BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan mangrove (Hanley, dkk 2014: 7)
|
|
- Yulia Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Mangrove Kitamura, dkk (1997: 97) menyatakan bahwa mangrove adalah tumbuhan di daerah tropik berada di zona pasang surut. Jenis pohon atau belukar yang tumbuh di antara batas atas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove (Hanley, dkk 2014: 7) Hutan mangrove merupakan hutan yang ditemukan di sepanjang garis pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut. Hutan atau ekosistem mangrove tumbuh di pantai terlindung atau pantai datar. Biasanya jika tidak ada muara sungai hutan mangrove akan cenderung lebih tipis. Tempat tumbuh yang ideal bagi mangrove adalah area dengan muara sungai yang besar, delta dan aliran air yang kaya akan lumpur dan pasir (Ministry of Forestry Republic of Indonesia: 2). Terdapat total 268 spesies mangrove yang tercatat di hutan mangrove Asia Tenggara, termasuk di dalamnya 129 jenis pohon, 50 jenis herba (termasuk 27 jenis rumput-rumputan), 28 jenis tumbuhan pemanjat, 28 jenis tumbuhan epifit, 24 jenis paku-pakuan, tujuh jenis palem, satu pandan dan satu jenis cycad (Giesen,dkk. 2006: 5). Daerah yang menjadi tempat tumbuh mangrove adalah daerah anaerob (miskin udara) ketika digenangi air. Beberapa spesies mangrove 9
2 mengembangkan sistem perakaran khusus yang dikenal sebagai akar udara (Kitamura, dkk. 1997: 99). Gill dan Tomlinson (dalam 1975 Kitamura, dkk. 1997: 4) menyatakan bahwa akar udara adalah akar yang terkena udara secara langsung, selama beberapa waktu dalam sehari atau bahkan sepanjang hari. Struktur perakaran mangrove dibagi menjadi enam kategori, meliputi akar tunjang, akar nafas, akar lutut, akar papan, banir dan tanpa akar udara. Banir sebenarnya tidak termasuk dalam akar udara namun biasanya ditemukan bersamaan dengan akar udara lainnya dan merupakan karakteristik yang penting untuk jenis- jenis mangrove. Beberapa jenis mangrove dapat memiliki beberapa akar udara secara bersamaan (Kitamura, dkk. 1997: 4). Gambar 1. Bentuk-bentuk akar pada pohon mangrove (Noor, dkk. 2006: 213) Semua spesies mangrove menghasilkan buah yang penyebarannya diperantarai air. Buah yang dihasilkan oleh tumbuhan mangrove memiliki bentuk bola, silindris, kacang dan sebagainya. Rhizophoraceace (Rhizophora, Bruguiera, Ceriops dan Kandelia), memiliki buah silindris 10
3 (serupa tongkat) yang dikenal dengan tipe vivipari (Kitamura, dkk. 1997: 99). Vivipar merupakan biji yang berkecambah dalam buah (Noor, dkk. 2006: 217) dan hipokotilnya telah mencuat ke luar pada saat buah masih menempel di pohon induknya (Kitamura, dkk. 1997: 99). Avicennia (buah berbentuk seperti kacang), Aegiceras (bentuk buah silindris) dan Nypa merupakan buah dengan tipe kriptovivipari, di mana biji telah berkecambah tetapi biji terlindung oleh kulit buah atau perikarp sebelum lepas dari pohon induk. Sonneratia dan Xylocarpus memiliki buah dengan bentuk bola (Kitamura, dkk. 1997: 99). Gambar 2. Buah Rhizophora apiculata dengan bagian-bagiannya, (Noor, dkk. 2006: 218). Beberapa spesies mangrove dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam tinggi, di antaranya dengan membentuk kelenjar garam yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam. Tomlinson (1986), Avicennia, Aegiceras, Acanthus dan Aegilitis mengatur keseimbangan kadar garam dengan mengeluarkan garam dari kelenjar garam. Kelenjar 11
4 garam sering ditemukan pada permukaan daun sehingga terkadang pada permukaan daun terlihat kristal-kristal garam. Spesies lain seperti Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Sonneratia dan Lumnitzera mengatur keseimbangan garam dengan cara menggugurkan daun tua yang berisi akumulasi garam (Kitamura, dkk. 1997: 99). 2. Habitat Mangrove Mangrove tumbuh subur pada tempat dengan endapan lumpur yang melimpah serta aliran air tawar yang cukup. Air payau bukan merupakan hal yang wajib untuk pertumbuhan mangrove namun mangrove sangat baik tumbuh di lingkungan tersebut. Mangrove juga dapat tumbuh di pantai berpasir, pantai berbatu atau pantai berkarang dan pulau-pulau kecil (Kitimura, dkk. 1997: 97). Pantai mangrove berkembang dengan baik apabila aliran sungai membawa lumpur dan pasir ke dasar laut yang kemudian bercampur kembali dan terangkut oleh ombak, pasang dan aliran. Pantai mangrove yang ideal terjadi di mana banyak saluran-saluran sungai yang berliku-liku membentuk suatu jaringan kerja, jalannya air tenang membatasi daerah pasang surut (Soeroyo. 1992: 2). a. Salinitas Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara 12
5 berbeda-beda (Noor. 1999: 5). Beberapa di antaranya tidak tumbuh pada perairan yang terlalu asin dan beberapa ditemukan hanya pada zona payau (Giesen, dkk. 2007: 13). Beberapa di antaranya pula, secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lain mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daun (Noor. 1999: 5). Beberapa spesies mempunyai rentang toleransi yang sangat tinggi, misalnya Sonneratia yang ditemukan pada air laut murni atau di sepanjang sungai dengan salinitas yang hampir tawar (yaitu<0,1% air laut). Spesies lain bahkan tumbuh subur di kolam air tawar di Kebun Raya Bogor di Jawa (Giesen, dkk. 2007: 14). Pada lokasi yang garis pantainya tidak terkikis dapat ditemukan Sonneratia alba dan Avicennia alba, di sepanjang perairan dengan salinitas rendah (misalnya di muara sungai) dapat ditemukan pula Nypa fruticans, Cerbera odollam dan Sonneratia. Avicennia mampu tumbuh dengan baik pada salinitas yang mendekati tawar sampai dengan 90% (MacNae. 1966; 1968), pada salinitas ekstrim pohon akan tumbuh kerdil dan kemampuan menghasilkan buah hilang. Jenis-jenis Sonneratia ditemui hidup pada daerah dengan salinitas mendekati salinitas air laut, kecuali S. caseolaris yang tumbuh pada salinitas kurang dari 10%. Beberapa juga mampu tumbuh pada salinitas tinggi seperti Aegiceras corniculatum 13
6 (20-40%), R. mucronata dan R. stylosa (55%), Ceriops tagal (60%) dan bahkan Lumnitzera racemosa dapat tumbuh pada salinitas 90% (Camp. 1976a; Yuslia Noor. 1999: 5). Jenis-jenis Bruguiera dapat tumbuh pada salinitas di bawah 25%, Mac Nae (1966; 1968 dalam Noor. 1999: 5) menyebutkan bahwa kadar salinitas optimum untuk B. parviflora adalah 20% sementara B. gymnorrhiza adalah 10-25% (Giesen, dkk. 2007: 14). b. Substrat Sebagian besar spesies mangrove tumbuh baik di tanah berlumpur, yaitu pada daerah di mana lumpur terakumulasi, baik untuk perkembangan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Hutan yang didominasi oleh Bruguiera sering bersubstrat tanah lumpur dalam. Spesies tertentu seperti R. stylosa tumbuh baik pada substrat pasir dan bahkan dapat tumbuh di pulau-pulau karang dengan substrat pecahan karang dan kerang. Kint (1934) melaporkan di Indonesia R. stylosa dan S. alba biasa tumbuh pada substrat berpasir dan bahkan pantai berbatu (Giesen, dkk. 2007: 15). Kint (1934 dalam Noor. 1999: 5), menyatakan bahwa di Indonesia substrat berlumpur sangat baik untuk tegakan R. mucronata dan A. marina. Di kondisi tertentu mangrove juga dapat tumbuh pada 14
7 daerah pantai bergambut misalnya di Florida, Amerika Serikat (Noor. 1999: 5). c. Pasang Surut Zona vegetasi mangrove jelas berhubungan dengan pasang surut dan berhubungan pula dengan frekuensi genangan (Giesen, dkk. 2007: 16). Durasi pasang surut berakibat pada perubahan salinitas di suatu area. Salinitas akan tinggi jika air pasang begitupun sebaliknya. Perubahan salinitas karena pasang surut ini juga menjadi faktor yang membatasi penyebaran mangrove, kususnya di runag horizontal. Pasang surut juga menyebabkan perubahan antara air dan payau dan berdampak pada distribusi vertikal tumbuhan mangrove (Aksornkoae. 1993: 36). Di Indonesia, area yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang rendah umumnya didominasi oleh A. alba dan S. alba. Area yang digenangi oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya pada saat pasang tinggi, yang mana area tersebut lebih ke daratan, umumnya didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera dan X. granatum, sedangkan area yang digenangi hanya pada pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan Lumnitzera littorea (Noor. 1999: 6). 15
8 3. Zonasi Mangrove Hutan mangrove biasanya membentuk zonasi, dan jika dilihat dari udara atau menara pengamat kumpulan tanaman yang berbeda jenis akan mudah dibedakan. Penyebab adanya zonasi ini berkaitan dengan salinitas, ketinggian dan keterbukaan terhadap gelombang (genangan). Umumnya adanya pola zonasi tersebut ditentukan oleh kombinasi ketiga faktor tersebut tetapi faktor yang dominan adalah genangan pasang surut (Giesen, dkk. 2006: 16). Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Beberapa ahli menyatakan bahwa hal tersebut berkaitan dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang surut. Sebagian besar jenisjenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur terutama di daerah dengan akumulasi endapan lumpur (Chapman 1977; Noor. 1999: 5). Berikut adalah beberapa tipe zonasi mangrove: 16
9 Gambar 3. Zonasi Mangrove di Cilacap, Jawa Tengah (Adaptasi White et al. 1989; Giessen, dkk. 2006: 12) Gambar 4. Skematik potongan melintang hutan mangrove di Pulau Kimbe, Papua Nugini. Ae. -Aegiceras corniculatum A.S.- Acrostichum speciosum B.p.- Bruguiera parviflora F.s.- Ficus sp (bukan spesies mangrove) M.h.- Myristica hollrungii P.p.- Pongamia pinnata R.m.- Rhizophora mucronata MHWL- Mean High Water Level; MLWL- Mean Low Water Level (Giessen, dkk. 2006: 12-13). A.c. Acanthus ilicifolius B.g.- Bruguiera gymnorrhiza B.s.- Bruguiera sexangula H.i Heritiera littoralis P.s.- Pandanuscf. Furcatus R.a- Rapiculata X.g.- Xylocarpus granatum Champman (1975), menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap zonasi mangrove, yaitu 17
10 substrat, salinitas, drainase, pasang surut, kelembapan substrat serta frekuensi penggenangan (Aksornkoae. 1993: 55). Sukardjo (1993) ada lima faktor utama yang mempengaruhi zonasi mangrove di kawasan pantai tertentu, yaitu: (1) gelombang, yang menentukan frekuensi genangan; (2) salinitas, yang berkaitan dengan hubungan osmosis mangrove; (3) substrat; (4) pengaruh darat, seperti aliran air masuk dan rembasan air tawar; (5) keterbukaan terhadap gelombang, yang menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan (Ghufran H Kordi. 2012: 14). Frekuensi genangan merupakan alasan utama dalam pembagian zonasi mangrove. Berdasarkan penggenangan pasang surut, Watson (1928) mengklasifikasikan distribusi mangrove dalam kelas: Zona 1: Area ini digenangi pada pasang tertinggi atau selalu tergenang, biasanya tidak ditumbuhi tumbuhan kecuali R. mucronata. Zona 2: Area ini di genangi pada pasang sedang, A. alba, A. marina, S. alba, ditemukan pada daerah ini sedangkan R. mucronata ada di sepanjang tepi muara. Komposisi dari berbagai tumbuhan ini bergantung pada substrat, seperti S. alba yang cenderung mendominasi pada pasir atau karang, seperti pada pulau-pulau di Handeuleum Teluk Ujung Kulon (Jawa 18
11 Barat, Indonesia), sedangkan menurut Steenis (1958) A. marina dan R. mucronata cenderung mendominasi di pantai berlumpur. Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993), Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika substrat berlumpur dan kaya akan bahan organik. Di pantai berlumpur di pantai utara Jawa Barat, zona ini terutama terdiri dari A. marina dan A. Alba (Giessen, dkk. 2006: 17). Zona 3: Area ini digenangi pada pasang normal. Mangrove tumbuh dengan sumbur pada zona ini, khususnya Rhizophora, C. tagal, X.granatum, dan B. parviflora. Zona 4: Zona ini digenangi pada saat-saat tertentu. Lokasi ini terlalu kering untuk Rhizhophora, tetapi baik untuk Brguiera, Xylocarpus dan Exoecaria. Zona 5: Area ini akan digenangi pada pasang luar biasa, atau dengan kata lain daerah ini jarang sekali terkena pasang. Kebanyakan tumbuhan pada area yaitu B. gymnorrhiza, Instia bijuca, Heritiera littoralis, Excoecaria agallocha, dan Nypa fruticants. Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi mangrove, namun kenyataan di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak formasi 19
12 serta zona vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain (Noor, dkk. 2006: 9). Zona sering diinterpretasikan sebagai tingkat perbedaan dalam suksesi (perubahan secara progresif dalam komposisi jenis selama perkembangan vegetasi). Hal ini diterangkan sebagai suatu kemajuan yang lambat, karena pionir mangrove didesak oleh sabuk yang luas atau zona dari jenis yang kurang toleran terhadap garam sehingga mangrove secara keseluruhan meluas ke arah laut. Suksesi dan perkembangan ke arah laut merupakan keadaan yang lengkap walaupun telah lama diteliti bahwa dalam pantai yang stabil dalam pengalaman tidak ada erosi maupun akresi dari sedimen (Soeroyo 1992: 6). Zonasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Lear dan Turner dalam Soeroyo. 1992: 7), di antaranya adalah: a. Fisiografi atau bentuk permukaan, hal ini dapat berupa kemiringan permukaan, yang menentukan lama dan perluasan dari genangan pasang surut. Faktor fisiografi ini bisa mempengaruhi zonasi karena dapat berpengaruh dalam hal salinitas, aliran air dan aerasi tanah. b. Kisaran pasang surut. c. Iklim, ini mempengaruhi presipitasi, evaporasi dan temperatur yang membatasi jenis mangrove yang menyusun pola zonasi. 20
13 Sebagai contoh zonasi di daerah timur laut Australia yang mempunyai iklim lebih cocok untuk pertumbuhan mangrove. Di sini mempunyai zonasi yang lebih banyak dan komplek. Berikut adalah zonasi yang didasarkan pada dominasi spesies: a. Landward zone (Zona ke arah darat) Zona ini sering didapatkan sebagai zona yang sempit sebab bercampur dengan hutan hujan yang lebih rendah atau berdekatan dengan hutan hujan sehingga tanahnya ditumbuhi rerumputan. Kebanyakan jenis mangrove yang ditemukan pada zona ini adalah Excoecaria agallocha, Lumnitzera Iittorea, L. racemosa, C. tagal, C. decandra, Aegialitis annulata, Aegiceras corniculatum, Heritiera littoralis dan juga Avicennia marilla. b. Zona Ceriops Zona ini hampir seragam, dengan ketinggian sampai 5 m yang didominasi oleh Ceriops. Jenis ini merupakan zona yang paling lebar di daerah yang bercurah hujan sedang. c. Zona Bruguiera Zona ini merupakan puncak kesuburan, terlihat pada daerah Australia Timur laut sebagai hutan yang tertutup yang tingginya lebih dari 30 m. Zona ini didominasi oleh Bruguiera gymnorrizha yang 21
14 berasosiasi dengan Xylocarpus australasius, X. granatum dan Heritiera littoralis. Salinitas lebih tinggi dan tanahnya lebih stabil. d. Zona Rhizophora Zona ini sering terdiri dari Rhizophora stylosa, terletak di belakang seaward. Memiliki substrat yang agak lunak. e. Zona Seaward Zona ini merupakan pionir, umumnya didominasi oleh A. marina. Selain jenis tersebut, Sonneratia juga merupakan pionir dalam zona seaward ini, di mana salinitas tertinggi sangat mempengaruhi pertumbuhannya (Lear dan Turner ). 4. Peran Mangrove a. Peran Ekologis Mangrove Davis and Claridge (1993) dan Othman (1994) mengemukakan bahwa mangrove berkemampuan untuk mengembangkan wilayah ke arah laut, hal tersebut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Noor. 2006: 21). Selain itu, vegetasi mangrove juga berperan dalam mempertahankan lahan yang telah dikolonisasinya, terutama dari ombak dan arus laut. Pada pulau- 22
15 pulau di daerah delta yang berlumpur halus ditumbuhi mangrove, peranan mangrove sangat besar untuk mempertahankan pulau tersebut. Sebaliknya, pada pulau yang hilang mangrovenya, pulau tersebut mudah disapu oleh ombak dan arus musiman (Chambers dalam Noor. 2006: 21). Data lain menunjukkan adanya kecenderungan terjadi pengendapan tanah setebal 6 sampai 15 mm/ha/th atas kehadiran mangrove (Chairil Anwar dan Hendra Gunawan. 2007: 26). Pada ekosistem mangrove komponen dasar rantai makanan adalah seresah (daun, ranting, buah, batang dan sebagainya) yang jatuh dan didekomposisi oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur) menjadi zat hara/ nutrien terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, alga maupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses fotosintesis. Sebagain lagi dimanfaatkan oleh udang, kepiting sebagai makanan (Ghufran H Kordi. 2012: 63). Melalui sistem ekologi yang terjadi, maka ekosistem hutan mangrove berperan penting sebagai penyedia sumber energi dan daerah nursery bagi perikanan. Manfaat mangrove terhadap perikanan adalah manfaat tidak langsung, yaitu suplai makanan bagi komunitas laut melalui rantai makanan detritifus (detritifus food chain) yang dimulai dari luruhan seresah daun mangrove. Ekspor detritifus dari hutan mangrove merupakan sumber nutrien dan energi bagi ekosistem sekitarnya. Manfaat lain secara tidak langsung adalah fungsi mangrove 23
16 sebagai habitat bagi berbagai organisme laut yang mempunyai nilai ekonomis (missal: udang, kepiting dan ikan) (Harahab. 2010: 60). Mangrove juga mampu menekan laju intrusi air laut ke arah daratan. Hasil penelitian Sukresno dan Anwar (1999) terhadap air sumur pada berbagai jarak dari pantai menggambarkan bahwa kondisi air pada jarak 1 km untuk wilayah Pemalang dan Jepara dengan kondisi mangrove yang relatif baik, masih tergolong baik, sementara pada wilayah Semarang dan Pekalongan, Jawa Tengah sudah terintrusi pada jarak 1 km (Chairil Anwar dan Hendra Gunawan. 2007: 27). Rusminarto et al. (1984) dalam pengamatannya di areal hutan mangrove di Tanjung Karawang menjumpai sembilan jenis nyamuk yang berada di areal tersebut. Di laporkan bahwa nyamuk Anopheles sp, nyamuk jenis vektor penyakit malaria, ternyata makin meningkat populasinya seiring dengan makin terbukanya pertambakan dalam areal mangrove, hal Ini mengindikasikan kemungkinan meningkatnya penularan malaria dengan makin terbukanya areal- areal pertambakan (Chairil Anwar dan Hendra Gunawan. 2007: 27). b. Peran Sosial Ekonomis Mangrove Peran sosial ekonomi hutan mangrove di antaranya: 1. Penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan, obat-obatan), 24
17 2. Penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit, pewarna), 3. Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung, 4. Pariwisata, penelitian, dan pendidikan (Erna Rochana: ) Selain itu, hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi objek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat) serta Cilacap (Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan objek wisata yang berbeda dengan objek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada diperalihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperolah pelajaran langsung dari alam. Kegiatan wisata ini disamping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja, kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu dan menjadi pemandu wisata. 5. Mangrove Indonesia Berdasarkan data tahun 1984, Indonesia memiliki mangrove dalam kawasan hutan seluas 4,25 juta ha, kemudian berdasarkan hasil 25
18 interpretasi citra landsat (1992) luasnya tersisa 3,812 juta ha (Ditjen INTAG dalam Martodiwirjo, 1994 ;Chairil Anwar dan Hendra Guanawan. 2007: 24). RRL (1999), laus hutan mangrove Indonesia tinggal 9,2 juta ha (3,7 juta ha dalam kawasan hutan dan 5,5 juta ha di luar kawasan), namun demikian lebih dari setengah hutan mangrove yang ada (57,6%) ternyata dalam kondisi rusak parah dan di antaranya 1,6 juta ha dalam kawasan hutan dan 3,7 juta ha di luar kawasan hutan. Kecepatan kerusakan mangrove mencapai ha/th (Chairil Anwar dan Hendra Guanawan. 2007: 24). Table 1. Daftar jenis pohon bakau yang dilaporkan di Indonesia (Mackinnon dkk, 2000: 98) Suku Jenis Sebaran Avicenniaceae A. alba x x x x x x A. marina x x x x x x A. officinalis x x x x x x Bombacaceae Camptostemon schultzii x x Combretaceae Lumnitzera littorea x x x x x x L. racemosa x x x x x Euphorbiaceae Excoecaria agallocha x x x x x x Flacourtiaceae Scolopia macrophylla x x x Leguminosae Cynometra ramiflora x x x Meliaceae Xylocarpus granatum x x x x x x X. moluccennis x x x x x Myrsinaceae Aigiceras corniculatum x x x x x Myrtaceae Osbornia octodonta x x x Palmae Nypa fruticans x x x x x Plmbaginaceae Aegialitis annulata?? A. rotundifolia x x Rhizophoraceae Bruguiera cylindrica x x x x x B. exaristata x B. gymnorrhiza x x x x x x B. hainesii x 26
19 B. parviflora x x x x x B. sexangula x x x x x x Ceriops tagal x x x x x C. decandra x x x x x x Kandelia candel x x Rhizophora apiculata x x x x x x R. mucronata x x x x x R. stylosa x x Rubiaceae Scyphiphora hydrophyllacea x x x x Rutaceae Paramignya angulata x x x Sonnerataceae Sonneratia alba x x x x x x S. caseolaris x x x x x x S. ovata x x x x x x Sterculiaceae Heritiera littoralis x x x x x x Jenis bukan kusus hutan bakau Apocynaceae Cerbera manghas x x x x x x Bignoniaceae Dolicandrone spathacea x x x Lecythidaceae Barringtonia acutangula x x x x x B. racemosa x x x x x Malvaceae Thespesia populnea x x x x x x Hibiscus tiliaceus x x x x x x Palmae Oncosperma tigillarium x x x x Tiliaceae Brownlowia argentata x x x x x Keterangan: 1. Sarawak, 2. Kalimantan, 3. Sumatera, 4. Sulawesi, 5. Maluku, Nusa Tenggara, 6. Pulau Irian Gambar 5. Distribusi hutan mangrove di Indonesia Sumber: FAO 1985; Ahmad Dwi Setyawan dkk. 2003: 135. Hutan mangrove di pulau Jawa, pada tahun 1985 seluas ha, namun pada tahun 1997 tinggal ha (11,19%). Penyusutan 27
20 terbesar terjadi di Jawa Timur, dari luasan ha tinggal 500 ha (8%), di Jawa Barat dari ha tinggal kurang dari ha (7,5%), dan di Jawa Tengah dari ha tinggal ha (29%). Sementara luas tambak di pulau Jawa adalah ha yang tersebar di Jawa Barat ( ha), Jawa Tengah ( ha), dan Jawa Timur ( ha). Apabila ekstensifikasi tambak dengan mengubah hutan mangrove terus dilakukan, maka kemungkinan besar akan sangat sulit menemukan hutan mangrove di Jawa (Giesen, 1993; Republika, 23/7/2002). 6. Mangrove Taman Nasional Baluran Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi di Pulau Jawa yang secara administrasi pemerintahan masuk dalam wilayah Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Secara geografis Taman Nasional Baluran terletak pada LS dan BT dengan luas ± Ha (Arif Pratiwi. 2005: 2) Di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Baluran terdapat 444 jenis flora yang tergolong dalam 87 famili, terdiri dari 24 jenis tumbuhan eksotik, 265 jenis tumbuhan penghasil obat dan 37 jenis merupakan tumbuhan yang hidup pada ekosistem mangrove. Hutan mangrove sebagai salah satu pembentuk ekosistem di kawasan Taman Nasional Baluran mempunyai beberapa manfaat di antaranya, yaitu sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis 28
21 flora dan fauna, wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta berpotensi dikembangkan sebagai objek wisata selain itu sistem perakaran mangrove yang rapat mampu menahan dan mengikat sedimen (lumpur) sehingga tidak memcemari ekosistem terumbu karang (Arif Pratiwi. 2005: 2) Hutan mangrove di kawasan Tama Nasional Baluran mengalami ancaman di antaranya adalah pencurian kayu jenis R. apiculata oleh masyarakat yang digunakan untuk pembuatan gubuk pada musim ikan. Pencurian kayu ini berada di blok Pantai Popongan sementara, di blok Perengan terjadi pencurian akar S. moluccensis yang digunakan sebagai tutup termos. Walaupun pencurian belum merambah ke blok lainnya namun dimungkinkan pencurian akan menyebar di seluruh blok TN Baluran. Ancaman lain adalah pengambilan nener, walaupun sebenarnya tidak merusak vegetasi mangrove secara langsung, akan tetapi pembongkaran batu yang berserakan di tepi pantai dan kemudian disusun sebagai batas petak pengambilan nener telah menghilangkan kesempatan terjadinya endapan lumpur atau pasir yang dapat ditahan oleh batu-batu tersebut sehingga menghilangkan kesempatan perluasan hutan mangrove. Selain itu sampah juga menjadi ancaman yang terpenting. Sampah yang hanyut dan tidak dapat terurai akan menghambat perkembangan vegetasi mangrove. Adanya sampah dipermukaan tanah maka buah yang 29
22 jatuh akan tertahan oleh tumpukan sampah sehingga biji tidak dapat tumbuh. Serta adanya sampah yang terhanyut juga menimbun seedling yang baru tumbuh sehingga mengakibatkan kematian (Arif Pratiwi. 2005: 3-4). 30
23 B. Kerangka Berfikir Mangrove TN Baluran Sampah Kiriman Mangrove Pantai Bama Dermaga lama Sampah aktivitas wisata 1. Propagul Mangrove tertimbun, tidak dapat menancap dan menambat pada substrat. 2. Pertukaran udara pada akar terhambat Analisis dan Inventaris Kerapatan, Frekuensi, Dominansi, Indeks Nilai Penting, Poda Sebaran, Zonasi Keanekaragaman, Kemerataan, Kekayaan, Masukan, prtimbangan Pengelolaan, Pengawasan dan kebijakan 31
BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Hutan Mangrove Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu
6 TINJAUAN PUSTAKA Pengetian Mangrove Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp.). Nama Mangrove diberikan kepada jenis
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
135 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Komposisi spesies mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi sebanyak 20 spesies mangrove sejati dan tersebar tidak merata antar pulau.
Lebih terperinciPROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA
PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan dengan faktor fisik yang ekstrim, seperti habitat tergenang air dengan salinitas tinggi di pantai dan sungai dengan
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil 1. Keanekaragaman vegetasi mangrove Berdasarkan hasil penelitian Flora Mangrove di pantai Sungai Gamta terdapat 10 jenis mangrove. Kesepuluh jenis mangrove tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Mangrove 2.1.1. Pengertian mangrove Hutan mangrove secara umum didefinisikan sebagai hutan yang terdapat di daerah-daerah yang selalu atau secara teratur tergenang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan
Lebih terperinciKERAGAMAN JENIS MANGROVE DI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh : M. Hidayatullah
KERAGAMAN JENIS MANGROVE DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Hidayatullah Pendahuluan Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang kompleks meliputi organisme tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi
Lebih terperinciAvicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )
Mangal komunitas suatu tumbuhan Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terletak didaerah teluk dan muara sungai dengan ciri : tidak dipengaruhi iklim, ada pengaruh pasang surut
Lebih terperinciHutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini
II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Lebih terperinci1. Pengantar A. Latar Belakang
1. Pengantar A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang sekitar 81.000, sehingga Negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat
TINJAUAN PUSTAKA Hutan mangrove Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai tumbuhan, hewan, dan mikrobia yang berinteraksi dengan lingkungan di habitat mangrove (Strategi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai suatu negara kepulauan dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial. Salah satu ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memiliki ciri khusus yaitu lantai hutannya selalu digenangi air, dimana air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman
Lebih terperinciStruktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage
Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage Elok Swasono Putro (1), J. S. Tasirin (1), M. T. Lasut (1), M. A. Langi (1) 1 Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut perpaduan antara air sungai dan
Lebih terperinciSUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR
SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR EDI RUDI FMIPA UNIVERSITAS SYIAH KUALA Ekosistem Hutan Mangrove komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu untuk tumbuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sumatera Utara 7300 ha. Di daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Mangrove Indonesia Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha (38 %), Kalimantan 978.200 ha
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mangrove Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp.). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Etnobotani Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi
Lebih terperinciTeknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus
Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus TEKNIK PENANAMAN MANGROVE PADA DELTA TERDEGRADASI DI SUMSEL Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Teknik Penanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis memiliki sebagian besar wilayahnya berupa pesisir dan pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya interaksi/peralihan
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010
PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciPENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir
PENDAHULUAN Latar belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan bahari yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup kaya. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas garis pantai yang panjang + 81.000 km (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007), ada beberapa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Mangrove 2.1.1. Definisi. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan. Ada juga yang menyebutkan bahwa mangrove berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai wilayah di Nusantara. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi areal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lingkungan Penelitian Pada penelitian ini, lokasi hutan mangrove Leuweung Sancang dibagi ke dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Mangrove Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan mangrove
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciBAB 1 MENGENAL HUTAN MANGROVE
BAB 1 MENGENAL HUTAN MANGROVE 1.1. Pendahuluan Ekosistem mangrove memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya yang berada disekitar pantai. Tanaman mangrove
Lebih terperinci4 KERUSAKAN EKOSISTEM
4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4.1 Hasil Pengamatan Lapangan Ekosistem Mangrove Pulau Weh secara genetik merupakan pulau komposit yang terbentuk karena proses pengangkatan dan vulkanik. Proses pengangkatan ditandai
Lebih terperinciMangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan
1 2 Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi untuk menerangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk
Lebih terperinciTINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
TINJUAN PUSTAKA Ekosistem Mangrove Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (bahasa Indonesia), selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat
Lebih terperinciInventarisasi Vegetasi Mangrove Di Pantai Marosi Kabupaten Sumba Barat. Ni Kade Ayu Dewi Aryani ABSTRACT
PARTNER, TAHUN 20 NOMOR 2, HALAMAN 188-194 1 Inventarisasi Vegetasi Mangrove Di Pantai Marosi Kabupaten Sumba Barat Ni Kade Ayu Dewi Aryani Prodi Manajemen Sumber Daya Hutan Politeknik Pertanian Negeri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Mangrove tumbuh terutama pada tanah lumpur, namun berbagai jenis. mangrove juga dapat tumbuh di tanah berpasir atau berkoral yaitu
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Tapak Hutan Mangrove Mangrove tumbuh terutama pada tanah lumpur, namun berbagai jenis mangrove juga dapat tumbuh di tanah berpasir atau berkoral yaitu Rhizophora stylosa, tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau dengan garis pantai sepanjang 99.023 km 2 (Kardono, P., 2013). Berdasarkan UNCLOS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang
Lebih terperinciPerkembangan Hutan Mangrove di Muara Kali Porong Tahun
Perkembangan Hutan Mangrove di Muara Kali Porong Tahun 2003 2009 1 Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai,
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pendapat mengenai asal-usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan kata mangrove
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Jenis Hutan Mangrove Asal kata mangrove tidak diketahui secara jelas dan terdapat berbagai pendapat mengenai asal-usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan kata mangrove merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tjardhana dan Purwanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciEKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL
EKOSISTEM LAUT DANGKAL Oleh : Nurul Dhewani dan Suharsono Lokakarya Muatan Lokal, Seaworld, Jakarta, 30 Juni 2002 EKOSISTEM LAUT DANGKAL Hutan Bakau Padang Lamun Terumbu Karang 1 Hutan Mangrove/Bakau Kata
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik karena terjadi perpaduan
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik karena terjadi perpaduan antara habitat-habitat yang bertentangan. Untuk menghadapi lingkungan yang unik ini maka makhluk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.
Lebih terperinciKomposisi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Di Kawasan Hutan Perapat Benoa Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kodya Denpasar, Propinsi Bali
Jurnal ILMU DASAR, Vol. No., Juli 00: 677 67 Komposisi JenisJenis Tumbuhan Mangrove Di Kawasan Hutan Perapat Benoa Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kodya Denpasar, Propinsi Bali Composition Of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik karena terdapat pada daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem darat dan laut yang keduanya saling berkaitan erat. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan fisik habitat wilayah pesisir dan lautan di Indonesia mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem. Salah satunya terjadi pada ekosistem mangrove. Hutan mangrove
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.
Lebih terperincisangat penting saat ini. Fakta akan pentingnya ekosistem mangrove dan ancaman yang
II. TAHAPAN REHABILITASI HIDROLOGI MANGROVE 2.1. PENGERTIAN REHABILITASI HIDROLOGI MANGROVE Restorasi dan rehabilitasi* lahan atau bekas lahan hutan mangrove adalah hal yang sangat penting saat ini. Fakta
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo yang terletak pada
Lebih terperinciSERI BUKU INFORMASI DAN POTENSI MANGROVE TAMAN NASIONAL ALAS PURWO. Penyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha. Penyusun : Dian Sulastini
SERI BUKU INFORMASI DAN POTENSI MANGROVE TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Penyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha Penyusun : Dian Sulastini Pembantu Penulis : Sri Mekar Dyah W Untung Susilo Rr Rahma Wahyu Widiastuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia dan juga memiliki keragaman hayati yang terbesar serta strukturnya yang paling bervariasi. Mangrove dapat tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat vital, baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis, ekosistem mangrove memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekosistem Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizophora spp). Nama mangrove diberikan
Lebih terperinciTeknik Merehabilitasi Hutan Bakau
Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau @ 2012 Penyusun: 1. Ian Hilman, Wildlife Conservation Society (WCS), 2. Fransiskus Harum, consultant
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis
PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang
Lebih terperinciKAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK
KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA Kartini V.A. Sitorus 1, Ralph A.N. Tuhumury 2 dan Annita Sari 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Budidaya Perairan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Hutan Mangrove
7 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciPANDUAN PENGENALAN DAN ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE 1
PANDUAN PENGENALAN DAN ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE 1 Onrizal Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Email: onrizal@usu.ac.id; onrizal03@yahoo.com Definisi Mangrove Kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove (hutan bakau) terbesar di dunia, yaitu mencapai 8,60 juta hektar, meskipun saat ini dilaporkan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove memiliki sifat khusus yang berbeda dengan ekosistem hutan lain bila dinilai dari keberadaan dan peranannya dalam ekosistem sumberdaya alam, yaitu
Lebih terperinciKERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT
1123 Kerapatan hutan mangrove sebagai dasar rehabilitasi... (Mudian Paena) KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ekosistem Mangrove
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekosistem Mangrove Definisi mangrove telah banyak dilaporkan oleh para ahli, antara lain Macnae (1968); Chapman (1976); Lear & Turner (1977) ; Steenis (1978); Odum (1982); Kusmana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,
Lebih terperinciABSTRACT
Kajian Potensi Hutan Mangrove Dalam Membangun Ekowisata Di kelurahan Basilam Baru Kota Dumai Provinsi Riau By Zulpikar 1) Dessy Yoswaty 2) Afrizal Tanjung 2) Zulpikar_ik07@yahoo.com ABSTRACT Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dan terletak pada iklim tropis memiliki jenis hutan yang beragam. Salah satu jenis hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya raya akan keberagaman alam hayatinya. Keberagaman fauna dan flora dari dataran tinggi hingga tepi pantai pun tidak jarang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Lanskap Lanskap dapat diartikan sebagai bentang alam (Laurie, 1975). Lanskap berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat hubungan totalitas
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI
ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Mangrove Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang
Lebih terperinciZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI
ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI Kendy H Kolinug (1), Martina A langi (1), Semuel P Ratag (1), Wawan Nurmawan (1) 1 Program
Lebih terperinciKERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)
1 KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai
5 TINJAUAN PUSTAKA Mangrove merupakan suatu formasi hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, lantai hutannya tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut. Ekosistem mangrove merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Hutan Mangrove Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Rhizophora stylosa memiliki nama setempat : Bakau, bako-kurap, slindur,
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Rhizophora stylosa Rhizophora stylosa memiliki nama setempat : Bakau, bako-kurap, slindur, tongke besar, wako, bangko. Deskripsi umumnya yaitu: pohon dengan satu
Lebih terperinci