Bab IV ANALISA. terjadi di Ambon tahun dipahami sebagai perang yang telah menjadikan
|
|
- Ratna Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV ANALISA 1. Pendahuluan Seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa konflik yang terjadi di Ambon tahun dipahami sebagai perang yang telah menjadikan Maluku terkhususnya Ambon sebagai sebuah panggung kekerasan yang paling mengejutkan yang pernah terlihat di Indonesia. 1 Dengan pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa perang yang berkepanjangan ini telah mengakibatkan kerugian yang sangat besar terutama bagi warga gereja yang dengan tiba-tiba diserang, sehingga tidak dapat menyelamatkan harta bendanya kecuali dirinya sendiri. Karenanya, mau tidak mau, warga gereja juga ikut berperan dalam menghadapi persoalan besar yang melandanya. Berkaitan dalam hal menghadapi perang terkhususnya perang yang terjadi di Ambon, telah diperoleh pemahaman para pendeta jemaat melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung hal-hal penting dari just war yang dijelaskan dalam bab sebelumnya menunjukan adanya kaitan yang erat antara keikutsertaan warga gereja dalam perang Ambon dengan prinsip-prinsip just war. Oleh karena itu, dalam kaitan tersebut akan dianalisis dalam bab ini, bagaimana terdapat kesesuaian antara perang Ambon dengan prinsip just war. 2. Kesesuaian Perang Ambon dengan Prinsip-Prinsip Just war Berdasarkan data dalam bab II, terdapat delapan prinsip yang terkandung dalam pemikiran just war, yang masing-masing berada dalam dua kelompok yakni 1 Gerry Van Klinken, Perang Kota Kecil, Kekerasan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia, diterj. oleh Yayasan Obor Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 65 71
2 jus ad bellum (sebelum berperang) dan jus in bello (selama berperang). Dari pemahaman yang diperoleh dari narasumber terkait perang yang terjadi di Ambon yang melibatkan warga gereja terdapat kaitan dengan prinsip-prinsip yang dimaksud. Bagaimana hal tersebut terkait, inilah yang dianalisis berikut ini. Prinsip pertama yakni alasan yang adil. Dari awalnya, tradisi moral Barat mempunyai pembenaran moral terhadap peperangan, salah satunya dalam tradisi Romawi yang umumnya mendesak beberapa perilaku untuk berperang: mempertahankan diri, mengambil kembali apa yang sudah diambil, pembalasan (dendam) atau hukuman. Pandangan Agustinus tentang perang kemungkinan besar ditarik dari Perjanjian Lama dan juga dari tradisi Romawi ini. 2 Dari pandangannya, kemudian terdapat pembolehan untuk orang Kristen untuk ikut serta dalam just war. Dalam just war, alasan yang dianggap adil terhadap ikut berjuangnya orang Kristen adalah untuk melindungi sesamanya yang tidak bersalah dari penyerang yang tidak adil, orang yang mengancam mereka. Hal inilah yang seperti terjadi dalam perang Ambon, dengan adanya penyerangan terlebih dahulu oleh pihak Muslim baik yang mungkin telah direncanakan oleh pihak tertentu yang berkuasa ataupun oleh pihak Muslim sendiri, telah menimbulkan ancaman terhadap kehidupan warga gereja yang ketika itu tidak mengetahui dengan jelas maksud penyerangan yang dilakukan karena diserang dengan tiba-tiba. Penyerangan yang direncanakan ini terlihat dengan dilakukannya penyerangan dalam hari yang sama pada daerah yang berbeda, seperti pada tanggal 20 Januari 1999 di daerah Benteng Karang, Hila, Hunut, Negeri Lama dan Nania. Begitu pun pada tanggal 23 Februari 1999 dilakukan terhadap warga gereja di Kebun Cengkih dan Waai. 2 James T. Johnson, Just War Tradition and the Restraint of War, A Moral and Historical Inquiry (Amerika: Princeton University Press, 1984),
3 Dalam pemikiran just war, Victoria dengan menyetujui yang dinyatakan oleh Agustinus dan Aquinas sebelumnya, menyatakan bahwa sejak tidak diragukannya sebuah kekuatan sebagai pembelaan dalam perang yang digunakan untuk memukul kekuatan serangan perang, maka perang tersebut tidak hanya membela diri (warganya) dan menjaga apa yang menjadi miliknya tetapi juga mencoba membalas terhadap perbuatan jahat yang telah dilakukan. Hal ini berdasarkan tulisan Agustinus, Perang yang digambarkan sebagai perang yang adil, adalah yang dilakukan supaya menuntut perlakuan yang salah, sebagai hukuman yang diterima terhadap serangan yang dilakukan terhadap warganya atau untuk membalas apa yang secara salah telah diambil. 3 Berbeda dengan pengertian alasan yang adil ini, warga gereja yang ikut serta dalam perang Ambon mempunyai keyakinan dan pengharapan yang terlihat dengan dilakukannya pembinaan dan pergumulan malam bahwa balas dendam bukan dasar pembelaan namun semata merupakan mempertahankan hidup dan membela diri dan anggota gereja lainnya yang lemah dan tidak dapat membela diri. Jikapun, warga gereja mempunyai alasan untuk menuntut kerugian maka yang dilakukan bukanlah bertahan melainkan persiapan untuk melakukan penyerangan balik dan disusunnya rencana penyerangan terhadap daerah-daerah Muslim, tetapi ini tidak dilakukan, karena adanya peran pendeta jemaat yang selalu mengingatkan dan melakukan pembinaan terhadap anggota gereja untuk tidak melakukan itu. Sekalipun demikian, seperti yang dikatakan oleh Balubun dan Lopulalan, bahwa tak dapat dipungkiri terdapat beberapa anggota gereja yang memutuskan untuk penyerangan balik mengatasnamakan pribadi sendiri. 4 Hal ini dapat terlihat dengan dibakarnya 3 diunduh pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul WIB 4 Hasil wawancara tanggal 16 September dengan Pdt. Balubun dan 17 September dengan Pdt. A. Lopulalan 73
4 beberapa masjid dan rumah warga Muslim yang berada di dalam dan disekitar daerah warga gereja. Sebagai anggota dari sebuah negara atau pun kelompok yang bertanggung jawab, seseorang memiliki kebebasan untuk membela diri termasuk ketika negara atau kelompoknya terlibat dalam konflik dan melibatkan keberadaan manusia yang terikat dengannya didalam penderitaan. Penggunaan kekuatan untuk pembelaan terhadap diri dan sesama ini, dinyatakan oleh Agustinus bahwa sudah merupakan tugas sebagai orang Kristen untuk campur tangan ketika sesamanya yang tidak bersalah menjadi obyek suatu serangan. Ini pun yang terlihat di dalam perang Ambon, ketika warga gereja yang lain diserang, terdapat anggota gereja yang ikut untuk membantu pertahanan, seperti yang terjadi di daerah Galala, ketika warga gereja di daerah ini diserang, anggota gereja dari Halong pun ikut dalam pertahanan dan juga ikut menyerang terhadap warga Muslim yang menyerang. Prinsip yang kedua yaitu otoritas yang sah. Tidak hanya berkonsentrasi pada pertahanan sebagai satu-satunya alasan yang bisa dibenarkan dan diperbolehkan untuk perang, Agustius melihat dengan jelas: bahwa adalah adanya tanggung jawab moral oleh mereka yang memiliki kekuasaan terhadap orang-orang yang terancam oleh pihak lain. 5 Gagasan wewenang yang sah ini bermakna, sebagai sebuah fungsi kesatuan orang-orang yang saling bertalian yang terdiri atas banyak orang yang terikat bersama di bawah kekuasaan yang diakui bersama. 6 Adanya tanggung jawab pihak yang dianggap tepat ini berarti bahwa terdapat pembolehan membangun kekuatan yang mewujudkan kesiapan dalam proses membela diri dan manusia di sekitar; hal ini juga mengemukakan secara tersirat bahwa harus ada tugas campur tangan bahkan ketika tidak terdapat pakta/perjanjian yang dibuat. 5 James T. Johnson, Just War Tradition and the Restraint of War., James turner Johnson, Can Modern War be Just? (America: Murray Printing Company,1984), 23 74
5 Pada masa Augustinus, istilah tersebut yaitu, wewenang yang sah menyatakan secara implisit adanya tujuan yang baik. Para penguasa memiliki wewenang untuk melakukan perang yang didasarkan demi kebaikan warga dan atas nama mereka, maka mereka bisa mempertimbangkan alasan perang dan memutuskan apakah perang tersebut dapat dibenarkan atau tidak. 7 Aquinas yang meluaskan konsep pembenaran ini dengan menyatakan bahwa mereka yang mengemban kekuasaan mempunyai tanggung jawab untuk menghukum yang bersalah. Konsep inilah yang merupakan hal pokok dalam membenarkan penggunaan alat perang (senjata) yakni, adanya kebutuhan untuk menghukum. 8 Adanya wewenang yang tepat merupakan sebuah cara membatasi penggunaan kekuatan (bersenjata) sebagai jalan atau pilihan terakhir dan membatasi kehancuran yang dibawa oleh penggunaan kekuataan pada banyak kehidupan orang-orang yang hidup dengan tenang. 9 Berkaitan terhadap peran dan fungsi dari adanya pihak yang memiliki wewenang yang tepat, dalam perang Ambon berperannya anggota gereja untuk membela diri tidak dapat dilepaskan dari pendeta jemaat. Pendeta jemaat sebagai tokoh yang diakui bersama oleh warga gereja, penulis sebut sebagai pihak yang tepat dengan pertimbangan bahwa ketika perang terjadi selain karena pendampingan, pembinaan dan penguatan yang dilakukan oleh pendeta jemaat terhadap anggota gereja yang bertahan di daerah perbatasan maupun anggota gereja yang mengungsi di dalam gereja dan di tempat pengungsian, tetapi juga tindakan mengatur anggota gereja yang ikut bertahan di daerah perbatasan dan juga memimpin anggota gerejanya untuk keluar dari daerahnya ketika tidak dapat bertahan lagi. Adanya peran dan fungsi pendeta jemaat ini pun terlihat dengan batasan yang diberikan dalam bertahan dan 7 James T. Johnson, Just War Tradition and the Restraint of War., James turner Johnson, Can Modern War be Just.,19 9 ibid., 23 75
6 membela diri walaupun sesungguhnya tidak diajarkan sebelumnya. Batasan yang diberikan pun diikuti oleh anggota gereja sehingga tidak dilakukan tindakan penghancuran yang tidak terkendali. Namun, berbeda dengan pemikiran Aquinas yang menyatakan bahwa otoritas yang tepat ini dapat digunakan sebagai cara untuk menghukum penyerang, pendeta jemaat melalui pemahaman yang diberikan tidak mempunyai maksud untuk menghukum penyerang, seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa hal ini terkait dengan keyakinan kepercayaan bahwa baik menghukum dan membalas bukan tugas manusia termasuk pendeta jemaat. Prinsip ketiga, tujuan yang benar. Perlindungan diri dan orang yang tidak bersalah adalah awal dari jawaban tegas terhadap pertanyaan, mengapa orang Kristen pernah mengangkat pedang. 10 Tujuan dari just war, bukanlah untuk menaklukan dan memperbudak, tetapi hanya mencapai perdamaian dan keadilan. 11 Johnson pun menyatakan bahwa keberadaan perang ini memberikan hak terhadap pembela untuk mempertahankan keadilan bahwa penyerang tidak berhak atas kehidupan diri orang lain dan orang yang tidak berperang. 12 Pernyataan terakhir ini mempunyai kesamaan dengan pernyataan yang diberikan oleh para pendeta jemaat bahwa pembelaan yang dilakukan merupakan sebuah upaya terhadap mempertahankan hidup yang tidak bisa dengan begitu saja diambil bahkan dirampas oleh orang lain. Akan tetapi terdapat pula ketidaksesuaian yakni tercapainya keadilan dalam just war berbeda dengan tujuan keterlibatan warga gereja yang hanya sebatas mempertahankan hidup. Hal ini dikarenakan dalam prinsip just war, aspek menuntut kerugian merupakan bagian dari tujuan untuk tercapainya perdamaian, sedangkan dalam perang Ambon tidak ada tuntutan 10 James T. Johnson, Just War Tradition and the Restraint of War., Glen H. Stassen, Just Peacemaking, Transforming Initiatives for Justice and Peace (Kentucky: Westminster/John Knox Press, 1992), ibid. 76
7 kerugian dari warga gereja terhadap penyerang karena terlihat merupakan upaya untuk bertahan hidup dan harapan bahwa perang akan berakhir. Prinsip keempat proporsionalitas (kesebandingan). Dalam jus ad bellum, maksud gagasan proporsionalitas adalah memperkirakan bahwa kerusakan keseluruhan terhadap nilai-nilai manusia yang akan diakibatkan dari penggunaan kekuatan (bersenjata) sebagai jalan terakhir setidaknya diseimbangkan berdasarkan banyaknya nilai sama yang dijaga dan dilindungi. Johnson mengatakan bahwa dengan melihat banyak kejadian di zaman sekarang, penggunaan kekuatan (kekerasan) mungkin bisa dibenarkan. Pembenaran ini dalam gagasan proporsionalitas, mengharuskan pertimbangan terhadap batas-batas apakah yang bisa dilakukan yang memungkinkan penggunaan kekuataan demi melindungi banyak nilai dipertahankan. 13 Hal ini sama seperti yang telah disebutkan dalam bab II, perhitungan tentang kemungkinan yang baik dan buruk harus dilakukan sebelum berperang dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu selama perang dengan tujuan mengevaluasi keseimbangan kebaikan dan keburukan yang dihasilkan. 14 Selain itu, proporsionalitas mengharuskan adanya perhitungan yang dilakukan terhadap kerugian yang dialami sebagai dasar untuk berperang. Dalam perang Ambon, aspek kebaikan dan keburukan yang diakibatkan oleh perang juga dipertimbangkan, namun dalam perang di Ambon yang lebih dipertimbangkan adalah bagaimana anggota gereja mempertahankan nyawa dan hal ini dipertimbangkan pada awal pengambilan langkah untuk bertahan yang terjadi dengan tidak terencana. Dalam just war, pertimbangan terhadap kemungkinan baik untuk melindungi nilai (hidup) yang dipertahankan juga didasarkan pada perkiraan yang terinci terhadap persiapan senjata yang akan digunakan sedangkan 13 James turner Johnson, Can Modern War be Just.,19 14 William V. O Brien, The Conduct of Just War and Limited War(Amerika: Praegar Publisher, 20 77
8 dalam perang Ambon, pembelaan yang dilakukan oleh warga gereja tidak dengan pertimbangan yang didasarkan sepenuhnya pada senjata yang akan digunakan, tetapi juga kepercayaan terhadap pertolongan Tuhan dengan menggunakan atribut agama, yakni Alkitab yang dapat terlihat dalam gambar berikut. Selain itu, tidak adanya perhitungan yang terinci tentang kerugian yang dialami oleh warga gereja untuk menjadi dasar untuk terlibat dalam perang. Hal ini menunjukan bahwa pembelaan diri ini didasarkan hanya pada pertimbangan untuk bagaimana mempertahankan nilai yang harus dilindungi yaitu kehidupan. Penulis pun membayangkan bagaimana perhitungan untuk kerugian dapat dilakukan dalam situasi perang yang mengancam dan mendesak seperti di Ambon, jika yang dipikirkan adalah bagaimana cara untuk mempertahankan hidup dari serangan penyerang, yang tentu disertai juga dengan rasa kuatir. Prinsip kelima, usaha akhir. Usaha akhir merupakan prinsip penting yang muncul sebagai cara untuk meniadakan usaha berperang sebisa mungkin. Walaupun telah terdapat alasan dan tujuan yang dianggap adil bukan berarti perang dapat diputuskan untuk dilakukan. 15 Begitu pun sebagai upaya pembelaan, kekuatan (bersenjata) harus merupakan langkah paling akhir, ketika tidak terdapat cara lainnya untuk melindungi nilai-nilai yang perlu dilindungi. Dengan demikian, 15 Roger Burggraeve dan Jo De Tavernier, Radicalism and Realism of a Peace Ethic of Christian Inspiration in a World of Evil and Injustice dalam Studying War-No More. Ed. Brien Wicker. Tahun 1993, 43 78
9 tradisi perang yang bisa dibenarkan menunjuk bukan ke arah penggunaan alat perang yang menghancurkan tetapi pada situasi yang mengharuskan adanya pembelaan. 16 Pembelaan terhadap perang ini menurut O Brien hanya dapat dilakukan sebagai cara terakhir setelah dilakukannya alternatif damai yang akhirnya gagal. 17 Jika dilihat dalam perang Ambon, sebelum tanggal 19 Januari ketika terjadi penyerangan awal terhadap warga gereja, tidak ada pertemuan damai yang dilakukan karena ketika itu tidak terdapat konflik maupun perselisihan yang terjadi antara dua kelompok agama ini, yang dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya penyerangan awal. Pertemuan damai dilakukan bersama pemuka agama terjadi pada bulan Januari dan Februari, baik yang dilakukan oleh warga jemaat maupun oleh pemerintah. Namun hasil untuk berdamai menjadi gagal karena penyerang tetap melakukan penyerangan termasuk pada daerah yang melakukan usaha damai tersebut yaitu Kebun Cengkih dan serangan-serangan di daerah lainnya. Selama perang berlangsung pun terdapat usaha damai, salah satunya Perjanjian Malino yang diadakan setelah dua tahun lebih dari penyerangan dilakukan. Gagalnya usaha damai yang dilakukan ini, menurut penulis karena pertemuan-pertemuan yang dilakukan ini tidak membahas apa yang menjadi penyebab penyerangan dan bagaimana menanganinya. Pertemuan-pertemuan ini hanya menyatakan kesepakatan-kesepakatan untuk berdamai namun tidak melihat akar permasalahannya, sehingga tidak heran bahwa sampai sekarang ini penyebab terjadinya konflik yang dipahami sebagai perang ini tidak terkuak secara jelas, hanya berupa pandangan-pandangan seperti adanya pihak-pihak yang memainkan perannya untuk membuat keadaan tetap rusuh dengan cara memberikan informasi 16 James turner Johnson, Can Modern War be Just.,24 17 William V. O Brien. The Conduct of Just War., 27 79
10 yang tidak benar seperti yang telah disebutkan bab sebelumnya yaitu tersebarnya informasi bahwa gereja pusat Maranatha telah dibakar, yang pada kenyataannya tidak terjadi. Gagalnya kesepakatan damai untuk menjadi kenyataan terutama yang melibatkan pemerintah dan tokoh agama adalah tidak adanya usaha untuk bagaimana membangun komunikasi dan hubungan yang saling mempercayai antara kedua kelompok agama itu sendiri, yang tidak hanya pun sebatas pembicaraan tetapi terwujud dalam tindakan. Dari gagalnya beberapa usaha yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa pembelaan yang dilakukan oleh warga gereja merupakan usaha akhir yang dapat dilakukan saat itu. Namun, dilain sisi, dalam beberapa daerah warga gereja, usaha damai tidak dapat dilakukan, seperti di Waai dan Hila, karena kondisi ketika itu yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya usaha damai seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya seperti dilarangnya bertatap muka ataupun bertemu dengan warga yang beragama Islam untuk terhindarnya pembunuhan. Pertemuan untuk berdamai pun sulit dilakukan ketika itu karena telah terkotak-kotak daerah Muslim dan Kristen disertai dengan situasi yang sering dikatakan oleh orang Ambon ketika itu, yakni situasi ada tegang. Berkaitan dengan bagian ini, menurut penulis, pada dasarnya perang ini tidaklah murni merupakan konflik ataupun perang agama walaupun didalam prosesnya terdapat penggunaan atribut keagamaan dan adanya penyebutan acang dan obet yang menunjuk pada Islam dan Kristen. Dilihat dari keadaan Ambon sebelum tanggal 19 Januari 1999, tidak adanya permusuhan antar kelompok yang menggunakan atribut agama dengan menyebabkan korban jiwa yang besar dan mengharuskan adanya usaha damai. Hal ini menunjukan bahwa agama bukan titik awal penyebab konflik yang berujung perang ini. Penggunaan atribut dan 80
11 penyebutan istilah yang menunjuk pada keagamaan merupakan sarana yang digunakan untuk mempertajam ketegangan dalam pulau Ambon ini. Berdasarkan pemahaman dalam just war, pembelaan hanya dapat dilakukan ketika situasi sangat mengancam nilai-nilai yang dilindungi, begitu pun dengan upaya bertahan dan menyerang jika diserang merupakan upaya yang hanya dapat dilakukan untuk terhindar dari kematian akibat dibunuh oleh penyerang dalam perang Ambon. Dengan demikian pembelaan dalam perang Ambon, menurut penulis merupakan usaha akhir sesuai dalam just war. Karena, beberapa usaha damai juga gagal untuk menghentikan penyerangan ketika itu. Prinsip keenam, kemungkinan keberhasilan. Kemungkinan berhasil yang merupakan salah satu prinsip just war menekankan adanya pertimbangan untuk berhasil dengan mencapai tujuan dari usaha yang dilakukan. Kemungkinan akan keberhasilan ini pun haruslah merupakan harapan yang masuk akal. Hal ini berkaitan erat dengan prinsip sebelumnya yaitu proporsionalitas yang membuat perhitungan tentang kerugian yang dialami dan perhitungan kemungkinan kebaikan dan keburukan yang diperkirakan akan dihasilkan. Dengan demikian, prinsip ini tidak diperkirakan untuk hasil yang sia-sia. 18 Namun, berkaitan dalam hal ini terdapat perbedaan dasar yang terlihat dari ikut sertanya warga gereja dalam perang yang tidak sepenuhnya bergantung pada alat-alat yang dibuat untuk perang, melainkan juga pada keyakinan akan pertolongan Tuhan. Para pendeta jemaat telah menyatakan bahwa tidak ada pertimbangan untuk kemungkinan bahwa anggota gereja yang ikut dalam perang akan berhasil untuk mencapai tujuan tetapi bergantung pada pertolongan Tuhan yang akan membuat keadaan dapat damai kembali. Begitu pun, terdapat berbeda dengan maksud keberhasilan antara 18 R.E. Santoni, The Nurture of War, Just War Theory s Contribution., 90 81
12 keberhasilan dalam just war dan perang Ambon, karena keberhasilan yang dimaksud dalam ikut sertanya warga gereja adalah bertahan hidup bukan memenangkan perang. Prinsip ketujuh, dalam jus in bello yaitu proporsionalitas. Fungsi historis dari ketentuan ini bahwa kekuatan bisa dipraktekkan berdasarkan wewenang yang sah untuk membatasi macam tindak kekerasaan umum yang tak terbatas (bebas/tak terkendali) dan penghancuran tanpa pandang bulu. 19 Pertahanan dilakukan secara bersama-sama baik yang ketika itu dikoordinir oleh pendeta jemaat maupun oleh anggota jemaat yang dianggap mengerti bagaimana menghadapi penyerangan. Karena usaha yang dilakukan merupakan sebuah pembelaan diri maka strategi yang digunakan selama perang yaitu pertahanan yang didalamnya juga anggota gereja menyerang jika serangan dilakukan. Menurut penulis, penggunaan alat perang (senjata) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yakni sebatas mempertahankan hidup dan melindungi anggota gereja lainnya sekalipun demikian penggunaan perang terhadap sasaran tidak sebanding dengan penyerang. Hal ini nampak dalam daerah-daerah warga gereja yang lebih banyak mendapat kerugian penyerangan dan bekas-bekas peluru yang ditemukan dalam daerah warga gereja menunjukan banyak senjata yang lebih canggih yang digunakan oleh penyerang. Namun, hal inilah yang dapat menunjukan bahwa penggunaan senjata yang digunakan oleh anggota gereja bukan untuk tujuan menghabisi atau menghancurkan tetapi untuk bertahan. Dalam proses pembelaan ini pula, warga gereja tidak melakukan evaluasi maupun perhitungan terhadap kemungkinan baik yang tetap dilakukan dalam waktu tertentu seperti yang dimaksudkan dalam just war, namun hanya berupa pergumulan yang terus dilakukan dan pembicaraan 19 ibid., 23 82
13 pendeta bersama anggota gereja seperti untuk tetap bertahan atau mengambil tindakan untuk mengungsi ketika serangan tidak dapat dibendung lagi. Prinsip kedelapan, diskriminasi yaitu adanya batasan yang diberikan untuk membunuh. Dari pemahaman yang diberikan oleh para pendeta jemaat, anggota gereja tidak diajarkan untuk membunuh ataupun menyerang, tetapi ketika penyerang telah masuk dalam lingkungan warga gereja dan menyerang maka jalan yang diambil adalah membela diri dengan menyerang mereka yang telah masuk itu. Jadi, batasan yang diberikan adalah para penyerang yang masuk dan menyerang. Keterlibatan warga gereja ini pun sesuai dengan konsep bertahan, karena dalam sebagian besar daerah tidak dilakukan penyerangan yang lebih dari daerah perbatasan. Hal ini dapat terlihat dengan lebih banyaknya daerah yang warga gereja yang diserang. Sesuai dengan prinsip just war, terdapat batasan yang diberikan ketika anggota gereja harus menyerang, namun berbeda dengan just war terutama dalam pemikiran Victoria yang membedakan tegas orang yang berjuang dan yang tidak ikut berjuang yakni yaitu anak-anak, perempuan, pendeta atau pemimpin agama, orang asing dan juga. sisanya penduduk sipil yang cinta damai. 20 Pembedaan secara rinci ini tidak dilakukan oleh warga gereja termasuk pendeta jemaat sebagai pihak yang didengar oleh anggota gereja ketika itu, selain karena pembelaan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap penyerangan, yang tidak didahului dengan sebuah perencanaan, pembedaan pun hanya didasarkan pada yang menyerang dan tidak menyerang. Ketika perempuan, anak, ataupun seorang pemimpin agama juga masuk ke dalam daerah warga gereja dan menyerang, maka mereka pun dianggap sebagai penyerang yang dapat dibunuh. Pengertian untuk orang yang tidak ikut dalam perang Ambon adalah mereka yang dari masing- 20 James T. Johnson. Just War Tradition and the Restraint of War, A Moral and Historical Inquiry (Amerika: Princeton University Press, 1984),200 83
14 masing pihak tidak ikut dalam proses penyerangan dan pertahanan ketika perang. Selain itu, penulis melihat adanya persamaan antara perang di Ambon dan prinsip just war ini, yaitu tidak adanya jaminan perlindungan yang sungguh dapat diterima oleh orang-orang yang tidak ikut berperang. Hal ini dikatakan karena baik secara sengaja ataupun tidak sengaja, orang yang tidak berperang pun dapat menjadi korban dari tindakan yang dilakukan dalam perang, seperti korban akibat peluru kesasar dan ledakan bom yang menghancurkan rumah dan orang-orang didalamnya terkhususnya di sekitar daerah perbatasan dalam perang Ambon. Karena itu, jaminan untuk terhindar dari keadaan seperti itu hanya terdapat pada tindakan pribadi atau juga atas saran pendeta untuk melindungi diri seperti berpindah sementara ke tempat yang dirasa lebih aman. 84
15 Refleksi Sebuah pertanyaan dalam refleksi ini, bagaimanakah sikap seorang dalam menghadapi kekerasan dan perang yang terjadi. Berkaitan dengan ini terdapat pernyataan dari Francis Schaeffer yang dikutip Kalvin Budiman: 21 I am walking down the street and I come upon a big, burly man beating a tiny tot to death-beating this little girl I plead with him to stop. Suppose he refuses? What does love mean now? Love means that I stop him in any way I can, including hitting him. Dari pernyataan ini, menunjukan bahwa kekerasan merupakan sebuah isu moral tidak pernah dapat dihindari, yang juga mengharuskan kemungkinan pengakuan bahwa penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan adalah pilihan yang perlu dipertimbangkan. Seperti teori dalam penulisan ini, Just war yang percaya tentang adanya perang atau penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan yang dapat dibenarkan. Setiap manusia diharuskan untuk saling mengasihi, namun pelaksanaan kasih di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa ini tidak dapat dilepaskan dari kasih yang kadang mengandung unsur kekerasan. Karena dengan membiarkan dosa dan ketidakadilan tanpa usaha mencegahnya, sama saja dengan menyetujui perbuatan dosa yang mendukakan hati Allah. Prinsip ini, dengan kata lain, memberi peluang bagi adanya kemungkinan perang yang bisa dibenarkan. Hal ini sama seperti dengan yang dikatakan oleh Agustinus bahwa terdapat situasi yang jika membiarkan kejahatan tanpa adanya usaha untuk mencegahnya dengan segala daya upaya, termasuk menggunakan kekerasan, sama saja dengan membiarkan kejahatan menindas keadilan. Dengan demikian, perang adalah suatu tindakan yang sifatnya 21 Kalvin Budiman, Prinsip Dasar Etika Kristen Tentang Perang: Sebuah Tinjauan Terhadap Pacifism dan Just War Theory dalam Veritas Jurnal Teologi dan Pelayanan. Volume 4, Nomor 1 April 2003, 37 85
16 permissible, tetapi hanya dan jika hanya undertaken out of necessity and for the sake of peace. Dari pemahaman dan pemikiran tokoh-tokoh diatas, perang hanya satu kemungkinan untuk mengendalikan ketidakadilan dengan resiko yang besar bahkan menyimpan dendam permusuhan. Karena itu lebih baik dicari cara yang resikonya lebih kecil seperti perundingan. Perlu disadari pula bahwa perang merupakan suatu hal yang dapat membawa kesedihan dalam kehidupan manusia. Tidak ada seorang pun dari manusia di bumi ini yang mau hidup dalam situasi penderitaan terutama dalam perang. Oleh karena itu, tindakan kekerasan dan perang harus sebisa mungkin dihindari. Kekerasan hanya dilakukan dalam keadaan yang terancam dan sangat dibutuhkan. Tetapi hal ini pun harus disertai dengan usaha kasih dan tujuan untuk keadaan yang damai. Dengan demikian, kapan dan dimanapun manusia itu berada, baik yang beragama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katolik, dan agama kepercayaan lainnya, sudah menjadi tugasnya untuk menjadi seorang yang melakukan kasih dan membawa damai. Damai bukan hanya terwujud dengan melakukan kebaikan tetapi lebih dari itu, dilakukannya pengampunan terhadap orang yang bersalah, mengembangkan rasa saling menghargai, adanya kesempatan yang terbuka untuk manusia berkembang dengan tetap terpelihara hak asasi manusia dalam setiap ruang kehidupan. Ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi juga bukan tidak mungkin untuk diterapkan ketika setiap manusia menyadari tanggung jawabnya untuk memelihara keadaan damai tersebut, yang dimulai dari kehidupan disekitarnya. Sebuah pernyataan penutup untuk selalu direnungkan, penulis kutip dan 86
17 diterjemahkan secara sederhana dari tulisan A. Malone demikian: 22 Tak ada satupun yang tahu bagaimana jadinya suatu dunia tanpa perang, akan tetapi Gereja dan umat manusia yang beriman tahu bahwa jika kita menjadi manusia seutuhnya, kita diharuskan berlaku dengan prinsip kasih dan selalu menemukan cara untuk menyelesaikan konflik. 22 Antonia Malone, The Just War Theory: A Wolf in Sheep s Cloting? dalam Studying War- No More. Ed. Brien Wicker. Tahun 1993,97 87
Bab II KAJIAN TEORITIS JUST WAR
Bab II KAJIAN TEORITIS JUST WAR 1. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini, tidaklah asing lagi jika mendengar tentang just war yang dikaitkan dengan perang-perang yang sedang terjadi. Tetapi bagaimana just
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciMTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA
MTPJ 13-19 Juli 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN : Kejujuran Sebagai Senjata Melawan Korupsi Bahan Alkitab: Keluaran 22:1-5; Kisah Para Rasul 5:1-11 ALASAN PEMILIHAN
Lebih terperinciPredestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata
Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata Pada bulan lalu kita telah belajar tentang Kristus yang mati disalibkan untuk menebus kita dari hidup yang sia-sia bukan dengan emas atau perak tetapi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,
BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta
Lebih terperinciMoral Akhir Hidup Manusia
Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB VII PENGHARGAAN TERHADAP HIDUP MANUSIA
BAB VII PENGHARGAAN TERHADAP HIDUP MANUSIA 1 A. KEKERASAN DAN BUDAYA KASIH MATERI AGAMA KATOLIK XI 1 STANDAR KOMPETENSI 2 Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh
Lebih terperinciETIKA PERANG. Oleh Dewi Triwahyuni
ETIKA PERANG Oleh Dewi Triwahyuni 1 DOKTRIN IUS AD BELLUM (War as a Necessary Evil) Merupakan sebuah doktrin yang diciptakan sebagai prinsip-prinsip utama dalam berperang Dalam hal konflik bersenjata internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil
Lebih terperinciBab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciDalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...
Lesson 12 for December 23, 2017 ALLAH Roma 12:1-2 Roma 13:11-14 KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI HUKUM TAURAT Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... GEREJA ORANG LAIN
Lebih terperinci1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa
301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada
Lebih terperinciBab III Pemahaman Para Pendeta Jemaat di Klasis Pulau Ambon terhadap Konflik Ambon
Bab III Pemahaman Para Pendeta Jemaat di Klasis Pulau Ambon terhadap Konflik Ambon 1. Pendahuluan Berdasarkan rumusan masalah dari penulisan ini, maka penelitian bertempat di Ambon. Pada umumnya, konflik
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap
Lebih terperinciREFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN
BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru
Lebih terperinciKebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.
Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang Roma 8:31-39 Pdt. Andi Halim, S.Th. Umumnya saat mendengar kata pemenang kita berpikir itu adalah orang yang hebat, yang berprestasi, dan yang luar biasa. Inilah
Lebih terperinciStatus Rohani Seorang Anak
Status Rohani Seorang Anak PENDAHULUAN Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk
Lebih terperinciPeranan hamas dalam konflik palestina israel tahun
Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali
Lebih terperinciMTPJ Edisi 28 Desember '14-03 Januari '15
MTPJ Edisi 28 Desember '14-03 Januari '15 TEMA BULANAN : Hidup UntukMenghidupkan TEMA MINGGUAN : Hidup Yang Mengutamakan Kasih Memasuki Era Baru Bahan Alkitab: Yesaya 63:7-14 ALASAN PEMILIHAN TEMA Dipenghujung
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa
REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat
Lebih terperinciMeski sudah padam, tapi tidak ada jaminan tidak akan meletus lagi kan?
Yusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Pasca penandatanganan Perjanjian Damai Maluku di Malino (12/2/2002) kerusuhan Ambon sejak 1999 terhenti. Namun ternyata itu bukan perdamaian abadi. Terbukti rusuh kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinci1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus
BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan
Lebih terperinciWAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA
WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA Pada 11 September 2001, saya melihat wajah Islam yang sebenarnya. Saya melihat kegembiraan di wajah bangsa kami karena ada begitu banyak orang kafir yang dibantai dengan mudahnya...saya
Lebih terperinciSurat Yohanes yang pertama
1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. Keadaan Indonesia beberapa tahun terakhir ini sering mengalami masa krisis, misalnya saja krisis di bidang ekonomi, politik, keamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciSaleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris
Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris Buku Defeating the New Caliphate menyerukan kepada orang Kristen dan Yahudi untuk bersama-sama membendung tegaknya khilafah. Seruan itu bukan basi-basi, tapi
Lebih terperinciBAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran
BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan
Lebih terperinciKEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)
KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT INTERNAL TIMUS KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris
Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciSebagai contoh, anda boleh lihat Piagam Madinah di bawah.
36 WAWASAN OPEN UNIVERSITY Sebagai contoh, anda boleh lihat Piagam Madinah di bawah. Piagam Madinah Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah
Lebih terperinciMARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa
MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana
Lebih terperinciKetekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A.
Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Yakobus yang menuliskan kitab ini adalah saudara Tuhan Yesus, bukan rasul Yakobus. Yakobus juga adalah saudara Yudas, penulis
Lebih terperinciBukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011
Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) Pasal 21 kitab Hakim-Hakim dalam susunan Tabernakel adalah Tabut Perjanjian yang terdiri dari Tutup Pendamaian dan Peti Perjanjian. Kalau kita merenungkan
Lebih terperinciDalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan
Keselamatan Saya sedang duduk di rumahnya yang kecil, ketika Amelia, yang berusia 95 tahun, menceritakan apa sebabnya ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bertahun-tahun yang lalu ia berdiri di depan
Lebih terperinci1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2
1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.
Lebih terperinciMengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1
Modul 9: Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan kepelbagaian budaya, suku, agama, golongan, dan bahasa. Dalam kepelbagaian tersebut, masyarakat Indonesia
Lebih terperinciOrang Kristen Dan Dirinya Sendiri
Orang Kristen Dan Dirinya Sendiri Negara kecil itu sedang dilanda perang saudara dan kaum gerilya bertempur di mana-mana. Seorang pemuda ditangkap dan nyawanya terancam jika ia tidak mau melepaskan agama
Lebih terperinciPdt. Gerry CJ Takaria
Geli, Jijik, Menakutkan, Bikin Gatal Kelahiran adalah waktu sukacita. Sebuah benih bertunas, dan munculnya dua daun pertama, menjadikan pemilik kebun akan senang. Seorang bayi dilahirkan, dan tangisannya
Lebih terperinciBerkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit
Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah
Lebih terperinciHidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean
Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen
Lebih terperinciDengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.
Di dalam kehidupan kita banyak menjumpai persoalan-persoalan etika. Kalau persoalan itu jelas benar atau salah, kita dengan mudah dapat membuat keputusan. Tetapi kalau keputusan menyangkut banyak hal yang
Lebih terperinciKalender Doa Proyek Hanna Januari 2013
Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang
Lebih terperinciSurat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika
1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciBAB V REFLEKSI TEOLOGIS. diperbudak. Budak tidak hanya diartikan sebagai seorang pekerja, namun menjadi budak berarti
BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Sistem perbudakan merupakan fenomena universal yang terjadi hampir di seluruh bagian dunia. Perbudakan pada umumnya berbicara perihal tuan yang memperbudak dan hamba yang diperbudak.
Lebih terperinciNOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan
Lebih terperinciSAUDARA BELAJAR BERJALAN
SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?
Lebih terperinciTujuan 1. Mengenali keempat masyarakat dalam Kisah 1:8.
Masyarakat Kristen Seorang lurah adalah kepala desanya. Seorang walikota adalah pemimpin sebuah kota. Seorang polisi memelihara hukum dan tata tertib di suatu lingkungan tertentu. Lurah dan walikota itu
Lebih terperinciEffects of Sin Rudi Zalukhu, M.Th
Effects of Sin Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Ibrani 10:26-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran, Janji, Teladan, Perintah, Nasehat, Larangan) APA
Lebih terperinciKISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN
KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN 2012-2013 Jenjang : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Kelas / Semester : VIII / II Bentuk Soal : Pilihan ganda Jumlah
Lebih terperinciIman Kristen dan Kebudayaan
Iman Kristen dan Kebudayaan Oleh: Ricky A.A Dumbela 682014088 Menuha Calvin 672014159 Hani Sandi Aji 562014054 Candrayani Sugiono 672014001 Yohana Dimara 672012186 Rodi 672014221 Yonas Sagita Adi C 682014046
Lebih terperinciAssalamu alaikum wr. wb.
Assalamu alaikum wr. wb. Hukum Jinayat (Tindak Pidana dalam Islam) A. Pengertian Jinayat Jinayat yaitu suatu hukum terhadap bentuk perbuatan kejahatan yang berkaitan pembunuhan, perzinaan, menuduh zina,
Lebih terperinciTitle: Preached by Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford University Copyright 2007, Pastor Melissa Scott. - all rights reserved
Title: Preached by Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford University Copyright 2007, Pastor Melissa Scott. - all rights reserved KOMUNI (PERJAMUAN KUDUS) Disampaikan oleh Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford
Lebih terperinciBy Daniel Ronda (untuk mata kuliah Sistem-Sistem Teologi) Sejarah Singkat
By Daniel Ronda (untuk mata kuliah Sistem-Sistem Teologi) Sejarah Singkat Istilah ini muncul sebagai akibat dari pertikaian pada awal abad ke 17 di Belanda tentang ajaran predestinasi. Jacobus Arminius
Lebih terperinciOTORITAS ORANG PERCAYA
Level 2 Pelajaran 6 OTORITAS ORANG PERCAYA Oleh Andrew Wommack Di sesi hari ini saya ingin bahas mengenai otoritas yang Allah telah berikan kepada kita sebagai orang percaya. Dalam pembahasan ini, kita
Lebih terperinciBAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.
BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis
Lebih terperinciHUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
Lebih terperinciDOSA-DOSA YANG MELAWAN ROH KUDUS
Dikutip dari buku: Roh Kudus Oleh Billy Graham Penerbit: Lembaga Literatur Baptis ISBN 979-9043-14-X Hal. 194-207 DOSA-DOSA YANG MELAWAN ROH KUDUS Menghujat Roh Kudus (Injil Matius 12:22-32) Semua dosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas
Lebih terperinciAir Mata. Pernikahan
Air Mata Pernikahan Air Mata Pernikahan Billy Kristanto Penerbit Momentum Air Mata Penikahan Oleh: Billy Kristanto Tata Letak: Djeffry Imam Pengoreksi: Irenaeus Herwindo Desain Sampul: Patrick Serudjo
Lebih terperinciMengampuni Orang Lain 1
Modul 7: Mengampuni Orang Lain Mengampuni Orang Lain 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Semua ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciSeolah umat Islam itu jahat dan tidak ada baiknya sedikit pun terhadap mereka. Ini tidak fair.
Seolah umat Islam itu jahat dan tidak ada baiknya sedikit pun terhadap mereka. Ini tidak fair. Nama Gereja Kristen Indonesia (GKI) Taman Yasmin tiba-tiba mencuat ke permukaan. Seolah-alah ada masalah besar
Lebih terperinciPelajaran 7 AKHIR WAKTU: AKHIRNYA DI RUMAH Kasus Absen Guru Wali Kelas 16 Februari 2013
Pelajaran 7 AKHIR WAKTU: AKHIRNYA DI RUMAH Kasus Absen Guru Wali Kelas 16 Februari 2013 Akhirnya Di Rumah (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?) "Anak-anak,"
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Prosedur Pelaksanaan Cuti Bersyarat
Lebih terperinciFilipi. 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba. Salam
290 Filipi Salam 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba Kristus Yesus kepada semua umat Allah dalam Kristus Yesus yang tinggal di Filipi, termasuk semua penatua a dan pelayan khusus* jemaat. 2Semoga Allah,
Lebih terperinciSurat Paulus kepada jemaat Roma
Roma 1:1 1 Roma 1:6 Surat Paulus kepada jemaat Roma 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Roma: Salam dari Paulus, hamba Kristus Yesus. Allah sudah memanggil saya menjadi seorang rasul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah
Lebih terperinciPelajaran untuk Murid STUDENT LESSON AKHIR WAKTU: DI RUMAH AKHIRNYA (Kasus Absen Guru Wali Kelas) 14 Februari 2015
Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON AKHIR WAKTU: DI RUMAH AKHIRNYA (Kasus Absen Guru Wali Kelas) 14 Februari 2015 Di Rumah Akhirnya (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan
BAB IV ANALISA DATA Ritual Jumat Agung merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari Jumat dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan mempunyai tujuan untuk memperingati hari
Lebih terperinciALKITAB. Alkitab The Bible Halaman 1
ALKITAB Pengantar Perempuan manakah yang tidak menghargai surat cinta dari orang yang ia cintai? Dalam diri kita semua terdapat suatu kebutuhan untuk mengetahui bahwa kita diperhatikan dan dihargai, terutama
Lebih terperinciDOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.
DOA Pengantar Apakah Anda pernah kagum akan sesuatu yang dikatakan oleh seorang anak kecil? Mungkin caranya menerangkan bagaimana cara kerja sebuah mainan. Atau mungkin ia menceriterakan tentang suatu
Lebih terperinci