PENENTUAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK, KOEFISIEN STORAGE DAN EFISIENSI SUMUR DENGAN UJI PEMOMPAAN DI FATETA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK, KOEFISIEN STORAGE DAN EFISIENSI SUMUR DENGAN UJI PEMOMPAAN DI FATETA INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 PENENTUAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK, KOEFISIEN STORAGE DAN EFISIENSI SUMUR DENGAN UJI PEMOMPAAN DI FATETA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SAFIRA INKEMARIS DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Nilai Konduktivitas Hidrolik, Koefisien Storage dan Efisiensi Sumur dengan Uji Pemompaan di FATETA Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2017 Safira Inkemaris NIM F

4

5 ABSTRAK SAFIRA INKEMARIS. Penentuan Nilai Konduktivitas Hidrolik, Koefisien Storage dan Efisiensi Sumur dengan Uji Pemompaan di FATETA Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO. Uji pemompaan merupakan suatu metode yang dipergunakan secara luas untuk mengetahui karakteristik akuifer. Karakteristik akuifer penting untuk perencanaan dan pengontrolan sumur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besar penurunan muka air tanah terhadap debit, nilai konduktivitas hidrolik, koefisien storage dan efisiensi sumur dengan metode Thiem dan metode Neuman. Debit yang digunakan pada saat uji pemompaan bertingkat sebesar l/detik, l/detik dan /detik. Besar penurunan muka air tanah pada masingmasing debit sebesar 2.5 m, 2.84m, dan m. Debit yang digunakan pada uji pemompaan menerus sebesar l/detik dan penurunan muka air tanahnya sebesar 2.58 m. Nilai transmisivitas dengan metode Thiem sebesar m 2 /hari dan nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari. Dengan metode neuman diperoleh nilai transmisivitas 3.06 m 2 /hari, nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari, spesifik lapang sebesar 7.741x10-6 dan storativitas kondisi awal sebesar 1.334x10-7. Nilai transmisivitas dan konduktivitas hidrolik untuk uji kambuh masing-masing sebesar 1.73x10-4 m 2 /hari dan 1.7x10-5 m/hari. Dari perhitungan efisiensi sumur dengan 3 debit berbeda diperoleh debit yang paling efisien yaitu m 3 /detik dengan efisiensi sumur 76.63%. Kata kunci: airtanah, efisiensi sumur, konduktivitas hidrolik, koefisien storage, uji pemompaan ABSTRACT SAFIRA INKEMARIS. Determination of Hydraulic Conductivity, Storage Coefficient and Well Efficiency with Pumping Test at FATETA Bogor Agricultural University (IPB). Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO. Pumping test is a method that is widely used to determine the characteristics of the aquifer. Aquifer characteristics are important for planning and wells controlling. This research aimed to analyse the relation between ground water level decreased and discharge, hydraulic conductivity, storage coefficient and well efficiency with Thiem method and the method of Neuman. Discharge used at the time of the stepdrawdown test are m 3 /s, m 3 /s and m 3 /s with Large decreased water level in each discharge 2.5 m, 2.84 m, and m. Discharge used at continuous test amounted to m 3 /sec and a decrease in soil water level is 2.58 m. The value of transmissivity with Thiem method was m 2 /day and hydraulic conductivity values of m/day. While with the Neuman method, transmissivity value was 3.06 m 2 /day, hydraulic conductivity was m/day, specific fields was 7.741x10-6 and storativity of the initial conditions was 1.334x10-7. Based on calculation of well efficiency with 3 different discharge was obtained the most efficient discharge was m 3 /s with 76.63% well efficiency. Keywords:groundwater, hydraulic conductivity, pumping test, storage coefficient, well efficiency

6

7 PENENTUAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK, KOEFISIEN STORAGE DAN EFISIENSI SUMUR DENGAN UJI PEMOMPAAN DI FATETA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SAFIRA INKEMARIS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

8

9

10

11 PRAKATA Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga skripsi yang berjudul Penentuan Nilai Konduktivitas Hidrolik, Koefisien Storage dan Efisiensi Sumur dengan Uji Pemompaan di FATETA Institut Pertanian Bogor ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih disampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T selaku pembimbing atas bantuan serta waktu yang telah diluangkan dalam memberikan ilmu, bimbingan, masukan, dan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA dan Bapak Sutoyo, STP, MSi. selaku dosen penguji dan telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi. 3. Kedua orang tua, Bapak Rosihan Syafuddin dan Ibu Kholidah serta Eneng Rikza Farah atas doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan. 4. Pak Dimas Ardi dan Kak Melia Hergiana atas sharing ilmu dan masukannya. 5. Tirsa Suharmulyani, Rizqy Akhmad Tsany, Wildan Abdillah, Bayu Febrianto dan Yahya Fadhil sebagai rekan satu bimbingan atas bantuan dan semangatnya. 6. Elis Nurmaliah, Novi Kurnia Sari, Dela Ayuningtyas atas segala kebersamaan selama di IPB. 7. Selia Restia Rizha, Aditya Mandagi, Arief Badrani Husni, Muhammad Haykal, Febri Melinda, Ria Triandini, Annette, Dinda Puteri Pertiwi, Nerry Apriyani, Sherly Agustini, atas bantuan, semangat, dan segala kebersamaannya. Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam penulisan skripsi ini yang disadari masih terdapat banyak kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Mei 2017 Safira Inkemaris

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Ruang Lingkup Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Air Tanah... 2 Akuifer... 2 Uji Pemompaan... 4 Konduktivitas Hidrolik... 4 METODE... 5 Waktu dan Tempat... 5 Alat dan Bahan... 5 Prosedur Penelitian... 6 HASIL DAN PEMBAHASAN... 9 Hasil Uji Pemompaan... 9 Penentuan jenis akuifer Karakteristik akuifer Efisiensi Sumur SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 31

14

15 DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan antara penurunan muka air tanah (s) dan waktu (t) 3 2 Bagan alir penelitian 6 3 Grafik Neuman 8 4 Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji pemompaan bertingkat dan uji kambuh (Recovery test) 10 5 Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji pemompaan menerus dan uji kambuh 11 6 Hubungan antara penurunan muka air tanah dan waktu 12 7 Hasil uji pemompaan berdasarkan metode Neuman pada kondisi awal 13 8 Hasil uji pemompaan berdasarkan metode Neuman pada kondisi akhir 14 9 Hasil uji kambuh bertingkat Hasil uji kambuh menerus Hubungan Q dan Sw/Q 16 DAFTAR TABEL 1 Nilai konduktivitas dari berbagai material batuan 5 2 Hasil uji pemompaan bertingkat 11 3 Hasil perhitungan dengan metode Thiem 13 4 Hasil perhitungan karakteristik akuifer dengan Metode Neuman 14 5 Hasil perhitungan uji kambuh 16 6 Hasil perhitungan efisiensi sumur 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi penelitian di segitiga SIL, IPB 19 2 Data hasil uji pemompaan bertingkat 20 3 Data hasil uji kambuh bertingkat 22 4 Data uji pemompaan menerus 23 5 Data uji kambuh menerus 24 6 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 1 dengan metode Neuman 25 7 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 2 dengan metode Neuman 26 8 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 3 dengan metode Neuman 27 9 Perhitungan uji pemompaan menerus dengan metode Neuman dan Thiem Perhitungan uji pemompaan bertingkat dengan metode Thiem Hasil uji kambuh 30

16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Semua makhluk hidup membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Air salah satu hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi manusia (Linsey dan Franzini 1979). Semakin meningkat jumlah penduduk maka kebutuhan akan air juga akan meningkat. Tanpa adanya air akan terjadi banyak penderitaan dan kesengsaraan. Air permukaan sering dimanfaatkan dibanding dengan air tanah karena air permukaan lebih mudah diperoleh dan dimanfaatkan. Air permukaan seperti danau, sungai, reservoir. Ketersediaan dan kualitas air permukaan yang makin menurun sehingga dilakukan eksplorasi dan eksploitasi air tanah untuk mengganti sumber air yang berasal dari air permukaan (Wahyono dan Wianto 2008). Air tanah lebih terlindung dari berbagai pencemar, karena sumbernya berada di dalam lapisan tanah (Kuswoyo dan Masduqi 2014). Air tanah sebagai sumberdaya alam tidak dapat terlihat secara langsung karena terdapat di dalam tanah dan batuan tetapi hampir semua penduduk memanfaatkannya baik untuk keperluan domestik maupun industri. Kuantitas air tanah dipengaruhi oleh kondisi litologi (batuan), geologi setempat, curah hujan dan tutupan lahan (Hidayat 2008). Aliran air tanah di dalam akuifer cukup lambat hingga mencapai waktu puluhan hingga ribuan tahun dipengaruhi oleh topografi, karakteristik geologi (litologi) seperti jenis tanah dan batuan, serta struktur batuan (Karels 2014). Air tanah terdapat dalam suatu formasi batuan yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air dalam jumlah yang cukup dan ekonomis (Sadjab et al. 2012). Formasi batuan dinamakan akuifer. Akuifer dibedakan menjadi empat macam, yaitu akuifer bebas, akuifer setengah bebas, akuifer setengah tertekan, dan akuifer tertekan. Air dalam akuifer dapat diambil melalui sumur atau lubang bor. Peranan air tanah yang kian besar tidak akan bertahan lama bila tidak diikuti dengan perencanaan dan pengendalian terhadap sumberdaya air tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian akuifer sumur air tanah agar pemanfaatan air tanah lebih terkendali khususnya di kampus Fakultas Teknologi Pertanian. Uji pemompaan sering digunakan untuk mengetahui karakteristik akuifer seperti nilai konduktivitas hidrolik, transmisivitas, storativitas (Abduh 2012). Konduktivitas hidrolik ini merupakan kemampuan tanah dalam melewatkan air dimana berpengaruh terhadap proses masuknya air ke dalam tanah, pergerakan ke zona perakaran, keluarnya air lebih, aliran permukan, dan evaporasi. Pendugaan nilai konduktivitas hidrolik untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Neuman dan Thiem. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana penurunan muka air tanah terhadap debit untuk jenis akuifer di sumur di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan 2. Bagaimana nilai konduktivitas hidrolik, koefisien storage dan efisiensi sumur dengan metode Thiem dan metode Neuman

18 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui besaran penurunan muka air tanah terhadap debit dari akuifer di sumur di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan 2. Mengetahui nilai konduktivitas hidrolik, koefisien storage dan efisiensi sumur dengan metode Thiem dan metode Neuman Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan informasi mengenai konduktivitas hidrolik pada segitiga SIL 2. Memberikan data referensi untuk pengendalian pemanfaatan air tanah Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup atau batasan masalah penelitian ini yaitu: 1. Penelitian dilakukan dengan data pengukuran uji pemompaan pada sumur di segitiga Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan 2. Penelitian ini menganalisis tentang karakteristik penurunan muka airtanah, perhitungan konduktivitas hidrolik dengan metode Thiem dan metode Neuman TINJAUAN PUSTAKA Air Tanah Air tanah (groundwater) berbeda dengan air dalam tanah (soil water). Air tanah (groundwater) berada pada lapisan akuifer atau zona jenuh air, sedangkan air dalam tanah (soil water) berada pada zona tidak jenuh air (Sjarif 2003). Keberadaan air tanah bergantung dari curah hujan dan air yang dapat meresap ke dalam tanah. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor faktor kondisi batuan (litologi) dan geologi setempat. Airtanah berasal dari air hujan dan air permukaan yang meresap (infiltrasi) mula-mula ke zona tak jenuh air (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (perkolasi) hingga mencapai zona jenuh air, lalu terkumpul dalam reservoir alam yaitu akuifer dan kemudian menjadi airtanah. Akuifer Air tanah dapat tersimpah dan mengalir pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer. Karakteristik akuifer harus diperhatikan dalam mempelajari air tanah, khususnya untuk mengetahui kapasitas air tanah yang dapat disimpan dalam lapisan tanah dan kapasitas yang dapat dipergunakan. Menurut Kodoatie dan Sjarief dalam Bhagya (2015), aliran air tanah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan. Akuifer bebas umumnya ditemukan di kedalaman dangkal, dimana tinggi muka air bervariasi tergantung lokasi akuifer (Todd dan Mays 2005). Akuifer bebas dibatasi oleh lapisan kedap air dibagian bawah dan pada bagian atas tidak

19 ada lapisan penutup atau kedap air. Apabila dilakukan penggalian sumur atau pengeboran maka kedalaman muka air tanah bebas dapat diketahui. Kedalaman muka air bebas ini dipengaruhi bentuk permukaan tanah atau topografi sekitar serta kondisi resapan air ke dalam akuifer. Akuifer tertekan berada di antara dua lapisan yang bersifat impermeabel terhadap air (Seyhan 1977). Akuifer tertekan pada bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat akifug atau akiklud. Tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfer. Penentuan jenis akuifer dapat diketahui dengan melihat grafik log-log atau semi-log dari hubungan antara penurunan muka air tanah (drawdown) dan waktu (Kruseman dan De Ridder 2000). Grafik semi-log dan log-log berdasarkan literatur dapat dilihat pada Gambar 1. 3 Gambar 1 Hubungan antara penurunan muka air tanah (s) dan waktu (t) Pada gambar 1 Grafik A dan A menunjukkan akuifer tertekan, homogen dan isotropik. Grafik A merupakan grafik log-log dimana pada kondisi awal grafik mengalami kenaikan dan semakin lama grafik relatif konstan atau datar. Grafik A merupakan grafik semi-log dimana pada waktu pemompaan awal grafik tidak linear namun semakin lama grafik menjadi linear. Grafik B dan B menunjukkan akuifer bebas, homogen. Grafik B merupakan grafik log-log dimana pada awal pemompaan mengikuti grafik untuk akuifer terbatas yang ditunjukkan pada grafik A. Pada waktu pertengahan, grafik datar karena merupakan refleksi imbuhan akuifer bagian atas, sehingga penurunan permukaan air tanah menjadi stabil dan waktu akhir grafik kembali mengikuti sebagian dari grafik bagian A (Setiawan dan Asgaf 2015). Grafik B merupakan grafik semi-log, dimana ditunjukkan dengan dua segmen garis lurus sejajar pada waktu pemompaan awal dan akhir. Grafik C dan C menunjukkan akuifer yang bocor. Pemompaan awal, kurva mengikuti bagian A dan A, saat pertengahan pemompaan semakin banyak air dari aquitard mencapai akuifer, akhirnya saat akhir pemompaan, semua air yang dipompa berasal dari kebocoran melalui akuitard dan aliran menuju sumur telah mencapai keadaan steady state. Ini berarti penarikan di akuifer stabil (Kruseman dan De Ridder 2000).

20 4 Uji Pemompaan Uji pemompaan merupakan suatu metode yang dipergunakan secara luas untuk mengetahui karakteristik teknis akuifer. Karakteristik akuifer penting untuk perencanaan dan pengontrolan sumur (Sosrodarsono dan Takeda 2006). Uji pemompaan bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu sumur bor dalam memproduksi debit airtanah dan mengetahui kelulusan lapisan pembawa air (akuifer). Konduktivitas hidrolik akuifer dapat dilakukan dengan uji pemompaan sumur tunggal (single well) maupun beberapa sumur (multiple well) (Bisri 2012). Uji pemompaan beberapa sumur memberikan hasil konduktivitas hidrolik yang lebih teliti dengan durasi pemompaan relatif pendek pada akuifer tak terkekang (Prakoso et al. 2014). Uji pemompaan terdiri dari tiga tahap yaitu uji pemompaan bertingkat (step drawdown test), uji pemompaan menerus (continous test), dan uji kambuh recovery test). Keuntungan uji pompa bertingkat adalah mengetahui hubungan secara akurat antara penurunan muka air tanah dengan debit pemompaan (Sudarsono 1998). Uji pemompaan bertingkat juga digunakan untuk mengetahui efisiensi sumur (Tizro et al. 2014). Uji menerus digunakan untuk menentukan jenis akuifer. Penurunan muka air diukur dengan interval waktu yang singkat selama pemompaan bertahap maupun menerus. Debit diukur setiap penurunan muka air (Elhag 2015). Hal yang menjadi inti dari pumping test ini adalah perbandingan antara penurunan muka air pada saat pumping terhadap kenaikan muka air pada saat recovery dala tenggat waktu yang sama (Harjito 2014). Uji pemompaan dibedakan berdasarkan jenis akuifer. Untuk akuifer tertekan dan aliran unsteady banyak digunakan metode Theis, metode Jacob dan metode Theis recovery. Untuk akuifer semi tertekan terdapat beberapa metode yang digunakan untuk aliran unstedy-state yaitu metode curve-fitting Walton, metode inflection-point Hantush, metode curve-fitting Hantush dan metode Rasio Neuman Witherspoon (Kruseman dan De Ridder 2000). Akuifer bebas memiliki dua metode analisis yaitu metode Neuman dan metode Thiem. Parameter yang digunakan pada metode Neuman lebih ke kondisi aktual pada saat pemompaan dan aliran unsteady state. Sedangkan metode Thiem lebih berdasarkan profil akuifer dan sumur di lokasi pemompaan serta aliran steady state (Kruseman dan De Ridder 2000). Konduktivitas Hidrolik Konduktivitas hidrolik merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Parameter akuifer ini bersifat alamiah, yaitu sangat tergantung pada jenis litologi penyusun akuifer itu sendiri, dan boleh saja berbeda untuk daerah yang berbeda. Parameter akuifer ini sangat menentukan keberlanjutan air bawah tanah di suatu daerah (Hutasoit 2009). Konduktivitas hidrolik dipengaruhi oleh sifat fisik yaitu porositas, ukuran butir, susunan butir, bentuk butir dan distribusinya. Konduktivitas hidrolik (K) dapat ditentukan dengan membagi transmisivitas dan ketebalan akuifer. Menurut Bouwer dalam Kruseman dan De Ridder (2000), nilai konduktivitas hidrolik dari beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel 1.

21 5 Tabel 1 Nilai konduktivitas dari berbagai material batuan Klasifikasi Geologi K ( m/hari ) Material terpisah (unconsolidated material) : Tanah liat/ Lempung Pasir halus 1 5 Pasir medium 5 2 x 10 1 Pasir Kasar 2 x Kerikil Pasir dan campuran kerikil Liat, pasir, campuran kerikil Batu-batuan (Rock) : Batu Pasir Batu Karbonat dengan porositas sekunder Serpih 10-7 Batu Padat tebal < 10-5 Batuan retak Hampir 0 3 x 10 2 Batuan Vulkanik Hampir Transmisivitas (T) didefinisikan sebagai banyaknya air bawah tanah yang dapat mengalir melalui suatu bidang tegak setebal akuifernya, selebar satu satuan panjang pada suatu gradien hidrolik (Riyadi dan Wibowo 2007). Storativitas (S) atau juga dikenal storage coefficient merupakan volume air yang dapat disimpan atau dilepaskan oleh suatu akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satuan perubahan kedudukan muka air tanah. Storativitas merupakan angka tidak berdimensi dengan kisaran METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April Penelitian bertempat di Segitiga Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Tekonologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengolahan dan analisis data dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu avometer yang dilengkapi dengan kabel dengan panjang 50 m, stopwatch, pita ukur, pompa air, bak penampung untuk mengukur debit dan laptop yang dilengkapi microsoft office. Penelitian ini menggunakan form data uji pemompaan dan data primer berupa waktu pemompaan, kedalaman muka air tanah, debit pemompaan, kedalaman sumur, diameter sumur, dan kedalaman muka air statis.

22 6 Prosedur Penelitian Penelitian mencakup studi literatur, metode pengumpulan data dan metode analisis. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui metode maupun data apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan studi lapangan dan analisis data. Literatur berupa buku, skripsi, tesis, jurnal ilmiah. Diagram penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Mulai Borlog sumur, Data Pemboran Uji Pemompaan Debit, Waktu, Penurunan muka air, Kedalaman sumur, Diameter sumur, Kedalaman muka air statis Penentuan Jenis Akuifer Analisis karakteristik akuifer (T, K, S) dengan metode Thiem dan Neuman, dan efisiensi sumur Selesai Gambar 2 Bagan alir penelitian Langkah-langkah uji pemompaan adalah uji pemompaan bertingkat (step drawdawn test), uji pemompaan menerus (continuous test), dan uji kambuh

23 (recovery test). Uji pemompaan bertingkat dilakukan 3 kali dengan besar debit yang berbeda-beda. Debit awal pemompaan relatif kecil selama 3 jam lalu debit pemompaan diperbesar sebanyak 2 kali dengan waktu masing-masing 3 jam. Jadi total waktu yang diperlukan untuk melakukan tahap uji pemompaan bertingkat adalah 540 menit. Penurunan muka air tanah dicatat setiap interval waktu tertentu pada saat pemompaan berlangsung. Setelah uji pemompaan bertingkat selesai serta pemompaan dihentikan, kemudian dilakukan uji kambuh hingga air kembali ke kondisi awal dengan interval waktu tertentu. Uji pemompaan menerus dilakukan dengan memompa sumur dengan debit tetap selama 24 jam. Uji pemompaan kambuh dilakukan setelah pompa dimatikan hingga muka air kembali ke kondisi awal dengan interval waktu tertentu. Metode Thiem Perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dengan metode Thiem. Apabila permukaan air tanah mencapai keseimbangan selama pemompaan yang tetap maka dapat diterapkan rumus Thiem (Sosrodarsono dan Takeda 2006). Apabila tidak ada sumur pengamatan dan air tanah dalam keadaan bebas, maka nilai konduktivitas hidrolik (K) dapat dihitung dengan persamaan (1). Nilai transmisivitas (T) dihitung dengan persamaan (2). 7 K = 0,732 Q H 2 h 2 log R r (1) Keterangan: K = konduktivitas hidrolik (m/hari) Q = debit pemompaan (m 3 /detik) H = tebal akuifer air tanah bebas (m) h = tinggi dari permukaan lapisan kedap air ke permukaan air yang sedang dipompa (m) R = jari-jari lingkaran pengaruh (m) r = jari-jari sumur pompa (m) T = 2,3 Q 4 π s (2) Keterangan: T = Transmisivitas (m 2 /hari) Q = debit pemompaan (m 3 /detik) Nilai s merupakan nilai slope dari grafik hubungan antara residual drawdown dengan waktu pemompaan (Todd dan Mays 2005). Metode Neuman Data uji pemompaan berupa data penurunan muka air tanah dan waktu dimasukkan pada grafik log-log dan kemudian ke dalam grafik Neuman yang tersaji pada Gambar 3.

24 8 Gambar 3 Grafik Neuman Hasil yang diperoleh dianalisis dan digunakan untuk perhitungan (Kruseman dan De Ridder 2000). Karakteristik akuifer dapat dihitung dengan persamaan (3) sampai persamaan (7). Ta = Ty = Q 4 π s w(u a, β) (3) Q 4 π s w(u y, β) (4) Keterangan: Ta Ty Q s W(Ua, β) W(Uy, β) = Transmisivitas awal (m 2 /detik) = Transmisivitas akhir (m 2 /detik) = debit pemompaan (m 3 /detik) = drawdown (m) = well function awal = well function akhir K h = (Ta + Ty)/2 b (5) Keterangan: Kh Ta Ty b = Konduktivitas horizontal (m/detik) = Transmisivitas awal (m 2 /detik) = Transmisivitas akhir (m 2 /detik) = Ketebalan akuifer (m) S a = 4Ta ta Ua r 2 (6)

25 9 S y = 4Ty ty Uy r 2 (7) Keterangan: Sa = Storativitas kondisi awal Sy = Spesifik lapang ta = Waktu pompa awal (detik) ty = Waktu pompa akhir (detik) r = Jarak pantau (m) Ua = Kondisi awal dari jarak perbandingan sumur pantau (r) dan Storativitas kondisi awal (Sa) terhadap transmisivitas (T) Uy = Kondisi akhir dari jarak perbandingan sumur pantau (r) dan Spesifik lapang (Sy) terhadap transmisivitas (T) nilai rasio = Sy Sa (8) Keterangan: Sa Sy = Storativitas kondisi awal = Spesifik lapang Efisiensi Sumur Efisiensi sumur merupakan rasio antara drawdown teoritis dan drawdown aktual diukur dalam sumur (Alfieri dan Makinde 2005). Efisiensi sumur dapat dihitung dengan persamaan 9. drawdown teoritis luar sumur Efisiensi sumur = ( ) x 100% (9) drawdown diukur dalam sumur Apabila nilai efisiensi sumur 70% atau lebih maka dapat diterima, apabila nilainya kurang dari 65% maka tidak dapat diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Pemompaan Sumur yang terletak di segitiga Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan memiliki kedalaman (H) 25 m dengan diameter sumur cm. Uji pemompaan dilakukan dengan tiga tahap yaitu uji pemompaan bertingkat (step drawdown test), uji pemompaan menerus (continous test), dan uji kambuh (recovery test). Uji pemompaan bertingkat dilakukan selama 9 jam dengan 3 debit berbeda, kemudian dilakukan uji kambuh setelah pompa dimatikan. Uji pemompaan menerus dilakukan selama 24 jam dengan debit tetap, kemudian dilakukan uji kambuh setelah pompa dimatikan. Data hasil dari uji pemompaan dan uji kambuh dapat dilihat pada lampiran 2.

26 10 Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Februari Uji pemompaan dimulai dengan tahap uji pemompaan bertingkat. Muka air statis pada sumur sebelum dilakukan pemompaan sebesar 4.01 m dari bawah muka tanah. Debit air diubah sebanyak 3 kali. Debit air dari terkecil dan terbesar secara berurutan yaitu l/detik, l/detik dan l/detik. Setelah uji pemompaan selasai, dilakukan uji kambuh dengan mematikan pompa. Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan bertingkat dapat dilihat pada Gambar drawdown (m) waktu (menit) Step Drawdown (Q=0.507 l/detik) Step Drawdown (Q=0.587 l/detik) Step Drawdown (Q=0.549 l/detik) Recovery Gambar 4 Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji pemompaan bertingkat dan uji kambuh (Recovery test) Drawdown dihitung dengan mengurangi tinggi air yang dicapai saat pemompaan terhadap muka air statis. Uji pemompaan bisa dihentikan ketika tinggi muka air tanah dalam kondisi steady state. Penurunan muka air pada saat debit l/detik mencapai 2.5 m, saat debit l/detik mencapai 2.84 m, dan saat debit l/detik mencapai m. Air sumur yang dipompa menimbulkan pengurangan air akuifer yang menyebabkan penurunan muka air tanah lebih besar dibandingkan air yang dihasilkan. Saat uji kambuh, ketinggian muka air mengalami kenaikan hingga keadaan steady state. Ketinggian muka air yang dicapai melebihi tinggi muka air statis dikarenakan hujan yang memberikan imbuhan air pada sumur. Uji pemompaan menerus dengan debit konstan dilakukan setelah uji kambuh. Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus dapat dilihat pada Gambar 5.

27 drawdown (m) waktu (menit) Uji pemompaan menerus Uji kambuh Gambar 5 Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji pemompaan menerus dan uji kambuh Debit pada saat uji pemompaan menerus sebesar l/detik dan penurunan muka air tanah mencapai 3.16 m. Penurunan muka air tanah pada menit ke 110 menyebabkan drawdown yang curam dan hingga menit ke 450 drawdown relatif konstan. Drawdown yang relatif konstan tersebut diakibatkan oleh besaran pemompaan yang keluar sama dengan pemasukan air yang masuk ke sumur dari akuifer. Muka air tanah mengalami kenaikan setelah menit ke 450. Kenaikan muka air tanah itu terjadi karena performa pompa air mengalami penurunan, sehingga debit menjadi tidak konstan. Akibatnya, penurunan muka air tanah pun menjadi tidak tetap. Selain itu juga disebabkan faktor hujan sehingga air masuk ke dalam sumur dengan cepat dan terjadi peningkatan air. Uji kambuh dilakukan setelah pompa dimatikan, dan muka air kembali hingga kondisi steady. Hasil uji pemompaan disajikan pada Tabel 2. Muka air tanah Tabel 2 Hasil uji pemompaan bertingkat H Step Q (l/dtk) Sw (m) t (menit) I II III Kambuh Sw (m) t (menit) Berdasarkan tabel 2, semakin besar debit pemompaan maka semakin besar penurunan muka air yang terjadi. Setelah pemompaan dengan debit ketiga selesai, pompa dihentikan dan dilakukan uji kambuh dengan mengamati kenaikan muka

28 12 air. Uji kambuh dilakukan hingga kondisi muka air tetap yaitu 3.98 m. Kenaikan muka airtanah (residual drawdown) pada uji kambuh bertingkat sebesar m memerlukan waktu 210 menit untuk kembali ke kondisi muka air steady. Hasil pengukuran dari uji menerus, penurunan muka airtanah sebesar 2.58 m akibat pemompaan selama 24 jam. Kenaikan muka air pompa ke posisi muka air steady saat pompa dihentikan memerlukan waktu selama 270 menit. Penentuan jenis akuifer Jenis akuifer perlu diketahui untuk menentukan karakteristik akuifer. Jenis akuifer dapat diketahui dengan membandingkan grafik semi-log dan log-log hubungan drawdown dan waktu dari hasil penelitian pada Gambar 6 dan literatur pada Gambar 1. Penentuan akuifer dilakukan berdasarkan hasil uji pemompaan dengan debit yang konstan drawdown (m) waktu (menit) Gambar 6 Hubungan antara penurunan muka air tanah dan waktu Berdasarkan grafik literatur, grafik hasil penelitian memperlihatkan bentuk kurva yang sama dengan kurva B. Artinya jenis akuifer pada sumur bor di Segitiga Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan adalah akuifer bebas (unconfined aquifer). Permukaan air pada sumur dari akuifer bebas tidak dipengaruhi oleh tekanan udara dan pasang surut. Karakteristik akuifer Air bawah tanah dapat disimpan maupun diteruskan oleh akuifer tergantung dari karakteristik akuifernya. Uji pemompaan dapat digunakan untuk menentukan karakteristik akuifer yang meliputi konduktivitas hidrolik, transmisivitas dan storativitas. Perhitungan nilai konduktivitas dengan metode thiem membutuhkan nilai jari-jari pengaruh. Nilai yang dibutuhkan untuk menghitung konduktivitas hidrolik yaitu nilai debit masing-masing tahap uji pemompaan dan nilai tebal akuifer air tanah bebas. Nilai tinggi dari permukaan lapisan kedap air ke

29 permukaan air yang sedang di pompa (h) didapat dari selisih nilai tinggi sumur dengan kedalaman muka air tanah yang dihitung dari bibir sumur. Panjang jarijari sumur adalah m. Nilai transmisivitas berkaitan dengan banyaknya air bawah tanah yang dapat mengalir melalui suatu bidang tegak setebal akuifernya. Hasil perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dan transmisivitas dengan metode Thiem disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil perhitungan dengan metode Thiem Tahap Uji Pemompaan Q (m 3 /hari) T (m 2 /hari) K (m/hari) Step Drawdown Test Continous Test Berdasarkan perhitungan dengan metode Thiem, diperleh nilai transmisivitas dari uji pemompaan bertingkat dan menerus m 2 /hari dan nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari. Nilai transmisivitas dan konduktivitas hidrolik untuk uji kambuh dihitung dengan metode recovery dengan menggunakan grafik semilog. Perhitungan nilai konduktivitas dengan metode neuman dilakukan dengan memplotting nilai penurunan muka air dan waktu pada kertas log-log kemudian dicocokkan dengan kurva neuman yang memuat well function (W(Ua, Uy, β)) terhadap (1/Ua) dan (1/Uy) untuk memperoleh nilai β. Menentukan dua titik pada nilai β dengan kondisi awal dan akhir sama. Hasil perhitungan uji bertingkat 1 disajikan pada Gambar Gambar 7 Hasil uji pemompaan berdasarkan metode Neuman pada kondisi awal

30 14 Gambar 8 Hasil uji pemompaan berdasarkan metode Neuman pada kondisi akhir Hasil analisis grafik saat kondisi awal diketahui nilai β=0.06, S=0.95 m, ta= 1 menit, w(u)=1 dan 1/Ua=2. Untuk kondisi akhir nilai β=0.06, S=2 m, ty=38 menit, w(u)=1 dan 1/Uy=1. Kemudian karakteristik akuifer dapat dihitung dengan rumus metode Neuman. Dari hasil perhitungan, nilai transmisivitas awal diperoleh m 2 /hari. Transmisivitas akhir diperoleh m 2 /hari. Kemudian diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari, spesifik lapang sebesar 9.12x10-6 dan storativitas kondisi awal sebesar 1.28x10-7. Rasio spesifik lapang dan storativitas kondisi awal yaitu sebesar yang berarti lebih dari 10 sehingga memenuhi syarat untuk menggunakan metode Neuman. Perhitungan dilakukan untuk setiap tahap uji pompa baik uji pemompaan bertingkat maupun uji kambuh. Untuk uji bertingkat terdapat 3 kali perhitungan untuk masing-masing debit dan untuk uji menerus terdapat 1 kali perhitungan. Perhitungan untuk uji kambuh dilakukan dengan metode recovery. Hasil perhitungan karakteristik akuifer dengan metode Neuman disajikan pada Tabel 4. Tahap Uji Step Drawdown Test Continous Test Tabel 4 Hasil perhitungan karakteristik akuifer dengan Metode Neuman Q (m 3 /hari) T (m 2 /hari) Sy Sa Sy/Sa K (m/hari) x x , x x , x x x x

31 Perhitungan dengan metode Neuman, diperoleh nilai transmisivitas dari uji pemompaan bertingkat dan menerus sebesar 3.06 m 2 /hari, nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari, spesifik lapang sebesar 7.74x10-6 dan storativitas sebesar 1.30x10-7. Litologi akuifer di segitiga Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan berupa lempung, cadas, pasir, liat. Berdasarkan nilai konduktivitas menurut Bouwer dalam Kruseman dan De Ridder (2000), material berupa liat pasir dan campuran kerikil serta batu pasir memiliki nilai konduktivitas sebesar m/hari. Nilai konduktivitas hidrolik metode Neuman sebesar m/hari sesuai dengan nilai konduktivitas hidrolik literatur. Perhitungan transmisivitas dari akuifer tanpa pemompaan yaitu uji kambuh perlu dilakukan sekaligus untuk mengoreksi hasil uji pemompaan. Nilai transmisivitas dan konduktivitas hidrolik untuk uji kambuh dihitung menggunakan metode recovery. Analisis uji kambuh dengan metode recovery test menggunakan grafik residual drawdown (s) terhadap waktu (t/t ) yang diplot pada grafik semilog. Nilai Δs ditentukan dari garis linear 1 log (misal antara 10 menit sampai 100 menit) dari grafik uji kambuh tersebut. Metode ini sering digunakan untuk uji kambuh dalam perhitungan untuk menentukan transmisivitas. Hasil uji kambuh disajikan pada Gambar 9 dan drawdown waktu Gambar 9 Hasil uji kambuh bertingkat Δs = 1, drawdown waktu Δs = 0,835 Gambar 10 Hasil uji kambuh menerus

32 16 Gambar 9 dan 10 menunjukkan nilai Δs dari uji kambuh bertingkat dan menerus. Nilai Δs dari uji bertingkat sebesar m dan Δs dari uji menerus sebesar m. Nilai transmisivitas diperoleh dari perhitungan. Kemudian nilai konduktivitas hidrolik diperoleh dengan membagi nilai transmisivitas dengan tebal akuifer. Hasil perhitungan transmisivitas dan konduktivitas hidrolik disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil perhitungan uji kambuh Q(m 3 /hari) Δs (m) T (m 2 /hari) K (m/hari) T (m 2 /detik) K (m/detik) Efisiensi Sumur Uji pemompaan tidak hanya untuk menentukan konduktivitas hidrolik, transmisivitas dan storativitas tetapi juga efisiensi sumur, koefisien susut sumur (C) dan susut akuifer (B) (Amah dan Anam 2016). Efisiensi sumur berhubungan dengan koefisien susut sumur (C) dan susut akuifer (B). Nilai koefisien susut sumur dan koefisien susut akuifer diperoleh dari persamaan regresi linear pada grafik hubungan antara debit (Q) dan Sw/Q. Hubungan antara Q dan Sw/Q ditunjukkan pada Gambar 11. Sw/Q (10-3 hari/m 2 ) Debit (m 3 /hari) Gambar 11 Hubungan Q dan Sw/Q Hasil perhitungan dengan analisa regresi linier didapat nilai koefisien susut sumur (C) sebesar dan nilai koefisien susut akuifer (B) sebesar Perhitungan efisiensi sumur menggunakan debit pada tahap stepdrawdown kemudian dibandingkan nilai efisiensi tiap debitnya. Hasil perhitungan efisiensi sumur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil perhitungan efisiensi sumur Q(m 3 /hari) Sw/Q (hari/m 2 ) Efisiensi %

33 Berdasarkan perhitungan dengan 3 debit berbeda, debit yang paling efisien yaitu m 3 /hari dengan efisiensi sumur 76.63%. Efisiensi semakin tinggi berarti air tanah yang mengalir dari akuifer ke dalam sumur bor akan semakin optimal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Debit yang digunakan pada saat uji pemompaan bertingkat sebesar m 3 /detik, m 3 /detik dan m 3 /detik, sedangkan besar penurunan muka air tanah pada masing-masing debit adalah m, m, dan m. Semakin besar debit pemompaan maka semakin besar penurunan muka air yang terjadi. Berdasarkan perhitungan dengan metode Thiem, diperoleh nilai transmisivitas sebesar m 2 /hari dan konduktivitas hidrolik sebesar m/hari. Dengan metode Neuman diperoleh nilai transmisivitas 3.06 m 2 /hari, nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari, spesifik lapang sebesar 7.741x10-6 dan storativitas sebesar 1.296x10-7. Dari perhitungan efisiensi sumur dengan 3 debit berbeda diperoleh debit yang paling efisien yaitu m 3 /hari ( m 3 /detik) dengan efisiensi sumur 76.63%. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk analisis kimia air tanah dan kualitas air tanah pada sumur tersebut. 17 DAFTAR PUSTAKA Abduh M Studi kapasitas debit air tanah pada akuifer tertekan di Kota Malang. Jurnal Teknik Pengairan. 3(1): Alfieri MC, Makinde B Water well construction standard. Water Well Journal. 69(3): Amah E A, Anam G S Determination of aquifer hydraulic parameters from pumping test data analysis: a case study of akpabuyo coastal plain sand aquifers, cross river state, S-E Nigeria. Journal of Applied Geology and Geophysics. 4(1):1-8. Bhagya MM Perhitungan nilai konduktivitas hidrolik akuifer melalui uji pemompaan dengan metode Thiem di Leuwikopo, Dramaga, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bisri M Studi Tentang Pendugaa Air Tanah, Sumur Air Tanah dan Upaya Dalam konservasi Air Tanah. Malang(ID): UB Press. Elhag AB New innovation method modified for analyzing aquifer test data of pumping and recovery tests. Int. Res. J Geol. Min. 5(1):1-5 Harjito Metode Pumping Test sebagai kontrol untuk pengambilan air tanah secara berlabihan. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 6(2): Hidayat RS Potensi air tanah di cekungan air tanah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Geologi Indonesia. 3(4): Hutasoit LM Kondisi permukaan ar tanah dengan dan tanpa peresapan buatan di daerah bandung. Jurnal Geology Indonesia. 4(3):

34 18 Karels DW Model spasial dan faktor pengontrol akuifer air tanah dangkal untuk penentuan zona konservasi air tanah di Kelurahan Oebufu Kota Kupang. Jurnal Teknik Pengairan. 5(2): Kruseman GP, De Ridder NA Analysis and Evaluation of Pumping Test Data. Wageningen(NL): International Institute for Land Reclamation and Improvement. Kuswoyo A, Masduqi A Pemetaan potensi air tanah sebagai sumber air bersih di daerah pesisir pantai batakan kabupaten tanah laut. Jurnal Teknologi dan Industri. 3(1): Linsey RK, Franzini JB Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan dari: Water Resources Engineering 3rd Edition. Sasongko D, Penerjemah. Jakarta (ID): PT Gelora Aksara Pratama. Prakoso WG, Waspodo RSB, Widyarti M Pendugaan nilai kelulusan hidraulik akuifer dengan uji pemompaan pada sumur filtrasi di Bantaran Sungai Cihideung Bogor. Jurnal Teknik Hidraulik. 5(2): Riyadi A, Wibowo K Karakteristik air tanah di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Jurnal Teknik Lingkungan. 8(3): Sadjab BA, As ari, Tanauma A Pemetaan akuifer air tanah di sekitar candi prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Jurnal MIPA UNSRAT. 1(1): Setiawan T, Asgaf NMA Analisis karakteristik akuifer dan zonasi kuantitas air tanah di dataran kars Wonosari dan Sekitarnya, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi. 7(3): Seyhan E Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta (ID): UGM Press. Sjarif L Penentuan karakteristik akuifer sumur air tanah melalui uji pemompaan (pumping test) dengan metode Cooper-Jacob di Leuwikopo, Dramaga [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Sosrodarsono S, Takeda K Hidrologi Untuk Pengairan. Cetakan Kesepuluh. Jakarta (ID) : PT. Pradnya Paramita. Sudarsono U Prosedur uji pompa. Bulletin of Environmental Geology. 23(1): Tizro TA, Voudouris KS, Kamali M Comparative study of step drawdown and constant discharge tests to determine the aquifer transmissivity: the kangavar aquifer case study, Iran. Journal of Water Resource and Hydraulic Engineering. 3(1): Todd DK, Mays LW Groundwater Hydrology Third Edition. New York (US): John Willey & Sons Inc. Wahyono SC, Wianto T Penentuan lapisan air tanah dengan metode geolistrik schlumberger di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan. Jurnal Fisika Fluks. 5(2):

35 Lampiran 1 Lokasi penelitian di segitiga SIL, IPB Sumber : Google Earth

36

37 20 Lampiran 2 Data hasil uji pemompaan bertingkat Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Step 1 (Q=0.507 l/detik) Step 2 (Q=0.549 l/detik) Step 3 (Q= l/detik)

38

39 21 Lampiran 2 Lanjutan Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m)

40

41 22 Lampiran 3 Data hasil uji kambuh bertingkat Waktu (menit) Waktu t (menit) t/t Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu (menit) Waktu t (menit) t/t Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m)

42

43 23 Lampiran 4 Data uji pemompaan menerus Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu (menit) Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Q=0.562 l/detik

44

45 24 Waktu mulai (menit) Lampiran 5 Data uji kambuh menerus Waktu t (menit) t/t Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m) Waktu mulai (menit) Waktu t (menit) t/t Kedalaman water tabel (m) Penurunan muka air (m)

46

47 25 Lampiran 6 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 1 dengan metode Neuman Q = m 3 /detik, b = 21.2 m Dari grafik Neuman untuk kondisi awal dan kondisi akhir ta = 1, s = 0.95, w(u) = 1, 1/Ua = 2, β = 0.06 ty = 38, s = 1.01, w(u) = 1, 1/Uy = 1, β = 0.06 Perhitungan: Transmisivitas Q Ta = 4sπ (w(u)) = 4x0.95x3.14 x1 = 4.251x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Q Ty = 4sπ (w(u)) = 4x1.01x3.14 x1 = 3.998x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Konduktivitas Hidrolik (Ta + Ty)/2 Kh = b = (4.251x x10 5 )/2 x1 22 = 1.946x10 6 m/detik = m/hari Nilai spesifik lapang (Sy) dan Storativitas awal (Sa) 4 Ta ta Ua Sa = r 2 = 4 (4.251x10 5 )( )(0,5) Sy = = 5.701x Ty ty Uy r 2 = 4 (3.998x10 5 )( )(1) = 9.116x10 6

48

49 26 Lampiran 7 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 2 dengan metode Neuman Q = m 3 /detik, b = 22 m Dari grafik Neuman untuk kondisi awal dan kondisi akhir ta = 1, s = 0.95, w(u) = 1, 1/Ua = 2, β = 0.06 ty = 39,5, s = 1.75, w(u) = 1, 1/Uy = 1, β = 0.06 Perhitungan: Transmisivitas Q Ta = 4sπ (w(u)) = 4x0.95x3.14 x1 = 4.604x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Q Ty = 4sπ (w(u)) = 4x1.75x3.14 x1 = 2.499x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Konduktivitas Hidrolik (Ta + Ty)/2 Kh = b = (4.604x x10 5 )/2 x1 22 = 1.614x10 6 m/detik = m/hari Nilai spesifik lapang (Sy) dan Storativitas awal (Sa) 4 Ta ta Ua Sa = r 2 = 4 (4.604x10 5 )( )(1) Sy = = 2.762x Ty ty Uy r 2 = 4 (2.499x10 5 )(0.0274)(1) = 5.923x10 6

50

51 27 Lampiran 8 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 3 dengan metode Neuman Q = m 3 /detik, b = 22 m Dari grafik Neuman untuk kondisi awal dan kondisi akhir ta = 1, s = 1.85, w(u) = 1, 1/Ua = 6, β = 0.03 ty = 30, s = 1.8, w(u) = 1, 1/Uy = 1, β = 0.03 Perhitungan: Transmisivitas Q Ta = 4sπ (w(u)) = 4x1.85x3.14 x1 = 2.527x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Q Ty = 4sπ (w(u)) = 4x1.8x3.14 x1 = 2.597x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Konduktivitas Hidrolik (Ta + Ty)/2 Kh = b = (2.527x x10 5 )/2 x1 22 = 1.164x10 6 m/detik = m/hari Nilai spesifik lapang (Sy) dan Storativitas awal (Sa) 4 Ta ta Ua Sa = r 2 = 4 (2.527x10 5 )( )(0.1667) = 2.527x Ty ty Uy Sy = r 2 = 4 (2.597x10 5 )(0.0208)(1) = 4.675x10 6

52

53 28 Lampiran 9 Perhitungan uji pemompaan menerus dengan metode Neuman dan Thiem Metode Neuman Q = m 3 /detik, b = 22 m Dari grafik Neuman untuk kondisi awal dan kondisi akhir ta = 1, s = 1, w(u) = 1, 1/Ua = 3, β = 0.06 ty = 65, s = 1.55, w(u) = 1, 1/Uy = 1, β = 0.06 Perhitungan: Transmisivitas Q Ta = (w(u)) = 4sπ 4x1x3.14 x1 Ty = = 4.471x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Q 4sπ (w(u)) = x1.55x3.14 x1 = 2.885x10 5 m 2 /detik = m 2 /hari Konduktivitas Hidrolik (Ta + Ty)/2 Kh = = (4.471x x10 5 )/2 x1 b 22 = 1.672x10 6 m/detik = m/hari Nilai spesifik lapang (Sy) dan Storativitas awal (Sa) 4 Ta ta Ua Sa = r 2 = 4 (4.471x10 5 )( )(0.333) = 8.943x Ty ty Uy Sy = r 2 = 4 (2.885x10 5 )(0.045)(1) = 1.125x10 5 Metode Thiem Debit pemompaan = l/detik = m 3 /detik = m 3 /hari Tebal akuifer air tanah bebas (H) = 22 m Tinggi dari pemukaan lapisan kedap ke muka air statis (h) = m Jari-jari pengaruh (R) = 200 m Jari-jari sumur (r) = m K = Q H 2 h 2 log R r x = 22 2 log = 2.941m/hari T = K x b = x 22 = m 2 /hari

54

55 29 Lampiran 10 Perhitungan uji pemompaan bertingkat dengan metode Thiem Pemompaan bertingkat 1 Debit pemompaan = l/detik = m 3 /detik = m 3 /hari Tebal akuifer air tanah bebas (H) = 22 m Tinggi dari pemukaan lapisan kedap ke muka air statis (h) = m Jari-jari pengaruh (R) = 200 m Jari-jari sumur (r) = m K = Q H 2 h 2 log R r x = 22 2 log = m/hari T = K x b = x 22 = 64.7 m 2 /hari Pemompaan bertingkat 2 Debit pemompaan = l/detik = m 3 /detik = m 3 /hari Tebal akuifer air tanah bebas (H) = 22 m Tinggi dari pemukaan lapisan kedap ke muka air statis (h) = m Jari-jari pengaruh (R) = 200 m Jari-jari sumur (r) = m K = Q H 2 h 2 log R r x = 22 2 log = m/hari T = K x b = x 22 = m 2 /hari Pemompaan bertingkat 3 Debit pemompaan = l/detik = m 3 /detik = m 3 /hari Tebal akuifer air tanah bebas (H) = 22 m Tinggi dari pemukaan lapisan kedap ke muka air statis (h) = m Jari-jari pengaruh (R) = 200 m Jari-jari sumur (r) = m K = Q H 2 h 2 log R r x = 22 2 log = m/hari T = K x b = 3.076x 22 = m 2 /hari

56

57 30 Lampiran 11 Hasil uji kambuh Uji pemompaan bertingkat drawdown y = ln(x) R² = Δs = 1, Transmisivitas 2.3 Q 2.3 x T = = 4πΔs 4x3.14x1.056 = m 2 /hari = m 2 /detik Uji pemompaan menerus waktu Kondutivitas hidrolik K = T b = = m/hari = 4.802x10 6 m/detik y = ln(x) R² = drawdown Δs = 0, Transmisivitas T = 2.3 Q 2.3 x = 4πΔs 4x3.14x0.835 = m 2 /hari = m 2 /detik waktu Kondutivitas hidrolik K = T b = = m/hari = 5.810x10 6 m/detik

58

59 31 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 29 Oktober 1996 dari pasangan Bapak Rosihan Syafuddin dan Ibu Kholidah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 2003 di MI Islamiyah 01 dan lulus pada tahun Kemudian pada tahun 2011 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Madiun. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2013 di SMAN 2 Madiun dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (Himatesil) sebagai staff Departemen Komunikasi dan Informasi periode dan sebagai staff Management of Internal and Bussiness pada tahun Penulis juga aktif pada berbagai acara kepanitiaan lingkup Departemen dan Fakultas. Penulis menjadi asisten praktikum Ilmu Ukur Wilayah pada tahun ajaran 2016/2017. Pada bulan Juni Agustus 2016, penulis melaksanakan praktik lapangan dan menyusun laporan dengan topik Mempelajari Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Ir. Sutami (Karangkates) Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pada tahun 2017, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul Penentuan Nilai Konduktivitas Hidrolik, Koefisien Storage dan Efisiensi Sumur dengan Uji Pemompaan di FATETA Institut Pertanian Bogor di bawah bimbingan Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T.

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA 1 PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS HIDROLIK MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE NEUMAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR ARDILA AYU APRINA

PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS HIDROLIK MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE NEUMAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR ARDILA AYU APRINA PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS HIDROLIK MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE NEUMAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR ARDILA AYU APRINA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari ANALISIS KARAKTERISTIK HIDRAULIS AIR TANAH GAMBUT BERDASARKAN UJI PEMOMPAAN (PUMPING TEST) Vito Charly 1), Bambang Sujatmoko 2), Ari Sandhyavitri 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper Standar Nasional Indonesia Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper ICS 13.060.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer

Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer Hertalina Kilay 1,a) dan Acep Purqon 2,b) 1 Program Studi Magister Sains Komputasi, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH Rabu - Kamis, Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH Rabu - Kamis, Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH - 2017 Rabu - Kamis, 17-18 Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang ANALISIS PARAMETER HIDROGEOLOGI DENGAN BEBERAPA METODE KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KARAKTERISTIK AKUIFER SUMUR AIR TANAH METODE COOPER-JACOB DI LEUWIKOPO, DARMAGA. Oleh : LUQMAN SJARlF F

PENENTUAN NILAI KARAKTERISTIK AKUIFER SUMUR AIR TANAH METODE COOPER-JACOB DI LEUWIKOPO, DARMAGA. Oleh : LUQMAN SJARlF F -, PENENTUAN NILAI KARAKTERISTIK AKUIFER SUMUR AIR TANAH MELALUI UJI PEMOMPAAN (PUMPING TEST) DENGAN METODE COOPER-JACOB DI LEUWIKOPO, DARMAGA Oleh : LUQMAN SJARlF F01499021 2003 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk Standar Nasional Indonesia SNI 8061:2015 Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN

Lebih terperinci

Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan. Riverbanks filtration wells plan with pumping test

Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan. Riverbanks filtration wells plan with pumping test Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 1 April 2014: 67-77 Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan Riverbanks filtration wells plan with pumping test Wahyu Gendam Prakoso

Lebih terperinci

Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002) 5 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di Teluk Jakarta (Turkandi et al 1992). Secara geografis, wilayah Jakarta terletak antara 5 o 19 12 6 o 23 54 LS dan 106 o 22 42 106 o 58 18 BT.

Lebih terperinci

Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob SNI 57:01 Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 01 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AIR TANAH DI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

KARAKTERISTIK AIR TANAH DI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA J. Tek. Ling. Vol. 8 No. 3 Hal. 197-206 Jakarta, September 2007 ISSN 1441-318X KARAKTERISTIK AIR TANAH DI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA Agung Riyadi dan Kusno Wibowo Peneliti di Pusat Teknologi

Lebih terperinci

RSNI3 2527:2012 SNI. Standar Nasional Indonesia. Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

RSNI3 2527:2012 SNI. Standar Nasional Indonesia. Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob SNI RSNI3 57:01 Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 57:01 Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Metode Pumping Test sebagai Kontrol Untuk Pengambilan Airtanah Secara Berlebihan

Metode Pumping Test sebagai Kontrol Untuk Pengambilan Airtanah Secara Berlebihan Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 2, Juni 2014 Hal. 138-149 Metode Pumping Test sebagai Kontrol Untuk Pengambilan Airtanah Secara Berlebihan Harjito Laboratorium Hidrologi

Lebih terperinci

BAB III HIDROGEOLOGI

BAB III HIDROGEOLOGI BAB III HIDROGEOLOGI 3.1 HIDROGEOLOGI REGIONAL Hidrogeologi Jayapura telah diteliti oleh Purwanto dan Budiana, 1982 (Gambar 3.1) dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan Sub Direktorat Hidrogeologi dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 4 BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Deskripsi ABT (Air Bawah Tanah) Keberadaan ABT (Air Bawah Tanah) sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah.

Lebih terperinci

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi

Lebih terperinci

Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1. Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2

Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1. Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2 PEMODELAN DAMPAK PEMASANGAN INCLINED DRAIN HOLE PADA WALL PIT PT XXX TERHADAP PENURUNAN MUKA AIRTANAH Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1 Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KONDUKTIVITAS HIDROLIK PADA SUMUR BUATAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA BOGOR DIMAS TRI KURNIAWAN

ANALISIS KONDUKTIVITAS HIDROLIK PADA SUMUR BUATAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA BOGOR DIMAS TRI KURNIAWAN ANALISIS KONDUKTIVITAS HIDROLIK PADA SUMUR BUATAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA BOGOR DIMAS TRI KURNIAWAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKONOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui penggunaan pump (pompa) sudah begitu luas baik dikalangan masyarakat maupun pada industri-industri baik sekala kecil, menengah, maupun sekala

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN Oleh : SYAHIDAH INAYAH D 111 08 857 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat 1 Ahmad Komarudin, 2 Yunus Ashari

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

PENENTUAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE PUMPING TEST

PENENTUAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE PUMPING TEST PENENTUAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE PUMPING TEST F. Weni 1, Juandi 2, G. Moriza 3 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Fisika FMIPA-UR 3 Staf Dinas Pertambangan dan Energi Kota

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

Jurnal APLIKASI ISSN X

Jurnal APLIKASI ISSN X Volume 3, Nomor 1, Agustus 2007 Jurnal APLIKASI Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Pasuruan Sukobar Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: sukobar@ce.its.ac.id ABSTRAK Identifikasi Potensi Sumber

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH Thomas Triadi Putranto 1* Dian Agus Widiarso 1 Muhammad Irfa Udin 1 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Jalan Prof.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Air Tanah Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan, sistem drainase atau dengan pemompaan. Dapat juga disebut

Lebih terperinci

UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA

UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA POHSANGIT TENGAH, KECAMATAN WONOMERTO, KABUPATEN PROBOLINGGO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, pendekatan wilayah merupakan alternatif lain dari pendekatan sektoral yang keduanya bisa saling melengkapi. Kelebihan pendekatan wilayah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN? Hendri Sosiawan Air Tanah Air tanah merupakan komponen dari suatu sistem daur hidrologi (hydrology cycle) yang terdiri rangkaian proses yang saling

Lebih terperinci

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN Agung Hidayat agunghidayat@mail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@mail.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara

Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara 1 Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara Characteristics of Groundwater Fluctuations in Cibabat Shallow Aquifer, District of Cimahi Utara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses TINJAUAN PUSTAKA Intrusi Air Laut Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK AKUIFER BEBAS DAN HASIL AMAN PENURAPAN AIRTANAH KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN

STUDI KARAKTERISTIK AKUIFER BEBAS DAN HASIL AMAN PENURAPAN AIRTANAH KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN STUDI KARAKTERISTIK AKUIFER BEBAS DAN HASIL AMAN PENURAPAN AIRTANAH KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN Nor Muhamad Iskandar nor.muh.i@mail.ugm.ac.id Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id Abstract Trucuk

Lebih terperinci

Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi

Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi 1 Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi Groundwater Fluctuations Characteristics of Cibabat Unconfined Aquifer, District

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI DAN ARAHAN PENGGUNAAN AIRTANAH UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. Andri Yudistira

KAJIAN POTENSI DAN ARAHAN PENGGUNAAN AIRTANAH UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. Andri Yudistira KAJIAN POTENSI DAN ARAHAN PENGGUNAAN AIRTANAH UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN Andri Yudistira yudistiraclan@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id Abstract The objectives

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR Johannes Patanduk, Achmad Bakri Muhiddin, Ezra Hartarto Pongtuluran Abstrak Hampir seluruh negara di dunia mengalami

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Geometri Akuifer dan Potensi Sumberdaya Airtanah di PT Charoen Pokphand Indonesia, Desa Cikasungka Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Umum Sekitar Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung selatan Sumatra, yang mana bagian selatan di batasi oleh Kabupaten

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HEAD HYDROLIK SISTIM AKUIFER BEBAS UNTUK KONDISI ALIRAN STEADY SATE

PENYELIDIKAN HEAD HYDROLIK SISTIM AKUIFER BEBAS UNTUK KONDISI ALIRAN STEADY SATE Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 PENYELIDIKAN HEAD HYDROLIK SISTIM AKUIFER BEBAS UNTUK KONDISI ALIRAN STEADY SATE Juandi M. 1, Adrianto Ahmad 2, Muhammad Edisar 1,Syamsudhuha 3 1.Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI Mando Parhusip 1, Riad Syech 2, Sugianto 2 e-mail:mandoparhusip89@gmail.com

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN MANGKUBUMI TASIKMALAYA DENGAN METODE UJI POMPA

IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN MANGKUBUMI TASIKMALAYA DENGAN METODE UJI POMPA IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN MANGKUBUMI TASIKMALAYA DENGAN METODE UJI POMPA Agung Riyadi, Kusno Wibowo, Mardi Wibowo, Sabaruddin WTj Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan

Lebih terperinci

PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH

PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH Seminar Nasional Informatika 2012 (semnasif 2012) ISSN: 1979-23 PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH Lanjar Sudarto Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5 Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5 Analisis Geometri Akuifer Dangkal Mengunakan Metode Seismik Bias Reciprocal Hawkins (Studi Kasus Endapan Alluvial Daerah Sioux Park,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Setyawan Purnama 1, Erik Febriarta 2, Ahmad Cahyadi 3, Nurul Khakhim 4, Lili Ismangil 5 dan Hari

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA

PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA DEPARTEMEN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Lebih terperinci

STUDI KETERSEDIAAN AIRTANAH BEBAS UNTUK PROYEKSI KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN

STUDI KETERSEDIAAN AIRTANAH BEBAS UNTUK PROYEKSI KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN STUDI KETERSEDIAAN AIRTANAH BEBAS UNTUK PROYEKSI KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN Ramadhan Ristiawan ramadhan.ristiawan@mail.ugm.ac.id Ig. Setyawan Purnama SetyaPurna@geo.ugm.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN DAN KETERSEDIAAN AIR TANAH BERDASARKAN PETA HIDROGEOLOGI DAN CEKUNGAN AIR TANAH DI KOTA MAGELANG

ANALISIS KEBERADAAN DAN KETERSEDIAAN AIR TANAH BERDASARKAN PETA HIDROGEOLOGI DAN CEKUNGAN AIR TANAH DI KOTA MAGELANG Vol 1, No.2 2017 p. 01-08 ANALISIS KEBERADAAN DAN KETERSEDIAAN AIR TANAH BERDASARKAN PETA HIDROGEOLOGI DAN CEKUNGAN AIR TANAH DI KOTA MAGELANG Puji Pratiknyo Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. PENGEMBANGAN AIR TANAH Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No 7 tahun 2004 : air tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidrologi Hidrologi merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Hidrologi adalah ilmu yang membahas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sumberdaya

Lebih terperinci

Dera Yornanda*, Juandi M

Dera Yornanda*, Juandi M ANALISIS DISTRIBUSI PARAMETER FISIS AIR BAWAH TANAH PADA PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN PABRIK KARET PT. P&P BANGKINANG KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU Dera Yornanda*, Juandi M Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan yang terjadi meliputi infrastruktur hingga

Lebih terperinci

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751) PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Jorong Tampus Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat) Arif

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TEKNIK PENDUGAAN SEBARAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KAWASAN PERKOTAAN Nanang Saiful Rizal, 1*, Totok Dwi Kuryanto 2*. 1,2 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA HENDRA WAHYUDI Dosen Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura telah diresmikan oleh bapak presiden, pada

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Penurunan Muka Air Tanah pada Penambangan Emas Area TD-5010A Tambang Bawah Tanah Toguraci PT Nusa Halmahera Mineral, Kab. Halmahera Utara, Provinsi

Lebih terperinci

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM :

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM : PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS Oleh HOBBY PARHUSIP NIM : 250 99 049 MAGISTER TEKNIK SIPIL PENGUTAMAAN REKAYASA SUMBERDAYA AIR PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (Jorong Ranah Salido Kanagarian Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat) TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill online books 3.Mandel & Shiftan,

Lebih terperinci

STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH

STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH T 553.79 BAS Daerah penelitian terletak di bagian selatan Propinsi Jawa Tengah, termasuk dalam rangkaian Pegunungan Serayu Selatan dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Airtanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mataair yang muncul di permukaan tanah. Peranan airtanah

Lebih terperinci

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU Heri Gokdi 1, M. Edisar 2, Juandi M 3 1 Mahasiswa Program Studi S1

Lebih terperinci

PREDIKSI KEDALAMAN AKUIFER BEBAS RATA-RATA STUDI KASUS KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU. Juandi M., Rofeah,Defrianto

PREDIKSI KEDALAMAN AKUIFER BEBAS RATA-RATA STUDI KASUS KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU. Juandi M., Rofeah,Defrianto PREDIKSI KEDALAMAN AKUIFER BEBAS RATA-RATA STUDI KASUS KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU Juandi M., Rofeah,Defrianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH.

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH. HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH DENGAN AIR TANAH (runi_asmaranto@ub.ac.id) AIR TANAH SIFAT FISIK TANAH Beberapa hal yang penting tentang tanah yang terkait aliran air tanah adalah: 1. Klasifikasi tanah 2. Kerapatan

Lebih terperinci

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia IDENTIFIKASI AKUIFER AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA OU KECAMATAN SOJOL IDENTIFICATION GROUNDWATER AQUIFERS METHOD USING GEOELECTRIC DISTRICT IN THE VILLAGE OU SOJOL Rustan Efendi

Lebih terperinci

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan manusia di segala sektor pasti

Lebih terperinci

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep ABSTRAK

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 6, Nomor 1, Pebruari 2009 Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep Hendra Wahyudi Staf pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Air sebagai salah satu kebutuhan dasar semua mahluk hidup di dunia sama pentingnya dengan udara yang diperlukan untuk bernafas sangat erat dan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

Cyclus hydrogeology

Cyclus hydrogeology Hydrogeology Cyclus hydrogeology Siklus hidrogeologi Geohidrologi Secara definitif dapat dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja kerangka batuan dan air tanah. Dalam prosesnya, studi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif

Lebih terperinci

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar Standar Nasional Indonesia Penyelidikan potensi air tanah skala 1:100.000 atau lebih besar ICS 13.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Febriwan Mohamad, Undang Mardiana, Yuyun Yuniardi, M. Kurniawan Alfadli

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN ISSN 1907-8773 Terbit sekali 2 bulan Volume 5 Nomor 2. April 2010 IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN Air Tanah Air tanah merupakan komponen dari suatu sistem daur hidrologi (hydrology

Lebih terperinci

I. PENGUKURAN INFILTRASI

I. PENGUKURAN INFILTRASI I. PENGUKURAN INFILTRASI A. Proses Infiltrasi Presipitasi (hujan) yang jatuh dipermukaan tanah sebagian atau semuanya akan mengisi pori-pori tanah. Pergerakan air ke arah bawah ini disebabkan oleh gaya

Lebih terperinci

HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Maharani Krismawarantika 1*, Shalaho Dina Devy 1, Koeshadi Sasmito 1 Program

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Novi Wulandari N, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH

STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH Putranto, T.T. *, M. Imam A.W., Dian A.W. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro JL. Prof.

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada II. DAUR HIDROLOGI A. Siklus Air di Bumi Air merupakan sumberdaya alam yang sangat melimpah yang tersebar di berbagai belahan bumi. Di bumi terdapat kurang lebih 1,3-1,4 milyard km 3 air yang terdistribusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract... DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... xiv Intisari... xv Abstract... xvi BAB I Pendahuluan... 1 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah adalah air yang terdapat pada lapisan akuifer di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air pada tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS DEBIT AIR TANAH PADA AKUIFER TERTEKAN DI KOTA MALANG

STUDI KAPASITAS DEBIT AIR TANAH PADA AKUIFER TERTEKAN DI KOTA MALANG Abduh, Studi Kapasitas Debit Air Tanah pada Akuifer Tertekan di Kota Malang 71 STUDI KAPASITAS DEBIT AIR TANAH PADA AKUIFER TERTEKAN DI KOTA MALANG Moh. Abduh Program Magister Teknik Pengairan, Fak. Teknik

Lebih terperinci