FUNGSI TINGGI RAIHAN DAN BERAT BADAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR LEMBING SISWA KELAS II MTS NEGERI MODEL PALOPO. Amir Mts Negeri Model Palopo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI TINGGI RAIHAN DAN BERAT BADAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR LEMBING SISWA KELAS II MTS NEGERI MODEL PALOPO. Amir Mts Negeri Model Palopo"

Transkripsi

1 Jurnal Pendidikan IQRA FUNGSI TINGGI RAIHAN DAN BERAT BADAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR LEMBING SISWA KELAS II MTS NEGERI MODEL PALOPO Amir Mts Negeri Model Palopo Abstrak: Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini, dipilih metode ekperimen. Ini dilakukan untuk melihat sampai di mana peranan tinggi raihan dan berat badan terhadap prestasi lempar lembing. Jadi metode yang dipergunakan di sini ialah metode eksperimen double design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebanyak 120 orang siswa Mts Negeri Model Palopo dari jumlah siswa tersebut dibagi atas dua kelompok, tiap kelompok terdiri dari 60 orang yang dianggap dapat memenuhi syarat-syarat penelitian. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa kelompok yang lebih tinggi raihannya lebih baik prestasi lempar lembingnya. (a) Kedua kelompok mempunyai kemampuan motor educability yang sama. (b) Kedua kelompok mendapat latihan selama 32 kali dengan program yang sama dan oleh orang yang sama. (c) Masing-masing menunjukkan adanya peningkatan hasil latihan sesudah menerima latihan selama 32 kali. (d) Kedua kelompok mempunyai perbedaan prestasi sesudah menerima latihan. (e) Kelompok yang raihannya tinggi dan berat badannya baik mempunyai perkembangan lempar yang lebih produktif. Perbedaan peningkatan prestasi lemparan antara kedua kelompok ini disebabkan oleh karena pengaruh tinggi raihan dan berat badan. Kata Kunci: Raihan, Berat Badan, Lempar Lembing PENDAHULUAN Peningkatan prestasi olahraga merupakan salah satu menifestasi dari kemajuan dan perkembangan suatu bangsa, juga menggambarkan kekuatan suatu bangsa dalam negara. Maka dalam hal ini pemerintah banyak berusaha dengan jalan berupa pengiriman atlet dan pelatih keluar negeri guna mengikuti latihan maupun pendidikan. Yang semata-mata bertujuan untuk meningkatkan prestasi. Di samping itu pemerintah berusaha mendirikan lembaga pendidikan olah raga, mengadakan penataran pelatih olahraga baik tingkat nasional maupun tingkat daerah, mendatangkan pelatih dari luar negeri maupun team-team dari luar negeri. Semua ini adalah suatu usaha meningkatkan prestasi olah raga dan usaha untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang mengarah pada peningkatan prestasi dalam bidang olahraga. Di samping itu sarana yang meliputi lapangan dan peralatan olah raga merupakan kebutuhan vital dalam peningkatan prestasi. Olehnya itu pemerintah telah banyak berusaha menambah dan melengkapi secara meluas dan merata. Usaha tersebut memperlihatkan kepada kita tentang tanggung jawab pemerintah dalam usaha meningkatkan prestasi yang cukup baik. Walaupun demikian belum sejauh yang diharapkan yakni prestasi yang baik dapat menyamai atau mendekati prestasi dari beberapa negara lain yang maju olahraganya. 99

2 Volume 3 No. 1 Juni 2015 Guna meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga atletik khususnya nomor lempar lembing kiranya perlu mendapat perhatian faktor-faktor yang dapat menunjang prestasi yang akan dicapai oleh atlet itu sendiri. Salah satu faktor yang menunjang hal tersebut ialah potensi tubuh yang meliputi tinggi raihan dan berat badan. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini menuntut pemikiran yang lebih luas. Olehnya itu perlu mengadakan pendekatan atau penelitian guna mendapatkan teori-teori baru sesuai dengan situasi dan kondisi kemajuan yang telah dicapai dewasa ini. Erat hubungannya dengan masalah penelitian di mana sekolah merupakan wadah calon olahragawan, kiranya perlu mendapat penelitian untuk membibitkan. Mudah-mudahan pokok masalah ini akan dapat membantu usaha peningkatan prestasi olahraga khususnya pada nomor lempar lembing. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak terlepas dari pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian merupakan jawaban ilmiah, praktis dan besar manfaatnya bagi manusia dan mendorong untuk mengetahui masalah baru atau menguji kebenaran masalah tersebut. Perkembangan dan kemajuan ini mengarahkan kita untuk kembali pada profesi dalam bidang olahraga yaitu bagaimana memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahun dalam bidang olahraga agar dapat meningkatkan prestasi olahraga tersebut. Lebih-lebih kita melihat dan memperhatikan prestasi lempar lembing yang dicapai oleh atlet-atlet nasional kita masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan prestasi lempar lembing dari negara-negara tetangga kita. Adanya perbedaan prestasi yang menyolok ini dapat menimbulkan pertanyaan: apa yang menyebabkan sehingga demikian?. Untuk pertanyaan ini kiranya para coach dan kita semua yang terjun dalam profesi olahraga dapat memberi jawaban pertanyaan tersebut perlu kita memperhatikan dan melihat peranan dan tugas para coach serta pembina-pembina olahraga, peranan serta hubungan kerja sama para coach, tenaga ahli, dokter olahraga, dan para sarjana olahraga sangat penting dalam peningkatan prestasi setiap cabang olahraga. Tugas dan peranan tersebut antara lain bagaimana cara memilih atlet yang sesuai dengan cabang olahraganya serta kemungkinan adanya peningkatan prestasi sesudah diberikan pembinaan atau latihan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Lain daripada itu berperan di dalam menyusun suatu program latihan berdasarkan rencana latihan yang efisien dan praktis. Oleh karena itu, penyusun terdorong membuktikan masalah peranan tinggi raihan terhadap prestasi lempar lembing tingkat pemula. Sebagai unsur utama dalam penelitian ini ialah membuktikan dengan jalan membandingkan kelompok yang mempunyai tinggi raihan yang baik dengan kelompok yang mempunyai tinggi raihan setelah mengalami cara pembinaan dengan teknik dan waktu yang sama. Oleh karena standar pengukuran berat badan sebagai pelengkap: tinggi raihan dengan berat badan tidak dapat dipisahkan. Pengertian tinggi raihan yang baik yaitu mulai dari ranking pertama sampai enam puluh orang dibawahnya dan tinggi raihan yang kurang yaitu dari enam puluh satu sampai seratus dua puluh orang, yang akhirnya dijadikan dua kelompok yaitu kelompok eksprimen dan 100

3 Jurnal Pendidikan IQRA kelompok kontrol. Dari kedua kelompok inilah akan diperoleh informasi tentang masalah peranan tinggi raihan dan berat badan terhadap prestasi lempar lembing. Tinjauan Kinesiologi dalam Lempar Lembing Khususnya dalam gerakan lempar lembing tanpa awalan, tinjauan kinesiologi disini adalah menganalisa sampai dimana kemungkinan gerak dari tubuh pelempar dalam melakukan gerakan-gerakan dengan proses gerak sebagaimana yang telah dijelaskan. Dengan demikian maka pokok-pokok tinjauan Kinesiologi adalah meliputi: 1. Sikap Permulaan Pada sikap permulaan ini yaitu sikap mulai dari proses gerakan memegang lembing sampai dengan sikap tubuh mulai mengadakan gerakan melempar, yaitu saat dimana lengan dengan yang memegang lembing berada di atas bahu di samping teliga dengan siku menghadap ke depan. Lengan memegang lembing dengan salah satu cara diantara ketiga cara memegang lembing. Gerakan memegang lembing dengan persyaratan sebagaimana yang telah dijelaskan dimana jari-jari tangan, ibu jari dan jari tengah, jari manis dan kelingking menelukup di atas ikatan lembing, jari telunjuk merapat pada jari tangan memperkuat dan menjaga kestabilan lembing dengan baik. Dalam proses gerakan memegang lembing ini dapat dianalisa kemungkinan gerak melalui posisi artioulation dan kerja otot yang meliputi: a. Pada saat memegang lembing, dimana lengan dalam keadaan lurus atau articulation cubiti (sendi siku) dalam keadaan extensi. b. Untuk menjaga kestabilan letak lembing maka jari-jari tangan merapat pada ikatan lembing, dimana otot-otot yang memegang peranan yaitu flexores jari-jari tangan meliputi musculusfloxor pollicis longus, abdctor pollicis brevis dan oponen digiti V. c. Lembing diangkat ke atas bahu dalam keadaan anteflexie dimana otot-otot yang berperan ialah musculus deltoidcus, teres mayor, latisimus dorsi dan otot-otot dada yang meliputi musculus seratus anterior, pactoralis mayor dan subscapularis. 2. Sikap Melempar a. Dalam gerakan sikap melempar ini mulai dengan letak tungkai yang berlawanan dengan lengan yang memegang lembing ditempatkan di depan dengan posisi arti culatio genu dalam keadaan extensi dan berperanan menapung sebagian besar berat badan. Kelanjutan dari sikap melempar ini ialah lengan yang dalam posisi sikap permulaan di atas digerakkan ke belakang dengan lengan bawah mengadakan gerakan berputar ke dalam atau gerakan supinatio dan lengan lurus ke belakang sehingga articulatio cubiti dalam keadaan extensi penuh. b. Articulation humeri dalam keadaan endorotasion, dengan otot-otot yang berperan ialah otot-otot pronatio lengan yang meliputi musculus pronator teres dan musculus pronator quadratus. Otot-otot yang berperan dalam gerakan membawa lengan ke belakang atau endorotasio articulation humeri ialah musculus deltoideus, sub scapularis dan musculus trapesius. 101

4 Volume 3 No. 1 Juni 2015 Oleh karena lengan lurus ke belakang sehingga articulatio cubiti dalam keadaan extensi, maka tidak ketinggalan otot-otot extensi, maka tidak ketinggalan otot-otot extensores lengan turut berperanan secara maksimal. Pada saat lengan yang memegang lembing digerakkan lurus ke belakang, maka bersamaan dengan itu pula titik berat badan berpindah ke belakang dan berperan menampung sebagian berat badan di mana badan akan condong ke belakang sebagai persiapan berupa cambuk yang akan bergerak ke depan membantu gerakan lemparan ke depan, sehingga mencapai jarak lemparan yang maksimal mungkin. 3. Gerakan Melempar. Setelah lembing dan titik berat badan berada di belakang tungkai tumpuan maka gerakan selanjutnya ialah gerakan melempar lembing ke depan dengan sudut lemparan tertentu. Dalam proses gerakan yaitu gerakan-gerakan yang meliputi: gerakan memutar badan, gerakan membawa lengan ke depan. Dalam gerakan memutar badan ini badan diputar dari samping kanan bagi pelempar yang melempar dengan tangan kanan atau sebaliknya dari sebelah kiri bagi pelempar yang melempar dengan tangan kiri. 4. Gerakan Perpindahan Tungkai Setelah gerakan melempar yaitu membawa/memutar badan ke arah frontal dengan meluruskan lengan ke depan pada sudut lemparan tertentu dengan secepatnya mungkin, penyebab titik berat badan berpindah ke depan. Hal mana sangat mudah untuk badan jatuh tersungkar ke depan. Untuk menghindari hal tesbut perlu diadakan pengertian tungkai belakang. Tungkai belakang menjadi tungkai depan dan sebaiknya tungkai depan menjadi tungkai belakang. Proses gerakan ini terjadi secara otomatis atau kerja dari pada otot-otot exorotasoi tungkai belakang. Demikian pula dengan kerja otot-otot extensorea kedua tungkai secara keseluruhan. Tinjauan Kinematika dalam Lempar Lembing Dalam penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prinsip lempar lembing adalah faktor-faktor mekanika yang meliputi: force, impuls, massa, acceleration, waktu dan power, serta distance atau jarak. Di samping itu beberapa pendapat yang telah mengemukakan tentang sudut lemparan tertentu yaitu sekitar 34,92 0, akan tetapi sesuai dengan masalah yang diselidiki yaitu masalah tinggi badan, maka penjelasan segi kinematika disini tidak terlepas daripada pengaruh perbedaan tinggi badan/raihan terhadap jauhnya lemparan. Untuk maksud tersebut secara berturut-turut dikemukakan: 1. Masalah sudut lemparan Mengenai sudut lemparan bila ditinjau dari kinematika dapat dibuktikan bahwa sudut yang menghasilkan jarak lemparan yang maksimal adalah sudut Ketetapan, percepatan dan jarak yang dicapai Masalah kecepatan dan percepatan yang dimaksudkan disini bukanlah kecepatan awalan (lari awalan) akan tetapi kecepatan menggerakkan lembing untuk melempar. 3. Tinggi raihan / tinggi badan 102

5 Jurnal Pendidikan IQRA Di samping sudut lemparan, kecepatan dan percepatan, sebagaimana yang dijelaskan di atas, juga masalah perbedaan tinggi raihan/tinggi badan, yang dikenal dengan letak titik berat badan yang berbeda juga menentukan lintasan gerak yang yang berbeda pada sudut lemparan tertentu. Perbedaan letak tinggi raihan/tinggi badan dapat dilihat dengan perbedaan titik permulaan lembing dilepaskan menuju arah lintasan gerak yang menuju pada jarak lemparan. Dengan perhitungan kinematika tentang masalah perbedaan tinggi raihan terhadap jauhnya lemparan sebagaimana yang dikemukakan di atas, jelas bahwa pelempar yang mempunyai raihan yang lebih tinggi, lebih memungkinkan untuk melempar lebih jauh jika dibandingkan dengan pelempar yang kurang tinggi raihannya. Kenyataan sehari-hari secara praktis dapat dilihat bahwa suatu benda yang diletakkan lebih tinggi, bergerak dengan kecepatan tertentu, kemudian berhenti maka benda tersebut akan jatuh jauh ke depan jika dibandingkan dengan benda yang diletakkan lebih rendah. Tinggi Raihan dan Berat Badan Berbicara mengenai tinggi raihan dan berat badan adalah unsur yang tidak sama pada setiap orang. Sehubungan dengan tipe tubuh yang memiliki potensi badan yang tinggi dari seorang calon atlet tergolong dalam tipe Ectomorph menurut Kretchmer yang indentik dengan tipe asthenis menurut Sheldom, atau sama dengan tipe phthisic menurut Hypocrate. Tipe-tipe tersebut mempunyai persamaan dalam unsur physik maupun phychis namun diantara unsur-unsur tersebut belumlah dapat dijadikan suatu potensi yang obyektif bagi seorang atlit, khususnya seorang pelempar lembing. Oleh karena unsur-unsur lain yang dapat dibentuk atau dipengaruhi oleh beberapa keadaan yang menuntut adanya penyesuaian, maka dianggap sangat obyektif untuk menentukan tipe tubuh adalah unsur karakteristik tinggi badan yang akan turut mempengaruhi. Sedangkan untuk menentukan berat badan yang merupakan karakteristik jasmani yang erat hubungannya dengan tinggi badan dan tinggi raihan perlu diketahui landasan teoritisnya. Penentuan berat badan dalam hubungannya terdapat tinggi badan/raihan juga sudah menjadi bahan penelitian dari para ahli. Di samping itu dari segi ilmu gizi, masalah berat badan dan tinggi badan serta tinggi raihan telah dipersalahkan guna menentukan berat badan yang ideal, sesuai dengan tinggi badan. Dari hasil penelitian untuk tipe tubuh dari orangorang di Indonesia, ditetapkan bahwa pertandingan antara tinggi badan dan berat badan ideal, 2 : 3, artinya kalau tinggi badan 180 Cm, berarti berat badan minimal 60 kg. Pendapat lain yang mengatakan bahwa berat badan yang ideal untuk bangsa Indonesia adalah sama dengan tinggi badan dikurangi 100 x 1 Kg. Dari penjelasan tentang berat badan yang ideal di atas maka dalam penelitian atlet untuk lempar lembing, dapat ditentukan berdasarkan tinggi badan dan berat badan, untuk lebih meyakinkan pengaruh tinggi raihan dengan berat badan dalam hubungannya dengan prestasi lempar lembing tingkat pemula, maka pokok pikiran penjelasan selanjutnya ialah mengadakan tentang segi 103

6 Volume 3 No. 1 Juni 2015 kemungkinan gerak yang diakhiri dengan tinjauan kinematika sebagai pembuktian teoritis terhadap masalah tersebut. \METODE PENELITIAN Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini, dipilih metode ekperimen. Ini dilakukan untuk melihat sampai di mana peranan tinggi raihan dan berat badan terhadap prestasi lempar lembing. Jadi metode yang dipergunakan di sini ialah metode eksperimen double design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebanyak 120 orang siswa Mts Negeri Model Palopo dari jumlah siswa tersebut dibagi atas dua kelompok, tiap kelompok terdiri dari 60 orang yang dianggap dapat memenuhi syarat-syarat penelitian. Pemilihan sampel ini didasarkan atas beberapa pertimbangan praktis sesuai dengan masalah yang diteliti. Pertimbangan-pertimbagan dimaksudkan adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini membutuhkan sejumlah siswa serta fasilitas lapangan guna melaksanakan latihan. Kedua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh Mts Negeri Model Palopo, di mana fasilitas tempat di lapangan lebih efisien dan praktis. b. Kemajuan dan perkembangan atletik khususnya lempar lembing, tidak jauh berbeda dengan perkembangan pada sekolah yang ada baik tenaga pengajarnya dan waktu jam pelajaran. c. Dilihat dari segi karakteristik dalam hubunganya terhadap bentuk latihan yang dipergunakan dalam penelitian dapat dikatakan serasi karena siswa-siswa pada umumnya berada pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sama atau hampir sama. d. Seluruhnya adalah siswa-siswa putra dan mempunyai tingkat usia yang hampir sama duduk di kelas dua serta mempunyai kesehatan terjamin sehat. Kelompok A adalah mereka yang mempunyai tinggi dan berat badan yang lebih baik. Sedangkan kelompok B adalah mereka yang mempunyai tinggi raihan dan berat badan yang kurang. Bentuk percobaan yang dilakukan adalah dengan memberikan latihan penguasaan teknik lempar lembing, terhadap dua kelompok orang coba. Kelompok yang pertama ialah mereka yang mempunyai tinggi dan berat badan yang lebih dari kelompok yang lain dari pengusaan teknik kedua kelompok tersebut akan dilihat hasil prestasinya. Mana dari kedua kelompok tesebut yang lebih baik. Untuk mengetahui sampai dimanakah peranan tinggi raihan dan berat badan terhadap prestasi lempar lembing, maka sebelumnya pembinaan perlu diketahui kemampuan lempar lembing dari seluruh anggota sampel. Adapun prosedur pelaksanaan tes awal ini ialah: a. Siswa dikumpulkan dalam barisan, selanjutnya penyusun memberikan pengarahan berupa penjelasan tentang maksud pelaksanaan tes dan pengukuran serta mencek jumlah siswa yang sudah dipilih sebagai anggota sampel dalam penelitian. Dalam hal ini disesuaikan dengan jumlah daftar hadir yang tercatat pada formulir tes dan sekaligus membagi formulir tersebut. 104

7 Jurnal Pendidikan IQRA b. Adapun prosedur urutan pelaksanaan tes dan pengukuran dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: - Pengukuran berat badan. - Pengukuran tinggi badan. - Pengukuran panjang lengan. - Pengukuran tinggi raihan. - Tes lempar lembing - Pelaksanaan tes lempar lembing, sampel menggunakan teknik lempar lembing tanpa awalan - Mengadakan pemanasan badan (warming up). 2. Pelaksana Tes Terakhir Sebelum tes dimulai sebagaimana biasa dalam olahraga diberikan pemanasan badan sama seperti pada tes awal. Tes akhir ini hanya satu item yaitu lempar lembing, petugas pelaksana tes sama pada tes pertama prosedur yang lainnya sama, hanya jumlah lemparan enam kali lempar untuk tiap sampel. Berakhirnya pelaksanaan tes ini maka selesailah sudah pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan data tentang peranan tinggi raihan dan berat badan terhadap prestasi lempar lembing tingkat pemula. Pembahasan Data penelitian tentang pengaruh tinggi raihan terhadap prestasi lempar lembing, setelah diolah; selanjutnya diinterpretasikan guna memberikan suatu kesimpulan tentang masalah yang diselidiki. Untuk maksud tersebut, maka berdasarkan hasil penyusunan dan pengolahan data diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Kedua kelompok sampel ditentukan atas dasar perbedaan tinggi raihan dan berat badan, walaupun adanya perbedaan faktor di atas, namun kedua kelompok berada pada tingkat perkembangan yang sama. Setelah diteliti mengenai kemampuan menerima gerakan baru (motor educability), ternyata kedua kelompok mempunyai tingkat kemampuan motor educabelity yang sama, demikian juga prestasi dasar lempar lembing dari kedua kelompok adalah sama, dengan demikian jelas bahwa apabila dan perbedaan hasil tes lempar lembing antara kedua kelompok semata-mata hanya disebabkan karena pengaruh tinggi raihan dan berat badan. 2. Dari hasil penyusunan data menunjukkan bahwa ada korelasi antara: a. Tinggi raihan dengan peningkatan jarak lempar sesudah menerima latihan pada kelompok A (r = 0,72). b. Tinggi raihan dengan peningkatan jarak lempar sesudah menerima latihan pada kelompok B (r = 0,63). c. Tinggi raihan dengan peningkatan jarak lempar pada kelompok A dan B (r = 0,80). d. Berat badan dengan peningkatan jarak lempar pada kelompok A (r = 0,57). e. Berat badan dengan peningkatan jarak lempar pada kelompok B (r = 0,59). 105

8 Volume 3 No. 1 Juni 2015 f. Berat badan dengan peningkatan jarak lempar lembing pada kelompok A dan B (r = 0,61). Dengan data di atas dapat diinterprestasikan bahwa ada hubungan antara tinggi raihan dengan peningkatan jarak lempar lembing pada kedua kelompok. Demikan juga ada hubungan antara berat badan dengan jarak lempar lembing. Oleh sebab itu, ada pula pengaruh tinggi raihan dan berat badan terhadap peningkatan jarak lempar lembing. 3. Latihan yang diberikan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan jarak lempar lembing. Bahwa latihan yang diberikan kepada kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok seperti di bawah ini : a. Kelompok A. Tes awal mempunyai hasil rata-rata = 18,36 meter meningkat menjadi 23,44 meter, pada tes akhir. b. Kelompok B. Tes awal mempunyai hasil rata-rata 18,05 meter meningkat menjadi 21,47 meter. Melalui pemecahan hipotesis nol peningkatan yang sedemikian itu menunjukkan peningkatan yang signifikan. 4. Kedua kelompok menunjukkan adanya peningkatan, namun peningkatan tersebut cukup signifikan antara kelompok A dengan kelompok B. Melihat hasil rata-rata tes akhir, ternyata kelompok A jauh lebih meningkat jika dibandingkan dengan kelompok B. Mengingat materi latihan yang diberikan adalah sama kemampuan motor educability yang sama, sedangkan perbedaannya hanya pada tinggi raihan dan berat badan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Suatu kenyataan bahwa semakin tinggi raihan berarti makin tinggi badan. Berat badan ideal mempunyai hubungan yang positif dengan tinggi raihan. 2. Dari segi teoritis bahwa: a. Pelempar yang memiliki tipe tubuh yang tinggi raihannya mempunyai kemungkinkan untuk lempar sejauh mungkin, karena mempunyai lintasan gerak parabola yang lebih jauh. b. Kemampuan untuk berprestasi dari segi lain dapat dibentuk dengan mudah, akan tetapi tinggi raihan dan tinggi badan agak sukar, sehingga dalan rangka pemilihan atlet khususnya nomor lempar lembing masalah tinggi raihan adalah sangat mutlak. c. Perbedaan jarak lempar dari kedua pelempar yang berbeda tinggi raihan dengan kemampuan fisik yang sama mengakibatkan adanya perbedaan jarak lemparan karena mempunyai titik gerak yang berbeda dari pengaruh panjang lengan dan tinggi raihan. d. Alat-alat gerak yang memegang peranan utama dalam nomor lempar lembing pada umumnya terletak di tangan, badan, dan tungkai. 106

9 Jurnal Pendidikan IQRA Kemampuan gerak alat-alat tersebut dapat dibentuk melalui latihan, namun yang tidak dapat dibentuk dengan mudah ialah masalah tinggi badan yang erat hubungannya dengan tinggi raihan. e. Tipe tubuh yang tinggi bila mendapat latihan yang teratur dan kontinue akan memiliki potensi fisik berupa kekuatan, kecepatan, kelincahan daya tahan dan koordinasi. 3. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa kelompok yang lebih tinggi raihannya lebih baik prestasi lempar lembingnya. a. Kedua kelompok mempunyai kemampuan motor educability yang sama. b. Kedua kelompok mendapat latihan selama 32 kali dengan program yang sama dan oleh orang yang sama. c. Masing-masing menunjukkan adanya peningkatan hasil latihan sesudah menerima latihan selama 32 kali. d. Kedua kelompok mempunyai perbedaan prestasi sesudah menerima latihan. e. Kelompok yang raihannya tinggi dan berat badannya baik mempunyai perkembangan lempar yang lebih produktif. Perbedaan peningkatan prestasi lemparan antara kedua kelompok ini disebabkan oleh karena pengaruh tinggi raihan dan berat badan. Saran Dari kesimpulan di atas maka dalam rangka membantu pengembangan prestasi olahraga atletik, khususnya nomor lempar lembing disarankan: 1. Tinggi badan, tinggi raihan dan berat badan bagi seorang pelempar lembing adalah karakteristik jasmani yang baik dijadikan pedoman dalam pemilihan atlit untuk dibina selanjutnya. 2. Oleh karena masalah tinggi badan dan tinggi raihan serta berat badan termasuk faktor-faktor penentu dalam pencapaian prestasi lempar lembing, maka sebaiknya pemilihan atlit bukan hanya sekedar pemilihan berdasarkan prestasi yang ditunjukkan pada suatu pertandingan saja, tetapi juga memperhatikan hal tersebut di atas. DAFTAR PUSTAKA Abd. Adib Rani Pembinaan Prestasi Olahraga. Ujung Pandang: KONI Kotamadya Makassar. Amari Tes dan Pengukuran dalam Bidang Olahraga. Surabaya: Buku Mawar. Breshnahan, Tuttle Crerzmeyer Track And Field Athletica. The CV Morsby Company St. Louis. MC. Grow Hill Book Crombell Champion Shiptechnique In Track And Field. New York London Toronto Campany. Conger Roy, Track And Field. New York: Printca Hall Englaewood Cliffs. Dobengga. J. H Athletik. Batavia: Amsterdam Batavia. Moealim Tes dan Pengukur dalam Olahraga. Jogyakarta: Diterbitkan Oleh Bahagian Pendidikan Sto. Muhammadiah Statistik Keolahragaan. Makassar: FKIK-IKIP Makassar. 107

10 Volume 3 No. 1 Juni 2015 Mokodompit EA Laporan Tahunan Rektor. Ujung Pandang: FKIK-IKIP. Kasution, Thomas Buku Penuntun Untuk Membuat Thesis. Jakarta: Jaya Sakti. Pasaribu, Amudi Pengantar Statistik Cetakan II. Medan: Imballo. Rorimpandey, Fge Lari Lompat Lempar. Jakarta: Pembangunan Trainign Atletik dengan Bagan-Bagannya. Jakarta: Pembangunan. Radiopoetro., Kinesiology dan Body Mekanika. Jakarta: Diterbitkan Oleh Dirjen Olahraga dan Pemuda. Sutrisno Hadi., Methodology Research. Jogjakarta: Diterbitkan Oleh Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Siregar. Mf., Ilmu Pengetahuan Melatih. Jakarta: Diterjen Olahraga dan Pemuda. Wayne D Van Huss., Physical Activity In Modern Leving. London: Sounders Company Philadelpia. 108

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan kemajuan ilmu

I. PENDAHULUAN. proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan kemajuan ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN DAN KECEPATAN LARI 30 METER TERHADAP KETANGKASAN LEMPAR LEMBING PADA SISWA KELAS XI SMA YPD DAWAR KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN DAN KECEPATAN LARI 30 METER TERHADAP KETANGKASAN LEMPAR LEMBING PADA SISWA KELAS XI SMA YPD DAWAR KABUPATEN MOJOKERTO HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN DAN KECEPATAN LARI 30 METER TERHADAP KETANGKASAN LEMPAR LEMBING PADA SISWA KELAS XI SMA YPD DAWAR KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMKN 1 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMKN 1 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI HUBUNGAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMKN 1 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Abstrak Ada banyak bentuk-bentuk latihan kebugaran yang dapat dipilih oleh seorang atlet. Bantuk-bentuk latihan diperlukan untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabang olahraga atletik merupakan cabang olahraga yang selalu diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia olahraga mempunyai arti dan makna sangat penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI 2015 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN RUBRIK PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN BIDANG KEOLAHRAGAAN 1. MATERI UJIAN Uji Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : DWI PURNOMO NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKEREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SKRIPSI. Oleh : DWI PURNOMO NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKEREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN DAN KELINCAHAN DENGAN KEMAMPUAN BERMAIN BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII MTS NEGERI PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Menurut Mukholid, (2004:100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek. HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS VIII-A MTS MABDAUL HUDA KARANGAJI KEDUNG JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek. HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA CROSS-STEP PADA SISWA KELAS XI SMA KARYA GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani dan rohani. Untuk mencapai hasil pembangunan yang baik

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah gabungan dari beberapa nomor pertandingan yang secara garis besar dapat di kelompokan menjadi lari, lompat, dan lempar. Atletik adalah salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMKN 1 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMKN 1 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI HUBUNGAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMKN 1 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 013/014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek. HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA CROSS-STEP PADA SISWA KELAS VIII SMPN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 013/014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN PRESTASI LEMPAR CAKRAM SISWA KELAS XI SMA PGRI PURI KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN PRESTASI LEMPAR CAKRAM SISWA KELAS XI SMA PGRI PURI KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN PRESTASI LEMPAR CAKRAM SISWA KELAS XI SMA PGRI PURI KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk prestasi yang menggangkat harkat martabat suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk prestasi yang menggangkat harkat martabat suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian dari peningkatan kualitas hidup manusia adalah pembinaan dan pengembangan olahraga, dimana kualitas olahraga yang diarahkan menuju kepada kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, manusia kurang menyadari bahwa pentingya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, manusia kurang menyadari bahwa pentingya aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, manusia kurang menyadari bahwa pentingya aktivitas olahraga; jika olahraga mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN Kadek Dian Vanagosi, S.Pd., M.Pd. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang diminati di berbagai penjuru dunia, dikarenakan bulutangkis merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan seluruh masyarakat, sedangkan secara khusus pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah dan mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMA YPD TRAWAS MOJOKERTO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMA YPD TRAWAS MOJOKERTO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI LARI CEPAT 100 METER SISWA KELAS XI SMA YPD TRAWAS MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh : EKO ANDITA JUNIANTO NPM :

S K R I P S I. Oleh : EKO ANDITA JUNIANTO NPM : HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT KAKI, LENTUK TOGOK TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 8 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014 2015 S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Sakah Satu

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Korelasi Hubungan Antara X 1, X 2 dengan Y Keterangan ;

Gambar 3.1 Korelasi Hubungan Antara X 1, X 2 dengan Y Keterangan ; 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

Yan Indra Siregar. Abstrak

Yan Indra Siregar. Abstrak 120 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SLIDE JUMP SPRINT DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP WITH LATERAL MOVEMENT TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN HASIL LARI 100 METER PADA MAHASISWA PKO STAMBUK 2014 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN JALAN CEPAT PADA SISWA KELAS VIII MTS. MIFTHAHUL ULUM KEMLAGI MOJOKERTO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN JALAN CEPAT PADA SISWA KELAS VIII MTS. MIFTHAHUL ULUM KEMLAGI MOJOKERTO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN JALAN CEPAT PADA SISWA KELAS VIII MTS. MIFTHAHUL ULUM KEMLAGI MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan dara dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR CAKRAM PADA SISWA KELAS X SMAN 3 PRAYA TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR CAKRAM PADA SISWA KELAS X SMAN 3 PRAYA TAHUN PELAJARAN HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR CAKRAM PADA SISWA KELAS X SMAN 3 PRAYA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Susi Yundarwati dan Intan Primayanti Dosen Pendidikan Olahraga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh PP 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan, 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah olahraga yang disebut sebagai induk dari cabang olahraga (de mother aller sporte). Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktifitas jasmani, aktifitas itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap anggota badan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. Jenis latihan ini telah dikenal dan sering digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan dalam kehidupan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : PEPY CANDRA NINGTRIA NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKEREASI

SKRIPSI. Oleh : PEPY CANDRA NINGTRIA NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKEREASI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN EKSPLOSIF ANGGOTA GERAK BAWAH DENGAN HASIL LOMPAT TINGGI GAYA GULING SISI PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kemampuan atau kondisi fisik. Menurut Harsono (2000:4) mengemukakan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SKIPIING TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DAMPELAS. Maspar Addriana Bulu Baan Muh.

PENGARUH LATIHAN SKIPIING TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DAMPELAS. Maspar Addriana Bulu Baan Muh. 1 PENGARUH LATIHAN SKIPIING TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DAMPELAS Maspar Addriana Bulu Baan Muh. Ramli Pendidikan Olahraga FKIP Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh : RIF AN NPM :

S K R I P S I. Oleh : RIF AN NPM : HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT KAKI DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA SMP NEGERI 6 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK KONTRIBUSI KELENTUKAN TOGOK, DAYA LEDAK OTOT TUNGKAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA CLUB VOLI KECAMATAN LORE TENGAH DESA LEMPE Esra Fitriyanti Kedo Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN TERHADAP PRESTASI LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN TERHADAP PRESTASI LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN TERHADAP PRESTASI LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakangerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan lempar (Eddy Purnomo, 2007:1).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Atletik Atletik merupakan perlombaan yang diadakan dilapangan dan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar dan setiap orangpun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam lantai. Sikap lilin adalah sikap yang dilakukan dari posisi tidur terlentang, kemudian mengangkat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : TRIANATA WAHYU SETYAWIDI NPM :

SKRIPSI. Oleh : TRIANATA WAHYU SETYAWIDI NPM : Artikel Skripsi PENGARUH TINGGI BADAN SERTA BERAT BADAN TERHADAP KECEPATAN LARI JARAK 80 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VII SMP NEGERI 7 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik sebagai cabang olahraga tertua di dunia merupakan induk dari semua cabang olahraga yang dilakukan secara luas dan bisa dilakukan

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik sebagai cabang olahraga paling tua di dunia merupakan induk dari semua cabang olahraga, maka tidak mengherankan sering disebut sebagai the mother of

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN SERVICE ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN SERVICE ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN SERVICE ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Oleh: JUWANDA A1D408033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matras, sehingga terjadi touché, (kemenangan mutlak). Touché untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. matras, sehingga terjadi touché, (kemenangan mutlak). Touché untuk menyatakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gulat merupakan cabang olahraga beladiri yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu saling berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh untuk menjatuhkan lawan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrakurikuler, (2) ekstrakurikuler, dan (3) ko-kurikuler. Pelaksanaan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. intrakurikuler, (2) ekstrakurikuler, dan (3) ko-kurikuler. Pelaksanaan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan di Indonesia terdapat tiga macam yaitu: (1) intrakurikuler, (2) ekstrakurikuler, dan (3) ko-kurikuler. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang memiliki makna bertanding dan berlomba, Rahmat dan Hendrayana, (2007, hlm. 3). Selanjutnya istilah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Softball merupakan salah satu cabang olahraga yang saat ini sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Softball merupakan salah satu cabang olahraga yang saat ini sedang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Softball merupakan salah satu cabang olahraga yang saat ini sedang berkembang di Indonesia. Olahraga softball merupakan pengembangan dari olahraga sejenis,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI PALVAN TRI ANGGARA JAYA NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

ARTIKEL SKRIPSI PALVAN TRI ANGGARA JAYA NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN SERVICE ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan cabang olahraga yang menuntut berbagai bentuk gerakan. Untuk dapat melakukan gerakan pada olahraga pencak silat seperti gerakan pukulan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: DWI EKO PURNOMO NPM

SKRIPSI. Oleh: DWI EKO PURNOMO NPM Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN, KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN JAUHNYA TOLAKKAN PELURU GAYA O BREIN PADA SISWA PUTRA KELAS VIII MTS NEGERI PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015. SKRIPSI

Lebih terperinci

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK Oleh Drs. H.M.Husni Thamrin, M.Pd FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA METHODIK ATHLETIK Mengajar Gerak Dasar Atletik 1. Atletik merupakan aktivitas jasmani

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua dan juga dianggap sebagai induk dari semua cabang olahraga, telah sejak dulu dilakukan orang seperti berjalan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN HIPOTESIS. atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletic (bahasa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN HIPOTESIS. atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletic (bahasa 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Hakikat atletik Istilah atletik berasal dari kata Athlon (bahasa yunani) yang berarti lomba atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

S K R I P S I. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA MEMBELAKANGI PADA SISWA PUTRI KELAS XI SEMESTER GENAP SMK NEGERI 2 TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Manusia melakukan aktivitas gerak sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Belajar gerak dasar

Lebih terperinci

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangkitkan rasa kebangsaan Nasional. Dalam kehidupan modern ini

BAB I PENDAHULUAN. membangkitkan rasa kebangsaan Nasional. Dalam kehidupan modern ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah salah satu dari bentuk peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cilimus.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA CROSS STEP PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA CROSS STEP PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2014 HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA CROSS STEP PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2014 S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR A. Hakikat Lempar Lembing 1. Lempar Lembing Lempar lembing diikutsertakan dalam ajang Olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS Oleh : RIA LUMINTUARSO NIP. 19621026 198812 1 001 DISPORA KABUPATEN PURWOREJO 11-13 PEBRUARI 2008 1 A. LANDASAN KEGIATAN

Lebih terperinci