4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Beberapa Ikan Rawa Perairan rawa merupakan salah satu ekosistem perairan umum yang pada permukaan tanahnya ditutupi oleh tumbuhan dan dicirikan dengan tebalnya lapisan tanah organik (gambut) dan kondisi fisik-kimiawi tanah tersebut mempengaruhi kondisi fisik, kimia dan biologi perairan. Pada umumnya perairan rawa bersifat sangat asam sampai netral (nilai ph berkisar 3,5-7), dengan kandungan hara yang rendah (Welcomme 1979). Jenis ikan pada ekosistem rawa banjiran (flood plain) terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok ikan hitam (black fish) dan ikan putih (white fish). Contoh kelompok ikan hitam yaitu Betok (Anabas testudineus), Gabus (Channa striatus), Sepat siam (Trichogaster pectoralis), Tembakang (Helostoma temmenckii). Contoh kelompok ikan putih yaitu Lais (Cryptopterus spp), Baung (Mystus nemurus), Patin (Pangasius sp), Jalawat (Leptobarbus hoeveni), Lampam (Barbodes schwanefeldii). Ikan yang hidup di perairan rawa terutama dari kelompok black fish pada umumnya mempunyai alat pernapasan tambahan (Labyrinth) sehingga dapat hidup di perairan yang oksigennya rendah dan asam. Jenis ikan ekonomis penting yang hidup di bagian hilir sungai yaitu Dukang (Arius sp), Sembilang (Plotosus canisus), Kakap (Lutjanus sp), Bulu ayam (Coilia liindmani) (Utomo dan Krismono, 2006). Pada penelitian ini, ikan yang digunakan didapatkan dari perairan rawa di Selatan Kalimantan, tepatnya di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan. Lima jenis ikan rawa yang ditemukan memiliki panjang dan bobot yang bervariasi (Tabel 2). Tabel 2 Karakteristik beberapa ikan rawa di perairan Selatan Kalimantan No Nama Ikan Panjang (cm) Bobot Awal (g) 1 M. erythrotaenia 42,00 152,00 2 H. fortis 35,50 342,50 3 C. micropeltes 31,00 343,00 4 C. striatus 25,50 157,00 5 C. Lucius 28,50 205,00

2 28 Pada beberapa ikan rawa yang diteliti dilakukan pengukuran panjang tubuh dan bobot tubuh ikan. Pengukuran panjang tubuh ikan dilakukan pada sisi tubuh, dimulai dari ujung mulut sampai ujung ekor. Panjang ikan rawa di perairan Selatan Kalimantan yang diteliti berkisar antara 25,50-42,00 cm. Perbedaan panjang dan bobot ikan dapat disebabkan adanya perbedaan spesies, umur, habitat, TKG, dan makanan (Asty 2007). Pada Gambar 6 dapat dilihat beberapa jenis ikan rawa di perairan rawa Selatan Kalimantan. M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Gambar 5 Beberapa jenis ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan. 4.2 Rendemen Produksi Fillet Dalam rangka pemanfaatan, dari seekor ikan dapat dipisahkan bagian daging yang dapat dimakan (edible portion, edible flesh) dan bagian yang tidak dapat dimakan (non-edible portion) (Ilyas 1983). Bagian yang dapat dimakan (edible portion) dari ikan dimana bagian-bagian yang dapat dimakan dari seekor ikan dipisahkan dari tulang, duri dan bagian lainnya yang tidak dapat dimakan. Pada penelitian ini yang dihitung adalah rendemen produksi fillet kemudian dibandingkan dengan bobot utuh ikan. Bobot tubuh ikan, bobot fillet, dan

3 29 persentase rendemen produksi fillet dari beberapa ikan rawa perairan rawa selatan Kalimantan. (disajikan pada Tabel 3) Tabel 3 Rendemen produksi fillet dan ukuran panjang tubuh pada beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan No Nama Ikan Bobot Bobot Rendeman Awal (g) Fillet (g) (%) 1 M. erythrotaenia ,63 2 H. fortis 342, ,62 3 C. micropeltes ,73 4 C. striatus ,48 5 C. lucius ,02 Dari Tabel 3 terlihat bahwa beberapa ikan rawa yang diteliti, yang ditangkap dari perairan selatan Kalimantan memiliki bobot tubuh utuh sebesar 152,00-343,00 g dan bobot fillet daging sebesar 42,00-150,00 g. Dari perbandingan antara bobot daging fillet dengan bobot ikan utuh didapat persentase rendemen produksi fillet sebesar 27,63-43,73%. Hasil analisis bagian yang dapat dimakan dari sampel ikan rawa yang diteliti menunjukkan nilai yang beragam. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan perbedaan spesies, umur, habitat, TKG, dan makanan dari ikan tersebut (Asty 2007). Nilai dari bagian yang dapat dimakan berpengaruh terhadap jumlah kandungan gizi yang dapat diperoleh. Semakin besar edible portion, maka semakin besar nilai gizi yang diperoleh dari ikan tersebut sehubungan dengan banyaknya mineral, protein dan lemak yang dapat dimanfaatkan dari ikan tersebut (Kusumo 1997). Daging fillet yang diperoleh digunakan untuk analisis proksimat, analisis asam lemak dan analisis logam berat. Hal ini sangat penting, karena beberapa ikan rawa yang diteliti merupakan termasuk ikan ekonomis penting. Sehingga dengan adanya pengkajian mengenai komposisi asam lemak dapat memberikan informasi mengenai potensi asam lemak seperti omega-3, omega-6 dan omega-9 yang telah terbukti berperan penting dalam kesehatan tubuh manusia (Thoha 2004).

4 Hasil Analisis Proksimat Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan proksimat yang terdapat pada beberapa ikan rawa yang ditangkap dari perairan rawa selatan Kalimantan. Kandungan proksimat yang dianalisis meliputi kandungan air, abu, lemak, dan protein. Hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis proksimat beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan No Nama Ikan Kadar Kadar Kadar Kadar Air(%) Abu (%) Lemak (%) Protein (%) 1 M. erythrotaenia 78,84 0,99 3,02 15,85 2 H. fortis 74,23 1,28 2,31 21,74 3 C. micropeltes 75,90 4,13 0,47 17,84 4 C. striatus 77,14 2,10 0,45 19,59 5 C. lucius 74,60 3,42 3,24 18,13 Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa beberapa ikan rawa yang diteliti memiliki kandungan proksimat yang berbeda-beda. Tampak bahwa ikan rawa tersebut memiliki kadar air sebesar 74,23-78,84%, kadar abu 0,99-4,13%, kadar lemak 0,45-3,24%, dan kadar protein 15,85-21,74%. Keragaman komposisi kimia ini dapat disebabkan oleh faktor makanan, spesies, jenis kelamin, dan umur ikan (Kusumo 1997). Menurut Zaitsev et al. (1969) dalam Santoso (1998) menyatakan bahwa fluktuasi komposisi kimia daging ikan terjadi pada spesies, umur, jenis kelamin, serta saat penangkapan yang sama Kandungan air Air merupakan komponen penyusun terbesar pada tubuh ikan. Kandungan air pada ikan terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas dan air terikat. Air bebas yang terdapat dalam ruang antar sel dan plasma, dapat melarutkan berbagai vitamin, garam mineral dan senyawa-senyawa nitrogen tertentu. Air terikat terdapat dalam beberapa macam yaitu terikat secara kimiawi, terikat secara fisikokimia, dan terikat oleh daya kapiler.

5 31 Air digunakan dalam jumlah yang lebih besar baik dalam bahan pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan zat gizi lainnya. Air digunakan dalam tubuh sebagai pelarut, sebagai bagian dari pelumas, sebagai pereaksi kimia, membantu mengatur suhu tubuh, serta membantu memelihara bantuk dan susunan tubuh (Harper 1988). Kandungan air beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 7. C. lucius 74,6 Jenis Ikan C. striatus C. micropeltes H. fortis 77,14 75,9 74,23 M. erythrotaenia 78, Kadar Air (%) Gambar 6 Histogram kandungan air beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kandungan air berkisar antara 74,23-78,84%. Kandungan air paling rendah terdapat pada spesies H. fortis dan yang tertinggi pada spesies M. erythrotaenia. Sebaliknya pada Gambar 9, kandungan protein paling rendah terdapat pada spesies M. erytrothenia dan yang tertinggi pada spesies H. fortis. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kandungan protein maka kandungan air akan semakin menurun. Senyawa protein yang terdapat pada suatu bahan mengandung air konstitusi yang terikat secara kimiawi. Air konstitusi adalah air yang merupakan bagian dari molekul senyawa padatan tertentu dan bukan dalam bentuk H 2 O (Syarief et al. 1993) Kandungan abu Pada bahan makanan sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air, sisanya

6 32 terdiri dari unsur-unsur mineral yaitu zat anorganik atau disebut juga kadar abu. Mineral yang ditemukan dalam tubuh makhluk hidup dan dalam bahan pangan tergabung dalam persenyawaan anorganik, dan ada pula yang ditemukan dalam bentuk unsur (Harper et al. 1988). Kandungan abu beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 7. C. lucius 3,42 C. striatus 2,1 Jenis Ikan C. micropeltes 4,13 H. fortis 1,28 M. erythrotaenia 0, Kadar Abu (%) Gambar 7 Histogram kandungan abu beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan. Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa kandungan abu berkisar antara 0,99-4,13%. Kandungan abu paling rendah terdapat pada spesies M. erythrotaenia, sedangkan kandungan tertinggi terdapat pada spesies C. micropeltes. Kandungan abu sangat erat hubungannya dengan kandungan mineral suatu bahan tersebut, dalam hal ini ikan rawa yang diteliti (Sudarmadji et al 1989) Kandungan lemak Pada umumnya lemak yang terkandung dalam ikan sangat mudah untuk dicerna langsung oleh tubuh, sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol dalam darah. Kandungan lemak beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 8.

7 33 C. lucius 3,24 Jenis Ikan C. striatus C. micropeltes 0,45 0,47 H. fortis 2,31 M. erythrotaenia 3,02 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kadar Lemak (%) Gambar 8 Histogram kandungan lemak beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa kandungan lemak berkisar antara 0,45-3,24%. Kandungan lemak paling rendah terdapat pada spesies C. striatus dan yang tertinggi pada spesies C. lucius. Kandungan lemak yang tinggi membuat ikan ideal dijadikan sumber lemak hewani yang baik bagi tubuh. Sebagian besar lemak daging ikan terdiri atas asam lemak tak jenuh yang dibagi menjadi asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) (Lehninger 1982, Ackman 1982). Lingkungan tempat dimana ikan tersebut tumbuh dan berkembang sangat berpengaruh terhadap kandungan lemak (Suriawiria dalam Asty 2007). Kandungan lemak pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis ikan tapi juga dipengaruhi oleh kedewasaan, musim, kebiasaan makan (feeding habit), dan ketersediaan pakan (Belitz dan Grosch 1986) Kandungan protein Ikan pada umumnya memiliki kadar protein yang tinggi dengan protein yang mudah untuk dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh. Komposisi asam-asam amino dalam bahan makanan hewani sesuai dengan komposisi jaringan di dalam tubuh manusia itu sendiri. Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam amino yang

8 34 dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan (Soenardi 2006). Asam amino terbagi dalam asam amino non esensial dan asam amino esensial. Asam amino esensial harus diperoleh dari makanan, karena tubuh tidak bisa membuatnya secara sendiri, asam amino esensial terdiri atas histidin, asoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, dan arginin (Harper et al. 1988; Sudarmadji et al. 1989). Kandungan protein beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 9. C. lucius 18,13 Jenis Ikan C. striatus C. micropeltes H. fortis 17,84 19,59 21,74 M. erythrotaenia 15, Kadar Protein (%) Gambar 9 Histogram kandungan protein beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kandungan protein berkisar antara 15,85-21,74%. Kandungan protein paling rendah terdapat pada spesies M. erythrotenia dan yang tertinggi pada spesies H fortis. Tingginya kadar protein dipengaruhi oleh jenis spesies, lingkungan dan makanan. Ikan juga dikonsumsi sebagai sumber protein hewani, karena memiliki serat protein yang lebih pendek dibanding serat protein daging sapi atau daging ayam, sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh (Hadiwiyoto 1988 dalam Fanany 2005). Berdasarkan kandungan protein dan lemaknya, ikan dapat digolongkan dalam 5 tipe (Stansby dan Olcott 1963 dalam Santoso 1998), seperti yang tercantum dalam Tabel 5. Kelima tipe ikan tersebut yaitu A, B, C, D dan E didasarkan pada kandungan protein dan lemaknya.

9 35 Tabel 5 Tipe-tipe ikan berdasarkan kandungan protein dan lemaknya Tipe Kategori Kandungan Protein (%) Lemak (%) A Protein tinggi, lemak rendah <5 B Protein tinggi, lemak sedang C Protein rendah, lemak tinggi <15 >15 D Protein sangat tinggi, lemak rendah >20 <5 E Protein rendah, lemak rendah <15 <5 Sumber : Stanby dan Olcott (1963) dalam Santoso (1998) Berdasarkan Tabel 5, beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan yang diteliti, dapat dikelompokkan menjadi dua tipe. Pengelompokkan beberapa ikan rawa ini dicantumkan pada Tabel 6. Tabel 6 Tipe-tipe beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan berdasarkan kandungan protein dan lemaknya No Nama Ikan Tipe Kategori 1 M. erythrotaenia A Protein tinggi, lemak rendah 2 H. fortis D Protein sangat tinggi, lemak rendah 3 C. micropeltes A Protein tinggi, lemak rendah 4 C. striatus A Protein tinggi, lemak rendah 5 C. lucius A Protein tinggi, lemak rendah Pada Tabel 6 terlihat bahwa ikan rawa yang diteliti terdiri atas 2 tipe yaitu tipe A dan tipe D. Ikan rawa yang termasuk tipe A adalah M. erythrotaenia, C. micropeltes, C. striatus, dan C. lucius, yaitu ikan dengan kadar protein tinggi (15-20%) dan berkadar lemak rendah (<5%). Ikan rawa yang termasuk tipe D adalah H. fortis yaitu ikan dengan kadar protein sangat tinggi (>20%) dan berkadar lemak rendah (<5%).

10 Kandungan Asam Lemak Analisis asam lemak dilakukan menggunakan alat Gas Chromatography (GC) Shimadzu GC-2010 Plus untuk mengetahui komposisi asam lemak ikan rawa. Hasil analisis asam lemak disajikan selengkapnya melalui Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis asam lemak beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan Tipe Asam Lemak asam lemak jenuh asam lemak tak jenuh tunggal asam lemak tak jenuh jamak Keterangan: A : M. erythrotaenia B : H. fortis C : C. micropeltes Jenis Asam Lemak (% (b/b)) A B C D E Laurat 0,05 0,1 0,07 0,04 0,05 Miristat 0,94 1,03 0,7 0,51 0,92 Palmitat 16,97 17,05 16,47 8,86 19,99 Stearat 6,81 10,26 10,62 5,86 7,78 Total 24,77 28,44 27,86 15,27 28,74 Palmitoleat 2,6 2,67 2,32 0,79 2,35 Oleat 14,18 19,66 10,33 5,19 13,99 Total 16,78 22,33 12,65 5,98 16,34 Linoleat 4,7 4,57 1,96 1,31 4,15 Linolenat 1,88 3,09 0,8 0,18 1,97 Arakhidonat 1,18 2,59 1,73 3,19 2,27 EPA 0,05 0,37 0,32 1,53 0,45 DHA 0,41 0,96 1,43 1,62 1,97 Total 8,22 11,58 6,24 7,83 10,81 Total 42,74 61,74 36,92 45,63 61,93 D : C. striatus E : C. lucius Analisis asam lemak menunjukkan bahwa beberapa spesies ikan rawa yang diteliti mengandung 11 jenis asam lemak yang terdiri atas asam lemak jenuh/safa (Saturated Fatty Acid), asam lemak tak jenuh tunggal/mufa (Monounsaturated Fatty Acid), dan asam lemak tak jenuh jamak/pufa (Polyunsaturated Fatty Acid). Yang termasuk ke dalam asam lemak jenuh (SAFA) adalah asam laurat (C12:0), asam miristat (C14:0), asam palmitat (C16:0), dan asam stearat (C18:0). Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) adalah asam

11 37 palmitoleat (C16:1) dan asam oleat (C18:1,n-9), sedangkan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) meliputi asam linoleat (C18:2,n-6), linolenat (C18:3,n-3), asam arakhidonat (C20:4,n-6), asam eikosapentaenoat/epa (C20:5, n-3), dan asam dokoheksaenoat/dha (C22:6,n-3). Beberapa spesies ikan rawa memiliki komposisi asam laurat (C12:0) antara 0,04-0,1% (b/b), asam miristat (C14:0) 0,51-1,03% (b/b), asam palmitat (C16:0) sebesar 8,86-19,99 %(b/b), dan asam stearat (C18:0) antara 5,86-10,62% (b/b). Asam palmitoleat (C16:1) yang termasuk asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) memiliki komposisi antara 0,79-2,67% (b/b) dan asam oleat (C18:1,n9) yang termasuk kedalam golongan omega-9 sebesar 5,19-19,66% (b/b), sedangkan asam lemak yang tergolong omega-6 meliputi asam linoleat (C18:2,n-6) memiliki komposisi antara 1,31-4,7% (b/b) dan asam arakhidonat (C20:4,n-6) sebesar 1,18-3,19% (b/b). Asam lemak yang tergolong omega-3 meliputi linolenat (C18:3,n-3) memiliki komposisi antara 0,18-3,09% (b/b) asam eikosapentaenoat/epa (C20:5,n-3) sebesar antara 0,05-1,53% (b/b), dan asam dokosaheksaenoat/dha (C22:6,n-3) msemiliki komposisi 0,41-1,97% (b/b). Berdasarkan Tabel 7, total persentasi asam lemak M. erythrotaenia sebesar 42,74% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 57,26% (b/b). Begitu juga dengan spesies lainnya, total persentasi asam lemak H. fortis sebesar 61,74% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 38,26% (b/b). Total persentasi asam lemak C. micropeltes sebesar 36,92% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 63,08% (b/b). Pada C. striatus, total persentasi asam lemak sebesar 45,63% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 54,37% (b/b). Sedangkan total persentasi asam lemak C. lucius sebesar 61,93% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 38,07% (b/b).

12 38 Komposisi asam lemak ikan M. erythrotaenia didominasi oleh asam lemak jenuh yaitu asam palmitat (C16:0) sebesar 16,97% (b/b) dan asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 14,18% (b/b). Palmitat merupakan prekursor bagi pembentukkan asam lemak rantai panjang lainnya melalui proses elongasi maupun desaturasi. Asam lemak jenuh merupakan komponen dasar dari sistem pembentukkan lemak pada makhluk hidup. Sedangkan asam lemak tak jenuh yang dikandung ikan M. erythrotaenia termasuk asam lemak yang mudah mengalami oksidasi, sehingga penanganannya harus selalu dalam rantai dingin menggunakan es (cold chain) agar kualitas kesegarannya tetap terjaga hingga tahap pengolahan. Perbedaan asam lemak ini sangat dimungkinkan karena komposisi lemak dan asam lemak pada ikan tergantung pada jenis spesies, habitat, dan jenis makanan yang dikonsumsi (Ackman 1982 dalam Kusumo 1997). Komposisi asam lemak ikan M. erythrotaenia dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 10. DHA 0,41 EPA 0,05 Arakhidonat 1,18 Jenis asam lemak Linolenat Linoleat Oleat Palmitoleat Stearat 1,88 2,6 4,7 6,81 14,18 Palmitat 16,97 Miristat 0,94 Laurat 0, Kadar Asam Lemak (% (b/b)) Keterangan: Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh Gambar 10 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies M. erythrotaenia.

13 39 DHA 0,96 EPA 0,37 Arakhidonat 2,59 Jenis asam lemak Linolenat Linoleat Oleat Palmitoleat Stearat 3,09 4,57 2,67 10,26 19,66 Palmitat 17,05 Miristat 1,03 Laurat 0, Kadar Asam Lemak (% (b/b)) Keterangan: Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh Gambar 11 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies H. fortis. Berdasarkan Gambar 11 dapat kita lihat bahwa asam lemak yang mendominasi pada ikan H. fortis adalah asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 19,66% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 17,05% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 10,26% (b/b). DHA 1,43 EPA 0,32 Arakhidonat 1,73 Jenis asam lemak Linolenat Linoleat Oleat Palmitoleat Stearat 0,8 1,96 2,32 10,33 10,62 Palmitat 16,47 Miristat 0,7 Laurat 0, Kadar Asam Lemak (% (b/b)) Keterangan: Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh Gambar 12 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies C. micropeltes.

14 40 Pada Gambar 12, komposisi asam lemak ikan C. micropeltes didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 10,33% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 16,47% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 10,62% (b/b). Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang tinggi dapat dipengaruhi habitat hidupnya yang terdapat sedikit fitoplankton pada perairan rawa dan kecenderungan ikan rawa yang merupakan pemangsa ikan-ikan kecil. DHA EPA 1,62 1,53 Arakhidonat 3,19 Jenis asam lemak Linolenat Linoleat Oleat Palmitoleat Stearat 0,18 0,79 1,31 5,19 5,86 Palmitat 8,86 Miristat Laurat 0,04 0, Kadar Asam Lemak (% (b/b)) Keterangan: Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh Gambar 13 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies C. striatus. Komposisi asam lemak ikan C. striatus, berdasarkan Gambar 13 didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 5,19% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 8,86% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 5,86% (b/b). Sedangkan berdasarkan Gambar 15, komposisi asam lemak ikan C. luscius didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu oleat (C18:1,n-9) sebesar 13,99% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 19,99% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 7,78% (b/b).

15 41 Perbedaan nilai asam lemak disebabkan oleh perbedaan komposisi jenis lemak yang dikonsumsi dari lingkungan hidupnya (Leblanc et al. 2008). Asam oleat lebih stabil dibandingkan dengan asam linoleat dan linolenat, terlihat dari perannya dalam meningkatkan HDL kolesterol yang lebih besar dan menurunkan LDL kolesterol di dalam darah (Muchtadi et al. 1993). DHA 1,97 EPA 0,45 Arakhidonat 2,27 Jenis asam lemak Linolenat Linoleat Oleat Palmitoleat Stearat 1,97 4,15 2,35 7,78 13,99 Palmitat 19,99 Miristat Laurat 0,05 0, Kadar Asam Lemak (% (b/b)) Keterangan: Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh Gambar 14 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies C. luscious. Secara keseluruhan, beberapa spesies ikan laut rawa yang diteliti memiliki komposisi asam lemak yang hampir sama, namun dengan variasi nilai asam lemak yang cukup beragam. Pada dasarnya, komposisi asam lemak ikan rawa rata-rata didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak jenuh (SAFA) dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA). Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang dikandung ikan rawa adalah asam oleat (C18:1, n-9), sedangkan asam lemak jenuh (SAFA) umumnya dari jenis asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C18:0). Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) terdapat dalam bentuk arakhidonat (C20:4,n-6), linoleat (C18:2, n-6), linolenat (C18:3), EPA (C20:5), dan DHA (C22:6) yang semuanya termasuk ke dalam

16 42 keluarga omega-3 kecuali arakhidonat dan linoleat yang termasuk kedalam omega-6. Pada umumnya ikan rawa termasuk hewan pemangsa/karnivora yang memakan zooplankton, ikan-ikan kecil, krustase dan Myctophidae, sehingga ratarata memiliki kandungan PUFA yang rendah dan MUFA yang tinggi (Kusumo 1997). Hal ini berbeda dengan ikan yang banyak mengonsumsi fitoplankton yang dapat mensintesis omega-3 sendiri. Kandungan SAFA relatif sama pada ikan yang diteliti karena asam lemak ini merupakan komponen dasar dari sistem pembentukan lemak pada makhluk hidup. Perbedaan kadar serta komposisi asam lemak ini terjadi karena komposisi lemak dan asam lemak pada ikan tergantung pada jenis spesies, habitat dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan tersebut (Ackman 1982). Tidak teridentifikasinya beberapa asam lemak diduga karena kandungan asam lemak tersebut sangat rendah. Rendahnya asam lemak menyebabkan puncak (Peak) asam lemak kecil sehingga tidak dapat dibedakan dari puncak pengaruh nois kromatografi gas atau telah terjadi kerusakan asam lemak pada tahap metilasi lemak. Beberapa asam lemak yang mendominasi ikan rawa yang diteliti dan mempunyai peran penting dalam kesehatan adalah oleat (MUFA/omega-9) EPA, dan DHA (PUFA/omega-3). Perbandingan asam oleat, EPA dan DHA beberapa spesies ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan komposisi oleat, EPA dan DHA pada beberapa ikan rawa di perairan selatan Kalimantan (% (b/b)) No Nama Jenis Ikan Oleat EPA DHA 1 M. erythrotaenia 14,18 0,05 0,41 2 H. fortis 19,66 0,37 0,96 3 C. micropeltes 10,33 0,32 1,43 4 C. striatus 5,19 1,53 1,62 5 C. lucius 13,99 0,45 1,97 Nilai asam lemak oleat (omega-9) tertinggi dimiliki oleh ikan rawa jenis H. fortis dengan nilai 19,66% (b/b). Sedangkan kandungan EPA (omega-3) tertinggi terdapat pada ikan rawa jenis C. striatus dan kandungan DHA (omega-3)

17 43 tertinggi terdapat pada C. lucius. Penjelasan asam oleat, EPA dan DHA beberapa spesies ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar C. lucius 13,99 C. striatus 5,19 Jenis Ikan C. micropeltes 10,33 H. fortis 19,66 M. erythrotaenia 14, Kadar Oleat (% (b/b)) Gambar 15 Histogram perbandingan kandungan asam oleat pada beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan. C. lucius 0,45 C. striatus 1,53 Jenis Ikan C. micropeltes H. fortis 0,32 0,37 M. erythrotaenia 0,05 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 Kadar EPA (% (b/b)) Gambar 16 Histogram perbandingan kandungan EPA pada beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan.

18 44 C. lucius 1,97 C. striatus 1,62 Jenis Ikan C. micropeltes 1,43 H. fortis 0,96 M. erythrotaenia 0,41 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Kadar DHA (% (b/b)) Gambar 17 Histogram perbandingan kandungan DHA pada beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan. Asam oleat Asam oleat (C18:1, n-9) sering disebut sebagai omega-9 dan termasuk Monounsaturated Fatty Acid (MUFA) mempunyai peranan cukup penting dalam kesehatan. Kuantitas asam lemak pada ikan tergantung kepada jenis spesies dan habitat (Haliloglu et al. 2004). Selain itu, variasi nilai asam lemak dapat disebabkan oleh jenis makanan, salinitas, usia dan jenis kelamin (Satue et al. 1994). Asam lemak omega-9 memiliki daya perlindungan yang mampu menurunkan LDL kolesterol darah yang disebut kolesterol jahat dan juga meningkatkan HDL kolesterol darah atau kolesterol baik. Akan tetapi, omega-9 memiliki daya perlindungan yang lebih besar dibandingkan asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak ini juga memiliki potensi untuk menghadang produksi senyawa eikosanoid yaitu stimulan pertumbuhan tumor pada binatang percobaan (potensi ini juga dimiliki oleh asam lemak omega-3) (Pranoto 2006). Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Asam oleat memiliki rumus kimia

19 45 CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH. Asam lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning kecokelatan, memiliki aroma yang khas, tidak larut dalam air, titik leburnya 15,3 C dan titik didihnya 360 C. Asam eikosapentaenoat (EPA) EPA termasuk omega-3 yang merupakan asam lemak esensial bagi tubuh. Disebut esensial karena tubuh tidak dapat mensintesis EPA sendiri sehingga untuk mendapatkannya harus dikonsumsi dari bahan makanan. Pada dasarnya, ikan tidak dapat memproduksi omega-3, namun kandungan kandungan omega-3 yang tinggi pada tubuh ikan ini diperoleh melalui makanannya, yaitu fitoplankton. Beberapa jenis fitoplankton yang memiliki kandungan EPA yang tinggi adalah Prorocentrum micans, Gonyaulax polyedra, Skeletonema costatum, Ditylum brightwelli, Biddulphia sinensis, Asteriolla japonica dan Navicula pellicullosa (Wood 1974 dalam Kusumo 1997). Asam eikosapentaenoat (EPA) merupakan jenis asam lemak omega-3. Dalam banyak literatur disebut C20:5,n-3. Memiliki nama kimia sistematis keseluruhan asam cis-5,8,11,14,17-eikosapentaenoat dan nama trivial asam timnodonat (timnodonic acid). Secara kimia, EPA merupakan asam karboksilat dengan rantai C berjumlah 20 dan 5 ikatan ganda cis, ikatan ganda pertama terletak pada karbon ketiga dari ujung omega. Selain itu, EPA memiliki rumus molekul C20H30O2. EPA dan metabolitnya berperan dalam tubuh melalui interaksi dengan metabolit asam arakhidonat. EPA merupakan asam lemak tak jenuh jamak yang berperan sebagai prekursor untuk prostaglandin-3 (yang menghambat agregasi platelet), gugus tromboksan-3 dan leukotrien-5. Ditemukan juga pada minyak ikan dari hati ikan kod, herring, mackerel, salmon, menhaden dan sardin (Pranoto 2006). Asam dokosahensaenoat (DHA) Bersama dengan EPA, DHA juga merupakan keluarga asam lemak tak

20 46 jenuh omega-3 yang penting bagi kesehatan tubuh manusia. Variasi nilai DHA dapat disebabkan karena perbedaan usia dan jenis kelamin (Satue et al. 1994). EPA tidak banyak berubah nilainya selama pertumbuhan, namun DHA berkurang selama perkembangan terutama pada betina (Satue et al. 1994). Ikan yang ditemukan pada air dingin lebih tinggi kandungan omega- 3/PUFA dibanding pada air hangat dan kandungan omega-3/pufa pada ikan laut lebih tinggi dibanding pada air air tawar (Mu nisa 2003). Asam lemak omega-3 memiliki ikatan rangkap tak jenuh yang terdapat pada atom C ketiga dan keempat terakhir dihitung dari gugus metilnya. Asam lemak omega-3 sudah lama diteliti sebagai zat yang bisa mengurangi tingkat kematian akibat penyakit jantung koroner, terutama kematian mendadak. Omega-3 juga berperan membantu meningkatkan high density lipoprotein (HDL) atau yang disebut kolesterol baik, karena besarnya peranan dalam meningkatkan daya kekebalan (imunitas) tubuh dan menurunkan low density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat, karena menjadi penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah (Mu nisa 2003). Asam dokosaheksaenoat lebih dikenal sebagai DHA (C22:6,n-3) mempunyai rumus kimia asam cis dokosa-4,7,10,13,16,19-heksaenoat yang memiliki nama trivial asam servonat (cervonic acid) merupakan asam lemak esensial omega-3. Secara kimia, DHA adalah asam karboksilat dengan rantai C berjumlah 22 dan 6 ikatan ganda cis, ikatan ganda pertama terletak pada rantai C ketiga dari ujung omega. Pemberian omega 3 khususnya EPA dan DHA pada pasien hypolipidemik, antitrombotik, antiritmik, antihipertensi dan anti inflammatori, menunjukkan penurunan atau menghambat resiko dan faktor timbulnya perkembangan penyakit kardiovaskuler. DHA didalam tubuh sangat penting untuk perkembangan otak dan retina (Stone 1996 dan Simopoulos 1991 dalam Mu nisa 2003). 4.5 Kandungan Logam Berat (Pb dan Cd) Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah

21 47 yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah seng (Zn), tembaga (Cu), besi (fe), kobal (Co), dan mangan (Mn). Sedangkan jenis kedua adalah logam berat yang tidak esensial bagi tubuh atau memiliki sifat toksik. Keberadaan jenis logam berat yang kedua ini dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahan dapat bersifat racun. Contoh logam-logam berat ini adalah merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal atau timah hitam (Pb), dan krom (Cr) (Putra SE dan Putra JA 2006). Logam berat Kadmium dan Timbal selain bersifat tidak esensial juga bersifat toksik, sehingga kedua jenis logam tersebut selalu mendapat prioritas utama untuk dianalisis dan dievaluasi. Logam-logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia, tergantung pada bagian mana logam tersebut terikat dalam tubuh. Hasil analisis kandungan beberapa logam berat yang meliputi kadmium (Cd) dan timbal (Pb) dari beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kandungan logam berat pada beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan Logam Berat (Toksik) (ppm) No Nama Ikan Pb Cd 1 M. erythrotaenia Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi 2 H. fortis 3 C. micropeltes 4 C. striatus 5 C. lucius Sumber *) : Nauen (1983) Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Standar* 0,05-1,0 0,005-0,2 Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa hasil analisis kandungan beberapa logam berat yang meliputi timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dari beberapa ikan rawa yang diperoleh dari perairan rawa selatan Kalimantan, menunjukkan bahwa kedua logam berat ini tidak terdeteksi oleh alat yang digunakan. Alat AAS yang digunakan hanya mampu mendeteksi kandungan mineral dengan konsentrasi

22 48 minimal yaitu sebesar 0,001 ppm bahan sehingga diperkirakan bahwa kandungan ketiga logam berat ini di bawah 0,001 ppm bahan yang diuji. Berdasarkan FAO dan DepKes RI, kandungan kadmium maksimum yang masih diperkenankan terdapat dalam jaringan tubuh komoditi hasil laut segar adalah sebesar 0,2 ppm bahan, dan konsentrasi maksimum untuk timbal yang masih diperkenankan dalam ikan dan hasil perikanan lainnya yaitu sebesar 0,2-0,4 ppm (Sunaryo 2002). Berdasarkan FAO, kandungan logam berat yang diperbolehkan dalam ikan dan hasil perikanan lainnya adalah sebesar 0,005-0,2 ppm untuk kadmium, dan 0,05-1,0 ppm untuk timbal (Nauen 1983). Maka dapat diketahui bahwa beberapa ikan rawa yang diteliti tergolong aman untuk dikonsumsi, karena besar kandungan logam berat kadmium (Cd) dan timbal (Pb) berada di ambang batas aman konsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini berwarna putih keperakan dengan sedikit warna merah di sisi sirip-siripnya.

Lebih terperinci

FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER. Abstrack

FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER. Abstrack FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER By Jonny Alamsyah 1), Mirna Ilza 2) dan Syahrul 2) Abstrack This research was conducted to evaluate fatty acid profile of pond

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 4 1.1 Ikan Teri Galer (Stolephorus indicus

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP KOMPOSISI ASAM LEMAK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP KOMPOSISI ASAM LEMAK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP KOMPOSISI ASAM LEMAK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Nurjanah 1, Tati Nurhayati 1, Asadatun Abdullah 1 dan Ardilla Prameswarie Raharjo 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta )

STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta ) STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta ) Ella Salamah *, Hendarwan ** dan Yunizal *** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Gambar 1 Ikan Cobia (Rachycentron canadum) (Sumber: MFB 2008).

Gambar 1 Ikan Cobia (Rachycentron canadum) (Sumber: MFB 2008). 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan cobia (Rachycentron canadum) Ikan cobia adalah jenis ikan berukuran besar termasuk ikan pelagis besar yang terdistribusi di perairan estuari, subtropis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna coklat. Bekatul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015). I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat, (5) Kerangka Berpikir dan (6) Hipotesis 1.1. Latar Belakang Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) merupakan salah satu unggas yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan produk daging dan telur untuk memenuhi kebutuhan protein hewani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan GIZI & PANGAN PENDAHULUAN Gizi seseorang tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami definisi dan prinsip dasar lemak 2. Mahasiswa memahami penggolongan lemak 3. Mahasiswa memahami sifat-sifat lemak 4. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hiperkolesterolemia 1. Pengertian Hiperkolesterolemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol total yang disertai dengan meningkatnya kadar kolesterol LDL

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak PENGANTAR Latar Belakang Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan berguna bagi kesehatan

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

Buletin Teknologi Hasil Perikanan Volume VII Nomor I tahun 2004

Buletin Teknologi Hasil Perikanan Volume VII Nomor I tahun 2004 STUDI AKTIVITAS ASAM LEMAK OMEGA-3 IKAN LAUT PADA MENCIT SEBAGAI MODEL HEWAN PERCOBAAN (A Study of Activity of Omega -3 Fatty Acid of Some Marine Fish in Mice as the Experimental Animals) Dadi R. Sukarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Ketaren, 1986). Minyak goreng diekstraksi

Lebih terperinci

BAB II MENGKONSUMSI IKAN MENCEDASKAN MANUSIA

BAB II MENGKONSUMSI IKAN MENCEDASKAN MANUSIA BAB II MENGKONSUMSI IKAN MENCEDASKAN MANUSIA 2.1 Ikan 2.1.1 Deskripsi Ikan Definisi ikan yang dapat dikutip dari FAO adalah makhluk hidup yang menghabiskan seluruh atau sebagian dari fase hidupnya didalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan homoioterm yang suhu tubuhnya harus tetap dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding itik. Zona suhu kenyamanan (Comfort

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Mutu Minyak Ikan Sebelum Ekstraksi dengan Fluida CO 2 Superkritik Minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan minyak ikan hasil samping industri pengalengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu menu makanan yang populer dan disenangi banyak kalangan. Hal ini karena ikan adalah produk strategis yaitu potensi produksi sangat besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak

I PENDAHULUAN. Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak kakao. Cokelat merupakan kategori makanan yang mudah dicerna oleh tubuh dan mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroalga merupakan organisme air fotoautropik uniseluler atau multiseluler (Biondi and Tredici, 2011). Mikroalga hidup dengan berkoloni, berfilamen atau helaian pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Kerang Pisau (Solen spp) Kerang pisau yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Pantai Kejawanan, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Cirebon. Kerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 mernberikan dampak terhadap peningkatan populasi dan produksi peternakan. Ditinjau dari sea popuiasi ternak ayam ras petelur antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Keong Mas Tubuh keong mas terdiri atas cangkang, jeroan, dan daging. Cangkang keong mas bundar dan berwarna coklat kehitaman. Cangkang ini tersusun dari kalsium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara maritim dengan ratusan pulau yang membentang dari ujung barat hingga ujung timur, Indonesia yang memiliki luas laut 3.257.483 km² menjadi negara yang potensial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang merupakan satu diantara penghuni perairan dan juga menjadi sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, kerang juga memiliki kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Ikan Karakterisasi minyak ikan dilakukan untuk mengetahui karakter awal minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini. Karakter minyak ikan yang diukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

DHA dalam plasma sapi dengan pemberian ransum dengan CGKK (RK-45) lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ransum dengan CMEK (RM-45).

DHA dalam plasma sapi dengan pemberian ransum dengan CGKK (RK-45) lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ransum dengan CMEK (RM-45). 5 PEMBAHASAN UMUM Asam lemak nonesensial merupakan asam lemak hasil sintesa de novo dalam jaringan mamari dapat dihasilkan oleh sapi dengan pemberian ransum dengan konsentrat kadar protein kasar 14%, TDN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan: 1. Pakan Buatan dalam Industri Akuakultur: Pengenalan 2. Nutrisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk meningkatkan produksi daging sapi dalam upaya mencukupi kebutuhan protein hewani secara nasional, di samping kualitas yang baik juga diperlukan kontinuitas ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

Gambar 1 Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) (Sumber: Anonim a 2011)

Gambar 1 Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) (Sumber: Anonim a 2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting. Ikan ini memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat indonesia. Kebutuhan akan minyak goreng setiap tahun mengalami peningkatan karena makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORIS DAGING IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) DARI UKURAN BERBEDA. Oleh:

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORIS DAGING IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) DARI UKURAN BERBEDA. Oleh: KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORIS DAGING IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) DARI UKURAN BERBEDA Oleh: Adi Putra Silaban 1), Bustari Hasan 2), Tjipto Leksono 2) Email : ady.silaban.16@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu. merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu. merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah sehingga sirkulasi darah terhambat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil persilangan antara lele asli

Lebih terperinci