TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah"

Transkripsi

1

2

3 TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2016

4 di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Pembangunan kawasan perdesaan dengan desa-desa yang menjadi wilayah pengembangannya bertujuan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa, pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk itu pada tahun 2015 telah ditetapkan sebanyak 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 kabupaten diantaranya Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan. Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, meliputi 4 desa, yaitu Desa Dawuhan, Sumberejo, Ngadireso, dan Pandansari. Buku ini berisi tentang profil, kebijakan daerah dalam arahan pembangunan dan pengembangan yang beririsan dengan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo. Dalam penyajian informasi kawasan perdesaan ini, pendekatannya melalui data-data per kecamatan dan desa sesuai dengan yang tersedia di lintas sektor. Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi maupun dalam proses penulisan buku ini. Harapan kami semoga sajian informasi Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dapat bermanfaat dalam menunjang perencanaan dan pengambilan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan. Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Informasi Helmiati i

5 ii Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

6 DAFTAR ISI Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Hal. Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penulisan... 3 II. PROFIL KABUPATEN MALANG Letak Geografis, Wilayah administrasi, dan Aksesibilitas Iklim dan Hidrologi Penggunaan Lahan Kependudukan Pendidikan Kesehatan Agama Transportasi dan Komunikasi Perekonomian Pertanian Indeks Pembangunan Desa.. 31 III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN MALANG Kebijakan Strategis Kabupaten Malang Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Malang Kebijakan Pembangunan 43 IV. KAWASAN PERDESAAN PENYANGGA AGROPOLITAN Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo Indeks Pembangunan Desa Kependudukan Pendidikan 52 iii

7 di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang 4.5. Kesehatan Transportasi dan Komunikasi Lembaga Ekonomi Pertanian Peternakan Pengolahan Hasil Pertanian Arahan Pengembangan.. 62 V. PENUTUP. 67 LAMPIRAN.. 69 iv

8 DAFTAR TABEL Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Hal. Tabel 1.1 Struktur data aktifitas 4 Tabel 1.2 Struktur Tabel LQ. 4 Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Tanah di Kabupaten Malang Tahun Tabel 2.2 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Malang. 12 Tabel 2.3 Banyaknya MI, MTs, dan MA serta Murid di Kabupaten Malang 12 Tabel 2.4 Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Malang.. 13 Tabel 2.5 Nilai PDRB Kabupaten Malang Tahun 2010 dan Tabel 2.6 Kontribusi (%) dan Pertumbuhan (%) Nilai PDRB Kabupaten Malang Tahun 2010 dan 2014 Menurut Lapangan Usaha 17 Tabel 2.7 Lembaga Ekonomi Bank dan Koperasi di Kabupaten Malang 19 Tabel 2.8 Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient 20 Tabel 2.9 Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient 23 Tabel 2.10 Luas Panen 10 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient 25 Tabel 2.11 Luas Pengusahaan 7 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient 27 Tabel 2.12 Populasi Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten 29 Malang Tahun 2015 Tabel 2.13 Produksi Perikanan di Kabupaten Malang Tahun Tabel 2.14 Hasil hutan di Kabupaten Malang Tahun Tabel 4.1 Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Poncokusumo.. 51 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Poncokusumo dan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 53 Ketersedian Sarana Kesehatan di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 53 v

9 di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Ketersedian Tenaga Medis di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 54 Lembaga Ekonomi di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan.. 55 Luas Lahan dan Penggunaannya di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 56 Komoditas Unggulan untuk 4 Desa di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan.. 57 Tabel 4.8 Populasi Ternak Besar di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Poncokusumo tahun Tabel 4.9 Populasi Ternak Kecil di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Poncokusumo tahun Tabel 4.10 Tabel 4.11 Populasi Ternak Unggas dan Kelinci di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Poncokusumo tahun Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) Pengolahan Hasil Pertanian di Kecamatan Poncokusumo vi

10 di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 2.1 Luas Tanam (Ha) Komoditas Kentang, Kubis, Jagung per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun Gambar 2.2 Jumlah Pohon Apel dan Durian per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun Gambar 2.3 Luas Tanam (Ha) Kopi Robusta dan Arabika per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun Gambar 2.4 Dimensi IPD 31 Gambar 2.5 IPD 2014 Kabupaten Malang. 32 Gambar 3.1 Peta Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Malang 34 Gambar 4.1 IPD Desa-Desa di Kecamatan Poncokusumo.. 47 Gambar 4.2 Status Perkembangan Desa (IPD 2014) di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropopolitan, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang 50 Gambar 4.3 Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada Sektor Pertanian di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropopolitan, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.. 60 vii

11 di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang 70 Lampiran 2 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.. 70 Lampiran 3 Luas Panen (Ha) Kentang, Kubis, Jagung per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun Lampiran 4 Jumlah Pohon Apel dan Durian per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun Lampiran 5 Luas Tanam (Ha) Kopi Robusta dan Arabika per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun viii

12 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota (Pasal 83 Ayat (1)). Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pihak ketiga yang terkait dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa (Pasal 84 Ayat (1)). Dalam RPJMN arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah (1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografisnya, (2) Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa, (3) Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa, (4) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan (5) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan, pada tahun 2015 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen. PKP) 1 telah menetapkan 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 Kabupaten dan diharapkan akan menjadi lokus dalam pembangunan kawasan perdesaan di tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaan pembangunan di kawasan perdesaan yang telah ditetapkan tersebut 1 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PKP (2015). 1

13 tentunya harus searah dengan kebijakan dan arahan dalam penataan ruang yang ditetapkan di wilayah tersebut. Salah satu kawasan perdesaan yang ditetapkan pada tahun 2015 tersebut adalah Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan tersebut mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 4 desa, yaitu Desa Dawuhan, Sumberejo, Ngadireso, dan Pandansari. Empat desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Poncokusumo sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Malang No. 180/1146/KEP/ /2007 tentang Penetapan Kecamatan Poncokusumo Sebagai Sentra Kawasan Agropolitan. Potensi unggulan yang akan dikembangkan dalam Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan adalah pertanian dengan komoditas kopi, bambu, dan albasia, peternakan sapi potong dan ayam, serta wisata alam dan religi. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat, maka kegiatan penyusunan data dan informasi tentang kawasan perdesaan menjadi penting untuk dilakukan Tujuan Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk menyajikan data dan informasi mengenai Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyajian informasi Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, ruang lingkup pembahasannya meliputi : a. Profil Kabupaten Malang yang meliputi letak wilayah administrasi, letak geografis, dan aksesibilitas, kondisi fisik daerah, dan aspek sosial diantaranya kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, perekonomian (PDRB dan pertumbuhan ekonomi), komoditas yang cukup potensial 2

14 dikembangkan di daerah tersebut diantaranya pertanian, perkebunan, hortikultura, dan peternakan. b. Kebijakan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Malang Metode Penulisan a. Metode Pengumpulan dan Jenis Data yang Dikumpulkan Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan data dan informasi di BPS kabupaten Malang, Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD atau RTRWP/RTRWK) di Bappeda Kabupaten Malang, serta data dan informasi pendukung dari SKPD terkait, Kecamatan Poncokusumo, dan desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari unit-unit kerja di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta didapatkan dari sumber-sumber lain, misalnya dari internet. b. Metode pengolahan data b.1. Location Quotient Data yang diperoleh berupa data sekunder, selanjutnya diolah dengan membuat tabulasi data untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis. Untuk mengetahui pemusatan/basis (aktifitas) digunakan metode analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient/LQ Analysis). Location Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-j terhadap persentase aktifitas total wilayah yang diamati. Analisis LQ dilakukan terhadap pengusahaan tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura di Kecamatan Poncokusumo dibandingkan dengan Kabupaten Malang. Struktur data aktifitas tertera 3

15 pada Tabel 1.1, sedangkan struktur tabel LQ tertera pada Tabel 1.2. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan dari LQ adalah: LQ IJ Di mana: X X IJ I. / / X X. J.. Xij : derajat aktifitas ke-i di sub wilayah ke-j X.j : total aktifitas di sub wilayah ke-j Xi. : total aktifitas ke-i di wilayah X.. : derajat aktifitas total di wilayah Tabel 1.1 Struktur Data Aktifitas Sektor Kecamatan Lokasi Jumlah Xi. i Nama Komoditas (j) (Kabupaten) 1 X1j X1. 2 X2j X n Xnj Xn. Jumlah X.j X.. Tabel 1.2 Struktur Tabel LQ Sektor i Nama Komoditas LQ Kecamatan (j) 1 LQ1j 2 LQ2j... n LQnj 4

16 Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut: 1) Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j. 2) Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten. 3) Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh kabupaten. b.2. Shift-Share Analysis Shift-share Analysis(SSA) digunakan melengkapi Location Quotient Analysis. Shift-share analysis merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu (Panuju dan Rustiadi, 2005) 2. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil SSAjuga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil SSA menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam total wilayah. Shift-share Analysis mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu: sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah), dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Dari hasil SSA inidiperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu: 2 Panuju DR dan Rustiadi E Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 5

17 1) Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah. 2) Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah. 3) Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ ketidakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan SSA adalah sebagai berikut : SSA X X.. ( t1) 1.. ( t0) X X i( t1) i( t0) X.. ( t X.. ( t 1) 0) X X ij( t1) ij( t0) X X i( t1) i( t0) dimana: a b c a : komponen share b : komponen proportional shift c : komponen differential shift, dan X.. : Nilai total aktifitas dalam total wilayah Xi. : Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah Xij : Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 : titik tahun akhir t0 : titik tahun awal Dari hasil analisis LQ dan SSA diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai lapangan usaha yang tumbuh dan memiliki keunggulan di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas lapangan usaha dalam wilayah. 6

18 c. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah secara deskriptif hasil dari pengolahan data dan informasi yang diperoleh baik di daerah survey maupun dari lembaga terkait. 7

19 8

20 BAB II PROFIL KABUPATEN MALANG Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 2.1. Letak Geografis, Wilayah Administrasi, dan Aksesibilitas Wilayah Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi dengan koordinat antara 112 O 17 10, O 57 00,00 Bujur Timur, 7 O 44 55,11 8 O 26 35,45 Lintang Selata, dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Mojokerto dan Jombang Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri Lingkar dalam : Kota Malang dan Kota Batu Kabupaten Malang dengan luas wilayah adalah 2.977,05 km 2 ibukotanya berkedudukan di Kota Kepanjen dengan wilayah administrasi meliputi 33 kecamatan dengan 378 desa dan 12 kelurahan (BPS Kabupaten Malang Dalam Angka, 2016) 3. Aksesibilitas dalam Kabupaten Malang dapat dilalui dengan transportasi darat tentunya dengan kondisi jalan yang tidak dalam satu kelas mengingat kondisi topografi dari dataran sampai perbukitan terjal. Wilayah datar sebagian besar terletak di Kecamatan Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran, Pakisaji sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur, Ngajum, Gedangan. Wilayah bergelombang 3 [BPS] Badan Pusat Statistik Kab. Malang Kabupaten Malang Dalam Angka. Malang. 9

21 terletak di wilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Daerah terjal perbukitan sebagian besar di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo (Pemerintah Kabupaten Malang, 2011) 4. Selain dengan transportasi darat, untuk mencapai Kabupaten Malang dari Jakarta dengan penerbangan ke Bandara Abdulrachman Saleh Iklim dan Hidrologi Iklim merupakan bagian yang diperlukan untuk pengembangan wilayah jika dikaitkan dengan pengembangan pertanian khususnya untuk penentuan pola tanam dan komoditi pertanian yang akan dikembangkan. Kabupaten Malang dikenal sebagai daerah yang sejuk dan banyak diminati sebagai tempat tinggal dan peristirahatan. Dengan ketinggian rata-rata pusat pemerintahan kecamatan ± 524 meter dpl dan suhu udara rata-rata di Kabupaten Malang masih relatif rendah. Berdasarkan hasil pemantauan tiga pos pemantauan Stasiun Klimatologi Karangploso Malang, pada tahun 2015 suhu udara rata-rata relatif rendah yang berkisar antara 17 O C hingga 27,6 O C. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 9% 99% dan curah hujan rata-rata berkisar antara 15,3 mm hingga 485 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan Juli - Oktober, hasil pemantauan Pos Karangkates. Sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April hasil pemantauan Pos Karangploso (Kabupaten Malang Dalam Angka, 2016) Penggunaan Lahan Berdasarkan data Kabupaten Malang Dalam Angka tahun 2015, penggunaan tanah tahun 2014 di wilayah Kabupaten Malang untuk permukiman, sawah, tegal/kebun, areal perkebunan, hutan negara, hutan rakyat, tambak rakyat, dan lainnya adalah sebesar ha. Penggunaan tanah yang dominan adalah untuk tegal/kebun yaitu seluas ha atau 31,3%. Luas penggunaan tanah lain yang dominan adalah penggunaan tanah lainnya (21,5%) dan hutan negara (19,7%). 4 [Pemkab] Pemerintah Kabupaten Malang RTRW Kabupaten Malang. Malang. 10

22 Jenis penggunaan tanah secara rinci di Kabupaten Malang pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Tanah di Kabupaten Malang Tahun 2015 Jenis Penggunaan Tanah Penggunaan Tanah Luas (Ha) % 1. Permukiman ,4 2. Sawah ,7 3. Tegal/Kebun ,3 4. Areal Perkebunan ,2 5. Hutan Negara ,7 6. Hutan Rakyat ,1 7. Tambak Rakyat 49 0,0 8. Lainnya ,5 Jumlah ,0 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Malang berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dengan rumah tangga adalah jiwa dengan kepadatan 822 penduduk/km 2. Pada tahun 2015 berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Malang jumlahnya telah meningkat menjadi jiwa. Ditinjau dari persebaran penduduk pada masing-masing kecamatan, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Singosari yaitu sebesar jiwa atau 7,02% dari total penduduk Kabupaten Malang dengan kepadatan rata-rata penduduk/km 2. Berikutnya, Kecamatan Pakis yang mempunyai jumlah penduduk sebesar jiwa atau 6,04% dengan kepadatan penduduk/km 2. Sedangkan Kecamatan Kasembon merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terendah diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Malang yaitu jiwa atau hanya 1,22% dari jumlah penduduk Kabupaten Malang dengan kepadatan rata-rata 557 penduduk/km 2. 11

23 2.5. Pendidikan Berdasarkan data Kabupaten Malang Dalam Angka (2016), jumlah murid SD sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU/SMK) adalah orang siswa yang belajar di sekolah (Negeri dan Swasta). Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah umum di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Malang Jenis Sekolah Jumlah Murid Sekolah Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah 1. SD SMP SMU SMK Jumlah Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Selain sekolah umum, terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah dengan proporsi sekolah yang relatif besar. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) jika dibandingkan dengan jumlah SD mencapai 28,2% bahkan untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) jumlahnya jika dibandingkan dengan SMP mencapai 52,7%. Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah MI, MTs, dan MA di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Banyaknya MI, MTs, dan MA serta Murid di Kabupaten Malang Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Murid 1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Madrasah Aliyah (MA) Jumlah Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka,

24 2.6. Kesehatan Berdasarkan data Kabupaten Malang Dalam Angka (2016), jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Malang meliputi Rumah Sakit (RS) 23 yang terdiri dari 5 RS Pemerintah dan 18 RS Swasta, RS Bersalin 12 buah, Puskesmas 39 buah. Rumah Sakit Umum dan Puskesmas terdapat rawat inap dengan kapasitas tempat tidur untuk RS Umum Pemerintah (1.187 buah), RS Umum Swasta (1.026 buah), dan Puskesmas (409 buah). Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Malang Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah Kapasitas Tempat Tidur Untuk Rawat Inap 1. Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah Sakit Umum Swasta Rumah Sakit Bersalin Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Poliklinik/Balai Kesehatan Polindes Toko Obat/Apotik Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Jumlah fasilitas kesehatan yang cukup banyak untuk tiap jenisnya tersebut didukung oleh tenaga medis sebanyak 285 dokter spesialis, 246 dokter umum, 84 dokter gigi, bidan 866 orang, dan perawat orang Agama Berdasarkan data dari Kabupaten Malang Dalam Angka (2016) tercermin bahwa penduduk Kabupaten Malang memeluk beberapa agama yang diindikasikan oleh jenis rumah ibadah yang ada, namun demikian pemeluk muslim yang terbesar yaitu mencapai 95,4%. Hal tersebut juga diindikasikan dari jumlah fasilitas ibadah yaitu Masjid (2.135 buah), Musholla (9.066 buah), Gereja Protestant (367 buah), Gereja Katolik (30 buah), Pura (45 buah), dan Vihara (14 buah). 13

25 2.8. Transportasi dan Komunikasi Wilayah Kabupaten Malang secara umum terhubung oleh transportasi darat walaupun kondisi jalan untuk masing-masing wilayah tentunya tergantung dari kelas jalannya. Berdasarkan data dari Kabupaten Malang Dalam Angka (2016), pada tahun 2014 panjang jalan di Kabupaten Malang adalah 1.894,51 KM, yang terbagi atas jalan Negara (115,63 km), jalan provinsi (110,12 km), dan jalan kabupaten (1.668,76 km). Untuk panjang jalan desa tidak tersedia datanya. Untuk permukaan jalan pada tahun 2014 terdata sepanjang 6.907,9 km dengan jenis permukaan jalan 4.979,1 km aspal, 1,876,97 km makadam, dan tanah sepanjang 51,83 km. Dari panjang jalan tersebut, sepanjang 1.929,63 km jalan rusak dan 169,56 km kondisinya rusak berat. Transportasi umum antar wilayah di Kabupaten Malang pada tahun 2015 tersedia 814 kendaraan dengan 51 trayek. Selain transportasi darat berupa angkutan umum (mobil) terakses juga kereta api dan pesawat terbang untuk bepergian keluar kota. Untuk sarana komunikasi, sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini sebagian besar wilayah Kabupaten Malang telah terjangkau oleh signal telepon selular Perekonomian Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan praktikal yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat perkembangan wilayahnya. Secara umum tampaknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kinerja ekonomi yang paling populer. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. PDRB pada dasarnya merupakan total produksi kotor dari suatu wilayah, 14

26 yakni total nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksikan oleh seluruh rakyat di wilayah tersebut dalam periode satu tahun. Nilai PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku atau berdasarkan harga konstan dengan menggunakan tahun dasar yang telah ditentukan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu daerah, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika PDRB dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah, maka diperoleh pendapatan per kapita daerah tersebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan PDRB ini dapat dilihat sektor yang dominan di daerah tersebut. Tetapi PDRB atas harga berlaku ini tidak mencerminkan perekonomian daerah yang sesungguhnya, karena dalam PDRB atas dasar harga berlaku masih mengandung nilai inflasi, artinya meskipun angka PDRB tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, belum berarti bahwa perekonomian daerah tersebut tumbuh. Hal ini tergantung besarnya inflasi pada tahun saat PDRB akan dihitung. Nilai PDRB di Kabupaten Malang menurut lapangan usaha tahun 2010 dan 2014 berdasarkan harga berlaku dan konstan tahun 2010 disajikan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Nilai PDRB Kabupaten Malang Tahun 2010 dan 2014 Harga Konstan Tahun Harga Berlaku Lapangan Usaha * * 1. Pertanian dan Kehutanan 7.762, , , ,36 2. Pertambangan dan Penggalian 1003, , , ,42 15

27 Tabel 2.5 Lanjutan Harga Berlaku Harga Konstan Tahun Lapangan Usaha * * 3. Industri Pengolahan , , , ,46 4. Pengadaan Listrik 40,32 46,07 40,32 51,07 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 43,32 64,31 43,32 52,81 6. Konstruksi 4.552, , , ,59 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 7.965, , , ,93 8. Transportasi dan Pergudangan 410,76 748,93 410,76 572,19 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 1.299, , , , Informasi dan Komunikasi 1.712, , , , Jasa Keuangan dan Asuransi 589, ,16 589,80 851, Real Estate 600,77 866,00 600,77 755, Jasa Perusahaan 147,30 235,49 147,30 191, Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 880, ,35 880,10 979, Jasa Pendidikan 937, ,89 937, , Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 207,80 374,46 207,80 304, Jasa Lainnya 913, ,92 913, ,19 Jumlah , , , ,60 Keterangan: *Angka sangat sementara. Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka,

28 Berdasarkan Kabupaten Malang Dalam Angka (2016) nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Malang tahun 2010 adalah ,85 Milyar Rupiah dan pada tahun 2014 adalah sebesar ,70 Milyar Rupiah. Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar pada tahun 2010 dan 2014 sama yaitu yang terbesar lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, dan lapangan usaha Pertanian dan Kehutanan. Kontribusi (%) nilai PDRB di Kabupaten Malang tahun 2010 dan 2014 serta pertumbuhannya menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Kontribusi (%) dan Pertumbuhan (%) Nilai PDRB Kabupaten Malang Tahun 2010 dan 2014 Menurut Lapangan Usaha Lapangan Usaha Kontribusi Berdasarkan Harga Berlaku Pertumbuhan Berdasarkan Harga Konstan Tahun Pertanian dan Kehutanan 18,78 18,16 18,81 2. Pertambangan dan Penggalian 2,43 2,10 9,37 3. Industri Pengolahan 29,69 29,98 26,67 4. Pengadaan Listrik 0,10 0,07 26,66 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,10 0,10 21,91 6. Konstruksi 11,01 12,64 38,80 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 19,27 18,50 26,36 8. Transportasi dan Pergudangan 0,99 1,14 39,30 17

29 Tabel 2.6 Lanjutan Lapangan Usaha Kontribusi Berdasarkan Harga Berlaku Pertumbuhan Berdasarkan Harga Konstan Tahun Penyediaan Akomodasi dan Makan 3,14 3,09 28, Informasi dan Komunikasi 4,14 4,01 47, Jasa Keuangan dan Asuransi 1,43 1,71 44, Real Estate 1,45 1,31 25, Jasa Perusahaan 0,36 0,36 29, Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 2,13 1,94 11, Jasa Pendidikan 2,27 2,43 34, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,50 0,57 46, Jasa Lainnya 2,21 1,89 19,02 Jumlah 100,00 100,00 Laju Pertumbuhan 27,10 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, 2016 (diolah). Pertumbuhan nilai PDRB berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2010 sebesar 27,10%. Lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian mempunyai pertumbuhan berdasarkan harga konstan tahun 2010 di atas 10%. Beberapa lapangan usaha bahkan mempunyai pertumbuhan di atas 40%, seperti lapangan usaha Informasi dan Komunikas, Jasa Keuangan dan Asuransi, serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Namun demikian ketiga lapangan usaha tersebut kontribusi PDRB berdasarkan harga berlaku masing-masing di bawah 5%, bahkan untuk lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial hanya 0,57% pada tahun

30 Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar pada tahun 2010 dan 2014 mempunyai pertumbuhan nilai PDRB yang relatif besar, bahkan untuk lapangan usaha Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil mempunyai pertumbuhan nilai PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2010 di atas 25% (Tabel 2.6) Lembaga Ekonomi Lembaga ekonomi yang terdapat di Kabupaten Malang berupa Bank dan Koperasi. Berdasarkan data Kabupaten Malang Dalam Angka tahun 2016, Bank pada umumnya berupa BPR dengan jumlah 33 buah serta beberapa 1 kantor cabang Bank Pemerintah dan 1 kantor cabang Bank Pemerintah Daerah. Lembaga ekonomi lain adalah koperasi yang terdapat di semua kecamatan dengan jumlah mencapai koperasi. Bank dan koperasi di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Lembaga Ekonomi Bank dan Koperasi di Kabupaten Malang Jenis Lembaga Ekonomi Jumlah 1. Bank a. Bank Perkreditan Rakyat 33 b. Kantor Cabang - Bank Perkreditan Rakyat 9 - Bank Pemerintah 1 - Bank Pemerintah Daerah 1 c. Kantor Cabang Pembantu - Bank Perkreditan Rakyat 82 - Bank Pemerintah 6 - Bank Pemerintah Daerah 7 2. Koperasi a. Koperasi Unit Desa (KUD) 33 b. Koperasi non KUD c. Koperasi Primer dan Sekunder (KSP) 57 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Pertanian Komoditi yang dihasilkan Kabupaten Malang dari pertanian dirinci dalam beberapa jenis yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. 19

31 Pertanian Tanaman Pangan Tanaman pangan yang relatif luas diusahakan di Kabupaten Malang adalah padi sawah dan jagung. Terhadap 7 komoditas tanaman pangan, kontribusi luas panen padi sawah terhadap luas panen 7 tanaman pangan di Kabupaten Malang adalah 50,62% dengan jumlah produksi sebanyak ton. Sedangkan luas panen jagung mempunyai kontribusi terhadap luas panen 7 tanaman pangan di Kabupaten Malang sebesar 36,33% dengan jumlah produksi sebesar ton. Secara rinci luas panen 7 komoditas tanaman pangan disajikan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8 Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang LQ Ha % Ha % 1. Padi Sawah 1.376,0 31, ,0 50,6 0,61 2. Padi Ladang 0,0 0, ,0 3,7 0,00 3. Jagung 2.887,0 65, ,0 36,3 1,80 4. Ubi Kayu 146,0 3, ,0 7,7 0,43 5. Ubi Jalar 7,0 0,2 647,0 0,5 0,30 6. Kacang Tanah 4,0 0, ,0 0,9 0,10 7. Kedelai 0,0 0,0 223,0 0,2 0,00 Jumlah 4.420,0 100, ,0 100,0 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Di Kecamatan Poncokusumo, luas tanaman jagung mempunyai kontribusi sebesar 65,3% lebih besar dari padi sawah yang hanya 31,1%. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa komoditas jagung mempunyai nilai 1,80. Hal ini 20

32 menunjukkan bahwa jagung merupakan komoditas basis di Kecamatan Poncokusumo. Untuk melengkapi analisis LQ dilakukan penghitungan Shiftshare analysis (SSA). Analisis SSA merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas dalam hal ini pengusahaan komoditi di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil analisis Shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. aktifitas yang memiliki keunggulan kompetitif berarti di dalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi aktifitas yang bersangkutan. Komponen differensial menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas dalam hal ini pengembangan komoditi tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total pengembangan komoditi tersebut dalam wilayah. Komponen ini juga menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidakunggulan) pengembangan komoditi tertentu di sub wilayah tertentu terhadap pengembangan komoditi tersebut di sub wilayah lain. Data yang dipergunakan untuk analisis SSA adalah data pengusahaan komoditas tanaman pangan di Kecamatan Poncokusumo dan Kabupaten Malang pada tahun 2011 (Kab. Malang Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Malang Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa pengembangan komoditas pangan di Kecamatan Poncokusumo yang laju pertumbuhannya melebihi laju pertumbuhan di Kabupaten Malang hanya padi sawah dan jagung. Berdasarkan nilai differensial pengembangan padi sawah dan jagung mempunyai nilai yang positif. Namun jika dikaitkan dengan nilai LQ dan kontribusinya terhadap pengembangan tanaman pangan di Kecamatan Poncokusumo, maka untuk jagung merupakan komoditi basis tanaman pangan (Lampiran 1). 21

33 Gambar 2.1 Luas Tanam (Ha) Komoditas Kentang, Kubis, Jagung per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun

34 Pertanian Tanaman Buah-Buahan (Tahunan) Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Pengusahaan tanaman buah-buahan disajikan hanya dalam 8 jenis tanaman yang mempunyai jumlah pohon yang telah menghasilkan buah lebih dari pohon. Dari jumlah pohon komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Malang adalah pisang (67,8%) dan salak (14,4%). Secara rinci jumlah pohon dari 8 komoditas buah-buahan disajikan pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang LQ Ha % Ha % 1. Alpukat , ,0 0,78 2. Apel , ,7 7,33 3. Durian , ,8 2,87 4. Jeruk , ,6 0,97 5. Nangka , ,4 0,66 6. Pepaya , ,2 0,11 7. Pisang , ,8 0,78 8. Salak 323 0, ,4 0,00 Jumlah , ,0 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Di Kecamatan Poncokusumo, luasan tanam komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar adalah pisang (52,7%) dan apel (34,7%). Hasil LQ yang bernilai > 1 adalah apel (7,33) dan durian (2,87). Hal ini menunjukkan bahwa untuk komoditas buah-buahan, apel dan durian merupakan komoditas basis di Kecamatan Poncokusumo. Perhitungan SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2012 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan. 23

35 Gambar 2.2 Jumlah Pohon Apel dan Durian per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun

36 Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim (Sayuran) Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Pengusahaan tanaman hortikultura semusim disajikan hanya dalam 12 jenis tanaman yang dalam Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016 mempunyai luas panen lebih dari 200 ha. Pengusahaan tanaman hortikultura semusim tersebut tersebar. Namun demikian terdapat beberapa komoditas yang relatif terpusat, diantaranya bawang merah yang banyak terdapat di Kecamatan Ngantang, bawang daun yang banyak terdapat di Kecamatan Poncokusumo, dan beberapa tanaman hortikultura semusim lainnya seperti disajikan pada Tabel Tabel 2.10 Luas Panen 10 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang LQ Ha % Ha % 1. Bawang Merah 1,0 0, ,0 8,5 0,0 2. Bawang Daun 454,0 12,1 728,0 5,7 2,1 3. Kentang 797,0 21, ,0 11,4 1,9 4. Kubis 990,0 26, ,0 14,0 1,9 5. Petsai/Sawi 92,0 2,4 929,0 7,2 0,3 6. Wortel 13,0 0,3 231,0 1,8 0,2 7. Kacang Panjang 199,0 5,3 904,0 7,0 0,8 8. Cabe Kecil 195,0 5, ,0 21,1 0,2 9. Tomat 373,0 9, ,0 10,6 0,9 10. Terong 246,0 6,5 678,0 5,3 1,2 11. Buncis 208,0 5,5 589,0 4,6 1,2 12. Ketimun 193,0 5,1 363,0 2,8 1,8 Jumlah 3.761,0 100, ,0 100,0 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka,

37 Luas tanam cabe kecil, kubis, kentang, dan tomat di Kabupaten Malang dalam 12 komoditas hortikultura tersebut mempunyai kontribusi di atas 10%. Sedangkan di Kecamatan Poncokusumo, kontribusi komoditas hortikultura yang di atas 10% adalah kubis, kentang, dan bawang daun. Berdasarkan nilai LQ, beberapa komoditas yang merupakan komoditas hortikultura semusim basis di Kecamatan Poncokusumo adalah bawang daun, kentang, kubis, terong, buncis, dan ketimun. Namun demikian jika dikaitkan dengan kontribusinya, kentang dan kubis nampaknya menjadi komoditas unggulan bagi petani di Kecamatan Poncokusumo. Analisis SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2012 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan Perkebunan Pengusahaan tanaman perkebunan disajikan hanya dalam 7 jenis tanaman yang mempunyai luas tanam di Kabupaten Malang lebih dari ha. Pengusahaan tanaman perkebunan tersebut tersebar hampir ke semua wilayah kecamatan. Luas pengusahaan tanaman perkebunan disajikan pada Tabel

38 Tabel 2.11 Luas Pengusahaan 7 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Malang Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang LQ Ha % Ha % 1. Kopi 756,0 36, ,0 2,0 2. Tebu 792,0 37, ,0 0,7 3. Kelapa 97,0 4, ,9 0,3 4. Kapuk Randu 47,0 2, ,3 0,7 5. Kakao 349,0 16, ,5 3,7 6. Teh 24,0 1, ,0 0,6 7. Cengkeh 22,0 1, ,3 0,3 Jumlah 2.087,0 100, ,0 100,0 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Dari luas tanam komoditas perkebunan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Malang adalah tebu (55,0%), kopi (18,0%), dan kelapa(13,9%). Sedangkan di Kecamatan Poncokusumo, kontribusi komoditas perkebunan yang diatas 10% adalah tebu (37,9%), kopi (36,2%), dan kakao (16,7%). Hasil perhitungan LQ > 1, menunjukkan bahwa kopi dan kakao merupakan komoditas perkebunan basis di Kecamatan Poncokusumo. Untuk komoditas perkebunan tersedia data berbasis kecamatan pada tahun 2011 (Kab. Malang Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Malang Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa pengembangan komoditas perkebunan di Kecamatan Poncokusumo yang laju pertumbuhannya melebihi laju pertumbuhan di Kabupaten Malang hanya kopi dan kakao. Berdasarkan nilai differensial pengembangan kopi dan kakao mempunyai nilai yang positif. Namun jika dikaitkan dengan nilai LQ dan kontribusinya terhadap pengembangan tanaman perkebunan di Kecamatan Poncokusumo, maka untuk kopi merupakan komoditi basis tanaman perkebunan (Lampiran 2). 27

39 Gambar 2.3 Luas Tanam (Ha) Kopi Robusta dan Arabika per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun

40 Peternakan Populasi ternak besar di Kabupaten Malang didominasi oleh ternak sapi perah (72,7%) dan sapi (26,6%). Sedangkan untuk ternak kecil, populasi ternak kambing mendominasi jumlah ternak kecil di Kabupaten Malang dengan kontribusi 83,9% atau ekor. Populasi ternak unggas didominasi oleh ayam ras petelur dengan kontribusi 75,6% atau ekor dan ayam pedaging dengan kontribusi 15,3% atau ekor. Secara rinci populasi ternak dan kontribusinya di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel Tabel 2.12 Populasi Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten Malang Tahun 2015 Jenis Ternak Populasi Keterangan Ternak Besar 1. Sapi Perah ,7 % Populasi 2. Sapi ,6 % Populasi 3. Kerbau ,4 % Populasi 4. Kuda 836 0,3 % Populasi Ternak Kecil 1. Kambing ,9 % Populasi 2. Domba ,6 % Populasi 3. Babi ,5 % Populasi Ternak Unggas 1. Ayam Buras ,2 % Populasi 2. Ayam Ras Petelur ,6 % Populasi 3. Ayam Ras Pedaging ,3 % Populasi 4. Bebek ,3 % Populasi 5. Entog ,2 % Populasi 6. Kelinci ,1 % Populasi 7. Burung Puyuh ,4 % Populasi Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Perikanan Perikanan di Kabupaten Malang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya. Kondisi tahun 2015 menunjukkan bahwa perikanan budidaya lebih dominan dibandingkan dengan perikanan tangkap. Dari ,54 29

41 ton produksi ikan di Kabupaten Malang 63,6% merupakan hasil dari perikanan budidaya. Untuk perikanan tangkap dari laut yang mempunyai kontribusi sebesar 35,1% konsentrasi wilayah yang menghasilkan adalah Kecamatan Sumbermanjing. Dari ,62 ton sebanyak 8.829,53 ton atau 78,1% dihasilkan oleh wilayah Kecamatan Sumbermanjing. Untuk perikanan budidaya, produksi ikan budidaya dengan kolam dan jaring apung mempunyai kontribusi yang besar. Produksi ikan budidaya dengan kolam tersebar di semua wilayah kecamatan, sedangkan dengan jaring apung hanya terkonsentrasi di Kecamatan Sumberpucung (3.771,43 ton), Kalipare (2.075,16 ton), Pagak (1.784,14 ton), dan Kromengan (1.040,67 ton). Secara rinci produksi perikanan di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel Tabel 2.13 Produksi Perikanan di Kabupaten Malang Tahun 2015 Jenis Perikanan Produksi (Ton) Kontribusi (%) Perikanan Tangkap 1. Perikanan Laut ,93 35,1 2. Perairan Umum 408,69 1,3 Jumlah ,62 36,4 Perikanan Budidaya 1. Tambak 2.189,00 6,8 2. Kolam 9.416,97 29,2 3. Jaring Apung 8.761,40 27,2 4. Sawah 109,55 0,3 Jumlah ,92 63,6 Perikanan (Tangkap + Budidaya) ,54 100,0 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Kehutanan Hasil hutan di Kabupaten Malang terdiri dari kayu hutan dan kayu rakyat. Produksi kayu rakyat dari data yang ada didominasi oleh akasia, jati, dan mahoni. Hasil hutan di Kabupaten Malang disajikan pada Tabel

42 Tabel 2.14 Hasil hutan di Kabupaten Malang Tahun 2015 Jenis Produksi (m 3 ) 1. Kayu Hutan ,00 2. Kayu Rakyat a. Jati ,36 b. Mahoni ,54 c. Akasia ,39 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka, Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks komposit yang disusun menggunakan beberapa dimensi, variabel, dan indikator kuantitatif untuk menggambarkan tingkat kemajuan desa pada suatu waktu. Apabila IPD diukur secara berkala dan ditampilkan antar waktu, maka dapat diperoleh dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa. Dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa secara tidak langsung merupakan ukuran kinerja pembangunan di desa atau kawasan perdesaan. Pengukuran IPD berdasarkan 5 Dimensi, 12 Variabel, dan 42 Indikator menghasilkan ukuran komposit yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan tipologi desa yaitu: Desa Tertinggal, Desa Berkembang, dan Desa Mandiri (Bappenas, 2015). 1. Desa Tertinggal, adalah desa dengan nilai IPD kurang dari sama dengan Desa Berkembang, adalah desa dengan nilai IPD lebih dari 50 namun kurang dari sama dengan Desa Mandiri, Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan 31

43 penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan. Desa Mandiri merupakan desa dengan nilai IPD lebih dari 75. Selain itu, hasil pengukuran IPD menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan: (a) penetapan target pencapaian dan lokasi sasaran RPJMN , dan (b) evaluasi kinerja pembangunan desa. IPD tahun 2014 ini dimungkinkan menjadi baseline, perlu dipertimbangkan upaya penyediaan data dan pengukuran serupa di masa datang. Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kabupaten Malang yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan jumlah desa 377 Desa terdapat Desa Tertinggal sebanyak 7 Desa (1,86%), Desa Berkembang sebanyak 309 Desa (81,96%), dan Desa Mandiri sebanyak 61 Desa (16,18%). 32

44 BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN MALANG Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Malang Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang (2010), kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang terkait dengan sistem perdesaan, sistem perkotaan, fungsi kawasan, serta sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Malang. Terkait dengan system perdesaan, strateginya menjelaskan tentang struktur perdesaan yang menggambarkan sistem perdesaan yang berkaitan dengan perkotaan secara keseluruhan yang mampu meningkatkan keserasian tata ruang wilayah. Adapun strategi sistem perdesaan, adalah: 1. Kebijakan (1) Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan, dengan strategi: a. Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan pada wilayah Malang Selatan; b. Peningkatan pertanian berbasis hortikultura pada wilayah Malang Barat dan Timur; serta c. Pengembangan pusat pengolahan dan hasil pertanian termasuk lumbung modern pada pusat produksi di kawasan perdesaan. 2. Kebijakan (2) Memprioritaskan pengembangan kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di wilayah Malang Timur dan Malang Barat, dengan strategi : a. Mendorong peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian unggulan sebagai satu kesatuan sistem; b. Pengembangan infrastruktur penunjang agropolitan; serta c. Pengembangan kelembagaan penunjang agropolitan. 33

45 3. Kebijakan (3) Mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa secara berhirarki, dengan strategi: a. Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk cluster; b. Pengembangan pusat kawasan perdesaan secara mandiri; c. Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui Pusat Pelayanan Lingkungan; serta d. Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara berjenjang. Penataan kawasan desa-kota mengatur fungsi-fungsi pusat kawasan berkaitan dengan pelayanan dan distribusi fasilitas. Terkait dengan kawasan perdesaaan, kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan adalah: 1. Kebijakan (1) Pengembangan produk unggulan perdesaan, dengan strategi: a. Pada kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai pusat sentra produksi dilengkapi dengan lumbung desa modern; b. Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah, yakni perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung, hutan produksi, perkebunan dan hortikultura, perdesaan di dataran rendah untuk pertanian pangan, dan perdesaan pesisir pengembangan perikanan; c. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil; d. Mendorong ekspor hasil pertanian unggulan daerah; serta e. Pengembangan fasilitas sentra produksi-pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di Mantung - Pujon. 34

46 2. Kebijakan (2) Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan, dengan strategi: a. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan nilai produktivitas pertanian; b. Pemberian insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; serta c. Pengendalian secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. 3. Kebijakan (3) Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan potensial, dengan strategi: a. Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan jaringan pemasaran; b. Menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan mengarahkan pada Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Poncokusumo, dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan; c. Peningkatan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan swasta dan pemerintah; serta d. Pengembangan sistem informasi dan teknologi pertanian. Kecamatan Poncokusumo, yang menjadi lokus dalam penetapan Kawasan Perdesaan Penyangga Agopolitan, desa-desa di kecamatan tersebut terbagi dalam kawasan perkotaan dan perdesaaan. Dari 18 desa yang ada di Kecamatan Poncokusumo, 5 desa termasuk dalam kawasan perkotaan, yaitu: Desa (1) Wonomulyo, (2) Wonorejo, (3) Karangnongko, (4) Poncokusumo, dan (5) Belung. Sedangkan desa-desa yang termasuk kawasan perdesaan di Kecamatan Poncokusumo, yaitu: Desa (1) Watesbelong, (2) Dawuhan, (3) Ngadas, (4) Gubukklakah, (5) Sumberejo, (6) Pandansari, (7) Ngadireso, (8) Karanganyar, (9) Jambesari, (10) Pajaran, (11) Argosuko, (12) Ngebruk, dan (13) Wringinanom. 35

47 Sumber: RTRW Kabupaten Malang, Gambar 3.1 Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Malang. 36

48 3.2. Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Malang Wilayah Pengembangan Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan pusat kegiatan perkotaan masing-masing. Berdasarkan RTRW Kabupaten Malang (2010), disebutkan bahwa dalam lingkup Malang Raya, Kota Malang menjadi pusat bagi Wilayah Pengembangan Malang Raya, dan perkotaan kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi beberapa kecamatan lain atau memiliki cakupan Wilayah Pengembangan. Berdasarkan sistem perwilayahan tersebut maka Kabupaten Malang dibagi menjadi enam Wilayah Pengembangan, dan masing masing pusat Wilayah Pengembangan akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan yang mungkin dikembangkan di Wilayah Pengembangan masing-masing. Adapun Wilayah Pengembangan di Kabupaten Malang beserta fungsi, peran dan arahan kegiatannya: A. Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang meliputi beberapa kecamatan di sekeliling Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang, meliputi: Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Pakis. Mengingat pusat Wilayah Pengembangan ini adalah Kota Malang, maka fungsi pusat pelayanan adalah Kota Malang itu sendiri dengan kegiatan utama pariwisata, industri, dan pendidikan. Fungsi perkotaan kecamatan lingkar kota ini adalah: 1. Pusat pemerintahan kecamatan; 2. Pusat pelayanan umum skala kecamatan; 3. Pariwisata regional; 4. Pusat kegiatan industri; 5. Pusat kegiatan latihan militer; serta 6. Pusat transportasi nasional. 37

49 Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang ini adalah pengembangan kegiatan: 1. Pelayanan umum; 2. Perdagangan dan jasa; 3. Pertanian; 4. Perindustrian; 5. Pariwisata; 6. Transportasi udara nasional; serta 7. Terminal peti kemas (dryport). B. Wilayah Pengembangan Kepanjen Wilayah Pengembangan Kepanjen meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Gondanglegi, dan Kecamatan Pagelaran, dengan pusat di Perkotaan Kepanjen. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan Kepanjen adalah: 1. Pusat pemerintahan kabupaten; 2. Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten; 3. Pusat kesehatan skala kabupaten; 4. Pusat pendidikan; 5. Pusat kegiatan olahraga; 6. Pusat kegiatan kesenian regional - nasional; 7. Pusat pelayanan umum kabupaten; dan 8. Pusat kegiatan militer. Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada pengembangan kegiatan: 1. Pelayanan umum; 2. Perdagangan dan jasa; 3. Pertanian; 4. Peternakan; 5. Perikanan darat; 38

50 6. Perindustrian; 7. Pariwisata; dan 8. Kehutanan. C. Wilayah Pengembangan Ngantang Wilayah Pengembangan Ngantang meliputi Kecamatan Ngantang, Kecamatan Pujon dan Kecamatan Kasembon, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Ngantang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan Ngantang adalah : 1. Sebagai pusat perdagangan (regional-nasional) dan jasa; 2. Sebagai pusat pelayanan umum; 3. Sebagai pusat pariwisata Malang bagian Barat; 4. Sebagai pusat industri pengolahan hasil pertanian; dan 5. Sub terminal agribisnis Malang bagian Barat. Sedangkan kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan untuk pengembangan kegiatan: 1. Pariwisata; 2. Perdagangan dan jasa; 3. Pertanian; 4. Agribisnis; 5. Perindustrian; 6. Perikanan darat; dan 7. Peternakan. D. Wilayah Pengembangan Tumpang Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Jabung, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Tumpang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan Tumpang adalah: 1. Sebagai pusat kesehatan; 2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal; 3. Sebagai pusat pelayanan pariwisata; dan 4. Sebagai pusat pelayanan umum. 39

51 Kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan sebagai pengembangan kegiatan: 1. Pariwisata; 2. Agropolitan; 3. Minapolitan 4. Peternakan; dan 5. Perindustrian. E. Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit Wilayah Pengembangan ini terdiri dari Kecamatan Turen, Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo dan Kecamatan Ampelgading, dengan pusat pelayanan sosial di Turen dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan ini adalah: 1. Pusat pelayanan sosial (Perkotaan Turen) : a. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan; b. Sebagai pusat kesehatan; c. Sebagai pusat pendidikan; dan d. Sebagai pusat industri strategis. 2. Pusat pelayanan ekonomi (Perkotaan Dampit) : a. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional; b. Sebagai pusat industri kecil dan pengolahan hasil pertanian; dan c. Sebagai pusat industri perikanan. Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada pengembangan kegiatan: 1. Pertanian; 2. Perikanan laut; 3. Perindustrian; 4. Pariwisata; dan 5. Kehutanan. 40

52 F. Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan. Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Gedangan dan Bantur, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Sendangbiru. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan dan sekitarnya adalah : 1. Pusat (kawasan) industri besar; 2. Pusat transportasi (laut); 3. Pusat kesehatan regional; 4. Pusat perdagangan dan jasa skala nasional; 5. Pusat pelayanan umum regional; dan 6. Pusat Kegiatan Latihan Militer. Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada pengembangan kegiatan: 1. Pertanian; 2. Perikanan laut; 3. Pertambangan; 4. Perindustrian; 5. Pariwisata; 6. Kehutanan; dan 7. Pelabuhan umum Sub Satuan Wilayah Pengembangan Dalam struktur tata ruang wilayah Kabupaten Malang telah ditetapkan model regionalisasi atau pembentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Setiap SSWP memiliki wilayah pendukung memiliki kelengkapan beberapa fasilitas penunjang sosial-ekonomi dalam skala pelayanan sub-regional. Dalam RTRW Kabupaten Malang, sistem rata ruang Kabupaten Malang terdiri atas 8 SSWP sebagai berikut: 41

53 1. SSWP Lingkar Kota Malang Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Dau, Karangploso, Singosari, Pakisaji, Wagir, Tajinan, Bululawang dan Pakis dengan orientasi pelayanan ke Kota Malang. 2. SSWP Lawang Wilayah pengembangan Lawang hanya terdiri dari Kecamatan Lawang karena wilayah ini mampu melayani wilayahnya sendiri. 3. SSWP Ngantang Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon dengan pusat pelayanan di Kecamatan Ngantang. 4. SSWP Tumpang Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang, Poncokusumo, Wajak dan Jabung. 5. SSWP Dampit Wilayah pengembangan Dampit meliputi Kecamatan Turen, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Ampelgading dan Tirtoyudo dengan pusat pelayanan di Turen dan Dampit. 6. SSWP Kepanjen Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare dan Kecamatan Kepanjen. 7. SSWP Gongdanglegi Wilayah pengembangan ini terdiri dari Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Pegelaran dan Kecamatan Bantur dengan pusat pelayanan di Kecamatan Gondanglegi. 8. SSWP Donowulyo Wilayah pengembangan Donomulyo hanya terdiri dari Kecamatan Donomulyo karena wilayah ini mampu melayani wilayahnya sendiri. 42

54 Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) Tumpang Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Jabung, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Tumpang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan Tumpang adalah: 5. Sebagai pusat kesehatan; 6. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal; 7. Sebagai pusat pelayanan pariwisata; 8. Sebagai pusat pelayanan umum. Kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan sebagai pengembangan kegiatan: 6. Pariwisata; 7. Agropolitan; 8. Minapolitan 9. Peternakan; serta 10. Perindustrian Kebijakan Pembangunan Fokus Pembangunan Terdapat 7 prioritas sebagai fokus pembangunan yang merupakan permasalahan mendasar dan aktual untuk segera ditangani, yaitu : 1. Pelayanan kesehatan yang terjangkau; terutama penyediaan pelayanan bagi masyarakat miskin dan dusun-dusun terpencil. 2. Pendidikan murah dan berkualitas; terutama pendidikan bagi warga miskin dan dusun-dusun terpencil. 3. Penyediaan infrastruktur yang memadai; terutama pembangunan baru dan pemantapan jalan/jembatan untuk mendukung aktivitas perekonomian, pariwisata dan dusun terpencil. 4. Perluasan kesempatan kerja; dengan mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi besar, peningkatan ketrampilan kerja dan pengembangan semangat enterpreneurship bagi angkatan kerja. 43

55 5. Peningkatan produksi dan ketahanan pangan; dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi dan menjamin ketahanan pangan masyarakat. 6. Kemudahan pelayanan publik; baik pelayanan administrasi kependudukan dan hak-hak masyarakat lainnya maupun pelayanan perijinan dan informasi peluang usaha kepada dunia usaha. 7. Pemenuhan pelayanan dasar dan jaminan sosial bagi masyarakat miskin; terutama kecukupan energi (listrik perdesaan dan pemanfaatan biogas), air bersih dan kesehatan lingkungan terutama di dusun terpencil dan sentra kemiskinan Pengembangan Wilayah Kecamatan Poncokusumo sebagai Kawasan Agropolitan Rencana struktur ruang kawasan agropolitan didasarkan pada potensi dalam suatu ruang wilayah, pembentukan struktur ruang dilakukan dengan menata hierarki wilayah secara efisien. Berdasarkan hasil analisa terhadap struktur ruang wilayah, Kecamatan Poncokusumo dibagi menjadi 2 (dua) yaitu wilayah pusat kegiatan dan wilayah pendukung. Adanya hierarki berarti ada keterkaitan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Wilayah dengan tingkat hierarki yang lebih tinggi akan lebih besar pengaruh jangkauannya dan akan mempengaruhi wilayah yang hierarkinya lebih rendah. Rencana struktur ruang kawasan agropolitan didasarkan pada potensi kawasan terutama dari aspek pertanian, daya dukung lahan sampai pada aksesibilitas serta sarana-prasarana yang mendukung atau perlu dikembangkan. Berdasarkan hierarki struktur ruang kawasan tersebut, maka penetapan fungsi dari masing-masing kawasan adalah sebagai berikut: 1. Sebagai Daerah Pusat Pertumbuhan Daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ini merupakan wilayah inti bagi desa-desa di sekitarnya. Berdasarkan hasil kajian, pusat pengembangan kawasan agropolitan secara regional berada di Kecamatan Poncokusumo, pada kawasan ini direncanakan terdapat dua wilayah pusat utama pertumbuhan yaitu di Desa Poncokusumo 44

56 dan Desa Wonomulyo. Fungsi wilayah pusat pertumbuhan ini adalah sebagai kawasan penggerak kegiatan ekonomi bagi kawasan-kawasan pendukung disekitarnya. 2. Sebagai Daerah Pendukung Daerah pendukung pada kawasan agropolitan ini meliputi desa-desa di sekitar wilayah inti pusat pertumbuhan yaitu meliputi Desa Dawuhan, Sumberejo, Pandansari, Ngadireso, Karanganyar, Jambesari, Pajaran, Argosuko, Ngebruk, Karangnongko, Belung, Wonorejo, Wringinanom, Gubuklakah dan Ngadas. a. Program Pembangunan Kawasan Agropolitan Poncokusumo 1) Program Pengembangan Agribis Pengembangan agribis meliputi Sub Sistem Pra Produksi (Hulu), Sub Sistem Produksi (Tengah), Sub Sistem Pasca Produksi (Hilir), dan Sub Sistem Pendukung. Program pembangunan dalam pengembangan agribis adalah sebagai berikut: Sub Sistem Pra Produksi a) Intensifikasi dan Penyuluhan Pertanian Hortikultura. b) Penelitian Varietas Unggul Tanaman Hortikultura. c) Pengadaan Peralatan Pembuatan Pupuk Organik. Sub Sistem Produksi a) Pengadaan Peralatan Pertanian Modern. b) Perlindungan Sumber Mata Air. c) Pengadaan Kandang Sehat. Sub Sistem Pasca Produksi a) Penyusunan Rencana Strategi Pemasaran Komoditas Pertanian. b) Pengembangan Industri Kecil Pengolah Komoditas Hortikultura (Apel, Belimbing, Wortel). Sub Sistem Pendukung a) Pengembangan Organisasi Pertanian (Kelompok Tani, HIPPA). b) Pelatihan PPL Dalam Pengembangan Budidaya Pertanian Hortikultura. c) Kredit Usaha Tani. d) Penyusunan Sistem Informasi Agribis. e) Studi Banding Luar Wilayah. 45

57 2) Program Pengembangan Fasilitas Agropolitan Pembangunan fasilitas agropolitan sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan pertanian, industri, dan pariwisata. Program pembangunan kawasan agropolitan dalam pengembangan fasilitas agropolitan di Kecamatan Poncokusumo adalah sebagai berikut: a) Pembangunan Gudang Pupuk. b) Pembangunan Balai Penelitian dan Pembenihan. c) Pembuatan Bangunan Konservasi Air. d) Pembangunan STA. e) Pengadaan Koperasi Unit Desa. f) Pembangunan Greenhouse. g) Pembangunan Landmark Agropolitan. h) Pengadaan Warnet Tani. i) Pembangunan Laboratorium Bersama. j) Pembangunan Tourist Information Centre. 3) Program Pengembangan Infrastruktur Jalan Pembangunan infrastruktur jalan merupakan prasarana wilayah yang pokok dalam pengembangan kawasan agropolitan sebagai jalur mobilitas. Program pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Poncokusumo adalah: a) Pelebaran dan Perkerasan Jalan Kunci Jalur Poncokusumo- Wringinanom. b) Pembangunan Jalan Tembus Pandansari-Ngadireso- Karanganyar. c) Pelebaran dan Perkerasan Jalan Jalur Poncokusumo- Pandansari. d) Pelebaran Jalan Gubuklakah-Ngadas. e) Pelebaran Jalan Jalur Wringanom-Wonorejo. f) Perbaikan Jalan Lintas Agrosuko-Ngebruk-Jambesari. 46

58 4) Program Pengembangan Pariwisata Program pembangunan kawasan agropolitan dalam pengembangan pariwisata di Kecamatan Poncokusumo adalah sebagai berikut : a) Pembangunan Jalan Tembus Coban Pelangi. b) Pembangunan Tempat Parkir Coban Pelangi. c) Pembangunan Home Stay. d) Pembangunan Sentra Tanaman Hias. e) Pengembangan Agrowisata Apel. 47

59 48

60 BAB IV KAWASAN PERDESAAN PENYANGGA AGROPOLITAN Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan 4.1. Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 4 desa, yaitu Desa Dawuhan, Sumberejo, Ngadireso, dan Pandansari. Empat desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Poncokusumo sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Malang No. 180/1146/KEP/ /2007 tentang Penetapan Kecamatan Poncokusumo Sebagai Sentra Kawasan Agropolitan. Potensi unggulan yang akan dikembangkan dalam Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan adalah pertanian dengan komoditas kopi, bambu, dan albasia, peternakan sapi potong dan ayam, serta wisata alam dan religi Indeks Pembangunan Desa (IPD) Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kecamatan Poncokusumo yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan 17 Desa terdapat Desa Tertinggal sebanyak 1 Desa (5,88%), Desa Berkembang sebanyak 15 Desa (88,24%), dan Desa Mandiri sebanyak 1 Desa atau 5,88% (Tabel 4.1). 49

61 Gambar 4.2 Status Perkembangan Desa (IPD 2014) di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropopolitan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. 50

62 Tabel 4.1 Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Poncokusumo Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Desa Status IPD Keterangan 1. Argosuko Berkembang - 2. Belung Berkembang - 3. Dawuhan Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 4. Gubugklakah Berkembang - 5. Jambesari Berkembang - 6. Karanganyar Berkembang - 7. Karangnongko Berkembang - 8. Ngadas Tertinggal - 9. Ngadireso Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 10. Ngebruk Berkembang Pajaran Berkembang Pandansari Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 13. Poncokusumo Berkembang Sumberejo Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 15. Wonomulyo Mandiri Wonorejo Berkembang Wringinanom Berkembang - Sumber: Indeks Pembangunan Desa 2014 Tantangan Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa (Bappenas, 2015) Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Poncokusumo per bulan Juli 2015 adalah KK dengan jiwa (Kecamatan Poncokusumo, 2015). Jumlah penduduk di 4 desa yang menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan adalah KK dengan jiwa atau 25,3% dari penduduk di Kecamatan Poncokusumo. Jumlah penduduk di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan disajikan pada Tabel

63 Tabel 4.1 Jumlah penduduk di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Penduduk (Jiwa) % Desa Jumlah KK Desa Laki- Laki Perempuan Jumlah 1. Ngadireso , Dawuhan , Sumberejo , Pandansari , Jumlah Dalam Kawasan , Kec. Poncokusumo % Kawasan thd Kec. 25,4 25,2 25,3 24,4 Sumber: Kecamatan Poncokusumo, Jumlah penduduk di Desa Ngadireso adalah yang terendah yaitu hanya 14,9% dari jumlah penduduk Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, sedangkan Desa Dawuhan mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 29,7%. Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan Poncokusumo, bekerja di lapangan usaha Pertanian (70,1%), Perdagangan (12,0%), PNS/ABRI (3,3%), dan Jasa (14,6%) Pendidikan Untuk sekolah, jenis sekolah yang tersedia di Kecamatan Poncokusumo sampai SMU atau sederajat. Sedangkan di desa-desa Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan jenis sekolah yang tersedia hanya sampai SMP atau sederajat. Empat desa yang menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan terdapat SMP Swasta dan untuk Desa Sumberejo juga terdapat SMP Negeri. Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah di Kecamatan Poncokusumo dan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan disajikan pada Tabel

64 Tabel 4.2 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Poncokusumo dan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Sekolah Murid Jenis Sekolah Kawasan Kawasan Poncokusumo Poncokusumo Perdesaan Perdesaan 1. SD/Sederajat SMP/Sederajat SMU/Sederajat Sumber: Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka, Kesehatan Untuk kesehatan, jenis sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Poncokusumo sampai Rumah Sakit Bersalin yang tersedia di Desa Karanganyar, sedangkan Puskesmas tersedia di Desa Wonomulyo. Untuk desa-desa di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan sarana kesehatan yang tersedia adalah tempat praktek bidan (5 buah) dan posyandu (21 buah). Sedangkan tenaga medis yang berdomisili di desadesa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan adalah bidan. Ketersedian sarana kesehatan dan tenaga medis di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4. Tabel 4.3 Ketersedian Sarana Kesehatan di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Desa Puskesmas Puskesmas Pembantu Tempat Praktek Dokter Tempat Praktek Bidan Posyandu 1. Ngadireso Dawuhan Sumberejo Pandansari Jumlah Dalam Kawasan Kec. Poncokusumo Sumber: Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka,

65 Tabel 4.4 Ketersedian Tenaga Medis di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Desa Dokter Mantri Bidan Dukun Bayi Terlatih Dukun Bayi Belum Terlatih 1. Ngadireso Dawuhan Sumberejo Pandansari Jumlah Dalam Kawasan Kec. Poncokusumo Sumber: Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka, Transportasi dan Komunikasi Wilayah Kabupaten Malang secara umum terhubung oleh transportasi darat walaupun kondisi jalan untuk masing-masing wilayah tentunya tergantung dari kelas jalannya. Demikian juga dengan di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, namun untuk saat ini di kawasan tersebut belum tersedia sarana transportasi umum. Masyarakat untuk bepergian menggunakan kendaraan masing-masing maupun sewa atau ojek. Untuk sarana komunikasi, sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, wilayah Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan telah terjangkau oleh signal telepon selular. Pada tahun 2015, terdata sebanyak 35 unit pedagang pulsa di wilayah Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dari 133 unit pedagang pulsa di Kecamatan Poncokusumo. 54

66 4.6. Lembaga Ekonomi Lembaga ekonomi yang terdapat di wilayah Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan masih terbatas yaitu hanya koperasi non KUD dan tidak terdapat di semua desa. Adanya kondisi jalan yang relatif baik memungkinkan masyarakat mengakses lembaga ekonomi yang ada di desa lain atau sekaligus ke Kota Malang. Berdasarkan data Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka tahun 2015, lembaga ekonomi yang ada di Kecamatan Poncokusumo meliputi Koperasi Unit Desa (KUD) (hanya 1 buah yaitu di Desa Karangnongko), Koperasi non KUD (19 buah), dan bank umum (1 buah). Lembaga ekonomi di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Lembaga Ekonomi di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Desa KUD Koperasi Non KUD Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat 1. Ngadireso Dawuhan Sumberejo Pandansari Jumlah Dalam Kawasan Kec. Poncokusumo Sumber: Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka, Pertanian Kondisi geografis Kecamatan Poncokusumo beragam mulai dataran sampai perbukitan, sehingga secara luas lahan wilayah Kecamatan Poncokusumo didominasi oleh lahan kering (tegalan). Dari data yang terdapat di Kecamatan Poncokusumo (2015), luas lahan kering mencapai 6.318,3 ha atau 48,09% dari luas wilayah. Luas lahan dan penggunaannya di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan disajikan pada Tabel

67 Tabel 4.6 Luas Lahan dan Penggunaannya di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Desa Luas Sawah Tegalan Penggunaan Permukiman dan Pekarangan Kolam Lain- Lain Ha Ha Ha Ha Ha Ha 1. Ngadireso 469,70 81,00 440,00 80,00 0,00 3,00 2. Dawuhan 1.123,20 70,00 805,20 173,80 0,01 6,00 3. Sumberejo 1.078,00 0,00 715,00 54,00 0,00 47,00 4. Pandansari 1.697,50 0,00 395,60 500,40 0,00 802,50 Jumlah Dalam Kawasan 4.368,40 151, ,80 808,20 0,01 858,50 Kec. Poncokusumo , , , ,40 0, ,70 Sumber: Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka, Sama halnya dengan kondisi kecamatan, di wilayah pengembangan Perdesaan Agropolitan Kawasan Penyangga penggunaan lahannya didominasi oleh Tegalan (53,93%). Sehingga komoditas unggulan untuk masing-masing desa adalah bukan padi. Berdasarkan data dan informasi yang dirilis oleh Kecamatan Poncokusumo, komoditas unggulan untuk 4 desa yang ditetapkan menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan disajikan pada Tabel

68 Tabel 4.7 Komoditas Unggulan untuk 4 Desa di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan Desa Komoditas Luas / Populasi 1. Dawuhan a. Labu siam/manisah 6 Ha b. Durian 200 Pohon c. Cabe besar - 2. Sumberejo a. Kopi 160 Ha b. Apel 85 Ha c. Labu siam/manisah 4 Ha 3. Ngadireso a. Kelengkeng 51 Ha 4. Pandansari a. Ketela pohon 5 Ha b. Krupuk gaplek - c. Labu siam/manisah 12 Ha d. Apel 85 Ha Sumber: Kecamatan Poncokusumo, Kawasan Sebagai bagian dari Poncokusumo, Agropolitan beberapa komoditas yang sudah dikembangkan oleh masyarakat selain apel diantaranya bunga Krisan di Desa Pandansari dan Desa Wonorejo. Lahan Krisan di Desa Pandansari sebagian adalah milik investor dari luar daerah, sehingga penduduk setempat hanya jadi buruh. Oleh karena itu, apabila ada kegiatan pemberdayaan sebaiknya tepat sasaran yaitu pengembangan krisan di halaman/pekarangan penduduk sehingga nilai tambah tidak didistribusikan ke luar (asal investor) tetapi dinikmati oleh penduduk setempat guna peningkatan pendapatan keluarga. Hasil perhitungan terkait dengan pemusatan komoditas, beberapa komoditas unggulan di Kecamatan Poncokusumo yang potensi juga untuk 57

69 dikembangkan di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, diantaranya: jagung, kentang, kubis, apel, durian, dan kopi Peternakan Populasi ternak besar di Kecamatan Poncokusumo didominasi oleh ternak sapi (88,46%), ternak kecil adalah kambing (96,58%), sedangkan untuk unggas adalah ayam petelur (59,58%). Untuk desa-desa yang merupakan wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan populasi ternak besar didominasi oleh ternak sapi (99,74%), ternak kecil adalah kambing (97,08%), sedangkan untuk unggas adalah ayam pedaging (59,93%). Ternak sapi di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan merupakan 33,68% dari ternak sapi di Kecamatan Poncokusumo, sedangkan ternak kambing kontribusinya adalah 49,89%, dan ayam pedaging 22,22%. Secara rinci populasi ternak dan kontribusinya di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan terhadap Kecamatan Poncokusumo disajikan pada Tabel 4.8, 4.9, dan Tabel 4.8 Populasi Ternak Besar di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Poncokusumo tahun 2015 Desa Populasi (Ekor) Sapi Potong Sapi Perah Kuda 1. Ngadireso Dawuhan Sumberejo Pandansari Jumlah Kec. Poncokusumo Kontribusi (%) 33,68 0,55 7,50 Sumber: Kecamatan Poncokusumo,

70 Tabel 4.9 Populasi Ternak Kecil di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Poncokusumo tahun 2015 Desa Populasi (Ekor) Kambing Domba Babi 1. Ngadireso Dawuhan Sumberejo Pandansari Jumlah Kec. Poncokusumo Kontribusi (%) 49,89 100,00 13,04 Sumber: Kecamatan Poncokusumo, Tabel 4.10 Populasi Ternak Unggas dan Kelinci di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Poncokusumo tahun 2015 Populasi (Ekor) Desa Ayam Ayam Ayam Pedaging Buras Petelur Itik Kelinci 1. Ngadireso Dawuhan Sumberejo Pandansari Jumlah Kec. Poncokusumo Kontribusi (%) 22,22 30,57 3,26 16,29 9,20 Sumber: Kecamatan Poncokusumo,

71 Gambar 4.3 Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada Sektor Pertanian di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropopolitan, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. 60

72 4.9. Pengolahan Hasil Pertanian Adanya produksi komoditas pertanian menggerakkan sebagian masyarakat untuk mengolahnya menjadi produk turunannya, misalnya apel diolah menjadi sari apel dengan harapan diantaranya ada nilai tambah yang diperoleh oleh masyarakat setempat. Sebagai salah satu wilayah penghasil apel di Kabupaten Malang, sebagian masyarakat di Kecamatan Poncokusumo telah mengembangan pengolahan apel menjadi sari apel. Untuk desa yang termasuk kawasan perdesaan, hanya Desa Pandansari yang terdapat data UMKM berupa pembuatan sari apel. Terdapat juga beberapa buah-buahan lain yang diolah menjadi minuman seperti disajikan pada Tabel Tabel 4.11 Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) Pengolahan Hasil Pertanian di Kecamatan Poncokusumo Jenis Produk Nama Produk 1. Sari Apel Semeru Agro, Qnta Anna 2. Sari Belimbing Apel Lestari 3. Sari Sirsat Anna BPP 4. Kripik Singkong Lokasi Produksi Rata-Rata Produksi/ Hari Jenis Produk Pemasaran Poncokusumo Dos Sari Apel Pesanan BPP Wonorejo KUM Lestari Makmur Dos Pesanan Dos - Aa Karanganyar Dos Pesanan Melati Pandansari Dos Pesanan Segaar Karangnongko Dos Pesanan Pelangi Gubugklakah Dos Pesanan Mulyasari Argosuko Dos Sari Pesanan Belimbing Segar Pajaran DoS Pesanan Dos Sari Sirsat Pesanan Wonorejo Kurnia Wonomulyo 50 Pak Kripik Malang Singkong Nizar Wringinanom 50 Pak Malang 61

73 Tabel 4.11 Lanjutan Jenis Produk Nama Produk Lokasi Produksi Rata-Rata Produksi/ Hari Jenis Produk Pemasaran 5. Kripik Talas Kurnia Wonomulyo 50 Pak Kripik Talas Malang Nizar Wringinanom 50 Pak Malang 6. Kripik Apel Fruitindo, Tasteful Poncokusumo 50 Pak Kripik Apel Malang Raya 7. Carangmas Apel Kusumo Poncokusumo 2,5 Kg Carangmas Apel 8. Roti Goreng - Karanganyar - Roti Goreng 9. Jenang Apel Pelangi Gubugklakah Berdasar Pesanan Jenang Apel Pesanan Malang Malang Raya 10. Kue Kering Mawar Karangnongko - Kue Kering Malang Raya Sumber: Kecamatan Poncokusumo, Arahan Pengembangan Arahan pengembangan khusus Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan belum tersusun, namun demikian dari beberapa referensi yang ada terkait dengan arahan yang ada dalam RTRW Kabuapaten Malang (2010) dan Master Plan Agropolitan Poncokusumo (2008), terdapat arahan pengembangan untuk Kecamatan Poncokusumo sebagai kawasan Agropolitan dengan Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan sebagai bagian dari wilayah pengembangan Agropolitan Poncokusumo Peningkatan Prasarana Transportasi Peningkatan prasarana transportasi diantaranya dilakukan dengan pembangunan infrastruktur jalan yang merupakan prasarana wilayah yang pokok dalam pengembangan kawasan agropolitan sebagai jalur mobilitas. Program pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Poncokusumo adalah: a. Pelebaran dan Perkerasan Jalan Kunci Jalur Poncokusumo- Wringinanom; 62

74 b. Pembangunan Jalan Tembus Pandansari-Ngadireso-Karanganyar; c. Pelebaran dan Perkerasan Jalan Jalur Poncokusumo-Pandansari; d. Pelebaran Jalan Gubuklakah-Ngadas; e. Pelebaran Jalan Jalur Wringanom-Wonorejo; dan f. Perbaikan Jalan Lintas Agrosuko-Ngebruk-Jambesari Prasarana Ekonomi Prasarana ekonomi yang dikembangkan berupa pasar, pasar agro, dan jasa sosial - ekonomi skala kecamatan, seperti jasa koperasi simpan pinjam, pegadaian, penginapan (motel, losmen) Pengembangan Pertanian dan Komoditas Ungulan Dengan adanya penetapan Kecamatan Poncokusumo sebagai Kawasan Agropolitan maka telah ada arahan dalam master plan yang telah disusun, diantaranya: a. Konsep Pengembangan Sub Sistem Agro Input, dengan upaya yang dilakukan antara lain: Peningkatan kualitas bibit lokal, Peningkatan penyediaan pupuk organik, berupa pengembangan pupuk organik, pestisida alam dengan teknologi sederhana, dan Peningkatan kualitas teknologi dan perawatan dengan peningkatan fungsi dan peranan PPL. b. Konsep Pengembangan Sub Sistem Agro Proses I (On Farm), dengan Upaya yang dilakukan antara lain: Peningkatan SDM pertanian dengan pemberdayaan kelompok tani, Peningkatan pembiayaan dengan bantuan modal kredit lunak dan pengadaan lembaga keuangan, serta Peningkatan teknologi produksi dengan pengolahan tanah, proses penanaman, serta perawatan dan pemupukan. 63

75 c. Konsep Pengembangan Sub Sistem Agro Proses II (Off Farm), dengan upaya yang dilakukan: Pengadaan sarana pengolahan hasil pertanian, Penyediaan gudang penyimpanan hasil pertanian, Optimalisasi sarana pemasaran (pasar tradisional, kios cinderamata), dan Pembentukan balai promosi. d. Konsep Pengembangan Sub Sistem Agro Output dan Pemasaran, dengan upaya yang dilakukan: Perluasan jaringan pemasaran dengan promosi produk, kemitraan, dan terminal agro, Peningkatan sarana prasarana pengolahan, dan Peningkatan pasca panen dengan diversifikasi produk olahan, peningkatan kualitas produk hasil panen, dan peningkatan penguasaan teknologi modern. e. Konsep Pengembagan Sub Sistem Sarana Penunjang, dengan upaya yang dilakukan berupa pengembangan: Sistem dan potensi pemasaran dengan pembangunan sistem dan usaha pengolahan, dan pemasaran, Kelembagaan pertanian dengan optimalisasi tenaga PPL dalam peningkatan SDM kelompok /petani, dan Sistem transportasi yang meliputi: - rencana pola prasarana jalan dapat meningkatkan pertumbuhan kawasan dari pusat utama ke sub-sub pusat dibawahnya - setiap persimpangan jalan dapat melahirkan sub pusat baru sehingga dapat melayani daerah sekitarnya secara merata sesuai dengan jenjang pelayanan. 64

76 Program Pengembangan Pariwisata Program pembangunan kawasan agropolitan dalam pengembangan pariwisata di Kecamatan Poncokusumo adalah sebagai berikut: a. Pembangunan Jalan Tembus Coban Pelangi. b. Pembangunan Tempat Parkir Coban Pelangi. c. Pembangunan Home Stay. d. Pembangunan Sentra Tanaman Hias. e. Pengembangan Agrowisata Apel. 65

77 66

78 BAB V PENUTUP Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan, di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan wilayah pengembangan sebanyak 4 desa, yaitu Desa Dawuhan, Sumberejo, Ngadireso, dan Pandansari. Empat desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Poncokusumo sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Malang No. 180/1146/KEP/ /2007 tentang Penetapan Kecamatan Poncokusumo Sebagai Sentra Kawasan Agropolitan. Potensi unggulan yang akan dikembangkan di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan adalah pertanian dengan komoditas kopi, bambu, dan albasia, peternakan (sapi potong dan ayam), serta wisata alam dan religi. Penggunaan lahan di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan didominasi oleh Tegalan (53,93%). Hasil perhitungan LQ dan SSA untuk wilayah Kecamatan Poncokusumo diperoleh gambaran: (1) untuk tanaman pangan, jagung merupakan komoditas basis nilai LQ > 1 dan differensial positif, (2) untuk tanaman hortikultura tahunan, apel dan durian merupakan komoditas basis LQ > 1, (3) untuk tanaman hortikultura semusim, kentang dan kubis merupakan komoditas basis LQ > 1, dan (4) untuk tanaman perkebunan, kopi merupakan komoditas basis LQ > 1 dan differensial positif. Di Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan untuk peternakan, ternak sapi potong mendominasi populasi ternak besar. Sedangkan ayam buras dan ayam pedaging mendominasi pupulasi ternak ungas. Telah mulai berkembang juga pengolahan hasil pertanian, diantaranya sari apel, sari belimbing, kripik apel, dan kripik singkong. Untuk Desa Pandansari, beberapa petani juga mengembangkan bunga krisan karena dianggap pemasaran mudah dan mempunyai nilai ekonomi yang tingi. Kecamatan Poncokusumo merupakan bagian dari Wilayah Pengembangan Tumpang. Kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan sebagai pengembangan kegiatan Pariwisata, Agropolitan, Minapolitan, Peternakan, dan Perindustrian. Beberapa arahan pengembangan 67

79 dalam RTRW Kabupaten Malang yang terkait langsung adalah pengembangan Agropolitan Poncokusumo, yang meliputi diantaranya pengembangan prasarana transportasi, ekonomi, pertanian dan komoditas unggulan, dan pariwisata. Pengembangan prasarana transportasi yang melintasi Kawasan Perdesaan Penyangga Agropolitan misalnya Pembangunan Jalan Tembus Pandansari-Ngadireso-Karanganyar dan Pelebaran dan Perkerasan Jalan Jalur Poncokusumo-Pandansari. 68

80 LAMPIRAN 69

81 Lampiran 1 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang Lampiran 2 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang 70

82 Lampiran 3 Luas Panen (Ha) Kentang, Kubis, Jagung per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun 2015 Kecamatan Luas Panen (Ha) Jagung Kentang Kubis 1. Donomulyo Kalipare Pagak Bantur Gedangan Sumbermanjing Dampit Tirtoyudo Ampelgading Poncokusumo Wajak Turen Bululawang Gondanglegi Pagelaran Kepanjen Sumberpucung Kromengan Ngajum Wonosari Wagir Pakisaji Tajinan Tumpang Pakisaji Jabung Lawang Singosari Karangploso Dau Pujon Ngantang Kasembon Jumlah Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka,

83 Lampiran 4 Jumlah Pohon Apel dan Durian per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Pohon Apel Durian 1. Donomulyo Kalipare Pagak Bantur Gedangan Sumbermanjing Dampit Tirtoyudo Ampelgading Poncokusumo Wajak Turen Bululawang Gondanglegi Pagelaran Kepanjen Sumberpucung Kromengan Ngajum Wonosari Wagir Pakisaji Tajinan Tumpang Pakisaji Jabung Lawang Singosari Karangploso Dau Pujon Ngantang Kasembon Jumlah Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka,

84 Lampiran 5 Luas Tanam (Ha) Kopi Robusta dan Arabika per Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun 2015 Kecamatan Luas Tanam (Ha) Kopi Robusta Kopi Arabika Jumlah 1. Donomulyo Kalipare Pagak Bantur Gedangan Sumbermanjing Dampit Tirtoyudo Ampelgading Poncokusumo Wajak Turen Bululawang Gondanglegi Pagelaran Kepanjen Sumberpucung Kromengan Ngajum Wonosari Wagir Pakisaji Tajinan Tumpang Pakisaji Jabung Lawang Singosari Karangploso Dau Pujon Ngantang Kasembon Jumlah Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka,

85 74

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Firda Syntia Cipto Santoso

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Firda Syntia Cipto Santoso TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Firda Syntia Cipto Santoso Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang Email: hamdani_af@ymail.com Abstrak Pertumbuhan wilayah suatu daerah ditentukan oleh pemanfaatan

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Agus Hidayatullah Dibba Reymita Nadzib Subkhi

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Agus Hidayatullah Dibba Reymita Nadzib Subkhi TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Agus Hidayatullah Dibba Reymita Nadzib Subkhi Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha , ,00 Bujur Timur,

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha , ,00 Bujur Timur, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Malang Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha dan terletak antara koordinat 112 0 17 10,90-112 0 57 00,00

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: YENI NUR HIDAYATI 08630074

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Angga Conni Saputra Fedian Putranto Cipto Santoso

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Angga Conni Saputra Fedian Putranto Cipto Santoso TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Angga Conni Saputra Fedian Putranto Cipto Santoso PUSAT DATA DAN INFORMASI Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Katalog BPS: 1102001.3510200 Sumber : http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/banyuwangi/312-pulau_merah.html BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUWANGI Sumber : http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/banyuwangi/312-pulau_merah.html

Lebih terperinci

S. Andy Cahyono dan Purwanto

S. Andy Cahyono dan Purwanto S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Wilayah Kabupaten Pohuwato dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Boalemo, namun sejak dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) Analisis dengan indeks perkembangan wilayah merupakan modifikasi dari analisis skalogram. Analisis skalogram untuk menentukan hirarki

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) SEKOLAH MENENGAH PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dengan memperhatikan luas wilayah

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 1102001.3510160 KECAMATAN SONGGON DALAM ANGKA TAHUN 2014 ISSN : 2407-036X No. Publikasi : 35106.1420 Katalog BPS : 1102001.3510160 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : x + 54 Halaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

STATISTIK KECAMATAN MAJE 2016 Statistik Daerah Kecamatan Maje 2016 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAJE 2016 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 17040.1619 Katalog BPS : 1101002.1704020 Ukuran Buku : 25,00

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENDAPATAN PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan :

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : Nama Kecamatan : Karera Jumlah Desa / Kelurahan : 70 Desa

Lebih terperinci

MALANG GAMBARAN UMUM. PKPBM :: Pembangunan Kawasan Pedesaan Berbasis Masyarakat. Kondisi Geografi dan Iklim

MALANG GAMBARAN UMUM. PKPBM :: Pembangunan Kawasan Pedesaan Berbasis Masyarakat. Kondisi Geografi dan Iklim PKPBM :: Pembangunan Kawasan Pedesaan Berbasis Masyarakat MALANG GAMBARAN UMUM Kondisi Geografi dan Iklim Kabupaten Malang adalah sebuah kawasan yang terletak pada bagian tengah selatan wilayah Propinsi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG

PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG I. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALANG Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353.486 ha dan terletak pada koordinat 112 o

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

PROFIL KECAMATAN ANGKONA PROFIL KECAMATAN ANGKONA Link Website Kecamatan Angkona 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Angkona terletak 32 km di jazirah timur ibukota Kabupaten LuwuTimur. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Nuha

Lebih terperinci

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i STATISTIK KECAMATAN PADANG GUCI HILIR 2016 Halaman ii Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PADANG GUCI

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Sumatera Barat Sumatera Barat yang terletak antara 0 0 54' Lintang Utara dan 3 0 30' Lintang Selatan serta 98 0 36' dan 101 0 53' Bujur Timur, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya data dan informasi yang memberi gambaran akurat tentang potensi wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan bagi Pemerintah kalangan pertanian

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota : Karang Baru Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Kota langsa dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang dimiliki mampu ditanami berbagai macam jenis tanaman holtikultura. Bahan pencukup kebutuhan manusia yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci