Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L)*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L)*"

Transkripsi

1 Akta Kimindo Vol. 1 No. 1 Oktober 2005: AKTA KIMIA INDONESIA Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L)* Ita Ulfin** dan Widya W. Jurusan Kimia, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih, Surabaya ABSTRACT There had been research about developing biofiltration method to get optimal absorption by using plants regeneration method and replacing media in optimum condition as a comparing study to those method without regeneration which used previously toward the decreasing of Cr metal concentration. This research used kayu apu (Pistia stratiotes, Linn) to absorb heavy metal, i.e. chromium in synthetic planting media solution. By regeneration method, the amount of Cr metal concentration were only left about 6,6963 % while by method without regeneration the amount of Cr metal concentration were only left about 10,0147 %. The method of replacing media daily occurs Cr concentration absorbing till about 92,0111 % or 73,6089 ppm. Test of releasing kayu apu within aqudest showed that Cr concentration released about 0,0982 %. Quantitative analyze of chromium metal which left within media measured by Atomic Absorption Spectrometry (AAS). ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengembangan metode biofiltrasi untuk mendapatkan penyerapan yang optimal dengan menggunakan metode penggantian (regenerasi) tanaman setiap hari dan metode penggantian media dengan kondisi optimum sebagai studi perbandingan pada metode tanpa regenerasi yang digunakan pada penelitian sebelumnya terhadap penurunan konsentrasi logam Cr. Pada penelitian ini digunakan kayu apu (Pistia stratiotes, Linn) untuk menyerap logam berat yaitu kromium dalam larutan media tanam sintetis. Dengan metode regenerasi konsentrasi logam Cr yang sebesar 6,6963 % sedangkan dengan metode tanpa regenerasi konsentrasi logam Cr yang sebesar 10,0147 %. Metode penggantian media setiap hari menghasilkan penyerapan konsentrasi Cr sampai 92,0111 % atau 73,6089 ppm. Uji pelepasan kayu apu dalam akuades menunjukkan adanya konsentrasi Cr yang dilepas sebanyak %. Analisa kuantitatif logam kromium yang dalam media diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). PENDAHULUAN Keberadaan logam berat di lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama, berasal dari alam dengan kadar di biosfer relatif kecil. Keberadaan logam berat secara alami tidak membahayakan keselamatan lingkungan. Kedua, dari antropogenik di mana keberadaan logam berat tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah industri pelapisan logam, pertambangan, cat, pembuangan gas kendaraan bermotor, serta barang-barang bekas seperti baterai, kaleng, dan sebagainya. Logam berat antropogeniklah yang mengancam keselamatan lingkungan. Penanganan limbah cair mendapatkan perhatian intensif oleh semua * Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia VII, di Surabaya 9 Agustus 2005 ** Corresponding author pihak. Pengolahan limbah cair dengan metode yang tepat tanpa efek samping diharapkan dapat meminimalisasi kandungan zat-zat polutan terutama logam berat yang berpotensi merusak lingkungan. Keberadaan logam berat di lingkungannya akan menyebabkan efek kronis dengan terjadinya bio-akumulasi. Bagi manusia, terjadinya bio-akumulasi ini perlu diwaspadai mengingat manusia adalah makhluk dengan tingkat trofik yang paling tinggi di dalam rantai makanan (Lubis,2002). Pencemaran logam berat dapat berupa merkuri (Hg), kadmium (Cd), tembaga (Cu), kromium (Cr), timbal (Pb), seng (Zn), dan sebagainya. Berdasarkan surat keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal, 2000), diketahui bahwa kadar total Cr dalam air limbah industri yang diperbolehkan yaitu 0,1 ppm. Kimia ITS HKI Jatim 41

2 Ulfin- Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L) Alam mempunyai sistem pertahanan terhadap logam berat agar tidak sampai ke laut, yaitu kawasan pantai yang umumnya didominasi oleh tumbuhan bakau. Salah satu fungsi ekosistem ini adalah menyerap atau mengikat logam berat (Palar, 1994). Pada dasarnya semua jenis tanaman air mampu meyerap logam berat dalam jaringan akarnya dan dapat dimanfaatkan sebagai filter biologis atau hanya sekedar dimanfaatkan sebagai indikator adanya pencemaran (Raskin, 1996). Metode yang sering dipergunakan untuk mengolah limbah cair yaitu dengan cara fisika, kimia, biologi, dan mikrobiologi. Dari fenomena alam ini maka pengolahan limbah secara biologi dengan proses biofiltrasi menggunakan tanaman air sebagai media penyerap lebih banyak digunakan. Proses biofiltrasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya efektif, biaya pembuatan kolam biofiltrasi yang murah, tanaman yang cepat tumbuh dan mudah dipelihara, tidak membutuhkan operator yang memiliki keahlian khusus, serta metode ini ramah lingkungan (Ulfin. 2001) Pada penelitian yang sudah dilakukan diantaranya, Taufik (2003) meneliti penyerapan logam Cr oleh tanaman Kayu Apu, dimana jumlah Kayu Apu yang digunakan 50 gr dalam 1L larutan Cr 20 ppm, dan waktu penyerapan selama 6 hari maka konsentrasi Cr dapat diturunkan hingga 97,29%. Pengembangan metode dilakukan untuk mendapatkan penyerapan logam berat yang optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan Taufik (2003) waktu yang digunakan tanaman untuk menyerap lebih dari 5 hari. Hal ini dimungkinkan tanaman sudah mengalami kejenuhan dan tidak dapat menyerap dengan optimal. Atas dasar penelitian tersebut, maka dicoba suatu metode dengan cara meregenerasi (mengganti) tanaman Kayu Apu setiap hari atau maksimal setiap 2 hari sekali. Regenerasi Kayu Apu air dilakukan supaya tanaman tsb yang ditanam dalam media air selalu segar dan dapat menyerap logam dengan baik, sehingga diharapkan dengan waktu yang pendek penyerapan dapat terjadi lebih optimum. Jumlah tanaman Kayu Apu dan media air dibuat dua kali dari penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 100 gr dalam 2 liter larutan. Dengan menggunakan metode regenerasi ini jumlah tanaman yang digunakan setiap harinya 25 gr selama empat hari berturutturut. Pada penelitian ini dianalisa daya serap tanaman dengan media yang selalu diganti tiap hari selama 4 hari. Metode ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman Kayu Apu untuk menyerap Cr dari larutan. Kemampuan tanaman dalam menyerap pada metode ini akan dibandingkan dengan metode tanpa regenerasi. Semakin besar konsentrasi Cr yang terserap maka metode tersebut yang dapat dikatakan lebih efisien untuk digunakan. Pada penelitian ini dilakukan pula uji pelepasan Cr yang telah diserap tanaman ke dalam media tanam (air) dimana untuk mengetahui apakah jumlah Cr yang telah diserap akan sama dengan yang akan dilepaskan pada waktu yang sama. Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah: a. Berapa kadar Cr yang dalam larutan media tanam dengan metode penggantian (regenerasi) tanaman dan metode tanpa penggantian (regenerasi) tanaman dalam menyerap logam Cr. b. Berapa kadar Cr yang dilepas oleh Kayu Apu yang sudah digunakan pada metode tanpa regenerasi selama 4 hari dalam air. c. Berapa besar kadar Cr yang terserap oleh Kayu Apu dengan media tanam yang diganti setiap hari (dalam kondisi konsentrasi selalu optimum). Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mendapat metode penyerapan efektif, efisien dan optimal dengan menggunakan Kayu Apu. Disamping itu juga untuk mengetahui berapa kadar Cr yang dilepas Kayu Apu dalam air, serta untuk menganalisa daya serap Kayu Apu dengan media tanam (larutan Cr) yang diganti setiap harinya. METODOLOGI PERCOBAAN 1. Peralatan dan Bahan Yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitis, gelas piala, gelas ukur, labu ukur, ph meter, oven, corong, gelas arloji, wadah plastik, hot plate, gelas vial (gelas cuplikan) dan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi akuades, larutan HNO3 pekat (65%), padatan K2CrO7, larutan NH3 pekat (25%), kertas Whatman 42 dan tanaman Kayu apu. 2. Prosedur Penelitian 2.1. Persiapan Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes, Linn) Tanaman Kayu Apu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Turen Malang. Tanaman dipilih dengan ukuran yang sama, kemudian dicuci bersih. Setelah itu Kayu Apu diaklimatisasi selama 2 minggu dengan media tanam akuades dan digunakan sebagai stok kultur yang selanjutnya siap dipakai untuk percobaan. 42 Kimia ITS HKI Jatim

3 Akta Kimindo Vol. 1 No. 1 Oktober 2005 : Analisa Cr dengan Mengganti (Regenerasi) Tanaman Kayu Apu yang diambil dari stok kultur ditimbang 25 gr kemudian ditanam dalam 2 L larutan yang mengandung 20 ppm Cr (larutan media hari ke-1). Tanaman dibiarkan selama 1 hari setelah itu dipisahkan antara tanaman dengan larutan. Didapatkan filtrat dan Kayu Apu. Filtrat hari ke-1 diukur volumenya, kemudian dianalisa kandungan Cr yang dengan SSA. Sisa filtrat hari ke-1 digunakan sebagai media tanam Kayu Apu yang baru (larutan media hari ke-2) dengan jumlah Kayu Apu tetap 25 gr. Tanaman dibiarkan lagi selama 1 hari kemudian dipisahkan antara Kayu Apu dengan larutan. Didapatkan Kayu Apu dan filtrat hari ke 2. Filtrat hari ke-2 mendapatkan perlakuan yang sama seperti filtrat pada hari ke- 1. Analisa dilakukan sampai hari ke Analisa Cr Tanpa Mengganti (Meregenerasi) Tanaman Kayu Apu yang diambil dari stok kultur ditimbang sebanyak 100 gr. Kayu Apu ditanam dalam 2 L larutan yang mengandung Cr 20 ppm. Tanaman dibiarkan selama 4 hari setelah itu dipisahkan antara Kayu Apu dengan larutan. Didapatkan Kayu Apu dan filtrat. Kayu Apu diproses lagi untuk mengetahui pelepasan Cr dari Kayu Apu ke dalam akuades (prosedur 2.4). Kemudian filtratnya dianalisa kandungan Cr yang dengan SSA Analisa Pelepasan Cr oleh kayu apu ke dalam Akuades Kayu Apu yang didapatkan dari prosedur 2.3 ditanam dalam 2 L akuades selama 4 hari. Kemudian dipisahkan antara Kayu Apu dengan larutan. Didapatkan filtrat dan Kayu Apu, kemudian filtrat dianalisa kandungan Cr nya yang dilepaskan Kayu Apu dengan SSA Analisa Daya Serap Kayu apu dengan Media Tanam Yang Diganti Setiap Hari Kayu Apu yang diambil dari stok kultur ditimbang sebanyak 100 gr. Kayu Apu ditanam dalam 2 L larutan yang mengandung Cr 20 ppm (media hari ke-1). Tanaman dibiarkan selama 1 hari setelah itu dipisahkan antara Kayu Apu dengan larutan. Didapatkan Kayu Apu dan filtrat hari ke-1. Filtrat tersebut dianalisa kandungan Cr yang dengan SSA. Kayu Apu dari media hari ke-1 ditanam lagi dalam media yang baru (media hari ke-2) dengan volume dan konsentrasi Cr yang sama dengan media hari ke- 1. Kayu Apu dibiarkan selama 1 hari setelah itu dipisahkan antara Kayu Apu dengan larutan. Didapatkan filtrat dan Kayu Apu hari ke-2 yang diproses lagi sama seperti Kayu Apu dan filtrat pada hari ke-1. Proses ini berlanjut sampai dengan hari ke-4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persiapan tanaman Pada penelitian ini digunakan tanaman Kayu Apu sebagai biofilter. Tanaman ini memiliki keunggulan yaitu memiliki akar yang banyak dan mudah dikembangbiakan. Tanaman ini diambil dari daerah Turen, Malang. Persiapan awal dilakukan agar tanaman yang digunakan dalam penelitian memiliki kondisi optimal dalam proses biofiltrasi. Tanaman diaklimatisasi selama 10 hari dengan tujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, untuk mengurangi logam dan pengotor dalam jaringan akar sehingga diharapkan tanaman dapat menyerap dalam kondisi optimal. Tanaman yang digunakan dipilih yang mempunyai ukuran yang sama terutama pada bagian akarnya, agar antara replikasi yang dilakukan memiliki penyerapan yang tidak jauh berbeda. Penyerapan terbesar terdapat pada bagian akar dan sedikit pada daun. 2. Hasil Analisa Metode Regenerasi Metode regenerasi pada penelitian ini adalah metode dengan cara mengganti tanaman setiap hari pada media tanam (larutan) yang tetap. Pada metode ini digunakan tanaman dengan berat 25 gr, volume larutan 2 L dengan konsentrasi Cr 20 ppm dan waktu penyerapan yang digunakan selama 4 hari. Media tanam ini dianalisa setiap hari untuk mengetahui kandungan Cr. Hasil yang diperoleh disajikan pada tabel 1 dan gambar 1 dibawah ini. Tabel 1. Data Cr dengan Metode Regenerasi Hari ke- awal Cr mula mula Cr /hari % Cr dalam media/ hari Cr terserap/ hari % Cr terserap dalam tanaman/ hari , ,2963 7, , ,0592 6, ,3552 5, ,3265 Kimia ITS HKI Jatim 43

4 Ulfin- Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L) ,4711 3, ,8440 2, , ,7688 1,3393 6,6963 2, ,4915 Berat tanaman 25 gram/hari; Waktu tanam total 4 hari % Kon sen trasi C r Tersisa (ppm ) Waktu (hari) Gambar 1 Prosentase Cr Tersisa dengan Metode Regenerasi Dari tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan bahwa konsentrasi Cr yang dari hari ke-1 sampai hari ke-4, dapat dilihat bahwa % konsentrasi Cr menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Hingga hari ke-4 konsentrasi Cr dapat diturunkan sampai 6,6963 % dari konsentrasi 20 ppm atau menjadi 1,3393 ppm. Penggantian tanaman tiap hari sangat efisien dilakukan melihat hasil dari penurunan konsentrasi yang didapat cukup besar. Dengan mengganti tanaman tiap hari, tanaman mempunyai kondisi optimal saat akan dilakukan penyerapan. Tanaman yang segar mempunyai konsentrasi dalam jaringan sel akar yang tidak terlalu pekat, karena tanaman sudah dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu untuk menghilangkan kejenuhan dan memperbaiki selsel yang rusak. Pada hari ke-4 konsentrasi yang terserap lebih kecil dikarenakan media yang digunakan pada hari ke-4 merupakan media dengan konsentrasi Cr yang kecil 3,7688 ppm. Akan tetapi % terserapnya paling besar yaitu 64, 4915 %. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi Cr terserap terbesar terjadi pada hari ke-1, yaitu Kayu Apu dapat menyerap 7,9407 ppm atau 39,7 % dari konsentrasi awal 20 ppm. Hal ini dikarenakan pada hari ke-1 konsentrasi yang digunakan sebagai medianya merupakan konsentrasi terbesar pada percobaan ini, sehingga penyerapan pada hari ke-1 didapatkan penyerapan yang terbesar dibandingkan dengan penyerapan pada hari ke-2 sampai ke-4. Proses penyerapan ini akibat dari hukum difusi yaitu bergeraknya ion logam Cr dari konsentrasi media yang pekat ke konsentrasi yang yang lebih encer yaitu dalam membran sel tanaman. Tanaman dapat mengakumulasi senyawa logam berat tersebut dengan mengubahnya menjadi fasa cair ke dalam metabolisme sel dengan berbagai tahap yang berbeda-beda. Penurunan konsentrasi Cr yang terserap oleh Kayu Apu diakibatkan tanaman yang ditanam pada hari ke-2 sampai hari ke-4 menggunakan media dengan konsentrasi Cr yang dari perlakuan hari sebelumnya, sehingga konsentrasi menjadi lebih kecil dibanding hari sebelumnya. Hal ini berakibat logam Cr yang diserap juga semakin kecil dibandingkan dengan media dengan konsentrasi yang lebih besar. Penyerapan terkecil tampak pada hari ke-4, dimana pada media ini konsentrasi yang akan diserap sudah kecil, dan dalam kondisi ini jaringan sel pada akar mempunyai konsentrasi yang tidak jauh berbeda dengan konsentrasi media. Sehingga ion logam Cr pada media yang masuk ke dalam membran sel akar akan mengalami difusi yang kecil. 44 Kimia ITS HKI Jatim

5 Akta Kimindo Vol. 1 No. 1 Oktober 2005 : Hasil Analisa Perbandingan Metode Regenerasi dengan Metode tanpa Meregenerasi Pada penelitian ini dilakukan perbandingan metode dengan tujuan apakah metode regenerasi sebagai metode yang lebih efektif memberikan perbedaan yang cukup berarti dari metode yang dipakai pada penelitan sebelumnya yaitu metode tanpa regenerasi. Kedua metode ini dapat dilakukan perbandingan karena konsentrasi, waktu tanam dan berat tanaman sama. Kedua metode ini hanya berbeda pada perlakuan. Pada metode tanpa regenerasi dengan berat tanaman 100 gr ditanam langsung selama 4 hari, sedangkan pada metode regenerasi tanaman ditanam 25 gram/hari sampai hari keempat akan didapatkan jumlah total tanaman yang ditanam dalam media jumlahnya sama yaitu sebesar100 gr. Pada metode tanpa regenerasi diperoleh konsentrasi Cr yang setelah 4 hari adalah 2,0029 ppm (tabel2), sedangkan konsentrasi Cr yang pada metode regenerasi adalah 1,3393 ppm (Tabel 1). Tabel 2. Data Perhitungan Cr dengan Metode Tanpa Regenerasi Hari Ke- awal Konsetrasi Cr mula mula Cr Cr terserap % Cr , , ,0147 Berat tanaman : 100 gr ; Waktu tanam : 4 hari Dari uji t untuk dua cuplikan dengan perlakuan berbeda didapatkan harga thitung > ttabel pada selang kepercayaan 95%, maka Ho ditolak. Dapat diambil kesimpulan bahwa kedua metode ini berbeda terhadap hasil penurunan konsentrasi, dimana metode regenerasi lebih baik dibandingkan dengan metode tanpa meregenerasi. Metode regenerasi menghasilkan konsentrasi Cr yang lebih kecil dibanding dengan metode tanpa meregenerasi. Perbedaan ini diakibatkan oleh akumulasi logam berat ke dalam jaringan sel akar. Tanaman yang selalu segar pada saat ditanam mempunyai daya serap yang masih optimal dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan waktu yang lama, hal ini akan berakibat terjadinya kejenuhan dalam jaringan akar. Faktor lain yang menyebabkan adalah sifat alami tumbuhan yaitu kecepatan tumbuh, ukuran dan kedalaman akar, kecepatan penguapan, kebutuhan makanan untuk metabolisme. Pada metode regenerasi tanaman dapat melakukan sifat alami pertumbuhan yang lebih bagus karena dengan jumlah tanaman 25 gram/hari dalam media tanam tidak terjadi kepadatan, sehingga penguapan lebih berlangsung sempurna. Hal ini diperlihatkan dari jumlah volume yang hilang oleh penguapan, dimana pada metode regenerasi volume yang hilang oleh penguapan lebih banyak dibandingkan dengan metode tanpa regenerasi. Sinar matahari berpengaruh terhadap metabolisme dalam tanaman untuk dapat melakukan penyerapan dengan sempurna. 4. Hasil Analisa Pelepasan Cr pada Kayu Apu ke dalam Akuades Kayu Apu yang digunakan merupakan Kayu Apu yang sudah ditanam dalam media tanam pada metode tanpa regenerasi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui proses biofiltrasi oleh Kayu Apu yang menyerap logam dalam media sintetik selama 4 hari. Dari hasil analisa konsentrasi Cr yang terserap oleh Kayu Apu setelah 4 hari sebesar ppm. Pelepasan dilakukan selama 4 hari. Hipotesa awal adalah konsentrasi Cr yang dilepas akan sebesar dengan konsentrasi Cr yang diserap. Hasil analisa menunjukkan bahwa konsentrasi Cr yang dilepas sebesar ppm. yang dilepas sangat kecil dibanding dengan besarnya konsentrasi yang diserap. Hal ini disebabkan bahwa logam Cr yang diserap diubah oleh tanaman ke fasa cair dalam jaringan akar mengalami hiperakumulasi logam sehingga sebagian akan ditransfer ke daun. Secara fisik daun dari tanaman tampak menguning dan akhirnya lepas dari batangnya. Hal ini disebabkan konsentrasi yang pekat telah merusak jaringan sel dalam daun, sehingga pada saat pelepasan dalam akuades konsentrasi Cr sebagian tidak terlepas ke dalam media akuades, karena ada beberapa daun yang sudah lepas saat penanaman dalam media tanam. Adanya konsentrasi Cr yang dilepas menunjukkan bahwa penyerapan bersifat fisika. Cr yang dilepas tidak sebesar konsentrasi Cr yang diserap maka penyerapan yang dilakukan oeh Kayu Apu sebagian bersifat fisika dan juga bersifat kimia. Adanya ion logam yang diikat oleh fitokelatin akan membentuk ion kompleks kelat logam, Kimia ITS HKI Jatim 45

6 Ulfin- Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L) sehingga ion logam tidak bisa lepas dengan mudah. Jaringan akar akan melepas konsentrasi Cr karena konsentrasi dalam membran sel akar lebih pekat dari pada akuades sebagai media, tetapi dalam jumlah yang besar. Ion logam Cr yang dilepas disebabkan terjadi hiperakumulasi, sehingga ion logam yang terserap tidak sempat membentuk kelat ion logam dengan sempurna, karena tanaman sudah mengalami kejenuhan. Faktor lain yang menyebabkan konsentrasi Cr yang dilepas kecil yaitu waktu pelepasan yang digunakan kurang lama, minimal waktu yang digunakan sama dengan waktu saat aklimatisasi yaitu kurang lebih 10 hari. Tidak semua logam Cr yang dilepas sebesar yang diserap karena adanya sifat alami makhluk hidup yang terus berkembangbiak. Logam berat ini akan disimpan dalam vakuola sel. Kayu Apu sebagai tanaman air yang mudah berkembangbiak akan melakukan regenerasi sel sehingga sel yang mengalami hiperakumulasi logam berat akan mati. Aplikasi yang harus dilakukan ke lingkungan bahwa tanaman yang telah digunakan sebagai biofiltrasi tidak harus dimusnahkan, dengan mengkondisikan pada lingkungan yang netral akan membantu perkembangbiakan Kayu Apu. 5. Hasil Analisa Metode dengan Mengganti Media Setiap Hari Pada metode ini digunakan Kayu Apu dengan jumlah berat 100 gr. Kayu Apu ditanam dalam media yang setiap hari diganti. dan konsentrasi media yang digunakan dibuat tetap yaitu 2 L dan 20 ppm. Kemampuan penyerapan ditunjukkan dengan berapa % konsentrasi per hari (gambar 2) % Cr Tersisa Waktu (hari) Gambar 2. Prosentase Cr Tersisa Dengan Metode Penggantian Media Setiap Hari Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa kemampuan Kayu Apu dalam menyerap Cr terlihat menunjukkan perubahan yang konstan. dari hari ke-1 sampai hari ke- 4 mengalami kenaikan. Pada kondisi hari ke-1 Kayu Apu dengan media 20 ppm dapat menyerap dengan optimal, hal ini dikarenakan Kayu Apu yang masih dalam kondisi segar dan media dengan konsentrasi yang optimum dapat melakukan difusi ke dalam jaringan akar dengan optimal. Pada hari ke- 2 sampai hari ke-4 terjadi kenaikan konsentrasi yang. Pada kondisi hari ke-2 sampai hari ke-4 jumlah konsentrasi Cr semakin bertambah. Hal ini terjadi karena penurunan kecepatan aliran difusi dari media ke jaringan sel akar. Penanaman pada media hari ke-2 sampai hari ke-4 aliran difusi masih bergerak ke dalam membran jaringan akar, pada kondisi ini Kayu Apu belum melakukan pelepasan dan terus memproduksi fitokelatin tetapi dengan jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi fitokelatin pada hari ke-1. Penurunan metabolisme pada Kayu Apu yang di tanam dalam kosentrasi yang selalu pekat, mengakibatkan jaringan sel dalam akar cepat rusak hal ini akan berdampak pada produksi fitokelatin. Fitokelatin merupakan enzim yang digunakan untuk mengikat logam. Turunnya metabolisme tanaman dapat diketahui dari penampakan fisik dari daun pada tanaman yang cepat sekali menguning dan hingga hari ke-4 tanaman mengalami kerontokan pada bulu-bulu akar. Turunnya metabolisme juga disebabkan karena hiperakumulasi ion logam yang terlalu berlebih. Penampakan fisik tanaman pada metode penggantian media berbeda dibandingkan dengan penampakan fisik tanaman pada metode regenerasi dan metode tanpa regenerasi. 46 Kimia ITS HKI Jatim

7 Akta Kimindo Vol. 1 No. 1 Oktober 2005 : Dari hasil analisa konsentrasi Cr yang terserap oleh Kayu Apu hingga hari ke-4, yaitu Kayu Apu mempunyai kemampuan menyerap Cr cukup tinggi hingga 73,6089 ppm atau 92,0111% dari jumlah total konsentrasi 80 ppm. 6. Analisa Perbandingan Antara Metode Penggantian Media dengan Metode Tanpa Regenerasi Analisa perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan daya serap tanaman selama waktu penanaman. Semakin banyak konsentrasi yang terserap oleh tanaman, maka akan diketahui metode mana yang lebih efektif untuk mendapatkan penyerapan yang optimal. Tabel 3. Data Cr dengan Metode Media yang diganti setiap hari Media Hari ke- awal Cr Mula mula Cr Cr terserap % Cr , ,7541 6, , ,4148 7, , ,2844 8, , ,1556 9,2222 Berat tanaman : 100 gr ; Waktu tanam 4 hari Dari hasil analisa yang diberikan pada tabel 2 dan 3 dimana diperoleh bahwa kemampuan tanaman menyerap dengan metode penggantian media lebih besar dibandingkan dengan metode tanpa regenerasi. Jumlah total konsentrasi Cr yang terserap sebesar 73,6089 ppm atau sebesar 92,0111% untuk metode penggantian media dengan jumlah total konsentrasi 80 ppm, sedangkan pada metode tanpa regenerasi Kayu Apu mampu menyerap Cr sebesar 17,9971 ppm atau 89,9855 % dengan jumlah total konsentrasi 20 ppm. Dari hasil analisa uji t dari kedua metode ini, pada selang kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan 4 didapatkan harga thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak, artinya metode dengan penggantian media tiap hari lebih baik dibandingkan dengan metode tanpa regenerasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Dengan menggunakan metode regenerasi konsentrasi Cr 20 ppm dapat diturunkan sampai 1,3393 ppm atau 6,6963%, sedangkan dengan metode tanpa regenerasi 2,0029 ppm atau 10,0147 %. Metode regenerasi merupakan metode yang lebih baik dibandingkan metode tanpa regenerasi. Metode penggantian media setiap hari, Kayu Apu dapat menyerap konsentrasi Cr sampai 92,0111% atau 73,6089 ppm dari jumlah total konsentrasi media 80 ppm lebih besar dibandingkan dengan metode tanpa regenerasi. Pelepasan konsentrasi Cr ke dalam media akuades bersifat fisika dan kimia. Saran Dari hasil analisa penurunan konsentrasi dengan metode regenerasi masih kurang optimal maka disarankan pada penelitian selanjutnya menggunakan tanaman dengan berat optimum. Pelepasan konsentrasi Cr ke akuades sebaiknya menggunakan waktu kurang lebih sama dengan waktu pada aklimatisasi. Pada penelitian selanjutnya diuji pada media limbah yang sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA Anderson, R., Sample Pretreatment and Separation, John Wiley and Sons, Thames Polytechnic, London. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan., Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lubis., Ancaman Logam Berat Menjelang Musim Hujan, Rangkuman Analisis, Sinar Harapan Bekerjasama dengan Lingkar-324 dan Environmental Empowering Forum (EEFOR). Pallar, H., Pencemaran & Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta. Raskin, I., Dushenkov,S., Kumar, N. dan Salt,D.F., Bioconcentration of Heavy Metals by Plants, Review Article, no.5. Satyakala, G., dan Jamil, K Chromium Induced Biochemical Change in Eichornia crassipes (Mart) Solm and Pistia stratiotes, L, Bull. Enviromental Contam and Toxic, 48. Kimia ITS HKI Jatim 47

8 Ulfin- Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L) Taufiq, D.A., Pengaruh, Waktu Detensi dan Zn Terhadap Penyerapan Krom oleh Kayu Apu (Pistia stratiotes, Linn), Tugas Akhir, Kimia-FMIPA, ITS, Surabaya. Ulfin, I., Penurunan Kadar Cd dan Pb dalam Larutan dengan Kayu Apu : Pengaruh ph dan Jumlah Kayu Apu, Prosiding Senaki III, Kimia FMIPA, ITS, Surabaya. 48 Kimia ITS HKI Jatim

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU 1 Wirdati Mardhatillah, 2 Riad Syech, 3 Walfred Tambunan Mahasiswa Program Studi S1 Fisika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat

Lebih terperinci

Oleh: Hernayanti dan Elly Proklamasiningsih Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Oktober 2004, disetujui: 6 Nopember 2004)

Oleh: Hernayanti dan Elly Proklamasiningsih Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Oktober 2004, disetujui: 6 Nopember 2004) FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR BATIK MENGGUNAKAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PHYTOREMEDIATION OF BATIK LIQUID WASTE USING WATER LETTUCE (Pistia stratiotes L.)

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: KIAMBANG (Pistia stratiotes) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI LOGAM KROM (Cr) ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: KIAMBANG (Pistia stratiotes) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI LOGAM KROM (Cr) ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 KIAMBANG (Pistia stratiotes) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI LOGAM KROM (Cr) Isratul Izzah 1), Supriatno 2) dan Wardiah 3) 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Emi Erawati dan Harjuna Mukti Saputra Program Studi Teknik Kimia Jl. A.Yani. Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,

Lebih terperinci

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA J.Tek.Ling Vol. 7 No. 3 Hal. 266-270 Jakarta, Sept. 2006 ISSN 1441 318X BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA Titin Handayani Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT (Cu, Fe, Zn) KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN DENSITAS AIR SUNGAI GAUNG DI DESA SEMAMBU KUNING KECAMATAN GAUNG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Dahlia Segeryanti *, Riad Syech, Usman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman 073 079 ISSN: 2085 1227 Penurunan Logam Timbal (Pb) pada Limbah Cair TPA Piyungan Yogyakarta dengan Constructed Wetlands Menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter EFEKTIVITAS PENURUNAN BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN TUMBUHAN KAYU APU ( (Pistia statiotes L.) SEBAGAI BIOFILTER Decreasing Effectiveness of Organic and Inorganic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ANALSS ON LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDMEN, AKAR, KULT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM Fitriani, Syarifudding Liong dan Maming Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat menimbulkan dampak bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat indonesia. Kebutuhan akan minyak goreng setiap tahun mengalami peningkatan karena makanan

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN Siti Nurul Islamiyah, Toeti Koestiari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email :islamiyahnurul503@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air, tanah, dan udara. Banyak industri yang tidak menyadari bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri dan teknologi yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan telah menimbulkan berbagai dampak pada pencemaran udara, air dan darat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae

PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) (Ariqah Khoirunnisa )53 PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae THE INFLUENCE

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin pesatnya pertumbuhan industri yang beraneka ragam sudah barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari berbagai macam kegiatan

Lebih terperinci

Kata kunci :Fitoremediasi, Ni, Air terkontaminasi Nikel, Ki Ambang (Salvinia molesta), Faktor Transfer (FT)

Kata kunci :Fitoremediasi, Ni, Air terkontaminasi Nikel, Ki Ambang (Salvinia molesta), Faktor Transfer (FT) Fitoremediasi Air Terkontaminasi Nikel dengan Menggunakan Tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) Nama Mahasiswa : Teguh Widiarso NRP : 1507 100 001 Jurusan Dosen Pembimbing : Biologi FMIPA-ITS : Aunurohim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun televisi bahwa kali Surabaya mengalami pencemaran yang cukup parah, terutama saat musim kemarau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan kandungan bahan-bahan berbahaya yang cukup tinggi, sehingga diperlukan suatu pengolahan sebelum dibuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan pasar terhadap produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun pada prosesnya banyak yang menggunakan proses konvensional baik secara fisik

Lebih terperinci

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT 9- November PENGGUNAAN ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart) Solms) DAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk ) DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU Natalina dan Hardoyo ) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan,

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO Hendra Wahyu Prasojo, Istamar Syamsuri, Sueb Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang no. 5 Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa meluapnya lumpur panas yang terjadi di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menyebabkan tergenangnya

Lebih terperinci

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK Efektivitas Eceng Gondok Terhadap Penurunan Kadar COD dan BOD pada Limbah Cair Industri Kembang Gula Lunak Mega Masittha, Dra. Ani Iryani, M.Si dan Farida Nuraeni, M.Si. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN NI PUTU DIANTARIANI DAN K.G. DHARMA PUTRA Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. ABSTRAK Telah diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan oleh beberapa kota di Indonesia dengan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi terutama pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang memunculkan berbagai macam industri tidak dapat dipisahkan dari pertimbangan lingkungan hidup, maka diperlukan suatu keseimbangan dimana pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI Yusuf Syetiawan, Sugianto, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G BAKU MUTU AIR LAUT DI PERAIRAN KOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa air laut merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISA KROM TOTAL DI DAERAH INDUSTRI TENUN SONGKET SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG. Ita Emilia

ANALISA KROM TOTAL DI DAERAH INDUSTRI TENUN SONGKET SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG. Ita Emilia ANALISA KROM TOTAL DI DAERAH INDUSTRI TENUN SONGKET SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG Ita Emilia e-mail : itaemilia@rocketmail.com Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang ABSTRACT Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menjelaskan/menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta dilapangan dan tidak

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe dan Sn DALAM SUSU KENTAL MANIS

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe dan Sn DALAM SUSU KENTAL MANIS ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe dan Sn DALAM SUSU KENTAL MANIS KEMASAN KALENG dan PLASTIK Supriandi 1, Itnawita 2, S. Anita 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh kesetimbangan dinamik dan interaksi fisika-kimia. Logam berat dalam perairan antara lain

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut No. Parameter Satuan Baku Mutu FISIKA 1 Kecerahan a m Coral: >5 Mangrove : - Lamun : >3 2 Kebauan - Alami

Lebih terperinci

ISSN Penetapan Kadar Pencemaran Logam Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Muara Sungai Badung

ISSN Penetapan Kadar Pencemaran Logam Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Muara Sungai Badung ISSN 1907-566 PENETAPAN KADAR PENCEMARAN LOGAM Pb DAN Cr PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI MUARA SUNGAI BADUNG N. W. Bogoriani 1 1) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN KOMBINASI ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) DENGAN ALIRAN BATCH

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN KOMBINASI ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) DENGAN ALIRAN BATCH FITOREMEDIASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN KOMBINASI ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) DENGAN ALIRAN BATCH Ahmad Zubair 1, Ardi Arsyad 1, Rosmiati 2 ABSTRAK. Studi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Rivaldo Herianto*, M. Arsyik Kurniawan S a Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Cd MENGGUNAKAN KI AMBANG (Salvinia molesta) PADA MEDIA MODIFIKASI LUMPUR SIDOARJO

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Cd MENGGUNAKAN KI AMBANG (Salvinia molesta) PADA MEDIA MODIFIKASI LUMPUR SIDOARJO SIDANG TUGAS AKHIR SB 1358 FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Cd MENGGUNAKAN KI AMBANG (Salvinia molesta) PADA MEDIA MODIFIKASI LUMPUR SIDOARJO ATIKA AYU PERMATASARI 1505100032 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan

Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan Noer Komari,

Lebih terperinci

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Mardiyono 1, Ratno Agung Samsumaharto 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi 2 Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga merupakan salah satu jenis bahan pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia, ini merupakan

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) SIDANG TUGAS AKHIR Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Oleh Senja Ike Rismawati 1507 100 033 Dosen Pembimbing: Aunuroim, S.Si, DEA Dini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan, bewarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan bewarna merah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification).

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, proses pengolahan limbah terutama limbah cair sering mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification). Salah satu cara yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR. Syamsuri Syakri

ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR. Syamsuri Syakri ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR Syamsuri Syakri Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II) PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II) Marlinawati 1,*, Bohari Yusuf 2 dan Alimuddin 2 1 Laboratorium Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci