DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR ADHITYA AJI CANDRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Adhitya Aji Candra NIM I

4 ABSTRAK ADHITYA AJI CANDRA. Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN dan M. RIZAL M. DAMANIK Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental dengan menggunakan 81 contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p>0.05) terhadap status gizi. Pendidikan gizi memberikan pengaruh yang signifikan (p<0.05) terhadap pengetahuan gizi. Pemberian suplemen besi memberikan pengaruh yang signifikan (p<0.05) terhadap status anemia. Kata kunci: pengetahuan gizi, status anemia, dan status gizi ABSTRACT ADHITYA AJI CANDRA. The Influence of Snack Feeding, Nutrition Education, and Iron Suplementation to Nutritional Status, Nutrition Knowledge, and Anemia Status in Elementary School Students. Supervised by BUDI SETIAWAN and M. RIZAL M. DAMANIK Nutritional status, nutrition knowledge, and anemia status are still problems accuring among elementary school children. This research aimed to the influence of snack feeding, nutrition education, and iron suplementation to nutritional status, nutrition knowledge, and anemia status in elementary school students. The study was conducted in SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. The design of this study was pre experimental. Number of sample were 81 samples. The result showed that snacking did not give significant (p>0.05) improvement on nutritional status. Nutrition education gives significant (p<0.05) improvement on nutrition knowledge. While iron supplement intake gives significant (p<0.05) improvement toward anemia status. Keywords : anemia status, nutrition knowledge, and nutritional status

5 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR ADHITYA AJI CANDRA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 . Judul : Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar Nama : Adhitya Aji Candra NIM : Disetujui oleh Dr. I. Budi Setiawan, MS. Pembimbing I J::20 c ~ t.. rho M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD Pembimbing II... ~?". ".,.-",,,... /,1./".. "~'. Diketalmi oleh (j({-" ~ I., ~ I..-;. "., t -;., ' I. \ \ ~.. \ \ ", c / Dr.lr Budi Setiawan MS. '. ~ ::7. ; e!llildepartemen Tanggal Lulus :

8 Judul Nama NIM : Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar : Adhitya Aji Candra : I Disetujui oleh Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. Pembimbing I drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. Ketua Departemen Tanggal Lulus :

9 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata ala atas segala nikmat dan karunia yang senantiasa dilimpahkan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai Februari 2013 ini adalah Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS dan drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus penguji skripsi atas saran, masukan, dan arahannya kepada penulis. 3. Seluruh Tim AINP yang telah membantu penulis memperoleh data primer dan sekunder untuk penelitian ini. 4. Kepala sekolah, guru-guru, pegawai kependidikan dan ibu-ibu komite SDN Palasari 02 atas kerja sama, bimbingan, dan bantuannya selama penelitian. 5. Adik-adik kelas 3, 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02 atas kesediaan dan kerjasamanya selama penelitian. 6. Bapak, mama, mbah serta keluarga penulis atas semangat, cinta dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. 7. Teman-teman Pondok Salman atas semangat dan motivasi yang telah diberikan kepada peneliti. 8. Teman-teman Gizi Masyarakat 45 dan teman-teman yang selama ini telah mendukung penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 9. Teman-teman IMT IPB (Ikatan Mahasiswa Tegal IPB) khususnya Syifa, Fety, Barika, Pran, Warto, Iman yang sudah hadir dalam seminar penelitian ini. 10. Teman-teman KKP Desa Jembayat Kabupaten Tegal, kelompok Internship Dietetik RSUD Ciawi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukan. Bogor, September 2013 Adhitya Aji Candra

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 3 Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Anak Sekolah 4 Makanan Anak Sekolah 4 Daya Terima Makanan 5 Status Gizi 5 Pengetahuan Gizi 7 Pendidikan Gizi 8 Zat besi 8 Anemia 10 Suplementasi Besi 11 METODOLOGI 12 Desain, Tempat, dan Waktu 12 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 12 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 Pengolahan dan Analisis Data 14 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Gambaran Umum SDN Palasari Karakteristik Contoh 18 Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi 25 Daya Terima Makanan Jajanan 27 Kandungan Gizi Makanan Jajanan 28 Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap AKG 30 Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan terhadap Status Gizi 31

11 Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan gizi 32 Pengaruh Suplementasi Besi terhadap Status Anemia 33 SIMPULAN DAN SARAN 35 Simpulan 35 Saran 35 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 42 RIWAYAT HIDUP 46

12 DAFTAR TABEL 1 Kategori status gizi pada berbagai ukuran antropometri 6 2 Klasifikasi status gizi menggunakan persen terhadap median 6 3 Klasifikasi status gizi menggunakan Z-skor 7 4 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U 7 5 Angka kecukupan besi menurut umur 9 6 Rentang nilai normal kadar hemoglobin perempuan dan laki-laki dewasa, anak-anak, dan ibu hamil 10 7 Kadar hemoglobin sebagai indikator dan tingkat keparahan anemia 10 8 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U 15 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan usia Sebaran contoh berdasarkan uang saku Sebaran contoh berdasarkan status gizi Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status gizi Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Sebaran pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh contoh Sebaran jenis kelamin dan kelas contoh berdasarkan pengetahuan gizi Sebaran contoh berdasarkan status anemia Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status anemia Rata-rata konsumsi dan sumbangan zat besi Kandungan gizi makanan jajanan Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG 30

13 DAFTAR GAMBAR 1 Perbedaan status gizi sebelum dan setelah intervensi pemberian makanan jajanan 31 2 Perbedaan pengetahuan gizi sebelum dan setelah intervensi pendidikan gizi 32 3 Perbedaan status anemia sebelum dan setelah intervensi suplementasi besi 34 DAFTAR LAMPIRAN 1. Daya terima contoh terhadap makanan jajanan Makanan jajanan Pemberian makanan jajanan kepada contoh Pengambilan darah contoh Hasil uji statistik 45

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta tingkat prestasi yang baik. Pembangunan dan pembinaan SDM yang berkualitas sangat baik dimulai sejak dini, yaitu pada usia sekolah. Usia sekolah adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa dimana terjadi pertumbuhan mental, fisik, dan emosional yang cukup cepat. Pada masa tersebut memerlukan kebutuhan gizi yang cukup dan tepat. Menurut Syarief (1997) periode usia sekolah merupakan bagian dari tahapan dalam siklus hidup manusia yang sangat menentukan kualitas SDM. Kesehatan dan daya tahan fisik merupakan unsur kualitas SDM yang pokok, karena tanpa itu manusia tidak mungkin mampu berpikir dan bekerja produktif. Namum, status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Menurut laporan Riskesdas Tahun 2007, prevalensi nasional anak usia sekolah kurus sebesar 13.3 % pada laki-laki dan 10.9 % pada perempuan. Keadaan ini menjadi lebih berat jika muncul kebiasaan keluarga atau orang tua yang tidak membiasakan diri memberi makan anak sebelum anak tersebut pergi ke sekolah. Bagi mereka yang tidak atau belum sempat sarapan di rumah, maka kantin atau makanan jajanan yang tersedia di sekolah berperan penting dan srategis dalam penyediaan kebutuhan gizi anak sekolah. Dengan kata lain, kualitas dan keamanan makanan jajanan merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian agar anak sekolah mengonsumsi jajanan yang bergizi dan aman. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD di Bogor tahun 2010 tentang pengetahuan gizi, sebanyak 63 % siswa SD di kota maupun di kabupaten memiliki pengetahuan gizi yang masih rendah meskipun masih ada yang tergolong baik hanya sebanyak 3.0 % siswa dan sisanya tergolong sedang 34.0 % (Adriani 2010). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Widyaningrum (2012) pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Bogor, memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan kurang yaitu sebesar 86.4%. Masalah gizi lain yang biasanya terjadi pada anak usia sekolah adalah anemia. Anemia merupakan kondisi kurang darah yang umum terjadi ketika jumlah eritrosit kurang dari normal atau akibat konsentrasi hemoglobin yang rendah dalam darah (Depkes 2008). Berdasarkan hasil Riskesdas (2007), prevalensi anemia di Provinsi Jawa Barat pada kelompok usia anak dan remaja yang berusia 5-14 tahun adalah sebesar 18.8 %. Prevalensi ini sedikit lebih tinggi di atas prevalensi anemia pada kelompok anak-anak secara nasional yaitu sebesar 12.8 % (Depkes 2008). Menurut Gibney (2008) Anemia Gizi Besi cukup tinggi pada usia anak sekolah, yaitu lebih dari dua milyar penduduk dunia. Gabungan Asia Selatan dan Asia Tenggara turut menyumbang hingga 58 % total penduduk yang mengalami anemia di negara berkembang. Bukti banyak penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara anemia karena defisiensi zat besi pada

15 2 anak-anak dengan perkembangan motorik dan kognitif yang buruk serta masalah perilaku (Gibney 2008). Status gizi yang rendah, tingkat pengetahuan gizi yang rendah, dan adanya masalah gizi merupakan masalah yang terjadi pada anak sekolah dasar. Adanya masalah tersebut diperlukan penanganan yang cukup serius, salah satunya dengan intervensi. Intervensi perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas SDM pada usia sekolah. Intervensi dilakukan untuk mencegah rendahnya kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta rendahnya produktifitas kerja. Intervensi tersebut meliputi pemberian makanan jajanan, pemberian pendidikan gizi, dan suplementasi besi. Penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status gizi siswa sekolah dasar adalah dengan pemberian makanan jajanan. Status gizi dan kesehatan anak dipengaruhi oleh asupan gizi yang cukup. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pola makan siswa, dimana siswa sekolah dasar mempunyai kecenderungan mengonsumsi makanan jajanan lebih besar daripada makanan biasa. Selain harga yang murah dan jenisnya beragam, pangan jajanan juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Menurut Syarifah (2010) yang dilakukan pada salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi sehari siswa sebesar 30 % energi dan 22.3 % protein. Oleh karena itu, konsumsi makanan jajanan mempunyai peranan yang cukup penting karena memberikan asupan gizi yang cukup besar yang berdampak pada status gizi anak usia sekolah. Penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pengetahuan gizi siswa sekolah dasar adalah dengan pendidikan gizi. Pendidikan gizi dapat diartikan sebagai usaha membuat seseorang atau sekelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi, sehingga diharapkan pengetahuan mengenai gizi dan makanan sehat menjadi lebih baik, yang pada gilirannya akan memperbaiki status gizi masyarakat. Kelompok anak sekolah merupakan kelompok yang mudah menerima upaya pendidikan gizi melalui sekolahnya (Sediaoetama 2008). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan. Suplementasi merupakan salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki Anemia Gizi Besi. Menurut Arisman (2007), pemberian suplementasi atau suntikan zat besi merupakan pendekatan dasar pertama untuk pencegahan anemia defisiensi besi. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas, dibutuhkan peran serta masyarakat dan pihak swasta. Keterlibatan pihak swasta, saat ini sangat dimungkinkan mengingat pihat swasta juga memiliki program yang disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility). Pada dasarnya CSR merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan masyarakat. Dalam melaksanakan program CSR, pihak swasta dapat melibatkan instansi atau lembaga yang memiliki kompetensi dan pengalaman baik dari segi pelaksanaan program yang melibatkan masyarakat luas maupun dari segi substansi program yang dilakukan. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB merupakan departemen di bidang Gizi Masyarakat yang telah berpengalaman

16 dalam melakukan program pengabdian kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tri-Darma Perguruan Tinggi dimana pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu dari tiga pilar perguruan tinggi selain pendidikan dan penelitian. Departemen Gizi Masyarakat IPB bekerja sama dengan PT Ajinomoto Indonesia meluncurkan program kantin sehat. Program ini bertujuan menyediakan jajanan bergizi dan sehat bagi anak sekolah. SDN Palasari 02 merupakan pilot project Ajinomoto IPB Nutrition Program (AINP). Dalam mengelola kantin sehat di SD tersebut, siswa, orang tua siswa, dan pedagang jajanan di lingkungan sekolah ikut dilibatkan. IPB dan Ajinomoto memberikan edukasi kepada siswa, orang tua, guru, dan pedagang makanan tentang makanan yang sehat dan berkualitas. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mempelajari karakteristik (jenis kelamin, usia, uang saku, status gizi, pengetahuan gizi dan status anemia) siswa contoh SDN Palasari Mempelajari pola konsumsi makanan sumber zat besi siswa contoh SDN Palasari Mempelajari daya terima, kandungan gizi, dan kontribusi makanan jajanan terhadap AKG siswa contoh SDN Palasari Menganalisis pengaruh pemberian makanan jajanan terhadap status gizi 5. Menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi 6. Menganalisis pengaruh suplementasi besi terhadap status anemia Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi tentang pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di Departemen Gizi Masyarakat IPB dalam hubungannya dengan perbaikan gizi masyarakat terutama di masyarakat pedesaan, serta dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian tentang makanan jajanan selanjutnya. 3

17 4 TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dalam bidang ilmu gizi dan kesehatan anak dikelompokkan menjadi anak prasekolah (1-6 tahun), anak usia sekolah (7-12 tahun) dan remaja (13-18 tahun). Secara umum anak usia sekolah adalah anak yang masuk sekolah dasar (RSCM dan Persagi 1990). Anak sekolah dasar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok umur 7-9 tahun dan kelompok umur tahun (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Anak usia sekolah berada pada usia pertumbuhan dan perkembangan pada anak remaja, anak usia sekolah tetap membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang, baik jenis dan jumlahnya. Kebutuhan gizi anak laki-laki mulai usia tahun berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki membutuhkan energi lebih banyak karena lebih banyak melakukan aktivitas fisik. Anak perempuan biasanya mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi yang lebih banyak. Golongan anak sekolah biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah sehingga sering melupakan waktu makan (RSCM dan Persagi 1990). Ukuran, komposisi tubuh, pola aktivitas, dan kecepatan tubuh berbeda setiap anak mempengaruhi kebutuhan gizi. Ketersediaan dan diterimanya makanan oleh anak tidak hanya ditentukan oleh pilihan makanan orang tua, tetapi juga oleh keadaan lingkungan pada waktu makan, pengaruh teman sebaya, lingkungan, dan pengalaman anak tentang makanan sebelumnya (Soetardjo 2011) Menurut Almatsier (2001) anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap makanan yang dikonsumsi. Pada anak usia sekolah, ada perbedaan kebutuhan gizi yang dibutuhkan. Siswa laki-laki usia sekolah dasar memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi daripada siswa perempuan usia sekolah dasar, yaitu laki-laki sebesar 2000 Kal energi, sedangkan perempuan sebesar 1900 Kal energi. Selanjutnya, menurut Arisman (2010), masalah gizi yang terjadi pada masa kanak-kanak ini secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Buah dari ketergantungan ini utamanya berupa penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis dan yang paling penting adalah adanya anemia defisiensi besi. Makanan Anak Sekolah Anak usia sekolah berada pada usia pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun tidak secepat pertumbuhan dan perkembangan pada anak remaja, anak usia sekolah (7-12 tahun) tetap membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Fungsinya untuk menyediakan zat pembangun yang berguna bagi pertumbuhan, menyediakan energi yang dibutuhkan untuk kegiatan fisik yang berat, membantu memelihara tubuh dari infeksi dan menjamin kebutuhan akan zat-zat gizi yang diperlukan pada usia remaja (Mc. Willians (1980) dalam Zuharni 1989) Dari hasil penelitian Gustina (1992) dikatakan bahwa anak usia sekolah terutama anak SD mengkonsumsi zat gizi kurang dari kecukupan yang dianjurkan.

18 Hal ini disebabkan oleh jarangnya sarapan pagi, pemilihan jajanan yang kurang baik serta jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. gizi kurang mengganggu motivasi anak, kemampuannya untuk berkonsentrasi dan kesanggupannya untuk belajar. Anak-anak gizi kurang ini akan terus terbelakang karena sering terkena penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi. Daya Terima Makanan Pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan penerimaan konsumen terhadap suatu bahan pangan umumnya dilakukan dengan alat indera manusia. bahan pangan yang akan diujicobakan kepada beberapa orang panelis pencicip yang terlatih. Masing-masing panelis memberi nilai terhadap cita rasa bahan tersebut. Jumlah nilai dari para panelis akan menentukan mutu atau penerimaan terhadap bahan yang diuji (Winaryo 2002). Rangsangan yang timbul oleh makanan melalui panca indera penglihatan, penciuman, pencicipan, dan pendengaran menentukkan daya terima terhadap suatu makanan. Rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan adalah faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya terima terhadap makanan. Tanggapan senang atau sangat suka bersifat pribadi, karena itu kesan seseorang tidak dapat digunakan sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu komoditi. Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima masyarakat. Tanggapan senang atau suka harus diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum atau suatu populasi masyarakat tetentu (Soekarto 1985). Status Gizi Status gizi merupakan keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbs) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut gizinya baik atau tidak baik (Riyadi 1995) Penilaian status gizi meliputi beberapa cara, yaitu konsumsi pangan, biokimia, antropometri, fisiologis, dan klinis. Antropometeri terdiri dari antro adalah tubuh, dan metric adalah ukuran. Ada dua jenis kegunaan penilaian antropometri untuk mengukur pertumbuhan dan untuk mengukur komposisi tubuh. Pengukuran antropometri sering dilakukan adalah berat badan (BB) : mengetahui massa tubuh, panjang/tinggi badan (BB/TB : mengetahui dimensi linear, tebal lipatan kulit (skinfcld thickness) dan lingkar lengan atas (LILA) : mengetahui komposisi tubuh, cadangan energi dan protein. Kekurangan dari penilaian secara antropometri adalah : relatif kurang sensitif, tidak dapat mengidentifikasikan zat gizi secara halus, tidak dapat membedakan gangguan akibat defisiensi zat gizi dengan defisiensi gangguan intik energi dan protein, faktor-faktor non gizi dapat mengurangi spesifisitas dan sensitivitas pengukuran. Kelebihan penilaian antropometri adalah sederhana, aman non invansif, sampel besar, peralatan rumah, portable, tahan lama, mudah didapat, dapat dilakukan oleh petugas bukan ahli, informasi riwayat gizi masa lampau, identifikasi keadaan gizi, ringan, sedang dan buruk, pemantauan status gizi, screening test (Briawan & Madanijah 2008) 5

19 6 Pengukuran status gizi anak dilakukan dengan menggunakan indeks antropometri berikut ini, yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U), indeks berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/TB), indeks gabungan (BB/U; BB/TB; TB/U), indeks lingkar lengan atas (LILA), indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U) dan tebal lemak dibawah kulit (TLBK). Kategori berbagai ukuran antropometri disajikan pada tabel berikut : Tabel 1 Kategori status gizi pada berbagai ukuran antropometri BB/U TB/U BB/TB Gizi lebih (>2.0 SD) Normal ( -2.0 SD) Gemuk (>2.0 SD) Gizi baik (-2.0 SD s/d +2.0 SD) Pendek/stunted (<-2.0 SD) Normal (-2.0 SD s/d +2.0 SD) Gizi kurang (<-2.0 SD) Kurus/ Wasted ( < -2.0 SD) Gizi buruk (<-3.0 SD) Sangat kurus < -3.0 SD) Dari berbagai jenis indeks-indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. 1) Persen terhadap Median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50. Tabel 2 Klasifikasi status gizi menggunakan persen terhadap median Status Gizi Indeks BB/U TB/U BB/TB Gizi baik > 80% >90% >90% Gizi sedang 71% - 80% 81%-90% 81%-90% Gizi kurang 61% - 70% 71%-80% 71 %- 80% Gizi buruk 60% 70% 70% Suber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, no. 8 Th. XXIII, Hlm 269 dalam 2) Persentil Para ahli merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 40 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diantaranya dan setengahnya berada dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 50 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. 3) Standar Deviasi Unit (SD) Standar Deviasi unit disebut juga z-score. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan. Rumus perhitungan z-score: z-score =

20 7 Tabel 3 Klasifikasi status gizi menggunakan z-score Status gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Gizi lebih + 2 SD Gizi baik - 2 SD dan < +2 SD Gizi kurang - 3 SD dan < - 2 SD Gizi buruk < - 3 SD Sumber : Soekirman 2000 Penilaian status gizi seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk mengetahui baik buruknya status gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung melalui pengukuran antropometri dan penilaian biokimia. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan (Gibson 2005). Gibson (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Indeks antropometri dapat dinyatakan dalam istilah z-score, persentil atau persen terhadap median. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi juga oleh tinggi badan (TB). Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan indikator BB/TB menggambarkan status gizi saat ini secara sensitif dan spesifik. Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Variabel Kategori z< -3 Sangat kurus -3 z < -2 Kurus -2 z < 1 Normal 1 z 2 Overweight z > 2 Obese Sumber: WHO 2007 Pengetahuan Gizi Pengetahuan merupakan hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan melalui kulit. Pengetahuan merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan.

21 8 Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan (Khomsan 2000). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al di dalam Sukandar 2007). Selanjutnya, Khomsan (2000) menyatakan tingkat pengetahuan gizi siswa dapat diperoleh melalui skor dari beberapa pertanyaan yang berbentuk multiple choice. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Selanjutnya tingkat pengetahuan gizi siswa dikategorikan dengan menetapkan cut of point dari skor yang telah dijadikan persen. Adapun, kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagikan ke dalam tiga kelompok yaitu baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60 %). Pendidikan Gizi Menurut Khomsan (2000) Pendidikan gizi bisa dikatakan bahwa program pendidikan atau penyuluhan gizi yang terpadu akan memberikan hasil yang lebih baik. Informasi gizi yang ingin disampaikan jangan sampai tumpang tindih merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan gizi. Informasi yang disampaikan harus mudah dipraktekan, perubahan yang diharapkan harus seminimal mungkin, saran-saran yang disampaikan harus bermanfaat merupakan hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan isi pendidikan gizi. Ada beberapa metode pendidikan yang bisa digunakan untuk menyampaikan informasi di bidang pangan dan gizi. masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena orang yang akan mengajarkan pengetahuan pangan dan gizi perlu lebih dahulu mengetahui medan atau situasi sehingga pesan-pesan yang disampaikan bisa sampai kepada sasaran. Metode yang dapat digunakan meliputi metode ceramah, metode diskusi kelompok, metode kelompok studi kecil, metode Role-Play, metode Case-Study, dan metode Brainstorming (Khomsan 2000). Pendidikan gizi hendaknya dimulai sejak dini. Pendidikan gizi dan kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini memiliki kebebasan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002). Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak mempunyai pemikiran terbuka dibandingkan orang dewasa dan pengetahuan yang diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya. Zat Besi Besi merupakan elemen kunci dalam proses metabolisme hampir semua organisme hidup. Pada manusia besi merupakan komponen esensial dari ratusan protein dan enzim. Besi yang menyusun tubuh sekitar 2-4 gram. Besi dalam tubuh berasal pada sel darah merah (hemoglobin 60-65%), otot (myogloblin 5-10%), enzim 2-5 %, aliran darah (tranferin 0,1 %), sebagai cadangan (ferritin 20 % dan hemosiderin 10 %). Jumlah besi dalam tubuh bervariasi, tergantung pada usia, jenis kelamin, kehamilan dan pertumbuhan (Marliyana & Kustiyah 2008).

22 Besi dalam makanan dapat berada dalam bentuk besi hem dan besi nonheme. Besi hem terutama berasal dari hemoglobin dan mioglobin dan banyak ditemukan pada pangan hewani seperti daging, ikan, dan unggal (50-60% zat besinya dalam bentuk hem dan sisanya dalam bentuk non-heme). Besi nonheme banyak terdapat pada pangan nabati seperti buah-buhan, sayuran, kacangkacangan, biji-bijian dan dairy products (susu, keju, yoghurt dan sebagainya) serta telur (Marliyana & kustiyah 2008). Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu (Almatsier 2006). Faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat besi adalah keasamaan lambung dan bioavailabilitas termasuk pemacu dan penghambat penyerapan besi non heme (WNPG VIII 2004). Faktor yang mempengaruhi kebutuhan besi adalah keasaman lambung dan bioavailabilitas, termasuk pendorong dan penghambat penyerapan besi non heme. Besi pada wanita sangat diperlukan, terutama karena adanya kehilangan besi selama mestruasi. Menurut WNPG (2004), kecukupan besi untuk masing-masing kelompok umur disajikan pada tabel berikut Tabel 5 Angka kecukupan besi menurut umur Kelompok Umur Besi (mg/hari) 0-6 bulan bulan 7 Anak 1-3 tahun tahun tahun tahun tahun tahun 15 Pria tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 26 Wanita tahun tahun tahun tahun 12 Trimester 1 +0 Hamil Trimester 2 +9 Trimester Menyusui 0-6 bulan bulan +6 Sumber : WKNPG

23 10 Anemia Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Nilai tersebut berbeda-beda untuk kelompok usia dan jenis kelamin sebagaimana ditetapkan oleh Depkes dari hasil Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2007 dan tercantum pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Rentang nilai normal kadar hemoglobin perempuan dan laki-laki dewasa, anak-anak, dan ibu hamil Kelompok Nilai rerata Hb (g/dl) Nilai SD (g/dl) Rerata ± 1SD (g/dl) Perempuan dewasa Laki-laki dewasa Anak-anak ( tahun) Ibu hamil Sumber: Depkes 2008 Anemia adalah suatu kondisi terjadinya defisiensi dalam ukuran atau jumlah sel darah merah atau jumlah molekul hemoglobin yang dikandungnya, sehingga membatasi terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel darah dan jaringan-jaringan tubuh (Stopler 2004). Berdasarkan WHO (2011) kadar hemoglobin yang merupakan indikator status anemia dan tingkat keparahan anemia dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Kadar hemoglobin sebagai indikator dan tingkat keparahan anemia Kelompok Tidak Anemia* Anemia* Ringan Sedang Berat Anak usia 5-11 tahun > <8.0 Anak usia tahun > <8.0 *Hemoglobin dalam g/dl Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah dan kandungan hemoglobin di dalamnya. Berdasarkan ukuran sel darah merah, yaitu anemia makrositik, mikrositik, dan normositik. Sedangkan anemia berdasarkan kandungan hemoglobin di dalamnya, yaitu anemia hipokromik dan normokromik. Pada anemia makrositik, ukuran sel darah merah dan jumlah hemoglobin yang terkandung bertambah. Sebaliknya pada anemia mikrositik, ukuran sel darah merah mengecil. Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak mengalami perubahan. Sedangkan anemia hipokromik terjadi karena kandungan hemoglobin dalam sel tiap sel darah merah berkurang, sehingga warna sel darah merah pucat. Sementara pada anemia normokromik, kandungan hemoglobin normal (Stopler 2004). Kelompok usia yang paling rentan terhadap anemia adalah balita, anak-anak, remaja, serta wanita hamil dan menyusui. Hal ini terjadi karena pada masa balita, anak-anak dan remaja terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Pada ibu hamil,

24 anemia terjadi karena adanya peningkatan volume plasma darah. Pada ibu menyusui, anemia dapat terjadi karena kebutuhan yang meningkat (FAO 2001). Anemia mikrositik-hipokromik, biasanya terjadi karena kekurangan zat besi, penyakit kronis tingkat lanjut, atau keracunan timbal. Anemia normositiknormokromik biasanya karena penyakit kronis fase awal atau perdarahan akut. Anemia makrositik biasanya karena kekurangan vitamin B12. Berdasarkan hasil Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2007 menyatakan bahwa jenis anemia terbanyak pada orang dewasa dan anak-anak adalah anemia mikrositik hipokromik (60.2%). Jika dibandingkan antara anak-anak dan dewasa, anemia mikrositik hipokromik ini lebih besar proporsinya pada anak-anak (Depkes 2008). Suplementasi Besi Menurut Arisman (2007), ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, keempat pendekatan tersebut adalah (1) pemberian suplementasi atau suntikan zat besi, (2) pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan, (3) pengawasan penyakit infeksi, dan (4) fortifikasi makanan pokok dengan zat besi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Silva et al. (2003) pada anak usia 5 sampai 10 tahun di Colombo, Srilanka yang menunjukkan bahwa suplementasi besi secara signifikan memperbaiki status anemia dengan meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin. Menurut Soekirman (2000), suplementasi dan fortifikasi merupakan cara penanggulangan Anemia Gizi Besi. Gibney (2008) juga mengatakan bahwa suplementasi zat besi merupakan salah satu pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi. 11

25 12 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini mengacu pada penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program yang berjudul Peningkatan Status Gizi Anak Sekolah melalui Peningkatan Mutu dan Keamanan Makanan Jajanan Kantin yaitu pre eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai Februari 2013 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow & David (1997) dengan perhitungan sebagai berikut : [(Z1-α) 2 x (pxq)] n d 2 [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] n (0.1) 2 n 59 Keterangan : = jumlah contoh n α = derajat kepercayaan (0.05) p = proporsi (prevalensi anemia di Provinsi Jawa Barat pada kelompok usia anak dan remaja yang berusia 5-14 tahun menurut Riskesda (2007), sebesar 18.8 %) q = 1-p d = presisi (10%) Peneliti menggunakan estimasi drop out sebesar 10 %, sehingga diperoleh jumlah contoh minimal sebesar 65 orang. Contoh penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 di SDN Palasari 02 pada rentang usia 9-13 tahun (Usia Anak Sekolah) dengan pertimbangan pada usia tersebut anak sudah lancar membaca dan menulis serta lebih mudah untuk diwawancarai dan diberi instruksi dalam pengisian kuesioner. Penarikan contoh dilakukan secara purposive yaitu siswa kelas 4, 5, dan 6. Contoh yang diambil oleh peneliti memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu kriteria yang digunakan oleh peneliti, kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak diambil peneliti. Kriteria inklusi yang diambil yaitu (1) merupakan siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02, (2) terdiri dari laki-laki dan perempuan, (3) bersedia mengisi kuesioner, 4) bersedia diambil darah untuk penentuan kadar hemoglobin dalam darah. Kriteria eksklusi adalah siswa yang keluar atau pindah dari SDN Palasari 02 ke sekolah lain dan siswa yang tidak melengkapi data. Pada awal penelitian jumlah seluruh contoh sebanyak 104, dengan jumlah masing-masing kelas 4, 5, dan 6 sebesar 41 contoh, 36 contoh, dan 27 contoh.

26 Contoh yang memenuhi kriteria inklusi resmi menjadi contoh dalam penelitian ini, yaitu sebesar 100 contoh. Sebelum diberikan intervensi atau perlakuan, dilakukan pengambilan data baseline. Intervensi diberikan setiap hari kepada contoh selama tiga bulan. Kemudian setelah tiga bulan dilakukan pengambilan data endline. Dalam proses pemberian intervensi dan pengambilan data endline terjadi drop out sehingga pada akhirnya diperoleh contoh sebesar 81. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data baseline dan endline pada penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan yaitu : karakteristik contoh, pola konsumsi makanan sumber zat besi, kandungan gizi makanan jajanan, daya terima makanan jajanan, pengetahuan gizi, dan kadar hemoglobin dalam darah. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan yaitu keadaan umum SDN Palasari 02. Data karakteristik meliputi jenis kelamin, usia, dan uang saku diperoleh dengan metode wawancara melalui pengisian kuesioner. Data karakteristik yang meliputi berat badan dan tinggi badan diukur melalui penimbangan dan pengukuran yang dilakukan kepada contoh. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak digital yang memiliki ketelitian 0.1 kg, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah microtoice dengan ketelitian 0.1 cm. Pengambilan data karakteristik meliputi : jenis kelamin, usia, uang saku dilakukan pada saat pengambilan data endline, sedangkan pengambilan data karakteristik meliputi status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia dilakukan pada saat pengambilan data baseline. Data pola konsumsi makanan sumber zat besi diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan Food Frequency Questionaires (FFQ) semi kuantitatif. Jenis data yang digunakan berupa jenis dan frekuensi makan serta jumlah dalam sekali makan makanan sumber zat besi. Pengambilan data pola konsumsi makanan sumber zat besi dilakukan pada saat pengambilan data endline. Data mengenai kandungan gizi makanan jajanan didapat berdasarkan perhitungan makanan jajanan yang dihasilkan dan bahan utama maupun tambahan dari makanan jajanan tersebut. Data daya terima makanan jajanan diperoleh dengan formulir uji penerimaan. Pengambilan data kandungan gizi makanan jajanan dan data daya terima makanan jajanan dilakukan pada saat intervensi pemberian makanan jajanan kepada contoh. Status gizi diperoleh berdasarkan IMT/U. Data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan menilai jawaban yang diberikan contoh terhadap 20 pertanyaan meliputi pengetahuan tentang zat-zat gizi secara umum, fungsi zat gizi, akibat defisiensi dan kelebihan zat gizi dan perilaku hidup sehat. Data kadar hemogloblin contoh diperoleh dengan cara pengambilan darah untuk kemudian dianalisis kadar hemoglobin, yang dilakukan oleh tenaga puskesmas menggunakan instruction manual automatic electric hemoglobin meter (Hb meter). Pengambilan data status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia contoh dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengambilan data baseline dan endline. 13

27 14 Intervensi diberikan selama tiga bulan. Sebelum diberikan intervensi, dilakukan pengambilan data status gizi, pengetahuan gizi, dan pengambilan darah yang merupakan data baseline. Selanjutnya contoh diberikan intervensi, yakni pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi zat besi. Pemberian makanan jajanan diberikan kepada contoh selama kurang lebih tiga bulan (senin-sabtu). Makanan jajanan yang diberikan berupa makanan jajanan manis dan makanan jajanan asin. Pendidikan gizi diberikan kepada contoh bersama dengan pemberian makanan jajanan, yaitu dalam waktu tiga bulan (11 pertemuan). Metode pendidikan gizi menggunakan metode penyuluhan dengan menggabungkan metode penyampaian konvensional dan simulasi/permainan/cerita dan diharapkan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa. Penyuluhan gizi untuk siswa dilaksanakan setiap minggu secara paralel. Metode tersebut yaitu permainan kata, cerdas cermat, kartu pasangan, permainan gerak tubuh, permainan gambar, kartu pasangan, wayang, permainan gambar, permainan gerak tubuh, permainan kata, dan cerdas cermat. Teknis pelaksanaan pendidikan gizi contoh meliputi pembukaan penyuluhan (5 menit), pre test (5 menit), penyampaian materi (15 menit), simulasi/permainan/wayang (20 menit), post test (5 menit). Suplementasi zat besi diberikan kepada contoh dua minggu sebelum pengambilan data endline, yang sebelumnya diberikan obat cacing untuk mengurangi gangguan absorpsi. Suplemen besi berbentuk cair yaitu sebanyak 5 ml dengan kandungan Ferrazone dengan elemental besi sebesar 15 mg, diberikan kepada contoh dalam satu hari. Setelah tiga bulan intervensi, dilakukan pengambilan data endline. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entry, cleaning, dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Penyusunan kode sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data dan kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Data tersebut diolah menggunakan Microsoft excel 2007 dan SPSS 16 for Windows. Data Karakteristik siswa, Jenis kelamin dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1) laki-laki dan 2) perempuan. Usia contoh dikelompokkan berdasarkan sebaran data yaitu: 1) 9 tahun, 2)10 tahun, 3)11 tahun, 4) 12 tahun, dan 5) 13 tahun. Besar uang saku contoh yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan sebaran data yaitu: 1) Rendah (<Rp 3000/hari), 2) Sedang (Rp 3001-Rp 5001/hari), 3) Tinggi (>Rp 5002/hari) (Sugiyono 2011). Data pola konsumsi makanan sumber besi meliputi jenis makanan, frekuensi konsumsi, dan jumlah dalam sekali konsumsi. Jenis makanan sumber zat besi berdasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). Frekuensi konsumsi dihitung dalam satu bulan. Kandungan gizi makanan jajanan dihitung berdasarkan data mengenai bahan-bahan penyusun makanan yang dikonversikan ke dalam energi, protein, vitamin A, dan zat besi menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan dan dihitung menggunakan rumus berikut : (Hardinsyah & Briawan 1994) KG = x x G

28 Keterangan : KG = kandungan gizi dari bahan makanan jajanan B = berat bahan makanan jajanan yang dikonsumsi (gram) G = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan jajanan BDD = % bahan makanan jajanan yang dapat dimakan Data daya terima contoh terhadap makanan jajanan dibedakan menjadi enam, yaitu : 1) tidak dimakan, 2) hanya dicicipi, 3) dimakan bagian, 4) dimakan bagian, 5) dimakan bagian, 6) dimakan habis (Gregoire & Spears 2007). Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG (Angka Kecukupan Gizi) contoh diperoleh dengan membandingkan konsumsi makanan jajanan (kandungan gizi makanan jajanan yang sudah diperhitungkan dengan daya terima) dengan AKG contoh kemudian dikalikan 100%. Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 15 Status gizi diperoleh berdasarkan indeks IMT/U. Penentuan nilai status gizi berdasarkan software Anthroplus 2007 yang mengacu pada referensi WHO Klasifikasi status gizi berdasarkan cara persen terhadap median dengan indeks IMT/U dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Variabel Kategori z< -3 Sangat kurus -3 z < -2 Kurus -2 z < 1 Normal 1 z 2 Overweight z > 2 Obese Sumber: WHO 2007 Data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan menilai jawaban yang diberikan contoh terhadap 20 pertanyaan. Setiap jawaban yang sesuai diberikan skor 1, sedangkan setiap jawaban yang tidak sesuai diberikan skor 0. Pengetahuan gizi contoh dihitung dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh. Skor maksimum dari keseluruhan pertanyaan adalah 20, sedangkan skor minimum adalah 0. Total jawaban yang benar dipersentasikan terhadap jumlah skor maksimum dan selanjutnya dikategorikan menjadi tiga kriteria. Khomsan (2000) mengelompokkan tingkat pengetahuan gizi menjadi tiga kriteria yaitu 1) kurang dengan skor <60 %, 2) sedang dengan skor %, dan 3) baik dengan skor >80% Status anemia diperoleh dengan metode penentuan kadar hemoglobin contoh berdasarkan WHO (2011) untuk anak usia 5-11 tahun dan anak usia tahun. Status Anemia siswa ditentukan berdasarkan kadar Hemoglobin yang dikategorikan dalam dua kelompok berdasarkan WHO 2011, yaitu tidak anemia

29 16 dan anemia (Hb <11.5 g/dl untuk usia 5-11 tahun dan Hb<12 g/dl untuk anak usia tahun) Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows. Untuk mengetahui perubahan status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia sebelum dan setelah intervensi digunakan uji statistik paired t test. Definisi Operasional Anemia adalah kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal, anak usia 5-11 tahun >11.5 g/dl, anak usia tahun >12.0 d/dl Contoh adalah siswa siswi sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Jenis kelamin adalah jenis kelamin contoh pada saat penelitian dilakukan dan dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Kadar hemoglobin adalah nilai yang menentukan status anemia contoh menggunakan instruction manual automatic electric hemoglobin meter (Hb meter) yang dilakukan oleh tenaga puskesmas. Karakteristik contoh adalah kondisi pribadi contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku per hari. Makanan jajanan adalah makanan selingan berupa snack dengan citarasa manis dan asin yang diberikan kepada siswa SDN Palasari 02 selama tiga bulan. Jenis makanan jajanan adalah bakwan jagung, bihun goreng, bolu kukus, combro, dadar gulung, donat coklat, donat strawberry, jelly, jelly anggur, jelly buah, jelly kertas, jelly strawberry, lemper kuning, lontong, lontong daging, martabak mini, mie goreng, molen, nagasari, nasi goreng, nasi putih ayam, nasi uduk, nasi uduk daging, nasi uduk kuning, pastel, pisang coklat, pizza mie, putri ayu, risoles, roti bakar, sate buah, singkong keramas, tahu isi. Pendidikan gizi adalah pemberian materi tentang gizi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi anak sekolah yang benar meliputi pembukaan penyuluhan, pre test, penyampaian materi, simulasi/permainan/wayang, post test. Pengetahuan gizi adalah skor pengetahuan contoh tentang hal yang berhubungan dengan gizi yang diukur dengan menjumlahkan seluruh jawaban yang benar dari 20 pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner. Status anemia adalah keadaan kadar hemogloblin yang dinilai dengan 1) anemia dan 2) tidak anemia. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi biologis yang dinilai berdasarkan IMT/U. Suplementasi besi adalah pemberian sediaan farmakologi zat besi dalam bentuk cairan setiap hari selama dua minggu pada usia anak sekolah sebesar 15 mg zat besi setiap hari. Uang saku adalah jumlah uang yang diberikan oleh orang tua contoh per hari, kemudian dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan sebaran contoh. Usia adalah umur contoh pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun dan berada pada usia anak sekolah (9-13 tahun).

30 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum SDN Palasari 02 SDN Palasari 02 merupakan sekolah negeri terakreditasi B yang terletak di kampung Bantar Kambing RT 03 RW 07, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Sekolah yang berdiri pada tahun 1977 ini memiliki luas tanah dan bangunan adalah 1200 m 2 dan 540 m 2. Lokasi sebelah timur dibatasi oleh kantor UPK (Unit Pelaksana Teknis Kurikulum) XXVIII Cijeruk, sebelah barat dibatasi oleh rumah penduduk, sebelah selatan dibatasi oleh TPU (Tempat Pemakaman Umum), dan sebelah utara dibatasi oleh jalan desa. Ruangan yang dimiliki SDN Palasari 02 terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang dapur, ruang guru, dan jamban. Ruang kelas berjumlah enam kelas. Ruang perpustakaan terdiri dari buku teks pelajaran, buku pendidik, buku pengayaan, buku referensi, dan sumber belajar lain. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan SDN Palasari 02 berjumlah sembilan orang, terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru yang masing-masing bertanggung jawab terhadap satu kelas atau disebut juga sebagai wali kelas, penjaga sekolah dan satu orang guru olahraga. Jumlah siswa disekolah ini adalah 203 siswa yang terdiri dari 21 siswa kelas 1, 42 siswa kelas 2, 36 siswa kelas 3, 41 siswa kelas 4, 36 siswa kelas 5, dan 27 siswa kelas 6. Beberapa fasilitas yang cukup penting tidak tersedia di SDN Palasari 02, yaitu kantin sekolah dan sumber air bersih. Keberadaan kantin sehat dan sumber air bersih merupakan fasilitas yang harus tersedia di sekolah. Untuk itu Ajinomoto dan Departemen Gizi Masyarakat IPB mendirikan fasilitas kantin dan sumber air bersih di SDN Palasari 02. Pembangunan fasilitas ini sekaligus mendukung AINP yaitu Peningkatan Status Gizi Anak Sekolah melalui Peningkatan Mutu dan Keamanan Makanan Jajanan Kantin. Kantin merupakan tempat jajan anak sekolah selain penjaja makanan jajanan di luar sekolah. Kantin sekolah mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan perilaku makan siswa sehari-hari melalui penyediaan makanan jajanan sekolah. Tujuan dari kantin sekolah adalah untuk memenuhi keperluan siswa dengan menyediakan makanan yang enak, bergizi, terjamin kebersihannya dengan harga yang terjangkau. Sumber air bersih tidak dapat lepas dari pengelolan kantin yang sehat. Air bersih digunakan untuk menyelenggarakan makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi siswa sekolah, baik untuk proses pembuatan, pencucian alat maupun untuk mencuci tangan. Visi SDN Palasari 02 yaitu terwujudnya peserta didik yang cerdas, disiplin, sehat, dan berkarakter melalui program AINP dan pembiasaan keagamaan berdasarkan iman dan taqwa. Misi dari SDN Palasari 02 adalah (1) Mengembangkan kegiatan keagamaan melalui pembiasaan pembacaan Asmaul Husna dan surat Yasin, (2) Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, (3) meningkatkan kedisiplinan pendidik dan peserta didalam berbagai kegiatan, (4) meningkatkan kesehatan peserta didik melalui kegiatan AINP (Ajinomoto IPB Nutrition Program) dan kantin sehat.

31 18 Karakteristik Contoh Jenis Kelamin Contoh dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang terdiri dari siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02 dengan proporsi berbeda pada setiap kelas. Contoh terdiri dari siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Siswa laki-laki sekolah dasar di Indonesia mempunyai proporsi jumlah lebih banyak daripada perempuan. Berdasarkan BPS (2012), jumlah siswa laki-laki anak usia sekolah (51.50%) lebih banyak daripada jumlah siswa perempuan anak usia sekolah (48.50%). Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin di SDN Palasari 02 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut : Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin n % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan Tabel 9 di atas diketahui bahwa jumlah contoh dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37 siswa atau 45.68% dari total contoh keseluruhan. Sedangkan contoh dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 44 siswa atau 54.32% dari total contoh keseluruhan. Pada penelitian ini jumlah contoh laki-laki lebih sedikit daripada jumlah contoh perempuan. Hal yang sama terjadi pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2012) terhadap anak sekolah dasar di Bogor, menyatakan bahwa jumlah perempuan sekolah dasar lebih banyak daripada laki-laki. Menurut Almatsier (2001) anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap makanan yang dikonsumsi. Pada anak usia sekolah, ada perbedaan kebutuhan gizi yang dibutuhkan. Siswa laki-laki usia sekolah dasar memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi daripada siswa perempuan usia sekolah dasar, yaitu laki-laki sebesar 2000 Kal energi, sedangkan perempuan sebesar 1900 Kal energi. Usia Kisaran usia contoh yaitu 9 13 tahun, dengan rata-rata usia yaitu 11 tahun. Contoh dari penelitian ini terdiri dari usia 9-13 tahun dengan proporsi yang berbeda pada setiap kelas. Sebagian besar contoh berada pada usia 12 tahun dengan persentase sebanyak 37.04% sebanyak 30. Sebanyak 5 contoh atau 6.17% dari seluruh contoh berusia 9 tahun. Sebanyak 24 contoh atau 29.63% berada pada usia 10 tahun. Usia contoh terendah atau paling kecil berada pada usia 9 dan 13 tahun, yaitu sebesar 6.17% sebanyak 5 contoh, dan sebanyak 20.99% contoh berusia 11 tahun. Secara lebih rinci, sebaran contoh berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10.

32 19 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan usia Usia n % 9 tahun tahun tahun tahun tahun Total Rata-rata 11 Menurut Gunarsa (2004), pembagian tahapan perkembangan anak yang menyatakan bahwa ada dua masa perkembangan pada anak usia sekolah yaitu pada usia 6 9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia tahun atau masa kanak-kanak akhir. Berdasarkan masa perkembangan anak, contoh penelitian termasuk dalam kategori kanak-kanak akhir yaitu usia tahun. Pada masa kanak-kanak akhir, anak tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional anak. Perbedaan aspek fisik yaitu perubahan sistem reproduksi yang lebih matang sebagai tanda masa pubertas, aspek mental dan emosional yang lebih ingin mencoba hal baru, serta perubahan intelektual yang mulai berpikir konkrit, serta perubahan sosial yang mulai bersosialisasi antar teman sebaya. Selain itu, menurut Arisman (2010), masalah gizi yang terjadi pada masa kanak-kanak ini secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Buah dari ketergantungan ini utamanya berupa penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis dan yang paling penting adalah adanya anemia defisiensi besi. Uang Saku Uang saku atau uang jajan merupakan bagian dari pengalokasian keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan atau bulanan. Uang jajan yang diterima contoh merupakan pemberian dari orang tua yang diberikan perhari. Uang jajan tersebut digunakan contoh untuk membeli suatu produk tertentu, yaitu makanan jajanan. Berdasarkan sebaran uang saku contoh, maka uang saku dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah ( 3000), sedang ( ), dan tinggi ( 5002) (Sugiyono 2011). Berikut ini merupakan tabel sebaran contoh berdasarkan uang saku. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan uang saku Uang saku (Rp/hari) Kategori n % 3000 Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan sebaran distribusi uang jajan siswa SDN Palasari 02, sebagian besar berada pada kategori rendah atau rentang 3000 sebesar 74.07% sebanyak 60 contoh. Jumlah uang saku terendah contoh pada

33 20 rentang 5002 dengan persentase 2.47% sebanyak 2 contoh. Berdasarkan hasil penelitian Syafitri et al. (2009) mengenai kebiasaan jajan siswa sekolah dasar menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswa mengalokasikan uang sakunya untuk keperluan membeli makanan jajanan (68.00%). Hasil ini mendekati dengan penelitian Rosa (2011), dimana di sekolah dasar swasta dan negeri dengan akreditasi A dan B di wilayah Depok (53.70%) dan Sukabumi (82.60%) berada pada kategori rendah (Rp ). Uang saku siswa SDN Palasari 02 tergolong rendah. Faktor yang memungkinkan rendahnya uang saku siswa adalah keadaan ekonomi keluarga siswa. Status Gizi Menurut Riyadi (1995) status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan, sehingga dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak. Sedangkan menurut Suhardjo (1989), status gizi seseorang dipengaruhi oleh zat dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi atau terinfeksi penyakit parasit. Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan indikator indeks masa tubuh berdasarkan usia (IMT/U), indikator ini digunakan karena pada anak usia 5 tahun hingga 19 tahun tidak menggunakan indikator berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB). Penentuan status gizi pada contoh penelitian didasarkan pada indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) yang mengacu WHO (2007). Pengkategorian status gizi contoh dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut, yaitu sangat kurus (z < -3), kurus (-3 z < -2), normal (-2 z < +1), overweight (+1 z +2), dan obese (z > +2). Penentuan nilai status gizi berdasarkan software Anthroplus 2007 yang mengacu pada referensi WHO Keragaman status gizi contoh disajikan secara rinci pada Tabel 12. Keragaman status gizi ini berasal dari data baseline penelitian. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Status gizi n % Sangat kurus (z < -3) Kurus (-3 z < -2) Normal (-2 z < 1) Overweight (1 z 2) Obese ( z > 2) Total Tabel 12 menunjukkan bahwa 80.25% contoh berstatus gizi normal. Kisaran z-score siswa SDN Palasari 02 yaitu Kategori status gizi siswa SDN Palasari 02 secara berurutan yaitu 2.47 % kategori status gizi sangat kurus, 8.64% berstatus gizi kurus, 7.41% status gizi overweight, dan 1.23% status gizi obese. Menurut WHO (2007) permasalahan kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dengan empat kriteria yaitu rendah (<10.00%), sedang ( %), tinggi ( %), dan sangat tinggi (>30.00%). Permasalahan kesehatan masyarakat berdasarkan status gizi kurus dan sangat kurus pada penelitian ini yaitu 11.11% tergolong sedang. Status gizi yang

34 kurang optimal akan menimbulkan berbagai permasalahan pada anak terutama anak usia sekolah. Kondisi status gizi yang baik sangat penting dan menjadi perhatian utama untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan (skill) serta kecerdasan (intelegence) anak usia sekolah supaya dapat berprestasi. Menurut Maryam (2001) terdapat hubungan positif antara kondisi status gizi dengan prestasi belajar. Status gizi merupakan faktor yang lebih mempengaruhi terhadap prestasi belajar. Menurut Arisman (2004), menyatakan bahwa masyarakat yang keadaan gizinya baik adalah masyarakat yang terbebas dari masalah gizi. Masalah gizi tersebut, baik masalah gizi kurang dan gizi lebih. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian dari seluruh contoh mempunyai masalah gizi. Berikut Tabel 13 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status gizinya. Tabel 13 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status gizi Sebaran Jenis kelamin Status gizi Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obese Total n % n % n % n % n % n % Perempuan Laki-laki Total Usia 9 tahun tahun tahun tahun tahun Total Rata-rata z-score status gizi perempuan sebesar -0.70, sedangkan rata-rata z- score status gizi laki-laki sebesar Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada berbedaan yang signifikan antara status gizi perempuan dan laki-laki (p>0.05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Soekirman et al. (2002) dan Kustiyah et al. (2006), yang menyatakan kecenderungan bahwa laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kurang gizi (underweight) dibandingkan perempuan. Hasil penelitian Soekirman et al (2002) di wilayah Jawa Barat dan Bogor memperlihatkan bahwa 15.00% anak laki-laki dan 8.30% anak perempuan mengalami underweight. Pada penelitian Kustiyah et al. (2006) yang melibatkan 184 siswa SD di Bogor, prevalensi underweight pada contoh perempuan (25.40%) lebih rendah daripada laki-laki (31.70%). Status gizi dipengaruhi langsung oleh konsumsi dan penyakit infeksi serta dipengaruhi secara tidak langsung oleh ketahanaan pangan keluarga, pola asuh anak, dan pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa semua umur dari 9 tahun sampai 13 tahun sebagian besar contoh berstatus gizi normal. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan usia contoh antara 21

35 22 kelompok status gizi (p>0.05). Menurut Arisman (2010), laju pertumbuhan anak, baik perempuan maupun laki-laki hampir sama cepatnya sampai pada usia 9 tahun. Selanjutnya, antara tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara anak laki-laki baru dapat menyusul dua tahun kemudian. Puncak pertumbuhan berat badan dan tinggi badan perempuan tercapai pada usia masing-masing 12.9 tahun dan 12.1 tahun. Sementara laki-laki sebesar 14.3 tahun dan 14.1 tahun. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahamam responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi. Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan (Khomsan 2000). Tabel 14 menunjukkan tingkat pengetahuan gizi contoh. Sebaran pengetahuan gizi ini berasal dari data baseline penelitian. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahun gizi Tingkat pengetahuan gizi* n % Baik Sedang Kurang Total *)keterangan : Baik > 80%. Sedang = 60 % 80%. Kurang < 60 % Berdasarkan Tabel 14, pengetahuan contoh berada pada ketiga kategori, yaitu kurang, sedang, dan baik. Sebanyak 1.23% contoh memiliki pengetahuan gizi baik dan sebanyak 13.58% contoh memiliki pengetahuan gizi sedang. Adapun contoh memiliki pengetahuan gizi kurang dengan kategori kurang adalah sebanyak 85.19%. Sebaran pengetahuan gizi contoh yang beragam tersebut diduga karena adanya perbedaan informasi yang diperoleh contoh tentang gizi dan kesehatan dan juga adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi contoh. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD di Kabupaten Bogor tahun 2010 tentang pengetahuan gizi dan keamanan pangan, bahwa sebanyak 59.60% siswa memiliki pengetahuan gizi tergolong sedang meskipun yang tergolong baik hanya sebanyak 5.30% siswa dan sisanya (35.10%) tergolong rendah (Adriani 2010). Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmojo 2003). Dua puluh pertanyaan yang diberikan kepada contoh untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi contoh. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Semakin tinggi skor pengetahuan gizi contoh maka semakin baik pengetahuan gizi contoh. Sebaran pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang dijawab benar contoh dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 menjelaskan mengenai jawaban dari setiap pertanyaan yang dijawab benar oleh contoh. Mayoritas contoh atau sebanyak 92.59% dari jumlah contoh yang ada menjawab benar pertanyaan pertama yaitu pertanyaan mengenai

36 pengertian makanan yang sehat, sedangkan sedikit contoh atau sebanyak 8.64% yang menjawab benar pertanyaan istilah zat protein. Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukkan kebiasaan makan seseorang, karena hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985). Tabel 15 Sebaran pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh contoh No Pertanyaan n % 1 Makanan yang sehat Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Dampak makanan tidak bersih Ciri-ciri anak yang kurang gizi Istilah anak kegemukan Istilah zat karbohidrat Makanan yang banyak mengandung karbohidrat Istilah zat protein Jenis protein Telur merupakan sumber protein hewani Makanan yang banyak mengandung vitamin Istilah kekurangan vitamin Akibat kekurangan vitamin C Manfaat zat besi Makanan yang banyak mengandung zat besi Makanan yang banyak mengandung kalsium Manfaat kalsium Jumlah air putih yang harus diminum dalam sehari Jenis garam yang baik Waktu untuk cuci tangan Tabel 16 Sebaran jenis kelamin dan kelas contoh berdasarkan pengetahuan gizi Pengetahuan gizi Sebaran Baik Sedang Kurang Total n % n % n % n % Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Total Kelas Kelas Kelas Kelas Total Menurut Irawati et al. (1992) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya.

37 24 Rata-rata pengetahuan gizi perempuan sebesar 48.18%, sedangkan rata-rata pengetahuan gizi laki-laki sebesar 46.76%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada berbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi perempuan dan lakilaki (p>0.05). Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa semua kelompok kelas sebagian besar contoh dengan tingkat pengetahuan gizi kurang. Hasil uji beda menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan gizi, baik kelas 4, 5, maupun kelas 6 (p<0.05). Semakin bertambah umur anak, maka kemampuan kognitifnya semakin mengalami kesenjangan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Penyelenggaraan program gizi yang baik akan membawa manfaat yang luar biasa menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dalam rangka meningkatkan pembangunan nasional. Status Anemia Kadar Hb (hemoglobin) merupakan indikator status gizi secara biokimia yang digunakan untuk mengetahui seseorang menderita anemia atau tidak. Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia adalah suatu kondisi terjadinya defisiensi dalam ukuran atau jumlah sel darah merah atau jumlah molekul hemoglobin yang dikandungnya, sehingga membatasi terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel darah merah dan jaringan tubuh. Berdasarkan WHO (2011) kadar hemoglobin yang merupakan indikator status anemia. Untuk anak usia 5-11 tahun, sudah dikatakan anemia jika kadar Hb dalam darah < 11.5 g/dl. Untuk anak usia tahun, sudah dikatakan anemia jika kadar Hb dalam darah <12 g/dl. Sebaran contoh berdasarkan status anemia disajikan pada Tabel 17. Sebaran status anemia ini berasal dari data baseline penelitian. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan status anemia Variabel n % Anemia Tidak Anemia Total Berdasarkan Tabel 17 sebagian besar contoh termasuk kategori anemia dengan persentase sebesar %. Rata-rata kadar Hb contoh yang mengalami anemia adalah 9.63 g/dl. Sedangkan sisanya sebanyak 1.23% contoh dari total keseluruhan contoh yang ada termasuk kategori normal dengan nilai kadar Hb adalah 12 g/dl. Kelompok usia yang paling rentan terhadap anemia adalah balita, anak-anak, remaja, serta wanita hamil dan menyusui. Hal ini terjadi karena pada masa balita, anak-anak dan remaja terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Contoh dalan penelitian ini adalah anak usia 9-13 tahun. Menurut RSCM dan PERSAGI (2004) usia 7-13 tahun termasuk kategori remaja, sehingga contoh dalam penelitian ini adalah termasuk kelompok usia yang rentan terhadap anemia. Hasil penelitian Sinha et al. (2008) yang dilakukan di India pada anak usia 6-35 bulan menyatakan bahwa prevalensi anemia pada penelitian tersebut sangat tinggi yaitu 80.30%, dimana lebih dari seperempat anak (27.70%) termasuk anemia tingkat ringan, separuh anak (51.3%) termasuk anemia tingkat sedang, dan 1.30% anak

38 termasuk ke dalam kategori anemia tingkat berat. Tingginya prevalensi tersebut disebabkan oleh buruknya kondisi sanitasi dan rendahnya kondisi sosioekonomi (Queiroz & Torres 2000). Berikut Tabel 18 sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status anemia Tabel 18 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status anemia Status anemia Sebaran Anemia Tidak anemia Total n % n % n % Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Total Usia 9 tahun tahun tahun tahun tahun Total Rata-rata kadar hemogloblin contoh perempuan sebesar 9.54 g/dl, sedangkan kadar hemoglobin contoh laki-laki sebesar 9.80 g/dl. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada berbedaan yang signifikan antara status anemia contoh perempuan dan laki-laki (p>0.05). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Manampiring (2008) pada anak usia sekolah dengan usia 6-13 tahun, menyatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin anak sekolah dasar di Desa Minaesa yaitu g/dl. Menurut jenis kelamin, anak laki-laki mempunyai kadar hemoglobin lebih tinggi (12.05 g/dl) daripada perempuan (11.44%), sedangkan menurut kelompok umur anak-anak pada umur 6-9 tahun memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi (12.21 g/dl) daripada anak pada kelompok umur tahun (11.74 g/dl). Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa semua umur dari 9 tahun sampai 13 tahun sebagian besar contoh menderita anemia. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan usia contoh antara kelompok status gizi (p>0.05). Menurut Arisman (2007), secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu (1) kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak pendarahan kronis, (2) asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat, dan (3) peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan masa menyusui. Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi Di dalam makanan besi berada dalam bentuk besi heme dan non-heme. Besi heme banyak ditemukan pada pangan hewani seperti daging, ikan, dan unggas. Besi non-heme banyak terdapat pada pangan nabati seperti buah-buahan, sayuran. 25

39 26 kacang-kacangan, biji-bijian, serta telur. Kekurangan besi dapat menyebabkan anemia gizi besi yang ditandai dengan kulit pucat, lemah/letih dan nafasnya pendek akibat kekurangan oksigen (Gibney 2008). Kisaran usia contoh yaitu 9-13 tahun, menurut WNPG (2004), kecukupan besi untuk anak-anak usia 7-9 tahun sebesar 10 mg/hari. Kelompok pria dengan usia tahun sebesar 13 mg/hari dan pria usia tahun sebesar 19 mg/hari. sedangkan untuk kelompok wanita usia tahun sebesar 20 mg/hari dan wanita usia tahun sebesar 26 mg/hari, sehingga diperoleh rata-rata nilai kecukupan besi dari 81 contoh sebesar mg/hari. Aspek penting yang memerlukan pertimbangan dalam menghitung kebutuhan akan zat besi adalah persentasi zat besi yang diabsorpsi dari makanan. Persentase 5% diasumsikan bagi diet atau pola makan yang berbahan dasar sereal, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Persentase sekitar 10-15% digunakan bagi pola makan yang mengandung daging dan produk hewani lainnya. Menurut Gibney (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan zat besi adalah asupan zat besi, simpanan zat besi dan kehilangan zat besi. Lakilaki memerlukan sekitar 1 mg besi yang diserap setiap harinya umtuk menggantikan zat besi yang hilang melalui sekresi usus, sel epitel, urine, dan kulit. Kehilangan zat besi yang dibutuhkan pada wanita berjumlah 0.8 mg/hari. Namun, wanita dewasa mengalami kehilangan zat besi tambahan akibat menstruasi dan hal ini menaikkan kebutuhan zat besi. Bahan makanan sumber zat besi yang dikonsumsi contoh antara lain kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, tempe, daging sapi, hati sapi, telur ayam (bagian kuning), telur asin, ikan mas, ikan mujair, rebon, udang, bayam, daun melinjo, buah pir, madu, dan bakwan. Secara lebih rinci dilihat pada Tabel 19. Rata-rata pangan yang sering dikonsumsi contoh adalah tempe sebesar 59 kali dalam sebulan. Makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini merupakan makanan yang mudah didapat dan ditambah dengan harga yang relatif murah. Hati sapi merupakan makanan yang jarang dikonsumsi contoh. Rata-rata contoh mengonsumsi hati sapi 2 kali dalam sebulan. Selain harga yang cukup mahal, rasa yang tidak disukai merupakan penyebab jarang dikonsumsi oleh contoh. Konsumsi makanan paling banyak dalam sehari adalah tempe, yaitu sebanyak 33 gram dalam sehari. Sedangkan makanan yang paling sedikit dikonsumsi contoh sebesar 1 gram dalam sehari yaitu kacang merah, hati sapi, rebon, udang, dan madu. Total konsumsi zat besi dalam makanan sebesar mg/hari. Tempe merupakan makanan yang menyumbangkan zat besi terbesar, yaitu 3.30 mg dalam sehari. Sedangkan paling rendah menyumbangkan zat besi adalah kacang merah, daging sapi, hati sapi, ikan mujair, rebon udang, daun melinjo, dan madu sebesar 0.10 mg. Persentase konsumsi zat besi terhadap kecukupan zat besi sebesar 64.04%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Manampiring (2008), pada anak sekolah dasar, menyatakan bahwa jumlah zat besi yang dikonsumsi siswa sekolah dasar sebesar 6.88 mg, atau persentase terhadap AKG sebesar 53.61%. Menurut Notoatmatjo (2003), pada umumnya anak sekolah mengalami defisiensi zat besi karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan baik di sekolah maupun di rumah, dan pihak lain, anak-anak pada kelompok ini kadang mengalami penurunan nafsu makan sehingga konsumsi

40 makanan dan asupan zat besi menjadi tidak seimbang dengan kebutuhan zat besi yang diperlukan. Bahan pangan Tabel 19 Rata-rata konsumsi dan sumbangan zat besi Rata- rata Frekuensi/bulan Konsumsi g/hari Kandungan Fe (mg) Nilai absorpsi 27 Asupan Fe (mg) Kacang ijo Kacang kedelai Kacang merah Tempe Daging sapi Hati sapi Telur ayam (kuning) Telur asin Ikan mas Ikan mujair Rebon Udang Bayam Daun melinjo Pir Madu Bakwan Total Rata-rata kecukupan per anak per hari % Terhadap kecukupan Persentase total zat besi yang diabsorpsi tubuh sebesar 0.69 mg, sedangkan rata-rata kecukupan per anak per hari sebesar 0.89 mg/hari, sehingga nilai persentase terhadap kecukupan zat besi yang diabsorpsi oleh tubuh sebesar 77.72%. Angka ini masih kurang dari kecukupan gizi yang seharusnya. Diduga kekurangan konsumsi zat besi oleh contoh yang mengakibatkan sebagian besar contoh menderita anemia gizi besi. Contoh dalam penelitian ini berada di daerah desa dan kondisi ekonomi contoh pada umumnya berada pada kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah, sehingga akses terhadap makanan sumber zat besi masih kurang. Gibney (2008) menyatakan bahwa di negara berkembang banyak orang bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absobsi zat besi yang rendah. Hal ini menjadi penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi. Makanan yang berasal dari pangan hewani jarang diberikan kepada anak-anak di daerah sosioekonomi rendah (Jiang et al. 2009) Daya Terima Makanan Jajanan Menurut Winarno (2002), pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan penerimaan konsumen terhadap suatu bahan pangan umumnya dilakukan dengan alat indera manusia. Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh

41 28 rangsangan yang timbul oleh makanan melalui panca indera penglihatan, penciuman, pencicipan, dan pendengaran. Rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan adalah faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya terima terhadap makanan. Tanggapan senang atau suka sangat bersifat pribadi, karena itu kesan seseorang tidak dapat digunakan sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu komoditi. Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Tanggapan senang atau suka harus diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum atau suatu populasi masyarakat tertentu (Soekarto 1985). Makanan jajanan diberikan kepada contoh terdiri dari makanan jajanan manis dan makanan jajanan asin, yaitu agar kertas, bakwan jagung, bihun goreng, bolu kukus, combro, dadar gulung, donat coklat, donat strawberry, jelly, jelly anggur, jelly buah, jelly kertas, jelly strawberry, lemper kuning, lontong, lontong daging, martabak mini, mie goreng, molen, nagasari, nasi goreng, nasi putih ayam, nasi uduk, nasi uduk daging, nasi uduk kuning, pastel, pisang coklat, pizza mie, putri ayu, risoles, roti bakar, sate buah, singkong keramas, tahu isi toge. Makanan jajanan diberikan kepada contoh dengan pendampingan dari guru wali kelas masing-masing kelas 4, 5, dan 6. Setelah makanan dikonsumsi contoh, guru wali kelas mengamati sisa dari makanan jajanan yang tidak habis dikonsumsi oleh setiap contoh. Berdasarkan hasil yang didapat, secara umum rata-rata daya terima contoh terhadap makanan jajanan sangat baik yaitu sebesar %. Persentase daya terima tertinggi contoh terdapat pada jajanan donat coklat, jelly, martabak mini, nasi putih ayam, nasi uduk daging, roti bakar, dan singkong keramas (100%). Persentase daya terima terendah terdapat pada jajanan mie goreng (89.81%). Daya terima contoh terhadap makanan jajanan sangat baik, namun daya terima jajanan mie goreng yang paling rendah, hal ini disebabkan karena beberapa contoh kurang menyukai jajanan mie goreng. Secara lebih rinci rata-rata daya terima makanan jajanan yang diberikan kepada contoh dapat dilihat pada Lampiran 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi contoh atas makanan jajanan adalah penampakan, rasa, lingkungan, mutu makanan, dan selera. Semakin baik tingkat daya terima terhadap makanan jajanan maka semakin baik pula faktorfaktor tersebut. Daya terima yang sangat baik atau tinggi juga akan meningkatkan asupan gizi contoh. Asupan gizi yang cukup akan berpengaruh terhadap status gizi individu, dimana semakin baik asupan gizi individu maka akan semakin baik pula status gizi individu tersebut (Syarifah 2010). Kandungan Gizi Makanan Jajanan Menurut Khomsan (2004), dengan jajan, anak mengenal beragam makanan yang dijual disekolah. Konsumsi jajanan dapat membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam. Pada saat dewasa nanti mereka dapat menikmati aneka ragam makanan. Makanan jajanan juga dapat dijadikan salah satu alternatif pemenuhan sumber zat gizi yang kurang dari konsumsi hariannya. Pada penelitian ini, selama kurang lebih tiga bulan contoh diberikan makanan jajanan. Dalam satu hari diberikan dua makanan jajanan yang berbeda, yaitu makanan jajanan manis dan asin. Berikut ini disajikan Tabel 20 kandungan gizi makanan jajanan

42 Berdasarkan Tabel 20, energi tertinggi terdapat pada makanan jajanan mie goreng+bolu kukus, sedangkan energi terendah terdapat pada makanan jajanan bakwan jagung + donat strawberry. Nilai protein tertinggi terdapat pada lemper kuning + putri ayu, sedangkan protein terendah terdapat pada makanan jajanan combro + jelly. Nilai vitamin A tertinggi terdapat pada makanan jajanan nasi uduk kuning + krupuk, sedangkan vitamin A terendah terdapat pada makanan jajanan lepet + roti bakar. Nilai zat besi tertinggi terdapat pada makanan jajanan nasi goreng + putri ayu dan lemper kuning + putri ayu, sedangkan zat besi terendah terdapat pada makanan jajanan nasi uduk + jelly coklat dan nasi kuning + jelly. Tabel 20 Kandungan gizi makanan jajanan Kandungan Gizi Nama makanan jajanan Energi (Kal) Protein (g) Vitamin A (RE) Besi (mg) nasi goreng + putri ayu lontong daging + molen nasi uduk kuning + sate buah martabak mini + singkong keramas pastel + nagasari pizza mie + agar kertas lemper kuning + putri ayu bihun goreng + pisang cokelat nasi uduk + sate buah tahu isi toge + jelly strawberry bakwan jagung + donat strawberry nasi uduk kuning + jelly lontong + jelly nasi putih ayam Nasi uduk kuning + krupuk nasi goreng + krupuk nasi uduk +jelly nasi uduk daging mie goreng + bolu kukus lepet + roti bakar bihun goreng + donat coklat lontong + dadar gulung nasi uduk + jelly nasi uduk + pisang coklat lontong + putri ayu molen + risoles nasi goreng + bolu kukus bihung goreng + donat coklat combro + jelly nasi uduk + dadar gulung lemper + bolu kukus Rata-rata Makanan jajanan dapat dijadikan alternatif sarapan jika anak sekolah tidak sempat sarapan di rumah. Penelitian yang dilakukan Stefani (2012) pada sekolah dasar, menyatakan bahwa % siswa sekolah dasar jarang sarapan dirumah. Menurut Khomsan (2005), Ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan. Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk 29

43 30 meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan akan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Oleh sebab itu, makanan jajanan berperan penting dalam memenuhi gizi individu. Jika individu kekurangan gizi dari makanan pokok/makanan seharinya, maka makanan jajanan merupakan alternatif dalam pemenuhan gizi sehari. Terpenuhinya kebutuhan gizi individu akan meningkatkan status gizi yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat serta perekonomian. Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap AKG Makanan jajanan juga dapat dijadikan salah satu alternatif pemenuhan sumber zat gizi yang kurang dari konsumsi hariannya. Kontribusi zat gizi makanan jajanan yang dikonsumsi oleh contoh diperhitungkan. Hasil perhitungan dimaksudkan untuk melihat banyaknya zat gizi yang dikonsumsi oleh contoh khususnya pada makanan jajanan. Zat gizi yang dihitung kontribusinya adalah energi, protein, vitamin A, dan zat besi. Berikut disajikan Tabel 7 kontribusi zat gizi makanan jajanan contoh terhadap angka kecukupan gizi contoh. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui rata-rata kontribusi konsumsi zat gizi makanan jajanan pada contoh. Kontribusi zat gizi tertinggi dari makanan jajanan yaitu Vitamin A (14.49%). Hal tersebut disebabkan makanan jajanan beberapa pengolahannya dengan cara mengoreng atau adanya penggunaan minyak goreng dalam pengolahannya, dimana dalam 100 g minyak goreng terdapat 8000 RE Vitamin A. Selain itu, kontribusi zat gizi lainnya dari makanan jajanan terhadap AKG contoh antara lain energi sebesar 13.08%, protein sebesar 10.28%, dan zat besi sebesar 6.56%. Tabel 21 Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG Zat gizi Rata-rata konsumsi % kontribusi AKG Energi (Kal) Protein (g) Vitamin A (RE) Besi (mg) Kontribusi zat gizi terendah dari jajanan adalah zat besi (6.56%) yang disebabkan oleh kurangnya bahan pangan hewani yang terdapat pada makanan jajanan. Kekurangan pangan hewani ini disebabkan karena harga yang relatif lebih mahal daripada bahan lain dan akan berdampak pada harga makanan jajanan menjadi lebih mahal yang akan memberatkan contoh. Kontribusi makanan jajanan sebaiknya tidak dihilangkan dari konsumsi harian karena memberikan sumbangan yang cukup berarti. Peranan pangan jajanan di Indonesia sangat strategis dan mudah dijumpai di lingkungan sekolah, dan pada umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Kontribusi pangan jajanan terhadap pemenuhan gizi juga dilaporkan cukup penting, misalnya rata-rata kebutuhan energi dan protein siswa SD dapat terpenuhi

44 oleh pangan jajanan hingga sekitar 36% untuk energi dan 30% untuk protein (Komalasari 1991). Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan terhadap Status Gizi Intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki status gizi contoh yaitu dengan pemberian makanan jajanan. Selama kurang lebih tiga bulan contoh diberikan makanan jajanan yang terdiri dari dua macam yaitu makanan jajanan manis dan asin. Rata-rata kandungan gizi yang diterima contoh setelah diperhitungkan dengan daya terima terhadap makanan jajanan yaitu energi sebesar 257 Kal, protein sebesar 5.13 gram, vitamin A sebesar RE, dan zat besi sebesar 0.92 mg. Perbedaan status gizi contoh sebelum dan setelah intervensi secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 1. 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 2,47% 1,23% 13,58% 8,64% 80,25% 79,01% 3,70% 7,41% 1% 2,47% Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obese 31 Gambar 1 Awal Akhir Perbedaan status gizi sebelum dan setelah intervensi pemberian makanan jajanan Kisaran z-score contoh SDN Palasari 02 sebelum pemberian makanan jajanan yaitu atau rata-rata sebesar 0.6 dan setelah pemberian makanan jajanan menjadi atau rata-rata sebesar Berdasarkan hasil uji statistik paired t test yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan (p>0.05) status gizi (IMT/U) antara sebelum dan setelah intervensi pemberian makanan jajanan selama kurang lebih tiga bulan yaitu sebesar p= Meskipun pemberian makanan jajanan dinilai tidak berpengaruh dalam meningkatkan status gizi contoh, namun pemberian makanan jajanan meningkatkan rata-rata nilai z-score contoh sebasar Penurunan status gizi normal setelah diberikan intervensi pemberian makanan jajanan dapat dikatakan bukan hasil yang diharapkan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Triatma dkk. (2000), penelitian terhadap siswa sekolah dasar yang mendapat PMT-AS mempunyai kecenderungan mengurangi porsi dan kebiasaan sarapan pagi pada hari pemberian PMT-AS. Penelitian yang dilakukan Titisari (1999) yaitu status gizi contoh selama penyelenggaraan makanan tambahan secara nyata lebih rendah dibandingkan sebelum pemberian makanan tambahan. Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk

45 32 mencapai tingkat kesehatan optimal. Selain itu adanya penyakit juga mempengaruhi status gizi seseorang. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi merupakan faktor pribadi yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain kesukaan dan status kesehatan (Roedjito 1989) pengetahuan gizi yang kurang baik dapat menjadikan seseorang dari konsumsi pangan yang salah, demikian juga sebaliknya. Hasil interaksi dari pengetahuan gizi dan sikap gizi menghasilkan praktek konsumsi pangan. Rata-rata tingkat pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah intervensi pemberian pendidikan gizi adalah sebesar 47.53% (kurang) dan 67.59% (baik). Peningkatan tingkat pengetahuan gizi contoh sebesar %. Berdasarkan hasil uji statistik paired t test, terdapat perubahan yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan setelah intervensi yaitu sebesar p= Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi contoh. Perbedaan pengetahuan gizi lebih rinci dapat dilihat pada Gambar ,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 85,19% 60,49% 25,93% 13,58% 13,58% 1,23% Baik Sedang Kurang Awal Akhir Gambar 2 Perbedaan pengetahuan gizi sebelum dan setelah intervensi pendidikan gizi Hasil penelitian Maiburg et al. (2003), menyatakan bahwa pendidikan gizi meningkatkan pengetahuan gizi aktual contoh. Masih adanya tingkat pengetahuan gizi yang kurang disebabkan oleh tingkat penerimaan siswa yang berbeda setiap anak terhadap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Penelitian Widyaningrum (2012) yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan status anemia. Oleh karena itu, supaya tidak terjadi anemia pada siswa sekolah dasar maka perlu pengetahuan gizi yang baik. Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan kualitas gizi dan makanan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, seseorang akan mengetahui dan berupaya mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga seimbang dan cukup jumlahnya. Pendidikan gizi bagi siswa penting untuk memberikan pengetahuan dalam hal memilih makanan yang akan dikonsumsi untuk menjadikan status gizi yang optimal.

46 Pendidikan gizi hendaknya dimulai sejak dini. Pendidikan gizi dan kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini memiliki kebebasan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002). Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak mempunyai pemikiran terbuka dibandingkan orang dewasa dan pengetahuan yang diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya. Pengaruh Suplementasi Besi terhadap Status Anemia Anemia merupakan salah satu indikator rendahnya status besi yang banyak dijumpai di berbagai negara dan menjadi masalah global karena anemia defisiensi besi menyerang lebih dari dua milyar penduduk dunia (Gibney 2008). Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan yang berasal dari hewani, dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid (Almatsier 2001). Hasil penelitian Widyaningrum (2012) menunjukan bahwa 96.30% siswa sekolah dasar di Bogor (usia 8 10 tahun) mengalami anemia gizi besi. Akibat anemia gizi besi pada remaja selain menurunkan kemampuan akademik juga akan menurunkan produktivitas kerja. Periode usia sekolah merupakan bagian dari tahapan dalam siklus hidup manusia yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pada periode ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik kognitif, motorik, dan emosional. Oleh karena itu, sasaran program perbaikan gizi terutama masalah anemia karena besi pada kelompok anak sekolah dianggap strategis di dalam upaya memutus siklus masalah gizi. Menurut Arisman (2007), ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, keempat pendekatan tersebut adalah (1) pemberian suplementasi atau suntikan zat besi, (2) pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi malalui makanan, (3) pengawasan penyakit infeksi, dan (4) fortifikasi makanan pokok dengan zat besi. Contoh yang menderita anemia sebelum intervensi sebesar 98.77% dan status contoh tidak anemia sebesar 1.23%. Setelah intervensi, contoh yang menderita anemia sebesar 4.94% dan status contoh tidak anemia sebesar 95.06%. Terjadi perubahan yang nyata pada sebelum intervensi dan setelah intervensi yaitu dengan rata-rata kenaikan sebesar 3.85 g/dl. Uji statistik paired t test yang dilakukan pada status anemia contoh adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu sebesar p= Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi zat besi berpengaruh terhadap status anemia contoh. Perbedaan status anemia contoh sebelum dan setelah intervensi secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 3. 33

47 34 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 98,77% 4,94% Anemia 1,23% 95,06% Tidak Anemia Gambar 3 Perbedaan status anemia contoh sebelum dan setelah intervensi suplementasi besi Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Silva et al. (2003) pada anak usia 5 sampai 10 tahun di Colombo, Srilanka yang menunjukkan bahwa suplementasi besi secara signifikan memperbaiki status anemia dengan meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin. Hasil penelitian Iannotti et al. (2006), mengatakan bahwa pemberian suplemen besi memberikan pengaruh terhadap konsentrasi hemoglobin. Menurut Soekirman (2000), suplementasi dan fortifikasi merupakan cara penanggulangan Anemia Gizi Besi. Gibney (2008) juga mengatakan bahwa suplementasi zat besi merupakan salah satu pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi. Awal Akhir

48 35 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Separuh lebih (54.32%) dari contoh berjenis kelamin perempuan. Rata-rata usia contoh adalah 11 tahun, sedangkan uang saku contoh tergolong rendah ( 3000) sebesar (74.07%). Sebagian besar contoh mempunyai status gizi normal yaitu sebesar 80.25%. Tidak ada berbedaan yang signifikan antara status gizi perempuan dan laki-laki. Tidak ada perbedaan yang signifikan usia contoh antara kelompok status gizi. Pengetahuan contoh berada pada ketiga kategori, yaitu kurang, sedang, dan baik masing-masing sebesar 85.19%, 13.58%, dan 1.23%. Tidak ada berbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi perempuan dan lakilaki. Adanya perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan gizi, baik kelas 4, 5, maupun kelas 6. Sebagian besar contoh termasuk kategori anemia dengan persentase sebesar 98.77%. Tidak ada berbedaan yang signifikan antara status anemia contoh perempuan dan laki-laki. Tidak adanya perbedaan yang signifikan usia contoh antara kelompok status gizi. Total konsumsi zat besi contoh dari makanan sebesar 10.8 mg/hari, sedangkan kecukupan zat besi yang dikonsumsi sebesar 64.66%. Sebagian besar contoh mengonsumsi tempe sebagai sumber zat besi, dengan frekuensi konsumsi sebesar 59 kali dalam sebulan. Rata-rata daya terima makanan jajanan sebesar 95.33%. Daya terima makanan jajanan tertinggi terdapat pada donat coklat, jelly, martabak mini, nasi putih ayam, nasi uduk daging, roti bakar, dan singkong keramas (100%). Rata-rata kandungan gizi makanan jajanan yang diberikan kepada contoh sebesar 269 Kal energi, 5.39 gram protein, RE vitamin A, dan 0.96 mg zat besi, sedangkan kontribusi energi, protein, vitamin A, dan zat besi terhadap AKG masing-masing sebesar 13.08%, 10.28%, 14.49%, dan 6.56%. Meskipun pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh (p>0.05) terhadap status gizi contoh, namun ada kecenderungan meningkatkan nilai z-score contoh. Pendidikan gizi memberikan pengaruh (p<0.05) terhadap pengetahuan gizi, yaitu meningkatkan pengetahuan gizi contoh. Sedangkan suplementasi besi memberikan pengaruh (p<0.05) terhadap status anemia, yaitu meningkatkan kadar hemoglobin contoh. Saran Anak usia sekolah merupakan golongan yang suka dalam memilih jenis jajanan tertentu dan mengalami penurunan nafsu makan, padahal aktivitas mereka tergolong tinggi. Keamanan dalam pengolahan makanan perlu penelitian lebih lanjut, mengingat makanan jajanan merupakan alternatif untuk asupan gizi sehari siswa sekolah dasar. Sebaiknya pemerintah setempat menjadikan pendidikan gizi bagian mata pelajaran sekolah dasar karena berdasarkan hasil penelitian pendidikan gizi berpengaruh terhadap pengetahuan gizi siswa yang pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan. Suplementasi besi perlu dilakukan secara rutin kepada siswa sekolah dasar, mengingat jumlah penderita anemia di sekolah dasar masih tinggi. Kekurangan besi pada akhirnya akan mengganggu daya ingat dan kemampuan belajar.

49 36 Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan gizi yang masih rendah pada anak sekolah, selain pendidikan gizi dari sekolah, perlu dilakukan program penyuluhan kepada orang tua dan penjaja makanan karena berpengaruh terhadap konsumsi makanan sehari-hari siswa sekolah, saran ini perlu dilakukan di sekolah lain.

50 37 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2010: Provinsi Jawa Barat: Badan Pusat Statistik. [12 Juli 2013] [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. [Depkes] Departemen Kesehatan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. [FAO] Food and Agriculture Organization Human vitamin and mineral requirement (report of a joint FAO/WHO expert consultation Bangkok,Thailand). Rome: Food and Nutrition Division. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/004/y2809e/y2809e00.pdf. [4 Feb 2013]. [Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional Sekolah Dasar. [11 Apr 2013]. [WHO] World Health Organization Growth reference 5-19 years. [ Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. [4 Feb 2013]. [WKNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding, Jakarta (ID): LIPI. Adriani N Pengetahuan, Sikap, dan Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kota dan Kabupaten Bogor (Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Almatsier S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama Arisman Gizi dalan Daur Kehidupan. Edittor, Palupi Widyastuti. Jakarta (ID): EGC Gizi dalan Daur Kehidupan Edisi 2. Edittor, Palupi Widyastuti. Jakarta (ID): EGC Briawan D & Madanijah S Diktat Ilmu Gizi Dasar. Bogor Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [FAO] Food and Agriculture Organization Human vitamin and mineral requirement (report of a joint FAO/WHO expert consultation Bangkok,Thailand). Rome: Food and Nutrition Division. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/004/y2809e/y2809e00.pdf. [4 Feb 2013]. Gibney JG et al Gizi Kesehatan Masyarakat. alih bahasa. Andry Hartono; editor edisi bahasa Indonesia. Palupi Widyastuti. Erita Agustin Hardiyanti. Jakarta (ID) : EGC Gibson Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition. Oxford (US): Oxford University Press. Gregoire MB & Spears MC Foodservice Organizations: A Managerial and Systems Approach 6th ed. New Jersey: Pearson Education.

51 38 Gunarsa SA & Gunarsa YAA Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta (ID): BPK Gunung Mulia. Gunawan E Pengetahuan Gizi Ibu dan Kebiasaan Jajan Siswa serta Kaitannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gustina N Kajian tentang Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa SD yang Bekerja di Luar Jam Sekolah (Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Hardinsyah & Briawan D Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah & Tambunan Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): LIPI. Harper LJ, BJ Deaton, & JA Driskel Pangan, izi, dan Pertanian (Suhardjo, penerjemah). UI Press, Jakarta (ID). Iannotti LL, Tielsch JM, Black MM, and Black RE. Iron supplementation in early childhood: health benefits and risks. Am J Clin Nutr 84: Irawati, Damahuri dan Fachrurozi Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jiang JX et al Vitamin A deficiency and child feeding in Beijing and Guizhou, China. World Journal of Pediatrics 4 (1) : Khomsan A Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat. IPB Komalasari Jajanan Anak Sekolah. uid=2 [4 Mei 2013]. Kustiyah L. Syarief H, Hardinsyah, Rimbawan, Suradijono SH Pengaruh Intervensi Makanan Kudapan terhadap Peningkatan kadar Glukosa Darah dan Daya Ingat Anak Sekolah Dasar. Bogor. Media Gizi & Keluarga, Juli (1) : Lemeshow S dan David WHJ Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan). Yogyakarta (ID): Gadjahmada University Press. Manampiring A Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi pada Anak Sekolah Dasar di Desa Minaesa Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara (Karya Ilmiah). Manado (ID): Universitas SAM Marliyana SA & Kustiyah L Diktat Ilmu Gizi Dasar. Bogor Maryam jajajanan siswa sekolah dasar di Depok dan Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Maiburg BHJ, Rethans JE, Schuwirth LWT, Mathus LMH, and Ree JW Controlled trial of effect of computer-based nutrition course on knowledge and practice of general practitioner trainees. Am J Clin Nutr 77:1019S-24S Notoatmadjo S Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): PT Rineke Cipta. Hlm Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

52 Queiroz SS, Torres MAA Iron deficiency anemia in children. Jornal de Pediatria 76: Riyadi H Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rosa R Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa sekolah dasar di Depok dan Sukabumi [skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. RSCM dan Persagi Penuntun Diit Anak. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Penuntun Diit Anak. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Sediaoetama AD Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta (ID): Dian rakyat Silva A, Sunethra A, Irangani W, and Namanjeet A Iron supplementation improves iron status and reduces morbidity in children with or without upper respiratory tract infections: a randomized controlled study in Colombo, Sri Lanka. Am J Clin Nutr 77: Sinha et al Epidemiological correlates of nutritional anemia among children (6-35 months) in rural wardha, central india. Indian J Med Sci. 62(2): Soekarto ST Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta (ID): PT Bhratara Karya Aksara. Soekirman et al Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). (Februari 2013) Soekirman, Hardinsyah, Jus at I, Jahari AB Regional Study of Nutrition status of urban primary school children. West Jakarta and Bogor, Indonesia. Food and Nitrition Bulletin, 23 (1) : Soekirman Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Soetardjo S Gizi Anak. Di dalam: Almatsier S, editor. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID):Gramedia hlm Stefani M Keterkaitan Antara Sarapan dan Lama Tidur Siswa Sekolah Dasar terhadap Prestasi Belajar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Stopler Medical Nutrition Therapy of Anemia. Di dalam: Mahan LK & Stump SE, editor. Krause s Food, Nutrition and Diet Therapy 11th edition. USA: Elsevier. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta. Suhardjo Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Padan dan Gizi. IPB. Syafitri Y, Syarief H, dan Baliwati YF Kebiasaan jajan siswa sekolah dasar (studi kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Jurnal Gizi dan Pangan 4(3): Syarief Membangun SDM berkualitas. Suatu telaah gizi masyarakat dan sumber daya keluarga. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor 39

53 40 Syarifah Kebiasaan Jajan Serta Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap Kecukupan Gizi Siswa Sekolah Dasar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Titisari DL Kinerja Penyelenggaraan PMT-AS. Status Gizi dan Prestasi belajar Anak Sekolah Dasar [Sripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Triatma B, Hardinsyah, khomsan, dan Rimbawan Pengaruh Pemberian Makanan Kudapan PMT-AS pada Glukosa Darah Anak Sekolah Dasar di Desa tertinggal Karyasari, Bogor. Media Gizi & Keluarga Edisi Suplemen, Juli 2000, XXIV (1) : Widyaningrum K Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Hemoglobin Anak Usia Sekolah di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winarno FG Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Zuharni H Cara sederhana Penilaian Mutu Gizi Makanan Anak Sekolah Dasar Usia 8-10 tahun di Kotamadya Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

54 41 Lampiran 1 Daya terima contoh terhadap makanan jajanan Makanan jajanan Daya Terima Agar kertas 95.33% Bakwan jagung 93.83% Bihun goreng 90.12% Bolu kukus 90.81% Combro 91.15% Dadar gulung 93.83% Donat coklat % Donat strawberry 92.59% Jelly % Jelly anggur 95.06% Jelly buah 92.18% Jelly kertas 96.30% Jelly strawberry 96.30% Lemper kuning 90.12% Lepet % Lontong 90.74% Lontong daging 95.06% Martabak mini % Mie goreng 89.81% Molen 96.30% Nagasari 94.23% Nasi goreng 98.46% Nasi putih ayam % Nasi uduk 96.91% Nasi uduk daging % Nasi uduk kuning % Pastel 96.30% Pisang coklat 91.93% Pizza mie 93.21% Putri ayu 92.59% Risoles 95.68% Roti bakar % Sate buah 96.57% Singkong keramas % Tahu isi 95.68% Rata-rata 95.33%

55 42 Lampiran 2 Makanan jajanan Lemper Kuning Putri Ayu Nasi goreng & Jelly Lontong & Jelly Lepet Roti Bakar Bihun Goreng Donat Coklat Bakwan Jagung Mie Goreng Bolu Kukus Dadar Gulung Nasi Uduk Kuning Pizza Mie Pisang Coklat

56 43 Nasi Uduk Sate Buah Jelly Strawberry Tahu Isi Toge Donat Strawberry Lontong Daging Molen Singkong Keramas Pastel Nagasari

57 44 Lampiran 3 Pemberian makanan jajanan kepada contoh Lampiran 4 Pengambilan darah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

Adhitya Aji Candra 1*, Budi Setiawan 1, dan M. Rizal M. Damanik 1

Adhitya Aji Candra 1*, Budi Setiawan 1, dan M. Rizal M. Damanik 1 ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2013, 8(2): 103 108 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Menurut Hurlock (1999), anak usia sekolah dasar termasuk ke dalam fase akhir masa kanak-kanak (late childhood). Fase ini berlangsung dari usia 6 tahun dan berakhir saat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci