BAB I PENDAHULUAN. Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam"

Transkripsi

1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam percaturan politik dunia. Timur Tengah telah diakui sebagai kekuatan politik, ekonomi, dan militer. Timur Tengah juga memiliki potensi perekonomian yang besar terutama minyak, seperti yang diketahui minyak merupakan bahan bakar utama dan bahan mentah yang sangat diperlukan dalam peradaban industrial kontemporer. 1 Oleh karena itu, potensi tersebut menjadi pusat perhatian negara-negara Barat untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Negara-negara Barat menempatkan posisinya untuk saling memperluas pengaruh di wilayah ini. Namun, Timur Tengah sangat rentan dengan konflik karena wilayah ini bukanlah suatu kesatuan yang bulat, melainkan terdiri dari berbagai negara yang kerap kali berselisih satu sama lain baik perbedaan identitas maupun perbedaan sikap terhadap negara-negara Barat. 2 Kondisi ini juga disebabkan adanya keterlibatan pihak asing yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Terbukti bahwa banyaknya keterlibatan pihak asing dalam berbagai konflik di Timur Tengah, seperti konflik di Iran, Suriah, dan Mesir. Situasi ini dijadikan titik celah bagi negara-negara Barat untuk memanfaatkan wilayah ini. Saat ini, Timur Tengah sedang dilanda gejolak Arab Spring. Gejolak ini menimbulkan sebagian pemimpin turun dari kekuasaan dikarenakan kedikatorannya. Sistem pemerintah yang otoriter telah membendung kebebasan rakyat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan dan ketidakpuasan 1

2 dari mereka. Situasi tersebut bersamaan dengan adanya gejolak Arab Spring sehingga peristiwa ini dijadikan momentum yang tepat bagi rakyat untuk menggulingkan para pemimpinnya. Penggulingan tidak hanya dilakukan oleh warga sipil, melainkan didukung oleh pihak asing. Berkaitan dengan itu, ketika rakyat menginginkan negaranya menjadi demokrasi, apakah negara tersebut dapat lebih sejahtera ataupun sebaliknya?. Demokrasi tidak hanya berdasarkan pada kebebasan melainkan kesepahaman dari berbagai pendapat dalam membentuk suatu kesepakatan bersama. Faktanya, gejolak Arab Spring tidak hanya karena keinginan rakyat untuk dapat hidup lebih sejahtera, melainkan adanya kepentingan dari pihak-pihak tertentu. Revolusi yang terjadi masa Hosni Mubarak tidak terlepas dari gelombang Arab Spring di Tunisia. Gelombang Arab Spring yang bermula terjadi di Tunisia telah menjalar sampai ke Mesir. Protes rakyat Tunisa telah mengakhiri kekuasaan Presiden Zine El Abidine Ben Ali sebagai Presiden yang otoriter dan korup. Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang telah berkuasa sejak tahun 1978, akhirnya berhasil digulingkan oleh rakyatnya sendiri. 3 Kondisi ini menjadi acuan bagi rakyat Mesir untuk menumbangkan Husni Mubarak (Hosni Mubarak) yang telah berkuasa selama 30 tahun. Kudeta tersebut akhirnya membuat negara-negara di Timur Tengah menjadi goyah dikarenakan Mesir secara tradisional menjadi poros dunia Arab. Sehingga ketika pusatnya goyah, maka daerah pinggiran pun akan ikut goyah. Pada masa kepemimpinan Raja Farouk I, Mesir telah melakukan revolusi pada 23 Juli 1952 dengan menggantikan sistem Kerajaan menjadi Republik. 4 2

3 Sistem pemerintahan Mesir secara berturut-turut dikuasai oleh pihak militer dari masa kepemimpinan Jenderal Muhammad Naguib, Jenderal Gamal Abdel Nasser, Jenderal Anwar Sadat, dan Jenderal Hosni Mubarak. 5 Mereka memimpin Mesir dengan sistem pemerintahan yang sentralistik dan pemusatan kekuasaan berada pada tangan kepala negara 6. Pemerintahan yang sentralistik dan otoriter membuat rakyat Mesir lebih memilih untuk mendirikan negara demokrasi. Pada 11 Februari 2011, Hosni Mubarak yang berusia 83 tahun mundur dari jabatan Presiden Mesir dan kekuasaan dikendalikan oleh Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (Supreme Council of the Armed Force/ SCAF). 7 Penggulingan yang berlangsung dengan demonstrasi besar-besaran oleh rakyat di Kairo dan beberapa kota lain selama 18 hari, akhirnya berhasil mengulingkan Hosni Mubarak. Setelah penggulingan Hosni Mubarak, Mesir memulai transisi demokrasi dengan dilaksanakannya pemilu yang paling demokratis di Mesir. Hasil pemilihan umum dimenangkan oleh Muhammad Mursi (Mohamed Morsi) dengan meraih 51,73% suara. 8 Muhammad Mursi merupakan calon Presiden dari Partai Kebebasan dan Keadilan (Hizbul Hurriyah wal Adalah) yang termasuk partai bentukan dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Meskipun demikian, pemilihan presiden telah dilakukan secara demokratis tetap menimbulkan konflik ketika Muhammad Mursi menerapkan Dekrit Presiden 22 November 2012 yang sampai akhirnya terlaksana referendum rancangan konstitusi. 9 Sejak terbitnya dekrit hingga pelaksanaan referendum pada tanggal 15 Desember 2012, berbagai peristiwa telah terjadi di Mesir. Gejolak demonstran kerap terjadi di Mesir, bahkan menimbulkan banyak 3

4 korban dari warga sipil. Selain itu, kondisi ini telah membentuk rakyat Mesir menjadi dua kubu yaitu: kelompok pendukung dan penentang Muhammad Mursi. Pembentukan kubu-kubu juga dikaitkan antara agama versus liberalsekuler karena masyarakat menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh Muhammad Mursi merupakan sebuah pengingkaran terhadap semangat revolusi. Gejolak ini memancing pihak militer untuk bertindak tegas terhadap Muhammad Mursi karena mereka menganggap bahwa dekrit hanya untuk kepentingan Muhammad Mursi. Selanjutnya, militer melakukan aksinya dengan mengeluarkan ulitimatum 48 jam pada 1 Juli 2013 yang dibacakan oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fattah el-sisi dengan alasan untuk menyelamatkan negara dari krisis politik. 10 Pada tanggal 3 Juli 2013, militer berhasil menyingkirkan Muhammad Mursi dan menahannya. Kudeta militer yang terjadi di Mesir telah menjadi pusat perhatian bagi masyarakat Internasional dengan berbagai macam reaksi. Negara Arab Saudi dan Perancis mendukung Abdel Fattah el-sisi dengan memberikan kesempatan konsep peta jalan penyelesaian krisis di Mesir. Sebaliknya, Inggris tidak mendukung penggulingan Muhammad Mursi. Faktanya, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menegaskan ketidaksetujuan penggunaan intervensi militer dalam persoalan demokrasi dan sengketa politik. 11 Berkaitan dengan itu, Amerika Serikat seakan tidak tegas dengan kudeta militer di Mesir. Melihat bahwa Mesir merupakan salah satu sekutu terdekat dan terpenting Amerika Serikat di Timur Tengah. Mesir sebagai pilar kedua 4

5 Amerika Serikat di Timur Tengah setelah tumbangnya Shah Iran. Sejak zamannya Anwar Sadat yang dilanjutkan oleh Presiden Husni Mubarak, Mesir telah menjadi sekutu strategis Amerika Serikat. 12 Sebelumnya, Amerika Serikat memiliki peran terhadap demokratisasi di Mesir. Amerika Serikat memberikan dukungan terhadap pihak oposisi ketika Hosni Mubarak dilengserkan untuk mendirikan negara demokrasi. Amerika Serikat juga turut mendukung pelaksanaan pemilihan umum di Mesir. Terbukti bahwa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang diwakili oleh Hillary Clinton pertama kali hadir di Mesir setelah Muhammad Mursi dilantik untuk mendiskusikan kelanjutan hubungan bilateral Amerika Serikat dan Mesir, serta perjanjian damai Israel dan Mesir. 13 Namun, ketika terjadi kudeta militer terhadap Muhammad Mursi, Amerika Serikat tidak mengakui bahwa penggulingan tersebut merupakan sebuah kudeta. Amerika Serikat tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan luar negerinya sebagai negara pejuang demokrasi di seluruh penjuru dunia. Amerika Serikat tidak bertindak tegas kepada militer yang telah merobohkan demokrasi. Faktanya, Muhammad Mursi secara sah terpilih sebagai Presiden dalam pemilihan umum yang demokratis. Kudeta militer juga menyebabkan banyaknya korban dari warga sipil karena telah melakukan tindakan kekerasan dalam menghadapi para demonstran. Kudeta militer tidak hanya ilegal dan melecehkan demokrasi melainkan telah melanggar Hak Asasi Manusia. 14 Menurut Kementerian Kesehatan Mesir, menyatakan bahwa jumlah korban yang tewas sebanyak 525 orang dan orang mengalami cedera. 15 Banyak dari mereka dibunuh oleh pasukan keamanan Mesir dengan menggunakan 5

6 kekuatan senjata mematikan yang dilarang penggunaanya dalam membubarkan unjuk rasa. 16 Namun, Amerika Serikat seakan tidak tegas dengan aksi yang dilakukan oleh militer Mesir. Tindakan Amerika Serikat dianggap tidak konsisten dengan makna demokrasi itu sendiri. Padahal Amerika Serikat sebagai pejuang demokrasi yang sangat menekankan penerapan hak asasi manusia dan perdamaian. Oleh karena itu, sikap Amerika Serikat seakan mengabaikan peristiwa tersebut. Berkaitan dengan sikap Amerika Serikat yang tidak konsisten terhadap kudeta militer di Mesir, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih jauh tentang bagaimana terjadinya konflik internal dalam kudeta militer di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Melihat bahwa Amerika Serikat merupakan negara yang mempromosikan demokrasi dan mengecam segala bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam dunia internasional. B. Rumusan Masalah Fokus masalah yang akan diteliti pada penulisan skripsi ini ialah tentang konfllik internal dalam kudeta militer di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Permasalahan inilah yang akan menjadi pertanyaan besar ketika Amerika Serikat merupakan negara pejuang demokrasi. Permasalahan ini juga yang akan menjabarkan kepentingan Amerika Serikat dibalik sikap standar gandanya dalam kudeta militer di Mesir. Maka dari itu, rumusan masalah dalam penelitian commit ini adalah: to user 6

7 Bagaimana terjadinya konflik internal dalam kudeta di Mesir dan kaitannya dengan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi? C. Tujuan Penelitian: Selaras dengan apa yang menjadi fokus penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara umum memberikan gambaran tentang bagaimana konflik internal dalam kudeta militer di Mesir. 2. Mengetahui sikap Amerika Serikat terhadap kudeta militer di Mesir dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait dengan demokrasi dan penegakan HAM. 3. Mengetahui alasan Amerika Serikat berstandar ganda dalam kudeta militer di Mesir. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain: 1. Memperkaya khazanah bagi pengembangan keilmuan serta wawasan bagi para akademisi, intelektual, dan praktisi dalam memahami fenomena penting tentang konflik internal dan sikap Amerika Serikat dalam kudeta militer di Mesir. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan terkait sikap Amerika Serikat dalam mencampuri masalah internal perpolitikan di Mesir sehingga dapat menjadi perbandingan dengan konflik commit internasional to user lainnya. 7

8 3. Lebih spesifik dapat memberikan pengetahuan di bidang politik dalam menggambarkan perpolitikan di Mesir. E. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa karya tulis yang akan dijadikan acuan peneliti dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah: Pertama: Buku yang berjudul Tahrir Square Jantung Revolusi Mesir karya Trias Kuncahyono. Buku ini menjelaskan tentang Arab Spring yang terjadi di Mesir dan konflik internal Mesir dari proses penggulingan Hosni Mubarak hingga Muhammad Mursi. Buku ini juga menjelaskan peran militer dalam menggulingkan Muhammad Mursi. Berlandaskan dengan buku ini, peneliti akan lebih memaparkan peran Ikhwanul Muslimin dalam kudeta militer di Mesir. Kedua: Harvard International Law Journal yang berjudul The Democratic Coup d Etat karya Ozan O. Varol. 17 Jurnal ini menjelasakan bahwa kudeta militer yang terjadi di Turki tahun 1960 dan Mesir tahun 2011 merupakan antidemokrasi. Semua kudeta militer merupakan suatu penghinaan terhadap stabilitas, legitimasi, dan demokrasi. Militer berperilaku sebagai aktor utama dalam menjaga perdamaian. Berlandaskan dengan jurnal ini, peneliti akan lebih menjelaskan tentang langkah militer dalam mengkudeta Muhammad Mursi dan memaparkan bahwa tindakan militer Mesir telah merobohkan makna demokrasi. Ketiga: English Language Journal of the Revolutionary Communist International Tendency (RCIT) yang berjudul commit Revolutionary to user Communism oleh 8

9 Carloss Latuff 18. Jurnal ini menjelaskan bahwa adanya peran Amerika Serikat terhadap kudeta militer di Mesir. Padahal sebelumnya Amerika Serikat telah menyumbangkan dana untuk mempromosikan demokrasi di TimurTengah. Berlandaskan dengan jurnal ini, peneliti akan lebih menjelaskan dukungan Amerika Serikat terhadap militer di Mesir. Keempat: Journal Essay yang berjudul The Arab Spring: U.S. Democracy Promotion In Egypt karya Erin A. Snider dan David M. Faris 19. Jurnal ini menjelaskan bahwa Amerika Serikat telah mempromosikan demokrasi di Mesir sejak awal 1990-an. Amerika Serikat memberikan dana dalam program demokrasi dengan mendirikan United States Agency for International Development/USAID di Mesir. Latar belakang sejarah tersebut membuktikan bahwa Amerika Serikat telah lama mempromosikan demokrasi di Mesir. Pada Mei 2011, Presiden Barack Obama berpidato dengan menyatakan bahwa dia akan mendukung transisi demokrasi di Mesir. Sebagai bagian dari dukungan tersebut, Amerika Serikat berjanji meringankan hingga 1 Miliar Dollar AS hutang Mesir dan memberikan pinjaman 1 Miliar Dollar AS untuk membantu penciptaan lapangan kerja dan infrastruktur. 20 Upaya Amerika Serikat dengan memberikan berbagai bantuan bertujuan agar dapat meningkatkan pengaruh demokrasi di Mesir. Berlandaskan dengan jurnal ini, peneliti akan mengaitkan potensi Mesir dengan kepentingan nasional Amerika Serikat. 9

10 F. Kerangka Konseptual Berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pandangan Realisme untuk menganalisis konflik internal dalam kudeta militer di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Pandangan realisme merupakan salah satu pandangan tradisional dari Hubungan Internasional. Pandangan ini mulai berkembang pada akhir 1930-an dan hingga saat ini merupakan salah satu pandangan paling dominan dalam disiplin Hubungan Internasional. 21 Pandangan realisme berkembang dari kritikan para Realis Klasik terhadap pandangan Idealis Liberalis. 22 Kritikan tersebut diungkapakan oleh E.H.Carr dalam bukunya The Twenty Year s of Crisis yang mengungkapakan bahwa Idealis Liberalis dengan kerjasama dan perdamaian yang diidam-idamkan merupakan Utopis, yakni lawan dari Realis. 23 Carr berpendapat bahwa, terdapat konflik kepentingan antar pihak baik antar negara maupun antar masyarakat sehingga akan sangat sulit untuk mengharmonisasikan kepentingan di antara mereka. 24 Berbagai pihak terutama negara memiliki kelebihan masing-masing yang digunakan untuk mempertahankan posisinya dalam politik dunia. 25 Tokoh lainnya yang berperan dalam mengembangkan pemikiran realis adalah Hans J. Morgenthau. Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nations: The Struggle For Power and Peace mengungkapkan bahwa aktivitas hubungan internasional adalah berkaca dari sifat dasar manusia. Bagi Morgenthau, sifat dasar manusia adalah commit egois to user mementingkan kepentingan pribadinya dan cenderung agresif, sehingga sifat-sifat tersebut juga 10

11 mencerminkan keadaan yang terjadi dalam hubungan internasional. 26 Oleh karena itu, pandangan realis merupakan pandangan yang realistik terhadap utopia milik idealisme. 27 Menurut realis, hubungan internasional bersifat anarki, yakni negara sebagaimana sifat manusia yang secara alamiah akan bertindak berdasarkan kepentingan pribadi dan bertindak agresif serta condong untuk menimbulkan kehancuran bagi pihak lainnya. 28 Realisme menekankan bahwa dalam sistem internasional, negara sebagai aktor utama dan tidak ada bentuk kekuasaan lain yang lebih tinggi derajatnya dari negara yang berdaulat. 29 Negara merupakan aktor yang paling rasional, bertindak sesuai dengan kepentingannya, negara juga merupakan aktor unitary, yang mengkalkulasikan kepentingan mereka berdasar pemikiran rasional. 30 Interaksi yang terjadi antar negara digolongkan sebagai politik kekuasaan, yakni negara-negara akan selalu berusaha untuk menjadi yang paling unggul diantara negara-negara lainnya sehingga kecurigaan akan selalu mewarnai interaksi di antara mereka. 31 Bagi kaum realis, negara dalam rangka untuk dapat bertahan (survive) di sistem politik dunia yang anarki, diharuskan bertindak egois sebagai aktor yang rasional. 32 Negara akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya. Kepentingan negara ini terbagi menjadi dua katergori yakni high politics dan low politics. Isu-isu seperti ekonomi, kesehatan, kesejahteraan, dan lain sebagainya digolongkan sebagai low politics sedangkan masalah yang berkaitan dengan keamanan nasional suatu negara adalah high politics. 33 Selain itu, peneliti juga menggunakan teori dan konsep untuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya adalah: 11

12 1. Teori Konflik Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki sasaran tidak sejalan. 34 Sehingga konflik disebabkan karena adanya pertentangan dan perbedaan pendapat antara dua orang atau kelompok. Konflik merupakan produk dari hubungan sosial (social relations). 35 Hubungan sosial ini terjadi karena pihak yang berinteraksi saling bertentangan (kontradiksi sosial), sehingga melahirkan perubahan sosial. 36 Munculnya ketegangan ataupun konflik antar kelompok biasanya terkait dengan kuatnya solidaritas kelompok pada satu pihak dan rentannya hubungan sosial dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain, karena setiap kelompok mengembangkan mitos dan ideologi masing-masing. 37 Maurice Duverger mengatakan, Mitos dan ideologi cenderung memperkuat konflik politik. 38 Menurut Clifford Geertz bahwa penguatan pengelompokan sosial yang melahirkan ketegangan dan konflik sering disebabkan oleh adanya pengaruh ideologi atau ketidaksenangan terhadap nilai-nilai kelompok lain, adanya sistem stratifikasi sosial yang berubah, serta adanya perjuangan kekuasaan politik yang semakin meningkat secara tajam. 39 Maka dari itu, konflik merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak bisa terhindarkan dan sering dilakukan dengan kekerasan, meliputi tindakan perkataan, sikap, sistem yang menyebakan kerusakan secara fisik, mental, sosial, dan lingkungan, serta menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara penuh. Sedangkan menurut Ted Robert Gurr, pengertian konflik terdiri dari empat karakteristik, yaitu: (1) melibatkan dua pihak atau lebih; (2) kedua pihak saling 12

13 menentang; (3) kedua pihak melakukan tindakan pemaksaan yang diarahkan untuk menghancurkan, melukai, merintangi, atau mengontrol lawan-lawannya; (4) interaksi saling berlawanan ini dilakukan secara terang-terangan, sehingga tindakan mereka dapat dengan mudah dideteksi, dan disepakati oleh pihakpihak atau pengamat independen. 40 Menurut Simon Fisher terdapat enam teori Penyebab Konflik dalam masyarakat, diantaranya: Pertama, teori Hubungan Masyarakat. Konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan, dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. 41 Kedua, teori Negosiasi Prinsip. Konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. 42 Ketiga, teori Kebutuhan Manusia. Konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. 43 Keempat, teori Identitas. Konflik disebabkan karena identitas yang terancam dan sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak terselesaikan. 44 Kelima, teori Kesalahpahaman Antar Budaya. Konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. 45 Keenam, teori Transformasi Konflik. Konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi. 46 Selain itu, terdapat lima tahapan dalam menganalisis konflik, yakni prekonflik, konfrontasi, krisis, resolusi atau akibat, serta pasca konflik. Jika dianalogikan, konflik merupakan sebuah api unggun yang menyala, yang mana 13

14 terdapat tahapan-tahapan mulai dari api menyala hingga padam. 47 Tahapan Pertama adalah Pre-Konflik (Pengumpulan Material). Pada tahapan ini, mulai adanya ketidaksesuaian pandangan atau pemahaman antar suatu pihak dengan pihak lain. 48 Tahapan ini juga terkadang terdapat masyarakat yang sedang mengalami kekejaman struktural, yakni terjadinya ketidakadilan antara pihak satu dengan lainnya. 49 Keadaan ini seperti halnya, pengumpulan materialmaterial kering yang sangat berpotensi menyebabkan munculnya api. 50 Meskipun belum ada api yang tersulut, akan tetapi tahapan ini sangat rawan dan sewaktu-waktu api akan muncul akibat adanya gesekan. 51 Tahapan Kedua adalah Konfrontasi (Api Mulai Menyala). Pada tahapan ini, konflik menjadi semakin terbuka dengan munculnya konfrontasi dari berbagai pihak, seperti munculnya demonstrasi besar-besaran. 52 Bentuk konfrontasi tersebut dapat berupa suatu tindakan perlawanan publik terhadap kejahatan struktural atau ketidakadilan dari pihak yang dirugikan. 53 Keadaan ini seperti halnya, korek api terhadap material-materil kering tadi, yang mana apabila satu percikan api muncul maka akan dengan mudah membakar seluruh material-material tersebut. 54 Tahapan Ketiga adalah Krisis (Kobaran Api). Pada tahapan ini, konflik telah mencapai masa puncaknya sehingga tindakan kekerasan akan sering terjadi, bahkan dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan membunuh, menyingkirkan, ataupun memusnahkan pihak lawan. 55 Penyebab utama krisis ini adalah ketika komunikasi antar pihak yang bertentangan telah terputus. 56 Keadaan ini seperti halnya, api telah berkobar dan dapat membakar apapun material- material yang disentuhnya. 57 Sehingga kobaran api ini menjadi 14

15 lebih besar dan panas. 58 Tahapan Keempat adalah Resolusi atau Akibat (Bara Arang). Pada tahapan ini, konflik dapat dengan sendirinya mereda atau dapat berlanjut apabila terdapat hal-hal yang menyulut kembali. 59 Jika pihak-pihak yang berkonflik melakukan perjanjian damai atau gencatan senjata, maka kekerasan dapat berkurang untuk sementara waktu. 60 Namun apabila masih terdapat ketidakadilan dan tidak ada komunikasi untuk menyelesaikannya, maka tindakan kekerasan dapat sewaktu-waktu muncul kembali. 61 Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari krisis. Keadaan ini seperti halnya, sebagian besar api telah hilang dan hanya tersisa bara-bara api kecil pada arang. 62 Meskipun hanya bara-bara api kecil, akan tetapi tetap berpotensi untuk menyala kembali apabila terdapat material-material kering baru yang menyentuhnya. 63 Pada Tahapan Kelima adalah Pasca konflik atau Regenerasi (Api Padam). 64 Pada tahapan ini, api telah hilang dan arang-arang telah menjadi dingin. 65 Tahapan ini bersifat membangun kembali sektor-sektor yang sebelumnya telah hancur akibat konflik. 66 Apabila struktur dan sistem baru telah diganti menjadi lebih adil maka ruang untuk rekonsiliasi, regenerasi, maupun pembangunan dapat dilakukan. 67 Tahapan ini ditandai dengan telah selesai segala bentuk konfrontasi sehingga hubungan kembali normal. 68 Berkaitan dengan teori konflik, kudeta yang terjadi di Mesir merupakan sebuah konflik karena antara masing-masing pihak memiliki sasaran kepentingan yang tidak sejalan. Konflik yang terjadi di Mesir melibatkan berbagai pihak yang saling menentang, mengontrol lawan-lawannya, dan melakukan aksi kekerasan. Penyebab konflik dianalisis menggunakan teori 15

16 Hubungan Masyarakat dan teori Kebutuhan Manusia. Sedangkan untuk menganalisis proses konflik yang terjadi di Mesir, peneliti menggunakan lima tahapan konflik, yang berawal dari tahapan pertama hingga tahapan terakhir. 2. Teori Domino Efek domino merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh para ahli strategi internasional untuk menggambarkan hubungan antara suatu ideologi dan pengaruhnya, suatu agama, budaya, kebijakan politik, moneter, dan hubungan antara suatu negara dengan mengambil suatu fenomena Kartu Domino. 69 Apabila salah satu kartu domino jatuh baik secara sengaja atau lemah secara alamiah, maka seluruh rangkaian kartu tersebut akan jatuh secara berurutan. 70 Oleh karena itu, efek domino menjadi populer sebagai Teori Domino dalam hubungan internasional sebagai fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik dan geo-strategis. 71 Berdasarkan prinsip geopolitik dan geo-strategis tersebut, membuat objek dalam teori ini adalah negara-negara yang berada dalam satu wilayah ataupun negara-negara yang berdekatan. Fenomena perubahan tersebut dapat diumpamakan seperti domino China (Mahyong). Ketika keping domino awal dijatuhkan, maka akan menimpa keping domino terdekat, dan proses tersebut akan berlanjut hingga ke keping domino terakhir. 72 Apabila diimplikasikan dengan negara, suatu negara jatuh karena suatu peristiwa, maka negara terdekatnya pun dapat terkena dampak yang serupa. Menurut Benjamin Hatinger (2010) mengatakan dalam fenomena integrasi regional terdapat gejala efek domino. Jika beberapa negara berhasil melakukan integrasi, negara-negara lain di kawasan akan 16

17 bergerak untuk mengikuti pola tersebut dan bergabung dengan proses integrasi. 73 Efek domino dapat dibuktikan ketika terjadinya Arab Spring di Timur Tengah. Awalnya negara yang pertama kali melakukan revolusi adalah Tunisia, selanjutnya Mesir, Libya, dan Suriah juga mengalami revolusi. Peristiwa Arab Spring tersebut menjadi suatu bukti bahwa negara di Timur Tengah secara berurutan mengalami revolusi. Berkaitan dengan teori domino, Amerika Serikat merasa khawatir apabila terjadi efek domino yang berawal di Mesir. Keadaan ini berbeda ketika terjadinya Arab Spring di Timur Tengah. Amerika Serikat mempraktekan teori domino dalam mempromosikan demokratisasi di Timur Tengah. Akhirnya, efek domino tersebut berhasil diterapkan di wilayah tersebut. Faktanya, negaranegara di Timur Tengah melakukan revolusi secara berurutan. Namun dalam kudeta militer di Mesir, sikap Amerika Serikat sangat berbeda. Amerika Serikat berusaha mencegah terjadinya efek domino pada masa kepemimpinan Muhammad Mursi. Tindakan tersebut berlandaskan bahwa Amerika Serikat merasa khawatir apabila Mesir menjadi negara Islam yang disebabkan pengaruh dari Ikhwanul Muslimin. Ketika Mesir menjadi negara Islam, negara yang berdekatan dengan Mesir juga akan mendirikan negara Islam. Keadaan tersebutlah yang akan mengancam posisi Amerika Serikat di Timur Tengah terutama kepentingan nasionalnya. 3. Kudeta Militer Kudeta merupakan suatu kegiatan commit yang to user direncanakan dan dilakukan dengan sengaja. 74 Kudeta dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai target 17

18 yang telah ditetapkan dengan menyadari kemungkinan dana dan resikonya. 75 Kudeta militer mengacu pada situasi dimana militer sebagai aktor politik utama yang sangat dominan dan secara langsung menggunakan kekuasaan mereka untuk mengancam 76. Tindakan militer dapat dikatakan sebuah kudeta apabila menghalangi kemenangan seseorang dalam pemilihan presiden, menjatuhkan pemerintahan yang menguntungkan di satu pihak tetapi merugikan pihak lain, dan mengadakan perebutan kekuasaan untuk mempertahankan dominasi suatu golongan, ras, agama, atau suku tertentu di dalam masyarakat majemuk. 77 Kudeta dapat terjadi ketika pemerintahan sipil dianggap gagal untuk memimpin negara. Kegagalan pemerintah dapat dikarenakan menjalankan tugas diluar dari kelembagaan (kejahatan politik), adanya kemerosotan ekonomi atau hiper inflasi, dan ketidakmampuan mengendalikan perasaan kecewa dan penentang politik. 78 Kegagalan ini menyebabkan mereka kehilangan legitimasi dan kepercayaan dari rakyatnya. Kegagalan tersebut menjadi peluang bagi militer untuk menggulingkan pemerintahan sipil dengan menghalakan segala cara. Kudeta militer juga dapat terjadi ketika pemerintah, Pertama: bertindak inkonstitusional dan tidak memiliki kelembagaan. 79 Pemerintah melaksanakan Undang-undang secara sewenang-wenang, memperluas kekuasaan dalam bidang yang dilarang oleh Konstitusi, mempertahankan jabatan sehingga melampaui batas-batas yang telah ditentukan oleh peraturan, dan meremehkan Undang-undang dengan commit membiarkan to user atau terlibat korupsi. Kedua, adanya permasalahan kemerosoton ekonomi. Kemerosotan ekonomi 18

19 menjadi suatu alasan militer melakukan kudeta. Kemerosotan ekonomi membuat pemerintah dianggap tidak bisa bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat. 80 Sehingga menyebabkan inflasi melambung tinggi dan pengangguran meningkat. Ketiga, adanya hura hara dan kekerasan. 81 Prestasi pemerintah akan merosot apabila tindakan mereka tidak mementingkan rakyat sehingga menimbulkan huru-hara dan kekerasan di kalangan rakyat yang tidak merasa puas. 82 Sedangkan menurut Samuel P. Huntington merumuskan bahwa terdapat tiga jenis kudeta diantaranya: Pertama, Kudeta Sempalan (Breakthrough coup d etat). Kudeta ini dilakukan oleh kelompok bersenjata yang terdiri dari militer atau tentara yang tidak puas dengan kebijakan pemerintahan tradisional saat itu, kemudian melakukan gerakan untuk menggulingkan pemerintah tradisional dan menciptakan elit birokrasi baru. 83 Kedua, Kudeta Wali (Guardian coup d etat). Kudeta ini dilakukan oleh sekelompok pengkudeta yang akan mengumumkan diri sebagai perwalian dalam rangka meningkatkan ketertiban umum, efisiensi, dan mengakhiri korupsi. 84 Para pemimpin kudeta akan menggambarkan tindakan mereka hanyalah tindakan sementara dan menyesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya, kudeta wali sering dilakukan dengan cara mengubah bentuk pemerintahan sipil menjadi bentuk pemerintahan militer dan selalu dikaitkan dengan patriotisme. 85 Ketiga, Kudeta Veto (Veto coup d etat). Kudeta ini dilakukan melalui partisipasi dan mobilisasi sosial dari sekelompok rakyat dalam melakukan commit to penekanan user berskala besar yang berbasis luas pada oposisi sipil

20 Berkaitan dengan konsep kudeta, hakikatnya kudeta telah menghancurkan legitimasi suatu pemerintahan melalui perebutan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan melakukan cara ilegal dan sering menggunakan kekerasan. Milter melakukan kudeta terhadap Muhammad Mursi dengan tujuan untuk mencapai kepentingannya. Terlebih dalam melancarkan aksinya, militer didukung oleh negara-negara Barat. Sehingga militer memilki kekuatan yang besar untuk menggulingkan Muhammad Mursi. 4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy) Kebijakan luar negeri merupakan suatu tindakan negara terhadap negara lain dalam politik internasional. Kebijakan luar negeri didasarkan pada serangkaian asumsi dan tujuan untuk menjamin keamanan nasional. Kebijakan luar negeri merupakan sikap dan komitmen suatu negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai kepentingan nasional di luar batas wilayahnya, dan diterapkan dalam sejumlah keputusan yang dibuat dalam kebijakan politik suatu bangsa. 87 Para aktor pengambilan keputusan luar negeri suatu bangsa akan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap formulasi kebijakan politik luar negerinya. 88 Kebijakan luar negeri dipengaruhi beberapa faktor determinan, yakni: Pertama: Situasi politik domestik, termasuk faktor budaya sebagai dasar tingkah laku politik. 89 Kedua: situasi ekonomi dan militer domestik, termasuk faktor geografis yang selalu mendasari pertimbangan pertahanan dan keamanan. 90 Ketiga: konteks internasional, yaitu pengaruh negara-negara lain atas konsentrasi politik 20

21 internasional. 91 Maka, kebijakan luar negeri mengacu pada tindakan suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya demi menjamin keamanan, kesejahteraan, kekuatan, dan daya saing ekonomi. Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri merupakan upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. 92 Kebijakan luar negeri ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara. 93 Rosenau mengatakan bahwa apabila mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa. 94 Berkaitan dengan konsep kebijakan luar negeri, Amerika Serikat tidak konsisten dengan kebijakan luar negerinya terkait Democracy dan Humanitarian Intervention. Kebijakan luar negerinya mencerminkan gejala intervensionis yang kuat dan cenderung meremehkan kedaulatan nasional negara lain. Oleh karena itu, Amerika Serikat sebagai aktor politik global sering dituding memiliki sikap standar ganda dalam mengimplementasi kebijakan luar negerinya. Di satu pihak, negara ini sebagai pendekar demokrasi dunia yang sangat menekankan penerapan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. commit to Sementara user di pihak lain, Amerika 21

22 Serikat bersikap semena-mena, intervensionis, dan otoriter untuk melindungi kepentingannya. Analisis Morgenthau menjadi relevan seperti dalam bukunya Politics Among Nations, yang menyatakan bahwa negara-negara bertindak berdasarkan kemampuan dan kapablitas (power) dengan tujuan dari kebijakan negara-negara untuk menambahkan power itu sendiri. 95 Carr juga berpendapat bahwa motivasi kebijakan luar negeri suatu negara adalah kepentingan nasional yang merupakan kalkulasi strategis dari kepentingan politik, keamanan, ekonomi, prestise, dan ideologi. 96 Artinya, Amerika Serikat hanya akan konsisten dan setia pada kepentingan nasionalnya. Pemahaman kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan semakin jelas ketika menggunakan perspektif realisme klasik dikarenakan negara ini tidak akan pernah memprioritaskan nilainilai seperti, agama, perdamaian, demokrasi, dan penegakan hak asasi manusia. Amerika Serikat digerakkan oleh kepentingan nasionalnya dan kalkulasi strategis global baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Standar Ganda (Double Standard) Istilah mengenai standar ganda dalam ilmu politik, jurnalisme, ekonomi, ilmu sosial, dan humaniora merupakan sikap yang berbeda dalam berbagai evaluasi dan peristiwa yang sama oleh estimator yang sama sebagai akibat dari prasangka mereka, keadaan yang berubah, kepentingan diri, keadaan emosional, dan lain-lain. 97 Standar ganda termasuk dasar politik yang dapat dikatakan tidak bermoral karena memanipulasi kebenaran. Seperti halnya pengertian standar ganda sebagai berikut: 22

23 For instance, in administration activities the double standards can take a form of giving advantages to the insiders and posing obstacles to the outsiders in the similar situations by corresponding authorities following the principle everything for the insiders, due to law for the rest. 98 Jadi, standar ganda dapat memberikan keuntungan kepada orang dalam dan memberikan hambatan untuk orang luar dalam situasi yang sama. Berhubungan dengan itu, standar ganda akan mempengaruhi kebijakan politik suatu negara dikarenakan kebiasan tersebut. Oleh karena itu, standar ganda merupakan sikap yang oportunis dengan mengungkapkan dua hal yang berlainan, demi keuntungan pihak sendiri. Standar ganda dilakukan biasanya karena adanya kepentingan- kepentingan tertentu sehingga tidak dapat konsisten. Berkaitan dengan konsep standar ganda, Amerika Serikat menjalankan standar ganda terhadap demokratisasi di negara - negara Timur Tengah. Namun dalam waktu bersamaan senantiasa mempermasalahkan isu tersebut yang berada di luar siklus politik Amerika Serikat. 99 Keadaan ini sangat berkaitan dengan kudeta militer yang terjadi di Mesir. Bersamaan dengan sikap mengabaikan isu demokrasi di Mesir, Amerika Serikat seakan tidak mengetahui atas aksi kekerasan yang dilakukan oleh militer Mesir terhadap warga sipil. Kasus kudeta militer tersebut telah menunjukkan ketidak konsistenan Amerika Serikat terhadap demokratisasi di Mesir. 6. Kepentingan Nasional (National Interest) Kepentingan Nasional atau yang dikenal dengan istilah National Interest merupakan salah satu komponen penting dalam Hubungan Internasional. 23

24 Definisi kepentingan nasional menurut Hans. J Morgenthau adalah sebagai citacita atau harapan dari suatu negara untuk mencapai tujuan negaranya dalam dunia internasional. 100 Kepentingan nasional melibatkan antar negara untuk mencapai tujuan bersama. Negara sebagai aktor utama dalam Hubungan Internasional. Kepentingan nasional yang utama dari setiap negara di dunia sebenarnya adalah sama, yaitu untuk tetap bisa mempertahankan eksistensi atau tetap survive. 101 Sedangkan faktanya, kepentingan nasional dari setiap negara selalu berjalan seiringan dengan tujuan nasional dari negara itu sendiri. Karena setiap negara memiliki tujuan nasional yang beragam dan sangat kompleks, maka tidak akan ada negara yang mempunyai kepentingan nasional yang sama persis dengan kepentingan nasional negara lain. Kepentingan nasional diibaratkan sebagai tujuan, cita-cita, dan harapan yang ingin dicapai oleh suatu negara. Sedangkan kebijakan luar negeri adalah sebagai metode atau cara agar tujuan negara dapat tercapai. 102 Sementara power diumpamakan sebagai modal utama yang harus dimiliki oleh tiap-tiap negara dalam usaha untuk mencapai cita-cita atau kepentingan nasionalnya masing-masing. Oleh karena itu, hubungan antara kepentingan nasional, kebijakan luar negeri dan power sangatlah erat dan tidak dapat dipisahkan. Kepentingan nasional pada dasarnya memiliki motivations maker yang berfungsi untuk memberikan motivasi atau dorongan agar negara dapat mencapai kepentingan nasionalnya masing-masing. 103 Motivations maker terdiri atas beberapa komponen yaitu individu, ekonomi, strategi dan ideologi. 104 Komponen strategi dan individu juga sangat diperlukan untuk memotivasi 24

25 negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Berkaitan dengan konsep kepentingan nasional, sikap standar ganda Amerika Serikat terhadap kudeta militer di Mesir berlandaskan dengan kepentingan nasionalnya. Kepentingan yang harus dicapai dan dipertahankan oleh Amerika Serikat agar tidak mengganggu stabilitasnya di Timur Tengah. G. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini berlandaskan pada pertanyaan Bagaimana dan Mengapa. 105 Jenis penelitian eksplanatif akan dapat menjelaskan sebab terjadinya suatu peristiwa. Dalam tipe penelitian eksplanatif, peneliti akan memakai structural eksplanation dengan menggabungkan antara teori dan konsep Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualititatif non interaktif. Sehingga peneliti akan menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati. 107 Sumber data yang didapat berupa dokumen-dokumen. 25

26 2. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian library research adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan peneliti berasal dari hasil wawancara dan terdapat Deklarasi Konstitusional Muhammad Mursi setelah disahkannya sebagai Presiden Mesir. Data sekunder yang digunakan peneliti berasal dari laporan-laporan tertulis, buku, e-book, jurnal, dan artikelartikel dari media massa dan internet. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendukung permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. 3. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data, menafsirkan, atau mentransformasikan data ke dalam bentuk-bentuk narasi. Narasi ini kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah dan akhirnya sampai pada kesimpulan final. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Interaktif (Interactive Model) oleh Miles dan Huberman. 108 Proses dalam analisis Interaktif terdiri dari tiga bagian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. 109 Ketiga komponen ini saling berinteraksi dan berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data. Oleh karena itu, analisa data dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses pengumpulan data. Langkah Pertama ialah Reduksi Data. Reduksi data melibatkan beberapa tahap. Pada tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, 26

27 pengelompokan, dan meringkas data baik data primer dan sekunder yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk berkenaan dengan aktivitas, serta proses-proses, sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok, dan pola data. Langkah Kedua ialah Penyajian Data (Data Display). Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menyalin data yang satu dengan kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Berhubungan dengan ini, data telah tersaji berupa kelompok-kelompok yang kemudian saling dikaitkan sesuai dengan kerangka konseptual yang digunakan. Langkah Ketiga ialah Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclutions). Penarikan kesimpulan adalah suatu proses penjelasan dari suatu analisis. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benarbenar bisa dipertanggungjawabkan. Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses terhadapa fenomena yang ada. 27

28 H. Sistematika Penulisan 1. Bab I Pendahuluan Berisi pemaparan tentang alasan peneliti memilih topik tentang terjadinya konflik internal di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Melihat bahwa terdapat berbagai pihak dalam kudeta militer di Mesir. Di lain pihak, Amerika Serikat tidak tegas dalam kudeta militer di Mesir. Faktanya, negara ini sangat memperjuangkan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Tujuan yang akan dicapai adalah mengetahui bagaimana terjadinya kudeta militer di Mesir dan standar Ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Selain itu, mengetahui kepentingan Amerika Serikat terkait ketidakkonsistennya dalam kudeta militer di Mesir. Bab ini juga memaparkan literature review yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan dalam penelitian ini. Bab ini juga memaparkan tentang teori dan konsep yang akan digunakan oleh peneliti dalam membantu menganalisis permasalahan di penelitian ini. Selain itu, bab ini juga memaparkan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti untuk mempermudah peneliti dalam penelitian ini. 2. Bab II Substansi Berisi tentang gambaran umum yang akan membantu peneliti dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Langkah awal yang akan dibahas oleh peneliti adalah Biografi Muhammad Mursi. Langkah kedua yang akan dibahas oleh peneliti adalah Kemenangan Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir. Langkah ketiga yang akan dibahas oleh peneliti adalah Arti 28

29 Penting Mesir dalam aspek Sejarah, Geografi, dan Demografi. Langkah keempat yang akan dibahas oleh peneliti adalah Arti Strategis Mesir dalam Konstelasi Politik Global. Sub bab ini terbagi menjadi tiga anak sub bab, diantaranya: Pertama: Nasionalisasi Terusan Suez. Kedua, Perang Enam Hari dan Perang Yom Kippur. Ketiga, Perjanjian Camp David. Langkah kelima yang akan dibahas oleh peneliti adalah Arti Potensi Mesir sebagai Pusat Kepentingan Negara Lain. Langkah keenam yang akan dibahas oleh peneliti adalah Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terkait dengan Demokrasi. Langkah ketujuh yang akan dibahas oleh peneliti adalah Pihak-pihak yang terlibat dalam Kudeta Militer di Mesir. 3. Bab III Pembahasan Berisi tentang jawaban dari rumusan masalah yang sebelumnya telah dipaparkan oleh peneliti. Langkah awal yang akan dibahas oleh peneliti adalah Peristiwa Kudeta Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Mursi Sub bab ini terbagi menjadi dua anak sub bab, diantaranya: Pertama: Proses Kudeta Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Mursi Pembahasan ini juga menjelaskan Peran Militer dan Ikhwanul Muslimin dalam Kudeta Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Mursi Kedua: Penyebab Militer melakukan Pengambilalihan Kekuasaan dari Muhammad Mursi. Langkah Kedua yang akan dibahas oleh peneliti adalah Standar Ganda Amerika Serikat terhadap Demokratisasi dalam Kudeta Militer di Mesir tahun Sub bab ini terbagi menjadi empat anak sub bab, diantaranya: Pertama: Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terkait Demokrasi di Mesir. 29

30 Kedua: Peran Amerika Serikat dalam Kudeta Militer Mesir Ketiga: Sikap Standar Ganda Amerika Serikat dalam Kudeta Militer Mesir Keempat: Kepentingan Amerika Serikat dalam Kudeta Militer BAB IV Penutup 1) Kesimpulan Berisi tentang benang merah dari rangkaian persoalan dalam penelitian ini yang berhasil dibahas oleh peneliti. Kesimpulan akan bersifat temuan baru, reflektif, dan sangat dimungkinkan bersifat prediktif. 2) Saran Berisi tentang saran dari peneliti yang berhubungan erat antara yang peneliti bahas dengan realitas yang ada. 30

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini. Pengantar: Kerajaan Arab Saudi mengelompokkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, sama dengan Al Qaeda, dan lainnya. Ada apa di balik semua ini? Adakah negara lain punya peran? Simak pembahasannya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

KONFLIK INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KUDETA MILITER MESIR Studi Kasus: Double Standard Policy Amerika Serikat Terhadap Demokratisasi

KONFLIK INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KUDETA MILITER MESIR Studi Kasus: Double Standard Policy Amerika Serikat Terhadap Demokratisasi KONFLIK INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KUDETA MILITER MESIR Studi Kasus: Double Standard Policy Amerika Serikat Terhadap Demokratisasi 2012-2013 Yasinta Dewi *1 ABSTRACT The process of the coup d etat in

Lebih terperinci

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah.

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah. Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah. Boleh jadi mantan Presiden Mesir Husni Mubarak tertawa di dalam penjara. Penggantinya Muhammad Mursi tak bisa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Detik demi detik perubahan di Mesir tidak lepas dari restu Amerika Serikat. Ketika Jenderal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah Presiden Abdel Fattah Al Sisi pasca kudeta militer tahun 2013 yang berhasil menumbangkan

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah BAB IV PENUTUP Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah melalui bukti-bukti dari beberapa blue print, pidato dan peryataan-peryataan maupun penjelasan-penjelasan maka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR. kekuasaan Raja Farouk pada tahun Pasca kudeta, hingga tahun 2011 secara

BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR. kekuasaan Raja Farouk pada tahun Pasca kudeta, hingga tahun 2011 secara BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR Secara historis, dinamika politik pemerintahan Mesir tidak terlepas dari genggaman kalangan militer yang otoriter. Militer telah menguasai Mesir

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah. Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah. Luka itu belum sembuh. Mesin perang tentara dan polisi Mesir mengoyak-ngoyak

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

FAKTOR KONTINUITAS POLITIK LUAR NEGERI MESIR TERHADAP AMERIKA SERIKAT PASCA REVOLUSI 2011

FAKTOR KONTINUITAS POLITIK LUAR NEGERI MESIR TERHADAP AMERIKA SERIKAT PASCA REVOLUSI 2011 FAKTOR KONTINUITAS POLITIK LUAR NEGERI MESIR TERHADAP AMERIKA SERIKAT PASCA REVOLUSI 2011 Hafid Adim Pradana Universitas Muhammadiyah Malang adimhafid@gmail.com Abstract Revolution happening in a country

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan media massa di Indonesia yang berkembang pesat terutama sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam menyajikan beragam

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengantar Hubungan internasional merupakan hubungan yang kompleks. Fenomena hubungan internasional banyak diwarnai oleh berbagai macam interaksi internasional dengan sifat, pola,

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia khususnya daerah Aceh terwujud dari adanya partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat untuk berkompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

2016 PERANG ENAM HARI

2016 PERANG ENAM HARI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) berakhir, negara-negara di Dunia khususnya negara-negara yang berada dikawasan Timur Tengah dihadapkan

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah. Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015

Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah. Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015 Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015 Membedah Timur Tengah dalam Perspektif Strukturalisme Struktur hirarkis sistem

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN Pengkajian skripsi yang berjudul Perkembangan Industri Jepang pada Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan beberapa sumber yang menunjang penyusunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci