JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI"

Transkripsi

1 1 JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Yusniati (Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract This research was aimed at identifying and describing kinds of sea grass on Laguna Tasilaha Waterworks, and producing Biology instructional media in the form of a guided book used in conducting instruction.this research was carried out on Laguna Tasilaha Waterworks, Banawa Selatan Sub-district, Donggala Regency, Central Sulawesi Province. Using survey method with tehniques crossing. Futhermore, the result of this research will be developed to learning instrument. Seagrass taken by using plot that placed purposively. The research result has identified that there were six kinds of the sea grass based on two family groups. The first group was Hydrocharitaceae consisting of Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, and Halophia ovalis. The second group, on the other hand, was Potamegetonaceae comprising Cymodocea rotundata, C. serrulata, and Halodule uninervis. The development result produced the pocketbook. It was validated by 88.40% content, design, and media expert, 81.03% educator assessment, 83.26% small group assessment, and 91.74% large group assessment. Therefore, the average percentage was 86%. If it was converted into the eligibility criteri, it was eligible and can be used as Biology instructional media. Keywords: Laguna Tasilaha waterworks, sea grass, instructional media Wilayah Indonesia sekitar 70% berupa laut yang merupakan tempat beberapa sumberdaya hayati seperti ikan, udang, kepiting, kerang, cumi, mutiara, rumput laut serta sumberdaya biota lainnya. Pemanfaatan berbagai sumberdaya hayati laut masih kurang optimal meskipun pembangunan masa mendatang bertumpu pada wilayah laut. Sulawesi Tengah adalah salah satu propinsi di Indonesia yang terletak pada LU dan LS serta BT dengan luas wilayah km 2 dengan garis pantai km. Kawasan pantai sebesar 60% dan kawasan kepulauan sebesar 10% serta memiliki potensi kekayaan alam laut yang belum sepenuhnya dieksploitasi, bahkan beberapa potensi belum diketahui. Salah satu diantaranya adalah sumberdaya yang dapat diperbaharui meliputi mangrove, lamun dan biota laut lainnya (Santospalanti, 2008). Nontji (2010) mengemukakan bahwa luas padang lamun di Indonesia diperkirakan sekitar km 2 yang dihuni oleh 13 jenis lamun. Suatu padang lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis lamun saja ataupun vegetasi campuran yang terdiri dari berbagai jenis lamun. Di setiap padang lamun hidup berbagai biota lainnya yang bersimbiosis dengan lamun, yang keseluruhannya terkait dalam satu rangkaian ekosistem. Lamun juga penting bagi perikanan, karena banyak jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting yang hidup di lingkungan lamun. Zulkifli dan Efriyeldi (2003) mengemukakan bahwa ekosistem lamun (seagrass) merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbagai biota laut serta merupakan salah satu ekosistem bahari yang paling produktif. Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal, mempunyai akar, rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah serta berkembang biak secara generatif (penyerbukan bunga) dan vegetatif 13

2 14 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm ISSN: (pertumbuhan tunas). Kusumawati (2009) menjelaskan bahwa tumbuhan lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga dan berpembuluh (vascular plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam air laut. Beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai 8 15 meter dan 40 meter. Tumbuhan lamun jelas memiliki akar, batang, daun, buah dan biji. Syari (2005) mengemukakan bahwa habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang. Kurangnya pengetahuan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut menjadi salah pemicu kerusakan padang lamun dapat terjadi baik sengaja maupun tidak disengaja termasuk di sekitar perairan Laguna Tasilaha. Hal ini disebabkan karena selama ini masyarakat menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik umum yang dapat mengakomodasi segala bentuk kepentingan masyarakat termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini suatu kelemahan cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya pesisir dan laut, termasuk di dalamnya adalah ekosistem padang lamun. Pemanfaatan lamun secara langsung belum banyak diketahui masyarakat sehingga lamun terkadang terabaikan. Ekosistem lamun adalah tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi oleh aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin menyusut oleh adanya kerusakan yang disebabkan aktivitas manusia. Penelitian yang membahas tentang jenis lamun untuk daerah perairan Laguna Tasilaha masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penting dan perlu diadakan penelitian ini demi pengembangan dalam bidang pendidikan, termasuk untuk kepentingan umum dan pelestarian lamun itu sendiri. Informasi tentang lamun masih sangat terbatas, baik di kalangan pendidik maupun peserta didik, termasuk jenis lamun di Perairan Laguna Tasilaha. Peserta didik mengenal lamun hanya sebatas pada rumput laut yang dibudidayakan oleh petani dan nelayan. Dengan demikian, perlu adanya pengenalan lamun tersebut kepada peserta didik yang diawali dengan mengenal tempat hidupnya melalui media, baik itu media cetak maupun media elektronik, seperti halnya membuat buku saku tentang lamun pada suatu kawasan. Oleh karena itu, penulis membuat suatu media dalam bentuk buku saku yang akan memaparkan tentang jenis lamun yang terdapat di Perairan Laguna Tasilaha. Dengan adanya media tersebut, peserta didik maupun pendidik dapat memperoleh informasi yang lebih jelas tentang lamun yang ada di daerah perairan Laguna Tasilaha. Media yang akan dikembangkan adalah media cetak dalam bentuk buku saku. Anonim (2011b) dalam Ismaningtias (2012) menuliskan bahwa buku saku adalah bahan tertulis yang menyajikan suatu paparan atau gambaran yang lebih spesifik dari suatu ilmu pengetahuan yang dihasilkan baik dari buah pikiran maupun dari hasil penelitian, dimana lebih memudahkan bagi para pembaca dan dapat dibaca kapanpun dan dimanapun. Berdasarkan uraian tersebut di atas dan kondisi lamun di perairan Laguna Tasilaha Kecamatan Banawa Selatan, maka perlu dilakukan inventarisasi jenis-jenis lamun yang dapat dikembangkan sebagai media pembelajaran biologi dalam bentuk buku saku. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi sumber belajar biologi yang baik, sekaligus sebagai alternatif dalam upaya konservasi lingkungan lamun melalui kegiatan pendidikan formal. METODE Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik jelajah dalam jalur transek yang disebar secara purposive. Hasil penelitian tersebut akan dilanjutkan dengan metode pengembangan (research and development). Penelitian ini telah

3 Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai 15 dilaksanakan dari bulan Oktober - Desember 2012 di Perairan Laguna Tasilaha Desa Tolongano Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis lamun yang hidup secara alami, sampel penelitian adalah jenis lamun yang ditemukan dalam jalur yang disebar secara purposive dan tegak lurus dengan bibir pantai Laguna. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu kantong spesimen, pisau atau parang, kuas, kerats label, pensil, kamera, salinometer, termometer, ph meter dan larutan formalin, asam asetat dan alkohol (FAA). Tehnik pengumpulan data pengembangan media dengan menggunakan instrument penelitian berupa angket dan lembar penilaian perangkat sedangkan tehnik pengumpulan data lamun dilakukan dengan tehnik jelajah. Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu memaparkan hasil pengembangan produk media pembelajaran yang berupa buku saku, menguji tingkat validasi dan kelayakan produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar desain dan subjek uji coba pengembangan: Desain dan Subjek Uji Coba Pengembangan: Langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Responden Uji Coba Draft 1 Analisis dan Revisi 1 Draft 2 Analisis dan Revisi 2 Draft 3 Analisis dan Revisi 3 Draft a) 4 Analisis dan Revisi 4 Produk akhir 1. Angket ahli isi 2. Angket ahli media Angket ahli desain Angket uji coba kelompok kecil Angket uji lapangan Buku saku 1. Ahli isi 2. Ahli media Ahli desain 21 orang peserta didik 9 orang pendidik dan 27 orang peserta didik Gambar 1. Desain dan Subjek Uji Coba Pengembangan Persentase kelayakan dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan (Arikunto, 1996), atau dapat dituliskan dengan persamaan berikut: Persentase kelayakan (%) = Skor yang diobservasi x 100% Skor yang diharapkan Setelah data terdistribusi dan penyajiannya dalam bentuk persentase, maka akan dilanjutkan dengan pendeskripsian dan pengambilan kesimpulan tentang masingmasing indikator. Kesesuaian aspek dalam pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran dapat menggunakan skala persentase kelayakan sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (1996) seperti pada tabel skala persentase kelayakan:

4 16 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm ISSN: Tabel 1. Skala Persentase Kelayakan Persentase Pencapaian (%) Interpretasi Layak Cukup layak Kurang layak 0 39 Tidak layak Sumber: Arikunto (1996) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Identifikasi Lamun Indentifikasi lamun di Perairan Laguna Tasilaha dilakukan di laboratorium Pendidikan PMIPA FKIP Universitas Tadulako, kemudian dilakukan validasi dan verifikasi di Genetic Laboratory Research Centre for Oceanography Indonesian Institute of Sciences Keltibang Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Jakarta Timur. Hasil indentifikasi lamun tersebut dijadikan dasar penyusunan buku saku sesuai dengan prosedur pengembangan 4-D Thiagarajan. Tabel 2. Hasil Identifikasi Enam Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha. Divisi Magnoliophyta Kelas/Sub Kelas Angiospermae/ Liliopsida Bangsa Suku Marga Jenis Helobiae Hydrocharitaceae Enhalus E. acoroides (L.f.) Royle. Potamogetonaceae Thalassia Halophila Cymodocea T.hemprichii (Ehrenb. ex Solms.) Aschers. H. ovalis (R.Br.) Hook.f. C. rotundata (Aschers) et Schweinf. C. serrulata (Aschers) et Schweinf. Halodule H. uninervis (Forssk.) Boiss. Hasil Pengembangan Media Hasil penelitian pengembangan terhadap buku saku dengan menggunakan model 4-D Thiagarajan menghasilkan data berupa hasil penilaian dari beberapa ahli yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli media. Adapun saran dan komentar dari validator yaitu sebaiknya ada pendahuluan yang menerangkan tentang deskripsi umum dan penyebaran lamun, gambar kurang jelas, area gambar terlalu lebar, ukuran gambarnya disesuaikan. Rerata dan persentase hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Diagram 1: 4,6 4,4 4,2 4 Diagram 1. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Validator 4,48 4,25 4,53 Ahli Isi Ahli Desain Ahli Media Rerata Hasil Penilaian Validator ,61 Ahli Isi 85 Ahli Desain 90,6 Ahli Media Rerata Persentase Penilaian Validator

5 Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai 17 Berdasarkan hasil penilaian oleh para ahli diperoleh persentase rerata sebesar 88%. Hasil tersebut jika dikonversi ke dalam skala persentase kelayakan termasuk dalam kategori layak dan dapat dipergunakan lebih lanjut sebagai media pembelajaran biologi Hasil penilaian buku saku oleh pendidik sebagai bahan ajar, menggunakan angket penilaian tertentu. Penilaian buku saku diambil dari 9 orang pendidik yang terdiri dari guru dan dosen. Rerata dan persentase hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Diagram 2: Diagram 2. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Pendidik 100 4,36 4,46 87,18 66,67 89,23 3,33 50 Guru SMP Guru SMA Dosen Rerata Hasil Penilaian Pendidik 0 Guru SMP Guru SMA Dosen Rerata Persentase Penilaian Pendidik Berdasarkan hasil penilaian oleh para pendidik diperoleh persentase rerata sebesar 81,03% yang jika dikonversi dalam kategori kelayakan termasuk kategori layak dan dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran biologi. Meskipun buku saku tersebut sudah tergolong layak namun masih perlu adanya perbaikan berdasarkan komentar dan saran yang dapat digunakan untuk merevisi buku saku adalah pada intinya tidak ada saran yang begitu prinsip karena hanya menyarankan pada sampul buku saku tersebut agar dicantumkan nomor stambuk dari mahasiswa sebagai penulis, dan sebaiknya di setiap gambar dalam buku saku agar dilengkapi dengan manfaat masing-masing spesimen. Hasil penilaian buku saku oleh peserta didik dalam uji kelompok kecil sebagai bahan ajar, menggunakan angket penilaian tertentu. Penilaian buku saku diambil dari 15 orang peserta didik dengan jejang pendidikan berbeda. Rerata dan persentase hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Diagram 3: Diagram 3. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Peserta Didik dalam Uji Kelompok Kecil ,24 4,47 3,78 Siswa SMP Siswa SMA Mahasiswa ,89 Siswa SMP 75,56 Siswa SMA 89,33 Mahasiswa Rerata Penilaian Peserta Didik dalam Uji Kelompok Kecil Rerata Persentase Peserta Didik dalam Uji Kelompok Kecil Hasil penilaian peserta didik dalam uji kelompok kecil diperoleh hasil presentase rata-rata sebesar 83,26% dan jika hasil tersebut dikonversikan dalam skala persentase kelayakan termasuk kategori layak dan dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran. Namun, masih ada saran dan komentar untuk merevisi buku tersebut yaitu deskripsi gambar ditambah agar pemahaman bisa lebih spesifik, metode penulisan kurang menarik, sebaiknya

6 18 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm ISSN: dicetak secara timbal balik, dan pengambilan gambar harus lebih banyak dan jelas. Hasil penilaian buku saku oleh peserta didik dalam uji kelompok besar sebagai bahan ajar, menggunakan angket penilaian tertentu. Penilaian buku saku diambil dari 21 orang peserta didik dengan jejang pendidikan berbeda. Rerata dan persentase hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Diagram 4: Diagram 4. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Peserta Didik dalam Uji Kelompok Besar 5 4, ,46 4,5 4 4,49 4,4 Siswa SMP Siswa SMA Mahasiswa Rerata Penilaian Peserta Didik dalam Uji Kelompok Besar ,84 87,94 Siswa SMP Siswa SMA Mahasiswa Rerata Persentase Peserta Didik dalam Uji Kelompok Besar Hasil penilaian peserta didik dalam uji kelompok besar diperoleh hasil persentase rata-rata 91,74% dan jika hasil tersebut dikonversikan dalam skala persentase kelayakan termasuk kategori layak. Pada uji lapangan ini masih terdapat saran dan komentar berupa perbaikan penampilan gambar specimen. Pembahasan Hasil penelitian lamun di Perairan Laguna Tasilaha, ditemukan enam jenis yang terdiri dari dua suku yaitu Hydrocharitaceae tiga jenis dan Chymodoceae/ Potamogetonaceae tiga jenis. Hasil tersebut berasal dari 10 transek dengan panjang 50 meter tegak lurus garis pantai yang disebar secara purposive. Habitat lamun yang terdapat di Perairan Laguna Tasilaha berasal dari pasir, lumpur pasiran, lumpur, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang. Lamun tumbuh di daerah pasang surut (intertidal) dan daerah dangkal (subtidal), agak mudah ditemukan pada waktu air surut. Lamun yang di temukan, secara keseluruhan di areal penelitian sebanyak enam jenis lamun. Penelitian yang sama tetapi hasilnya berbeda yang dilakukan di Pantai Sanur Bali menemukan tujuh jenis lamun (Arthana, 2004) dan di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala menemukan 10 jenis lamun (Tahril, 2009). Sekitar 60 jenis lamun yang di kenal di dunia. Nontji (2005) menyatakan bahwa terdapat 20 jenis lamun yang ditemukan di Asia Tenggara dan di Indonesia mempunyai sekitar 12 jenis. Berdasarkan 12 jenis lamun yang terdapat di Indonesia, menurut hasil penelitian di Perairan Laguna Tasilaha, hanya terdapat 6 jenis yang telah teridentifikasi dengan baik, atau hanya 50% dari jumlah tersebut. Hal tersebut, sesuai dengan hasil penelitian Kusumawati (2009) yang menemukan enam jenis lamun di Kepulauan seribu yang telah teridentifikasi dan yang berbeda hanyalah pada jenis Syringodium sp. yang tidak ditemukan pada Perairan Laguna Tasilaha dan di Kepulauan seribu tidak menemukan adanya Cymodocea serrulata. Hasil penelitian di berbagai daerah lainnya jika dibandingkan dengan daerah penelitian di Perairan Laguna Tasilaha merupakan daerah yang masih alami dan tidak terjamah oleh aktifitas manusia sehingga tingkat keanekaragaman ekosistem lamunnya masih sangat terjaga dengan baik. Beberapa hasil penelitian sebelumnya di wilayah pesisir Kecamatan Banawa, Banawa Tengah dan Banawa Selatan (Tahril, 2009) ditemukan

7 Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai 19 sembilan jenis lamun Thalassodendron ciliatum, Cymodocea serrulata, C. rotundata, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, H. decipiens dan H. ovalis. Penelitian ini sendiri khusus daerah Laguna Tasilaha Kabupaten Banawa Selatan hanya menemukan enam jenis yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, C. rotundata,, dan Halodule uninervis. Jika melihat luasan area penelitian ini dapat dikatakan tingkat keanekaragaman jenis lamun cukup tinggi dibandingkan peneliti sebelumnya yang area penelitiannya jauh lebih luas. Jumlah jenis lamun pada suatu daerah dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor begitupun di perairan Laguna Tasilaha. Jumlah jenis lamun yang ditemukan di perairan Laguna Tasilaha lebih sedikit dibandingkan dengan di pantai Sanur Bali yang menemukan tujuh jenis lamun. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairan dan substrat di perairan Laguna Tasilaha yang mungkin berbeda. Perbedaanpun terjadi antara penelitian yang dilakukan oleh Tahril (2009) yang menemukan sembilan jenis lamun dengan area penelitian yang lebih luas artinya lebih banyak di bandingkan dengan Perairan Laguna Tasilaha yang hanya menemukan enam jenis padahal pada Perairan Laguna Tasilaha memiliki tipe substrat yang bervariasi seperti; substrat berpasir, pasir berlumpur, lumpur, lumpur berpasir serta pecahan-pecahan karang yang telah mati. Akan tetapi, selain kondisi habitat atau substrat pada suatu daerah, kondisi fisik dalam hal ini intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan juga sangat mempengaruhi jumlah pertumbuhan keanekaragaman. Berdasarkan jumlah yang mendominasi lamun di Perairan Laguna Tasilaha adalah jenis Enhalus acoroides, ini terlihat saat penelitian berlangsung seringkali ditemukan jenis tersebut disebabkan substrat yang mendominasi Perairan Laguna Tasilaha tersebut adalah jenis substrat berpasir dan lumpur berpasir. Kondisi tersebut sangat cocok untuk jenis Enhalus acoroides. Pengembangan produk buku saku dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu tahap penilaian atau validasi dari para ahli untuk kemudian dilakukan revisi menghasilkan draft 2, selanjutnya diuji cobakan dalam kelompok kecil dan pendidik materi biologi. Hasil uji coba terbatas menghasilkan masukan untuk perbaikan lebih lanjut, sehingga diperoleh draft 3 yang kemudian diuji cobakan pada kelompok besar. Hasil uji kelompok besar, masih terdapat saran dan komentar secara umum tentang penampilan gambar akan di revisi dan menghasilkan produk akhir. Tahapan-tahapan pengembangan media pembelajaran biologi menghasilkan produk akhir berupa buku saku. Adapun proses yang dilakukan dalam menghasilkan produk tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: Penilaian Validator Buku saku dinilai atau divalidasi oleh tiga orang ahli, yaitu: ahli isi, ahli desain, dan ahli media. Para ahli melakukan penilaian sesuai dengan bidangnya, menggunakan instrument penilaian yang telah disiapkan. Hasil penilaian yang dilakukan oleh para ahli terhadap buku saku diperoleh nilai persentase rata-rata dari ahli isi sebesar 89% yang dikonversikan dalam kriteria kelayakan masuk kategori layak. Persentase rata-rata dari ahli desain sebesar 85%, jika dikonversikan dalam kriteria kelayakan masuk dalam kategori layak, dan persentase rata-rata dari ahli media sebesar 90% jika dikonversikan masuk dalam kategori layak. Total presentase rata-rata dari ketiga ahli diperoleh hasil penilaian sebesar 88%. Hasil tersebut jika dikonversi ke dalam skala persentase kelayakan termasuk dalam kategori layak untuk dipergunakan lebih lanjut sebagai media pembelajaran biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ismaningtias (2012) bahwa hasil penilaian beberapa ahli terhadap buku saku

8 20 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm ISSN: memperoleh persentase rata-rata sebesar 91,32% yang lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian ini dan jika dikonversikan dalam skala persentase kelayakan termasuk kategori layak. Berdasarkan interpretasi layak maka buku saku tersebut layak untuk diuji cobakan lebih lanjut. Analisis terhadap hasil penilaian para ahli yang memperoleh kategori layak, menunjukkan bahwa buku saku ini layak dan dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran biologi di sekolah manapun yang membutuhkan demikian pula dengan perguruan tinggi khususnya pada program studi pendidikan biologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Darwis (2007) bahwa nilai rata-rata validasi keseluruhan aspek perangkat pembelajaran yang dikembangkan minimal berada dalam kategori valid yaitu >76% dan nilai validasi untuk setiap aspek minimal berada dalam kategori cukup valid yaitu 56%- 75%, sehingga apabila hasil penilaian tidak mencapai kategori dimaksud, maka diperlukan revisi berdasarkan saran dari para ahli atau validator. Berdasarkan hal tersebut maka sebelum buku saku ini digunakan, untuk tujuan penyempurnaan dilakukan revisi terhadap beberapa hal sesuai dengan komentar maupun saran para ahli yang tertera pada angket penilaian, sehingga dapat menarik minat siswa untuk membaca buku saku tersebut. Penilaian Pendidik Penilaian terhadap buku saku dilakukan oleh enam guru dan tiga dosen. Perangkat yang di ujicobakan diberikan kepada para pendidik untuk kemudian diberikan penilaian sesuai dengan format penilaian yang telah disiapkan. Hasil penilaian oleh para pendidik memiliki persentase rata-rata sebesar 81,03%. Hasil tersebut searah dengan hasil penelitian yang dilakukan Ismaningtias (2012) yang memperoleh persentase penilaian pendidik sebesar 82%. Jika dikonversi dalam kriteria kelayakan, termasuk kategori layak. Adanya perbedaan jumlah perolehan nilai mungkin dipengaruhi oleh responden dan penempatan format penilaian. Dengan demikian, hasil penilaian para pendidik terhadap buku saku tersebut dapat dikatakan layak dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi peserta didik, khususnya pada pembelajaran biologi. Berdasarkan komentar dan saran pendidik agar gambar dalam buku saku ini dapat dicantumkan manfaat masing-masing spesimen. Namun, secara garis besar sebenarnya sudah dituliskan pada bagian pendahuluan dalam buku saku tentang manfaat lamun secara ekologis maupun ekonomis. Jadi, untuk membahas manfaat masing-masing sepertinya susah karena belum ada acuan yang memaparkan sebelumnya tentang manfaat masing-masing jenis lamun, dan tidak terdata dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjut tentang hal tersebut. Penilaian Uji Kelompok Kecil Ujicoba buku saku pada kelompok kecil, dilaksanakan di dalam kelas yang dilakukan oleh 15 peserta didik. Buku saku yang diujicobakan kepada para peserta didik untuk kemudian diberi penilaian sesuai dengan format penilaian yang telah disiapkan. Hasil penilaian para peserta didik dalam uji kelompok kecil dengan rerata persentase sebesar 83,26%, jika dikonversikan ke dalam kriteria kelayakan termasuk kategori layak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaningtias (2012) bahwa penilaian uji kelompok kecil dalam penelitiannya memperoleh persentase sebesar 82% termasuk kategori layak, sehingga buku tersebut layak digunakan. Akan tetapi, berdasarkan hasil penilaian kelompok kecil para peserta didik, maka buku saku ini dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran biologi. Meskipun masih terdapat saran mengenai deskripsi gambar ditambah agar pemahaman bisa lebih spesifik, metode penulisan kurang menarik, sebaiknya dicetak secara timbal balik, dan pengambilan

9 Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai 21 gambar harus lebih banyak dan jelas. Hal tersebut dijadikan bahan revisi untuk mengahasilkan draft baru sebelum digunakan dalam uji lapangan. Penilaian Uji Lapangan Buku saku yang telah direvisi berdasarkan penilaian para ahli, penilaian pendidik dan peserta didik dalam uji kelompok kecil menghasilkan produk akhir yang digunakan pada uji lapangan atau uji kelompok besar. Tahapan ini dilakukan ujicoba dengan melibatkan peserta didik dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan uji kelompok kecil untuk menggunakan buku saku. Ujicoba ini dilakukan pada peserta didik yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu pada siswa SMP, SMA dan mahasiswa yang dilaksanakan di dalam kelas. Ujicoba ini dilakukan oleh 21 orang peserta didik. Seluruh peserta didik mendapatkan buku saku dan diberikan format penilaian yang telah disediakan untuk diisi. Hasil penilaian para peserta didik dalam uji lapangan diperoleh persentase rata-rata 91,74%. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaningtias (2012) bahwa penilaian uji kelompok besar dalam penelitiannya memperoleh persentase sebesar 93%, jika dikonversikan dalam kriteria kelayakan masuk dalam kategori layak yang berarti buku saku tersebut dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran biologi. Berdasarkan analisis terhadap hasil penilaian peserta didik, sesuai dengan format penilaian yang telah disiapkan terlihat jelas, bahwa umumnya peserta didik memberikan tanggapan atau penilaian yang baik terhadap seluruh pertanyaan yang diajukan dalam format penilaian tersebut. Persentase hasil penilaian rata-rata dari para peserta didik dalam uji lapangan atau uji kelompok besar adalah 91,74%, terjadi peningkatan penilaian dibandingkan penilaian yang diberikan dalam uji kelompok kecil karena telah dilakukan beberapa kali revisi dengan baik. Jika dikonversikan dalam kriteria kelayakan masuk kategori layak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa buku saku ini layak untuk dipergunakan lebih luas dan dapat dipublikasikan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Lamun yang terindentifikasi di Perairan Laguna Tasilaha ada 6 jenis dan masuk kedalam suku Hydrocharitaceae dan Chymodocea/Potamogetonaceae. Suku Hydrocharitaceae terdapat 3 jenis lamun yang teridentifikasi yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halophila ovalis. Pada suku Chymodocea/Potamogetonaceae terdapat 3 jenis lamun yang teridentifikasi yaitu Cymodocea rotundata, C. serrulata, dan Halodule uninervis. 2) Hasil penelitian dan identifikasi lamun di Perairan Laguna Tasilaha layak digunakan sebagai media pembelajaran biologi berupa buku saku, dengan persentase rata-rata hasil penilaian pengembangan untuk semua aspek dan sumber penilaian sebesar 86% dan telah sesuai dengan nilai konversi kriteria kelayakan buku saku. Buku saku yang dihasilkan layak dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran biologi. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan peneliti, antara lain: 1) Buku saku ini hendaknya digunakan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada pembelajaran tentang jenis tumbuhan perairan.

10 22 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm ISSN: ) Untuk mendapat spesimen lamun yang lebih banyak dan berkualitas baik, perlu mengetahui waktu terjadinya pasang surut di lokasi penelitian. 3) Peluang untuk memperoleh lamun yang lebih banyak masih terbuka, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang identifikasi dan inventarisasi lamun dengan penambahan luas areal penelitian. 4) Guna memperoleh hasil pengembangan yang lebih baik, perlu di lakukan uji coba pada peserta didik dengan jumlah yang lebih banyak. UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nyalah sehingga dapat menyelesaikan tukisan ini. Tulisan ini tidak lepas dari bantuan pembimbing, maka, penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan peneliti. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arthana, I. W Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pantai Sanur Bali. Jurnal Lingkungan Hidup, Bumi Asih. Vol.4 No.2. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Darwis Model Pembelajaran Matematika Yang Melibatkan Kecerdasan Emosional. Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Surabaya. Ismaningtias, E Identifikasi Makroalga di Perairan Pantai Tanjung Karang Kabupaten Donggala Dan Pengembangannya Sebagai Media Pembelajaran. Tesis. Palu: Program Studi Pendidikan Sains PPs Untad. Palu. Kusumawati, R Jenis dan Kandungan Kimia Lamun dan Potensi Pemanfaatannya di Indonesia. enis-dan-kandungan-kimiawi-lamun- Dan-Potensi-Pemanfaatannya. [10/05/2012] Muliayanti, N. M Padang Lamun. 0/29/padang-lamun/. [10/07/2012] Nontji, A Pengelolaan dan Rehabilitasi Lamun. Program Trismades. xa.yimg.com. Santospalanti Peta Sulawesi. /08/08/peta-sulawesi/. [10/07/2012] Syari, I. A Asosiasi Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Tahril Potensi dan Status Padang Lamun (Seagrass) sebagai Sumber Nutrisi Perairan di Wilayah Pesisir Kabupaten Donggala. Palu: P.MIPA FKIP Universitas Tadulako. Zulkifli dan Efriyeldi Kandungan Zat Hara dalam Air Poros dan Air Permukaan Padang Lamun Bintan Timur Riau. Jurnal Natur Indonesia. Vol.5 No.2: ISSN:

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ponelo merupakan Desa yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi

Lebih terperinci

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat Album Peta Lamun 2017 Pusat Penelitian Oseanografi PENYUSUN Marindah Yulia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Menurut Den Hartog (1976) in Azkab (2006)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Tidak terkecuali dalam hal kelautan. Lautnya yang kaya akan keanekaragaman hayati membuat

Lebih terperinci

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1,2 Nurtin Y.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau datar yang melintang di barat daya Laut Jawa dan memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki sekitar 13.000 pulau yang menyebar dari Sabang hingga Merauke dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km yang dilalui

Lebih terperinci

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA Rinta Kusumawati ABSTRAK Lamun merupakan tanaman laut berbentuk daun tegak memanjang dengan pola sebaran mengelompok pada substrat

Lebih terperinci

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Pengamatan Desa Otiola merupakan pemekaran dari Desa Ponelo dimana pemekaran tersebut terjadi pada Bulan Januari tahun 2010. Nama Desa Otiola diambil

Lebih terperinci

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, *  korespondensi: Keanekaragaman Lamun di Pantai Kora-Kora, Kecamatan Lembean Timur Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara (The Diversity of Seagrass in Kora-kora Beach, East Lembean District, Minahasa Regency, North Sulawesi

Lebih terperinci

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS) KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS) Gautama Wisnubudi 1 dan Endang Wahyuningsih 1 1 Fakultas Biologi Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI. STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA YUSTIN DUWIRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Lebih terperinci

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Oleh : Indra Ambalika Syari C64101078 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak dan dilintasi garis khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang

Lebih terperinci

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA (Comparison Of Community Structure Seagrasses In Bantayan, Dumaguete City Philippines And

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Peranan Lamun 2.1.1 Biologi Lamun Lamun (seagrass) termasuk dalam sub kelas monocotyledonae dan merupakan tumbuhan berbunga (kelas Angiospermae) (Yulianda 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: STRUKTUR KOMUNITAS DAN BIOMASSA RUMPUT LAUT (SEAGRASS) DI PERAIRAN DESA TUMBAK KECAMATAN PUSOMAEN 1 Idris Baba 2, Ferdinand F Tilaar 3, Victor NR Watung 3 ABSTRACT Seagrass community structure is the basic

Lebih terperinci

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826 KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826 INTISARI Lamun merupakan ekosistem pesisir pantai yang berperan penting untuk menunjang ekosistem lainnya seperti terumbu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki

Lebih terperinci

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA Lamun adalah tumbuhan berbunga (Spermato phyta) yang telah menyesuaikan diri untuk hidup sepenuhnya terbenam di dalam laut. Seperti tumbuhan darat umumnya,

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN Devi Triana 1, Dr. Febrianti Lestari, S.Si 2, M.Si, Susiana, S.Pi, M.Si 3 Mahasiswa 1, Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Pulau Nusa Lembongan Nusa Lembongan merupakan salah satu dari tiga pulau di Kecamatan Nusa Penida dan pulau terbesar kedua setelah Pulau Nusa Penida. Letak Nusa

Lebih terperinci

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar Supriadi Mashoreng Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar E-mail : supriadi112@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Bintan merupakan salah satu bagian dari gugusan pulau yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.Wilayah administrasi gugus Pulau

Lebih terperinci

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Rene Ch. Kepel 1 dan Sandra Baulu 2 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Dini Arifa 1, Arief Pratomo 2, Muzahar 2 Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Umum Tumbuhan Lamun Menurut Azkab (2006), lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mampu hidup terbenam dalam air di lingkungan perairan dekat pantai. Secara taksonomi, lamun termasuk ke dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Pulau Pramuka terletak di Kepulauan Seribu yang secara administratif termasuk wilayah Jakarta Utara. Di Pulau Pramuka terdapat tiga ekosistem yaitu, ekosistem

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 5, Nomor 2, Oktober 2009 PENGAMATAN JENIS CACING LAOR (ANNELIDA, POLYCHAETA) DI PERAIRAN DESA LATUHALAT PULAU AMBON, DAN ASPEK REPRODUKSINYA STUDI EKOLOGI KOMUNITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Mofologi Lamun Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Sebaran Lamun Pemetaan sebaran lamun dihasilkan dari pengolahan data citra satelit menggunakan klasifikasi unsupervised dan klasifikasi Lyzenga. Klasifikasi tersebut

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang luas melebihi wilayah daratannya, kurang lebih 70 % wilayah Indonesia adalah laut. Luasnya laut

Lebih terperinci

Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah TRISMADES Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah TRISMADES Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah TRISMADES Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Novi Andriani Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN ABSTRAK

ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN ABSTRAK ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN Lisdawati Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, lisdawati471@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Citra 4.1.1 Koreksi Radiometrik dan Geometrik Penelitian ini menggunakan citra satelit ALOS AVNIR2 tahun 2007, 2009 dan 2010 di perairan Nusa Lembongan untuk

Lebih terperinci

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA 1 SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni

Lebih terperinci

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1.2 Siti Rahmi A.R. Nusi, 2 Abdul Hafidz Olii, dan 2 Syamsuddin 1 s.rahmi.nusi@gmail.com 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi padang lamun Untuk menghindari kesalahpahaman antara lamun dan rumput laut, berikut ini disajikan istilah tentang lamun, padang lamun, dan ekosistem lamun (Azkab,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Lamun 2.1.1 Ekosistem Padang Lamun Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang hidup

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J.

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J. Bimafika, 2012, 4, 447 452 PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI Prelly. M. J. Tuapattinaya Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Posisi Geografis dan Kondisi Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan

Lebih terperinci

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Kelurahan Penyengat Kota Tanjungpinang Adi Febriadi 1), Arief Pratomo, ST, M.Si 2) and Falmi Yandri, S.Pi, M.Si 2) ADI FEBRIADI Program Studi Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2009 dalam kawasan rehabilitasi PKSPL-IPB di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar

Lebih terperinci

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN Pendahuluan Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga dan berbuah yang tumbuh di dasar perairan pantai yang memiliki

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar

Lebih terperinci

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn: RESEARCH ARTICLE DOI: 10.13170/depik.6.2.6227 Keragaman, kerapatan dan penutupan lamun di perairan Pulau Biak, Papua The diversity, density, and covering area of seagrass in Biak Island waters, Papua Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan pemandangan indah dihiasi oleh jenis-jenis flora dan fauna yang unik serta beranekaragam, sehingga

Lebih terperinci

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA STUDI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI PULAU KEMUJAN, KEPULAUAN KARIMUN JAWA Oleh: BAYU ADHI PURWITO 26020115130110 DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisika dan Kimia Perairan Kondisi parameter fiskia-kimia perairan secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi segala bentuk kehidupan organisme perairan.

Lebih terperinci

ANALISA DIVERSITAS PADANG LAMUN PADA SATU STASIUN DI PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI

ANALISA DIVERSITAS PADANG LAMUN PADA SATU STASIUN DI PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI ANALSA DVERSTAS PADANG LAMUN PADA SATU STASUN D PANTA SANUR KOTA DENPASAR PROVNS BAL JUNAD Dosen di Fakultas Perikanan _ Universitas Gunug Rinjani Selong Lombok Timur e-mail. junling5@gmal.com ABSTRAK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago By Nova Andriadi 1), Syafril Nurdin 2), Efawani 2) ABSTRACT The research was done in January 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

JENIS DAN KERAPATAN PADANG LAMUN DI PANTAI SANUR BALI I Wayan Arthana Fakultas Pertanian Universitas Udayana

JENIS DAN KERAPATAN PADANG LAMUN DI PANTAI SANUR BALI I Wayan Arthana Fakultas Pertanian Universitas Udayana JENIS DAN KERAPATAN PADANG LAMUN DI PANTAI SANUR BALI I Wayan Arthana Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Penelitian tentang jenis dan kerapatan padang lamun di Pantai Sanur Bali telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisika Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi pengambilan data (Lampiran 2), didapatkan hasil seperti tercantum

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG Samsuar (1), Muzahar (2 ), Andi zulfikar (3) Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Maritime Raja Ali Haji,

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ekosistem mangrove di dunia saat ini diperkirakan tersisa 17 juta ha. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al, 1998), yaitu

Lebih terperinci

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (1) 20-24 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor. DAFTAR PUSTAKA 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut. 2006. Buku Tahunan. Bogor. 2. Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara. Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara Suhandoko 1, Winny Retna Melani 2, Dedy Kurniawan 3 suhandoko.2001@gmail.com Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT Anggi Permatasari 1), Moerfiah 1), dan Srie Rahayu 1) 1) Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1 BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Rudini, rudini1990@gmail.com Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH Arief Pratomo, ST, M.Si

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun ( Seagrass Deskripsi Lamun

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun ( Seagrass Deskripsi Lamun 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun (Seagrass) 2.1.1. Deskripsi Lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut (McKenzie & Yoshida 2009).

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamun Deskripsi lamun

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamun Deskripsi lamun 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamun 2.1.1 Deskripsi lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkunga laut; berpembuluh, berdaun, berimpang (rhizome), berakar,

Lebih terperinci

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL Oleh : Nurul Dhewani dan Suharsono Lokakarya Muatan Lokal, Seaworld, Jakarta, 30 Juni 2002 EKOSISTEM LAUT DANGKAL Hutan Bakau Padang Lamun Terumbu Karang 1 Hutan Mangrove/Bakau Kata

Lebih terperinci

Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan

Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Use Zone Capability in Seagrass Conservation Areas For Marine Tourism

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lamun Lamun (seagrass) merupakan bentangan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari klass angiospermae, tumbuhan air berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang Wilayah kepesisiran dihuni oleh berbagai organisme dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi. Wilayah tersebut merupakan suatu sistem sosioekologis yang dinamis dengan

Lebih terperinci

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vegetasi Lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan salinitas cukup tinggi.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

Percent cover standards

Percent cover standards Percent cover standards Reeftop Cymodocea/Halodule Percent cover standards Reeftop mixed Thalassia/Cymodocea/Enhalus KODE LAMUN SPESIES Ea Th Thalassia hemprichii Enhalus acoroides! daun sangat panjang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dan terletak pada iklim tropis memiliki jenis hutan yang beragam. Salah satu jenis hutan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, mor 1, Juni 2013 Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara 1.2 Meilan Yusuf, 2 Yuniarti Koniyo,

Lebih terperinci

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau. Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau By : Muhammad Yahya 1), Syafril Nurdin 2), Yuliati 3) Abstract A Study of density

Lebih terperinci

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), MEY 2015 ISSN:

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), MEY 2015 ISSN: STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN PANTAI DESA BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA SULAWESI UTARA (Community Structure of Seagrass in Coastal Waters of Bahoi Village, West

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1

Lebih terperinci

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. /Juni 06 (6-7) Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu Saiyaf Fakhri

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PANTAI SAKERA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PANTAI SAKERA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PANTAI SAKERA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN Marlina Yanti (1), Muzahar (2), Fadhliyah Idris (3) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci