PENGEMBANGAN PROTOTIPE PLANT KOKAS DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA. Oleh Suganal Wahid Supriatna Giman Rustomo Endang Paidi Ika Monika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PROTOTIPE PLANT KOKAS DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA. Oleh Suganal Wahid Supriatna Giman Rustomo Endang Paidi Ika Monika"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PROTOTIPE PLANT KOKAS DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA Oleh Suganal Wahid Supriatna Giman Rustomo Endang Paidi Ika Monika PUSAT PENELITAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA BANDUNG 2010

2 S A R I Kegiatan Pengembangan Prototipe Plant Kokas Dengan Bahan Bakar Batubara merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan litbang kokas yang telah tercantum dalam road map unggulan pada Kelompok Pelaksana Litbang Batubara Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara dengan sasaran akhir berupa penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking termasuk batubara peringkat rendah. Lingkup kegiatan utama meliputi ujicoba pembuatan kokas dari batubara berbutir kecil (ukuran 0,5 cm 3,0 cm) dan sosialisasi hasil litbang pembuatan kokas. Berdasarkan hasil kegiatan, dapat diperoleh informasi bahwa : a) Penggunaan rotary kiln pada karbonisasi cukup efektif untuk menghasilkan kokas bongkah sebagai bahan baku proses pembriketan kokas, sehingga sistem proses produksi kokas berbasis batubara adalah karbonisasi batubara menggunakan rotary kiln dilengkapi siklo burner, pembriketan kokas menggunakan mesin briket hidrolik pada tekanan pembriketan 200 kg/cm 2, rekarbonisasi briket kokas menggunakan tunnel kiln dengan menempatkan briket kokas pada tube tahan panas secara horizontal. b) Proses pembuatan kokas memberikan peningkatan nilai tambah sekitar 5 kali lipat dari nilai batubara aslinya. c) para pelaku industri secara umum memahami kemungkinan pembuatan kokas dari batubara Indonesia dan antusias melaksanakan penerapan hasil litbang, namun masih terdapat kekawatiran terhadap penanganan abu batubara. i

3 KATA PENGANTAR Kegiatan Pengembangan Prototipe Plant Kokas Dengan Bahan Bakar Batubara merupakan salah satu kegiatan dari Kelompok Program Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara yang dibiayai dari dana DIPA Sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan ini adalah terwujudnya sarana dan kegiatan prototype plant pembuatan kokas dengan bahan baku dan bahan bakar batubara pada kapasitas ± 1 ton per hari serta terbentuk pemahaman produksi kokas dari batubara dalam negeri bagi para pemilik modal yang berkepentingan dengan industri pengolahan atau konversi batubara dan logam. Secara khusus hasil kegiatan tahun 2010 digunakan sebagai persiapan kegiatan tahun 2011 dan selanjutnya dalam mencapai sasaran Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking pada kapasitas ton/tahun Semoga hasil kegiatan penelitian dan pengembangan ini bermanfaat dan dapat digunakan untuk pengembangan kokas pengecoran selanjutnya yang lebih ekonomis. Bandung, Desember 2010 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Ir Hadi Nursarya, M.Sc. NIP ii

4 Glosary : Adonan : campuran serbuk kokas dengan aspal cair untuk dicetak menjadi briket kokas Batubara berbutir kecil : batubara dengan ukuran butiran 0,5 cm sampai 3 cm Batubara berbutir halus : batubara bentuk serbuk dengan ukuran butiran 30 mesh Scrapper : penggaru, kelengkapan pada mixer yang berfungsi untuk Pemanasan langsung : pemanasan pada obyek yang dipanaskan tanpa material penyekat Pemanasan tak langsung : pemanasan pada obyek yang dipanaskan yang dilindungi material penyekat UMKM : Usaha mikro kecil dan menengah, suatu klasifikasi usaha berdasarkan modal yang digunakan iii

5 DAFTAR ISI Halaman SARI... i KATA PENGANTAR..... ii GLOSSARY... iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Kegiatan Maksud dan Tujuan Sasaran Lokasi Kegiatan... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Kokas Pengecoran Penggunaan Kokas Pengecoran Hasil Kegiatan Litbang Kokas III. PROGRAM KEGIATAN Produksi Kokas dari Batubara Berbutir Kecil Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Sosialisasi Produksi dan Sosialisasi Pemanfaatan Kokas IV. METODOLOGI Metodologi Produksi Kokas Dari Batubara Berbutir Kecil Prosedur Pembuatan kokas Metodologi Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Metodologi Sosialisasi Produksi dan Pemanfaatan Kokas iv

6 V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Produksi Kokas dari Batubara Berbutir Kecil Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Sosialisasi Produksi dan Sosialisasi Pemanfaatan Kokas Pengajuan Usulan Patent Tinjauan Ekonomi Produksi Kokas VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. DAFTAR PUSTAKA v

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Rincian Kegiatan Tahunan... 3 Tabel 2.1. Analisa Kokas Pengecoran Tabel 5.1. Data Temperatur Rotary Kiln pada Karbonisasi Batubara Tabel 5.2. Kualitas Kokas Pada Temperatur 900 o C Tabel 5.3. Kualitas Kokas Pada Temperatur Pada Temperatur >1000 o C Tabel 5.4. Kualitas Kokas Butiran Hasil Karbonisasi Pada Tunnel Kiln Tabel 5.5. Hasil Analisa Kokas Pengecoran Berbahan Bakar Batubara Serbuk Tabel 5.6. Analisa Kokas Pengecoran Tabel 5.7. Spesifikasi Bahan Baku Tabel 5.8. Kebutuhan Peralatan dan Pendukung Pembuatan Kokas Tabel 5.9. Biaya Bangunan Tabel Kebutuhan Dana Investasi vi

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Road Map Kegiatan Pengembangan Kokas... 3 Gambar 2.1. Penuangan Besi Cair Bervolume Besar Secara Mekanik... 7 Gambar 2.2. Penuangan Besi Cair Bervolume Kecil Secara Manual... 7 Gambar 2.3. Petrografi Bahan Baku Dan Produk... 9 Gambar 2.4. Perbandingan Tampak Fisik Kokas ex tekmira dan Baturjaya...10 Gambar 3.1. Bagan Alir Pembuatan Kokas Dari Batubara Berbutir Kecil Pemanasan Langsung Gambar 3.2. Bagan Alir Pembuatan Kokas Dari Batubara Berbutir Kecil Pemanasan Tak Langsung Gambar 5.1. Karbonisasi Batubara Dalam Rotary Kiln Gambar 5.2. Batubara, Umpan Karbonisasi Gambar 5.3. Kokas Hasil Karbonisasi Batubara Gambar 5.4. Tunel Kiln Dengan Pembakar Siklon Gambar 5.5. Produk Kokas Butiran Dari Tunnel Kiln Gambar 5.6. Penggerusan Kokas Butiran Gambar 5.7. Briket Kokas Bentuk Silinder Gambar 5.8. Kokas Pengecoran Dalam Bentuk Kokas Briket Gambar 5.9. Pengujian Drop Shatter Gambar Pelaksanaan Sosialisasi Di Sidoarjo Gambar Stand Tekmira Pada TTG Yogyakarta Gambar Menko Perekonomian Meninjau Stand Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara Gambar Pembukaan Oleh Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kab. Tegal Gambar Penyerahan Kenang Kenangan Gambar Paparan Materi Sosialisasi Gambar Pelaksanaan Sosialisasi Gambar Poster Sosialisasi Gambar Pembukaan Oleh Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Tengah Dan Pelaksanaan Paparan Sosialisasi Gamar Penyerahan Kenang Kenangan Gambar Pameran Perhapi Di Jakarta Gambar Pameran Di Jakarta vii

9 Gambar Pameran Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara Gambar Peragaan Pembuatan Kokas viii

10 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Blue Print Pengelolaan Energi Nasional yang merupakan dukungan terhadap Perpres No.5 tahun 2006 mengamanatkan bahwa batubara akan menduduki porsi 33% dari bauran energi nasional. Penggunaan batubara sebagai sumber energi tersebut termasuk untuk kegiatan industri diantaranya industri logam. Kokas dapat dipandang sebagai sumber energi pada industri logam antara lain industri pengecoran dan pengolahan mineral logam menjadi logam. Penggunaan kokas pada industri logam tersebut merupakan bentuk penggunaan batubara sebagai sumber energi setelah mengalami konversi berupa proses karbonisasi. Sejak tahun 2009, sebagai amanat Undang Undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, pemanfaatan bahan tambang Indonesia seperti mineral logam diwajibkan mengalami proses nilai tambah terlebih dahulu. Proses peningkatan nilai tambah ini memerlukan kokas sehingga secara langsung konversi batubara menjadi kokas telah melaksanakan dua kegiatan nilai tambah. Kegiatan tersebut adalah konversi batubara menjadi kokas dan penggunaan kokas untuk pengolahan mineral logam. Program realisasi peningkatan nilai tambah mineral dan batubara pada tahun 2010 telah ditindaklanjuti dengan perintah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang peningkatan nilai tambah mineral dan batubara sebagai upaya peningkatan pendapatan negara. Berkaitan dengan kebutuhan kokas untuk industri pengecoran, industri kecil pengecoran besi sering mengalami kesulitan pasokan kokas akibat terganggunya pemasokan kokas pengecoran impor. Selama ini kebutuhan kokas pengecoran dipenuhi dari RR China atau Taiwan. Kebutuhan kokas pengecoran di Indonesia secara keseluruhan cukup besar, sekitar ton per tahun. Untuk satu sentra industri kecil pengecoran di Ceper membutuhkan ton sampai ton per tahun. Jumlah kebutuhan tersebut merupakan hasil inventarisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten Jawa Tengah se kitar tahun Kegiatan pembuatan kokas dengan proses ganda telah dilakukan oleh tekmira sejak tahun 1990 menggunakan berbagai batubara di Indonesia antara lain batubara Ombilin, Arutmin, Bukit Asam dan Adaro dengan menggunakan berbagai jenis tungku karbonisasi. Kegiatan terakhir pada tahun anggaran 2009 dilakukan dengan mengoperasikan prototipe plant kokas di Palimanan. Salah satu rangkaian proses pada pembuatan kokas adalah 1

11 karbonisasi batubara untuk mendapatkan kokas bongkah (lump coke) yang masih rendah mutu fisiknya. Hasil kegiatan tahun 2009 menunjukan bahwa proses karbonisasi yang saat ini dilakukan menggunakan umpan batubara nut (bongkah) kurang dapat menghasilkan produkstivitas yang tinggi. Sementara itu, batubara berbutir kecil, dengan diameter butir +/- 0,5 cm, sulit dilaksanakan karbonisasi pada unggun diam karena porositas unggun yang terlalu rendah.hal tersebut mengakibatkan perpindahan panas tidak berlangsung sempurna dan waktu karbonisasi berlangsung sangat lama. Disamping itu, sifat batubara Indonesia umumnya relatip mudah hancur pada penimbunan di stockpile. Dengan demikian untuk mendapatkan bahan baku karbonisasi tersebut semakin sulit. Oleh karena itu perlu upaya memanfaatkan batubara yang berbutir kecil yang relatip mudah diperoleh di pasaran. Sebagai terobosan untuk mengurangi atau menghidari kendala tersebut telah dilakukan ujicoba karbonisasi batubara berbutir kecil dalam rotary kiln. Pembuatan kokas merupakan kegiatan padat energi. Energi tersebut terutama digunakan pada proses karbonisasi dan rekarbonisasi. Sejalan dengan program substitusi bahan bakar minyak maka energi tersebut harus digunakan batubara. Teknologi penggunaan batubara sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar minyak telah dikuasai dan dimanfaatkan di beberapa industri (Sumaryono, 2010). Atas dasar tersebut maka bahan bakar pada unit rotary kiln dan tunnel kiln telah diganti dengan siklo burner batubara. Mengingat beberapa kondisi proses pembuatan kokas telah dikuasai, maka dalam rangka mengurangi ketergantungan kokas impor perlu diupayakan pembuatan kokas yang berasal dari batubara Indonesia. Sarana prototipe plant yang telah tersedia akan digunakan untuk optimasi produksi kokas pengecoran. Hasil kegiatan pengembangan ini perlu disosialisasi kepada pada konsumen dan peminat usaha kokas sehingga usaha pemenuhan kokas dari sumberdaya alam dalam negeri dapat segera terwujud. Untuk mendukung realisasi pembuatan kokas pada skala komersil oleh pihak swasta telah direncanakan pembuatan design peralatan skala komersil pada kapasitas 10 ton per hari. Sesuai dengan Rencana Strategis kegiatan Litbang batubara di Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara dan arah kegiatan litbang , kokas merupakan salah satu sasaran kegiatan peningkatan nilai tambah dalam mendukung penyediaan bahan bakar nasional melalui proses konversi berupa karbonisasi. Tahapan kegiatan setiap tahun telah tertuang dalam roadmap pada gambar 1.1. dan tabel

12 Penguasaan teknologi produksi kokas dengan bahan bakar BBM Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking berbasis batubara pada kapasitas 1 ton/hari dan desain proses pada kapasitas 10 ton/hari Goal Sebelum Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking berbutir kecil sesuai kondisi stock pile pada kapasitas 1 ton/hari Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dalam bentuk FS komersial kapasitas ton/tahun Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking pada kapasitas ton/tahun Gambar 1.1. Road Map Kegiatan Pengembangan Kokas Tabel 1.1. Rincian Kegiatan Tahunan Tahun Sebelum Target Kegiatan Rincian kegiatan Penguasaan teknologi produksi kokas dengan bahan bakar BBM Ujicoba pembuatan kokas bahan baku batubara non coking dan bahan bakar BBM Karbonisasi batubara bongkahan (nut coal) Ujicoba pemanfaatan kokas pada pengecoran Penentuan komposisi bahan pengikat Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking berbutir kecil sesuai kondisi stock pile pada kapaitas 1 ton per hari Pengembangan Prototipe Plant Kokas Dengan Bahan Bakar Batubara Karbonisasi batubara butiran kecil (< 5 cm) Ujicoba pembuatan kokas dengan bahan bakar batubara (kecuali pemanasan aspal) Sosialisasi hasil litbang produksi kokas berbahan bakar batubara 3 Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dari batubara non coking berbasis batubara pada kapasitas 1 ton per hari dan design proses pada kapasitas 10 ton per hari Optimasi Prototipe Plant Kokas Berbasis Batubara Ujicoba pembuatan kokas dengan dengan bahan baku dan bahan bakar batubara. Sosialisasi hasil litbang kokas Pembuatan design peralatan produksi dan sistem control Penguasaan teknologi produksi kokas pengecoran dalam bentuk FS komersil kapasitas ton per tahun Pembuatan Rancang Bangun dan FS Kokas Skala Komersial Sosialisasi hasil litbang produksi kokas skala komersil Pembuatan design peralatan dan FS skala produksi komersil (termasuk amdal)

13 Indikator keberhasilan Kokas dari batubara non coking telah dapat digunakan pada operasi pengecoran besi, namun penggunaan bahan bakar masih relatif mahal Karbonisasi batubara berbutir kecil(<5 cm) dalam rotary kiln telah menghasilkan kokas bongkah dengan kadar zat terbang memenuhi syarat bahan baku kokas pengecoran automatic skala kecil (10 ton per hari) Ujicoba pembuatan kokas dengan dengan bahan baku, bahan bakar batubara terintegrasi Evaluasi keekonomian - Percobaan berlangsung kontinu pada kapasitas sesuai design sehingga diperoleh data hasil ujicoba pembuatan kokas dengan bahan baku, bahan bakar batubara terintegrasi - Prototype Plant Kokas Berbasis Batubara, kapasitas 1 ton/hari dijadikan refrensi - Termanfaatkan Rancang Bangun (design) pabrik kokas skala komersil (kapasitas ton/tahun. - Terwujud desain peralatan produksi dan sistem kontrol otomatis skala kecil (10 ton/hari) - Kajian ekonomi produksi kokas cukup layak dan kokas memenuhi spek kokas pengecoran 1.2. Ruang Lingkup Produksi Kokas dari Batubara Berbutir Kecil Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Sosialisasi Produksi dan Sosialisasi Pemanfaatan Kokas 1.3. Tujuan Melaksanakan pembuatan kokas pengecoran menggunakan peralatan pada prototype plant kokas yang telah terpasang di Palimanan dengan bahan baku dan bahan bakar batubara, melaksanakan sosialisasi sistem pembuatan kokas dari batubara Indonesia, sosialisasi ujicoba penggunaan kokas hasil ltbang tersebut pada industri pengecoran serta penguasaan teknologi pembuatan dan penggunaan kokas untuk skala komersil Sasaran Operasi produksi kokas dari batubara Kalimantan Selatan pada kapasitas maksimum 1 ton per hari dengan bahan baku dan bahan bakar batubara dan sosialisasi sistem pembuatan kokas dan sosialisasi ujicoba penggunaan kokas pada industri pengecoran minimal di 4

14 empat lokasi sentra pengecoran logam atau lokasi sosialisasi lainnya serta design peralatan skala kecil kapasitas 10 ton per hari sehingga secara umum diperoleh peningkatan nilai tambah sekitar empat kali lipat Lokasi Lokasi kegiatan produksi kokas pengecoran dilaksanakan di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara, Palimanan, Cirebon, sedangkan pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di Tegal, Sidoarjo, Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Palimanan. 5

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembuatan Kokas Pengecoran Kokas dibuat melalui proses karbonisasi batubara, yaitu proses pemanasan tanpa atau miskin oksigen. Karbonisasi batubara menjadi kokas akan meliputi beberapa perubahan fisik dan kimiawi yang sangat komplek dan majemuk. Beberapa perubahan fisik tersebut adalah pelunakan, devolatilisasi, pengembangan dan akhirnya pemadatan kembali. Beberapa perubahan kimiawi yang terjadi antara lin perengkahan (cracking), depolimerisasi, polimerisasi dan juga kondensasi (Perry, RH, 2008). Batubara yang digunakan pada pembuatan kokas sebaiknya berupa batubara jenis coking coal. Pemanasan batubara jenis coking coal pada saat proses karbonisasi akan menghasilkan gumpalan butiran kokas yang kuat dan padat, sedangkan batubara non coking tidak dapat membentuk padatan yang keras, cenderung rapuh dan remuk. Kecenderungan rapuh dan remuk merupakan akibat dari komposisi maseral yang terkandung dalam batubara tersebut. Pembuatan kokas dari batubara non coking coal memerlukan modifikasi proses karbonisasi antara lain melalui pembriketan, pencampuran bahan baku dengan penambahan coking coal, merubah struktur molekul melalui hidrogenasi dan sebagainya. Metode pembuatan kokas melalui pembriketan pada skala pilot plant telah dilakukan di Turki dengan menggunakan batubara non coking dari Armutcuk (Ozden, O dan Gencer, Z, 1983). Disamping itu, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2008 telah dilakukan kegiatan identifikasi perkiraan biaya instalasi pabrik kokas sistem oven batere kapasitas 1 juta ton per tahun dengan produk berupa briket kokas dengan bahan baku non coking coal membutuhkan biaya US $ 40 juta (Ergun, H, 2009) Realisasi proses pembuatan kokas dari batubara non coking dapat dilakukan dengan mencampur kokas yang diperoleh dari hasil karbonisasi batubara dengan material senyawa karbon yang bersifat coking substance dalam suatu bejana pencampur, umumnya digunakan double roll mixer. Material baru yang diperoleh dicetak membentuk briket dan dikarbonisasi kembali agar coking substance senyawa karbon membentuk kokas dan mengikat kokas dari batubara non coking sehingga diperoleh gumpalan kokas yang kuat. Proses tersebut dapat diterapkan untuk batubara Indonesia terutama untuk menghasilkan kokas pengecoran. Spesifikasi kokas pengecoran diharapkan memenuhi beberapa persyaratan antara lain kadar zat terbang kurang dari 1 %, kadar sulfur total kurang dari 0,7 %, kadar abu kurang dari 8 % serta ukuran butir lebih besar dari 10 cm (Perry, RH, 2008). 6

16 2.2.Penggunaan Kokas Pengecoran Secara umum kegunaan kokas pengecoran adalah (Kenji, C dan Tata, S, 1996) : sebagai sumber panas, kokas bereaksi dengan oksigen dari tiupan udara menghasilkan panas untuk melelehkan besi dan slag, sebagai bahan kimia (chemicals), kokas bereaksi dengan oksigen dan CO 2 membentuk gas pereduksi untuk proses reduksi oksida metal dalam bahan baku kegiatan pengecoran besi, sebagai pembentuk unggun yang kuat, porous dan media permeable agar sirkulasi dan distribusi gas pereduksi optimal, serta aliran udara yang dipasok dari blower Gambar 2.1.Penuangan Besi Cair Bervolume Besar Secara Mekanik Gambar 2.2.Penuangan Besi Cair Bervolume Kecil Secara Manual berlangsung lancar. Realisasi penggunaan kokas pengecoran umumnya dilakukan dalam suatu tanur yang disebut kupola. Kupola merupakan versi kecil tanur tinggi. Umpan kupola merupakan campuran kokas, pig iron, besi tua, dan kadang-kadang bahan paduan. Panas dari pembakaran kokas mencairkan umpan dan menghasilkan bermacam tingkatan cast iron (besi cor) (Kenji, C dan Tata, S, 1996). Operasi pengecoran besi atau logam diawali dengan menempatkan kokas dasar pada bagian dasar tungku pengecoran, dalam hal ini dapat berupa tungku tukik, disusul besi tua, batu kapur. Susunan material selanjutnya adalah kokas, besi tua, batu kapur dan seterusnya sehingga lapisan lapisan material tersebut membentuk unggun diam dalam tungku pengecoran. Jika pemanasan besi tua dalam tungku pengecoran telah berjalan 7

17 dalam kondisi steady state (kondisi teguh), dan telah terbentuk cairan besi atau logam dalam volume yang cukup maka besi cair dikeluarkan dari tungku dan dipindahkan ke dalam cetakan cetakan yang telah tersedia. Gambar 2.1 dan 2.2 menunjukkan penuangan cairan besi ke dalam cetakan. Pada gambar 2.1., terlihat penuangan cairan besi dalam volume yang relatif besar menggunakan penampung yang dioperasikan secara mekanik, sedang gambar 2.2. menunjukkan penuangan secara manual menggunakan cawan dengan volume relatif kecil. Sentra industri pengecoran banyak ditemukan di Jawa Tengah antara lain Tegal (kota Tegal dan kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal) dan Klaten (kecamatan Ceper). Pada sentra industri pengecoran tersebut umumnya menggunakan tungku tukik dan sebagian kupola untuk aktivitas pengecorannya. Produk pengecoran umumnya suku cadang kendaraan bermotor, suku cadang mesin pabrik dan perkakas rumah tangga bahkan alat ukur (timbangan dan lain lain). Kegunaan kokas lainnya adalah sebagai chemicals pada industri pembuatan besi dan baja dengan spesifikasi relatip lebih sederhana, antara lain : ukuran butir cukup 45 mm sampai dengan 60 mm, stability factor minimum mencapai 58, kadar abu maksimum 9,8 %, kadar Sulfur total maksimum dianjurkan 0,82 %, kadar zat terbang maksimum 1,5 % (max) (Wilson, PJ, 1960; energymanagertraining.com). Bahan baku pembuatan besi terdiri dari bijih besi, besi srap dan kokas yang dimasukan kedalam tungku blast furnace pada temperatur >3500ºF (Wilson, PJ, 1960; Di Indonesia terdapat pabrik percobaan Pengolahan Bijih Besi LIPI yang berlokasi di Tanjung Bintang, Propinsi Lampung, yang mengolah bijih besi menggunakan kokas dari arang kayu. Namun keterbatasan laju pertumbuhan produksi arang kayu mengakibatkan proses produksi pabrik percobaan tersebut mengalami beberapa hambatan. Diobsesikan bahwa kokas briket dari batubara Indonesia akan dapat menggantikan pasokan arang kayu (Jamali, 2006) Hasil Kegiatan Litbang Kokas Percobaan pembuatan kokas dengan proses ganda telah dilakukan oleh tekmira sejak tahun 1990 menggunakan berbagai batubara di Indonesia antara lain batubara Ombilin, Arutmin, Bukit Asam dan Adaro dengan menggunakan berbagai jenis tungku karbonisasi. Produk kokas dalam bentuk briket kokas yang diperoleh telah pula diujicoba penggunaannya di PT Multi Guna, Ceper sebagai kokas pengecoran. Hasil ujicoba 8

18 menunjukkan bahwa kokas tersebut dapat digunakan sebagai kokas dasar dan kokas muat. Pada kegiatan tahun 2008 dan 2009, telah dicoba pembuatan kokas pengecoran dengan batubara asal sungai danau dengan kadar abu agak tinggi yaitu 3,14 %. Sarana peralatan yang digunakan telah ditambahkan berupa pneumatic conveyor dan rotary kiln. Pneumatic conveyor digunakan untuk memindahkan kokas dari hammer mill ke hopper serbuk kokas. Rotary kiln berfungsi untuk melaksanakan operasi karbonisasi batubara secara langsung dan berbutir relatif kecil, kurang dari 5 cm. Berdasarkan ujicoba karbonisasi pada rotary kiln diperoleh data bahwa sistem proses karbonisasi secara pemanasan langsung menghasilkan kokas butiran yang cukup baik kualitasnya, terutama kadar abu masih relatif rendah. Hal ini akan membuka peluang pada operasi karbonisasi pada skala yang besar untuk menunjang operasi skala komersil. Dalam hal karbonisasi batubara dalam tunnel kiln, yaitu kegiatan pada tahun 2008, diperoleh hasil yaitu kokas butiran hasil karbonisasi pada tunnel kiln serta kokas briket hasil rekarbonisasi menunjukan bahwa tekstur kokas bongkah masih terdapat pori-pori berwarna hitam, sedangkan kokas pengecoran terlihat lebih massif dan rapat sehingga dapat disimpulkan butiran kokas telah terikat menyatu membentuk kokas yang lebih padat karena lapisan aspal telah berubah menjadi kokas seperti terlihat pada gambar 2.3. Batubara Kokas Bongkah Kokas Pengecoran Gambar 2.3. Petrografi Bahan Baku Dan Produk Dalam hal kualitas, kokas pengecoran hasil ujicoba produksi telah berkualitas baik. Berdasarkan analisis laboratorium yang ditunjukan pada tabel 2.1., spesifikasi kimia sangat memenuhi syarat kokas pengecoran. 9

19 Tabel 2.1. Analisa Kokas Pengecoran No Bentuk Kokas Asal batubara Kadar air, % adb Kadar abu, %adb Kadar zat terbang, % adb Karbon padat, %adb Sulfur total, %adb Nilai kalor, kkal/kg adb Tumbler, % 1 Silinder Sungai ,5 1,81 88,62 0, ,84 Danau 2 Prisma Sungai 1,83 8 1,32 88,85 0, ,38 Danau 3 Silinder Waringin 0,86 2,10 0,65 96,39 0, ,0 4 Prisma Waringin 0,48 6,56 1,26 91,70 0, ,6 Pengamatan fisik : berbutir kuat, ikatan butiran serbuk kokas dalam briket kokas sangat kuat tidak mudah rontok jika tergesek. Meskipun produk pengecoran ini tidak diujicobakan pada kegiatan pengecoran besi, namun berdasarkan hasil ujicoba penggunaan kokas sebelumnya dengan spesifikasi seperti pada tabel 2.1, sangat baik hasilnya dengan coke ratio mendekati 7. Sebagai pembanding, kokas briket yang dibuat oleh koperasi Baturjaya, Ceper, masih terlihat rapuh dan nilai kalor sangat rendah seperti terlihat pada gambar 2.4. dan hasil analisa berikut di bawah. Hasil analisa kokas briket buatan Koperasi Batur Jaya: Kadar air lembab, adb = 7,28 % Kadar abu,adb = 15,54 % Kadar Zat Terbang, adb = 4,72 % Karbon padat, adb = 72,46 % Nilai kalor = kkal/kg Kadar Sulfur total, adb = 0,48 % Kokas Pengecoran produk litbang tekmira Kokas pengecoran produk Koperasi Batur Jaya Gambar 2.4. Perbandingan Tampak Fisik Kokas Ex tekmira Dan Baturjaya 10

20 Jika dibandingkan dengan kokas hasil litbang instansi luar (dalam hal ini koperasi Batur Jaya) maka hasil litbang Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara masih lebih unggul karena kondisi proses yang dikuasai lebih optimal. Dalam rangka memperbaiki mutu kokas pengecoran hasil litbang tersebut diatas, saat ini sedang dilakukan kerjasama penelitian antara Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara dengan Universitas Kyushu untuk mendapatkan bahan pengikat tahap proses pembriketan dengan memanfaatkan produk hidrogenasi batubara peringkat rendah Indonesia. Hasil sementara kegiatan kerjasama litbang ini adalah unjuk kerja bahan pengikat dari aspal masih perlu ditingkat. Upaya tersebut dapat berupa pengaturan trayek temperatur rekarbonisasi agar penguapan aspal dapat diminimalkan, sebelum aspal mengalami curing (pemadatan kembali menjadi material kokas). 11

21 III. PROGRAM KEGIATAN 3.1. Produksi Kokas dari Batubara Berbutir Kecil Program utama produksi kokas dari batubara berbutir kecil (0,5-2,0 cm) dilaksanakan dalam dua cara yaitu : Karbonisasi batubara dalam rotary kiln dengan pemanasan langsung, pembriketan kokas dan rekarbonisasi briket kokas dalam tunnel kiln, Karbonisasi briket batubara dalam tunnel kiln dengan pemanasan tak langsung, pembriketan kokas dan rekarbonisasi briket kokas dalam tunnel kiln. Untuk realisasi kegiatan tersebut perlu dilaksanakan pemasangan pembakar siklon pada tunnel kiln yang telah ada. Peralatan peralatan yang digunakan adalah rangkaian peralatan yang telah dipasang pada unit prototype plant kokas di Palimanan. Bagan alir produksi kokas dari batubara berbutir kecil terlihat pada gambar 3.1. dan 3.2. Gambar 3.1. Bagan alir pembuatan kokas dari batubara berbutir kecil pemanasan langsung Gambar 3.2. Bagan alir pembuatan kokas dari batubara berbutir kecil pemanasan tak langsung 12

22 3.2. Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Berdasarkan data optimal proses yang telah diperoleh pada ujicoba operasi pembuatan kokas pada TA 2009 dan sebelumnya serta data baru pada ujicoba TA 2010, perlu dibuat neraca massa dan energi pembuatan kokas pada skala kecil kapasitas 10 ton per hari. Neraca massa dan energi tersebut digunakan untuk menghitung dimensi peralatan. Selanjutnya pembuatan design peralatan utama secara detail diserahkan kepada konsultan dengan pengawasan dari tim kokas Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara 3.3. Sosialisasi Produksi dan Sosialisasi Pemanfaatan Kokas Program utama sosialisasi produksi dan pemanfaatan kokas adalah menumbuhkan minat produksi dan minat pemanfaatan kokas dari batubara Indonesia bagi pemangku kepentingan. Realisasi sosialisasi tersebut dilaksanakan dengan cara memaparkan dalam suatu pertemuan yang dikordinir oleh instansi daerah pengguna atau mendatangi para calon investor agar timbul pemahaman lengkap tentang kokas dari batubara Indonesia. Bila perlu disebarkan leaflet kepada para calon konsumen kokas termasuk keekonomian saat ini. Pelaksanaannya dapat meminta bantuan kepada asosiasi konsumen atau Dinas Dinas di daerah yang berkaitan dengan perindustrian, koperasi, perdagangan dan energi dan sumberdaya mineral. Pada sosialisasi tersebut dipaparkan hasil penelitian, rancangan proses dan keekonomian saat ini tentang usaha kokas. Untuk mendukung sosialisasi produksi dan pemanfaatan kokas telah disiapkan kegiatan : a. Membuat keekonomian usaha kokas dengan data terkini, b. Membuat paparan hasil litbang kokas yang telah optimal, c. Melaksanakan pendekatan dengan asosiasi konsumen kokas, produsen batubara atau investor peminat pembuatan kokas, dapat juga berhubungan dengan instansi pemerintah di daerah. 13

23 IV. METODOLOGI 4.1. Metodologi Produksi Kokas Dari Batubara Berbutir Kecil Metoda yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan Produksi Kokas Dari Batubara Berbutir Kecil adalah metode kompilasi data yang bertujuan memadukan semua data hasil pengamatan langsung ujicoba produksi kokas pengecoran dari batubara berbutir kecil secara sistematis pada setiap langkah ujicoba dengan variabel proses yang dipilih. Data yang dihimpun berasal dari dari kegiatan litbang sebelumnya, refrensi literatur dan hasil percobaan saat ini. Bahan, data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa serta disajikan dalam tabulasi atau grafik untuk dibandingkan dengan target percobaan. Realisasi operasi pembuatan kokas pengecoran dilaksanakan berdasarkan data proses yang optimal dari beberapa kegiatan sebelumnya sampai dengan tahun Disamping itu dilakukan ujicoba peralatan secara parsial untuk mengevaluasi kinerja peralatan. Kegiatan pengoperasian dilakukan dengan menjalankan peralatan produksi berdasarkan instruksi kerja yang telah disahkan dalam ISO. Peralatan yang digunakan meliputi : a. Rotay kiln dan tunnel kiln, kapasitas 1 ton per hari, berfungsi untuk karbonisasi batubara, b. Jaw crusher, hammer mill dan pneumatic conveyor kapasitas minimal 1 ton per hari, berfungsi untuk menggerus kokas sampai mendapatkan butiran kokas 20 mesh, c. Mixer dan bejana pencair aspal (asphalt melter), berfungsi untuk mencampur butiran kokas dengan aspal cair membentuk adonan briket, kapasitas minimal 1 ton per hari, d. Mesin briket tipe silinder dan tipe prisma, berfungsi mencetak adonan briket menjadi briket kokas, kapasitas minimal 1,5 ton per hari, e. Tunnel kiln, berfungsi untuk mengkarbonisasi ulang (rekarbonisasi) briket kokas menjadi kokas pengecoran berbentuk briket, kapasitas minimal 1 ton per hari. Peralatan tersebut di atas telah terangkai di hanggar kokas di Palimanan. Secara umum, tahap operasi utama pembuatan kokas dari batubara berbutir kecil berlangsung sebagai berikut: a. Karbonisasi batubara berlangsung dalam rotary kiln, pemanasan langsung, bahan bakar berupa batubara serbuk 30 mesh, memanfaatkan siklo burner, 14

24 b. Karbonisasi batubara berlangsung dalam tunnel kiln, pemanasan tak langsung, bahan bakar berupa batubara serbuk 30 mesh, memanfaatkan siklo burner yang telah terpasang pada kiln tersebut, c. Pembriketan kokas serbuk menggunakan double roll mixer dan mesin briket double roll dan/atau mesin briket tipe silinder, d. Rekarbonisasi briket kokas berlangsung dalam tunnel kiln, pemanasan tak langsung, briket kokas ditempatkan pada tube tahan panas, bahan bakar berupa batubara serbuk 30 mesh, memanfaatkan siklo burner yang telah terpasang. Pelaksana kegiatan Produksi Kokas Dari Batubara Berbutir Kecil adalah para personil yang tercantum pada lampiran Prosedur Pembuatan Kokas Prosedur Pembuatan kokas dengan pemanasan langsung Prosedur pembuatan kokas dengan pemanasan langsung dilaksanakan dengan berdasarkan bagan alir pada gambar 3.1 dengan langkah langkah kegiatan sebagai berikut: a. Umpan batubara dikarbonisasi dalam rotary kiln (tungku putar) untuk menghasilkan kokas butiran, b. Kokas butiran dipecah menggunakan jaw crusher untuk mendapatkan ukuran butir kokas kurang dari 0,5 cm, c. Kokas hasil pemecahan dipindahkan ke hammer mill menggunakan belt conveyor, d. Pada hammer mill kokas butiran hasil pemecahan digerus sampai ukuran serbuk kokas 20 mesh, e. Serbuk kokas dipindahkan ke mixer untuk dicampur dengan aspal petroleum cair dan diaduk sampai merata, pada komposisi 12,5% aspal cair dan 87,5% serbuk kokas, f. Aspal petroleum dicairkan dengan peralatan asphalt melter (bejana pencair aspal), kemudian dialirkan ke mixer, g. Hasil pencampuran serbuk kokas dengan aspal petroleum cair disebut adonan briket kokas dan dicetak dengan mesin briket tipe silinder, h. Briket kokas yang diperoleh dimasukan dalam tube-tube tahan panas yang terletak pada lori lori dan dikarbonisasi ulang (rekarbonisasi) dalam tunnel kiln, sistem pemanasan tak langsung. i. Produk kokas pengecoran berupa kokas briket bentuk silinder dikeluarkan dari tunnel kiln dan disimpan di area penimbunan produk. 15

25 Prosedur Pembuatan kokas dengan pemanasan tak langsung Prosedur Pembuatan kokas dengan pemanasan tak langsung dilaksanakan dengan berdasarkan bagan alir pada gambar 3.2 dengan langkah langkah kegiatan sebagai berikut: a. Umpan batubara dibriket dengan bahan pengikat gel tapioka membentuk briket beriameter 5 cm, b. Briket batubara ditempatkan dalam sagar dan dikarbonisasi dalam tunnel kiln untuk menghasilkan kokas butiran, sistem pemanasan tak langsung c. Kokas butiran hasil karbonisasi briket batubara dipecah menggunakan jaw crusher untuk mendapatkan ukuran butir kokas kurang dari 0,5 cm, d. Kokas hasil pemecahan dipindahkan ke hammer mill menggunakan belt conveyor, e. Pada hammer mill kokas butiran hasil pemecahan digerus sampai ukuran serbuk kokas 20 mesh, j. Serbuk kokas dipindahkan ke mixer untuk dicampur dengan aspal petroleum cair dan diaduk sampai merata, pada komposisi 12,5% aspal cair dan 87,5% serbuk kokas, f. Aspal petroleum dicairkan dengan peralatan asphalt melter (bejana pencair aspal), kemudian dialirkan ke mixer, g. Hasil pencampuran serbuk kokas dengan aspal petroleum cair disebut adonan briket kokas dan dicetak dengan mensin briket tipe silinder, h. Briket kokas yang diperoleh dimasukan dalam tube-tube tahan panas yang terletak pada lori lori dan dikarbonisasi ulang (rekarbonisasi) dalam tunnel kiln, i. Produk kokas pengecoran berupa kokas briket bentuk silinder dikeluarkan dari tunnel kiln dan disimpan di area penimbunan produk Metodologi Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Berdasarkan data optimal proses, dibuat neraca massa dan energi pembuatan kokas pada skala kecil berkapasitas 10 ton per hari. Neraca massa dan energi tersebut digunakan untuk menghitung dimensi peralatan. Selanjutnya pembuatan design peralatan secara detail diserahkan kepada konsultan dengan pengawasan dari tim kokas Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Metodologi Sosialisasi Produksi dan Pemanfaatan Kokas Metode sosialisasi dilakukan dengan cara memberikan langsung maupun tidak langsung kepada pemangku kepentingan atau masyarakat secara umum melalui : 16

26 mengikutsertakan pameran pada berbagai kesempatan memberikan leaflet pada acara pameran atau open house, menjawab pertanyaan yang diperoleh dari memasang di web Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara memberikan paparan lisan pada acara temu pengusaha atau pengguna kokas. Pelaksanaan sosialisasi dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Dinas yang menangani industri, perdagangan, pertambangan, energi dan koperasi. 17

27 V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Produksi Kokas dari Batubara Berbutir Kecil Pembuatan kokas dari batubara non coking Indonesia diperlukan 3 tahap proses utama yaitu tahap produksi kokas butiran (lump coke) melalui karbonisasi batubara, pembriketan kokas dan karbonisasi ulang (rekarbonisasi) terhadap briket kokas seperti terlihat pada gambar 3.1.dan 3.2. Perbedaan pada kedua proses tersebut adalah pada karbonisasi batubara, sedangkan tahap pembriketan kokas dan rekarbonisasi briket kokas berlangsung dengan proses yang sama. Dengan demikian pembahasan karbonisasi akan diuraikan terpisah untuk masing masing proses karbonisasi, sedangkan tahap tahap yang bersifat sama akan dibahas menjadi satu bahasan Karbonisasi batubara dalam rotary kiln Ujicoba karbonisasi batubara menggunakan rotary kiln berlangsung pada kondisi sebagai berikut: Sistem pemanasan : pemanasan langsung (direct heating) menggunakan siklo burner batubara. Bahan bakar : batubara halus berukuran 30 mesh. Temperatur operasi : C. Waktu tinggal karbonisasi : 2 jam. Putaran kiln : 0,66 rpm. Kapasitas produksi : 105 kg kokas/jam. Ukuran butir umpan (batubara) : 0,5 3 cm Waktu tinggal pada zona 800 C : 2 jam. Rendemen karbonisasi : ± 45 %. Kegiatan karbonisasi batubara terlihat pada gambar 5.1. sampai dengan gambar 5.3., sedangkan riwayat temperatur pada operasi karbonisasi terlihat pada tabel 5.1. Kualitas kokas butiran yang diperoleh terlihat pada tabel 5.2.dan 5.3. Gambar 5.1. Karbonisasi Batubara Dalam Rotary Kiln Gambar 5.2. Batubara, Umpan Karbonisasi 18 Gambar 5.3. Kokas Hasil Karbonisasi Batubara

28 Tabel 5.1. Data Temperatur Rotary Kiln pada Karbonisasi Batubara No Jam ke, Temperatur Temperatur Temperatur zona Siklo burner, C zona karbonisasi, C pendinginan, C Tabel 5.2.Kualitas Kokas Pada Temperatur 900 O C No Sampel Air lembab %,adb Abu, %,ad b Zat terban g, %, Karbo n padat, %,adb Nilai kalor, kkal/kg, adb Total sulfur, %, adb 1 Bahan Baku 14,65 1,86 41,13 42, ,08 2 Tempuhan 1 0,48 6,39 2,14 90, ,16 3 Tempuhan 2 0,45 3,83 2,06 93, ,15 4 Tempuhan 3 0,55 3,81 2,13 93, ,14 5 Tempuhan 4 0,84 4,49 1,70 92, ,18 6 Tempuhan 5 0,44 4,27 1,57 93, ,17 7 Tempuhan 6 0,66 5,12 1,87 92, ,22 8 Tempuhan 7 0,62 5,63 2,36 91, ,31 No Sampel Tabel 5.3.Kualitas Kokas Temperatur > 1000 O C Air lembab %,adb Abu, %, adb 19 Zat terbang, %, Karbon padat, %, adb Nilai kalor, kkal/kg, adb Total sulfur, %, adb 1 Bahan Baku 14,65 1,86 41,13 42, ,08 2 Sampel jam ke 2 0,98 4,73 2,09 92, Sampel jam ke 3 1,49 12,89 2,29 83,33 4 Sampel jam ke 4 1,29 22,33 2,37 74,01 5 Sampel jam ke 5 0,71 6,98 2,03 90,28 6 Sampel jam ke 6 0,82 31,27 1,92 65,99 7 Sampel jam ke 7 0,64 25,94 2,29 71,13 8 Sampel jam ke 8 1,07 18,90 2,45 77,58

29 9 Sampel jam ke 9 0,98 4,73 2,09 92, Sampel jam ke 10 0,72 6,76 1,70 90,82 11 Sampel jam ke 11 0,85 41,72 2,36 55,07 12 Sampel jam ke 12 0,61 7,34 2,20 89, Sampel jam ke 14 0,45 8,85 2,71 87,99 14 Sampel jam ke 15 0,94 6,11 3,05 89,90 15 Sampel jam ke 16 0,67 9,56 3,77 86, Sampel jam ke 17 1,47 8,44 3,36 86, Sampel jam ke 18 1,03 11,37 4, Sampel jam ke 19 1,49 13,62 4,61 80,28 19 Sampel jam ke 20 1,49 12,89 2,29 83,33 Berdasarkan tabel 5.1., operasi kabonisasi secara umum berlangsung pada temperatur o C, sedang temperatur zona pendinginan sekitar 350 o C. Pada kondisi tersebut, secara prinsip telah berlangsung proses perubahan batubara menjadi kokas (Hardarshan, S, 2007) Pembentukan tar dan pelepasan zat terbang selama proses karbonisasi dalam rotary kiln akan terbakar langsung karena adanya udara dialirkan secara terbatas. Pembakaran tersebut akan mempertahankan panas pada kiln, sehingga pasokan bahan bakar dapat terkurangi. Meskipun berdasarkan beberapa tulisan dan diskusi dengan para produsen kokas, bahwa tar dapat diolah menjadi bahan kimia atau material Carbon yang bernialai tinggi, namun mengingat perlu fasilitas tambahan. pada kegiatan ini, tar yang diperoleh tidak diolah lebih lanjut Berdasarkan tabel 5.2., kualitas kokas yang diperoleh dari karbonisasi batubara dalam rotary kiln sistem pemanasan langsung sangat baik. Hal ini terlihat dari zat terbang yang sangat kecil yaitu kurang dari 3 % sehingga sangat cocok untuk bahan baku pembuatan kokas pengecoran dalam bentuk kokas briket. Kadar abu kokas juga sangat kecil, maksimal sekitar 5 %. Dengan demikian, meskipun operasi karbonisasi berlangsung dengan pemanasan langsung dan dalam rotary kiln terdapat aliran udara, tetapi debit udara cukup terkendali sehingga hanya membakar zat terbang saja. Perolehan kokas pada karbonisasi batubara dalam rotary kiln mencapai 45 %. Perolehan tersebut sangat bagus karena jumlah kadar abu dan kadar karbon tetap pada batubara umpan sekitar 44,5 %. Sedangkan kokas adalah hanya terdiri dari abu dan karbon padat saja. Dengan demikian, proses karbonisasi dalam rotary kiln mendekati sempurna, tanpa terjadi pembakaran pada karbon padatnya. Karbonisasi tersebut hanya menghilangkan zat terbang dan air saja. 20

30 Kokas hasil karbonisasi pada temperatur di atas o C seperti tercantum pada tabel 5.3., menghasilkan kadar abu yang tinggi, diatas 5 %. Kondisi tersebut menunjukan bahwa terjadi kelebihan panas, sehingga saat kokas memasuki zona pendinganan dan kolom penukar panas, temperatur kokas diperkirakan masih di atas 450 o C. Pada temperatur setinggi tersebut, masih dapat terjadi kebaran saat kontak dengan udara bebas. Berdasarkan data pada tabel 4.3. nomor urut 3, 4, 7, 8 dan 11, terlihat bahwa kadar abu berkisar 20%, sedangkan karbonisasi yang baik kadar abu kokas maksimal 6% (karena bahan baku batura hanya 1,86 %). Kelebihan panas dapat terjadi antara lain pasokan batubara sebagai bahan bakar terlalu berlebih. Pada saat terjadi panas yang relatif tinggi, operator mengendalikan temperatur tersebut dengan mengurangi pasokan bahan bakar batubara. Pengurangan pasokan dapat menurunkan temperatur kembali normal sehingga abu pada kokas yang diperoleh menurun kembali. Hal ini terlihat pada sampel no urut 5, 6, 9 dan 12. Kokas pada no urut tersebut mempunyai nilai kalor yang tinggi dan abu yang rendah. Secara umum, penggunaan rotary kiln pada temperatur 900 o C, cocok untuk karbonisasi batubara dapat diterapkan pada produksi kokas butiran sebagai bahan baku pembuatan kokas pengecoran dalam bentuk briket kokas Karbonisasi batubara dalam tunnel kiln Ujicoba karbonisasi batubara menggunakan tunnel kiln berlangsung pada kondisi sebagai berikut: Sistem pemanasan : pemanasan tak langsung (indirect heating) menggunakan siklo burner batubara. Bahan bakar : batubara halus berukuran 30 mesh. Temperatur operasi : C. Waktu tinggal karbonisasi : 6 jam. Kapasitas produksi : 130 kgkokas/jam Ukuran butir umpan (batubara) : 5x4,5x3,5cm dalam bentuk briket batubara Rendemen karbonisasi : ± 45 %. Sistem karbonisasi : briket batubara ditempatkan dalam drum bekas, ditaruh pada lori lori yang berjalan dalam tunnel kiln. Bahan baku karbonisasi berupa batubara curah dari stock pile mempunyai ukuran sangat beragam, sekitar 0,25 cm sampai 5 cm. Sesuai dengan sifat batubara Indonesia pada umumnya, butiran batubara tersebut akan hancur saat terkena panas. Untuk 21

31 mempertahankan ukuran butiran batubara relatif utuh maka perlu pembriketan. Pembriketan batubara dilakukan dengan mesin double roll, bahan pengikat digunakan gel tepung tapioka. Briket batubara yang terbentuk dikeringkan agar cukup kuat untuk dilakukan karbonisasi. Tunnel kiln yang digunakan untuk kegiatan karbonisasi batubara terlihat pada gambar 5.4. sedangkan hasil kokas terlihat pada gambar 5.5. Kualitas kokas butiran yang diperoleh terlihat pada tabel 5.4. Gambar 5.4. Tunnel Kiln Dengan Pembakar Siklon Gambar 5.5. Produk Kokas Butiran Dari Tunnel Kiln No Tabel 5.4.Kualitas Kokas Butiran Hasil Karbonisasi Pada Tunnel Kiln Sampel Air lembab %,adb Abu, %,adb Zat terbang, %, Karbon padat, %,adb Nilai kalor, kkal/kg, adb Total sulfur, %, adb 1 Bahan Baku 14,65 1,86 41,13 42, ,08 2 Sampel tempuhan 1 5,37 11,35 3,31 79, Sampel tempuhan 2 5,48 11,37 4,84 78, Sampel tempuhan 3 4,03 12,15 2,32 81, Berdasarkan data kegiatan karbonisasi batubara dalam tunnel kiln yang telah dikerjakan sebelumnya, operasi kabonisasi dalam tunnel kiln secara umum berlangsung pada temperatur o C, sedang sistem pendinginan berlangsung di luar tunnel kiln memanfaatkan konveksi udara luar. Pada kondisi tersebut, temperatur o C, secara prinsip telah berlangsung proses perubahan batubara menjadi kokas (Hardarshan, S, 2007) Pembentukan tar dan pelepasan zat terbang selama proses karbonisasi dalam tunnel kiln akan terbakar langsung karena adanya udara dialirkan secara secara bebas melewati blower dari sistem pembakar siklon dan dari pintu masuk lori. Pembakaran tersebut akan mempertahankan panas pada kiln, sehingga pasokan bahan bakar dapat terkurangi. 22

32 Meskipun berdasarkan beberapa tulisan dan diskusi dengan para produsen kokas, bahwa tar dapat diolah menjadi bahan kimia atau material Carbon yang bernialai tinggi, namun pada kegiatan ini, tar yang diperoleh tidak diolah lebih lanjut mengingat perlu fasilitas tambahan. Analisa kokas hasil karbonisasi pada temperatur dalam tunnel kiln tercantum pada tabel 5.4., menghasilkan kadar abu yang tinggi, diatas 5 %. Kondisi tersebut menunjukan bahwa terjadi kelebihan panas, sehingga saat kokas memasuki pendinginan di luar kiln, temperatur kokas diperkirakan masih di atas 450 o C. Pada temperatur setinggi tersebut, masih dapat terjadi kebakaran saat kontak dengan udara bebas. Hal ini diperkuat adanya lubang lubang pada tutup drum yang semula berguna untuk pelepasan zat terbang. Berdasarkan data pada tabel 5.4 tersebut, terlihat bahwa kadar abu berkisar 12%, sedangkan karbonisasi yang baik kadar abu kokas maksimal 6% (karena bahan baku batubara hanya 1,86 %). Kelebihan panas dapat terjadi antara lain pengendalian pasokan batubara sebagai bahan bakar masing belum dapat dikendalikan optimal. Pada saat terjadi panas yang relatif tinggi, operator mengendalikan temperatur tersebut dengan mengurangi pasokan bahan bakar batubara. Secara umum, penggunaan rotary kiln pada temperatur 900 o C, kurang cocok untuk karbonisasi batubara. Dengan telah diperoleh data tentang karakteristik rotary kiln dan tunnel kiln untuk karbonisasi batubara berbutir kecil dan data proses optimal karbonisasi batubara nut (ukuran butir 5-10 cm) pada kegiatan sebelumnya, maka sistem karbonisasi batubara yang optimal adalah karbonisasi batubara menggunakan rotary kiln dilengkapi siklo burner, pada temperatur 900 o C, selama 2 jam Pembriketan Kokas Kokas butiran hasil karbonisasi dengan nilai kalor di atas kkal/kg dijadikan bahan baku pembuatan kokas pengecoran. Kokas tersebut dibriket menggunakan bahan pengikat aspal sebanyak 12,5% berat dan dibriket dengan mesin briket tipe silinder dan tipe double roll. Kondisi proses pembriketan ini adalah kondisi optimal yang telah diperoleh pada kegiatan sebelumnya. Kegiatan pembuatan briket kokas terlihat pada gambar 5.6 dan

33 Gambar 5.6. Penggerusan Kokas Butiran (Berupa Briket Kokas) Gambar 5.7, Briket Kokas Bentuk Silinder Rekarbonisasi Briket kokas yang diperoleh harus direkarbonisasi atau dikarbonisasi ulang agar diperoleh kokas briket yang kuat dan dapat digunakan sebagai kokas pengecoran. Karbonisasi ulang terhadap briket kokas berlangsung dalam tunnel kiln dimana briket kokas ditempatkan tube tahan panas secara mendatar. Tube tersebut ditempatkan dalam lori yang selanjutnya dipanaskan dalam tunnel kiln.kondisi operasi tunnel kiln sama dengan operasi optimal yang diperoleh pada kegiatan sebelumnya yaitu temperatur 900 o C selama 4 jam. Produk kokas pengecoran dalam bentuk kokas briket terlihat pada gambar 5.8. Kapasitas produksi tunnel kiln mencapai kg/batch (4jam). Pada kegiatan tahun 2010, bahan bakar rekarbonisasi diupayakan dibaganti dengan batubara serbuk melalui penggantian burner kerosin menjadi burner siklon batubara (siklo burner). Pemasangan siklo burner ditempatkan pada salah satu sisi dinding tunnel kiln, yaitu sebelah kiri. Tunnel kiln yang telah diapasang siklo burner terlihat pada gambar 5.4.Ujicoba operasi rekarbonisasi pada tunnel kiln berbahan bakar batubara terlihat belum memberikan hasil yang optimal sesuai target operasi. Kekurang sempurnaan operasi terjadi karena beberapa hal, antara lain : sistem pengumpanan serbuk batubara pada ruang bakar masing belum lancar, batubara serbuk kurang kering, distribusi pasokan panas pada ruang tunnel kiln belum merata. Beberapa kekurang smpurnaan tersebut berakibat pada rendahnya temperatur ruang bakar tunnel kiln, hanya mencapai 790 o C. Rekarbonisasi pada temperatur tersebut dan kurang meratanya distribusi temperatur telah menghasilkan kokas pengecoran yang belum memenuhi standar, seperti terlihat pada tabel

34 Rendahnya mutu kokas pengecoran hasil rekarbonisasi berbahan bakar batubara serbuk diindikasikan karena adanya kebocoran pada tube tempat briket kokas. Kemungkinan lainnya adalah proses rekarbonisasi terlalu lama akibat dari temperatur yang berfluktuasi. Indikasi tersebut terlihat pada kadar abu yang meningkat besar dibanding kadar abu kokas hasil karbonisasi batubara (tabel 5.5). Jika rekarbonisasi berlangsung normal maka kadar abu kokas pengecoran hasil rekarbonisasi maksimal 6%, namun terlihat hasil yang diperoleh telah mencapai lebih dari 10%. Hal tersebut akan menurunkan nilai kalor sehingga jauh berkurang dari kkal/kg. Tabel 5.5. Hasil Analisa Kokas Pengecoran Berbahan Bakar Batubara Serbuk No Sample Kadar Air %,adb Kadar Abu, adb Kadar Zat Terbang % adb, Kadar Karbon padat, %,adb Nilai kalor, kkal/kg,adb 1 Tempuhan 1 5,37 11,35 3,31 79, Tempuhan 2 5,48 11,37 4,84 78, Tempuhan 3 4,03 12,15 2,32 81, Atas dasar kekurang sempurnaan rekarbonisasi dengan bahan bakar batubara tersebut di atas, maka proses rekarbonisasi selanjutnya masih digunakan bahan bakar minyak tanah. Kokas pengecoran yang diperoleh mempunyai kualitas seperti terlihat pada tabel 5.6. Kokas pengecoran yang diperoleh terlihat pada gambar 5.8. Gambar 5.8. Kokas Pengecoran Dalam Bentuk Kokas Briket 25

35 5.1.5.Pengujian Mutu Kokas Produk kokas pengecoran yang diperoleh dianalisa sesuai spesifikasi kokas pengecoran. Kegiatan analisa fisik berupa uji drop shatter test terlihat pada gambar 5.9. Hasil analisa terlihat pada tabel 5.6. Gambar 5.9. Pengujian Drop Shatter Tabel 5.6. Analisa Kokas Pengecoran No Bentuk Kokas Kadar air, % adb Abu, % adb Zat terbang, % adb Karbon padat, % adb Sulfur total, % adb Nilai kalor, kkal/kg adb Tumbler, % Drop Shatter, +2inci,% 1 Silinder 3,6 4,7 1,75 89,95 0, ,67 91,26 2 Prisma 4,33 6,66 1,50 87,51 0, Berdasarkan tabel 5.6., spesifikasi kokas pengecoran hasil penelitian menunjukan kualitas yang baik. Kokas pengecoran Kokas pengecoran bentuk prisma hanya mempunyai besar butir kurang dari 4 inci sehingga tidak dilakukan uji fisik tumbler dan drop shatter karena metode analisa ASTM menghendaki diameter butir kokas minimal 4 inci. Namun demikian, untuk sekedar melihat kecenderungan perubahan fisik uji tumbler tetap dilakukan. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa ikatan antar partikel kokas cukup kuat, terbukti dari perubahan besar butiran kokas yang cukup kecil, yaitu hanya berubah sekitar 20%. Meskipun ukuran ini bukan standar, tetapi menunjukan kekuatan fisik kokas yang baik. Jika dibandingkan dengan hasil kegiatan sebelumnya, mutu kokas pengecoran yang diperoleh telah meningkat. Drop shatter sebelumnya hanya mencapai 87 % dan tumbler hanya mencapai 69%. Peningkatan tersebut antara lain berasal dari pembentukan adonan briket yang lebih sempurna. 26

36 Dengan telah diperoleh data tentang karakteristik rotary kiln untuk karbonisasi batubara dan data proses optimal pembriketan kokas serta rekarbonisasi kokas briket yang telah diperoleh pada kegiatan sebelumnya, maka sistem proses pembuatan kokas pengecoran dari batubara non coking dapat ditulis sebagai berikut : a. Karbonisasi batubara menggunakan rotary kiln dilengkapi siklo burner, pada temperatur 900 o C, selama 2 jam, b. Pembriketan kokas menggunakan mesin briket hidrolik pada tekanan pembriketan 200 kg/cm 2, c. Rekarbonisasi briket kokas menggunakan tunnel kiln dengan menempatkan briket kokas pada tube tahan panas secara horizontal, pada temperatur 900 o C, selama 4 jam. 5.2 Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil Dalam rangka menerapkan hasil penelitian dan pengembangan kokas dari batubara non coking Indonesia pada produksi riil perlu dibuat design dari peralatan produksi yang dapat dipahami para pemangku kepentingan. Untuk hal tersebut, perlu dibuat design peralatan produksi kokas pada kapaitas ton per tahun atau 10 ton per hari, sebagai berikut : a. Kapasitan Produksi : 10 Ton / Hari Perancangan peralatan pembuatan kokas untuk industri pengecoran (foundry coke) dari bahan baku dan bahan bakar batubara akan beroperasi secara kontinyu dengan kapasitas 10 ton/hari. Pemilihan kapasitas tersebut berdasarkan kebutuhan minimal dari suatu sentra pengecoran logam. b. Waktu Operasi Basis operasi yang digunakan sebagai referensi design adalah: Hari operasi/tahun : 300 Jam operasi/hari : 20 c. Spesifikasi Bahan Baku Bahan baku utama yang akan digunakan dalam proses pembuatan kokas dalam rancangan saat ini adalah batubara dari perusahaan Kalimantan Selatan atau lainnya. Pemilihan jenis batubara yang digunakan sebagai bahan baku telah diuji coba di pilot plant dengan spesifikasinya sebagai berikut: 27

37 Tabel Spesifikasi Bahan Baku No. Properties Spesifikasi Tipikal Hasil Kadar Air Kadar Abu Zat Terbang Karbon Padat Kadar Sulfur Total Nilai Kalor Indeks Muai Bebas Ukuran butir Max 20% Max 1% 40 45% Min 39% Max 1% Sesuai batubara >4 0,5 2,5 cm asal 20% 0.61% 40.82% 39.13% 0.51% 5551 kkal/kg d. Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan berupa kokas untuk industri pengecoran (foundry coke) dengan spesifikasi sebagai berikut: No. Properties Spesifikasi Tipikal Hasil Max 5% Max 5% Max 3% Min 90% kkal/kg 2 % 0.61% 2 % 96 % kkal/kg Kadar Air Kadar Abu Zat Terbang Karbon Padat Nilai Kalor Bentuk & Dimensi -Bentuk -Diameter -Tinggi -Berat per butir Silinder 4 Inch 4 Inch 1 kg Berhubungan pada pelaksanaan pengadaan dan jasa untuk Pembuatan Design Peralatan Utama Skala Kecil terdapat kekurang sempurnaan administrasi maka kegiatan tersebut tidak dapat terlaksana. Dengan demikian keluaran berupa Design Peralatan Utama Skala Kecil untuk pembuatan kokas dari batubara non coking belum terealisasi Sosialisasi Produksi dan Sosialisasi Pemanfaatan Kokas Dasar Sosialisasi Sesuai arahan Sekretaris Badan Litbang ESDM pada acara sinkronisasi kegiatan litbang tahun 2009 bahwa hasil litbang yang telah selesai maupun yang sedsang dikerjakan harus diinformasikan kepada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi. Arahan tersebut diperkuat dengan perintah Kepala Badan Litbang pada rapat pimpinan di lingkungan Balitbang ESDM di bandung pada tanggal 31 Mei Sejalan dengan arahan tersebut, maka salah satu kegiatan dalam kegiatan pengembangan prototype plant kokas berbahan bakar 28

38 batubara pada tahun 2010 adalah Sosialisasi Produksi dan Sosialisasi Pemanfaatan Kokas. Kegiatan tersebut telah tertuang dalam Rencana Operasional Tim Pengembangan Prototype Plant Kokas Berbahan Bakar Batubara Tahun 2010, terutama dalam ruang lingkup kegiatan dan uraian lembar kerja. Sasaran utama sosialisasi produksi dan pemanfaatan kokas adalah menumbuhkan minat produksi dan minat pemanfaatan kokas dari batubara Indonesia bagi pemangku kepentingan. Realisasi sosialisasi tersebut dengan cara memaparkan dalam suatu pertemuan yang dikordinir oleh instansi daerah pengguna atau mendatangi para calon investor agar timbul pemahaman lengkap tentang kokas dari batubara Indonesia. Bila perlu disebarkan leaflet kepada para calon konsumen kokas termasuk keekonomian saat ini. Pelaksanaannya dapat meminta bantuan kepada asosiasi konsumen atau Dinas Perindustrian Daerah. Pada sosialisasi tersebut dipaparkan hasil penelitian, rancangan proses dan keekonomian saat ini tentang usaha kokas. Sosialisasi produksi dan sosialisasi pemanfaatan kokas bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang sistem produksi dan pemanfaatan kokas dari batubara Indonesia terutama kokas pengecoran dalam bentuk kokas briket. Diharapkan dengan sosialisasi tersebut akan timbul pemahaman dari para pemangku kepentingan tentang kemungkinan pembuatan dan pemanfaatan kokas dari batubara Indonesia. Realisasi kegiatan dengan cara memberikan presentasi kepada pemangku kepentingan atau memberikan leaflet/dikirim via surat atau atau memasang di web Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Sosialisasi berupa paparan dan pameran hasil litbang kokas merupakan bagian yang cukup penting dari kegiatan pengembangan prototype plant kokas berbahan bakar batubara. Pada sosialasasi tersebut akan diperoleh informasi umpan balik (feed back) yang merupakan penilaian masyarakat dan dapat dijadikan bahan inspirasi untuk inovasi proses lanjutan dalam rangka memperbaiki unjuk kerja produk. Demikian pula pemahaman masyarakat akan upaya pemenuhan kokas dari sumberdaya alam dalam negeri semakin meningkat demi kelancaran pasokan kokas kepada para pengguna akan lebih terjamin Pelaksanaan Sosialisasi Sosialisasi produksi dan sosialisasi pemanfaatan kokas dilaksanakan di empat lokasi yaitu Sidoarjo, Jawa Timur; Yogyakarta, DIY; Tegal, Jawa Tengah dan Semarang, Jawa Tengah; Palimanan, Jawa Barat dan Jakarta, DKI. Pada kegiatan tersebut telah dipaparkan hasil kegiatan litbang kokas dari batubara Indonesia yang meliputi latar 29

39 belakang, teori pembuatan kokas secara singkat, kualitas hasil percobaan dan hasil ujicoba pemanfaatan kokas pada kegiatan pengecoran logam. Disamping itu, dipaparkan pula hasil litbang siklo burner dan karbon aktif mengingat wilayah Sidoarjo, Semarang dan Tegal merupakan sentra industri padat energi dan memerlukan penanganan limbah industri antara lain dengan karbon aktif Sosialisasi di Sidoarjo Sosialisasi produksi dan sosialisasi pemanfaatan kokas dilaksanakan di ruang rapat kantor Pemda Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pelaksana kegiatan terdiri 8 (delapan) personil yaitu Suganal, Stefano Munir, Wahid Supriatna, Didi Heryadi, Toton SK, Ika Monika, Paidi dan Sumaryono. Pada kegiatan tersebut telah dipaparkan hasil kegiatan litbang kokas dari batubara Indonesia yang meliputi latar belakang, teori pembuatan kokas secara singkat, kualitas hasil percobaan dan hasil ujicoba pemanfaatan kokas pada kegiatan pengecoran logam. Personil pelaksana ditambah dua orang dari rencana pada lembar kerja dalam Rencana Operasional mengingat perlu kordinasi di lokasi yang cukup intensif. Disamping itu, dipaparkan pula hasil litbang siklo burner dan karbon aktif mengingat Sidoarjo merupakan sentra industri padat energi dan memerlukan penanganan limbah industri antara lain dengan karbon aktif. Peserta sosialisasi yang hadir mencapai 30 orang yang umumnya para pengusaha UMKM dan aparat pemerintah yang membidangi industri dan energi.. Gambar Pelaksanaan Sosialisasi di Sidoarjo Berdasarkan hasil paparan kepada para pengusaha dan aparat Pemda Sidoarjo yang membidang industri dan perdagangan terdapat respon yang cukup baik tentang litbang 30

40 kokas, penggunaan batubara pada industri, penggunaan karbon aktif pada industri dan cara produksinya, yaitu, a. Pihak Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan dan energi dan Sumberdaya Mineral sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat dalam industri dan energi mendapat wawasan baru tentang permasalahan pembuatan dan pemanfaatan kokas, karbon aktif dan upaya pengurangan biaya energy dalam suatu proses produksi b. Pihak Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan dan energi dan Sumberdaya Mineral akan menjadi mediator antara peneliti tekmira denagn masyarakat industri Sidoarjo dalam hal penerapan hasil litbang, c. Para pelaku industri secara umum antusias melaksanakan penerapan hasil litbang, namun masih terdapat keraguan dalam jaminan pasokan batubara sebagai bahan baku maupun bahan bakar termasuk kekawatiran terhadap penanganan abu batubara yang diindikasikan termasuk limbah B3 oleh masyarakat awam. d. Secara tidak langsung, sosialisasi hasil litbang tersebut merupakan penjelasan tentang berita berita yang kurang memihak pemanfaatan batubara yang sering dianggap kurang ramah lingkungan Pameran Teknologi Tepat Guna di DIY Dalam rangka mensosialisasikan, mempromosikan, dan menyebarluaskan informasi kemampuan hasil litbangnya khususnya yang berkaitan dengan teknologi tepat guna, Puslitbang tekmira di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM telah mengikuti pameran Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional XII, bertempat di Grand Bima Hall Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta pada tanggal September Gambar Stand tekmira pada pameran TTG Yogyakarta 31

41 Puslitbang tekmira pada ajang Gelar TTG Nasional ke-xii yang mengusung tema Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk mewujudkan Kesejahteraan Rakyat kali ini menampilkan produk hasil litbang tekmira diantaranya Pembakar Siklon berbahan bakar batubara, Pupuk Majemuk berbasis mineral, Dapur Briket Batubara, Desain Tungku Briket Batubara, Karbon Aktif dari batubara, serta beberapa sampel produk hasil litbang. Puslitbang tekmira disela-sela kegiatan pameran TTG berkesempatan pula menyerahkan produk hasil litbang berupa Pupuk Majemuk, Kokas Silinder Batubara, Kokas Briket Batubara, Karbon Aktif Batubara, Briket Bio Batubara, Briket Batubara, dan Kompor Briket kepada Pos Pelayanan Masyarakat dan Desa, Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam Negeri. Penyerahan secara simbolis diberikan oleh Koordinator Kelompok Litbang Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara, Ir. Suganal. Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional merupakan kegiatan nasional tahunan yang menampilkan inovasi teknologi dan produk produk terbaru yang sangat membantu kegiatan masyarakat sekaligus sebagai sarana investasi dan promosi. Pameran diikuti oleh sekitar 386 stand peserta yang merupakan perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia yang akan menampilkan kreasi dan inovasi teknologi dan produk-produk terbaru yang berguna bagi masyarakat. Maksud diselenggarakannya Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional adalah sebagai langkah strategis dalam penyebarluasan informasi berbagai teknologi yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat serta untuk menggali gagasan pemikiran dalam rangka penyusunan kebijakan penerapan dan pengembangan TTG dalam upaya pemberdayaan masyarakat di masa mendatang. Sedangkan tujuan diselenggarakannya Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional diantaranya : Memperkenalkan berbagai jenis Teknologi Tepat Guna (TTG) dan produksinya secara visual kepada masyarakat, sehingga masyarakat memperoleh informasi yang cukup untuk menetapkan pilihan. Menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang perkembangan dan kemajuan teknologi serta manfaatnya dalam rangka peningkatan mutu dan kuantitas produksi di berbagai sektor usaha. Memantapkan program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan dan penerapan TTG. Meningkatkan jangkauan pemasaran produk unggulan masyarakat dari lingkup lokal menuju regional bahkan internasional. 32

42 Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi dan lain sebagainya dalam pengembangan dan penerapan TTG. Terbentuknya persamaan persepsi dan komitmen antara semua unit terkait dalam mendukung upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pameran dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Rabu (22/09) mewakili Presiden Republik Indonesia yang berhalangan hadir. Acara pembukaan tersebut juga dihadiri pula oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, serta seluruh jajaran di lingkungan Pemprov DIY, para gubernur dan ketua DPRD, Bupati / walikota beserta ketua DPRD kab/kota se-indonesia dan peserta TTG Nasional XII. Dalam sambutannya Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono berharap agar penyelenggaraan gelar TTG Nasional kali ini dapat mendorong untuk dapat melakukan inovasi, menguasai teknologi, dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat luas. Gambar 5.12 Menko Perekonomian Meninjau Stand Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Selanjutnya Presiden mengatakan bahwa Gelar TTG Nasional XII kali ini mengambil tema Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Tema ini dinilai sangat tepat dan relevan dengan upaya besar kita untuk meningkatkan peran teknologi sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui tema ini presiden mengajak kita semua untuk menyamakan persepsi, menyatukan langkah dan memantapkan koordinasi bagi peningkatan penguasaan dan pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung transformasi perekonomian nasional, menuju pada perekonomian yang maju berbasis pada keunggulan kompetitif. 33

43 Presiden menjelaskan, sebagaimana kita ketahui bersama, kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi hingga tahun 2014 mendatang, ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa, serta memperkokoh pondasi perekonomian nasional, kebijakan, arah, dan seluruh tugas pembangunan yang telah dituangkan ke dalam RPJMN Pada bidang ekonomi, sasaran yang harus dicapai antara lain pertumbuhan ekonomi rata-rata meningkat pada kisaran 6,3-6,8 persen pertahun, dengan mengedepankan prinsip pembangunan berkeadilan (growth with equity). Kemajuan pembangunan ekonomi kita gulirkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, harus diikuti dengan target menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga 5 6 persen, dan kemiskinan hingga 8 10 persen ditahun Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga ditujukan untuk agar kita makin dapat berperan aktif dalam ikut menentukan arah perekonomian dunia dengan memanfaatkan keanggotaan kita pada forum G-20 kita suarakan kepentingan Negaranegara berkembang, papar SBY. Untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi hingga tahun 2014 mendatang, maka kebijakan ekonomi serta kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi harus terintegrasi dan selaras dengan upaya peningkatan daya saing nasional. Negara kita dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar dan beragam. Diakhir sambutannya SBY mengajak kepada para inventor dan innovator untuk terus berkreasi dan berinovasi. Berikan dukungan yang nyata bagi pengembangan teknologi tepat guna yang sesuai dengan permintaan masyarakat, cermati kebutuhan specific masyarakat bagi pengembangan usaha utamanya untuk mendukung pengembangan perekonomian wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat local. Manfaatkan berbagai dukungan dan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Kepada para gubernur, bupati dan walikota, Presiden SBY berpesan untuk memberikan ruang agar teknologi tepat guna dapat terus berkembang dan didaya gunakan masyarakat diberbagai pelosok tanah air. Fasilitasi tumbuh dan berkembangnya daya inovasi di wilayah masing-masing. Tingkatkan keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga penelitian. 34

44 Mari kita tingkatkan koordinasi, sinergi, integrasi dan sinkronisasi dalam memperluas akses masyarakat pada pemanfaatan TTG. Berikan dukungan pelayanan teknis dan informasi, fasilitasi aktivitas orientasi dan promosi, mari kita efektifkan peran pos pelayanan TTG disetiap kecamatan, demikian pesan SBY. Selama pameran teknologi tepat guna berlangsung juga dilaksanakan Lokakarya dan Rapat Koordinasi Teknis Nasional untuk membahas program Gelar TTG Nasional dua tahun ke depan dan menetapkan tahun 2011 Gelar TTG Nasional akan dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tenggara serta di Provinsi Kepualauan Riau sebagai tuan rumah tahun Kami harapkan hasil Lokakarya TTGN ke-12 harus ada komitmen institusi Pemberdayaan Masyarakat Desa dan lintas pelaku lainnya di daerah. TTG harus ditindak lanjuti dengan program prioritas yang dirancang dan dilaksanakan secara sinergi dengan segenap lintas pelaku terkait. Inisiatif daerah merupakan unsur kunci keberhasilan upaya kita dalam mengembangkan dan pemasyarakatan TTG, guna mendukung pembangunan di daerah masing-masing, kata Menteri Dalam Negeri RI Gamawan Fauzi dalam sambutan tertulisnya. Sementara dalam sambutan penutupan pameran GTTGN melalui Wakil Gubernur DIY Paku Alam IX, di Arjuna Hall Gedung Jogya Expo Center (JEC), Minggu (26/09), menyampaikan himbauannya untuk memberdayakan masyarakat agar mampu memanfaatkan teknologi tepat guna, dalam rangka untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produk, bernilai tambah dan berdaya saing, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Ayip Mucflih, SH.MSi dari Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Desa, selama pameran GTTG yang dilaksanakan di Yogyakarta ini, telah berhasil transaksi sebesar Rp. 100 milyar. Ada yang pesan alat produk yang dipamerkan. Ini menunjukkan adanya keinginan masyarakat untuk mewujudkan TTG guna meningkatkan kesejahteraan rakyat, terangnya. Dari 33 provinsi peserta pameran kali ini, banyak yang menghasilkan teknologi tepat guna baru yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karenanya diharapkan, peserta pameran yang membuat alat teknologi tepat guna baru, bisa mempunyai hak panten, tidak hanya penghargaan. Pameran GTTGN telah mampu menyedot perhatian sekitar 7000 orang. Hal 35

45 ini menunjukkan bahwa masyarakat antusias ingin melihat dan bertanya langsung kepada pembuat produk. ***DPJ & HUMAS Ro UHP Provinsi DIY Berdasarkan hasil pameran kepada para masyarakat yang meliputi pengusaha, kalangan akademisi, dan aparat Pemda se Indonesia yang membidang industri dan perdagangan terdapat respon yang cukup baik tentang litbang kokas, penggunaan batubara pada industri, penggunaan karbon aktif pada industri dan cara produksinya. Banyak pula info yang masih cukup negatif tentang abu batubara yang dikategorikan limbah B3. Pada kesempatan pameran telah dijelaskan cukup rinci dan sebagian memahami Sosialisasi di Tegal Sosialisasi produksi dan sosialisasi pemanfaatan kokas dilaksanakan di Lingkungan Industri Kecil, Cempaka, Dampyak, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Pelaksana kegiatan terdiri 9 personil yaitu Suganal, Yenny Sofaety, Toton SK, Darsa Permana, Wahid Supriatna, Didi Heryadi, Ika Monika, Sri Atmini dan Giman Rustomo. Personil pelaksana ditambah lima orang dari rencana pada lembar kerja dalam Rencana Operasional mengingat perlu kordinasi di lokasi yang cukup intensif. Pada kegiatan tersebut telah dipaparkan hasil kegiatan litbang kokas dari batubara Indonesia yang meliputi latar belakang, teori pembuatan kokas secara singkat, kualitas hasil percobaan dan hasil ujicoba pemanfaatan kokas pada kegiatan pengecoran logam, serta tinjauan ekonomi produksi kokas pengecoran. Berhubung wilayah Kabupaten Tegal merupakan sentra industri padat energi, pada kesempatan yang sama juga dipaparkan hasil litbang karbon aktif dan siklo burner. Peserta sosialisasi yang hadir mencapai 30 orang yang umumnya para pengrajin logam, industri kecil makan dan aparat pemerintah yang membidangi industri dan energi. Gambar Pembukaan oleh Kepala Dinas Perindutrian dan Perdagangan Kab. Tegal Gambar Penyerahan Kenang Kenangan 36

46 Gambar Paparan materi sosialisasi Gambar Pelaksanaan sosialisasi Gambar Poster Sosialisasi Berdasarkan hasil paparan kepada para pengusaha dan aparat Pemda Tegal yang membidang industri dan perdagangan terdapat respon yang cukup baik tentang litbang kokas, penggunaan batubara pada industri, penggunaan karbon aktif pada industri dan cara produksinya, yaitu, a. Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat dalam industri dan energi mendapat wawasan baru tentang permasalahan pembuatan dan pemanfaatan kokas, karbon aktif dan upaya pengurangan biaya energi dalam suatu proses produksi b. Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan menjadi mediator antara peneliti tekmira dengan masyarakat industri Kabupaten Tegal dalam hal penerapan hasil litbang, c. Para pelaku industri secara umum antusias melaksanakan penerapan hasil litbang, namun masih terdapat keraguan dalam jaminan pasokan batubara sebagai bahan baku maupun bahan bakar termasuk kekawatiran terhadap penanganan abu batubara. Harga eceran batubara tidak dipersoalkan karena mereka telah yakin lebih murah. d. Secara tidak langsung, sosialisasi hasil litbang tersebut merupakan penjelasan tentang berita berita yang kurang memihak pemanfaatan batubara yang sering dianggap kurang ramah lingkungan. 37

47 e. Masyarakat IKM masih ingin melihat secara nyata penggunaan yang telah sukses, sehingga perlu diberikan perangkat penggunaan batubara di sentra IKM, antara lain Adiwerna Sosialisasi di Semarang Sosialisasi produksi dan sosialisasi pemanfaatan kokas dilaksanakan di Kantor Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Jawa Tengah di Semarang. Pelaksana kegiatan terdiri 9 (sembilan) personil yaitu Suganal, Paidi, Toton SK, Darsa Permana, Wahid Supriatna, Didi Heryadi, Ika Monika, Yenny Sofaeti dan Soemarjono. Personil pelaksana ditambah 3 (tiga) orang dari rencana pada lembar kerja dalam Rencana Operasional mengingat perlu kordinasi di lokasi yang cukup intensif. Pada kegiatan tersebut telah dipaparkan hasil kegiatan litbang kokas dari batubara Indonesia yang meliputi latar belakang, teori pembuatan kokas secara singkat, kualitas hasil percobaan dan hasil ujicoba pemanfaatan kokas pada kegiatan pengecoran logam, serta tinjauan ekonomi produksi kokas pengecoran. Berhubung wilayah Kabupaten Semarang juga merupakan sentra industri padat energi, pada kesempatan yang sama juga dipaparkan hasil litbang karbon aktif dan siklo burner. Peserta sosialisasi yang hadir mencapai 25 (dua puluh lima) orang yang umumnya para pengrajin logam, pengrajin industri makanan dan aparat Pemerintah yang membidangi industri, energi dan lingkungan hidup. Gambar Pembukaan oleh Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Tengah dan Pelaksanaan Paparan Sosialisasi Gambar Penyerahan Kenang Kenangan Berdasarkan hasil paparan kepada para pengusaha dan aparat Pemda Propinsi Jawa Tengah yang membidang pertambangan, energi dan lingkungan hidup terdapat respon yang cukup baik tentang litbang kokas, penggunaan batubara pada industri, penggunaan karbon aktif pada industri dan cara produksinya, yaitu, 38

48 a. Pihak Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Tengah sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat dalam industri, pertambangan dan energi mendapat wawasan baru tentang permasalahan pembuatan dan pemanfaatan kokas, karbon aktif dan upaya pengurangan biaya energi dalam suatu proses produksi. b. Pihak Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral akan menjadi mediator antara peneliti tekmira dengan masyarakat industri Propinsi Jawa Tengah dalam hal penerapan hasil litbang, c. Para pelaku industri secara umum antusias melaksanakan penerapan hasil litbang, namun masih terdapat keraguan dalam jaminan pasokan batubara sebagai bahan baku maupun bahan bakar termasuk kekawatiran terhadap penanganan abu batubara. Harga eceran batubara tidak dipersoalkan karena mereka telah yakin lebih murah. d. Secara tidak langsung, sosialisasi hasil litbang tersebut merupakan penjelasan tentang berita berita yang kurang memihak pemanfaatan batubara yang sering dianggap kurang ramah lingkungan Pameran Pada Kongres Perhapi di Jakarta Dalam rangka mensosialisasikan, mempromosikan, dan menyebarluaskan informasi kemampuan hasil litbangnya khususnya yang berkaitan dengan teknologi pemanfaatan batubara dan peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, telah diikutkan pameran hasil litbang kokas dari batubara non coking di Jakarta. Pameran tersebut diselenggarakan bersamaan dengan Kongres Perhapi di Jakarta. Pengunjung pameran cukup antusias dalam mencermati proses produksi kokas hasil litbang Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Hasil pameran akan ditindak lanjuti dengan pembicaraan kemungkinan kerjasama penerapan proses produksi antara PT Tambang Batubara Bukit Asam dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Gambar Pameran Perhapi di Jakarta 39 Gambar Pameran di Jakarta

49 Sosialisasi di Palimanan Sosialisasi produksi dan sosialisasi pemanfaatan kokas dilaksanakan di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara, Palimanan. Pelaksanaan sosialisasi berlangsung bersamaan dengan open house kegiatan litbang Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara pada tanggal 8 Desmber Pelaksana kegiatan terdiri 9 (sembilan) personil yaitu Suganal, Paidi, Toton SK, Darsa Permana, Wahid Supriatna, Didi Heryadi, Ika Monika, Yenny Sofaeti dan Soemarjono. Personil pelaksana ditambah 3 (tiga) orang dari rencana pada lembar kerja dalam Rencana Operasional mengingat perlu kordinasi di lokasi yang cukup intensif. Pada kegiatan tersebut telah dipaparkan hasil kegiatan litbang kokas dari batubara Indonesia yang meliputi latar belakang, teori pembuatan kokas secara singkat, kualitas hasil percobaan dan hasil ujicoba pemanfaatan kokas pada kegiatan pengecoran logam, serta tinjauan ekonomi produksi kokas pengecoran. Selain paparan dalam ruang rapat, para peserta open house berdiskusi langsung di lokasi kegiatan pembuatan kokas dan diperagakan salah satu tahap proses pembuatan kokas, yaitu pembriketan kokas dengan bahan pengikat aspal cair. Peserta sosialisasi yang hadir mencapai sekitar 50 (lima puluh) orang yang umumnya para akademisi dari Universitas Islam Bandung, Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung serta aparat pemerintah yang membidangi industri dan energi Gambar paparan sentra teknologi pemanfaatan batubara Gambar Peragaan Pembuatan kokas Berdasarkan hasil paparan kepada para peserta open house diperoleh respon yang cukup baik tentang litbang kokas, penggunaan batubara pada industri, penggunaan karbon aktif pada industri dan cara produksinya, yaitu, 40

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR Suganal Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira suganal@tekmira.esdm.go.id S A R I Kebutuhan kokas,

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROTOTIPE KOKAS PENGECORAN

PEMBUATAN PROTOTIPE KOKAS PENGECORAN PEMBUATAN PROTOTIPE KOKAS PENGECORAN Oleh : Suganal, Wahid Supriatna, Giman Rustomo, Endang, Nana Sukarna, Paidi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA BANDUNG 2008 Sari Kebutuhan

Lebih terperinci

OPERASI PROTOTYPE PLANT KOKAS. Oleh : Suganal Wahid Supriatna Giman Rustomo Paidi Endang Yuyu

OPERASI PROTOTYPE PLANT KOKAS. Oleh : Suganal Wahid Supriatna Giman Rustomo Paidi Endang Yuyu OPERASI PROTOTYPE PLANT KOKAS Oleh : Suganal Wahid Supriatna Giman Rustomo Paidi Endang Yuyu PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA 2009 Sari Blue Print Pengelolaan Energi Nasional yang merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN PROSPEK KEEKONOMIAN KOKAS PENGECORAN DARI BATUBARA DENGAN KADAR ABU RENDAH KALIMANTAN SELATAN

PEMBUATAN DAN PROSPEK KEEKONOMIAN KOKAS PENGECORAN DARI BATUBARA DENGAN KADAR ABU RENDAH KALIMANTAN SELATAN PEMBUATAN DAN PROSPEK KEEKONOMIAN KOKAS PENGECORAN DARI BATUBARA DENGAN KADAR ABU RENDAH KALIMANTAN SELATAN SUGANAL Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekmira) Jalan Jenderal Sudirman No. 623,

Lebih terperinci

RANCANGAN DASAR PROSES DAN KAJIAN EKONOMI GLOBAL SKALA KOMERSIL PEMBUATAN KOKAS PENGECORAN BATUBARA NON COKING

RANCANGAN DASAR PROSES DAN KAJIAN EKONOMI GLOBAL SKALA KOMERSIL PEMBUATAN KOKAS PENGECORAN BATUBARA NON COKING Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail :Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN ILMIAH KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012 RANCANGAN DASAR PROSES DAN KAJIAN

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL Disusun untuk memenuhi dan syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA Muhammad Yaasiin Salam 1306368394 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 A. POTENSI BIJI BESI DI INDONESIA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Effek Prilaku Briket Kokas Dengan Menggunakan Material Perekat Berbasis Dapat Diperbaharui

Kaji Eksperimental Effek Prilaku Briket Kokas Dengan Menggunakan Material Perekat Berbasis Dapat Diperbaharui Kaji Eksperimental Effek Prilaku Briket Kokas Dengan Menggunakan Material Perekat Berbasis Dapat Diperbaharui Khairil 1,a*, Mahidin 2, Iskandar 3 dan Ibrahim 4 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur F.4 Drs. Hasnedi, M.Si. BadanPengkajiandanPenerapanTeknologi 2012 LATAR BELAKANG Keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dunia maupun Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat bahwa produksi minyak Nasional 0,9

Lebih terperinci

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH Ikin Sodikin Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara ikin@tekmira.esdm.go.id S

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

STUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN

STUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 STUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN 1 Yayat Iman Supriyatna, 2 Muhammad

Lebih terperinci

1.2 Tujuan - Mengetahui alur proses produksi kokas batubara (coke)

1.2 Tujuan - Mengetahui alur proses produksi kokas batubara (coke) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga.kokas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PEMBUATAN BRIKET BATUBARA NONKARBONISASI SKALA KECIL DARI BATUBARA KADAR ABU TINGGI

RANCANGAN PROSES PEMBUATAN BRIKET BATUBARA NONKARBONISASI SKALA KECIL DARI BATUBARA KADAR ABU TINGGI RANCANGAN PROSES PEMBUATAN BRIKET BATUBARA NONKARBONISASI SKALA KECIL DARI BATUBARA KADAR ABU TINGGI SUGANAL Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekmira) Jl. Jenderal Sudirman No. 6, Bandung email

Lebih terperinci

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji 1 Uji 2 Uji 3 1. Kadar Air (%) 4,5091 4,7212 4,4773 5,3393 5,4291 5,2376 4,9523 2. Parameter Pengujian Kadar

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

UJI KUALITAS BRIKET KOKAS OMBILIN PADA PROSES PELEBURAN BESI MENGGUNAKAN KUPOLA

UJI KUALITAS BRIKET KOKAS OMBILIN PADA PROSES PELEBURAN BESI MENGGUNAKAN KUPOLA J.Ilm.Tek.Energi Vol. 1 No. 10 Februari 2010: 58-69 UJI KUALITAS BRIKET KOKAS OMBILIN PADA PROSES PELEBURAN BESI MENGGUNAKAN KUPOLA Bambang Suwondo Rahardjo Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

KODE : F2.39. Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Untuk Membuat Semi-Kokas Dengan Penambahan Bahan Hidrokarbon

KODE : F2.39. Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Untuk Membuat Semi-Kokas Dengan Penambahan Bahan Hidrokarbon KODE : F2.39 Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Untuk Membuat Semi-Kokas Dengan Penambahan Bahan Hidrokarbon Peneliti/Perekayasa: Ir. Darmawan, MSc Ir. Trisaksono BP, MEng Iman, ST,MT Fusia Mirda Yanti,S.Si

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan I. Pendahuluan Dewasa ini harga bahan bakar minyak dunia cenderung

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0 KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0 Handri Anjoko, Rahmi Dewi, Usman Malik Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini menguraikan secara rinci langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian agar terlaksana secara sistematis. Metode yang dipakai adalah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING TUGAS AKHIR PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING, MEDIUM TEMPERING DAN HIGH TEMPERING PADA MEDIUM CARBON STEEL PRODUKSI PENGECORAN BATUR-KLATEN TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arang Arang adalah residu yang berbentuk padat hasil pada pembakaran kayu pada kondisi terkontrol. Menurut Sudrajat (1983) dalam Sahwalita (2005) proses pengarangan adalah pembakaran

Lebih terperinci

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) 1 Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan bahan bakar padat berbasis eceng gondok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ketergantungan terhadap kokas pengecoran impor mengakibatkan industri kecil pengecoran besi sering mengalami kesulitan karena terganggunya pasokan kokas impor. Jumlah

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses dan Non Dylla Chandra Wilasita (2309105020) dan Ragil Purwaningsih (2309105028) Pembimbing:

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma

Lebih terperinci

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (2), 2006, h. 87-92 Pengolahan Pellet Bijih Besi Halus menjadi Hot Metal di dalam Kupola Adil Jamali dan Muhammad Amin UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jln. Ir. Sutami

Lebih terperinci

PERBAIKAN PERAMUAN BAHAN BAKU PELEBURAN BESI COR KELABU PADA TANUR TUNGKIK. Oleh: Soedihono. Staf Pengajar Politeknik Manufaktur Bandung,

PERBAIKAN PERAMUAN BAHAN BAKU PELEBURAN BESI COR KELABU PADA TANUR TUNGKIK. Oleh: Soedihono. Staf Pengajar Politeknik Manufaktur Bandung, PERBAIKAN PERAMUAN BAHAN BAKU PELEBURAN BESI COR KELABU PADA TANUR TUNGKIK Oleh: Soedihono Staf Pengajar Politeknik Manufaktur Bandung, Direktur Politeknik Manufaktur Ceper ABSTRAK Besi cor kelabu penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat populer hingga saat ini, beton telah dipakai secara luas sebagai bahan konstruksi baik pada konstruki skala

Lebih terperinci

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON Stefano Munir, Ikin Sodikin, Waluyo Sukamto, Fahmi Sulistiohadi, Tatang Koswara Engkos Kosasih, Tati Hernawati LATAR BELAKANG Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Vol. 2, 2017 Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Muhammad Gunara Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jl.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET 6.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum proses mixing dan analisa hasil mixing melalui uji pembakaran dengan

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan program dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu : 1. Pengambilan bahan baku sampah kebun campuran Waktu : 19 Februari 2016

Lebih terperinci

Pembuatan Briket Batubara

Pembuatan Briket Batubara Pembuatan Briket Batubara LAPORAN TETAP TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA Pembuatan Briket Batubara Ukuran 170 Mesh Karbonisasi dan Non Karbonisasi dengan Komposisi 80% Batubara, 10% Sekam dan 10% Tapioka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif Siska Titik Dwiyati, MT, Ahmad Kholil, MT Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN Ramang Magga Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang lndonesia yang memiliki cadangan batubara yang cukup banyak, ternyata masih mengimpor kokas untuk bahan bakar pada industri pengewran logam baik di industri kecil rnaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah No Parameter Pengujian Hasil Uji Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata 1. Berat Awal Bahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran Pencampuran

Lebih terperinci

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Integrated Steel Mill (ISM) adalah pabrik berskala besar yang menyatukan peleburan besi (iron smelting) dan fasilitas pembuatan baja (steel making), biasanya berbasis

Lebih terperinci

Empat Puluh Tahun Pengabdian

Empat Puluh Tahun Pengabdian 2 Empat Puluh Tahun Pengabdian 9 Penelitian Pembakaran Batubara Sumarjono Langkah Awal Menjadi Peneliti Perjalanan karier sebagai Peneliti di mulai sejak menjadi Karyawan Harian 1 Desember 1973 di BPTPBG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sentra industri sekarang tidak lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang semakin meningkat sehingga

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN L1.1 DATA PENGAMATAN NILAI KALOR Ukuran Partikel (Mesh) 10 42 60 Tabel L1.1 Data Pengamatan Nilai Kalor Perbandingan Nilai kalor Eceng Gondok : Tempurung Kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1. Kesimpulan 1. Kandungan air bawaan batubara relatif menjadi turun pada setiap penurunan kedalaman dari lapisan bagian atas (roof) menuju lapisan bagian bawah (floor)

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditegaskan oleh BP Plc. Saat ini cadangan minyak berada di level 1,258 triliun barrel

I. PENDAHULUAN. ditegaskan oleh BP Plc. Saat ini cadangan minyak berada di level 1,258 triliun barrel I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah membuktikan bahwa cadangan minyak mulai menyusut sejak tahun lalu; penurunan pertama sejak 1998 yang dipimpin oleh Rusia, Norwegia, dan China. Hal ini ditegaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan ABSTRAK Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, secara berkelanjutan diperlukan material untuk perumahan berupa bahan dinding. Bahan dinding yang umum dipergunakan: bata tanah liat dan blok bahan pasangan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI Nur Aklis Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 37 III. METODE PENELITIAN III.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan abu sekam di Politeknik Negeri Lampung pada tanggal 11 Desember hingga

Lebih terperinci

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL PT. Globalindo Inti Energi merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Fluidisasi Penelitian gasifikasi fluidized bed yang dilakukan menggunakan batubara sebagai bahan baku dan pasir silika sebagai material inert. Pada proses gasifikasinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci