Seminar Peningkatan Nilai ekonomis atas Tanah, Denpasar, Bali, 28 Agustus 2008 Senin, 19 Januari 2009

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Peningkatan Nilai ekonomis atas Tanah, Denpasar, Bali, 28 Agustus 2008 Senin, 19 Januari 2009"

Sudomo Hermanto
6 tahun lalu
Tontonan:

1 Seminar Peningkatan Nilai ekonomis atas Tanah, Denpasar, Bali, 28 Agustus 2008 Senin, 19 Januari 2009 Seminar Peningkatan Nilai Ekonomis atas Tanah Sebagai Upaya Penggerak Penyelesaian Masalah Pertanahan Sanur Paradise Plaza Hotel & Suites Denpasar - Bali 28 Agustus 2008 "Tanah Untuk Sebesar-besarnya Kemakmuran Rakyat" (Perspektif Filosofi dan Hukum Indonesia tentang Pemilikan dan Penguasaan Tanah dan Implementasinya) Oleh: Suparjo Sujadi, S.H, M.H. "Penanganan Pengaduan Pertanahan Berkaitan Dengan Hak Atas Tanah Serta

2 Pengadministrasian Sertifikat Tanah" Oleh: Ir. Horasman Sitanggang "Meningkatkan Nilai Ekonomi Tanah Untuk Rakyat" Oleh: DR. Romeo Rissal Pandjialam "Penyelesaian Masalah Pertanahan Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa Dengan Negosiasi dan Mediasi Didalam dan Diluar Lembaga Peradilan" Oleh: DR. John N. Palinggi, M.M., M.B.A

3 A. Kesimpulan Dalam rangka mendukung program pembaruan agraria nasional (land reform) yang merupakan upaya bersama seluruh komponen bangsa untuk menata kembali struktur pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat, maka peraturan mengenai pertanahan seyogyanya memihak pada kesejahteraan rakyat dan ketetapannya jelas, khususnya dalam implementasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria, Pasal 13 ayat (3), yang mengatakan bahwa membatasi kepemilikan tanah yang bersifat monopoli baik oleh perorangan, organisasi swasta maupun oleh pemerintah sendiri.

4 Kepemilikan tanah yang bersifat monopoli sering kali menimbulkan konflik atau sengketa yang bergantung pada proses hukum (peradilan). Konflik atau sengketa tersebut tidak hanya dapat diselesaikan melalui pengadilan namun juga dapat diselesaikan melalui prosedur mediasi di pengadilan maupun diluar pengadilan. Proses mediasi diharapkan dapat menyelesaikan perkara yang bersengketa secara lebih cepat, murah dan menguntungkan (win-win solution) antara pihak-pihak yang bersengketa. Dalam perwujudan pembaruan agraria (land reform) memerlukan waktu yang panjang dan tidak diketahui secara pasti, oleh karena itu upaya untuk memanfaatkan nilai ekonomis tanah perlu dikembangkan dengan suatu alternatif solusi yang pro kesejahteraan rakyat. Salah satu bentuk alternatif

5 tersebut adalah mencari cara-cara praktis untuk menjadikan tanah milik rakyat tanpa sertifikat, tanah negara yang kurang produktif, lahan tidur milik cukong atau pemerintah sebagai support system bagi rakyat untuk memperoleh modal usaha. B Saran 1. Undang-Undang Pokok Agraria perlu ditinjau kembali secara hati-hati dan diperlukan kebijakan yang jelas mengenai pembaruan agraria (land reform) baik secara substansial yang pro rakyat maupun konsistensi batas waktu dalam perwujudannya;

6 2. Alternatif penyelesaian sengketa dengan bantuan mediasi hendaknya disosialisasikan dalam masyarakat bahwa penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui suatu cara yang lebih cepat, murah dan saling menguntungkan pihak-pihak yang bersengketa, dan tidak hanya diselesaikan melalui jalur hukum; 3. Pemanfaatan nilai ekonomis tanah memerlukan keberanian dari para pengambil kebijakan untuk tidak menaruh ketergantungan terhadap status tanah, namun lebih menitikberatkan pada manfaat tanah bagi kesejahteraan rakyat.

7 4. Permasalahan tanah yang semakin berkembang membutuhkan penanganan yang lebih khusus dan memerlukan pemikiran dari berbagai pihak terkait, termasuk dari unsur swasta yang diharapkan mempunyai kesamaan pandang dalam mengatasi permasalahan tanah. Pemikiran tersebut dapat diakomodasi malalui seminar dengan tema khusus sebagai lanjutan dari seminar sebelumnya.

dokumen-dokumen yang mirip

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan