Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)"

Transkripsi

1 5 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di Teluk Jakarta (Turkandi et al 1992). Secara geografis, wilayah Jakarta terletak antara 5 o o LS dan 106 o o BT. Batas-batas wilayah Jakarta adalah: Sebelah utara : Teluk Jakarta Sebelah timur : Kabupaten Bekasi Sebelah selatan : Kabupaten Bogor Sebelah barat : Kabupaten Tangerang Kondisi Iklim Menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson wilayah Jakarta termasuk daerah tropis yang bertipe iklim c dan D yang mempunyai kisaran suhu rata-rata tahunan 27 o C dan memiliki curah hujan rata-rata sebesar 2000 mm per tahun (BMKG 2011) Kondisi Topografi Berdasarkan keterangan Departemen Kehutanan ( keadaan topografi wilayah Jakarta dikategorikan sebagai wilayah datar hingga landai karena hanya memiliki kemiringan 0 0.5% dengan relief gelombang. Ketinggian wilayah ini berkisar antara 0 10 meter di atas permukaan laut. Di daerah selatan terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian meter Kondisi Geologi Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta yang dibuat oleh Turkandi et al (1992) dan Suherman dan Sudaryanto (2009) dengan skala 1: (terlihat pada lampiran 1), susunan batuan wilayah Jakarta terdiri atas empat satuan batuan, yaitu: 1. Satuan Alluvium yang terdiri atas campuran lempung, pasir dan kerikil. Sebaran batuan ini terletak di sepanjang pantai utara (Teluk Jakarta). 2. Satuan Endapan Pematang Pantai, terdiri atas pasir halus hingga pasir kasar. Sebaran dari satuan batuan ini umumnya berada di barat timur searah dengan bentuk pantai. 3. Satuan Batupasir Tufaan dan Konglomerat yang terdiri atas tufa halus, konglomerat, pasir dan batu apung. 4. Satuan Tuf Banten yang terdiri atas tufa batu apung dan batu pasir Kondisi Hidrogeologi Menurut Fachri et al (2002), Herlambang dan Indriatmoko (2005) dan Hutasoit et al (2007), cekungan airbumi Jakarta secara hidrostratigrafi dari tua ke muda disusun oleh: 1. Formasi Citalang dan Endapan Vulkanik Kwarter yang didominasi oleh lapisan yang lolos air sehingga membentuk sistem akifer yang disebut Zona I. 2. Formasi Kaliwangu Bagian Atas yang didominasi oleh lapisan kedap air sehingga membentuk akitar yang disebut Zona II. 3. Formasi Genteng, Kaliwangu Bagian Tengah dan Serpong yang didominasi oleh lapisan yang lolos air sehingga membentuk suatu sistem akifer yang disebut Zona III. 4. Formasi Kaliwangu Bagian Bawah yang didominasi oleh lapisan kedap air, sehingga membentuk suatu sistem akitar. Sistem akitar ini disebut Zona IV. 4.2 Deskripsi Lokasi Sumur Jakarta Dalam penelitian ini digunakan 14 sumur produksi yang tersebar di lima pemerintahan kota Jakarta, masing-masing 1 sumur produksi di Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, 3 sumur bor di Jakarta Barat dan 8 sumur bor di Jakarta Selatan. Letak setiap sumur produksi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

2 6 Gambar 4 Peta lokasi sumur produksi Jakarta 4.3 Karakteristik Akifer Karakteristik akifer ditentukan berdasarkan hasil analisis terhadap data uji pemompaan yang dilakukan pada 14 sumur produksi di Jakarta Karakteristik Akifer Jakarta Utara Kajian akifer di Jakarta Utara terdiri dari satu lokasi sumur, yaitu dengan kode sumur SUG. Berdasarkan data uji pemompaan, diperoleh tinggi muka air sebesar 27 meter di bawah permukaan tanah. Drawdown test dilakukan selama 3840 menit, dimana pada waktu tersebut permukaan airbumi menurun hingga mencapai kedalaman 36 meter. Sedangkan, untuk memulihkan kembali saat recovery test dibutuhkan waktu 40 menit untuk mencapai kedudukan muka air semula. Secara keseluruhan perubahan tinggi muka airbumi dapat dilihat pada Gambar 5. Akibat recovery test dimulai pada menit ke-3840 dan skala grafik yang besar sehingga grafik recovery test pada Gambar 5 terlihat seperti tegak lurus. Grafik perubahan muka airbumi saat recovery test yang tepat ditunjukkan pada Gambar 6. time (detik) Drawdown test Gambar 5 Perubahan muka airbumi sumur SUG Recovery test Dari Gambar 6 terlihat bahwa penurunan muka airbumi pada saat drawdown test terjadi sangat lambat dibandingkan pada saat recovery test. Hal ini disebabkan karena pada saat recovery test, pompa dimatikan sehingga muka airbumi langsung naik mengisi kekosongan debit muka air pada saat pumping test.

3 7 Tabel 2 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Utara Kode Debit Sumur (m 3 akifer /hari) drawdown recovery rata-rata SUG ,69 8,59 13,64 9 1, Gambar 6 Perubahan muka airbumi saat recovery test sumur SUG t/t' (menit) Hasil analisis data uji pemompaan diperoleh nilai Δs pada drawdown test dan recovery test sebesar 3.49 m dan 4.5 m. Besarnya nilai tersebut menentukan besarnya nilai transmisivitas yang diperoleh masingmasing uji pemompaan, dimana semakin besar perubahan muka airbumi maka akan semakin kecil nilai transmisivitasnya. Pada drawdown test diperoleh nilai transmisivitas sebesar m 2 /hari sedangkan pada recovery test diperoleh nilai transmisivitas sebesar 8.59 m 2 /hari. Jadi, sumur SUG yang dipompa dengan debit pemompaan sebesar 216 m 3 /hari memiliki nilai transmisivitas ratarata sebesar m 2 /hari. Data geological log pada sumur SUG (seperti lampiran 3) menunjukkan bahwa sumur tersebut terdiri dari 5 lapisan akifer, yaitu lapisan akifer ke-1 terletak pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman meter dan lapisan akifer ke-5 berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Berdasarkan letak lapisan akifer tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tipe akifer di wilayah tersebut merupakan tipe akifer tertekan. Dilihat dari lapisan batuan dan posisi screen yang terpasang pada sumur diketahui tebal akifer dalam sumur tersebut sebesar 9 meter. Namun, jika dibandingkan dengan kondisi geologi sebenarnya maka ketebalan akifer yang terdapat di sumur tersebut sebesar m sehingga potensi air akan jauh lebih besar. Berdasarkan tebal akifer dan nilai transmisivitas maka diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar 1.52 m/hari. Nilai tersebut dapat menggambarkan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa pasir halus Karakteristik Akifer Jakarta Timur Kajian akifer di Jakarta Timur terdiri dari satu lokasi sumur, yaitu sumur STM. Berdasarkan data uji pemompaan, diperoleh tinggi muka airbumi awal berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Drawdown test dilakukan selama 420 menit dengan kedudukan muka airbumi berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Recovery test dilakukan selama 420 menit hingga kedudukan muka air mencapai meter di bawah permukaan tanah. Perubahan tinggi muka airbumi pada saat pemompaan dapat dilihat pada Gambar 7. Saat terjadi drawdown test terlihat bahwa penurunan muka airbumi terjadi secara signifikan pada menit pertama pemompaan, dimana penurunan muka airbumi yang terjadi dari kedalaman meter hingga meter di bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena sumur tersebut dipompa dengan laju sebesar m 3 /hari sehingga penurunan permukaan air dan air yang keluar sama dengan besar pemompaan. Pada menit ke-420 terlihat bahwa sudah terjadi proses recovery dengan menaiknya tinggi muka airbumi hingga mencapai meter. Hasil analisis dari data uji pemompaan, diperoleh nilai Δs untuk masing-masing uji pemompaan sebesar 0.84 meter untuk drawdown test dan 1.25 meter untuk recovery test. Dari besarnya nilai perubahan muka airbumi, diperoleh nilai transmisivitas untuk drawdown test sebesar m 2 /hari dan recovery test sebesar m 2 /hari. Jadi, pada uji pemompaan yang dilakukan di sumur STM dengan debit m 3 /hari memiliki nilai transmisivitas rata-rata sebesar 42 m 2 /hari.

4 8 Tabel 3 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Timur Kode Debit Sumur (m 3 akifer /hari) drawdown Recovery rata-rata STM 230, Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan sumur STM terdapat dua lapisan akifer. Lapisan akifer pertama berada pada kedalaman meter dan lapisan ke-2 berada pada kedalaman meter. Kedua lapisan tersebut menunjukkan bahwa tipe akifer di wilayah tersebut adalah akifer tertekan. 24,68 25,68 26,68 27,68 28,68 29,68 30,68 Drawdown Test Recovery test Gambar 7 Perubahan muka airbumi sumur STM akifer diperoleh berdasarkan lapisan batuan dan posisi screen yang terpasang pada sumur. Pada gambar konstruksi sumur STM yang terdapat pada lampiran 6 terdapat tiga buah screen yang terpasang dengan tebal 9 meter, namun hanya satu screen dengan tebal 3 meter yang terpasang pada lapisan akifer, yaitu lapisan pasir hitam. Sedangkan, untuk screen yang lain dengan tebal masing-masing 3 meter berada pada lapisan lempung. Kesalahan dalam pemasangan screen tersebut dapat menyebabkan efisiensi sumur rendah. Berbeda jika tebal akifer ditentukan berdasarkan kondisi geologi sebenarnya dimana tebal akifer mencapai 17 meter maka akan menghasilkan nilai transmisivitas yang lebih besar dan potensi air yang dapat dimanfaatkan jauh lebih besar. Berdasarkan tebal akifer dan nilai transmisivitas maka diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar 14 m/hari. Nilai tersebut menunjukkan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa pasir sedang Karakteristik Akifer Jakarta Pusat Kajian akifer di Jakarta Pusat juga terdiri dari satu lokasi sumur, yaitu sumur SPR. Berdasarkan data uji pemompaan diperoleh tinggi muka airbumi di wilayah ini lebih tinggi daripada di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur, yaitu berada pada kedalaman meter. Drawdown test dilakukan sampai kedudukan muka air statis pada kedalaman meter dan recovery test pada kedalaman meter. Untuk mencapai kedudukan muka air statis dibutuhkan waktu selama 240 menit. Perubahan tinggi muka airbumi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 8. Saat drawdown test terlihat bahwa penurunan muka air terjadi secara signifikan pada menit pertama ketika dipompa dimana penurunan muka air yang terjadi dari kedalaman meter hingga meter di bawah permukaan tanah. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan airbumi dalam akifer yang masih maksimum sehingga pada saat di pompa dengan debit sebesar m 3 /hari penurunan permukaan air dan air yang keluar sama dengan besar pemompaan. 19,59 21,59 23,59 25,59 27,59 29,59 31,59 Drawdown test 33,59 35,59 37,59 Gambar 8 Perubahan muka airbumi sumur SPR Recovery test Berdasarkan Gambar 8 dapat ditentukan nilai Δs untuk masing-masing uji pemompaan. Pada drawdown test diperoleh nilai Δs sebesar meter sehingga di dapat nilai transmisivitas sebesar m 2 /hari.

5 9 Tabel 4 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Pusat Kode Debit Sumur (m 3 akifer /hari) drawdown recovery rata-rata SPR 316, , Sedangkan nilai Δs untuk recovery test sebesar 4 meter sehingga nilai transmisivitas yang diperoleh sebesar m 2 /hari. Jadi, pada uji pemompaan yang dilakukan pada sumur SPR dengan debit m 3 /hari memiliki nilai transmisivitas rata-rata sebesar m 2 /hari. Nilai transmisivitas yang besar disebabkan karena ketepatan pemasangan screen di pompa pada lapisan akifer sehingga air yang mengalir besar. Selain itu, jenis batuan yang terdapat di wilayah tersebut mempengaruhi aliran air yang dibawa. Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan sumur STM, terdapat 4 lapisan akifer dengan kedalaman bervariasi. Lapisan akifer pertama terletak pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-2 terletak pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman meter dan lapisan akifer ke- 4 berada pada kedalaman meter. Lapisan-lapisan tersebut menggambarkan tipe akifer di wilayah tersebut merupakan lapisan akifer tertekan. Dari lapisan batuan dan posisi screen yang terpasang pada sumur dapat diketahui tebal akifer dalam sumur tersebut sebesar 9 meter. Berdasarkan tebal akifer dan nilai transmisivitas maka diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar m/hari. Nilai tersebut dapat menggambarkan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa pasir halus hingga pasir kasar Karakteristik Akifer Jakarta Barat Kajian akifer di Jakarta Barat terdiri dari sumur SBC, SBP dan SBB. Berdasarkan data uji pemompaan diperoleh tinggi muka air dimasing-masing wilayah secara berurut adalah 37, dan 25 meter. Uji pemompaan yang dilakukan pada ketiga sumur tersebut juga terdiri dari dua tahap, yaitu drawdown test dan recovery test. Pada sumur SBC ketinggian muka air statis pada drawdown test dan recovery test adalah 44 m dan 37 m dengan waktu yang dibutuhkan 180 menit. Pada sumur SBP ketinggian muka air statis pada drawdown test dan recovery test adalah m dan 25.5 m dengan waktu yang dibutuhkan 1540 menit dan 270 menit. Sedangkan pada sumur SBB ketinggian muka air pada drawdown test dan recovery test adalah 43 m dan 25 m dengan waktu yang dibutuhkan 480 menit dan 360 menit. Secara keseluruhan perubahan muka airbumi dapat dilihat pada Gambar 9. Dari Gambar 9 terlihat bahwa penurunan muka airbumi secara cepat pada saat drawdown test terjadi pada sumur SBC dan SBB dimana pada menit pertama terjadi penurunan muka air sekitar 2 sampai 6 meter. Selain itu, pada sumur SBB juga terjadi penurunan muka air secara signifikan pada menit ke 420. Hasil tersebut memungkinkan adanya kesalahan teknis dalam pengukuran seperti adanya kebocoran pada pompa. Hasil analisis dari data uji pemompaan sumur bor yang terletak di 3 lokasi Jakarta Barat menunjukkan adanya perbedaan nilai transmisivitas di 3 lokasi tersebut meskipun ketiganya memiliki debit pemompaan yang sama, yaitu 288 m 3 /hari. Pada sumur SBP nilai transmisivitas yang diperoleh sebesar m 2 /hari. Pada sumur SBC nilai transmisivitas yang diperoleh sebesar m 2 /hari. Sedangkan, nilai transmisivitas di lokasi sumur SBB lebih besar dibandingkan dengan lokasi lain, yaitu m 2 /hari. Hal tersebut disebabkan pemasangan screen pada pompa yang tepat di akifer membuat air yang mengalir lebih cepat. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai konduktivitas hidrolik berkisar antara m/hari. Nilai tersebut menunjukkan lapisan batuan yang ada di lokasi penelitian berupa pasir halus. Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan sumur di wilayah Jakarta Barat, sumur SBC memiliki 5 lapisan akifer, sedangkan pada sumur SBP terdiri dari 2 lapisan akifer tertekan dan sumur SBB terdiri dari 4 lapisan akifer. Pada sumur SBC, lapisan akifer pertama berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman meter dan lapisan akifer ke-5 berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah.

6 ,00 25,50 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 drawdown test recovery test 27,50 29,50 31,50 33,50 recovery test 43,00 44,00 35,50 45,00 (a) 37,50 (b) 25,00 27,00 29,00 31,00 33,00 35,00 37,00 39,00 41,00 43,00 45,00 (c) Gambar 9 Perubahan muka airbumi sumur SBC (a), sumur SBP (b) dan sumur SBB(c) Pada sumur SBB, lapisan akifer pertama pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman meter dan lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Pada sumur SBP, lapisan akifer pertama berada pada kedalaman meter dan lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Berdasarkan struktur lapisan tanah di setiap sumur dapat disimpulkan bahwa pada ketiga sumur tersebut memiliki tipe akifer tertekan. Kode Sumur Tabel 5 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Barat Debit (m 3 akifer /hari) drawdown recovery rata-rata SBC ,55 9,77 10,16 6 1,69 SBP ,51 10,14 12,83 3 4,28 SBB ,37 4,88 20,72 9 2,29

7 Karakteristik Akifer Jakarta Selatan Berbeda dengan wilayah Jakarta lainnya, untuk wilayah Jakarta Selatan kajian akifer dilakukan pada 8 sumur bor produksi, yaitu SSF, SSG5, SSP, SSB, SSG6, SSA, SSD, dan SST. Berdasarkan data uji pemompaaan yang diperoleh, perubahan muka airbumi pada setiap sumur dapat dilihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10, ketinggian muka air rata-rata untuk wilayah Jakarta Selatan berada pada kedalaman meter, kecuali untuk sumur SSP dan sumur SSB memiliki ketinggian muka air pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Secara umum, perubahan muka air pada saat recovery test maupun drawdown test di wilayah ini lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini disebabkan karena wilayah Jakarta Selatan yang dekat dengan daerah recharge yang merupakan sumber airbumi berasal dari Bogor sehingga proses recovery berlangsung cepat. Dari hasil analisis data uji pemompaan, terlihat bahwa nilai transmisivitas yang dihasilkan pada setiap sumur berbeda-beda. Nilai transmisivitas di wilayah Jakarta Selatan berkisar antara 8 m 2 /hari sampai 39 m 2 /hari. Hal tersebut disebabkan karena susunan lapisan batuan yang berbeda-beda pada setiap sumur. Pada sumur SSF yang memiliki debit 361,44 m 3 / hari, memiliki nilai transmisivitas yang rendah, yaitu 9.61 m 2 /hari. Ini terjadi karena lapisan batuan pada sumur tersebut didominasi oleh lapisan tanah lempung sehingga sangat sulit untuk meloloskan air. Pada sumur SSA yang dipompa dengan debit 360 m 3 /hari memiliki transmisivitas yang besar pula, yaitu m 2 /hari. Hal ini dikarenakan pada sumur tersebut didominasi oleh lapisan batuan berupa pasir hitam. Nilai konduktifitas hidrolik ditentukan oleh besarnya nilai transmisivitas dan tebal akifer. akifer tersebut ditentukan berdasarkan posisi screen yang berada pada lapisan akifer. Secara umum, terdapat tiga buah screen dengan tebal seluruhnya 9 meter. Namun, pada beberapa sumur seperti SSP, SSA dan SSD ketebalan akifer hanya sekitar 2 7 meter. Hal ini dikarenakan beberapa posisi screen yang dipasang pada pompa berada pada lapisan batuan berupa lempung yang tidak dapat meloloskan air dengan baik. Pemasangan screen yang tidak tepat ini menyebabkan efisiensi sumur rendah sehingga potensi airbumi yang dapat terambil belum maksimal. Nilai konduktivitas hidrolik berkisar antara 0.63 m/hari m/hari. Berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik yang diperoleh pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis batuan yang ada di daerah Jakarta Selatan adalah batu pasir. Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan terdapat 4 sampai 8 lapisan akifer pada setiap sumur di wilayah Jakarta Selatan yang menunjukkan tipe akifer di wilayah tersebut adalah akifer tertekan. Sumur SSF terdiri dari 4 lapisan akifer yang merupakan akifer tertekan dimana pada lapisan akifer pertama berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman meter dan lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman meter di bawah permukaan tanah. Sumur SST terdiri dari 4 lapisan akifer yang merupakan akifer tertekan. Sumur SSG5, SSG6, SSB dan SSP memiliki 5 lapisan akifer yang merupakan akifer tertekan. Pada sumur SSA dan SSD masing-masing memiliki 8 dan 6 lapisan akifer yang keduanya merupakan tipe akifer tertekan. Tabel 6 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Selatan Kode Debit Sumur (m 3 akifer /hari) drawdown recovery rata-rata SSF 361,44 10,51 8,71 9,61 9 1,07 SSG5 344,16 19,69 7,00 13,35 9 1,48 SSP 259,2 39,16 15,82 27,49 7 3,93 SSB 316,8 6,17 3,87 5,02 8 0,63 SSG6 332,64 32,99 14,50 26,83 9 2,98 SSA ,25 6,22 39, ,87 SSD ,11 24,53 24,82 6 4,14 SST 358,56 34,55 29,84 31,20 9 3,58

8 12 21,30 23,30 25,30 27,30 29,30 31,30 33,30 35,30 37,30 39,30 recovery test 42,30 27,00 29,00 31,00 33,00 35,00 37,00 39,00 41,00 43,00 40 (b) recovery test ,30 44,30 45,30 46, ,30 48,30 49,30 (c) (d) 27,50 22,00 Drawdown 29,50 31,50 33,50 35,50 37,50 39,50 Drawdown 24,00 26,00 28,00 30,00 32,00 34,00 36,00 41,50 43,50 25,00 (e) 38,00 40,00 27,00 (f) Drawdown 26,00 27,00 28,00 29,00 Drawdown 28,00 29,00 30,00 31,00 30,00 31,00 (g) 33,00 (h) Gambar 10 Perubahan muka airbumi sumur SSF (a), sumur SSG5 (b), sumur SSP (c), sumur SSB (d), sumur SSG6 (e), sumur SSA (f), sumur SSD (g), dan sumur SST (h) 32,00

PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA

PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA DEPARTEMEN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta geologi Jakarta

Lampiran 1 Peta geologi Jakarta Lampiran 1 Peta geologi Jakarta 16 17 Lampiran 2 Deskripsi lokasi sumur produksi di Jakarta No 1 2 3 4 5 6 Nama Perusahaan PT. Graha Asia Pasifik Gedung Arsip MA RI The Royale Springhill Residences Binus

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak, Luas dan Batas wilayah Secara administratif, wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK Tujuan utama dari pemanfaatan air tanah adalah sebagai cadangan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan

Lebih terperinci

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH Thomas Triadi Putranto 1* Dian Agus Widiarso 1 Muhammad Irfa Udin 1 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Jalan Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumberdaya yang sangat vital untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia menggunakan air untuk berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper Standar Nasional Indonesia Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper ICS 13.060.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Kota Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom Baru (DOB) yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG Potensi bahan galian pasir kuarsa di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung (Agung Mulyo) POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG

PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG Puji Pratiknyo Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

Lebih terperinci

Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi

Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi 1 Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi Groundwater Fluctuations Characteristics of Cibabat Unconfined Aquifer, District

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),

Lebih terperinci

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA 1 PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara

Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara 1 Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara Characteristics of Groundwater Fluctuations in Cibabat Shallow Aquifer, District of Cimahi Utara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

Week 12. Pengelolaan airtanah terintegrasi pada kawasan pengembangan

Week 12. Pengelolaan airtanah terintegrasi pada kawasan pengembangan Week 12 Pengelolaan airtanah terintegrasi pada kawasan pengembangan REDUCE REUSE RECYCLE Reduce: mengurangi penggunaan air baku Reuse (menggunakan ulang): AIR BAKU -> AIR BAKU Dengan kualitas lebih rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH

PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH Seminar Nasional Informatika 2012 (semnasif 2012) ISSN: 1979-23 PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH Lanjar Sudarto Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

Zonasi Potensi Pencemaran Bahan Bakar Minyak terhadap Airtanah Bebas (Studi Kasus SPBU Yogyakarta)

Zonasi Potensi Pencemaran Bahan Bakar Minyak terhadap Airtanah Bebas (Studi Kasus SPBU Yogyakarta) Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 4, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 114 124 ISSN: 2085 1227 Zonasi Potensi Pencemaran Bahan Bakar Minyak terhadap Airtanah Bebas (Studi Kasus SPBU 44.552.10 Yogyakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH Oleh : Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat,EkoPujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah 2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Pada dasarnya Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 2.1) berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya, yaitu: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 1, hal. 1 9

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 1, hal. 1 9 Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 1, hal. 1 9 Lambok M. Hutasoit Hobby Parhusip Agus M. Ramdhan Potensi Polusi Airtanah dari Tangki Penyimpanan BBM di Propinsi DKI Jakarta (Studi Kasus: Depot Pertamina

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke

Lebih terperinci

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *) POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI Zeffitni *) Abstrak : Potensi airtanah pada setiap satuan hidromorfologi dan hidrogeologi ditentukan

Lebih terperinci

KONTRUKSI SUMUR BOR AIRTANAH DALAM PADA SUMUR X DESA NYEMOK, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

KONTRUKSI SUMUR BOR AIRTANAH DALAM PADA SUMUR X DESA NYEMOK, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH KONTRUKSI SUMUR BOR AIRTANAH DALAM PADA SUMUR X DESA NYEMOK, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH Gilang Cempaka Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA

UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA POHSANGIT TENGAH, KECAMATAN WONOMERTO, KABUPATEN PROBOLINGGO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentuk morfologi dan topografi di daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen yang bersifat destruktif dan proses endogen yang berisfat konstruktif.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Umum Sekitar Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung selatan Sumatra, yang mana bagian selatan di batasi oleh Kabupaten

Lebih terperinci

Jurnal APLIKASI ISSN X

Jurnal APLIKASI ISSN X Volume 3, Nomor 1, Agustus 2007 Jurnal APLIKASI Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Pasuruan Sukobar Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: sukobar@ce.its.ac.id ABSTRAK Identifikasi Potensi Sumber

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 4. Morfometri Sesar Lembang Dalam melakukan pengolahan data penulis membagi daerah penelitian menjadi 2 (dua), yaitu blok utara (hangingwall) dan blok selatan (footwall)

Lebih terperinci

STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH

STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH Putranto, T.T. *, M. Imam A.W., Dian A.W. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro JL. Prof.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan. Riverbanks filtration wells plan with pumping test

Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan. Riverbanks filtration wells plan with pumping test Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 1 April 2014: 67-77 Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan Riverbanks filtration wells plan with pumping test Wahyu Gendam Prakoso

Lebih terperinci

JLBG. Karakteristik Fluktuasi Permukaan Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi

JLBG. Karakteristik Fluktuasi Permukaan Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-issn: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: jlbg_geo@yahoo.com - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Lebih terperinci

BAB III HIDROGEOLOGI

BAB III HIDROGEOLOGI BAB III HIDROGEOLOGI 3.1 HIDROGEOLOGI REGIONAL Hidrogeologi Jayapura telah diteliti oleh Purwanto dan Budiana, 1982 (Gambar 3.1) dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan Sub Direktorat Hidrogeologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci