BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No."

Transkripsi

1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan yang signifikan terhadap kehidupan manusia yaitu meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat membangun bangsa dan negaranya agar lebih maju dan mandiri. Pendidikan bagi peserta didik tidak hanya terjadi di keluarga atau masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal pelaksana pendidikan, tempat mencari ilmu bagi peserta didik, serta tempat bagi guru mentransferkan ilmu pengetahuannya kepada peserta didik. Sekolah adalah rumah ke dua setelah keluarga tempat untuk pembentukan akhlak, pembentukan mental dan pembentukan sikap bagi peserta didik. Salah satu komponen penting dalam melaksanakan pendidikan di sekolah adalah guru. Tanpa adanya guru tidak mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 1, ayat 1 mengatakan : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak 1

2 2 usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 1 Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam mengarahkan, membimbing peserta didik agar menjadi sumber daya manusia berkualitas yang nantinya membantu peserta didik menghadapi perkembangan jaman. Guru juga disebut sebagai tenaga kependidikan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 1, ayat 5 menyebutkan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. 2 Jika guru mengabdikan diri untuk menunjang menyelenggarakan pendidikan, maka guru harus memiliki ilmu untuk di transferkan pada peserta didik. Keilmuan yang dimiliki guru berguna untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan bakat dan potensinya. Menjadi seorang guru tidak hanya bermodal penguasaan materi. Guru harus menjadi motivator bagi peserta didik dalam belajar dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik. Selain itu guru harus profesional dalam menjadi agen pembelajaran yang berfungsi meningkatkan mutu pendidikan. Guru yang profesional dan berkualitas dibutuhkan untuk pencapaian tujuan pengajaran yang optimal serta menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Guru yang profesional dan berkualitas harus memiliki kompetensi. Ada bebrapa pengertian mengenai kompetensi diantaranya menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 menyebutkan pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, 1 Undang-Undang Republik Indonesia, 2006, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pasal 1, ayat 1, Cipta Jaya, Jakarta, hal Undang-Undang Republik Indonesia, 2007, UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat 5, Visimedia, Jakarta, hal 3.

3 3 dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 3 Charles dalam Mulyasa mengatakan kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 4 Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan pengertian kompetensi yaitu kemampuan,pengetahuan dan ketrampilan seorang guru atau dosen yang didasari dengan tanggung jawab dan perilaku rasional untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaannya secara profesional agar mencapai kondisi yang diharapkan. Sedangkan guru sendiri juga harus memiliki kompetensi dibidang profesinya sebagai pendidik. Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, agar guru mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak, guru diharuskan menguasai kompetensi utama. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 menyebutkan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang guru ada empat, yaitu : kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 5 Keempat kompetensi ini yang nantinya menjadi penentu berhasil tidaknya guru dalam proses belajar mengajar di suatu sekolah. Salah satu kompetensi utama guru yaitu kompetensi profesional. Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dalam Mulyasa mengemukakan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing 3 Undang-Undang Republik Indonesia, 2006, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pasal 1, ayat 1, Cipta Jaya, Jakarta, hal Mulyasa, 2008, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, hal. 8.

4 4 peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 6 Salah satu inti kompetensi profesional guru adalah menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 7 Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah salah satu akibat dari guru yang tidak menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan mata pelajaran yang diampu. Kompetensi utama dapat dikuasai oleh guru yang memiliki kualifikasi akademik yang sama dengan mata pelajaran yang diampu. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 menyebutkan kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. 8 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 29 ayat 3 menjelaskan bahwa pendidik pada SMP dan MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki : a.kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) b.latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan c.sertifikat profesi guru untuk SMP dan MTs. 9 Guru yang mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan lebih menguasai kompetensi dan materi dari pada guru yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Guru Mulyasa, op.cit. hal Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal Undang-Undang Republik Indonesia, ayat 9, op. cit. hal Tim Pustaka Yustisia, 2005, Panduan Lengkap KTSP, Pustaka Yustisia, Bandung, hal.

5 5 harus mampu mengembangkan kompetensi yang dimilikinya, harus mandiri, juga mampu menyesuaikan dengan penyempurnaan kurikulum yang berlaku pada saat ini. Penyempurnaan kurikulum yang terjadi saat ini merupakan penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya jalur pendidikan sekolah. 10 Mulyasa menjelaskan di dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa : KTSP merupakan tindak lanjut dari agenda otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan yang diprogramkan pemerintah, KTSP juga terkait dengan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan yang telah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. 11 Pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) di antara Gerakan Mutu Pendidikan sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Standar nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah salah satunya mencakup standar isi. Standar isi merupakan landasan pengembangan KTSP. 12 Mulyasa menyebutkan bahwa : Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada 10 Mulyasa, 2008, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal Ibid. hal Ibid. hal 45.

6 6 jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi sendiri memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. 13 Bagian dari standar isi yang menuntut guru berkompeten tidak hanya dalam satu mata pelajaran adalah struktur kurikulum. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kurikulum SMP dan MTs memuat sepuluh mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu c. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit. e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah minggu. 14 Ketentuan di atas adalah salah satu landasan pengembangan KTSP yang harus dilaksanakan oleh guru SMP dan MTs, oleh karena itu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan guru agar lebih mandiri, kreatif, terampil, dan memiliki pengetahuan luas tidak hanya pada satu bidang mata pelajaran. 15 Salah satu alasan guru SMP dan MTs harus lebih mandiri, kreatif, terampil dan memiliki pengetahuan luas dikarenakan pada struktur kurikulum KTSP mempunyai salah satu ketentuan substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP dan MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. 16 Artinya terdapat mata pelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) 13 Ibid. Hal Ibid. Hal Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal Mulyasa, op.cit. hal. 52.

7 7 mengalami perubahan. Mata pelajaran Ekonomi, Sejarah dan Geografi yang sebelumnya terpisah dan sekarang ini dijadikan pembelajaran IPS terpadu. Menurut Hadisubroto dalam Trianto, pembelajaran terpadu adalah : Pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. 17 Salah satu pembelajaran yang bersifat terpadu adalah rumpun IPS pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang terdiri dari ekonomi, geografi, sejarah, dan sosiologi. Sebelumnya IPS di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) tidak bersifat terpadu dalam arti mata pelajaran Geografi, Ekonomi, dan Sejarah disajikan secara terpisah-pisah. Cara pandang bersifat terpisah-pisah tersebut menjadi cara pandang bersifat terpadu yang tentu menimbulkan kesukaran bagi guru yang sebelumnya hanya mengampu satu mata pelajaran. Guru dituntut mandiri dengan melihat keadaan seperti ini. Artinya guru harus belajar dan menguasai semua rumpun mata pelajaran IPS Terpadu yaitu ekonomi, geografi, sejarah, dan sosiologi. Mata pelajaran IPS Terpadu di SMP memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut : a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsurunsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, 17 Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 56.

8 8 yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupam masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 18 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang berada di Kota Salatiga termasuk dalam lembaga formal yang melaksanakan pendidikan. Kota Salatiga mempunyai dua puluh tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga adalah IPS Terpadu. Jumlah keseluruhan guru IPS Terpadu di dua puluh satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga tersebut adalah sebanyak 91 guru. Rincian sebagai berikut SMP Negeri 1 Salatiga sebanyak lima orang guru, SMP Negeri 2 Salatiga sebanyak enam orang guru, SMP Negeri 3 sebanyak empat orang guru, SMP Negeri 4 Salatiga sebanyak tujuh orang guru, SMP Negeri 5 sebanyak lima orang guru, SMP Negeri 6 sebanyak sembilan orang guru, SMP Negeri 7 sebanyak sembilan orang guru, SMP Negeri 8 Salatiga sebanyak enam orang guru, SMP Negeri 9 Salatiga sebanyak enam orang guru, SMP Negeri 10 Salatiga sebanyak lima orang guru, MTs Negeri sebanyak tiga orang guru, SMP Kristen Satya Wacana sebanyak tiga orang guru, SMP Kristen 1 sebanyak dua orang guru, SMP 18 Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hal

9 9 Kristen 2 sebanyak dua orang guru, SMP kristen 4 sebanyak satu orang guru, SMP Pangudi Luhur (PL) sebanyak tiga orang guru, SMP Stella Matutina sebanyak tiga orang guru, SMP Muhammadiyah sebanyak empat orang guru, SMP Islam Sudirman sebanyak satu orang guru, SMP Al Azhar sebanyak satu orang guru, SMP Islam Sultan Fattah sebanyak satu orang guru, SMP Dharma Lestari sebanyak satu orang guru dan MTs Nu sebanyak satu orang guru Permasalahan Untuk menunjang terjadinya proses belajar mengajar perlu adanya komponen pendidikan yaitu guru dan peserta didik. Tanpa dua komponen tersebut tidak dapat berlangsung proses belajar mengajar. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dan fasilitator bagi peserta didik oleh karena itu guru harus profesional dalam mengajar serta berkompeten di bidang yang diampunya. Cara mengajar dan penguasaan terhadap kompetensi mata pelajaran yang diampunya menentukan keberhasilan transfer ilmu pengetahuan guru terhadap peserta didiknya. Kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan mengajar guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional mencakup lima kompetensi inti guru, yaitu : a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

10 10 e. Memanfaatkan tehknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 19 Salah satu kompetensi inti guru adalah menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Mata pelajaran yang mengharuskan guru menguasai kompetensi inti guru salah satunya adalah mata pelajaran IPS. Jabaran kompetensi profesional untuk guru mata pelajaran IPS pada SMP dan MTs, yaitu : a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global. b. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). c. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS. d. Menunjukan manfaat mata pelajaran IPS. 20 Seorang guru IPS Terpadu harus menguasai ke empat jabaran kompetensi profesional untuk guru mata pelajaran IPS tersebut sebelum melaksanakan proses belajar mengajar oleh peserta didik. Adapun struktur Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) : Struktur Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) antara lain : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filasafat, dan psikologi sosial. Sedangkan untuk struktur dari Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) meliputi empat bidang antara lain georafi, sejarah, ekonomi, sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu secara terpadu. 21 Selain mampu membedakan struktur Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), guru IPS Terpadu harus mampu menguraikan konsep 19 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, hal Ibid. hal Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 171 dan 175.

11 11 dasar IPS Terpadu. Mengenai uraian konsep dasar IPS Terpadu adalah sebagai berikut: Konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 22 Guru IPS Terpadu tidak cukup hanya menguasai materi, konsep, struktur, dan pola pikir, serta mampu membedakan struktur Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Guru IPS Terpadu harus dapat pula menunjukan manfaat dari pembelajaran IPS Terpadu terhadap peserta didik secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat IPS Terpadu sendiri adalah sebagai berikut : Membantu anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalahmasalah sosial yang dihadapinya. 23 Guru merespon peserta didiknya dalam pembelajaran IPS Terpadu agar kreatif mengembangkan materi, membuat suasana belajar lebih kondusif dan tidak membosankan. Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media belajar. Aktifitas, pengalaman dan 22 Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001, Konsep-Konsep Dasar IPS, Maulana, Bandung,, hal Tri Widiarto dan Arief Sadjiarto, 2009, Pembelajaran IPS, Widya Sari Press, Salatiga, hal. 4.

12 12 kreatifitas guru juga sangat menentukan kualitas pembelajaran di samping kompetensi-kompetensi dasar dan profesionalnya. Tindakan guru tersebut seperti kenyataan pada teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Skinner, bahwa perilaku, seperti respon dan tindakan adalah sebuah kata yang secara sederhana menunjukan apa yang diperbuat seseorang untuk situasi tertentu. 24 Ada juga yang membahas tentang pengetahuan tumbuh dan berkembang melaluhi pengalaman, yaitu teori kontruktivisme menurut Piaget. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuat kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubunkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. 25 Melihat teori Piaget, guru IPS Terpadu secara praktek harus mengembangkan pengetahuannya berdasar pengalamannya. Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadahi agar peserta didik dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media. 26 Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Salatiga dan Sekolah Menengah (SMP) Swasta Kota Salatiga, ditemukan gejala problematis sebagai berikut : 1. Ada satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah 24 Baharuddin dan Nur, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, hal Ibid. Hal Trianto, op.cit. hal. 73.

13 13 Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwaperistiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 2. Ada dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa konsep dasar IPS Terpadu hanya terintregrasi dari ke empat bidang studi yaitu Ekonomi, sejarah, Geografi, dan Sosiologi yang dipadukan, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai

14 14 hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 3. Dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan tidak mengetahui tentang struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), tetapi guru-guru tersebut mengatakan bahwa struktur mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitar, yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 4. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) meliputi Olahraga, Ketrampilan, Akuntansi, Bahasa, sedangkan struktur IPS(Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bagian dari IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), yang

15 15 sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 5. Dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu adalah mengintegrasikan materi-materi mata pelajaran Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi dalam satu ilmu yang baru, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 6. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16 16 Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa struktur IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) diantaranya adalah Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, tetapi guru tersebut mengatakan sulit dalam menyebutkan struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 7. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa struktur IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) diantaranya adalah Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, tetapi guru tersebut mengatakan bahwa struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) adalah ilmu yang tidak pasti, yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 8. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi siswa adalah siswa dapat memadukan antara mata pelajaran Ekonomi, Sejarah,

17 17 Geografi, Sosiologi menjadi satu mata pelajaran yaitu IPS Terpadu, yang sebenarnya manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi peserta didik adalah membantu anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. 9. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi siswa adalah siswa dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan komperhensif, yang sebenarnya manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi peserta didik adalah membantu anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangantantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. 10. Ada tiga dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Sejarah mengatakan bahwa konsep mata pelajaran IPS Terpadu adalah keterpaduan antara empat mata pelajaran yaitu Ekonomi, Geografi, Sejarah, sosiologi yang tidak dapat dipisahkan lagi yang menjadi satu mata

18 18 pelajaran yaitu mata pelaajaran IPS Terpadu, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 11. Ada dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Sejarah mengatakan bahwa struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial adalah ilmu murni dalam masyarakat sedangkan struktur IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) hampir sama dengan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu.

19 Ada satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Sejarah mengatakan bahwa manfaat mata pelajaran IPS Terpadu adalah memudahkan guru dalam mengajarkan mata pelajaran IPS Terpadu kepada para siswa, yang sebenarnya manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi paeserta didik adalah membantu peserta didik meperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. 13. Ada satu dari sepuluh guru IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa konsep dasar IPS Terpadu antara lain meliputi Ekonomi yang berkonsep dasar permintaan, penawaran, pasar, jasa ; Sejarah yang berkonsep dasar masa lalu dan perkembangan bangsa Indonesia ; Geografi yang berkonsep dasar letak kepulauan Indonesia yang berpengaruh pada Sumber Daya Alam, perubahan iklim ; Sosiologi yang berkonsep dasar penyimpangan masyarakat, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai

20 20 hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. Berdasarkan gejala problematik tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Sampai seberapa jauh tingkat penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah? 2. Adakah hubungan kualifikasi akademik dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah? 3. Adakah hubungan program Studi dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sampai seberapa jauh tingkat penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu di Sekolah Menengah

21 21 Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah! 2. Mengetahui adakah hubungan kualifikasi alademik guru dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah! 3. Mengetahui adakah hubungan program studi yang diampu oleh guru dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu di Sekolah Mengah Perma (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah! 1.4. Signifikansi Penelitian Signifikansi Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat yang telah disampaikan Menurut Pupuh Fahurrohman dalam bukunya strategi belajar mengajar performance guru dalam mengajar dipengaruhi berbagai faktor, seperti tipe kepribadian, jenjang atau kualifikasi akademik maupun program studi yang di ajarkan oleh guru, pengalaman, dan yang tidak kalah penting adalah pandangan filosofis guru kepada murid Signifikansi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan dan bahan pertimbangan kepada Kepala Sekolah dan para guru IPS Terpadu 27 Fathurrohmah dan Sutikno, 2007, Strategi Belajar Mengajar Melaluhi Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Reflika Aditama, Bandung, hal. 43

22 22 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah. Bagi guru IPS Terpadu yang berlatar belakang pendidikan berbeda agar dapat mengembangkan jabaran kompetensi profesional guru IPS Terpadu yang tidak mereka kuasai dan tidak hanya menguasai materi satu mata pelajaran yang sesuai latar belakang pendidikan. Untuk kepala sekolah agar dapat memotivasi guru IPS Terpadu dalam meningkatkan penguasaan jabaran kompetensi profesional guru IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah Keterbatasan Penelitian ini hendak mengetahui adakah hubungan latar belakang pendidikan dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah. Peneliti memfokuskan pada kompetensi profesional, khususnya hanya pada penguasaan struktur IPS Terpadu, membedakan struktur Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu, penguasaan konsep IPS Terpadu dan menunjukan manfaat IPS Terpadu.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. menjawab permasalahan penelitian pada BAB 1 yaitu: - Hubungan antara kualifikasi akademik dengan penguasaan kompetensi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. menjawab permasalahan penelitian pada BAB 1 yaitu: - Hubungan antara kualifikasi akademik dengan penguasaan kompetensi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil penelitian yang telah diperoleh saat peneliti melakukan penelitian di lapangan sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian menjawab permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. guru berkompeten agar dapat melaksanakan kewajiban serta tugasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. guru berkompeten agar dapat melaksanakan kewajiban serta tugasnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompetensi Guru Guru adalah pendidik yang bukan hanya berkewajiban mentransferkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Guru juga memiliki tugas sebagai fasilitator agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3, Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan kualifikasi akademik dan program studi dengan penguasaan kompetensi profesional dikalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa, yakni dengan cara menciptakan SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu agenda utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah negara. Tidak akan ada sebuah negara yang makmur tanpa adanya sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah : Pengembangan Profesi Dosen Pengampu : Dr. Tasman Hamami, M.A DISUSUN OLEH: Heri Susanto (10411044) Mir atun Nur Arifah (10411057)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) suatu bahan kajian terpadu yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) suatu bahan kajian terpadu yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan ketrampilan-ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Pendahuluan Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Guru 2.1.1 Pengertian Kesulitan Istilah kesulitan/problema berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya suatu negara ditentukan oleh peran pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam negara tersebut. Begitu pula negara indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi HUBUNGAN KUALIFIKASI AKADEMIK DAN PROGRAM STUDI DENGAN PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL DI KALANGAN GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) TERPADU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DAN MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi, membawa akibat positif dan sekaligus akibat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk

Lebih terperinci

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam terciptanya sumber daya manusia yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap kelompok mata pelajaran dalam mata pelajaran. di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah,

BAB I PENDAHULUAN. tiap kelompok mata pelajaran dalam mata pelajaran. di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tugas seorang guru dalam menjalankan peranya dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi mendidik, membelajarkan siswa, dan memberikan latihan-latihan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang 721 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai dengan berlakunya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran

Lebih terperinci

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan perwujudan dari sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan proses pembangunan nasional, tentunya pendidikan tersebut harus ditunjang dengan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, guru merupakan sentral pelaksanaan kurikulum. Guru yang harus lebih mengenal, memahami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA ARTIKEL JURNAL SATYA WIDYA NOMOR : 2 Volume 29 IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA Sri Muryani, Entri Sulistari, Alex D Ch Mirakaho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi manusia di segala bidang. Kompetensi di bidang pendidikan mutlak perlu ditingkatkan karena

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada taksonomi Bloom Se kota Salatiga, Jawa Tengah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada taksonomi Bloom Se kota Salatiga, Jawa Tengah. 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, tehnik analisis data, definisi operasional, dan instrument

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami

BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami 2013. 1 Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dari sejarahnya mengalami beberapa kali perbaikan kurikulum mulai pada masa zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

Pelaksanaan SI dan SKL

Pelaksanaan SI dan SKL PERBEDAAN KURIKULUM 2004 Dan KTSP (Sesuai PP No. 19 th 2005) ESENSI PERBEDAAN KURIKULUM 2004 PENAMAAN MANAJEMEN Kurikulum 2004 atau KBK Ujicoba, pemodelan dan MBS dilakukan oleh pusat (Direktiorat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikan, ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007),

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS SUMINAH Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Seringkali

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA. Pedoman ini adalah alat untuk memperoleh data-data tentang kemampuan

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA. Pedoman ini adalah alat untuk memperoleh data-data tentang kemampuan 75 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Pedoman ini adalah alat untuk memperoleh data-data tentang kemampuan guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam memilih materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada kondisi sekarang ini, Indonesia memasuki kehidupan era globalisasi yang banyak terjadi perubahan-perubahan. Guna menghadapi tantangan global diperlukannya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW. EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE P EMBELAJARAN ANTARA METODE RESITASI DENGAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam keterlaksanaan standar proses

I. PENDAHULUAN. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam keterlaksanaan standar proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam keterlaksanaan standar proses pelaksanaan pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sering mengalami berbagai kendala, baik dari segi kemampuan dan persiapan guru, media/sarana penunjang pendidikan, dan dari

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Memiliki peranan yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan emosional yang tinggi serta menguasai

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi tiaraaprilini@gmail.com Abstrak. Pemetaan kualitas pembelajaran sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu sistem pencerdasan anak bangsa, dewasa ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya,maupun politik, teknologi

Lebih terperinci

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman Oleh: Pipin Piniman MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ATAU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DALAM IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KTSP? 2. MENGAPA MUNCUL KTSP? Dra. Masitoh, M.Pd. 3. BAGAIMANA MENGEMBANGKAN KTSP? PENGERTIAN KTSP KTSP adalah kurikulum operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian a. Profil Organisasi SMK PGRI 1 Bandar Lampung merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang dikelola oleh Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kesesuaian antara Kurikulum di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Demak dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci