PERBANDINGAN PENGELOLAAN SAMPAH ANTARA PEMERINTAH DENGAN SWADAYA MASYARAKAT TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BALIKPAPAN SKRIPSI
|
|
- Liana Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBANDINGAN PENGELOLAAN SAMPAH ANTARA PEMERINTAH DENGAN SWADAYA MASYARAKAT TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BALIKPAPAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum Diajukan oleh: AHMAD JUARA PUTRA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2012
2 ABSTRAK Ahmad Juara Putra, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Perbandingan Pengelolaan Sampah Antara Pemerintah Dengan Swadaya Masyarakat Terhadap Pasar Tradisional Di Kota Balikpapan. Dibimbing oleh Ibu Dr. Rosmini, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak K. Wisnu Wardana S.H selaku Dosen Pembimbing II. Balikpapan merupakan salah satu kota di propinsi Kalimantan Timur yang berbentuk Kotamadya. Luas Kota Balikpapan adalah 503,03 KM² atau 5330,69 Ha. Yang terdiri dari permukiman, lahan pertanian, pelabuhan, kawasan industri dan lain-lain termasuk juga hutan lindung. Balikpapan merupakan Kota Perdagangan, Jasa, Industri, dan Pariwisata dengan motto madinatul iman harus mampu mempertahankan supremasi di bidang kebersihan sebagai andalan untuk daya tarik masyarakat berkunjung ke Balikpapan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang perbandingan pengelolaan sampah antara pemerintah dengan swadaya masyarakat terhadap pasar tradisional di Kota Balikpapan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris di mana mengkaji dikonsepkan sebagai perilaku nyata, sebagai gejala social yang bersifat tidak tertulis yang di alami setiap orang dalam hubungan masyarakat Hasil penelitian di lapangan, bahwa pasar buton mekarsari yang dikelola oleh swadaya masyarakat lebih baik pengelolaan sampahnya dibandingkan dengan pasar yang dikelola oleh pemerintah dikarenakan pedagang yang berjualan di pasar buton mekarsari lebih memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan di tempat mereka berjualan. Berbeda dengan pasar pandansari yang dikelola oleh pemerintah, di mana masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan lingkungan pasar. Kata Kunci : Perbandingan, Pengelolaan, Sampah, Pemerintah, Swadaya Masyarakat, Pasar Tradisional, Kota Balikpapan.
3 1. LATAR BELAKANG Balikpapan merupakan salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur yang berbentuk Kotamadya. Luas Kota Balikpapan adalah 503,03 KM² atau 5330,69 Ha. Yang terdiri dari permukiman, lahan pertanian, pelabuhan, kawasan industri dan lain-lain termasuk juga hutan lindung. Balikpapan merupakan Kota Perdagangan, Jasa, Industri, dan Pariwisata dengan motto madinatul iman harus mampu mempertahankan supremasi di bidang kebersihan sebagai andalan untuk daya tarik masyarakat berkunjung ke Balikpapan. Kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini membuat masyarakat di Kota Balikpapan mempunyai daya beli terhadap kebutuhan sehari-hari juga semakin meningkat, salah satunya tempat tersebut ialah pasar yang berada di Kota Balikpapan. Dalam hal ini penulis ingin membandingkan pengelolaan sampah antara pasar tradisional yang dikelola pemerintah dengan pasar tradisional yang dikelola melalui swadaya masyarakat. Jika di lihat dari segi infrastruktur dan tempat serta jumlah pedagang yang berjualan di pasar tersebut pasti menghasilkan jumlah volume sampah yang berbeda juga. Oleh karena itu perlu adanya partisipasi yang aktif dari berbagai pihak. Dari sejumlah pasar tradisional yang ada di Kota Balikpapan ada beberapa pasar yang langsung dikelola oleh pemerintah dan pasar tradisional yang juga langsung dikelola oleh swadaya masyarakat antara lain, Pasar Pandansari
4 Kecamatan Balikpapan Barat Kelurahan Margasari yang dikelola Pemerintah dan Pasar Buton Mekarsari Kecamatan Balikpapan Utara Kelurahan Batu Ampar yang dikelola oleh swadaya masyarakat yang penulis ambil samplenya di karenakan kedua pasar ini di nilai kurang tertata dan pengelolaan sampahnya belum maksimal sehingga banyak berhamburan di sembarang tempat. 1 Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang penulis teliti yaitu tentang bagaimana perbandingan pengelolaan sampah antara Pemerintah dengan Swadaya Masyarakat terhadap Pasar Tradisional di Kota Balikpapan serta kendala dan upaya yang dilakukan terhadap pengelolaan sampah antara Pemerintah dengan Swadaya Masyarakat terhadap Pasar Tradisional di Kota Balikpapan. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris yaitu mengkonsepsikan dan mengidetifikasikan perangkat hukum terhadap pengelolaan sampah antara pemerintah dengan swadaya masyarakat terhadap pasar di Kota Balikpapan. Lokasi Penelitian dilakukan di Dinas Pasar di Jalan RE. Martadinata Kelurahan Telaga Sari Kecamatan Balikpapan Selatan dan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di Jalan Ruhuy Rahayu Kelurahan Sepinggan Kecamatan Balikpapan Selatan, Pasar Pandansari Kecamatan Balikpapan Barat Kelurahan Margasari dan Pasar Buton Mekarsari Kecamatan Balikpapan Utara Kelurahan 1 di akses 1 April 2012, pukul 00:47
5 Batu Ampar. Dalam Melakukan Penelitian, penulis mempergunakan metode untuk mengumpulkan data adalah Penelitian Lapangan, yaitu pencarian data dengan melakukan wawancara yaitu memberikan beberapa pertanyaan langsung yang di pilih menjadi responden dalam penelitian. Analisa data yang dilakukan secara Analisa Kualitatif yaitu data yang diperoleh dari penelitian lapangan maupun dari penelitian kepustakaan dikelompokkan dan dipilih kemudian digabungkan dengan masalah yang akan diteliti menurut kualitas dan kebenaran sehingga akan menjawab permasalahan yang ada. Menurut Munadjat Danusaputro ahli hukum lingkungan dan Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Padjajaran dalam buku N.H.T Siahaan mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahtraan manusia dan jasad hidup lainnya. 2 Menurut pengertian yuridis, seperti yang diberikan oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 3 2 Siahaan N.H.T, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta, Halaman 4 3 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
6 Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurasan dan perusakan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan nyaman bagi seluruh rakyat. 4 Siti Sundari Rangkuti di dalam buku Supriadi menyatakan Hukum Lingkungan menyangkut penetapan nilai-nilai yang sedang berlaku dan nilainilai yang diharapkan di berlakukan di masa datang serta dapat di sebut hukum yang mengatur tatanan lingkungan hidup. Hukum Lingkungan adalah hukum yang mengatur hubungan timbal balik antara manusia dengan makhluk hidup lainnya yang apabila di langgar dapat di kenakan sanksi. Sanksi yang termuat dalam hukum lingkungan merupakan sanksi-sanksi yang telah di atur sebelumnya dalam hukum perdata, hukum pidana, serta hukum administrasi. 5 Swadaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti kekuatan sendiri atau kemampuan sendiri. Dengan demikian swadaya masyarakat dapat diartikan sebagai kekuatan masyarakat dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan lebih mengutamakan kemampuan dari diri masyarakat sendiri. Kekuatan yang ada dalam masyarakat sendiri seoptimal mungkin dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan bersama. 6 Beradarkan Pasal 1 angka 18 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pengurusan dan Pembinaan Pasar 4 Hamzah Andi, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta Halama 9 5 Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, Halaman Eprints.undip.ac.id/15435/1/Bowo_Adrianto.pdf
7 menyatakan Pasar Swadaya adalah Pasar yang didirikan oleh oleh masyarakat secara swadaya. 2. PEMBAHASAN Adapun persamaan dari pasar-pasar yang dikelola oleh pemerintah dengan pasar yang dikelola melalui swadaya masyarakat merupakan titik pantau penilaian penghargaan adipura dan seluruh pasar yang ada di Kota Balikpapan tetap dalam pengawasan dari Dinas Pasar Kota Balikpapan di mulai dari kebersihan, penghijauan, parit, lorong/gang, los atau petak, toilet, dan airnya harus lancar. 7 Perbedaan pengelolaan sampah pasar yang dikelola Pemerintah dengan yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Pembuangan Sampah Pasar a. Yang dikelola oleh Pemerintah 1) Sampah yang ada di lingkungan Pasar Pandasari dikumpulkan oleh petugas kebersihan dari Dinas Pasar Kota Balikpapan. 2) Sampah-sampah yang dikumpulkan kemudian di buang ke tempat pembuangan sementara Pasar Pandansari. 7 Wawancara dengan Bapak Raahu Kepala Bidang Ketentraman dan Kebersihan Dinas Pasar Kota Balikpapan tanggal 7 Juni 2012
8 3) Sampah yang ada di tempat pembuangan sementara tersebut kemudian diangkut oleh pihak swasta yang bekerja sama oleh Dinas Pasar Kota Balikpapan untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir manggar. b. Yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat 1) Sampah yang ada di lingkungan Pasar Buton Mekarsari dikumpulkan oleh pedagang pasar yang berjualan di pasar tersebut 2) Sampah-sampah tersebut langsung di buang oleh pedagang pasar ke tempat pembuangan sementara 3) Sampah yang ada di tempat pembuangan sementara tersebut kemudian diangkut oleh petugas dari Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan 2. Dari Segi Pengawasan a. Yang dikelola oleh Pemerintah 1) Dinas Pasar Kota Balikpapan adalah unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pembinaan dan pengelolaan pasar di Kota Balikpapan sesuai ketentuan dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pengurusan dan Pembinaan Pasar yang di mana Dinas Pasar
9 mempunyai tugas menyelenggarakan urusan perencanaan, pengaturan, pembinaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan pasar sesuai dengan uraian dan tugas dalam Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pengurusan dan Pembinaan Pasar. b. Yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat 1) Pengawasan di Pasar Buton Mekarsari juga di lakukan oleh Dinas Pasar Kota Balikpapan kemudian juga dilakukan oleh pengelola pasar yang mempunyai lahan tempat pedagang berjualan di pasar tersebut. 3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kebersihan a. Yang dikelola oleh Pemerintah 1) Sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti alat-alat penunjang kebersihan dan petugas kebersihan yang terbatas b. Yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat 1) Sarana dan prasarana kebersihan sebagian di bantu oleh Pemerintah yang kemudian dari hasil keuntungan bantuan tersebut dapat dipergunakan untuk kepentingan dari pasar swadaya masyarakat tersebut.
10 Dari hasil penelitian di lapangan, antara pasar yang dikelola oleh pemerintah dengan pasar yang dikelola oleh swadya masyarakat, penulis mendapatkan hasil penelitian di lapangan bahwa Pasar yang dikelola oleh Pemerintah yaitu Pasar Pandansari ditemukan masih banyaknya sampah yang berserakan di sekitar lingkungan pasar tempat pedagang melakukan aktifitas jual beli, masih kurang kesadaran para pedagang dalam hal kebersihan lingkungan pasar, dan masih ada saja pedagang liar yang berjualan di sembarang tempat, sedangkan pasar yang dikelola oleh swadaya masyarakat lebih baik pengelolaan kebersihan sampahnya dikarenakan kesadaran dari setiap pedagang untuk bertanggung jawab terhadap di lingkungan sekitar tempat mereka berjualan. Dalam proses pengelolaan sampah di pasar tradisional Kota Balikpapan tidak dipungkiri masih adanya kendala di dalam pelaksanaanya, kendala-kendala tersebut antara lain : 1. Kendala-kendala Dinas Pasar Kota Balikpapan Dinas Pasar Kota Balikpapan tidak lepas dari hambatan dan kendala yang ada, adapun kendala tersebut adalah sebagai berikut: 8 a. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai b. Permasalahan yang komplek dan rumit yang di hadapi oleh Dinas Pasar di lapangan terutama dalam hal penertiban pasar dan penertiban PKL atau Pedagang Kaki Lima. Balikpapan 8 Sumber Data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pasar Kota
11 c. Masih kurang sadarnya pedagang untuk memenuhi kewajiban untuk membayar retribusi terhadap kios atau los yang di tempatinya d. Dana oprasional yang masih kurang memadai, terutama untuk perbaikan kondisi pasar yang besih dan tertib. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Ketentraman dan Kebersihan Dinas Pasar Kota Balikpapan Bapak Raahu, beliau mengatakan bahwa kendala lainya yang terjadi di lapangan adalah apabila salah satu petugas kebersihan dalam kondisi tidak sehat maka akan menyebabkan kebersihan pasar menjadi kurang optimal dalam membersihkan lingkungan pasar lalu begitu juga dengan petugas pengangkut sampah yang di mana jika terlambat dalam pengangkutan sampah akan menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pasar dalam hal kebersihan sampah di Pasar Tradisional adalah mengupayakan pengangkutan sampah yang dilakukan pihak ke-3 atau Pemborong yang dimana diharapkan dapat lebih maksimal dalam pengangkutan sampah Kendala-kendala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan Untuk Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman turut serta mengangkut sampah hanya saja dari Tempat Pembuangan Sementara 9 Wawancara dengan Bapak Raahu Kepala Bidang Ketentraman dan kebersihan Dinas Pasar Kota Balikpapan, Tanggal 7 Juni 2012
12 sampai ke Tempat Pembuangan Akhir, Semua Pasar yang ada di Kota Balikpapan di angkut sampahnya oleh DKPP kecuali Pasar Sepinggan, Pasar Klandasan, dan Pasar Pandan Sari tidak di angkut oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman, karena ketiga pasar tersebut di angkut oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengan Dinas Pasar. Menurut Bapak Dwianto Ashari sebagai Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Persampahan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan Adapun kendala yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman adalah mengenai Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan yang kurang memadai sehingga menggangu aktifitas ataupun kinerja petugas DKPP dalam menjalankan tanggung jawabnya. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman untuk menindaklanjuti kendala tersebut adalah mengajukan permohonan bantuan armada fasilitas pengangkutan kebersihan kepada Pemerintah Kota Balikpapan untuk menambahkan fasilitas armada kebersihan Hasil wawancara dengan Bapak Ba as pedagang kelapa di Pasar Pandansari membenarkan bahwa untuk Pasar Pandansari untuk 10 Wawancara dengan Bapak Dwianto Ashari Kepala Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Persampahan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan, Tanggal 19 Juni 2012
13 sampahnya diangkut oleh pihak ketiga, namun untuk pasar yang berada di lokasi pertokan pasar pandan sari sampahnya di angkut oleh DKPP. Beliau juga mengatakan bahwa gedung pasar pandan sari yang diperuntukan untuk pedagang nyatanya tidak berjalan optimal dikarenakan masih banyaknya pedagang yang lebih memilih berjualan di pinggir jalan pertokan pasar pandan sari. 11 Kemudian Bapak Busro Petugas dari pihak ketiga yang mengangkut sampah dari Tempat Pembuangan Sementara juga membenarkan bahwa untuk pengangkutan sampah di pasar pandan sari dilakukan oleh pihak swasta, dan gedung pasar pandan sari sampai saat ini tidak berjalan maksimal, karena pedagang lebih memilh berjualan di lingkungan pertokoan pandansari menurut beliau ini di sebabkan Jangkauan yang lebih mudah dan biaya sewa yang tidak mahal Menurut Saudara Yusman petugas kebersihan penyapuan dari Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan mengatakan bahwa DKPP hanya mengangkut sampah yang berada`di Tempat Pembuangan Sementara Pasar Buton Mekarsari, untuk penyapuan dilakukan diluar lingkungan pasar buton mekarsari tepatnya dipinggirpinggir jalan, Saudara Yusman juga mengatakan bahwa pedagang juga 11 Wawancara dengan Bapak Baas Pedagang kelapa Pasar Pandansari Kota Balikpapan, Tanggal 16 Juni Wawancara dengan Bapak Busro Petugas Pengangkut Sampah di Pasar Pandansari. Tanggal 16 Juni 2012
14 turut serta membersihkan lingkungan Pasar Buton Mekarsari, karena selain Pemerintah mengawasi kebersihan pasar swadaya masyarakat, pengawasan juga dilakukan oleh pengelola pasar tersebut. 13 Berdasakan hasil penelitian di lapangan penulis mendapatkan bahwa sampah pasar yang ada di TPS pasar tidak seluruhnya di angkut oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan ke TPA Manggar. Karena ada beberapa pasar yang sampahnya di angkut oleh pihak ketiga melalui kerjasama dengan Dinas Pasar Kota Balikpapan. Untuk pasar yang sampahnya di angkut oleh pihak ketiga adalah pasar sepinggan, pasar klandasan, dan pasar pandan sari. Namun untuk pasar pandan sari yang penulis ambil sample sebagai lokasi penelitian bahwa sampah yang terdapat di pasar tersebut dari penyapuan sampai dengan pengumpulan dilakukan oleh petugas cleaning service dari Dinas Pasar Kota Balikpapan, sedangkan untuk pengangkutan sampah dari TPS pasar pandan sari sampai ke TPA Manggar di angkut oleh pihak ketiga atau pemborong. Untuk pasar yang berada di lingkungan pertokoan pasar pandan sari sampah-sampah tersebut di tangani oleh petugas dari Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman mulai dari penyapuan sampai dengan pengangkutan sampah. Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah mengatakan: 13 Wawancara dengan Saudara Yusman Petugas Penyapu Jalan DKPP di pasar Buton Mekarsari, Tanggal 18 Juni 2012
15 1. Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah. 2. Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan. Didalam Pasal tersebut memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pengelolaan sampah dapat dilakukan secara mitra, namun ketika praktekya di lapangan pun tidak memberikan hasil yang optimal, mestinya peranan pemerintah harusnya dapat mewujudkan tanggung jawab dan kewenangannya untuk bisa memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini berbeda dengan sampah yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat yang penulis ambil samplenya yaitu Pasar Buton Mekarsari untuk pengangkutan sampah dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman sedangkan petugas penyapuan dan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sampah dilakukan dari kesadaran pedagang yang berjualan di Pasar Buton Mekarsari.
16 Dari kedua pasar tersebut yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Kota Balikpapan yaitu Pasar Pandansari dan pengelolaannya yang dilakukan oleh Swadaya Masyarakat yaitu Pasar Buton Mekarsari, terlihat bahwa pasar yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat lebih baik kebersihan lingkungan pasarnya dibandingkan dengan Pasar Pandansari yang dikelola oleh Pemerintah. Meskipun Pasar Buton Mekarsari tidak sebesar Pasar Pandansari namun lingkungan pasar yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat lebih baik kebersihannya. Menurut analisa penulis bahwa Dinas Pasar kurang tegas dalam menangani pengelolaan sampah, karena dari kunjungan penelitian ke Pasar Pandansari faktanya ditemukan masih banyaknya sampah yang berserakan disekitar lingkungan pasar tempat pedagang melakukan aktifitas jual beli. Masih kurang kesadaran para pedagang dalam hal kebersihan lingkungan pasar, karena masih ada saja pedagang yang berjualan di sembarang tempat, seperti tempat parkiran motor, areal masuk pasar. Bapak baas juga mengatakan kondisi pasar yang kurang bersih pada saat pasca penilaian adipura, ketika akan mendekati penilaian penghargaan adipura, seluruh pasar dibersihkan secara massal baik itu dari petugas dinas Pasar, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman, Satpol PP, Sampai petugas kepolisian pun diturunkan untuk membantu membersihkan serta
17 mengamankan kegiatan pembersihan lingkungan pasar. Namun setelah penilaian adipura berakhir kondisi pasar akan kembali kurang bersih. Meskipun aturan telah ada yang mengatur tentang kewajiban setiap orang untuk turut serta membersihkan lingkungan sekitarnya terhadap aktifitas yang dilakukan, namun tanpa adanya tindakan yang tegas dari aparat ataupun instansi yang terkait, maka tentunya tidak akan berjalan efektif aturan tersebut, seperti yang tertuang di dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 10 Tahun 2004 Pengelolaan Persampahan menyebutkan Setiap orang atau Badan yang menguasai atau mengelola dan atau menempati suatu kompleks perumahan, perkantoran, pertokoan, perpasaran dan bangunan lain yang sejenis wajib membersihkan jalan, saluran-saluran, taman dan jalur hijau yang ada dilingkungannya dari sampah. Dinas Pasar juga kurang tegas dalam memaksimalkan pemanfataan fasilitas gedung pasar pandansari yang telah dibangun dan disediakan untuk para pedagang, karena bangunan yang di buat sebanyak tiga lantai tersebut, sangat sedikit sekali di tempati oleh pedagang, para pedagang lebih memilih berjualan di pinggir-pinggir pertokoan eks pasar pandansari, sehingga gedung tersebut masih banyak yang kosong hal ini disebabkan karena ongkos biaya sewa yang mahal dan banyak pedagang yang berjualan di luar yang membuat pedagang yang berjualan di dalam gedung pasar pandansari tidak mendapatkan laba. Akibat dari pedagang yang berjulalan di luar pasar
18 pandansari menyebabkan semakin tidak terkontrolnya kebersihan sampah, Semestinya pemanfataan fasilitas gedung pasar pandansari yang telah berdiri harus dimaksimalkan untuk para pedagang, dan pedagang yang berjualan diareal pinggir-pinggir pasar yang tidak mendapatkan izin ditertibkan sehingga kondisi pasar lebih tertib, bersih dan nyaman. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2000 Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 6 Tahun 2002 Tentang Pengurusan dan Pembinaan pasar bahwa Setiap orang atau badan yang ingin memperoleh hak sewa tempat berjualan di pasar mengajukan permohonan tertulis kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk. Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengurusan dan pembinaan pasar tersebut semestinya menjadi landasan bahwa pedagangpedagang liar yang berdagang di luar tanpa memperoleh izin dari pejabat terkait harus di tindak tegas, karena berdasarkan dari penelitian di lapangan penulis melihat masih adanya pedagang yang nekat berjualan di pinggirpinggir jalan. 3. KESIMPULAN Beradasarkan Penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan; 1. Perbandingan pengelolaan sampah antara pemerintah dengan swadaya masyarakat terhadap pasar tradisional di kota Balikpapan, Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa Pasar yang dikelola oleh pemerintah
19 kebersihan sampahnya di lingkungan pasar tidak maksimal dalam penanganan pengelolaan kebersihan sampah hal ini disebabkan karena pemerintah yang kurang tegas dalam menertibkan pedagang-pedagang liar, kurangnya petugas kebersihan yang membersihkan lingkungan pasar serta kurang kesadaran dan tanggung jawab para pedagang terhadap kebersihan lingkungan pasar, berbeda dengan Pasar yang dikelola oleh Swadaya Masyarakat yang pengelolaan kebersihan sampahnya lebih baik di karenakan adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab dari setiap pedagang pasar untuk membersihkan lingkungan tempat mereka berjualan. 2. Kendala dan upaya terhadap pengelolaan sampah antara pemerintah dengan swadaya masyarakat terhadap pasar tradisional di Kota Balikpapan; kendala-kendala terhadap pasar tradisional yang dikelola pemerintah yaitu sarana prasarana yang kurang memadai, penertiban pedagang kaki lima, kurangnya kesadaaran pedagang untuk membayar retribusi, dana oprasional yang kurang memadai untuk perbaikan kondisi pasar yang bersih dan tertib,kurangnya armada fasilitas pengangkutan kebersihan dan petugas kebersihan di pasar. Untuk di pasar swadaya masyarakat kendala untuk masalah pengelolaan kebersihan sampahnya tidak ada karena dari hasil penelitian di lapangan dalam pengelolaan kebersihan sampahnya lebih baik di karenakan pedagang di pasar
20 swadaya masyarakat tersebut lebih memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk membersihkan tempat mereka berdagang. Upaya terhadap pengelolaan sampah antara pemerintah dengan swadaya masyarakat terhadap pasar tradisional di Kota antara lain : Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pasar dan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman dalam hal pengelolaan kebersihan sampah di Pasar Tradisional adalah mengupayakan pengangkutan sampah yang dilakukan swasta agar lebih maksimal, mengajukan permohonan bantuan armada fasilitas pengangkutan kebersihan kepada Pemerintah Kota Balikpapan untuk menambahkan fasilitas armada kebersihan.
BAB I PENDAHULUAN. tercapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia tersebut yang tercantum didalam. UUD 1945 dan rencana pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada dasarnya diupayakan untuk menciptakan masyarakat madani yang berperadaban modern, adil dan makmur. Oleh karena itu perlu adanya komitmen
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG KEBERSIHAN KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a.
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa pasar merupakan salah satu
Lebih terperinciWALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPasal 1 ayat (31) undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun tentang Penataan Ruang, menyebut ruang terbuka hijau adalah adalah area
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SAMARINDA (STUDI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SAMARINDA) ABSTRAK Arief Mulia Inal Zairi 07.1001.5249
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa pedagang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,
PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Keputusan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TATA KOTA, PERTAMANAN, DAN PEMAKAMAN KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,
LEMBARAN DAERAH KOTA PALOPO TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Sebagaimana diuraikan pada pasal 3 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang,
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011. TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI
Lebih terperinciWALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS KAWASAN PERUMAHAN, KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA, SERTA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi
Lebih terperincid. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
. WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan perkembangan daerah dan meningkatnya
Lebih terperinciBUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN
- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN SERTA PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Sejarah Berdirinya Pasar Simpang Baru. pekanbaru. Pasar ini sudah ada sejak dahulu ketika wilayah tersebut masih masuk
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Sejarah Berdirinya Pasar Simpang Baru. Pasar simpang baru terletak di jalan H.R. Subrantas / jalan pekanbaru- Bangkinang yang masuk dalam wilayah Kelurahan Tuah Karya, kecamatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 10 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI JALAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,
PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian telah memacu timbulnya keanekaragaman
Lebih terperinciFENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN
FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN (Studi Kasus: Pengelolaan Persampahan di Perumnas Pucang Gading, Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh: L. VENARIO AGIASTO L2D
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG BARAT Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA
21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
S A L I N A N NOMOR : 3/E 2004 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciImplementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sempaja Utara Dan Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda Ghea Puspita Sari 1, Aji Ratna Kusuma 2, Rita Kalalinggi
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANUWATA ALA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH Menimbang : a. bahwa masalah kebersihan dan keindahan
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
1 jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian telah memacu timbulnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 137 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 137 No. 31, 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG
BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciberkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA, Menimbang : a. bahwa pedagang kaki lima sebagai
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciBAB II PELAYANAN SKPD
BAB II PELAYANAN SKPD 2.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi 2.1.1. Tugas Pokok Tembalang mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian
Lebih terperinciB A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap
1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. b. bahwaa kegiatan usaha
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 758 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciSISKA MONIKA. Universitas Mulawarman.
ejournal Ilmu Administrasi, 2013, 1 (4): 1348-1361 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2013 STUDI TENTANG PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM MENANGANAI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan tentang Penataan Ruang di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinci7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pertumbuhan perumahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEMAKAMAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa kegiatan
Lebih terperinci-2- Dengan Persetujuan
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 9 TAHUN 211 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu
Lebih terperinciPERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 02 TAHUN 2014
PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,
BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang a. bahwa dalam rangka menumbuh kembangkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa penataan organisasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang
Lebih terperinciJURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014
JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA
Lebih terperincikesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.
RINGKASAN Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Program Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) di Kota Pekanbaru. (Studi Kasus di Kecamatan Tampan) (Peneliti : Sofia Achnes, Lena Farida, Mariati Ibrahim)
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci