PROGRAM PEMBERDAYAAN SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PEMBERDAYAAN SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION"

Transkripsi

1 PROGRAM PEMBERDAYAAN SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) OLEH SWISSCONTACT (Studi Kasus: Kelompok Usaha Kecil Jins di Cipulir, Jakarta Selatan ) AL BRIHAM JARMAL SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRACT Al Briham Jarmal. Program Pemberdayaan Small And Medium Enterprise Promotion (SMEP) oleh Swisscontact (Di bawah bimbingan Murdianto) This research purpose was to analyze the empowerment strategy in Small and Medium Enterprise (SMEP) program and to analyze the empowerment process in SMEP program. This program has operated by Swisscontact (one of the international NGO), and the beneficiaries is a denim cluster in Cipulir. This method research was qualitative method and sampling method was snowball sampling. The result was empowering strategy that Swisscontact use is facilitation strategy. It means the denim cluster in Cipulir is already knows what they problem but they don t know how to solve it. This strategy make Swisscontact has an agent of change in this SMEP program. The second result was, empowering process in this program split in two phases. First is primer process, in this process the denim cluster in Cipulir having a training to improve their productivity. Second is secondary process, in this process the denim cluster in Cipulir having a group discussion with Swisscontact and other players in this area. The discussion purpose is to encourage and motivated them during this program. Key Words : empowering, strategy, process, SME

3 RINGKASAN AL BRIHAM JARMAL. Program Pemberdayaan Small And Medium Enterprise Promotion (SMEP) oleh Swisscontact (Di bawah bimbingan MURDIANTO) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan usaha yang dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi di Indonesia pada tahun Perkembangannya pun sangat pesat hingga sekarang. Secara umum UKM sendiri masih menghadapi dua permasalahan utama, yaitu masalah finansial dan masalah nonfinansial (organisasi manajemen). Dalam hal ini, Swisscontact sebagai salah satu lembaga asing yang beroperasi di Indonesia, berperan untuk mengembangkan UKM yang ada di Indonesia, khususnya di Jakarta. Dengan program yang diberi nama Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP), Swisscontact berupaya untuk mengembangkan UKM yang bergerak pada sektor garmen dengan hasil jadi jins, yang berada di Cipulir. Tujuan dari program SMEP itu sendiri adalah untuk memperbaiki keadaan kelompok usaha setelah terjadi bencana banjir dan untuk meningkatkan pendapatan usaha. Keberadaan UKM di Cipulir sangat berpotensi untuk dikembangkan. Seperti kelompok usaha yang lain, UKM di Cipulir juga mempunyai permasalahan yang serupa dialami oleh kebanyakan UKM, permasalahan tersebut antara lain : 1. Tingkat produktivitas yang rendah. 2. Jaringan pemasaran yang rendah. 3. Akses yang rendah terhadap bahan baku. 4. Tidak adanya dukungan dari lembaga-lembaga terkait. Swisscontact dengan program SMEP mulai menyusun strategi pemberdayaan dalam program SMEP tersebut, untuk mengatasi masalah tersebut. Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam program (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir dalam upaya memberdayakan UKM yang mereka jalankan, menggunakan strategi fasilitasi. Maksudnya adalah para pelaku usaha kecil sudah mengetahui permasalahan yang mereka hadapi dan peran dari Swisscontact adalah hanya sebagai fasilitator atau agen peubah dalam program ini. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjalankan strategi pemberdayaan adalah dengan mengidentifikasi kelompok sasaran yang dijadikan penerima program, yang menghasilkan bahwa penerima program SMEP ini adalah hanya kelompok usaha pada skala kecil saja. Langkah selanjutnya adalah menentukan masalah secara bersama dan dihasilkan masalah yang telah disebutkan di atas. Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan menggunakan proses kecenderungan primer dan proses kecenderungan sekunder. Bentuk dari proses primer adalah dengan adanya pelatihan manajemen kerja dan manajemen keuangan pada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Selain pelatihan tersebut, pada proses ini juga dilakukan penguatan koperasi, bantuan program CTC, dan melakukan mitra kerja dengan

4 usaha garmen skala besar. Pada proses sekunder, bentuknya adalah dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan tiap bulan dan dihadiri oleh Swisscontact, pelaku usaha dan lembaga-lembaga terkait. Perubahan yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Cipulir antara lain meningkatnya tingkat produktivitas, jaringan pemasaran yang bertambah, biaya bahan baku yang semakin rendah, dan adanya dukungan dari lembaga-lembaga terkait.

5 PROGRAM PEMBERDAYAAN SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) OLEH SWISSCONTACT (Studi Kasus: Kelompok Usaha Kecil Jins di Cipulir, Jakarta Selatan ) Oleh: Al Briham Jarmal I SKRIPSI Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

6 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama : Al Briham Jarmal NRP : I Judul Skripsi : Program Pemberdayaan Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) oleh Swisscontact dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Murdianto, MSi NIP Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus:

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) OLEH SWISSCONTACT BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI. TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK MANAPUN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH SAYA. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAAN INI. Bogor, Agustus 2009 Al Briham Jarmal I

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga skripsi dengan judul Program Pemberdayaan Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) oleh Swisscontact ini berhasil diselesaikan. Selesainya penyusunan skripsi ini atas masukan, arahan dan bimbingan dari Bapak Ir. Murdianto, MSi sebagai dosen pembimbing, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih. Juga kepada seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, teman-teman atas dukungannya, dan pihak-pihak lain yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini belum dapat disusun secara sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa mahasiswa harapkan, semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Agustus 2009 Al Briham Jarmal

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 25 April Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, yang merupakan anak dari pasangan suami isteri Nugget Feragetta Gunawi dan Nina Kirana. Pendidikan terakhir penulis adalah di Sekolah Menengah Umum (SMU) 78 Jakarta. Penulis memiliki hobi berolah raga dan bermain musik. Pada saat Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Umum, penulis aktif dalam ekstrakurikuler sepak bola. Setelah lulus dari SMU 78 Jakarta, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis mengambil jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia. Selama berada di IPB penulis aktif mengikuti berbagai keorganisasian seperti Himasiera sebagai anggota Divisi Public Relation, Commnex 2008, dan berbagai kegiatan kemahasiswaan seperti FUTNAS, Masa Pekenalan Departemen, Malam Keakraban KPM, dan juga penulis aktif dalam acara-acara musik di IPB dan di kota Bogor sebagai pengisi acara.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iv v vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development) Ruang Lingkup Community Development Pendekatan Community Development Pemberdayaan Masyarakat Proses Pemberdayaan dan Strategi Pemberdayaan Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat Evaluasi Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerangka Pemikiran Hipotesa Pengarah Definisi Konseptual... 22

11 Halaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Unit Analisis Penentuan Informan Penentuan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Swisscontact Misi Swisscontact di Indonesia Profil Klaster UKM Cipulir Gambaran Umum Program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) Strategi Pemberdayaan Identifikasi Kelompok Sasaran Penentuan Masalah dan Perencanaan Partisipatoris Penguatan dan Peningkatan Kapasitas Pelaku Promosi Klaster Replikasi dari pihak yang terkait untuk Pengembangan Klaster BAB VI PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) Proses Pemberdayaan Proses Pemberdayaan Sekunder Proses Pemberdayaan Primer Ikhtisar... 53

12 Halaman BAB VII MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) PADA UKM DI CIPULIR PERUBAHAN PADA UKM DI CIPULIR Pengaruh Proses Pemberdayaan terhadap Perubahan Pelaku Usaha Kecil Ikhtisar BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 63

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun Area Intervensi pada Program SMEP Perubahan keadaan usaha Bapak Nsr, sebelum dan sesudah pemberdayaan Perubahan keadaan usaha Bapak Asm, sebelum dan sesudah pemberdayaan Perubahan keadaan usaha Bapak Mht, sebelum dan sesudah pemberdayaan... 58

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran Strategi Penguatan dan Peningkatan Kapasitas Pelaku Strategi Promosi Klaster Proses Pemberdayaan pada Pelatihan IGTC Proses Pemberdayaan pada Pelatihan Universitas Bina Nusantara Proses Pemberdayaan pada Program CTC Proses Pemberdayaan pada Pelatihan oleh PT Bali Nirwana Peran Swisscontact dalam Proses Pemberdayaan pada Program SMEP... 54

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Jadwal Penelitian Teknik Pengumpulan Data Panduan Pertanyaan Catatan Harian Dokumentasi... 74

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, telah meruntuhkan banyak usaha besar akan tetapi tidak dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Sebagian besar UMKM tetap bertahan, bahkan jumlahnya meningkat dengan pesat dan perhatian pada UMKM menjadi lebih besar. Kuatnya daya tahan UMKM juga didukung oleh struktur permodalannya yang lebih banyak tergantung pada dana sendiri. Jumlah UMKM sejak tahun 1997 sampai sekarang meningkat dengan cepat dibandingkan dengan usaha berskala besar. UMKM sendiri dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan usaha besar. Perkembangan UMKM dari tahun dapat dilihat pada tabel 1 : Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan Tahun Unit Usaha: - Usaha Mikro - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah(UM) - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Besar (UB) Unit Unit Unit Unit Unit Unit Tenaga Kerja: - Usaha Mikro - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah(UM) - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Besar (UB) Sumber : Kementriaan Koperasi, 2008 Orang Orang Orang Orang Orang Orang

17 Melihat sumbangannya pada perekonomian yang semakin penting, UMKM seharusnya mendapat perhatian yang semakin besar dari para pengambil kebijakan, khususnya lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas perkembangan UMKM. Akan tetapi, upaya pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah belum bisa mengembangkan para pelaku UMKM. Pengembangan UMKM di Indonesia selama ini dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kementerian Negera KUMKM). Selain Kementrian Negara KUMKM, instansi yang lain seperti Depperindag, Depkeu, dan BI juga melaksanakan fungsi pengembangan UMKM sesuai dengan wewenang masingmasing, dimana Depperindag melaksanakan fungsi pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dengan menyusun Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah tahun Demikian juga Departemen Keuangan melalui SK Menteri Keuangan Menkeu No.316/KMK.016/1994 mewajibkan BUMN untuk menyisihkan 1-5 persen laba perusahaan bagi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), namun kebanyakan BUMN memilih persentase terkecil, yaitu 1 persen, sementara banyak UMKM yang mengaku kesulitan mengakses dana tersebut. Selain itu, kredit perbankan juga sulit untuk diakses oleh UMKM, diantaranya karena prosedur yang rumit serta banyaknya UMKM yang belum bankable. Apalagi Bank Indonesia tidak lagi membantu usaha kecil dalam bidang permodalan secara langsung dengan diberlakukannya UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Selain permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya, secara umum UMKM sendiri menghadapi dua permasalahan utama, yaitu masalah finansial dan masalah nonfinansial (organisasi manajemen). Masalah yang termasuk dalam masalah finansial diantaranya adalah : Kurangnya kesesuaian antara dana yang tersedia yang dapat diakses oleh UMKM. Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM. Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang dikucurkan kecil.

18 Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh ketiadaan bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi. Banyak UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan manajerial dan finansial. Masalah yang termasuk dalam masalah organisasi manajemen (nonfinansial) di antaranya adalah : Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan. Kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar. Keterbatasan sumber daya manusia. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi Disamping dua permasalahan utama di atas, UMKM juga menghadapi permasalahan linkage dengan perusahaan dan ekspor. Permasalahan yang terkait dengan linkage antar perusahaan diantaranya industri pendukung yang lemah dan UMKM yang memanfaatkan/menggunakan sistem klaster dalam bisnis belum banyak. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi problema tersebut kepada UMKM, salah satunya adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan untuk memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat, dan memperluas partisipasi masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan, dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar. Dalam hal ini, Swisscontact sebagai salah satu lembaga asing yang beroperasi di Indonesia, berperan untuk mengatasi problem kemiskinan dengan strategi pemberdayaan masyarakat melalui sektor ekonomi. Upaya yang dilakukan oleh Swisscontact adalah dengan menerapkan program pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM

19 dipilih karena sebagian besar pelaku UMKM merupakan masyarakat miskin, diharapkan dengan meningkatnya potensi bisnis yang ada dapat memberikan dampak langsung terhadap pengurangan kemiskinan. Kegiatan ini bertempat di Cipulir, Jakarta Selatan terdapat UMKM yang bergerak di bidang tekstil. Proyek ditempatkan di Cipulir yang dimana ada sekitar produsen, pedagang dan beratus-ratus usaha dengan industri pendukung didalamnya, seperti: laundry, sulam-menyulam, para penyalur permesinan didalam kelompok ini, dengan mempekerjakan sekitar pekerja tetap dan pekerja paruh waktu. Bisnis garmen menyediakan kira-kira 65 persen aktivitas produksi di daerah ini, dimana daerah ini memiliki tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, 90 persen produk didistribusikan melalui suatu pasar lokal dan dijual ke tempat lain di luar Jawa seperti halnya di Sumatra Selatan, Kalimantan dan Sulawesi yang secara langsung atau melalui tengkulak di Tanah Abang dan sekitar 10 persen diekspor sebagian besar ke Malaysia dan Afrika yang juga melalui tengkulak di Tanah Abang. Produk unggulan dari Cipulir adalah celana anak kecil berbahan jins, dan dihasilkan oleh lebih dari 60 persen produsen. Situasi ekonomi dari usahawan kecil dan mikro di area ini berpotensi untuk dikembangkan. UMKM ini mulai berkembang pada awal tahun Akan tetapi, bencana banjir yang melanda Jakarta pada bulan Februari 2007 menghancurkan kelompok industri rumahan ini yang melahirkan suatu program Small Textile Enterprise Promotion (STEP) oleh Swisscontact. Program ini memfokuskan pada rehabilitasi dengan memberikan 800 mesin usaha kepada 400 kelompok usaha di Cipulir. Akan tetapi kelompok usaha yang telah mendapatkan bantuan dari program STEP ini tetap harus dikembangkan karena tingginya persaingan di sektor tekstil, karena bantuan hanya bersifat sementara saja. Beberapa permasalahan, seperti ketidaktahuan terhadap variasi dan disain inovatif yang mengakibatkan suatu kecenderungan untuk menghasilkan produk serupa, ketidaktahuan terhadap mutu produk, organisasi dan koordinasi yang lemah di dalam kelompok usaha yang mengakibatkan kompetisi yang tidak adil baik bagi produk maupun bagi karyawan, dan kemampuan tentang keuangan yang terbatas dan ketidaktahuan tentang manajemen bisnis dan kemampuan

20 administrasi (tata buku dan arus kas manajemen), menjadi permasalahan yang sering dialami oleh para pelaku UMKM di Cipulir. Swisscontact merancang suatu program untuk mengatasi masalah tersebut, dalam rangka melanjutkan program sebelumnya, yang dinamakan Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta. Program ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan kelompok usaha setelah terjadi bencana banjir dan untuk meningkatkan pendapatan usaha. Sejauh mana program SMEP telah memberdayakan kelompok usaha kecil di Cipulir inilah yang akan menjadi fokus permasalahan dari penelitian ini. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan topik masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dari program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta adalah: 1. Bagaimana strategi pemberdayaan dari program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta telah memberdayakan UMKM di Cipulir? 2. Bagaimana proses pemberdayaan pada program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta telah memberdayakan UMKM di Cipulir? 3. Apa perubahan yang terjadi pada UMKM di Cipulir terhadap program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1. Strategi pemberdayaan dari program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta telah memberdayakan UMKM di Cipulir. 2. Proses pemberdayaan pada program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta telah memberdayakan UMKM di Cipulir. 3. Perubahan yang terjadi pada UMKM di Cipulir terhadap program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta.

21 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pemahaman, perubahan yang terjadi pada UMKM, dan penerapan program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta yang dilakukan oleh Swisscontact pada UMKM yang berlokasi di Cipulir. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai analisis program pemberdayaan bagi para akademisi dan peneliti. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan evaluasi dan pertimbangan bagi Swisscontact dalam perencanaan program yang serupa.

22 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development) Menurut Warren dan Cottrell (1990) dalam Budimanta (2003), komuniti adalah sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu dimana seluruh anggotanya berinteraksi satu sama lain, mempunyai pembagian peranan status yang jelas, mempunyai pembagian peran dan status yang jelas, mempunyai kemampuan untuk memberikan pengaturan terhadap anggota-anggotanya. Komuniti biasanya dikuatkan oleh hubungan kerabat, hubungan kerja, hubungan profesi. Secara hakekat, community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komuniti-komuniti lokal. Sebagai salah satu elemen, berarti industri masuk dalam struktur sosial masyarakat setempat dan berfungsi terhadap elemen lainnya yang ada. Dengan kesadarannya, industri harus dapat membawa komuniti-komuniti lokal bergerak menuju kemandiriannya tanpa merusak tatanan sosial budaya yang sudah ada. Dengan kata lain masyarakat terdiri dari komuniti lokal, komuniti pendatang dan komuniti industri yang kesemua komuniti tersebut saling mempengaruhi, berinteraksi dan beradaptasi sebagai anggota masyarakat. Secara umum community development adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2003). Definisi lain mengenai community development adalah sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Terkait dengan community development, pemberdayaan pada dasarnya memiliki unsur pokok, yaitu partisipasi. Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan.

23 Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi perhatian dan tidak dapat dipisahkan. Dalam organisasi, proses pemberdayaan akan berlangsung baik jika didukung partisipasi baik dari pihak manajemen maupun masyarakat. Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Menurut Ife (1995), pemberdayaan memiliki dua pengertian kunci yaitu kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas: 1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan. 2. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya. 3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. 4. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan. 5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan. 6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa. 7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. Kunci pengembangan masyarakat (community development) adalah selalu bersumber pada keswadayaan lokal. Pengembangan masyarakat mengandung unsur partisipasi sebagai konsep utama dari kemandirian dari para warga. Berkaitan dengan proses pelaksanaan pengembangan masyarakat, terdapat beberapa asas dalam pengembangan masyarakat, yaitu: (1) komunitas dilibatkan (partisipasi) dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2) mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties) dan partisipasi warga; (3) membuka akses warga atas bantuan

24 profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas Ruang Lingkup Community Development Secara umum ruang lingkup program-program community development dapat dibagi berdasarkan kategori sebagai berikut (Budimanta,2003): 1. Community Service : merupakan pelayanan korporat untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun kepentingan umum, seperti pembangunan fasilitas umum antara lain pembangunan ataupun peningkatan sarana transportasi/jalan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, peningkatan perbaikan sanitasi lingkungan, pengembangan kualitas pendidikan (penyediaan guru, operasional sekolah), kesehatan (bantuan tenaga paramedis, obat-obatan, penyuluhan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan permukiman), keagamaan dan lain sebagainya. 2. Community Empowering : adalah program-program yang berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Berkaitan dengan program ini adalah seperti pengembangan ataupun penguatan kelompok-kelompok swadaya masyarakat, komuniti lokal, organisasi profesi serta peningkatan kapasitas usaha masyarakat yang berbasiskan sumber daya setempat. 3. Community Relation : yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Seperti konsultasi publik, penyuluhan dan sebagainya Pendekatan Community Development Sebagai suatu model alternatif pembangunan yang berpusat pada rakyat, community development memiliki beberapa pendekatan yang harus diterapkan. Pendekatan dalam pengembangan masyarakat menurut Long (1970) dalam Nasdian (2003) dibagi menjadi enam pendekatan, antara lain: 1. Pendekatan Komunitas

25 Dalam pendekatan ini, komunitas diartikan sebagai kumpulan individu yang masih memiliki tingkat kepedulian dan interaksi antar anggota masyarakat yang menempati suatu wilayah yang relatif kecil dengan batas yang jelas. Asumsi yang digunakan adalah perhatian warga komunitas pada upaya perubahan, keberhasilan pengembangan masyarakat berkorelasi dengan peluang warga untuk berpartisipasi, masalah dapat dipecahkan sesuai dengan kebutuhan warga, dan pendekatan holistik adalah penting. 2. Pendekatan Kemandirian Informasi Komunitas dipandang sebagai suatu sistem dan arus. Sebagai suatu sistem, komunitas terdiri dari berbagai sub sistem yang saling berhubungan dan bergantung. Komunitas digambarkan sebagai suatu proses perubahan yang konstan dengan masa lalu. 3. Pendekatan Pemecahan Masalah Asumsi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah pendekatan pemecahan masalah memandang manusia sebagai makhluk rasional, manusia dan komunitasnya mampu menggabungkan masalah-masalah dan mencari solusi, keberhasilan tergantung ketersediaan dan kemampuan peneliti. 4. Pendekatan Demonstrasi Asumsi yang digunakan adalah manusia itu rasional, manusia mampu belajar, tanpa kerjasama dan partisipasi, demonstrasi tidak akan berjalan, metode berdasar fakta ilmiah dapat didemonstrasikan, perilaku penting dipelajari melalui interaksi, warga komunitas mampu berinteraksi dan membentuk lingkungannya. 5. Pendekatan Eksperimen Asumsi yang digunakan pengembangan masyarakat membutuhkan percobaan dan gagasan akan bernilai jika gagasan tersebut dapat dilaksanakan. 6. Pendekatan Konflik Kekuatan Pendekatan ini menganggap komunitas sebagai suatu interaksi komponen yang kompleks dan antar komponen saling mempengaruhi dari sektor privat dan publik yang pada waktu dan situasi yang berbeda memiliki perbedaan kapasitas dalam kekuasaan.

26 Pendekatan lain dalam pengembangan masyarakat yang lebih sederhana dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003), yaitu pendekatan direktif (instruktif) dan non-direktif (partisipatif). Pendekatan direktif didasarkan pada asumsi bahwa community worker tahu apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh masyarakat. Prakarsa dan pengambilan keputusan pada pendekatan ini dipegang oleh pihak luar (community worker). Dalam prakteknya mungkin pihak luar menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu masalah, tetapi jawaban yang muncul dari masyarakat selalu diukur dari segi baik dan buruk menurut pihak luar (community worker). Pendekatan non-direktif didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pendekatan ini menekankan bahwa pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka diberikan kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan Pemberdayaan Masyarakat Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Menurut Webster dalam Siregar (2004) pemberdayaan mengandung dua pengertian yaitu: 1. To give ability or enable to, yakni upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program-program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan. 2. To give power or authority to, yang berarti memberi kewenangan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada masyarakat, agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungan secara mandiri.

27 Intinya pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong (encourage), memotivasi, dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. Bertolak dari definisi di atas, menurut Kartasasmita (1996), pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga aspek pokok yaitu : 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (enabling). Dalam hal ini perlu mengenali bahwa setiap manusia, baik individu, kelompok maupun organisasi kemasyarakatan memiliki potensi yang dapat dikembangkan. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering) melalui pemberian input berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana, baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (sekolah, kesehatan), serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran dan pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. 3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah (protecting). Berdasarkan uraian di atas, pemberdayaan masyarakat sebagai suatu alternatif strategi pengelolaan pembangunan mensyaratkan adanya keterlibatan langsung masyarakat (community based development) baik secara perorangan maupun dalam bentuk kelompok dan lembaga, dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian sampai tahap evaluasi hasil-hasil pembangunan. Pemberdayaan masyarakat sendiri bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualistas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Untuk mencapai tujuan ini, faktor peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan

28 formal dan non-formal perlu mendapat prioritas. Memberdayakan masyarakat bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mau mendidik diri mereka sendiri. Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, dan mampu mengadopsi inovasi. Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri, untuk itu perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun komunitas memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses terhadap sumber daya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktivitas pembangunan yang dilakukan lingkungannya Proses Pemberdayaan dan Strategi Pemberdayaan Menurut Oakley dan Marsden (1984) dalam Pranarka dan Moeljarto (1996), proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yaitu: (1) proses primer, yang menekankan pada pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat, agar menjadi lebih berdaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka; dan (2) proses sekunder, dengan menekankan pada menstimuli, mendorong, memotivasi masyarakat, agar mempunyai kemampuan/keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Kedua proses ini bukan klasifikasi kaku, tetapi saling terkait. Agar kecenderungan primer terwujud, seringkali harus melalui proses sekunder terlebih dahulu. Berdasarkan pemikiran di atas maka secara operasional, pemberdayaan pada tahap ini bergerak dari pemahaman sisi dimensi generatif, yang merupakan suatu proses perubahan yang menekankan kreativitas dan prakarsa warga komunitas yang sadar diri dan terbina sebagai titik tolak. Dengan pengertian tersebut pemberdayaan mengandung dua pengertian, yakni kemandirian dan

29 partisipasi. Pemberdayaan warga komunitas merupakan tahap awal untuk menuju kepada partisipasi warga komunitas khususnya dalam proses pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Harper (1994) dalam Adi (2003) ada beberapa strategi yang dapat dipakai untuk melakukan pemberdayaan: 1. Strategi Fasilitasi Strategi ini dipergunakan bila kelompok yang dijadikan target mengetahui ada masalah dan membutuhkan perubahan dan ada keterbukaan terhadap pihak luar dan keinginan pribadi untuk terlibat. Melalui strategi ini para agen perubah dapat bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu, tugas dari fasilitator ini seringkali membuat kelompok target menjadi sadar terhadap pilihan-pilihan dan keberadaan sumber-sumber. Strategi ini dikenal sebagai strategi kooperatif, yaitu agen peubah bersama-sama kliennya mencari penyelesaian. 2. Strategi Edukatif Strategi ini membutuhkan waktu, khususnya dalam membentuk pengetahuan dan keahlian. Pendekatan ini memberikan suatu pemahaman atau pengetahuan baru dalam mengadopsi suatu perubahan. Segmentasi menjadi faktor penting untuk membuat pesan mudah dimengerti atau diterima oleh kelompok yang berbeda. Karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi sosial, dan ekonomi) merupakan pengkategorian yang umum digunakan. 3. Strategi Persuasif Strategi ini berupaya membawa perubahan melalui kebiasaan dalam berperilaku, dimana pesan disusun dan dipresentasikan. Jadi pendekatan ini mengacu kepada tingkatan reduksi dimana agen perubah mempergunakan emosi dan hal-hal yang tidak rasional untuk melakukan perubahan. Persuasi lebih sering dipergunakan bila target tidak sadar terhadap kebutuhan perubahan atau mempunyai komitmen yang rendah terhadap perubahan. 4. Strategi Kekuasaan Praktek strategi kekuasaan yang efektif membutuhkan agen yang mempunyai sumber-sumber untuk memberi bonus atau sanksi pada target serta mempunyai kemampuan untuk memonopoli akses. Strategi kekuasaan ini menjadi efektif

30 ketika komitmen terhadap perubahan rendah, waktu yang singkat dan perubahan yang dikehendaki lebih kepada perilaku dibandingkan dengan sikap (attitude) Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif, dan simultan sampai ambang tercapainya keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan yang diperintah. Menurut Ndraha dalam Adi (2003) diperlukan berbagai program pemberdayaan, antara lain : 1. Pemberdayaan Politik Pemberdayaan politik bertujuan meningkatkan bargaining position yang diperintah terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut, yang diperintah mendapatkan apa yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan, dan kepedulian tanpa merugikan orang lain. 2. Pemberdayaan Ekonomi Pemberdayaan ekonomi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan yang diperintah sebagai konsumen untuk berfungsi sebagai penanggung dampak negatif pertumbuhan, pemikul beban pembangunan, dan penderita kerusakan lingkungan. 3. Pemberdayaan Sosial Budaya Pemberdayaan sosial budaya bertujuan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui human investment guna meningkatkan nilai manusia dan perilaku seadil-adilnya terhadap manusia. 4. Pemberdayaan Lingkungan Pemberdayaan lingkungan dimaksudkan sebagai program perawatan dan pelestarian lingkungan, supaya antara yang diperintah dan lingkungannya terdapat hubungan saling menguntungkan Evaluasi Menurut Raudabough dalam Fauziah (2007), evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan nilai atau jumlah keberhasilan yang dicapai dari suatu tujuan program yang telah ditetapkan. Evaluasi mencakup beberapa tahapan, yaitu: formulasi tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan

31 dalam mengukur keberhasilan. Kunci elemen konseptual dalam evaluasi adalah nilai atau jumlah dari derajat keberhasilan. Dengan demikian, dalam evaluasi terkandung didalamnya proses pemberian nilai kepada pencapaian tujuan program, dan kemudian menetapkan derajat keberhasilan pencapaian tujuan yang dinilai tersebut. Departemen Pertanian (1990) mengemukakan jenis evaluasi lain untuk mengevaluasi program, yaitu: 1. Evaluasi Input Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan Output dan tujuan suatu proyek atau program. 2. Evaluasi Output Evaluasi Output adalah penilaian terhadap Output-Output yang dihasilkan oleh program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia, untuk mencapai tujuan proyek atau program. Contoh Output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif), perubahan sikap (aras afektif), kesediaan berprilaku (aras konatif) dan perubahan berprilaku (aras psikomotorik). Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaanya terhadap suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan seseorang berprilaku tertentu yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari sehingga dapat diwujudkan menjadi suatu pola. 3. Evaluasi Effect (efek) Evaluasi efek adalah penilaian terhadap hasil yang di peroleh dari penggunaan Output-Output program. Sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuhnya baru tampak setelah program selesai.

32 4. Evaluasi Impact (dampak) Evaluasi Impact adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadikan proyek jangja panjang. Evaluasi dapat dipergunakan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pengertian tentang UMKM tergantung pada konsep yang digunakan oleh setiap negara. Beberapa negara mengelompokkan UMKM berdasarkan kriteria tenaga kerja yang diserap. Misalnya, di United Kingdom mengelompokkan usaha dalan kriteria usaha kecil jika mempunyai karyawan 1 sampai dengan 200 orang; di Jepang antara 1 sampai dengan 300 orang; di USA antara 1 sampai dengan 500 orang. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang, perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur Undang-Undang ini. Di Indonesia, kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan menengah lebih mengacu pada besar modal dan omset usaha yang dimiliki perusahaan atau

33 usaha kecil yang bersangkutan. Uniknya, masing-masing institusi menggunakan definisi yang berbeda. Kriteria dari UKM dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Usaha Mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah). Adapun ciri-ciri dari usaha mikro, kecil, dan menengah adalah sebagai berikut : 1. Ciri-ciri usaha mikro a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

34 tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. 2. Ciri-ciri usaha kecil a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah; b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. 3. Ciri-ciri usaha menengah a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), pemeliharaan kesehatan dll; d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin

35 usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan; f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik. 2.2 Kerangka Pemikiran Swisscontact sebagai salah satu organisasi internasional yang berada di Indonesia dan menitikberatkan program-programnya pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), telah melakukan program pemberdayaan UMKM dengan mengembangkan yang bergerak di bidang tekstil, di daerah Cipulir, Jakarta Selatan. Penelitian ini akan melihat bagaimanakah strategi pemberdayaan dan proses pemberdayaan pada tahap implementasi yang dilakukan oleh Swisscontact pada program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta. Strategi pemberdayaan menurut Harper (1994) dibagi menjadi empat, yaitu strategi fasilitasi, strategi edukatif, strategi persuasif, dan strategi kekuasaan. Peneliti akan melihat dan menganalisis strategi apa yang dipakai oleh Swisscontact dalam menjalankan programnya, apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan teori pemberdayaan Harper, serta apakah dalam pelaksanaanya penyusunan strategi dan langkah-langkah/intervensi yang akan dilaksanakan dalam program disusun secara bersama-sama dengan para pelaku usaha kecil atau tidak. Penyusunan strategi pemberdayaan program terkait dengan permasalahan yang terdapat pada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Setelah proses ini selesai, akan berlanjut pada proses pelaksanaan program dimana di dalamnya terjadi proses pemberdayaan bagi pelaku usaha kecil di Cipulir. Pada proses pemberdayaan, peneliti ingin melihat apakah proses pemberdayaan yang dilakukan sesuai dengan proses pemberdayaan menurut Oakley dan Marsden (1984) yang menyebutkan bahwa proses pemberdayaan mempunyai dua kecenderungan yaitu kecenderungan primer dan sekunder. Proses pemberdayaan primer adalah bagaimana Swisscontact dalam menjalankan programnya telah mentransfer sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada para pelaku usaha kecil dengan bentuk pelatihan dan bantuan berupa barang, sedangkan pada proses pemberdayaan sekunder, peneliti

36 ingin melihat bagaimana Swisscontact dalam menjalankan programnya telah mampu menstimuli, mendorong, dan memotivasi para pelaku usaha kecil dalam bentuk pertemuan rutin dengan para pelaku usaha kecil. Adapun hasil yang ingin dicapai dari program SMEP adalah berbagai manfaat yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan sasarannya sehingga mereka menjadi individu yang lebih berdaya. Pada indikator manfaat program, peneliti melihat perubahan berdasarkan jenis evaluasi yang dikemukan oleh Departemen Pertanian (1990). Dengan menggunakan teori ini manfaat SMEP sebagai sebuah program pemberdayaan dapat dianalisis pada aspek ouput yang terdiri dari perubahan pengetahuan dan keterampilan. Analisis manfaat juga dapat dilakukan terhadap variabel efek yang terdiri dari aspek peningkatan pendapatan, adanya pasar baru, dan akses bahan baku yang lebih mudah yang diharapkan berpengaruh pada meningkatnya daya kompetitif dari pelaku usaha kecil di Cipulir. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

37 Swisscontac Strategi Pemberdayaan Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Jakarta Tahap Implementasi Proses Pemberdayaan : 1. Primer 2. Sekunder Primer Pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada Sekunder Menekankan pada menstimuli, mendorong, memotivasi masyarakat, agar mempunyai kemampuan /keberdayaan untuk menentukan pilihan Manfaat Program 1. Peningkatan pengetahuan 2. Peningkatan keterampilan 1. Peningkatan pendapatan 2. Adanya pasar baru 3. Akses bahan baku lebih Meningkatnya daya kompetitif usaha kecil di Cipulir Keterangan : : Faktor yang mempengaruhi Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

38 2.3 Hipotesa Pengarah Jika strategi program dan implementasi program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) berbasis konsep pemberdayaan, maka penerima program (UMKM) akan menjadi berdaya. 2.4 Definisi Konseptual 1. Strategi pemberdayaan adalah perencanaan dan manajemen suatu program untuk mencapai tujuan yang dipakai oleh Swisscontact pada program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) 2. Strategi Fasilitasi adalah strategi yang dipergunakan bila kelompok yang dijadikan target mengetahui ada masalah dan membutuhkan perubahan dan ada keterbukaan terhadap pihak luar dan keinginan pribadi untuk terlibat. 3. Strategi Edukatif strategi yang digunakan untuk membentuk pengetahuan dan keahlian tertentu. 4. Strategi Persuasif adalah strategi yang berupaya membawa perubahan melalui kebiasaan dalam berperilaku, dimana pesan disusun dan dipresentasikan. 5. Strategi Kekuasaan adalah strategi yang akan efektif jika mempunyai agen peubah yang mempunyai sumber-sumber untuk memberi bonus atau sanksi pada target serta mempunyai kemampuan untuk memonopoli akses. 6. Tahap implementasi adalah proses penerapan program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) oleh Swisscontact yang didalamnya terdapat proses pemberdayaan. 7. Proses pemberdayaan adalah proses dimana para penerima program mendapatkan perubahan dari program, dimana kecenderungan proses dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. 8. Proses Pemberdayaan Primer adalah proses yang menekankan pada pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat, agar menjadi lebih berdaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka. 9. Proses Pemberdayaan Sekunder adalah proses yang menekankan pada menstimuli, mendorong, memotivasi masyarakat, agar mempunyai kemampuan/keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya.

39 10. Manfaat adalah perubahan yang dialami UMKM setelah menjalani program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP).

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana melalui pendekatan ini peneliti berusaha mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi pemberdayaan dan proses pemberdayaan dari program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) yang dilaksanakan oleh Swisscontact. Penggunaan metode kualitatif ini juga berusaha untuk menganalisa manfaat yang diterima oleh penerima program (UMKM). Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus. Strategi studi kasus dipilih karena pada peneliti ini peneliti ingin memahami permasalahan penelitian secara lebih mendalam dan menyeluruh. Alasan pemilihan strategi studi kasus juga berdasarkan tipe pertanyaan penelitian, yaitu seputar bagaimana sehingga tujuan penelitiannya dapat memahami strategi pemberdayaan dan proses pemberdayaan pada program ini. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua lokasi, lokasi pertama yaitu di kantor Swisscontact yang berada di Jalan Terusan Hang Lekir nomor 15, Kebayoran, Jakarta Selatan. Lokasi kedua bertempat di Cipulir, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Lokasi pertama dipilih karena Swisscontact merupakan salah satu organisasi internasional yang berada di Indonesia, dan menitikberatkan program-programnya pada pengembangan UMKM selama 15 tahun beroperasi di Indonesia. Program pengembangan UMKM ini tersebar di lima kota besar di Indonesia, dan salah satunya berada di Jakarta. Untuk program pengembangan UMKM di Jakarta, Cipulir menjadi pilihan tempat pemberian dukungan terhadap pengembangan UMKM. Alasannya karena Cipulir merupakan salah satu pusat UMKM yang bergerak di bidang tekstil terbesar di Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2009 (terlampir pada lampiran 1).

41 3.3 Penentuan Unit Analisis Penentuan Informan Informan yang dipilih yaitu orang yang mengetahui tentang informasi secara keseluruhan mengenai program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP), yaitu karyawan Swisscontact itu sendiri. Informan diharapkan mampu memberikan informasi tentang keberlangsungan program SMEP ini mulai dari proses awal hingga program ini selesai. Informan juga berperan dalam membantu peneliti untuk melakukan pendekatan kepada para pelaku usaha kecil penerima program SMEP. Informan disini ialah Pak Ad (Ketua Program SMEP) dan Ibu Mr (Wakil Ketua Program SMEP) Penentuan Responden Responden merupakan para pelaku usaha kecil di Cipulir yang menerima program SMEP. Responden dipilih secara sengaja (purposive). Metode ini dipilih berdasar pada kepentingan hal, peristiwa, struktur masyarakat dan situasi yang berkaitan dengan tujuan atau masalah penelitian. Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti ingin mendapatkan informasi dari para pelaku usaha yang mendapatkan bantuan program secara keseluruhan. Responden terdiri dari tiga orang dari tiap-tiap ketua kelompok usaha kecil yang ada di Cipulir. Mereka adalah Bapak Nsr (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang), Bapak Asm (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang), dan Bapak Mht (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo). Ketiga responden ini dipilih karena ketiganya merupakan pelaku usaha kecil di Cipulir yang mengikuti program SMEP dari tahap awal hingga selesai. Alasan lain karena ketiga responden ini memiliki informasi yang lengkap dan mencukupi mengenai strategi pemberdayaan, proses pemberdayaan, dan manfaat program SMEP. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh di lapangan melalui wawancara mendalam. Wawancara dilakukan kepada pihak perusahaan dan masyarakat penerima program. Data sekunder didapat dari analisis dokumen

42 mengenai laporan tentang program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP). Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam maksudnya adalah temu muka berulang antara peneliti dan tineliti dalam rangka memahami pandangan tineliti mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana ia ungkapkan dalam bahasanya sendiri. Jenis wawancara mendalam yang dipakai adalah jenis wawancara untuk mempelajari kejadian dan kegiatan yang tak dapat dipahami secara langsung. Untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan, maka peneliti membuat tabel tentang kebutuhan informasi yang dibutuhkan pada saat penelitian (terlampir pada lampiran 2). 3.5 Teknik Analisis Data Data hasil pengamatan dan wawancara disajikan dalam bentuk catatan harian. Analisis data tersebut dilakukan dengan tiga cara yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data yang dimaksudkan adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan harian. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-benar terkumpul. Data dapat disajikan dalam bentuk teks naratif, matriks, dan juga bagan apabila memungkinkan untuk menjelaskan tujuan penelitian.

43 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Swisscontact Swisscontact, sebuah organisasi nirlaba untuk kerjasama teknis yang didirikan pada tahun 1959 oleh perwakilan industriawan swasta dan universitas di Swiss dengan tujuan mendukung pembangunan sosial dan ekonomi di negara sampai negara mitra yang kurang berkembang. Sampai dengan saat ini, Swisscontact berada di kurang lebih 30 negara seperti Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Eropa Timur dan dikenal sebagai organisasi terkemuka dalam bidang kerjasama pembangunan. Menyadari bahwa pembangunan ekonomi berkelanjutan dimulai dari landasan sektor swasta yang kuat dan dinamis, maka sejak awal Swisscontact menitikberatkan pada pembangunan sektor swasta melalui pendidikan profesional serta dukungan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), termasuk akses ke jasa keuangan maupun ekologi perkotaan. 4.2 Misi Swisscontact di Indonesia Swisscontact adalah lembaga pembangunan internasional yang didirikan oleh sektor swasta Swiss, dengan pengalaman 30 tahun di Indonesia. Lembaga ini mempunyai reputasi baik dengan pendekatan-pendekatannya yang inovatif dan pragmatis dalam bidang pendidikan dan pelatihan, ekologi perkotaan, dan pengembangan UMKM. Swisscontact ingin turut memberikan kontribusi dalam peningkatan taraf hidup di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan akses yang merata bagi seluruh unsur masyarakat untuk berpartisipasi dalam perekonomian melalui lingkungan yang memungkinkan pengembangan sektor swasta, serta mendorong praktek-praktek yang lebih peka ekologi di dalam lingkungan perkotaan. Untuk masalah-masalah lokal, Swisscontact selalu berusaha memfasilitasi solusi-solusi lokal yang tepat. Swisscontact adalah organisasi yang fokus pada hasil akhir, dan bekerja dengan berbagai mitra dari kalangan pemerintah dan swasta, dengan berfungsi

44 sebagai stakeholders sosial dan ekonomi untuk menciptakan kesempatankesempatan bagi pembangunan di masa depan. Di Indonesia, Swisscontact telah melaksanakan proyek-proyek pembangunan selama lebih dari 30 tahun, dengan pertama-tama menitikberatkan pada pendidikan dan pelatihan kejujuran melalui proyek-proyek seperti POLMAN di Bandung (sebelumnya dikenal sebagai Politeknik Mekanik Swiss) dan Vocational Education Development Center (VEDC) atau Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan di Malang. Dalam 15 tahun terakhir, Swisscontact memusatkan perhatian pada promosi UMKM dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan, dan dikenal karena berpengalaman di bidang promosi UMKM dan Ekologi Perkotaan, yaitu : Sebagai kontributor penting bagi praktek-praktek internasional yang baik di dalam pemberian jasa-jasa usaha dan akibat intervensi yang inovatif dan berorientasi pasar, Swisscontact bekerja dengan berbagai mitra sektor swasta untuk merangsang lebih banyak jasa yang cocok dan tepat untuk UMKM. Berbagai intervensi inovatif guna merangsang terciptanya lingkungan usaha yang lebih kondusif pada tingkat nasional dan lokal, antara lain telah membantu meningkatkan mekanisme untuk mewakili perusahaan di bidang dialog kebijakan, menyederhanakan peraturan dan prosedur untuk registrasi usaha, serta meningkatkan kapasitas dan praktek penilaian dampak dari peraturan perundang-undangan. Membangun reputasi sebagai pelaku yang berpengaruh dalam program mengurangi emisi kendaraan bermotor yang membawa manfaat ekonomi dan sosial yang besar bagi masyarakat dan sektor swasta. Pada bulan Januari tahun 2005, program Swisscontact di Indonesia mempunyai enam proyek di bidang promosi UMKM dan ekologi dengan anggaran sekitar US$3 juta per tahun. Berikut penjelasannya: Di bidang promosi UMKM, Swisscontact menyoroti dua kendala utama UMKM di Indonesia yaitu, mengakses pasar dan mengakses keuangan. Kedua kendala ini dihadapi dengan mendukung organisasi-organisasi lokal dalam mengembangkan jasa-jasa usaha khusus untuk UMKM, seperti teknologi dan produksi, kemitraan usaha, pemasaran pengelolaan keuangan.

45 1. Proyek SPESI (Swiss Program for Small and Medium Enterprise in Indonesia) dipusatkan di Sumatra dengan kantor di Padang dan Medan. Tujuan utama proyek ini adalah mengembangkan jasa-jasa usaha profesional dalam bidang akses pasar (lokal dan ekspor), kemitraan usaha dan akses keuangan. 2. Proyek BUDBIN (Business Development Baden-Wurttemberg-Indonesia) dengan kantor di Bandung, mendukung mitra-mitra lokal untuk mendirikan Pusat Pengembangan Usaha untuk UMKM. Sama seperti SPESI, proyek BUDBIN menyediakan bantuan teknis dan keuangan bagi para mitra lokal untuk mengembangkan jasa-jasa usaha profesional di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jabotabek. 3. Proyek SELF (Small Enterprise Link to Finance Project) dengan kantor di Jakarta bertujuan mengembangkan pasar yang efisien untuk kredit usaha kecil dengan: a) menghubungkan UMKM, penyedia jasa dan lembaga keuangan, b) mengatasi kendala-kendala akibat berbagai peraturan yang berhubungan dengan kredit, c) meningkatkan kapasitas lembaga keuangan terpilih untuk memberi kredit kepada UMKM, serta d) meningkatkan informasi pasar untuk UMKM, penyedia jasa, dan lembaga keuangan. 4. Proyek LED-NTT (Local Economic Development Project in NTT) menerapkan pendekatan terpadu bagi upaya pengembangan sektor swasta dengan menciptakan lingkungan usaha yang memungkinkan dalam kerjasama dengan pemerintah daerah, mengembangkan jasa-jasa usaha untuk sektorsektor yang sangat berpotensi untuk tumbuh (kacang mede, vanili, rumput laut, dan kepariwisataan), serta meningkatkan akses ke jasa keuangan untuk UMKM. 5. Proyek SPAN (Swiss Business Recovery Program for Aceh and North Sumatra) dengan kantor yang berlokasi di Medan, bertujuan memberikan dukungan untuk pengembangan dan pemulihan UMKM di wilayah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara pasca Tsunami. Proyek ini menawarkan akses modal melalui dana hibah padanan ekuiti, akses untuk jasa layanan usaha dan mendukung terciptanya hubungan-hubungan bisnis.

46 Di bidang ekologi perkotaan, Clean Air Project (CAP) di Jakarta bertujuan meningkatkan kualitas udara melalui peningkatan kesadaran semua stakeholders mengenai masalah yang berhubungan dengan polusi udara, mendukung pemerintah dalam menyusun kerangka kebijakan untuk udara bersih, maupun dengan melaksanakan proyek-proyek perintis untuk mengendalikan emisi gas buang dari kendaraan pribadi dan transportasi umum. Peran Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) ini, adalah sesuai dengan program mereka yang berada di Jakarta yaitu Small Enterprise Link to Finance Project (SELF). Sesuai dengan ketentuan program SELF, pada program SMEP ini Swisscontact hanya berfokus pada menghubungkan UMKM, penyedia jasa dan lembaga keuangan, mengatasi kendala-kendala akibat berbagai peraturan yang berhubungan dengan kredit, meningkatkan kapasitas lembaga keuangan terpilih untuk memberi kredit kepada UMKM, serta meningkatkan informasi pasar untuk UMKM, penyedia jasa, dan lembaga keuangan. 4.3 Profil Klaster UMKM Cipulir Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Selatan, Jakarta Selatan dikenal sebagai salah satu sentra industri konveksi di Jakarta, diantaranya adalah produk sampai produk celana anak berbahan baku jins. Sebagai sentra industri konveksi, salah satu keunggulannya adalah kedekatan geografisnya dengan Pasar Cipulir, yang juga dikenal sebagai pusat grosir TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) di Jakarta setelah Pasar Tanah Abang. Para pelaku usaha konveksi disana memiliki kios di Pasar Cipulir yang memudahkan mereka untuk menjual hasil produknya sekaligus memperpendek rantai pasok (supply chain) di lapis forward, dengan wilayah pemasaran hasil produknya tidak hanya Jakarta tetapi menjangkau seluruh wilayah kepulauan di Indonesia. Proses produksi yang terjadi pada pelaku usaha konveksi di Cipulir bermula dari pembelian bahan baku utama dengan cara cash dan giro, selisih antara cash dan giro sebesar Rp 1.500,00 sampai dengan Rp 2.500,00 per yard. Setelah proses pembelian bahan baku, maka proses produksi selanjutnya adalah pembuatan gambar/pola dan pemotongan kain, pembuatan hiasan dari bordir,

47 obras dan jahit, pembuatan tres dan lubang, pencucian, pewarnaan, manequin dan setrika, buang benang, pasang kancing dan gesper, pemasangan merk, dan pengemasan. Sebagian proses produksi yang dilakukan melibatkan penduduk lokal di wilayah sentra dengan sistem makloon. Hasil produksi yang telah dihasilkan seluruhnya dikirim ke Pasar Cipulir. Selain Pasar Cipulir, hasil produksi juga didistribusikan ke Tanah Abang serta ke wilayah lain ke seluruh Indonesia. Untuk sistem pembayaran yang digunakan pada distribusi barang di luar Pasar Cipulir menggunakan cara giro, dua sampai tiga bulan. Apabila barang yang diterima rusak, maka akan diganti dengan jumlah uang yang sebanding dengan cara memotong uang pembayaran, terkadang pembeli yang berasal dari luar kota diberikan fasilitas untuk menginap di Hotel Syari ah Al Marwah. Pengembangan teknologi pada pelaku usaha Pasar Cipulir belum ada, pemakaian mesin hanya pada proses alat pemotongan kain, obras, dan jahit, selebihnya menggunakan manual dan komputer bagi jasa bordir. Sumber permodalan umumnya adalah modal pribadi dan pinjaman kerabat atau orang terdekat, belum memanfaatkan jasa lembaga pembiayaan. Pelaku usaha terkadang membayar upah pekerja dengan meminjam karena tidak ada dana cash kecuali jika giro telah cair. Tenaga kerja inti yang ada umumnya bukan berasal dari penduduk lokal, akan tetapi dari daerah asal pelaku usaha. Persentase pekerja pria lebih banyak dibandingkan dengan pekerja perempuan, tingginya persentase pekerja pria di industri konveksi jins ini karena untuk mengejar target volume produksi yang tinggi dibutuhkan stamina fisik yang kuat, sehingga umumnya operator mesin adalah pria, walaupun tidak tertutup kemungkinan pekerjanya perempuan. Sistem pembayaran upah tenaga kerja mingguan, dihitung dari volume hasil produksi (kodian), dengan upah rata-rata pekerja Rp ,00 per bulan dengan biaya makan dan penginapan disediakan oleh pengusaha. Rekruitmen tenaga kerja bergantung pada volume pekerjaan dan siklus produksi. Bagi pelaku usaha dari Karawang, pada saat musim tanam padi dan puncak produksi sering kesulitan mendapat tenaga kerja.

48 4.4 Gambaran Umum Program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Salah satu program dari Swisscontact dalam membantu pengembangan UMKM di Indonesia adalah dengan adanya program SMEP yang berlokasi di Jakarta, tepatnya di daerah Cipulir. Seperti dijelaskan sebelumnya, Cipulir merupakan tempat berkumpulnya industri garmen terbesar yang ada di Jakarta. Program SMEP telah berjalan dari tahun 2007 sampai sekarang. Banjir besar yang melanda pada kota Jakarta pada bulan Februari tahun 2007 dijadikan momentum yang tepat oleh Swisscontact dalam melaksanakan program sekaligus mempromosikannya kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Dalam upaya mempromosikan programnya, Swisscontact mengambil perhatian para pelaku usaha kecil dengan memberikan bantuan berupa penggantian mesin jahit sebanyak 800 mesin kepada 400 pelaku usaha kecil. Sebelum program ini dilaksanakan, Swisscontact melakukan survei untuk mengklasifikasikan para pelaku UMKM secara keseluruhan yang berada di Cipulir. Hasil dari pengklasifikasian ini adalah dengan membagi kelompok usaha menjadi tiga, yaitu usaha skala mikro, skala kecil, dan skala menengah. Pada program ini, Swisscontact memfokuskan hanya pada usaha skala kecil saja, karena usaha kecil dianggap paling berpotensi untuk dikembangkan (dibahas dalam bab selanjutnya). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan daya kompetitif dari para pelaku usaha kecil di Cipulir. Dimana target dari program ini adalah 200 usaha kecil jins, dan bertujuan untuk menambah 400 pekerja harian dan 200 pekerja paruh waktu didalamnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan dan keluarga pekerja sampai 25 persen. Pengaruh dari peningkatan daya kompetitif ini akan melebihi perbaikan mata pencaharian untuk 200 industri manufaktur dan diperkirakan akan meningkatkan pendapatan mereka.

49 BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 5.1 Strategi Pemberdayaan Program Small and Medium Enterprie Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para Usaha Kecil yang berada di Pasar Cipulir bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para pelaku Usaha Kecil. Usaha kecil menjadi sorotan utama dalam program ini, karena Swisscontact menganggap sektor ini yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Usaha kecil di daerah Cipulir ini memproduksi celana jins khususnya untuk anak-anak. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh usaha kecil, khususnya pada bidang garmen adalah kemampuan tentang keuangan yang terbatas (kemampuan manajemen dan administrasi), ketidaktahuan terhadap mutu produk, desain yang tidak inovatif dan lemahnya akses pada bahan baku. Dalam pelaksanaannya, Swisscontact mempunyai strategi pemberdayaan yaitu strategi fasilitasi. Strategi fasilitasi sendiri adalah strategi yang dipergunakan bila kelompok yang dijadikan target mengetahui ada masalah dan membutuhkan perubahan dan ada keterbukaan terhadap pihak luar dan keinginan pribadi untuk terlibat. Kasus yang terjadi di Pasar Cipulir adalah para pelaku usaha kecil telah mengetahui dan sadar akan permasalahan yang terjadi pada mereka, dan mereka membutuhkan adanya bantuan dan dukungan melalui program-program bantuan. Melalui strategi ini, Swisscontact dapat bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu, tugas dari fasilitator ini seringkali membuat kelompok target menjadi sadar terhadap pilihan-pilihan dan keberadaan sumbersumber. Strategi ini dikenal sebagai strategi kooperatif, yaitu agen peubah bersama-sama kliennya mencari penyelesaian yang terjadi di Pasar Cipulir. 5.2 Identifikasi Kelompok Sasaran Langkah pertama yang dilakukan oleh Swisscontact dalam melakukan program SMEP adalah dengan mengidentifikasi kelompok sasaran yang akan dituju. Identifikasi kelompok sasaran sendiri adalah upaya untuk menemukan calon sasaran program yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

50 Pada pelaksanaannya, proses pengidentifikasian kelompok sasaran sepenuhnya dilakukan oleh Swisscontact. Pada awalnya, Swisscontact melakukan identifikasi kelompok usaha yang berada di Pasar Cipulir, dan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Usaha Mikro : Jumlah unit usaha mikro yang ada di Pasar Cipulir berjumlah 348 unit dengan jumlah pekerja antara dua sampai sepuluh pekerja, dan total keseluruhan unit mikro ini dapat menyerap tenaga kerja berjumlah 1740 orang (rata-rata lima orang per unit usaha). Jumlah produksi yang dapat dihasilkan per tahun sebanyak sampai potong, dengan net profit 20 sampai 30 persen dan pertumbuhan penjualan nol sampai satu persen per tahun. 2. Usaha Kecil : Jumlah unit usaha kecil yang ada di Pasar Cipulir berjumlah 203 unit dengan jumlah pekerja antara 11 sampai 30 pekerja, dan total keseluruhan unit kecil ini dapat menyerap tenaga kerja berjumlah 4060 orang (rata-rata 20 orang per unit usaha). Jumlah produksi yang dapat dihasilkan per tahun sebanyak sampai potong, dengan net profit 10 sampai 20 persen dan pertumbuhan penjualan lima sampai 10 persen per tahun. 3. Usaha Menengah : Jumlah unit usaha menengah yang ada di Pasar Cipulir berjumlah 29 unit dengan jumlah pekerja lebih dari 30 pekerja, dan total keseluruhan unit menengah ini dapat menyerap tenaga kerja berjumlah 1450 orang (rata-rata 50 orang per unit usaha). Jumlah produksi yang dapat dihasilkan per tahun sebanyak sampai potong, dengan net profit 10 sampai 20 persen dan pertumbuhan penjualan 10 sampai 20 persen per tahun. Dalam penentuan klasifikasi para pelaku UMKM ini, Swisscontact tidak mempunyai data acuan dari lembaga-lembaga lain. Pengklasifikasian ini terlahir murni berdasar pada kondisi nyata yang ada di lapangan. Alasan Swisscontact tidak mengacu pengklasifikasian UMKM dari lembaga manapun, adalah supaya hasil data yang didapat benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pada program SMEP, kelompok usaha yang mendapat bantuan hanya kelompok yang masuk dalam pengklasifikasian kelompok usaha kecil. Alasannya karena, diantara ketiga klasifikasi usaha tersebut hanya usaha kecil

51 yang mempunyai kompetensi untuk dikembangkan. Pada usaha mikro, skala pendapatan pedagang masih sangat kecil, mereka pun tidak terlibat dalam proses pengerjaan produksi dari awal sampai barang jadi. Mereka hanya bertugas untuk menjual barang jadi saja di Cipulir. Sedangkan pada usaha menengah, usaha ini dirasa sudah cukup mandiri. Mereka sudah dapat bertahan dengan persaingan pasar. Pada usaha menengah mereka sudah tidak mengalami penurunan omset yang signifikan. Oleh karena itu, program ini hanya berkonsentrasi pada usaha kecil, dimana pada usaha kecil mereka sudah mengerjakan proses produksi dari awal hingga barang jadi. Tetapi mereka mempunyai masalah dalam berproduksi, misalnya jaringan pemasaran yang masih rendah dan tingkat produktivitas yang rendah. Langkah berikutnya adalah dengan mensosialisasikan program ini kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Pada tahap identifikasi kelompok sasaran, dapat terlihat belum adanya partisipasi dari para penerima program. Para penerima program hanya mendapatkan informasi awal mengenai pelaksanaan kegiatan identifikasi kelompok sasaran yang diinformasikan oleh koperasi yang berada di Cipulir. 5.3 Penentuan Masalah dan Perencanaan Partisipatoris Pada tahap penentuan masalah dan perencanaan partisipatoris, diperlukan dalam proses pemberdayaaan karena seringkali lembaga atau instansi yang akan memberdayakan masyarakat belum mengenal dengan baik kondisi masyarakat yang menjadi sasaran program. Dalam merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan, pihak yang terlibat harus memperhatikan kondisi yang dialami oleh pihak yang akan diberdayakan dan potensi yang dimilikinya. Sehingga kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat berjalan efektif dan efisien. Pada pelaksanaanya di lapangan, upaya yang dilakukan Swisscontact adalah dengan mengadakan Focus Group Discussions (FGD). FGD sendiri bertujuan untuk mendapatkan visi dan misi bersama dalam menjalankan program ini. Dalam proses ini, secara otomatis merupakan sarana untuk menggali permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh kelompok usaha kecil

52 serta merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. FGD, dihadiri oleh para pelaku usaha kecil di Cipulir, dan dihadiri pula oleh lembagalembaga terkait di sekitar usaha kecil ini. Pada tahap ini, setiap peserta FGD diberikan peluang untuk terlibat aktif dalam mengidentifikasi masalah-masalah apa saja yang mereka alami selama berusaha di Cipulir. Swisscontact dalam tahap ini hanya sebatas memfasilitasi dan memberikan arahan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) :...pada saat rapat Pak Ade (ketua program SMEP) memberikan pengarahan dan langsung menanyakan keluhan apa aja yang ada sama Usaha Kecil di Pasar Cipulir, kita semua dikasih kesempatan buat ngomong semua keluhan yang ada.... Setelah proses FGD selesai maka didapatkan empat permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya secara bersama. Permasalahan tersebut adalah : 5. Tingkat produktivitas yang rendah. 6. Jaringan pemasaran yang rendah. 7. Akses yang rendah terhadap bahan baku. 8. Tidak adanya dukungan dari lembaga-lembaga terkait. Permasalahan pada tingkat produktivitas yang rendah muncul akibat, ketidaktahuan para pelaku usaha mengenai manajemen kerja pada usaha garmen. Hal ini menyebabkan produksi menjadi tidak efisien dan menghasilkan kualitas produk yang tidak bagus sehingga permintaan pada produk rendah. Pada permasalahan yang kedua, terkait dengan permasalahan yang pertama yaitu dengan kualitas produk yang tidak bagus, maka jaringan pasar para pelaku usaha hanya terbatas di daerah Cipulir dan sekitarnya, walaupun ada beberapa produk yang didistribusikan ke Tanah Abang dan luar Jawa namun jumlahnya tidak banyak. Hal ini menyebabkan jumlah permintaan hanya ramai menjelang hari raya Idul Fitri saja. Kemudian pada permasalahan yang ketiga adalah akses terhadap bahan baku yang rendah, bahan baku yang didapat mempunyai kualitas yang kurang bagus dan juga biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku hampir setengah dari biaya produksi. Hal ini terjadi masih terkait dengan permasalahan yang pertama yaitu tingkat produktivitas yang rendah sehingga pendapatan usaha sedikit yang menyebabkan bahan baku hanya bisa dibeli dengan sistem

53 utang dan sisa pembayaran akan dikenai bunga yang lumayan besar tiap bulannya. Permasalahan yang terakhir adalah tidak adanya kepedulian dari lembaga-lembaga terkait di sekitar usaha kecil di Cipulir. Empat permasalahan yang muncul pada saat FGD berlangsung, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para pelaku usaha kecil, mereka benar-benar diberi keleluasaan berpendapat tentang keluhan yang selama ini dirasakan pada saat berusaha. Partisipasi sangat terasa pada tahap ini, tidak seperti tahap sebelumnya. Pada proses ini, para pelaku usaha kecil di Cipulir terlibat dalam proses analisis perencanaan kegiatan dan memiliki kontrol terhadap keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Setelah proses FGD selesai maka Swisscontact membagi para pelaku usaha kecil berdasarkan suku/ras daerah masing-masing. Ada tiga kelompok suku yang dominan yaitu, Padang, Karawang, dan Purworejo, dengan ketuanya masing-masing adalah Pak Nsr (ketua kelompok Padang), Pak Asm (ketua kelompok Karawang), dan Pak Mht (ketua kelompok Purworejo). Pembagian kelompok berdasarkan suku dipilih karena mereka sudah mempunyai perkumpulan atau organisasi sendiri dan ada pertemuan rutin tiap bulannya, sehingga lebih mudah dari pihak Swisscontact untuk memberikan program. Masalah yang sering dihadapi oleh para pemberi program ketika ingin mengembangkan UMKM, adalah karateristik para pelaku usaha kecil yang ingin perubahan terjadi secara cepat. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka strategi Swisscontact memberikan pelatihan yang intensif kepada masing-masing ketua kelompok untuk dapat menerapkan pada usahanya, dimana nantinya tiap-tiap ketua kelompok ini akan mentransfer pengetahuan mereka tentang bagaimana berusaha yang baik kepada para anggotanya dan tiap-tiap kelompok rata-rata memiliki 100 sampai 125 pelaku usaha. Setelah berhasil mengadakan FGD antara para pelaku usaha kecil dengan lembaga-lembaga terkait, maka area intervensi yang akan diperbaiki oleh Swisscontact terkait dengan program SMEP, adalah :

54 Tabel 2 Area Intervensi Pada Program SMEP Area intervensi Meningkatkan Produktivitas Meningkatkan Akses Pasar Penguatan Services Providers Keterangan Mengefisienkan biaya produksi Meningkatkan manajemen bisnis dan operasional Peningkatan ketrampilan teknis Meningkatkan informasi pasar Penguatan Business Linkage: Peningkatan komunikasi, kapasitas, manajemen bisnis dll. Promosi BDS Triasa IGTC (International Garmen Training Center) dll Berdasarkan dengan tabel 2, Swisscontact bersama dengan para pelaku usaha kecil menentukan langkah-langkah nyata untuk menyelesaikan permasalahan tersebut berdasarkan area intervensi masing-masing. Pada area inervensi peningkatan produktivitas maka langkah nyata pada area ini adalah dengan melakukan penguatan dan peningkatan kapasitas para pelaku. Bentuknya adalah dengan mengadakan pelatihan yang terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pelatihan manajemen kerja dan tahap kedua adalah pelatihan manajemen keuangan. Pada area intervensi peningkatan akses pasar maka langkah nyata pada area ini adalah dengan melakukan promosi klaster/kelompok-kelompok usaha kecil yang mendapatkan program SMEP. Bentuknya adalah dengan penguatan koperasi yang sudah ada, pembentukan CTC (Community Technology Center), dan dengan bermitra pada usaha garmen skala besar. Pada area intervensi yang terakhir yaitu penguatan services provider maka langkah nyata pada area ini adalah dengan melakukan replikasi dari para lembaga terkait yang tertarik untuk pengembangan klaster. Bentuknya adalah dengan melakukan mitra kerja dengan lembaga-lembaga tersebut agar mereka mau membantu program SMEP. Untuk lebih jelasnya, langkah nyata dari tiaptiap area intervensi akan dijelaskan pada subbab-subbab berikut ini Penguatan dan Peningkatan Kapasitas Pelaku Berdasarkan empat permasalahan yang ada, langkah pertama adalah dengan menyelesaikan permasalahan yang pertama, yaitu tingkat produktivitas

55 yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan yang paling utama, diperlukan intervensi yang dilakukan kepada para pelaku-pelaku usaha kecil di Pasar Cipulir. Pelaku disini mencakup produsen, pedagang, penyedia bahan baku, dan lembaga terkait lainnya. Namun, pelaku yang menjadi sorotan utama dalam program ini adalah produsen, dimana produsen merupakan pelaku utama dalam dunia usaha kecil di Cipulir. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para pelaku usaha berupa pelatihan, baik itu pelatihan untuk masalah manajemen kerja, manajemen keuangan maupun pelatihan teknis tentang bagaimana menjahit dengan waktu dan cara yang lebih efisien, menjahit dengan model-model baru yang lebih modern, dan lain-lain. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para pelaku usaha nantinya dapat bekerja lebih cepat, efisien dan diharapakan keluaran akhir dari pelatihan adalah kualitas produk yang menjadi lebih bagus. Perubahan lain yang diharapkan oleh Swisscontact adalah dengan berubahnya manajemen keuangan dengan pembukuan arus kas yang lebih jelas sehingga para pelaku usaha akan lebih mudah jika menginginkan pinjaman/bantuan modal dari bank. Sejalan dengan perubahan manajemen keuangan yang lebih teratur maka diharapkan pelaku usaha mendapatkan pinjaman usaha untuk meningkatkan produksi, dan dengan perubahan pada kualitas produk otomatis akan menambah pasar baru bagi para pelaku usaha kecil di Cipulir. Dengan adanya intervensi ini diharapkan para pelaku usaha kecil yang ada di Pasar Cipulir dapat keluar dari permasalahan rendahnya tingkat produktivitas dan dapat berjalan secara mandiri. Strategi ini dapat dilihat lewat gambar 2 :

56 Pelatihan : 1. Manajemen kerja 2. Manajemen keuangan Tingkat Produktivita s Rendah Perubahan : 1. Produksi menjadi lebih efisien dan cepat 2. Kualitas produk lebih baik 3. Pembukuan arus kas lebih teratur 4. Mendapatkan pinjaman modal Tingkat Produktivita s Meningkat Gambar 2. Strategi Penguatan Dan Peningkatan Kapasitas Pelaku Promosi Klaster Langkah berikutnya yang akan dilakukan oleh Swisscontact dalam menyelesaikan masalah yang ada pada para pelaku usaha di Cipulir adalah dengan cara mempromosikan klaster/kelompok usaha kecil ini. Promosi klaster ini dilakukan dengan cara memperluas jaringan pasar yang ada pada para pelaku usaha kecil di Pasar Cipulir. Langkah ini akan dilakukan jika strategi pertama telah selesai. Karena terkait dengan permasalahan yang pertama, yaitu jaringan pasar yang sedikit disebabkan karena kualitas produk yang kurang bagus. Sebelum adanya program bantuan dari Swisscontact, jaringan pasar para pelaku usaha kecil di Pasar Cipulir telah dijelaskan sebelumnya hanya terbatas di daerah sekitar Pasar Cipulir, sebagian didistribusikan ke Tanah Abang, dan beberapa ke luar pulau Jawa, dan biasanya siklus pembelian/pemesanan barang meningkat pada saat hari raya Idul Fitri saja, setelah itu tingkat pemesanan akan menurun drastis. Untuk itu diperlukan promosi dari para pelaku usaha kecil di Pasar Cipulir, agar jaringan pasar lebih luas. Langkah pertama yang dibuat oleh Swisscontact adalah dengan memperkuat kembali koperasi yang sudah terbentuk. Pada awalnya koperasi ini hanya berfungsi untuk melayani para anggotanya dalam bantuan untuk mendapatkan barang-barang rumah tangga/sembako. Namun setelah ada

57 program ini, koperasi dialih fungsikan sebagai koperasi yang dapat memudahkan kepada para pelaku usaha dalam mempermudah akses bahan baku dan akses keuangan. Maksudnya adalah koperasi ini nantinya berfungsi sebagai penyedia bahan baku kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir sehingga kualitas dari celana jins akan selalu sama. Selanjutnya adalah pembentukan CTC (Communication and Training Center). CTC adalah wadah bagi para pelaku usaha kecil di Cipulir untuk dapat memasarkan produknya lewat internet di bawah bimbingan dari BDS Triasa sebagai salah satu dari mitra Swisscontact dalam program ini. Dengan adanya CTC, pemesanan produk dapat dilakukan via internet dan dengan adanya CTC para pelaku usaha kecil dapat melihat tren model-model celana jins dari internet. Langkah selanjutnya adalah, Swisscontact bermitra dengan beberapa usaha garmen dalam skala besar. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk kerja sama antar usaha besar dan usaha kecil dalam sektor garmen. Teknis pelaksanaannya adalah para pekerja usaha kecil mendapatkan pelatihan langsung oleh usaha garmen berskala besar. Pelatihan ini bertujuan agar para pegawai usaha kecil dapat menjahit sesuai dengan standar dari usaha garmen skala besar, dan pada akhirnya order atau pemesanan yang diterima oleh usaha skala besar dapat dilimpahkan sebagian kepada para pelaku usaha kecil, sehingga pendapatan mereka akan meningkat. Strategi ini dapat dilihat lewat gambar 3 : Promosi Klaster: 1. Penguatan Koperasi 2. Pembentukan CTC 3. Bermitra dengan usaha garmen skala Jaringan Pasar Rendah Perubahan : 1. Akses keuangan lebih mudah 2. Mendapatkan informasi mengenai model baru 3. Mendapat pesanan tetap dari usaha skala besar Gambar 3. Strategi Promosi Klaster Jaringan Pasar Meningkat

58 5.3.3 Replikasi dari Para Pihak Yang Tertarik untuk Pengembangan Klaster Tahap ini bertujuan untuk mendukung semua intervensi yang akan dilaksanakan pada program ini, maka Swisscontact perlu bermitra dengan lembaga-lembaga yang ada di sekitar lingkungan usaha kecil di Pasar Cipulir. Lembaga yang telah bermitra selama program berlangsung adalah: 1. Microsoft Berkontribusi dalam pengadaan komputer dalam program CTC (Communication and Training Centers), dengan tujuan dari program ini untuk memasarkan CTC kepada para pelaku usaha di Pasar Cipulir agar mereka dapat mencari informasi terkait dengan peningkatan pemasaran produk. 2. BDS Triasa Menyediakan layanan jasa konsultasi bisnis dan penyedia CTC. 3. IGTC (International Garment Training Centers) Menyediakan pelatihan secara gratis kepada wirausaha yang direkomendasikan dari tiap-tiap kelompok. Program pelatihan meliputi pengetahuan tentang mesin jahit, identifikasi, proses produksi, dan monitoring. 4. Universitas dan Program Pemerintah Nasional Universitas Bina Nusantara berpartisipasi dalam pemberian pelatihan kepada para pelaku program SMEP, dimana program ini dibiayai oleh program pemerintah. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang memberikan pelatihan berjumlah sepuluh orang dengan waktu intensif selama lima bulan. 5. BRI Menyediakan bantuan pinjaman kepada pelaku Usaha Kecil. 6. Departemen Pendidikan Mempromosikan program pemberdayaan kepada para pemuda di Cipulir melalui pembiayaan pelatihan menjahit. 7. JaCC (Jakarta City Center) Mengidentifikasi pelaku usaha dan mengembangkan mesin-mesin jahit.

59 8. Bali Nirwana Limited Company Memfasilitasi implementasi kemitraan antara Usaha Skala Kecil dengan Usaha Skala Besar. 9. Pemerintah Lokal Jakarta Menyediakan bazar kepada para pelaku usaha. Bazar itu sendiri akan dilaksanakan dua kali dalam setahun.

60 BAB VI PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 6.1 Proses Pemberdayaan Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan : Pertama, proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian melalui organisasi. Proses ini disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua, kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimuli, mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau kerberdayaan untuk menentukan apa yang menajdi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Sesungguhnya diantara kedua proses tersebut saling terkait. Agar kecenderungan primer dapat terwujud, seringkali harus melalui sekunder terlebih dahulu. Proses inilah yang digunakan oleh Swisscontact dalam menjalankan program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir Proses Pemberdayaan Sekunder Pada proses sekunder, dimana penekanan proses pemberdayaan terlihat dari bentuk-bentuk seperti menstimuli, mendorong, dan memotivasi agar para pelaku usaha kecil sadar bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk berdaya. Proses ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para pelaku usaha kecil mulai dari Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan pertama kali pada awal tahun Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, para peserta FGD diberikan keleluasaan berpendapat tentang keluhan-keluhan yang dialami selama menjalani usahanya. Partisipasi sangat terlihat pada proses pencarian masalah dan penentuan langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan untuk mengatasinya. Pada proses sekunder ini, kegiatan yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan melakukan konsultasi dan evaluasi pada program ini.

61 Konsultasi merupakan bantuan yang diberikan dalam bentuk nasihat yang ditujukan agar para pelaku usaha kecil di Cipulir dapat menggunakan sumberdaya dengan efisien dan dalam arah kegiatan yang konsisten dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Konsultasi sebagai proses pemberdayaan diperlukan karena meskipun setiap kegiatan telah direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, ada kemungkinan bahwa permasalahan yang tidak dilihat sebelumnya akan muncul pada saat kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dilakukan sejalan dengan konsultasi. Pertemuan ini dilakukan dengan cara FGD yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, Swisscontact mengadakan pertemuan FGD bersama dengan para pelaku usaha kecil di Cipulir. Sedangkan tahap kedua, Swisscontact mengadakan pertemuan FGD bersama dengan lembagalembaga yang bermitra dengan Swisscontct pada program SMEP. Pertemuan diskusi ini diadakan setiap enam bulan sekali, hal ini diperlukan agar program yang telah diterima para pelaku usaha dapat dikontrol dan tidak melenceng dari tujuan awal program dan dapat dilihat perkembangannya Proses Pemberdayaan Primer Proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini berupa pelatihan-pelatihan kepada para pelaku usaha kecil. Pelatihan-pelatihan ini berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu tingkat produktivitas yang rendah, jaringan pasar yang rendah, akses bahan baku yang rendah dan tidak adanya dukungan dari lembagalembaga terkait. Pelatihan ini merupakan turunan tiga langkahlangkah/intervensi yang telah disusun oleh Swisscontact bersama dengan para pelaku usaha kecil di Cipulir lewat FGD, yaitu penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku, promosi klaster, dan replikasi dari para pihak yang tertarik untuk pengembangan klaster. Dalam melakukan pelatihan ini, Swisscontact bermitra dengan lembaga-lembaga terkait, antara lain IGTC, Universitas Bina Nusantara, Microsoft, dan BDS Triasa. Pelatihan ini dibagi menjadi dua tujuan

62 berdasarkan langkah-langkah/intervensi yang akan dilakukan pada program SMEP. Pertama, pelatihan ditujukan untuk menjawab intervensi penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku, yaitu dengan adanya pelatihan manajemen kerja dan pelatihan manajemen keuangan. Sedangkan pelatihan yang kedua adalah untuk menjawab intervensi promosi klaster, yaitu dengan adanya penguatan koperasi, pembentukan CTC, dan pelatihan oleh PT Bali Nirwana. Pelatihan dalam rangka menjalankan intervensi penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku antara lain : 1. Pelatihan Manajemen Kerja oleh IGTC (International Garmen Training Center) Salah satu pelatihan yang dilakukan oleh Swisscontact kepada pelaku usaha kecil adalah pelatihan teknik pengelolaan usaha garmen oleh IGTC (International Garmen Training Center) sebagai mitra yang ikut membantu dalam program ini. Pada pelatihan ini langkah pertama adalah peserta diberikan ilmu-ilmu atau teori mengenai bagaimana langkah-langkah melakukan usaha garmen, bagaimana cara mengembangkannya, dan bagaimana para pelaku usaha kecil untuk mengembangkan usaha mereka. Selanjutnya adalah para peserta diajak untuk melihat pabrik-pabrik garmen besar yang terletak di daerah Cibinong. Dengan melihat pabrik garmen dalam skala besar, maka para peserta dapat melihat bagaimana manajemen kerja yang dipakai sehingga mereka dapat menirunya dalam kegiatan usaha mereka. Pada kunjungan ini para peserta diberikan pengetahuan tentang seluk beluk garmen, mulai dari bagaimana cara mengatur manajemen kerja, manajemen waktu, pengaturan mesin agar lebih efisien dalam bekerja, bagaimana agar bisnis garmen yang dijalankan dapat maju, dan lain-lain. Perubahan yang terjadi pada para pelaku usaha kecil ini adalah dengan semakin cepatnya tingkat produktivitas tiap harinya, karena pengaturan tata letak yang sudah berubah. Perubahan yang kedua adalah perubahan kualitas dari jins yang dihasilkan semakin bagus, hal ini dikarenakan sistem kerja yang sudah berubah dari awalnya satu orang pekerja menjahit dari awal hingga selesai (menyebabkan hasil dari jins berbeda-beda), menjadi satu orang pekerja hanya menjahit satu

63 bagian/proses pengerjaan celana jins (hasil dari jins akan sama sehingga kualitas semakin bagus). Hasil perubahan ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada masing-masing ketua kelompok yang ikut pelatihan bersama dengan IGTC, semua responden menyatakan bahwa dari semua program yang ditawarkan oleh Swisscontact, pelatihan ini yang sangat berguna bagi kelangsungan bisnis yang mereka jalankan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) :...pelatihan ini sangat berguna bagi usaha saya, perubahan yang paling terlihat dari sebelum ikut pelatihan adalah berubahnya sistem cara kerja yang menjadi cepat sehingga pekerjaan jadi lebih efektif dan bisa hemat waktu banyak... Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Mht, 30 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) :...berkat pelatihan, cara kerja banyak berubah tadinya satu orang bertugas melakukan proses menjahit dari awal sampai selesai, jadinya tiap-tiap celana jins hasilnya beda-beda tapi sekarang udah nggak lagi... Proses pemberdayaan pada pelatihan ini dapat dilihat pada gambar 4: Sebelum Program : Manajemen kerja yang tidak baik Pelatihan manajemen kerja Setelah Program : Manajemen kerja menjadi lebih baik Hasil yang didapat : 1. Jumlah produksi meningkat 2. Kualitas produk menjadi lebih bagus 3. Adanya pasar baru 4. Pendapatan meningkat 5. Pembayaran untuk bahan baku menjadi Gambar 4. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan IGTC

64 Perubahan yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Cipulir setelah adanya pelatihan yang dilakukan oleh IGTC adalah adanya peningkatan pada jumlah produksi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Mht, 30 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) :...sebelum ada program ini, tiap minggunya saya cuma bisa memproduksi celana jins sampai 70 lusin, tapi setelah ikut pelatihan ini produksi meningkat jadi 250 lusin per minggu... Perubahan ini disebabkan oleh perubahan tata letak dari mesin-mesin jahit sehingga memudahkan para pekerja dalam mengerjakan produksi celana jins. Selain disebabkan oleh perubahan tata letak, peningkatan jumlah produksi juga disebabkan oleh bertambahnya para pekerja. Seperti yang terjadi pada Bapak Nsr, pada awalnya beliau hanya mempunyai 10 orang pekerja dan setelah adanya pelatihan ini beliau dapat menambah jumlah karyawannya menjadi 20 orang pekerja. Untuk masalah bahan baku, belum terjadi perubahan penggantian kualitas bahan baku yang lebih bagus akan tetapi adanya perbedaan dari cara pembayaran antara sebelum program dengan setelah program. Pada sebelum program hampir semua pelaku usaha kecil membeli bahan baku dengan sistem utang dan dikenakan bunga sepuluh persen tiap bulannya, tetapi setelah pelatihan dengan adanya peningkatan jumlah produksi secara otomatis akan meningkatkan pendapatan dari pelaku usaha kecil yang berakibat pada berubahnya cara pembelian bahan baku menjadi dibayar secara tunai. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) :...pada awalnya kita beli bahan baku pake ngutang trus bunganya lumayan gede tiap bulannya, tapi setelah program ini kita bisa beli bahan baku langsung tunai ga pake ngutang lagi Pelatihan Manajemen Keuangan oleh Universitas Bina Nusantara Mitra lain yang ikut bekerjasama pada program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact adalah Universitas Bina Nusantara. Universitas Bina Nusantara membantu para pelaku usaha kecil dengan memberikan pelatihan kalkulasi biaya, administrasi,

65 komunikasi bisnis (dalam Bahasa Inggris), dan informasi pasar. Pelatihan ini dilakukan oleh sepuluh orang mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang melakukan Kuliah Kerja Profesi di daerah tersebut. Tujuan dari pelatihan ini adalah supaya arus kas masuk dan keluar dapat dicatat dengan jelas. Dengan adanya buku arus kas yang jelas, maka para pelaku usaha kecil dapat meminjam bantuan dana/modal usaha dari Bank. Dalam hal ini Swisscontact bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bentuk pelatihan lain yang dilakukan dalam rangka proses pemberdayaan dari para pelaku usaha kecil adalah pelatihan pembukuan yang dilakukan oleh Universitas Bina Nusantara sebagai salah satu mitra kerja sama Swisscontact. Pelatihan pembukuan dianggap penting, karena untuk mendapatkan pinjaman kredit modal usaha kepada bank diperlukan laporan keuangan arus kas yang jelas. Pelatihan ini diadakan selama tiga kali, pelatihan ini didukung oleh para mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah tersebut. sepuluh mahasiswa dipilih untuk melatih tiga kelompok pelaku usaha garmen dengan topik pelatihan kalkulasi biaya, administrasi, komunikasi bisnis (dalam Bahasa Inggris), dan informasi pasar. Aktivitas ini menguntungkan keduanya baik bagi pelaku usaha maupun bagi mahasiswa itu sendiri, para pelaku usaha mendapatkan pengetahuan tentang keuangan sedangkan mahasiswa mendapatkan pengalaman bekerja dalam situasi yang sebenarnya. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh Universitas Bina Nusantara, pemerintah lokal, dan Swisscontact. Pernyataan ini diperkuat oleh wawancara penulis terhadap Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang), beliau mengatakan :...pelatihan ini sangat bermanfaat sekali karena dulunya pencatatan arus kas masih sangat tradisional sekali dan kadang-kadang hanya diingat saja tanpa dicatat dengan rapi. Dengan adanya pembukuan yang jelas, saya mendapatkan pinjaman modal dari BRI... Para pelaku usaha garmen mengaku puas dengan pelatihan ini, akan tetapi ada hambatan pada program pelatihan ini, antara lain adalah waktu mahasiswa yang terbatas, karena mereka hanya mempunyai waktu empat bulan

66 disana. Hambatan selanjutnya adalah bantuan modal dari BRI yang menurut para pelaku usaha kecil masih terlalu sedikit.

67 Proses pemberdayaan pada pelatihan ini dapat dilihat pada gambar 5 : Sebelum Program : Pembukuan arus kas masih tradisional Pelatihan manajemen keuangan Setelah Program : Pembukuan arus kas lebih teratur Hasil yang didapat : Mendapatkan pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Gambar 5. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan Universitas Bina Nusantara Sedangkan pelatihan dalam rangka menjalankan usaha untuk mempromosikan klaster dalam usaha memperluas jaringan pasar, antara lain : 1. Penguatan Koperasi Pada langkah ini, Swisscontact melakukan perombakan kepada koperasi yang sudah ada di daerah Cipulir. Pada awalnya koperasi ini hanya berfungsi untuk melayani para anggotanya dalam bantuan untuk mendapatkan barangbarang rumah tangga/sembako. Namun, setelah ada program ini koperasi dialihfungsikan sebagai koperasi yang diharapkan dapat memudahkan kepada para pelaku usaha dalam mempermudah akses bahan baku dan akses keuangan. Akses bahan baku disini maksudnya adalah koperasi menyediakan bahan baku dengan tujuan para pelaku usaha kecil akan mendapatkan kualitas bahan baku yang sama. Tetapi dalam pelaksanaannya, penyediaan bahan baku sulit terealisasi karena koperasi tidak bisa menyediakan bahan baku secara berkelanjutan karena harganya yang mahal. Seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) ;...dulu sih, koperasi sempet nyediain bahan baku biar kita para pedagang lebih gampang belinya sama kualitasnya bagus tapi sekarang udah ga ada lagi... Sedangkan akses keuangan maksudnya adalah untuk menyalurkan bantuan pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) kepada para pelaku usaha kecil. Peran koperasi disini hanya untuk menyalurkan bantuan pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil di Cipulir.

68 2. Bantuan program CTC (Community Technology Center) dan Pelatihan Komputer Bantuan program CTC ini bertujuan untuk memasarkan produk jins yang diproduksi oleh para pelaku usaha kecil di Cipulir via internet dengan cara membuat website. Website ini sendiri nantinya berfungsi untuk memasarkan produk-produk unggulan dari tiap-tiap pelaku usaha. Selain untuk memasarkan produk via internet, CTC juga mempunyai tujuan lain, yaitu agar para pelaku usaha dapat melihat model-model baru dari produk celana jins. Website dipilih sebagai sarana pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk karena biayanya yang murah dan cepat. Program ini bermula pada bulan November tahun 2007 sampai dengan bulan Februari 2008, dengan diadakannya pelatihan bagaimana cara penggunaan internet kepada para pelaku usaha kecil yang dinamakan ICT. Pelatihan ini diberikan oleh BDS Triasa dan disponsori oleh Hewlett Packard dan Asean Foundation. Pada pelatihan ini para pelaku usaha kecil diajarkan bagaimana cara untuk mengakses internet untuk mencari model jins yang terbaru dan untuk mencari jaringan pasar yang lebih luas. Menurut pengakuan dari Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) :...pada pelatihan ini kita dibimbing dimana cara gunain komputer buat nyari gambar-gambar tentang jins-jins model baru dan nyari informasi mengenai pelanggan baru... Setelah pelatihan ini selesai, maka dalam upaya untuk terus mempromosikan produk-produk dari para pelaku usaha kecil, Swisscontact bekerjasama dengan Microsoft menyusun suatu program baru yang dinamakan CTC (Community Technology Center). Microsoft sebagai salah satu mitra kerja dari Swisscontact, memberikan pengadaan komputer yang ditempatkan di Koperasi. Dalam pengelolaannya, CTC akan dikelola oleh BDS Triasa yang sebelumnya telah dibekali pelatihan yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Bina Nuantara. Universitas Bina Nusantara dalam pelatihan ini membantu BDS Triasa dalam pembuatan website yang diperuntukkan kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir, website tersebut dinamakan Selain itu, para mahasiswa Universitas Bina Nusantara juga memberikan pelatihan kepada BDS Triasa tentang bagaimana mengelola

69 website agar website yang sudah ada dapat terus diperbaharui dengan infomasiinformasi yang baru. Sebenarnya keberadaan website ini sudah bagus, tampilannya juga memudahkan pengguna internet dalam mencari produk yang mereka mau. Di dalamnya juga dicantumkan bagaimana penjelasan mengenai tata cara pemesanan kepada calon pembeli. Namun, karena kurangnya pemasaran yang dilakukan via internet, masih belum banyak orang yang mengetauhi keberadaan website ini. Pernyataan ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh pengakuan dari Bapak Nsr, 32 tahun Padang) ; (ketua kelompok usaha kecil daerah...memang foto-foto dari produk kita udah dipajang di internet, tapi sampai sekarang belum ada pesanan yang datang lewat internet... Proses pemberdayaan ini dapat dilihat pada gambar 6 : Program CTC (Community Technology Center) Sebelum Program : Tingkat keterdedahan tekhnologi informasi rendah Setelah Program : Tingkat keterdedahan tekhnologi informasi lebih baik Hasil yang didapat : 1. Adanya website bagi pelaku usaha kecil untuk memasarkan produknya Gambar 6. Proses Pemberdayaan Pada Program CTC 3. Pelatihan oleh PT Bali Nirwana Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Swisscontact dalam rangka meluaskan jaringan pasar dari para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan bermitra dengan industri garmen skala besar, yaitu PT Bali Nirwana. PT Bali Nirwana merupakan industri garmen skala besar yang juga memproduksi hasil jadi jins, tetapi dalam pemasarannya PT Bali Nirwana hanya memasarkan produknya ke luar negeri saja. Hal ini menyebabkan tidak adanya penurunan permintaan yang dialami oleh sebagian besar usaha kecil di daerah Cipulir.

70 Tujuan akhir dari program ini adalah, diharapkan nantinya PT Bali Nirwana akan melakukan sebagian pemesanan yang mereka terima untuk dilimpahkan kepada para pelaku usaha kecil pada saat mereka mengalami peurunan permintaan (biasanya terjadi setelah hari raya Idul Fitri selesai). Teknis dari pelatihan ini adalah dengan mengirimkan para pegawai dari tiap-tiap kelompok usaha kecil untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PT Bali Nirwana. Pelatihan ini membutuhkan waktu yang agak lama, karena para peserta pelatihan harus mempunyai kemampuan sesuai dengan kualitas yang PT Bali Nirwana inginkan. Pelatihan ini berupa pelatihan teknis menjahit mulai dari proses awal hingga menjadi barang jadi. Sampai saat ini program masih berlangsung sampai tahap pelatihan para pegawai dari suku Karawang dengan jumlah 12 orang. Pada pelatihan ini kelompok dari suku Purworejo dan Padang tidak ikut berpartisipasi dalam pelatihan, karena karakteristik dari masing-masing daerah yang berbeda. Menurut pengakuan dari Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) :...awalnya pernah diajak buat ikut pelatihannya, tapi ga cocok jadi penulis ga ikut deh, karena kami orang Padang inginnya serba cepat ga mau mengikuti pelatihannya yang terlalu lama... Proses pemberdayaan ini dapat dilihat pada gambar 7 : Program Pelatihan oleh PT Bali Nirwana Sebelum Program : Jaringan pasar yang rendah Setelah Program : Jaringan pasar yang bertambah Hasil yang akan didapat : 1. Tidak ada lagi penurunan omset setelah hari raya Idul Gambar 7. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan Oleh PT Bali Nirwana 6.2 Ikhtisar Berdasarkan proses pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP)

71 maka dapat disimpulkan bahwa Swisscontact mempunyai peran sebagai penghubung atau mediator bagi pelaku usaha kecil di Cipulir (penerima program) dengan mitra yang bekerja sama dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP). Penghubung disini maksudnya adalah Swisscontact menghubungkan pelaku usaha kecil di Cipulir dengan lembagalembaga yang bermitra dalam program ini dengan bentuk berupa pelatihanpelatihan yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu adanya pelatihan manajemen kerja oleh IGTC (International Garmen Training Center), pelatihan manajemen keuangan oleh Universitas Bina Nusantara, bantuan program CTC (Community Technology Center) dan pelatihan komputer, dan pelatihan oleh PT Bali Nirwana. Proses pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) dapat dilihat pada gambar 8 : Lembaga-lembaga terkait : IGTC Universitas Bina Nusantara Microsoft BDS Triasa PT Bali Nirwana Swissconta ct Mediator/ Penghubung Proses Pemberdayaan UMKM Cipulir Gambar 8. Peran Swisscontact Dalam Proses Pemberdayaan Pada Program SMEP

72 BAB VII MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) PADA UMKM DI CIPULIR 7.1 Pengaruh Proses Pemberdayaan Terhadap Perubahan Pelaku Usaha Kecil Perubahan yang terjadi kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir terlihat dari peningkatan pada produktivitas, hal ini menyebabkan pengaruh ke berbagai sektor, mulai dari penjualan yang meningkat, jumlah pekerja yang bertambah, adanya pasar baru, munculnya produk baru, pengurangan biaya bahan baku dan dapat menyimpan hasil penjualan untuk memenuhi kebutuhan sekunder kehidupan. Pada perubahan yang terjadi pada para pelaku usaha kecil di Cipulir, penulis mewawancarai ketiga ketua kelompok dari masing-masing daerah, yaitu : 1. Bapak Nsr (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) Perubahan yang terjadi pada usaha Bapak Nsr, yang pertama adalah meningkatnya tingkat produktivitas dari produksi celana jins per harinya. Pada awalnya usaha beliau dapat menghasilkan 150 sampai 200 potong celana jins per minggu per orang, namun setelah mengikuti pelatihan keterampilan yang diadakan oleh Swisscontact melalui program SMEP, maka tingkat produktivitasnya bertambah hingga 300 sampai 350 potong celana jins per minggu per orang. Dengan meningkatnya jumlah produktivitas, maka pekerja juga mengalami penambahan dari 10 orang menjadi 20 orang. Akan tetapi pekerja pada usaha beliau semuanya merupakan pekerja lepas. Peningkatan tingkat produktivitas sejalan dengan semakin bagusnya kualitas dari produksi jins yang dihasilkan. Seiring dengan hal ini pasar baru pun muncul, untuk usaha yang beliau jalankan pasar baru bertambah di kawasan Mangga Dua. Menurut beliau pelatihan yang paling berpengaruh bagi kelangsungan usahanya merupakan pelatihan yang dilakukan oleh IGTC, karena dengan pelatihan ini manajemen kerja semua berubah mulai dari kemampuan menjahit sampai dengan tata letak mesin yang lebih rapi.

73 Dengan adanya pelatihan dari IGTC pun, produk baru muncul dari usaha beliau. Pada awal usaha, beliau hanya menjual jins anak-anak akan tetapi sekarang beliau juga memproduksi celana panjang berbahan katun untuk anakanak. Bertambahnya penjualan yang dihasilkan oleh Pak Nsr, maka beliau dapat menyimpan uang hasil penjualan untuk kebutuhan yang lain, antara lain beliau dapat membeli mesin baru untuk usaha dan membeli kendaraan bermotor. Akan tetapi perubahan pada akses bahan baku masih belum banyak berubah. Bahan baku yang didapat masih bahan baku dengan kualitas yang kurang bagus karena bahan baku dengan kualitas bagus mempunyai harga yang jauh lebih mahal. Perubahan hanya terjadi pada sistem cara pembayaran, yang awalnya pembelian melalui sistem utang menjadi dibayar secara tunai. Perubahan juga terjadi pada daya saing dari tiap-tiap kelompok usaha kecil. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Nsr, adanya penambahan lembaga terkait di dalam lingkungan usaha dari Bapak Nsr dan penambahan jasa pelayanan. Penambahan lembaga tersebut antara lain adanya BRI (Bank Rakyat Indonesia), CTC (Communication and Training Centers), dan Koperasi. Fungsi dari para lembaga-lembaga ini adalah dengan memfasilitasi Bapak Nsr selama program SMEP berlangsung. Sedangkan pada pelayanan jasa antara lain adanya Koperasi yang berfungsi sebagai tempat peminjaman modal usaha dan adanya CTC sebagai tempat informasi dan promosi usaha melalui internet. Perubahan dari Bapak Nsr dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3 Perubahan Keadaan Usaha Bapak Nsr, Sebelum Dan Sesudah Pemberdayaan Produktivitas Sebelum Sesudah Perubahan 150 sampai 200 potong per minggu per orang 300 sampai 350 potong per minggu per orang 150 potong per minggu per orang Pekerja 10 orang pekerja lepas 20 orang pekerja lepas 10 orang pekerja lepas Pasar Cipulir, Tanah Abang Cipulir, Tanah Abang dan Mangga Dua Produk Jins anak-anak Jins anak-anak dan celana panjang katun anak-anak Mangga Dua Celana panjang katun anak-anak

74 2. Bapak Asm (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) Pada usaha yang dijalankan oleh Pak Asm, tingkat produktivitas bertambah dari 75 lusin per minggu menjadi 200 lusin per minggu. Bertambahnya tingkat produktivitas juga diikuti dengan bertambahnya jumlah pekerja yang bekerja pada beliau. Awalnya beliau hanya mempunyai 8 orang pekerja tetap dan 4 orang pekerja lepas, bertambah menjadi 25 orang pekerja tetap dan 5 orang pekerja lepas. Perbedaan perubahan antara Pak Asm dan Pak Nsr terlihat dari adanya penambahan jaringan pasar baru pada Pak Asm. Beliau tidak hanya mendapatkan pasar baru di daerah Mangga Dua tetapi beliau juga memsasarkan produknya ke daerah Jatinegara. Hal ini disebabkan selain adanya pengaruh dari hasil pelatihan yang diberikan oleh IGTC, beliau mengikuti pelatihan tambahan mengenai teknis proses menjahit mulai dari proses awal hingga proses akhir yang diberikan oleh PT Bali Nirwana. Dimana pelatihan ini tidak diikuti oleh pelaku usaha kecil yang lain. Walaupun masih menggunakan bahan baku dengan kualitas yang kurang bagus tetapi teknik menjahit sudah banyak berubah sehingga hasil yang dihasilkan juga semakin bagus. Perbedaan lainnya adalah pada produk yang dihasilkan. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Asm produk yang dihasilkan masih berupa jins anak-anak, belum ada inovasi produk baru pada usaha beliau. Untuk pelatihan pembukuan arus kas yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Bina Nusantara, beliau mengaku hanya menerapkan sistem tersebut, karena ada bantuan pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) setelah program pinjaman modal itu selesai maka beliau pun kembali dengan sistem pembukuan yang tradisional yaitu hanya mencatat berapa pengeluaran dan penerimaan secara sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pencatatan arus kas terlalu sulit untuk diterapkan oleh Pak Asm. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Asm, adanya penambahan lembaga terkait di dalam lingkungan usaha dan penambahan jasa pelayanan tidak jauh berbeda dengan usaha dari Bapak Nsr. Perbedaan tersebut terlihat dari lembaga terkait yang berada pada lingkungan usaha dari Bapak Asm. Penambahan lembaga tersebut antara lain adanya BRI (Bank Rakyat Indonesia), CTC (Communication and Training Centers), Koperasi, dan PT Bali Nirwana.

75 Sedangkan pada pelayanan jasa antara lain adanya Koperasi yang berfungsi sebagai tempat peminjaman modal usaha dan adanya CTC sebagai tempat informasi dan promosi usaha melalui internet. Perubahan dari Bapak Asm dapat dilihat pada tabel 4 : Tabel 4 Perubahan Keadaan Usaha Bapak Asm, Sebelum Dan Sesudah Pemberdayaan Produktivitas 75 lusin per minggu Pekerja 8 orang pekerja tetap 4 orang pekerja lepas Pasar Sebelum Sesudah Perubahan Cipulir, Tanah Abang Produk Jins anakanak 200 lusin per minggu 125 lusin per minggu 25 orang pekerja tetap 5 orang pekerja lepas Cipulir, Tanah Abang, Mangga Dua dan Jatinegara Jins anak-anak - 17 orang pekerja tetap 1 orang pekerja lepas Mangga Dua dan Jatinegara 3. Bapak Mht (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) Kasus yang terjadi pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht tidak jauh berbeda dengan pelaku usaha yang lain. Usaha beliau juga mengalami peningkatan tingkat produktivitas yang diikuti oleh bertambahnya pekerja, baik itu pekerja tetap maupun pekerja lepas. Pada tingkat produktivitas usaha beliau mengalami peningkatan dari 70 lusin per minggu menjadi kurang lebih 250 lusin per minggunya. Penambahan jumlah pekerja juga terjadi, dengan jumlah awal 6 orang pekerja saja menjadi 30 orang pekerja. Pekerja yang digunakan pada usaha Bapak Mht, semuanya merupakan pekerja tetap. Sama seperti pelaku usaha yang lain, perubahan ini terjadi karena adanya pelatihan yang diberikan oleh IGTC tentang bagaimanaa mengatur manajemen kerja dalan berusaha di bidang garmen khususnya untuk produksi jins anak-anak. Pada penambahan jaringan pasar, tidak jauh berbeda dengan kelompok usaha kecil yang lain. Awalnya jaringan pasar beliau hanya ada di sekitar Cipulir dan Tanah Abang saja, namun setelah adanya program SMEP maka terjadi

76 penambahan jaringan pasar yaitu di Mangga Dua. Berbeda dengan usaha yang dijalankan oleh Bapak Nsr yang mengalami penambahan produk yang dihasilkan. Usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht, produk yang dihasilkan masih berupa jins anak-anak. Namun ada perbedaan antara usaha yang dijalankan oleh Pak Mht dengan yang lain, adalah pembukuan arus kas yang beliau gunakan sudah menggunakan sistem yang benar. Beliau sudah membeli komputer dan sudah mempunyai arus kas pemasukan dan pengeluaran yang jelas. Sehingga untuk melakukan pinjaman bantuan modal kepada pihak bank menjadi lebih mudah. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht, adanya penambahan lembaga terkait di dalam lingkungan usaha dan penambahan jasa pelayanan hampir sama dengan perubahan yang dialamai oleh usaha dari Bapak Nsr. Perubahan tersebut adalah adanya penambahan lembaga terkait antara lain adanya BRI (Bank Rakyat Indonesia), CTC (Communication and Training Centers), dan Koperasi. Sedangkan pada pelayanan jasa antara lain adanya Koperasi yang berfungsi sebagai tempat peminjaman modal usaha dan adanya CTC sebagai tempat informasi dan promosi usaha melalui internet. Perubahan dari Bapak Mht dapat dilihat pada tabel 5 : Tabel 5 Perubahan Keadaan Usaha Bapak Mht, Sebelum Dan Sesudah Pemberdayaan Sebelum Sesudah Perubahan Produktivitas 70 lusin per minggu Pekerja 6 orang pekerja tetap Pasar Cipulir, Tanah Abang 250 lusin per minggu 180 lusin per minggu 30 orang pekerja tetap 24 orang pekerja tetap Cipulir, Tanah Abang dan Mangga Dua Produk Jins anak-anak Jins anak-anak - Mangga Dua 7.2 Ikhtisar Berdasarkan perubahan pada tiap-tiap kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa program SMEP yang dilakukan oleh Swisscontact telah memberikan

77 perubahan kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Perubahan yang paling terlihat pada para ketiga pelaku usaha kecil ini adalah adanya perubahan pada peningkatan produktivitas yang menyebabkan pengaruh ke berbagai sektor, mulai dari penjualan yang meningkat dan jumlah pekerja yang bertambah. Ketiga pelaku usaha kecil ini, mengalami perubahan yang sama pada tingkat produktivitas dan bertambahnya jumlah pekerja. Hal ini disebabkan karena pelatihan manajemen kerja yang dilakukan oleh IGTC. Pada pelatihan ini, para pelaku usaha kecil mengaku pelatihan ini merupakan pelatihan yang paling sesuai dengan permasalahan yang ada pada pelaku usaha kecil di Cipulir. Penambahan tingkat produktivitas juga berpengaruh pada hasil penjualan yang tinggi, sehingga para pelaku usaha kecil dapat menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan sekunder, seperti yang dialami oleh Bapak Nsr yang sudah mempunyai kendaraan bermotor dan menambah jumlah mesin untuk produksi usahanya dan Bapak Mht yang dapat membeli komputer untuk keperluan pembukuan. Akan tetapi ada perbedaan perubahan antara ketiga pelaku usaha kecil tersebut. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Nsr, perbedaan perubahan terletak pada munculnya model baru dari produk yang dihasilkan, dimana perubahan ini tidak dialami oleh para pelaku usaha kecil yang lain. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Asm, perbedaan perubahan terletak pada meningkatnya jumlah pasar dibandingkan dengan pelaku usaha kecil yang lain. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht, perbedaan perubahan terletak pada sistem pembukuan arus kas yang berbeda dengan pelaku usaha kecil yang lain. Sistem pembukuan yang digunakan oleh Bapak Mht telah menggunakan komputer, sehingga pencatatan arus kas dan penghitungan uang yang keluar dan uang yang masuk menjadi lebih jelas. Pada perubahan dari daya saing dari para kelompok usaha kecil di atas, terlihat adanya penambahan lembaga-lembaga baru yang berada pada lingkungan usaha kecil di Cipulir, antara lain BRI, CTC, Koperasi, dan PT Bali Nirwana. Sedangkan pada penambahan lembaga pelayanan jasa, antara lain adanya Koperasi dan CTC sebagai pusat pelayanan informasi dan promosi. Akan tetapi jika dibandingkan dengan lingkungan usaha kecil yang berada di Tanah

78 Abang, lembaga-lembaga yang mendukung usaha kecil di Tanah Abang memang sangat banyak namun jumlahnya terus mengalami penurunan. Pada pelayanan jasa, koperasi yang dimiliki oleh usaha kecil di Tanah Abang lebih besar dalam menyediakan peminjaman modal usaha jika dibandingkan dengan koperasi yang berada di Cipulir. Setelah dibandingkan dengan kelompok usaha kecil di Tanah Abang, setelah adanya program SMEP ini kelompok usaha kecil di Cipulir memang masih berada di bawah kelompok usaha kecil di Tanah Abang namun perbedaan itu kian menipis.

79 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir dalam upaya memberdayakan UMKM yang mereka jalankan, menggunakan strategi fasilitasi. Maksudnya adalah para pelaku usaha kecil sudah mengetahui permasalahan yang mereka hadapi dan peran dari Swisscontact adalah hanya sebagai fasilitator atau agen peubah dalam program ini. 2. Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan menggunakan proses kecenderungan primer dan proses kecenderungan sekunder. Bentuk dari proses primer adalah dengan adanya pelatihan manajemen kerja dan manajemen keuangan pada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Selain pelatihan tersebut, pada proses ini juga dilakukan penguatan koperasi, bantuan program CTC, dan melakukan mitra kerja dengan usaha garmen skala besar. Sedangkan proses sekunder, bentuknya adalah dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan tiap bulan dan dihadiri oleh Swisscontact, pelaku usaha dan lembaga-lembaga terkait. 3. Perubahan yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Cipulir antara lain meningkatnya tingkat produktivitas, jaringan pemasaran yang bertambah, biaya bahan baku yang semakin rendah, dan adanya dukungan dari lembagalembaga terkait. 8.2 Saran Terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada Swisscontact, terkait dengan program SMEP, antara lain diperlukan proses sekunder yang lebih intensif lagi supaya para pelaku usaha kecil merasa lebih termotivasi dan tergerak dalam menjalankan program SMEP. Saran yang lain adalah diharapkan Swisscontact dapat melakukan program-program pelatihan secara lebih

80 berkelanjutan, antara lain program bantuan modal dari BRI dan program pengadaan bahan baku yang disediakan oleh koperasi. Saran terakhir adalah agar Swisscontact dapat mempertahankan program pemberdayaan UMKM yang sudah ada.

81 DAFTAR PUSTAKA Adjid, D. A Pola Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pembangunan Pertanian Berencana. Bandung: Orbit Sakti. Adi, Isbandi Rukminto Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Cernea, M Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan. Universitas Indonesia. Jakarta. Cohen dan Uphoff Rural Development: Concept and Measures for Project Design, Implementation, and Evaluating. New York: Coenel University. Fauziah, Nur Rahmah. Evaluasi Program Pendampingan Kelompok Tani Oleh LSM Pada Usaha Tani Sayuran Organik. Skripsi Sarjana (Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2007) Ife, Jim Community Development. Creating community alternativesvision analysis and practice. Australia: Longman. Kartasasmita, Ginandjar Pembangunan Untuk Rakyat : Pertumbuhan dan Pemerataan. PT Pustaka. Jakarta. Nasdian, Fredian Tonny Pembedayaan dan Partisipasi Warga Komunitas (Community). Materi Kuliah Pengembangan Mayarakat SEP-203. Nasdian, Fredian Tonny Pengembangan Masyarakat. Bogor: Bagian Ilmu-Ilmu Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Departeman Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB. Pranarka dan Moeljarto Pemberdayaan dan Prosesnya. Diakses dari Kamis, 6 Agustus Rudito, Bambang dan Arif Budimanta Metode dan Teknik, Pengelolaan Community Development. Jakarta. ICSD. Sajogyo Menuju Kemandirian Masyarakat. Prisma No. 1 Tahun XVII. Jakarta: LP3ES. Satori, Djam an Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Siregar, N Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal PMD Depdari Dalam Upaya Pemberdayaan Potensi Ekonomi Lokal. Makalah pada Stadium General dan Monev Proyek CERD DEPDAGRI bagi Mahasiswa Penerima Beasiswa Program MPM IPB. Jakarta.

82 LAMPIRAN

83 Lampiran 1. Jadwal Penelitian No Kegiatan I Proposal dan Kolokium 1. Penyusunan draft 2. Konsultasi Proposal 3. Orientasi Lapangan 4. Kolokium II Studi Lapangan 1. Pengumpulan data 2. Analisis data III Penulisan Laporan 1. Analisis lanjutan 2. Penyusunan draft revisi 3. Konsultasi laporan IV Ujian Skripsi 1. Ujian 2. Perbaikan Skripsi April Mei Juni Juli

84 Lampiran 2. Teknik Pengumpulan Data No Kebutuhan Data/Informasi 1 Profil Swisscontact dan Pasar Cipulir 1.Awal mula terbentuknya perusahaan 2.Profil perusahaan 3.Visi dan Misi perusahaan 4.Ganbaran Umum Pasar Cipulir 2 Strategi pemberdayaan program Small Medium and Enterprise (SMEP) 1. Latar Belakang Program 2. Tujuan Program 3. Prinsip Program 3 Proses Pemberdayaan Program Small Medium and Enterprise (SMEP) 1. Proses primer 2. Proses sekunder 4 Manfaat Pemberdayaan Program Small Medium and Enterprise (SMEP) Sumber Data/Informasi Data Primer 1. Data Swisscontact Data Primer 1. Ketua Program Small Medium Enterprise (SMEP) 2. UKM penerima program Data Sekunder 1. Regulasi atau aturan perusahaan tentang program pemberdayaan Data Primer 1. Ketua program Small Medium Enterprise (SMEP) 2. Staf Swisscontact 3. UKM penerima program Data Sekunder 1. Laporan program Small Medium Enterprise (SMEP) 2. Dokumentasi program Small Medium Enterprise (SMEP) 1. UKM penerima program Teknik Pengumpulan Data 1. Analisis data sekunder 1. Wawancara mendalam 2. Analisis data sekunder 1. Wawancara mendalam 2. Analisis data sekunder 1. Wawancara mendalam

85 Lampiran 3. Panduan Pertanyaan Bagian Pertama: Strategi Pemberdayaan Program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) 1. Apa latar belakang Swisscontact menyelenggarakan program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP)? 2. Apakah tujuan dari program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP)? 3. Apa sajakah prinsip program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP)? 4. Bagaimana awal menemukan ide tentang program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP)? Apakah berdasarkan kondisi lapang yang ada atau ide Swisscontact sendiri? 5. Bagaimana mekanisme penyelenggaraan program ini? 6. Siapakah pihak yang berhak untuk membuat dan memutuskan strategi yang digunakan dalam pelaksanaan program Small Medium Enterprise Promotion (SMEP)? 7. Bagaimana mekanisme pengambilan keputusannya? 8. Terkait dengan tahap perencanaan, apakah tahap perencanaan ditentukan melalui rapat staf perusahaan atau melibatkan beberapa pihak luar dan masyarakat? 9. Sejauh mana pihak luar atau masyarakat tersebut terlibat? 10. Apakah terdapat evaluasi terhadap program yang dijalankan? 11. Siapakah yang melakukan tahap evaluasi? 12. Bagaimana mekanisme evaluasinya? 13. Apakah ada laporan hasil yang didapatkan selama program berlangsung dari awal sampai akhir? 14. Bagaimana mekanisme pelaporan hasil tersebut? 15. Dalam tahap tersebut, apakah ada pihak sasaran yang terlibat dalam menyusun strategi program? Jika ada, sejauh mana pihak tersebut terlibat? Bagian Kedua: Tahapan Implementasi Program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Proses Pemberdayaan Sekunder 1. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayan sekunder ini terjadi? 2. Bagaimana sosialisasi program dilaksanakan? 3. Apakah sosialisasi program diberikan hanya pada sebelum program berlangsung atau diberikan juga pada tengah program? 4. Bagaimanakah bentuk sosialisasi program yang diberikan? 5. Siapa sajakah pihak yang dilibatkan dalam proses sosialisasi tersebut? 6. Apakah sejauh ini proses sosialisasi program tersebut efektif? Mengapa? Apa buktinya?

86 7. Sejauh ini bagaimana partisipasi dari berbagai pihak khususnya pemerintah setempat dan masyarakat terhadap proses pemberdayaan sekunder ini? Proses Pemberdayaan Primer 1. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan primer dilaksanakan? 2. Apa saja bentuk dari proses pemberdayaan primer? 3. Apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan tujuan awal program? 4. Apakah pada tahap pelaksanaan mengalami kendala? Apa saja? 5. Bagaimana cara menghadapi kendala yang ada? 6. Apakah dilakukan evaluasi secara berkala saat program berlangsung agar tujuan program terpenuhi? 7. Apakah masyarakat ikut terlibat pada proses pelaksanaan? Jika ya, dalam hal apa dan sejauh mana mereka terlibat? Bagian Ketiga: Manfaat Pemberdayaan Program Small and Medium and Enterprise (SMEP) 1. Apa yang memotivasi anda untuk mengikuti program ini? 2. Apa yang dirasakan setelah mengikuti program? Adakah tujuan anda terpenuhi? 3. Apa ada perubahan pada usaha anda setelah mengikuti program SMEP? Apa saja perubahannya? 4. Bagaimana dengan aktivitas rumahtangga anda, apakah ada pengaruhnya?

87 Lampiran 4. Catatan Harian Hari/ tanggal : Jumat/5 Juni 2009 Jumat/19 Juni 2009 Pukul Responden : WIB : Bapak Nsr Wawancara ini pertama kali dilakukan pada hari Jumat, tanggal 5 Juni 2009, bertempat di kediaman Bapak Nsr. Kediaman beliau tidak jauh dari Pasar Cipulir. Rumah beliau terdiri dari dua lantai, dimana beliau dan keluarga menetap hanya pada lantai atas saja dan lantai bawah digunakan untuk memproduksi jins anak-anak, mulai dari proses pembuatan pola sampai dengan barang jadi. Wawancara ini berlangsung di lantai atas di tempat kediaman beliau tinggal. Pada awalnya beliau dapat mengikuti program SMEP ini karena sebelum program ini datang, beliau telah menjadi anggota koperasi di Cipulir. Melalui koperasi tersebut beliau mendapatkan pengenalan mengenai program SMEP ini. Tepat pada tahun 2007, banjir besar melanda Cipulir dan membuat usaha Pak Nsr menjadi kacau, banyak alat-alat mesin yang hanyut terbawa banjir. Setelah banjir selesai, Swisscontact memberikan program penggantian mesin-meisn jahit kepada para pelaku usaha kecil, termasuk Pak Nsr. Mulai dari program awal ini, Pak Nsr menjadi terikat pada program Swisscontact selanjutnya yang dinamakan SMEP. Langkah awal dari program ini adalah, Pak Nsr mengikuti rapat yang dihadiri oleh Pak Ad, Bu Mr, dan dihadiri oleh orang-orang dari Koperasi. Pada rapat ini Pak Nsr, mengaku suasana rapat sangat kondusif, dimana para peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi sepanjang menjalankan usaha jins ini. Pak Nsr mengaku mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan oleh Swisscontact mulai dari awal hingga akhir, kecuali kegiatan pelatihan yang diadakan oleh PT. Bali Nirwana. Pelatihan pertama yang diikuti oleh Pak Nsr adalah pelatihan yang diadakan oleh IGTC. Beliau mengaku puas pada pelatihan ini, karena pada

88 pelatihan ini beliau diberikan pengetahuan mengenai bagaimana pelaku usaha garmen, khususnya jins mengelola manajemen kerjanya. Pada pelatihan ini beliau juga mengadakan kunjungan ke industri garmen beskala besar yang terletak di Cibinong. Pelatihan kedua yang diikuti oleh beliau adalah dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Universitas Bina Nusantara. Pada pelatihan ini, beliau mengaku diajarkan bagaimana cara mengelola pembukuan arus kas yang jelas. Namun pada akhirnya beliau mengakui bahwa sistem pembukuan yang diajarkan masih terasa sulit untuk diterapkan pada usaha beliau. Pada wawancara yang kedua, yaitu pada Jumat tanggal 19 Juni 2009, wawancara masih bertempat di kediaman beliau yang letaknya tidak jauh dari Pasar Cipulir. Ketika saya datang, beliau sedang sibuk bolak-balik untuk membeli kebutuhan produksi, seperti kancing, resleting, dan sebagainya. Menurut pengakuan beliau, hal ini dikarenakan permintaan yang naik karena Hari Raya Idul Fitri sebentar lagi akan tiba. Wawancara yang kedua saya lebih menanyakan mengenai manfaat yang didapat dari Pak Nsr setelah menikuti program SMEP ini. Perubahan yang terjadi pada usaha Bapak Nsr, yang pertama adalah meningkatnya tingkat produktivitas dari produksi celana jins per harinya. Pada awalnya usaha beliau dapat menghasilkan 150 sampai 200 potong celana jins per minggu per orang, namun setelah adanya program SMEP tingkat produktivitasnya bertambah hingga 300 sampai 350 potong celana jins per minggu per orang. Dengan meningkatnya jumlah produktivitas, maka pekerja juga mengalami penambahan dari 10 orang menjadi 20 orang. Namun, pada usaha beliau semua pekerja merupakan pekerja lepas. Alasan beliau memakai pekerja lepas adalah, jika terjadi situasi penurunan permintaan, beliau dapat melepas para pegawainya. Pegawai yang bekerja pada beliau semuanya berasal dari daerah yang sama yaitu suku Padang. Pegawai yang bekerja didominasi oleh laki-laki, perempuan hanya bekerja pada proses pengepakan barang jadi saja. Perubahan yang lain adalah beliau sekarang sudah mempunyai produk baru selain jins, yatu celana panjang berbahan katun untuk anak-anak. Seiring dengan pendapatan usaha yang terus meningkat, beliau sekarang sudah mempunyai kendaraan bermotor berupa mobil

89 dan motor yang diakuina didapat berkat hasil usaha yang beliau jalankan selama ini. Menurut pengakuannya, beliau mempunyai rencana untuk menjadikan lantai atas rumahnya untuk dijadikan tempat usaha juga dan menyewa rumah satu lagi untuk beliau tempati. Hari/ tanggal : Jumat/5 Juni 2009 Jumat/19 Juni 2009 Pukul Responden : WIB : Bapak Mht Hampir sama dengan Pak Nsr, wawancara saya dengan Pak Mht juga berlansung dirumah beliau dimana beliau tinggal di lantai atas sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk keperluan usahanya. Rumah dari Pak Mht terletak tidak jauh dari rumah Pak Nsr. Sama seperti yang dialami oleh Pak Nsr, Pak Mht mendapatkan program SMEP yang dilaksanakan oleh Swisscontact, karena beliau juga menjadi anggota koperasi di Cipulir. Ketika saya datang, beliau sedang sibuk memasukkan data tentang uang masuk dan keluar di komputernya. Kegiatan yang dilakukan oleh Pak Mht pertama kali adalah dengan mengikuti rapat yang diadakan oleh Swisscontact. Pada rapat ini beliau mengeluhkan tentang pemasaran yang buruk yang dialami oleh usahanya dan juga beliau menanyakan tentang bagaimana caranya mengembangkan usaha jins agar menjadi berkembang. Pada pelatihan yang dilaksanakan oleh Universitas Bina Nusantara mengenai bagaimana mengelola pembukuan arus kas yang benar, beliau sangat senang dengan pelatihan ini karena menurutnya kelemahan para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah mengenai pembukuan. Setelah pelatihan selesai, hanya Pak Mht yang masih menerapkan sistem pembukuan arus kas yang jelas. Beliau sudah membeli komputer dan sudah menggunakan program Microsoft Excel dalam melakukan sistem pembukuannya. Dengan sistem pembukuan yang sudah jelas, selain mendapatkan pinjaman dari Bank Rakyta Indonesia (salah satu mitra dalam program SMEP), beliau juga mendapatkan pinjaman modal usaha dari Bank Nasional Indonesia (BNI)

90 Wawancara yang kedua dilakukan pada hari Jumat tanggal 19 Juni Sama seperti Pak Nsr, pada wawancara kali ini saya lebih menanyakan apa saja manfaat yang didapat dari program SMEP ini. Perubahan terjadi pada tingkat produktivitas usaha beliau yang mengalami peningkatan dari 70 lusin per minggu menjadi kurang lebih 250 lusin per minggunya. Penambahan jumlah pekerja juga terjadi, dengan jumlah awal enam orang pekerja saja menjadi 30 orang pekerja. Namun ada perbedaan antara sistem pekerja yang dipakai oleh Pak Mht dengan Pak Nsr. Para pekerja yang bekerja oleh Pak Mht semuanya merupakan pekerja tetap, dengan gaji yang tetap tiap bulannya. Perubahan ini terjadi karena adanya pelatihan yang diberikan oleh IGTC tentang bagaimanaa mengatur manajemen kerja dalan berusaha di bidang garmen khususnya untuk produksi jins anak-anak. Hari/ tanggal : Jumat/12 Juni 2009 Jumat/26 Juni 2009 Pukul Responden : WIB : Bapak Asm Wawancara berlangsung di rumah beliau, pada hari Jumat tanggal 12 Juni Rumah beliau terletak agak berjauhan dari kediaman kedua pelaku usaha yang lain. Berbeda dengan kedua pelaku usaha yang lain, Pak Asm bukan merupakan anggota koperasi yang ada di Cipulir namun pertama kali beliau terlibat dalam program ini karena adanya program penggatian mesin yang dilakukan oleh Swisscontact setelah banjir melanda Jakarta pada tahun Beliau mengikuti program ini karena beliau merupakan ketua perkumpulan pedagang dari Karawang, dan diajak oleh koperasi untuk ikut dalam program. Setelah mengikuti program ini, beliau terus mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam rangka mengembangkan usaha yang ia jalani. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah dengan mengikuti rapat yang diadakan oleh Swisscontact. Pada rapat ini beliau memberikan keluhankeluhannya tentang usaha yang beliau jalankan, seputar pemasaran dan juga pembukuan.

91 Pada pelatihan yang dilaksanakan oleh PT Bali Nirwana. Pak Asm mengirimkan 15 orang pegawainya untuk dilatih disana tentang bagaiman cara menjahit dengan satndar kualitas yang lebih bagus. Pelatihan ini hanya diikuti oleh Pak Asm saja, karena adanya perbedaan karateristik dari tiap-tiap pelaku usaha yang lain. Wawancara yang kedua dilaksanakan pada haru Jumat tanggal 26 Juni Pada wawancara ini, saya menanyakan tentang manfaat yang dialami oleh Pak Asm setelah mengikuti program SMEP yang dilaksanakan oleh Swisscontact. Pada usaha yang dijalankan oleh Pak Asm, tingkat produktivitas bertambah dari 75 lusin per minggu menjadi 200 lusing per minggu. Bertambahnya tingkat produktivitas juga diikuti dengan bertambahnya jumlah pekerja yang bekerja pada beliau. Awalnya beliau hanya mempunyai delapan orang pekerja tetap dan empat orang pekerja lepas, menjadi 25 orang pekerja tetap dan lima orang pekerja lepas. Perbedaan perubahan antara Pak Asm dengan pelaku usaha yang lain adalah adanya penambahan jaringan pasar baru pada Pak Asm. Beliau tidak hanya mendapatkan pasar baru di daerah Mangga Dua tetapi beliau juga memsasarkan produknya ke daerah Jatinegara. Hal ini disebabkan selain adanya pengaruh dari hasil pelatihan yang diberikan oleh IGTC, beliau mengikuti pelatihan tambahan mengenai teknis proses menjahit mulai dari proses awal hingga proses akhir yang diberikan oleh PT Bali Nirwana. Dimana pelatihan ini tidak diikuti oleh pelaku usaha kecil yang lain.

92 Lampiran 5. Dokumentasi 1. Perubahan lingkungan kerja Sebelum Sesudah 2. Perubahan Teknik Menjahit Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development) Menurut Warren dan Cottrell (1990) dalam Budimanta (2003), komuniti adalah sekelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, telah meruntuhkan banyak usaha besar akan tetapi tidak dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Sebagian

Lebih terperinci

Program Pemberdayaan Small And Medium Enterprise Promotion (SMEP) Oleh Swisscontact

Program Pemberdayaan Small And Medium Enterprise Promotion (SMEP) Oleh Swisscontact Program Pemberdayaan Small And Medium Enterprise Promotion (SMEP) Oleh Swisscontact Empowerment Program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) by Swisscontact Al Briham Jarmal 1, Murdianto 2 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP)

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 5.1 Strategi Pemberdayaan Program Small and Medium Enterprie Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para

Lebih terperinci

BAB VI PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP)

BAB VI PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) BAB VI PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 6.1 Proses Pemberdayaan Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan : Pertama, proses pemberdayaan menekankan pada proses

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB VII MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) PADA UMKM DI CIPULIR

BAB VII MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) PADA UMKM DI CIPULIR BAB VII MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) PADA UMKM DI CIPULIR 7.1 Pengaruh Proses Pemberdayaan Terhadap Perubahan Pelaku Usaha Kecil Perubahan yang terjadi kepada para pelaku

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA

REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA Oleh: Dr. Sri Adiningsih I. Latar Belakang REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA Oleh: DR. Sri Adiningsih Peranan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menjelaskan bahwa pengertian UMKM: usaha mikro adalah usaha produktif

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN OLEH BANK UMUM DAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan sebuah harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas usaha kecil menengah (UKM) maupun industri kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH ENDRA YUAFANEDI ARIFIANTO TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MATERI MUKM PENGANTAR MANAJEMEN UKM PENGERTIAN UKM KONSEP DASAR USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1. Usaha Mikro Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM Pasal 1 angka1 yang dimaksud dengan Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BEUTUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

IKM Dalam Bidang Ekonomi

IKM Dalam Bidang Ekonomi IKM Dalam Bidang Ekonomi Paper Halaqoh Disusun pada tanggal, 2 Agustus 2013 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH Oleh M. Kholil Mahasiswa Semester 3 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Swisscontact Swisscontact, sebuah organisasi nirlaba untuk kerjasama teknis yang didirikan pada tahun 1959 oleh perwakilan industriawan swasta dan universitas

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan diuraikan mengenai Usaha Kecil Menengah, definisi dan teori mengenai orientasi pasar, serta dipaparkan pula penelitian terdahulu terkait dengan orientasi pasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Resona Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol. 1, No. 1 (2017) 46-51 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/index

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa masyarakat adil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Mikro, Kecil Menengah (U MKM).

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Pada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia pada dasarnya didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional dapat

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 1997 lalu masih menyisakan banyak permasalahan, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Usaha besar para konglomerat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan komunikasi dan manajemen untuk membobilisasi manusia, uang,dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan komunikasi dan manajemen untuk membobilisasi manusia, uang,dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan risiko yang tepat, dan melalui keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah, lembaga lembaga di sektor keuangan, dan para pelaku usaha. Percepatan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci