BAB I PENDAHULUAN. air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (tambak). Air

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (tambak). Air"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 2004, air adalah semua wujud air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (tambak). Air berfungsi sebagai sumber kehidupan dan penghidupan, sekaligus melengkapi kehidupan manusia dan seluruh flora dan fauna yang ada di bumi. Air selain menopang kehidupan secara terus menerus juga membentuk suatu lingkungan dan cara hidup yang unik di sekitar sumber air. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang termasuk dalam salah satu kategori yang dapat dipulihkan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berpengaruh dalam permintaan sumberdaya air baik dari kualitas maupun kuantitas. Kehidupan manusia juga tidak akan dapat dipisahkan dari air, oleh karena itu air sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia merupakan kebutuhan yang sangat penting dan harus dipenuhi. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, kebutuhan akan air semakin meningkat. Dalam pemenuhan kebutuhan air tidak hanya dalam kualitasnya tetapi berkaitan dengan kuantitasnya. Konsumsi air penduduk Indonesia di masing-masing daerah tidak sama, hal ini dikarenakan oleh ketersediaan air pada masing-masing daerah sehingga akan mempengaruhi 1

2 2 perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum dan untuk kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan air seperti tersebut tentunya harus memenuhi kualitas tertentu atau baku mutu air. Persyaratan kualitas air minum yang dapat di konsumsi masyarakat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah air minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, kimiawi, mikrobiologi dan radioaktif yang masuk dalam parameter wajib dan tambahan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492 tahun 2010, parameter wajib yang berhubungan langsung dengan kesehatan seperti : parameter mikrobiologi seperti total bakteri coliform dan E.Coli. Parameter kimia yaitu bahan an-organik ( Nitrat dan Nitrit). Parameter wajib yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seperti : parameter fisik yaitu bau, warna, suhu, rasa, kekeruhan dan total zat padat terlarut (TDS). Parameter kimiawi yaitu besi, kesadahan, chlorida, mangan, ph. Parameter tambahan kimiawi bahan organik adalah Zat organik (KMnO4). Saat ini masyarakat di beberapa daerah di Indonesia mengalami kekurangan air akibat kekeringan/krisis air yang disebabkan oleh musim kemarau yang panjang. Penyediaan air bersih di Indonesia masih sering terjadi masalah, yaitu tingkat pelayanan air minum, kualitas dan kuantitas air serta pasokan dan distribusinya (Sarkol, 2010). Air yang dikonsumsi oleh masyarakat terutama untuk kebutuhan domestik seperti air minum menjadi permasalahan di Indonesia. Masalah tersebut adalah potensi akan kehilangan air bersih.

3 3 Pemenuhan kebutuhan air penduduk dari air permukaan dan airtanah. Air permukaan seperti air danau, sungai atau rawa air tawar, sedangkan airtanah adalah air yang terdapat dalam ruang pori-pori antara batuan tanah. Kuantitas dan kualitas airtanah masih lebih baik dibandingkan dengan air permukaan. Airtanah juga relatif stabil jumlahnya baik dalam musim hujan maupun musim kemarau. 1.2 Permasalahan Penelitian Secara fisiografi, Van Bemmelen (1949) mendeskripsikan fisiografi Pulau Jawa Madura dari utara ke selatan menjadi 7 (tujuh) bagian (Gambar 1.1) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Fisiografi Pulau Jawa-Madura Menurut Van Bemmelen (1949) No Simbol Peta Keterangan 1 Pegunungan yang terbentuk pada masa quarter 2 Dataran aluvial Jawa utara 3 Antiklinarium Rembang-Madura 4 Pusat depresi Jawa dan Randublatung 5 Antiklinarium Bogor-Serayu Utara-Kendeng 6 Pematang dan kubah pada pusat depresi 7 Rangkaian pegunungan selatan Daerah selatan Pulau Jawa berdasarkan pembagian fisiografi tersebut, termasuk dalam rangkaian pegunungan selatan. Fisiografi yang lebih sempit dari Pegunungan Selatan ini oleh Bemmelen (1949) dibagi menjadi bagian utara dan selatan. Bagian utara fisiografi ini meliputi deret Pegunungan Baturagung- Panggung, deret Plopoh dan Kambengan termasuk juga Perbukitan Jiwo di sekitar Bayat, Klaten. Bagian selatan Pegunungan Selatan meliputi topografi karst yang lebih dikenal dengan Gunungsewu.

4 Gambar 1.1 Fisiografi Pulau Jawa-Madura dari utara ke selatan ( Bemmelen, 1949) Lokasi penelitian 4

5 5 Secara administrasi daerah penelitian masuk dalam wilayah Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri yang dalam peta rupa bumi terletak pada garis lintang dan garis bujur yang berkisar antara : ,8 LS LS dan ,7 BT ,05 BT dengan skala 1: dengan variasi topografi dari mulai datar hingga terjal dengan kemiringan lereng antara 0-30%. Luas Kecamatan Eromoko adalah ,85 Ha (Kecamatan Eromoko dalam Angka, 2013) dan struktur geologi daerah penelitian menurut stratigrafinya terletak pada Formasi Semilir, FormasiNampol/Nglanggran, Formasi Wonosari-Punung dan Formasi Baturetno dengan batuan utama berupa batu gamping dan batuan utama tuf. Berdasarkan pembagian fisiografi Van Bemmelen (1949), daerah penelitian termasuk rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Timur ditunjukkan adanya sebagian daerah dengan litologi batugamping dan breksi-tuff-napal serta diperkuat lagi dengan letak fisiografis daerah penelitian diantara Gunung Panggung dan topografi karst Gunungsewu. Bentukan asal bentuklahan yang terjadi dilihat dari struktur geologi penyusunnya dibedakan menjadi 3 bentuklahan asal yaitu bentukan asal proses solusional, struktural dan fluvial. Kondisi geomorfologi ini berpengaruh terhadap simpanan air daerah penelitian. Masing-masing bentuklahan mempunyai karakteristik yang berbeda. Bentuklahan asal proses solusional merupakan bentuklahan yang memiliki topografi karst dengan batuannya batugamping dengan perlapisan tebal, batuannya banyak kekar sehingga air hujan yang jatuh masuk ke rongga-rongga sehingga air hujan cepat mengalami pengatusan, di mana air mengisi pusat depresi yang akan mengaliri rongga bawah permukaan. Proses

6 6 pengatusan ini akan memberikan bentuk dan pola dengan morfologi yang dilewati. Adanya proses pelarutan, tunjaman akar tumbuhan atau celah akibat patahan sehingga mempercepat pengatusan dikenal dengan porositas sekunder. Hal ini dapat mengakibatkan konsentrasi air di bawah permukaan dan akan membentuk sistem aliran sungai bawah tanah (Jauhari, 2002). Bentuklahan asal proses fluvial merupakan bentukan asal dari proses sedimentasi endapan air sungai akibat dari genangan banjir yang terjadi di sekitar sungai. Kondisi daerah yang datar, solum tanah dalam dan tekstur halus merupakan salah satu ciri bentuklahan fluvial. Kondisi hidrologi daerah ini memiliki airtanah dangkal tergantung dari material batuan penyusunnya. Bentuklahan asal proses struktural merupakan bentuklahan yang terjadi karena proses endogen, seperti pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh hasil dari proses endogen antara lain patahan, lipatan dan kubah. Akibat dari proses endogen ini dimungkinkan akan muncul mataair yang keluar dari patahan dan dapat digunakan sebagai sumber air. Kondisi fisik Kecamatan Eromoko yang memiliki variasi bentukan asal bentuklahan akan berpengaruh terhadap potensi air yang tersimpan. Kondisi fisik daerah yang memiliki morfologi karst potensi airnya akan tersimpan dibawah permukaan bumi dan dapat menjadi sistem sungai bawah tanah. Morfologi karst yang kering di atas tapi mempunyai cadangan air yang tersimpan di bawah besar. Proses ini dipengaruhi oleh batuan karbonat yang mempunyai rongga-rongga dan mudah melarutkan air sehingga akan membentuk sistem drainase bawah permukaan. Penampungan air hujan (PAH) digunakan sebagai cadangan air yang

7 7 dapat digunakan oleh masyarakat sewaktu musim kemarau selain juga mendapatkan bantuan dari truk tangki. Morfologi daerah aluvial dan struktural cadangan air yang tersedia cukup banyak karena mempunyai airtanah yang dangkal. Kondisi hidrologi daerah penelitian sebagian besar kesulitan dalam pemenuhan air bersih pada waktu musim kemarau. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, penduduk menggunakan penampungan-penampungan air yang dibuat oleh penduduk yang dikumpulkan pada waktu musim penghujan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi sumberdaya air di Kecamatan Eromoko; 2. Bagaimanakah kebutuhan domestik penduduk Kecamatan Eromoko; 3. Bagaimana potensi ketersediaan air dalam memenuhi kebutuhan air domestik di Kecamatan Eromoko. 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan permasalahan penelitian tersebut, maka dirumuskan dalam penelitian ini 3 (tiga) tujuan, yaitu: 1. Menganalisis potensi sumberdaya air di Kecamatan Eromoko; 2. Menganalisis kebutuhan domestik penduduk Kecamatan Eromoko; 3. Melakukan evaluasi ketersediaan air terhadap kebutuhan air domestik di Kecamatan Eromoko.

8 8 1.4 Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penelitian dengan tema analisis sumberdaya air dan kebutuhan domestik masyarakat yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hasil penelitian digunakan sebagai bahan pendukung dan diskusi dalam penelitian ini. Tema penelitian yang digunakan sebagai bahan pendukung penelitian ada yang memiliki kesamaan mengenai potensi sumberdaya air karst seperti Nugroho (2004), Wahyudi (2005), Salamat (2005), Misqi (2010), dan Saba (2010) dengan menggunakan metode sama yaitu survai lapangan. Nugroho (2004) menambahkan metode dengan menggunakan Klasifikasi Meinzer, analisis diagram stiff serta analisis keruangan. Wahyudi (2005), Salamat (2005) dan Saba (2010) uji laboratorium digunakan mengetahui kualitas air. Salamat (2005) menggunakan teknik pengambilan sampel dengan purposif sampling untuk mengetahui jumlah kebutuhan air penduduk. Saba (2010) dalam penelitiannya dengan analisis deskriptif melalui pendekatan keruangan dan ekologikal. Youngjun, et al. (2008) melakukan penelitian pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas airtanah karst. Analisis yang dilakukan dengan melakukan pemantauan airtanah karst melalui sampel di beberapa titik lokasi penggunaan lahan. Hasil yang diperoleh kualitas airtanah karst mengalami penurunan karena terdapat unsur-unsur yang melebihi ambang batas yang diperkenankan untuk baku mutu air minum. Yongjun Jian and Jun Yan, (2009) melakukan penelitian pengaruh penggunaan lahan terhadap airtanah karst. Analisis yang digunakan dengan mengambil sampel tanah dekat dengan sumber mata air

9 9 pada saat musim hujan dan kemarau. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sumber utama komposisi kimia airtanah adalah aktivitas manusia. Beberapa penelitian yang berkaitan dan menjadi bahan pendukung secara detil disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Perbandingan Penelitian yang akan dilakukan terhadap penelitian sebelumnya Judul, Lokasi, Tujuan Pendekatan/ Variabel Hasil Penelitian Penulis Metode Studi Kuantitas 1. Mengetahui Survei Debit air dan 1. Debit air daerah dan Kualitas Air debit dan lapangan, kualitas air penelitian menurut pada Mataair di kualitas air Klasifikasi secara fisik klasifikasi Meinzer Kec. Ponjong, 2. Mengetahui Meinzer, dan kimia memiliki klas yang Kab. faktor-faktor Analisis sangat bervariasi Gunungkidul yang diagram Stiff dari kelas III (debit (Ovi Anton berpengaruh dan analisis besar) hingga kelas Nugroho, 2004) terhadap kualitas air 3. Mengevaluasi kualitas air keruangan VIII (debit sangat kecil) 2. Besarnya konsentrasi Ca dan CO 3 dipengaruhi oleh tingkat solusional 3. Berdasarkan kandungan unsur makro airtanah karst daerah penelitian memiliki kualitas Golongan B Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Untuk Kebutuhan Air Harian Masyarakat Karst Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Desa Pacitan (Aris Wahyudi, 2005) 1. Mengetahui kebutuhan air harian rata rata penduduk di sekitar sumber air, 2. Mengetahui debit sungai bawah tanah dan luweng Karangtalun, 3. Mengetahui kualitas air sungai bawah tanah, 4. Mengevaluasi kebutuhan air perkapita dan Survei dan uji laboratorium. Debit air dan kualitas air secara fisik, kimia dan biologi Secara umum baik dari parameter fisika maupun kimia kualitas air di daerah penelitian baik namun secara bakteriologi diatas ambang batas yang ditentukan (>2.400/100ml). Pada wilayah jangkauan primer kebutuhan air harian dianggap dapat tercukupi dan pada sebagian wilayah jangkauan sekunder dan tersier. Sehingga dari hasil evaluasi, potensi luweng Karangtalun

10 10 Evaluasi Potensi Mataair sebagai Sumber Air Bersih dan Upaya Pelestarian Lingkungan di Pulau Banggai Sulawesi Tengah (Ferdy Salamat,2005) Analisis Konstanta Resesi Sungai Bawah Tanah untuk Karakterisasi Pelepasan Komponen Akuifer Karst (Muhammad Misqi, 2010) Karakteristik dan Potensi Mataair di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara (La Alimudin Saba, 2010) potensi air di kawasan karst Desa Gedompol Kec. Donorojo Kab. Pacitan 1. Mengevaluasi potensi mataair yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan air bersih 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi potensi mataair 3. Menyusun strategi pengelolaan dan pelestarian lingkungan mataair sebagai sumber air bersih 1. Mengidentifika si karakteristik akuifer daerah penelitian 2. Membandingka n karakteristik akuifer dari masing-masing lokasi penelitian 1. Mengetahui tipe dan sifat aliran mataair 2. Mengevaluasi potensi mataair sebagai sumber air bersih 3. Mengevaluasi tingkat kekritisan mataair perubahan kebutuhan air akibat 4. Mengetahui beban mataair Survei lapangan, analisis laboratorium dan purposive sampling Pengukuran lapangan, analisis konstanta resesi dari hidrograf aliran Pengamatan dan pengukuran dilapangan, analisis laboratorium, analisis deskriptif pendekatan keruangan dan ekologikal Debit mataair, kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah penduduk Debit air Mataair Beton, SBT Seropan dan SBT Toto Jumlah dan tingkat pertumbuhan dilapangan, analisis laboratorium, volume dan jenis kebutuhan air, kualitas air, kuantitas air, lereng, kontur, pola dan arah alur rekahan belum dapat memenuhi keseluruhan masyarakat desa Gedompol 1. Potensi mataair mengalami penurunan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi mataair adalah karakteristik batuan, tutupan lahan dan penggunaan lahan 3. Pengelolaan lingkungan dalam upaya pelestarian mataair antara lain melalui keg. Reboisasi, penghijauan, dan instalasi pengolahan air minum serta peningkatan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup 1. Mataair Beton paling cepat melepaskan komponen aliran konduit 2. Mataair Beton yang posisinya paling atas memiliki respon banjir yang paling cepat 1. Seluruh mataair bersifat perenial, ordinary temperature spring, mataair fraktur, memiliki tipe kalsium bikarbonat 2. Kelas kualitas air cukup baik untuk kebutuhan air minum dengan faktor pembatas alkalinitas dan TSS. Tingkat ketersediaan air

11 11 Impact of Landuse change on Groundwater Quality in a Typical Karst Watershed of Southwest Cina (Youngjun, J. et al., 2008) Effects of Land Use on Hydrochemistry and Contamination of Karst Groundwater from Nandong Underground River System (NURS), China (Yongjun berdasarkan pola ruang pemanfaatan mataair Menganalisis pengaruh perubahan penggunaan lahan selama periode terhadap kualitas air tanah karst Menganalisis pengaruh penggunaan lahan di Tanah NURS (Pemantauan air tanah melalui analisis sampel air tanah dari 30 mata air analisis dari 36 sampel tanah yang dikumpulkan dari mata air pada saat musim hujan dan musim kemarau. Penggunaan lahan, tanah, data iklim Penggunaan lahan, air tanah, aktivitas manusia bervariasi dari kecil, sedang, hingga besar 3. Tingkat konsumsi air 45,7 l/hari/orang dengan pertumbuhan penduduk 3.08% per tahun, sehingga diprediksi tahun 2015 akan mengalami kekritisan air 4. Pola konsumsi air dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan jenis sumber air. Pola pemanfaatan mataair dipengaruhi oleh aksesibilitas dan jaraknya dengan mataair, sistem pengembangan mataair dan tingkat pendidikan. Konsentrasi NH4 +, SO42-, NO3-, NO2- dan Cl-dalam air tanah meningkat secara bermakna setelah lahan hutan dan lahan tidak terpakai diubah menjadi lahan pertanian menjadi lahan konstruksi. Konsentrasi NH4 +, NO3-, NO2-dalam air tanah serius melebihi standar air minum karakteristik kimia air tanah yang diteliti dengan seksama, sehingga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air tanah dalam sistem sungai bawah tanah karst Nandong di Yunnan, Cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sementara proses alami

12 12 Jian and Jun Yan, 2009) Pengaruh Potensi Sumberdaya Air Terhadap Pola Penggunaan Kebutuhan Domestik di Kecamatan Eromoko (Pujo Nur Cahyo, 2014) 1. menganalisis potensi sumberdaya air Kecamatan Eromoko; 2. menganalisis kebutuhan domestik penduduk Kecamatan Eromoko; 3. menganalisis ketersediaan air bersih dengan kebutuhan air bersih domestik di Kecamatan Eromoko Survei lapangan, analisis laboratorium dan purposive sampling Debit air, kualitas dan kuantitas air serta kebutuhan domestik penduduk dan antropogenik adalah dua sumber utama untuk komposisi kimia air tanah, aktivitas manusia memainkan peran yang lebih penting. 1. Potensi sumberdaya air kecamatan Eromoko, 2. Kebutuhan domestik penduduk, 3. Ketersediaan air dengan kebutuhan air penduduk 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan dan menghasilkan informasi baru yang dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan mengenai potensi sumberdaya air di Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri..

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Intisari... Abstact... i ii ii iv x xi xvi xviii xix BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. kondisi lahan yang berbatu, kurang subur dan sering mengalami kekurangan air.

I. PENGANTAR. kondisi lahan yang berbatu, kurang subur dan sering mengalami kekurangan air. I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kawasan karst Gunung Sewu Kabupaten Gunungkidul identik dengan kondisi lahan yang berbatu, kurang subur dan sering mengalami kekurangan air. Kondisi ini terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok yang mutlak harus dipenuhi sehari-hari. Tanpa adanya air, manusia tidak dapat bertahan hidup karena air digunakan setiap harinya untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv

Lebih terperinci

Merapi sebagai gunungapi strato muda memiliki potensi mataair yang cukup besar. Polapersebaran mataair ini umumnya melingkari badangunungapi

Merapi sebagai gunungapi strato muda memiliki potensi mataair yang cukup besar. Polapersebaran mataair ini umumnya melingkari badangunungapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air menjadi kebutuhan utama makhluk hidup di bumi, terutama bagi manusia. Manusia memanfaatkan air sebagai sumber air minum. Sedangkan pemanfaatan yang lain adalah

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keperluan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN Analisis Lansekap Terpadu 21/03/2011 Klasifikasi Bentuklahan KLASIFIKASI BENTUKLAHAN PENDAHULUAN Dalam membahas klasifikasi bentuklahan ada beberapa istilah yang kadang-kadang membingungkan: - Fisiografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan klasifikasi Mendel (1980) sistem hidrogeologi daerah penelitian adalah sistem akifer volkanik. Pada sistem akifer volkanik ini batuan segar yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR PETA...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERTANYAAN?? Apakah karst di daerah penelitian telah berkembang secara hidrologi dan mempunyai simpanan air

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR PETA...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi beberapa zona fisiografi (Gambar 2.1), yaitu: 1. Dataran Aluvial Jawa bagian utara. 2. Antiklinorium

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR PETA... xiii INTISARI... xiv

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan kondisi geologi regional termasuk dalam Dataran Alluvial Jawa Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM Serial Powerpoint Presentasi: KOMPONEN- KOMPONEN ALIRAN KARST Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM SISTEM HIDROLOGI KARST A. Pendahuluan Karst Gunung Sewu dikenal sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara 108 30-111 30 BT dan 5 40-8 30 LS dengan batas batas sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI AREA GOA SURUH UNTUK AIR MINUM DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI

EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI AREA GOA SURUH UNTUK AIR MINUM DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI AREA GOA SURUH UNTUK AIR MINUM DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian geokimia airtanah merupakan salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan, karena dari penelitian ini dapat diketahui kualitas airtanah.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D.

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan makanan dan pakaian. Permukiman sebagai tempat untuk kelangsungan hidup manusia. Permukiman sebagai unit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Persembahan...iii Ucapan Terima Kasih... iv Kata Pengantar... v Sari... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xii BAB I

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract... DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... xiv Intisari... xv Abstract... xvi BAB I Pendahuluan... 1 1.1

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan PETA SATUAN MEDAN TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan ALAT DAN BAHAN 1. Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000 2. Peta Geologi skala 1 : 100.000 3. Peta tanah semi detil 4. Alat tulis dan gambar 5. alat hitung

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010

EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 Anastasia Erista Purnama Wardani eristapw@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama setyapurna@ugm.ac.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batuan karbonat merupakan batuan sedimen yang terdiri dari garam karbonat, antara lain gamping (limestone) dan dolomit (Koesoemadinata, 1987). Komponen batugamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya

Lebih terperinci

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Penelitian Terhadap Airtanah Dangkal di Desa Bantan Tua, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau Dewandra Bagus Eka Putra 1, Yuniarti

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc. Kelompok Studi Karst, Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas

Lebih terperinci

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN KARST BERBASIS ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN PEMETAAN KAWASAN LINDUNG SUMBERDAYA AIR Studi Kasus di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta Ahmad

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kab. Gunungkidul terdiri atas 3 (tiga) satuan fisiografis atau ekosistem bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi pembagian satuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Wuryantoro merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Wonogiri,

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007

EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007 EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007 (Studi Perbandingan Dengan Hasil Penelitian Tahun 1991) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 1621

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dari sisi geografi dan letaknya merupakan daerah pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa potensi ekosistem

Lebih terperinci

Komponen Lingkungan Iklim Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Metode Lokasi - Suhu udara - Pengumpulan - Kelembaban nisbi data sekunder udara - Pengukuran di - Kualitas udara Lapangan

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi merupakan cabang ilmu kebumian yang mempelajari seluruh aspek kehidupan baik pada lingkungan biotik, abiotik, maupun hasil proses kehidupan berupa budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya merupakan bagian dari kawasan karst Sukolilo seperti yang telah ditetapkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah sumber daya alam yang paling berharga. Air merupakan kebutuhan primer untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, seperti mandi, minum, memasak dan mencuci.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir mahasiswa merupakan suatu tahap akhir yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR INTISARI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR INTISARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii INTISARI... xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.1.1.Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

KUALITAS AIRTANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BANJARAN DESA BANJARAN KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

KUALITAS AIRTANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BANJARAN DESA BANJARAN KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA KUALITAS AIRTANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BANJARAN DESA BANJARAN KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut (Gambar 2.1) : Dataran Aluvial Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1996). Topografi karst merupakan bentuk lahan asal sulosional atau pelarutan

BAB I PENDAHULUAN. 1996). Topografi karst merupakan bentuk lahan asal sulosional atau pelarutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Berdasarkan genetisnya bentuk lahan dapat dibedakan menjadi sembilan kelompok yaitu : bentuk lahan asal struktural, denudasional, vulkanik, flufial, solusional, marin,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

PENGARUH FORMASI GEOLOGI TERHADAP POTENSI MATA AIR DI KOTA BATU. Didik Taryana 1.

PENGARUH FORMASI GEOLOGI TERHADAP POTENSI MATA AIR DI KOTA BATU. Didik Taryana 1. PENGARUH FORMASI GEOLOGI TERHADAP POTENSI MATA AIR DI KOTA BATU Didik Taryana 1 E-mail: didik.taryana.fis@um.ac.id Abstrak: Salah satu sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dieksplorasi dan meningkatkan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

Pelingkupan Dampak Penting Pelingkupan Wilayah Studi Identifikasi Dampak Potensial Langkah 1 : Identifikasi Rencana Kegiatan Proyek Langkah 2 : Identifikasi Tipe Eksosistem Langkah 3 : Identifikasi Komponen

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah 15 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Bangunjiwo yang merupakan lokasi ini, merupakan salah satu desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR TANAH BEBAS DI SEKITAR TPA BANYUROTO DESA BANYUROTO KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS AIR TANAH BEBAS DI SEKITAR TPA BANYUROTO DESA BANYUROTO KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS KUALITAS AIR TANAH BEBAS DI SEKITAR TPA BANYUROTO DESA BANYUROTO KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

Week 4. Struktur Geologi dalam Hidrogeologi. (Geological structure in hydrogeology)

Week 4. Struktur Geologi dalam Hidrogeologi. (Geological structure in hydrogeology) Week 4 Struktur Geologi dalam Hidrogeologi (Geological structure in hydrogeology) Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci