program, kebijakan atau produk intervensi tersebut sehingga output yang diperoleh berupa penilaian umum terhadap keefektifan program dan penilaian kondisi-kondisi yang dapat membuat program tersebut lebih efektif. Evaluasi dapat dilakukan atau diterapkan pada tiga kesempatan, yaitu evaluasi sebelum kebijakan/program/proyek dilaksanakan (ex-ante evaluation), evaluasi pada

12 28 saat kebijakan/program/proyek sedang berjalan (on-going evaluation) dan evaluasi pada saat kebijakan/program/proyek selesai dilaksanakan (ex-post evaluation) Metoda Evaluasi Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang bertujuan untuk menjelaskan keefektifan program. Evaluasi sumatif meliputi usaha untuk memantau pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau program diterapkan untuk jangka waktu tertentu (Dunn, 1994). Dasar metode pendekatan yang dipilih bersifat kualitatif dan kuantitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara, penyebaran kuesioner dan pengumpulan data sekunder. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian program peningkatan produksi padi adalah keefektifan. Teknik analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara semi-terstruktur dan kuesioner. Sedangkan teknik analisis kuantitatif digunakan sebagai alat untuk mendeskripsikan secara proporsional data dari hasil perolehan survei data primer. Menurut Fontana dan Frey (1994) wawancara dibagi dalam tiga kelompok, yaitu wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan semi terstruktur. Wawancara dengan tipe terstruktur membawa pewawancara kepada situasi untuk menentukan arah pembicaraan responden dan biasanya bentuk pertanyaan tipe ini adalah pertanyaan terbuka dan terbatas. Wawancara dengan tipe tidak terstruktur merupakan wawancara yang dilakukan tanpa struktur baku, bentuk pertanyaannnya terbuka dan tanpa batasan untuk mencari fenomena dan penjelasan dari suatu keadaan. Sedangkan waancara semi terstruktur adalah tipe wawancara yang berada diantara terstruktur dan tidak terstruktur, dengan tujuan untuk mencari fenomena yang terjadi. Pewawancara tipe ini telah memiliki standar pertanyaan dan dapat berubah pada saat terjadinya wawancara tergantung fenomena yang diperoleh pada saat wawancara. Studi awal untuk memahami operasionalisasi Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) ini menggunakan wawancara semi terstruktur dengan alasan agar lebih mudah menggali dan memahami kondisi di

13 29 lapangan, sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih beragam namun tetap fokus pada tujuan studi. Dalam menganalisis data yang diperoleh, metoda atau teknik yang digunakan adalah metoda analisis kualitatif. Penggunaan metoda ini didasarkan pada kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan data dari berbagai sumber, termasuk di dalamnya teknik untuk mengkonseptualisasikan data. Proses ini disebut dengan peng-coding-an berbagai pengalaman, catatan dan tujuan penelitian (Strauss dan Corbin, 1990). Analisis data dilakukan dengan proses sebagai berikut : GAMBAR 2.1 PROSES ANALISIS DATA Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Simpulan: Verifikasi Sumber : Huberman, Michel and Miles, Matthew (1994) Selain metoda analisis kualitatif, analisis kuantitatif juga digunakan sebagai alat untuk mendeskripsikan secara proporsional data dari hasil perolehan survei primer. Teknik statistik deskriptif digunakan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data melalui tabel dan perhitungan persentase Indikator dan Tolok Ukur Keefektifan Proksi Mantap Sasaran Proksi Mantap menurut Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Garut antara lain : 1. Meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik 2. Mendorong aktivitas musyawarah antarpetani 3. Mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani, yang menjadi cikal bakal koperasi tani (koptan) 4. Mendukung kegiatan intensifikasi padi 5. Membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat 6. Membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran

14 30 Proses penilaian keefektifan pelaksanaan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) Kabupaten Garut ditinjau dari sasaran-sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut. Sasaran-sasaran Proksi Mantap tersebut diturunkan menjadi indikator dan tolok ukur. Penjelasan mengenai penurunan indikator dan tolok ukur sebagai berikut : Meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik Penyuluhan pertanian dapat juga disebut bentuk pendidikan nonformal, yaitu kesempatan pendidikan di luar sekolah dimana mereka dapat belajar sambil berbuat. Tujuan utama penyuluhan adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam usaha taninya (Mubyarto, 1989). Apabila petani mendapatkan informasi pertanian yang cukup dari penyuluh, diharapkan petani dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha taninya. Selain itu penyuluhan pertanian memiliki peranan yang amat strategis dalam proses adopsi inovasi terhadap teknologi baru. Petugas penyuluh lapangan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kemampuan teknik budidaya petani (Emmayanti, 2002). Mampu menyerap dan menerapkan hasil-hasil penyuluhan merupakan salah satu ciri dari keberhasilan petani dalam melakukan inovasi-inovasi di bidang usaha tani (Sitanggang, 2002). Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penilaiannya adalah : petani mampu menyerap dan menerapkan hasil-hasil penyuluhan. Sedangkan tolok ukurnya adalah : petani mampu menyerap materi penyuluhan; dan petani menerapkan seluruh hasil penyuluhan. Mendorong aktivitas musyawarah antarpetani Adanya perbedaan persepsi antar sesama anggota petani dalam satu hamparan usaha tani menyebabkan semakin sulitnya mengorganisasikan kegiatan usaha tani. Namun, perbedaan tersebut dapat menjadi suatu kekuatan bagi kelompok apabila ada keinginan para petani untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara bermusyawarah (Sitanggang, 2002). Sifat dasar dari pertanian padi adalah proses produksi yang mengutamakan kerja sama antar pertani dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam memutuskan apa yang harus dilakukan atau apa yang harus didahulukan jika sumber daya yang dimiliki terbatas, maka upaya yang harus dilakukan oleh petani adalah dengan menyelenggarakan kegiatan musyawarah. Kolektivitas menjadi ciri utama usaha pertanian padi sehingga diharapkan petani menjadi peserta musyawarah yang aktif (Emmayanti, 2002).

15 31 Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penilaiannya adalah : petani selalu bersedia untuk bermusyawarah dalam usaha tani. Sedangkan tolok ukurnya adalah : petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela; dan petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya hanya menerima hasil keputusan musyawarah. Mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani, yang menjadi cikal bakal koperasi tani (koptan) Untuk mengembangkan kegiatan kelompok tani, tidak terlepas dari kesadaran petani akan arti pentingnya berkelompok. Hal ini penting untuk mengetahui motivasi yang mendorong petani bekerja sama di dalam kelompok. Masalah terpenting dalam usaha tani secara berkelompok adalah meluruskan motivasi dan menanamkan di diri petani, bahwa terbentuknya kelompok bukan didasari upaya memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kemudahan dalam memperoleh bantuan. Akan tetapi, didasari oleh keinginan dan kebutuhan untuk bergabung dan bekerja sama dalam kelompok tani. Adanya kerja sama kelompok tani diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar petani. Adanya keterlibatan setiap anggota dalam kegiatan kelompok tani mencerminkan kepedulian petani terhadap kelompok dan kebutuhan terhadap kegiatan tersebut. Kondisi ini penting untuk menilai keaktifan dari kelompok tani secara umum dan anggota khususnya (Sitanggang, 2002). Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penilaiannya adalah : petani bergabung dalam kelompok tani secara aktif dan sukarela. Sedangkan tolok ukurnya adalah : keterlibatan petani dalam kelompok tani didasarkan pada kebutuhan; dan petani banyak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok tani. Mendukung kegiatan intensifikasi padi Di dalam Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap disebutkan bahwa kegiatan intensifikasi padi mutlak diperlukan sebagai langkah peningkatan produksi padi. Kegiatan-kegiatan dalam intensifikasi padi yang dianjurkan sesuai dengan standar pelaksanaan Proksi Mantap, yaitu : - Cara bercocok tanam yang dianjurkan : mengatur pola tanam, mengolah tanah sesuai anjuran penyuluh, pergiliran varietas antar musim, menggunakan bahan organik - Penggunaan benih unggul : Ciherang, Widas, Way Apo Buru, Cisadane, Cimelati, Towuti, IR-64 - Pemupukan berimbang : Urea 250 kg, ZA 100 kg, SP 125, KCl 100 kg (per Ha)

16 32 - Pengendalian hama : Pengendalian hama terpadu (PHT) yang memprioritaskan pengendalian alami (budidaya tanaman sehat dan musuh alami) dan penggunaan pestisida secara bijaksana - Pengairan yang baik : minimal air mencukupi Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penilaiannya adalah : petani melaksanakan kegiatan intensifikasi sesuai Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap. Sedangkan tolok ukurnya adalah : petani melakukan kegiatan intensifikasi seperti yang disebutkan dalam standar pelaksanaan Proksi Mantap. Membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat Pertanian rakyat dengan karakteristik berlahan kecil dan berteknologi sederhana, umumnya memiliki kelemahan dalam permodalan (Soekartawi, 1996). Kondisi yang demikian menyebabkan terlibatnya petani kepada hutang, baik hutang biasa maupun dengan sistem ijon (Mubyarto, 1995). Selain itu, rendahnya akses ke lembaga keuangan menyebabkan mereka memiliki ketergantungan kepada sumber modal seperti bandar, pemilik lahan dan sumber lainnya. Kunci dari aspek pembiayaan usaha tani adalah terciptanya kemandirian petani. Petani harus terbebas dari sistem ijon yang merugikan baik dari segi kuantitas produk yang dihasilkan maupun pendapatan yang akan diperoleh petani. Petani yang mampu membiayai usaha taninya sampai dengan produk siap dipasarkan akan mendapatkan hasil yang lebih besar daripada petani yang menjual padi sebelum siap panen. Padi yang dijual dengan harga pantas akan meningkatkan pendapatan dan kemampuan menabung petani (Emmayanti, 2002). Dalam suatu kerja sama ekonomi usaha tani, maka pembiayaan awal menjadi faktor pendukung yang menentukan langkah awal suatu usaha (start-up business). Usaha tani diibaratkan sebagai suatu bisnis, dimana modal awal menentukan digarap tidaknya usaha tani oleh petani. Tanpa adanya modal awal, maka usaha tani dikhawatirkan akan tersendat-sendat (Sitanggang, 2002). Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penilaiannya adalah : petani mampu membiayai usaha taninya secara mandiri; peningkatan produksi; dan peningkatan pendapatan petani. Sedangkan tolok ukurnya adalah : petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain; hasil produksi meningkat jika dibandingkan sebelum pelaksanaan program; dan pendapatan

17 33 petani meningkat secara riil, dan petani bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung Membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran Menurut Mubyarto (1995), bahan tanaman merupakan faktor dasar untuk proses pertanian. Bahan tanaman yang dimaksud adalah penyediaan varietas unggul, benih, pupuk, air dan alat-alat untuk produksi, khususnya alat produksi lokal yang dapat dijangkau oleh petani dengan mudah. Penyediaan benih sangat penting peranannya bagi pertanian, namun persediaan benih ini masih sangat minim dan sulit untuk didapatkan sehingga mengganggu pengembangan pertanian. Pengembangan sektor pertanian terkait dengan keberadaan lembaga-lembaga penunjang, seperti misalnya lembaga pemasaran sebagai pusat informasi pasar ataupun sebagai salah satu mata rantai pemasaran dan lembaga-lembaga terkait lainnya (Mubyarto, 1995). Produk pertanian dapat dipasarkan secara lokal maupun diimpor ke luar wilayah bersangkutan melalui distribusi. Dengan adanya pasar maka transaksi produk-produk pertanian akan terjadi antara satu daerah yang surplus dengan daerah lainnya yang minus atau tidak memiliki. Sistem pemasaran dan distribusi produk yang tidak terlalu panjang akan memberikan keuntungan bagi semua pihak, dimana petani bukan merupakan pihak yang ditekan tetapi sebaliknya menjadi pihak yang memiliki posisi tawar tinggi (Mubyarto, 1995). Terjaminnya pemasaran bagi hasil-hasil usaha tani merupakan syarat mutlak bagi pembangunan pertanian. Soekartawi (1996) menyatakan bahwa dalam mengembangkan konsep agribisnis, sebaiknya produsen/petani mampu untuk mengusahakan sendiri produksi pertaniannya, mengolah hasil dan sekaligus memasarkannya pada kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penilaiannya adalah : petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian; dan petani mudah untuk memasarkan produk pertanian. Sedangkan tolok ukurnya adalah : petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian, petani mampu membeli sarana produksi pertanian; dan petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian, petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal

18 34 TABEL II.1 INDIKATOR DAN TOLOK UKUR KEEFEKTIFAN PROKSI MANTAP Sasaran Program * Indikator Tolok Ukur Meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik Mendorong aktivitas musyawarah antarpetani Mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani, yang menjadi cikal bakal koperasi tani (koptan) Mendukung kegiatan intensifikasi padi Membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat Membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran Petani mampu menyerap dan menerapkan hasilhasil penyuluhan Petani selalu bersedia untuk bermusyawarah dalam usaha tani Petani bergabung dalam kelompok tani secara aktif dan sukarela Petani melaksanakan kegiatan intensifikasi sesuai Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap Petani mampu membiayai usaha taninya secara mandiri Peningkatan produksi Peningkatan pendapatan petani Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian Petani mudah untuk memasarkan produk pertanian mampu menyerap materi penyuluhan setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram menerapkan seluruh hasil penyuluhan setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya menerima hasil keputusan musyawarah setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram bergabung dalam kelompok tani setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok tani setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram Ada peningkatan jumlah petani di desa program yang melakukan intensifikasi berupa : Cara bercocok tanam sesuai standar Penggunaan benih unggul Pemupukan berimbang Pengendalian hama sesuai anjuran Pengairan yang baik setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar daripada desa nonprogram Ada peningkatan jumlah petani di desa program yang dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram Ada peningkatan hasil produksi di desa program setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram Ada peningkatan jumlah pendapatan petani di desa program secara riil setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram mudah mendapatkan sarana produksi pertanian setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram mampu membeli sarana produksi pertanian setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram mudah memasarkan hasil produksi pertanian setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar dibanding desa nonprogram mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal setelah pelaksanaan program dan peningkatannya lebih besar daripada desa nonprogram Keterangan : *) Bersumber dari Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Garut

19 Rangkuman Pada dasarnya pengembangan wilayah dilakukan dengan mendayagunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah. Sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai basis ekonomi salah satunya adalah pertanian guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting dilihat dari peranannya terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Indonesia sebagai salah satu negara yang jumlah penduduknya terbesar di dunia membutuhkan kemampuan penyediaan tanaman pangan yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dinamika sektor pertanian akan terus terjadi. Kebijakan yang diambil diharapkan akan makin menjawab persoalan pertanian di dalam negeri. Persoalan yang saat ini sedang dihadapi sektor pertanian adalah tingginya kebutuhan bahan pangan, namun tidak diikuti peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah mencanangkan peningkatan produksi padi nasional. Sementara itu di tingkat daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Garut sebagai daerah di Jawa Barat yang berbasis pertanian turut mendukung dengan dilaksanakannya Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap), dengan tujuan meningkatkan produksi tanaman pangan. Agar program dapat berjalan optimal, harus dievaluasi sebagai bahan perbaikan pelaksanaan program sejenis di masa mendatang. Indikator penilaian keefektifan terhadap sasaran-sasaran Proksi Mantap adalah sebagai berikut : Sasaran 1 : Meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik Indikator evaluasinya adalah : Petani mampu menyerap dan menerapkan hasilhasil penyuluhan Sasaran 2 : Mendorong aktivitas musyawarah antarpetani Indikator evaluasinya adalah : Petani selalu bersedia untuk bermusyawarah dalam usaha tani

20 36 Sasaran 3 : Mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani, yang menjadi cikal bakal koperasi tani (koptan) Indikator evaluasinya adalah : Petani bergabung dalam kelompok tani secara aktif dan sukarela Sasaran 4 : Mendukung kegiatan intensifikasi padi Indikator evaluasinya adalah : Petani melaksanakan kegiatan intensifikasi sesuai Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap Sasaran 5 : Membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat Indikator evaluasinya adalah : Petani mampu membiayai usaha taninya secara mandiri, peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani Sasaran 6 : Membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran Indikator evaluasinya adalah : Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dan petani mudah untuk memasarkan produk pertanian

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166 INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Potensi sumberdaya pertanian yang melimpah seharusnya dapat dijadikan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah bagian dari pembangunan ekonomi yang berupaya dalam mempertahankan peran dan kontribusi yang besar dari sektor pertanian terhadap pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian sebagian besar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian sangat penting karena

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) Disusun Oleh Kelompok 1: Nurul Setyaningsih 115040200111086 Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nurhadi 115040201111172

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat elastis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci