Dosen Fakultas Hukum USI

Transkripsi

1 Dampak Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Atas Setiap Transaksi Jual Beli Perumahan Elpina Tanjung Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu jenis pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada Pemerintah Pusat. Pada saat sekarang ini,pemerintah pusat melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di setiap kabupaten/kota, melakukan pemungutan PPN atas setiap transaksi jual-beli perumahan, sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga rumah. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat juridis empiris, dimana dalam penelitian ini dikaji mengenai dampak pemungutan PPN atas setiap transaksi jual-beli perumahan Kata kunci: Dampak, PPN, Perumahan. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara hukum (recht staat), dan bukan merupakan negara kekuasaan (macht staat). Hal tersebut dapat ditegaskan berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menentukan bahwa: negara Indonesia adalah negara hukum. Indonesia sebagai negara hukum, memiliki tujuan sebagaimana yang telah ditentukan pada Pembukaan UUD 1945 Alinea ke IV. Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan dari bangsa Indonesia. Guna memajukan kesejahteraan umum, maka pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya, berhasilnya pembangunan tergantung dari partisipasi rakyat yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat 1). Untuk membiayai pelaksanaan program pembangunan yang telah dicanangkan pemerintah, tentunya dibutuhkan biaya yang besar. Salah satu sumber pendapatan pemerintah yang telah memberikan kontribusi besar bagi pelaksanaan pembangu- 1 ) F.X., Djumialdi, Perjanjian Pemborongan, Bina Aksara, Jakarta, 1987, Hal

2 Dampak Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Atas Setiap Transaksi Jual Beli...Elpina Tanjung nan adalah bersumber dari sektor pajak. Pajak dipungut oleh pemerintah dari masyarakat. Untuk itu, maka peran serta aktif dari warga masyarakat sebagai Wajib Pajak (WP) dalam melakukan pembayaran pajak tentunya merupakan kunci utama bagi pemerintah untuk melaksanakan berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan. 2) Dasar hukum secara konstitusional dari pemungutan pajak di Indonesia adalah Pasal 23 A UUD ) Pajak yang dipungut pemerintah memiliki banyak jenis. Salah satu dari jenis pajak tersebut adalah PPN, yang legalitas pemungutannya diatur Pemerintah dalam Undangundang Nomor 42 Tahun 2009 ten- 2 ) Pada Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUTCP) ditentukan bahwa: Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 3 ) Seiring dengan perkembangan era reformasi, para wakil rakyat yang duduk di parlemen membuat amandemen terhadap pasal-pasal yang ada dalam UUD Kaitannya dalam pemungutan pajak, yang menjadi dasar konstitusional bagi negara dalam melakukan pemungutan pajak adalah ketentuan Pasal 23 A UUD 1945, yang menentukan bahwa: Pajak dan pemungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. tang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN). PPN dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Pasal 4 ayat (1) UU PPN, menentukan bahwa : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha b. Impor barang kena pajak c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; f. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak g. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak h. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi umat manusia yang telah ada, seiring dengan keberadaan manusia itu sendiri. 46

3 Jurnal Elektronik DADING-Vol. 1 No.1 Tahun 2014 ISSN Rumah telah menjadi sarana bagi manusia guna melakukan berbagai macam aktivitas hidup dan sarana untuk memberikan perlindungan utama terhadap adanya berbagai gangguan eksternal, baik terhadap kondisi iklim, maupun terhadap gangguan lainnya. Konsep rumah juga telah mengalami pergeseran, tidak hanya sebagai kebutuhan dasar saja, ataupun sebagai media yang memberikan perlindungan, namun telah menjadi gaya hidup, memberikan kenyamanan dan menunjukkan karakteristik atau jati diri, yang merupakan salah satu pola pengembangan diri serta sarana pribadi, sebagaimana dibutuhkan pada masyarakat global. Mengenai rumah telah diatur pemerintah dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 4) Penerbitan UU PKP, merupakan tindak lanjut dari ketentuan Pasal 28 4 ) Lihat Pasal 1 ayat (1) UU PKP, yang menentukan bahwa: Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. H ayat (1) UUD 1945, yang menentukan bahwa: setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan maraknya kegiatan pembangunan perumahan pada saat sekarang ini di berbagai kabupaten/ kota, maka dalam rangka mencapai peningkatan hasil pemungutan PPN untuk devisa negara, KPP di setiap kabupaten/kota mulai mengarahkan perhatian pada bidang perumahan. Pemungutan PPN didasarkan pada adanya penyerahan BKP berupa rumah, atas setiap transaksi jualbeli. 5) Adanya pemungutan PPN yang begitu besar tersebut, tentunya jelas akan menimbulkan dampak. 5 ) Jual-beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Pasal 1457 KUH Perdata, menentukan bahwa: Perjanjian jual-beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik, dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lain (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang sendiri atas uang sebagai imbalan dari peralihan hak milik tersebut. 47

4 Dampak Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Atas Setiap Transaksi Jual Beli...Elpina Tanjung PEMBAHASAN Dalam sistem perpajakan modern, pelaksanaan perpajakan harus dilakukan secara integral dan menyeluruh, administrasi pajak harus efisien dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu tidak menyulitkan Pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam melakukan pemungutan pajak, serta adanya kemudahan bagi WP dalam memenuhi kewajibannya. Fritz Neumark sebagaimana dikutip oleh Safri Narmantu, mengemukakan pandangannya mengenai kemudahan sistem perpajakan dan menyebutnya sebagai ease of administration and compliance, sebagai berikut: 1. The requirement of clarity, yaitu dalam proses pemungutan pajak terdapat kejelasan, antara lain menyangkut kejelasan mengenai subjek, objek, tarif, kapan pajak harus dibayar, dimana harus dibayar, hak-hak Wajib Pajak, sanksi hokum bagi Wajib Pajak maupun bagi Pejabat Pajak; 2. The requirement of continuity, yaitu menyangkut perlunya kesinambungan kebijaksanaan, atau peraturan yang dijadikan landasan dalam bidang perpajakan; 3. The requirement of economy, yaitu menghendaki agar organisasi dan administrasi pajak (fiskus) dilaksanakan seefisien mungkin, karena biaya dan tenaga yang dikorbankan untuk pemungutan pajak harus seimbang; 4. The requirement of convenience, yaitu dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya Wajib Pajak merasa senang dan tidak tertekan. 6) Pandangan lain mengenai hal ini dikemukakan oleh Adam Smith dalam teorinya yang terkenal dengan The Four Maxims, yang menentukan bahwa agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan dan perlawanan, maka diperlukan asas dalam pemungutan pajak, sebagai berikut : 1. Equality. Asas ini menyatakan bahwa setiap subjek pajak samasama berkewajiban untuk membayar pajak sesuai kemampuan yang seimbang dengan penghasilan yang dimilikinya. Dalam asas ini terkandung maksud 6 ) Syofrin Syofyan, dan Ashar Hidayat, Hukum Pajak dan Permasalahannya, Refika Aditama, Bandung, 2002, Hal

5 Jurnal Elektronik DADING-Vol. 1 No.1 Tahun 2014 ISSN adanya larangan perlakuan diskriminatif; 2. Certainty. Pajak yang dibayar oleh seseorang harus terang, jelas (certain) dan tidak mengenal adanya kompromi (not arbitraty). Dalam kaitan dengan asas ini, maka undang-undang perpajakan tidak boleh mengandung kemungkinan adanya penafsiran ganda (ambigius); 3. Convenience of payment. Dalam pelaksanaan pembayaran pajak, maka pajak yang akan dipungut oleh petugas pajak hendaknya dapat dilakukan pada saat yang tepat bagi para Wajib Pajak. Mengenai kapan Wajib Pajak memiliki uang, sehingga mampu untuk membayar pajak sesuai kewajibannya masing-masing Wajib Pajak tidaklah sama; 4. Economy. Pemungutan pajak hendaknya dilakukan dengan prinsip sehemat-hematnya (efisien), jangan sampai pemungutan pajak melebihi pemasukan pajaknya. 7) Peraturan perundang-undangan dalam bidang perpajakan harus memenuhi 2 (dua) syarat agar dapat 7 ) Jamal Wiwoho, dan Lulik Djatikumoro, Dasar-dasar Penyelesaian Sengketa Pajak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, Hal. 5. dikatakan sebagai hukum pajak yang baik, sebagai berikut : 1. Harus mengandung syarat materiil yang memuat norma-norma yang menerangkan objek, subjek, dan tarif 2. Harus mengandung syarat formil yang memuat bentuk, atau tata cara untuk mewujudkan, dan menegakkan hukum materiil menjadi kenyataan. Dalam UU PPN, telah ditentukan mengenai besaran PPN yang dipungut. Pada Pasal 7 UU PPN, ditentukan bahwa: 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen); 2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% diterapkan atas : (a) kspor barang kena pajak berwujud; (b) ekspor barang kena pajak tidak berwujud; dan (c) ekspor jasa kena pajak. 3. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU PPN di atas, jelaslah bah- 49

6 Dampak Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Atas Setiap Transaksi Jual Beli...Elpina Tanjung wa atas setiap transaksi jual-beli rumah, pemerintah melalui KPP yang ada di setiap kabupaten/kota melakukan pemungutan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga rumah. Adanya pemungutan PPN yang begitu besar tersebut, tentunya jelas akan menimbulkan dampak. Rosmayanti Damanik, dalam penelitiannya menegaskan bahwa dampak pemungutan PPN atas setiap transaksi jual-beli perumahan, sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah : (a) mengurangi jumlah pendapatan negara dari PPN; (b) menghambat pelaksanaan berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan, karena kekurangan dana untuk pembiayaan pembangunan. 2. Bagi PKP pada bidang perumahan : (a) mengurangi jumlah keuntungan; (b) PKP menghentikan kegiatan bisnisnya pada bidang perumahan. 3. Bagi masyarakat : (a) harga rumah menjadi lebih mahal karena PKP pada bidang perumahan membebankan PPN kepada warga masyarakat yang menjadi pembeli; (b) meningkatkan jumlah pengangguran, yang pada akhirnya meningkatkan angka kriminalitas dalam kehidupan masyarakat. 8 ) Berdasarkan pendapat Rosmayanti Damanik di atas, dapat ditegaskan bahwa dampak pemungutan PPN atas setiap transaksi jual-beli perumahan, sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah : (a) mengurangi jumlah pendapatan pemerintah untuk devisa negara dari PPN; (b) menghambat pelaksanaan berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan Pemerintah, karena adanya kekurangan dana dari hasil pemungutan PPN, yang akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan. 2. Bagi pengusaha kena pajak (PKP) pada bidang perumahan : (a) mengurangi jumlah keuntungan PKP pada bidang perumahan; (b) dapat menghentikan kegiatan bisnis PKP pada bidang perumahan. 3. Bagi masyarakat : (a) harga rumah menjadi lebih mahal karena PKP pada bidang perumahan membebankan PPN kepada 8 ) Rosmayanti Damanik, Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak Pada Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Untuk Menambah Pendapatan Negara, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Simalungun, Pematangsiantar, 2012, Hal

7 Jurnal Elektronik DADING-Vol. 1 No.1 Tahun 2014 ISSN warga masyarakat yang menjadi pembeli; (b) meningkatkan jumlah pengangguran, yang pada akhirnya meningkatkan angka kriminalitas dalam kehidupan masyarakat. PENUTUP Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU PPN, atas setiap transaksi jual-beli rumah, Pemerintah melalui KKPP yang ada di setiap kabupaten/ kota melakukan pemungutan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga rumah. Adanya pemungutan PPN yang begitu besar tersebut, menimbulkan dampak. PUSTAKA Djumialdi, F.X Perjanjian Pemborongan. Jakarta : Bina Aksara.. Syofyan, Syofrin, dan Ashar Hidayat Hukum Pajak dan Permasalahannya. Bandung : Refika Aditama. Wiwoho, Jamal, dan Lulik Djatikumoro Dasardasar Penyelesaian Sengketa Pajak. Bandung : Citra Aditya Bakti.. Damanik, Rosmayanti Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak Pada Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Untuk Menambah Pendapatan Negara, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Simalungun. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 51