PERIODE KRITIS TANAMAN KEDELAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERIODE KRITIS TANAMAN KEDELAI"

Transkripsi

1 PERIODE KRITIS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TERHADAP KOMPETISI GULMA PADA BEBERAPA JARAK TANAM DI LAHAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.)Beauv.) Oleh: YEHESKIEL SAH EPRIM A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN Yeheskiel Sah Eprim. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) terhadap Kompetisi Gulma pada Beberapa Jarak Tanam di Lahan Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.). Dibimbing oleh Dwi Guntoro dan Sofyan Zaman. Tidak semua fase pertumbuhan tanaman peka terhadap kompetisi gulma. Fase dimana tanaman mulai peka terhadap kompetisi gulma disebut dengan periode kritis tanaman. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui periode kritis kedelai akibat kompetisi dengan gulma pada beberapa jarak tanam di lahan alangalang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai dengan Juli 2006, bertempat di Desa Cijengkol, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor. Jarak tanam kedelai sebagai petak utama terdiri atas tiga taraf yaitu 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm, 30 cm x 20 cm. Periode kompetisi gulma sebagai anak petak terdiri atas 12 taraf yaitu bersih gulma 0-2 MST (Minggu Setelah Tanam), 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-12 MST; bergulma 0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-12 MST. Satuan percobaan berupa petak berukuran 3 m x 2.5 m dan masing-masing terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 108 satuan percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pertumbuhan kembali alang-alang semakin menurun setelah dilakukan pengolahan tanah dan penanaman kedelai yang ditandai dengan jumlah pucuk, berat kering tajuk, dan berat kering rhizome yang jauh lebih rendah pada saat akhir percobaan dibandingkan dengan pada saat awal percobaan. Jarak tanam kedelai berpengaruh terhadap biomassa rhizoma alang-alang pada 10 MST, biomassa tajuk kedelai pada 12 MST, laju tumbuh relatif kedelai pada 2-4 MST dan MST, serta jumlah polong isi kedelai pada saat panen. Periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap persentase penutupan gulma, biomassa gulma, biomassa rhizoma alang-alang pada 2 MST sampai 12.MST dan tinggi kedelai pada 6 dan 7 MST, jumlah daun kedelai pada 4 sampai 7 MST, jumlah cabang kedelai pada 5 sampai 7 MST, biomassa tajuk kedelai pada 4 sampai 10 MST, laju tumbuh relatif kedelai pada 2-4 MST dan MST, serta produksi kedelai pada saat panen. Interaksi perlakuan jarak tanam dan periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap nilai laju tumbuh relatif kedelai pada 12 MST. Berdasarkan peubah produksi kedelai pada saat panen, periode kritis tanaman kedelai terhadap kompetisi gulma pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm dan 30 cm x 20 cm terjadi pada 2-6 MST. Penurunan hasil kedelai apabila gulma dibiarkan berada pada areal pertanaman kedelai mulai dari awal tanam sampai panen adalah % pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, % pada jarak tanam 40 cm x 15 cm dan % pada jarak tanam 30 cm x 20 cm.

3 PERIODE KRITIS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TERHADAP KOMPETISI GULMA PADA BEBERAPA JARAK TANAM DI LAHAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.)Beauv.) Skripsi Sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: YEHESKIEL SAH EPRIM A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

4 Judul : PERIODE KRITIS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TERHADAP KOMPETISI GULMA PADA BEBERAPA JARAK TANAM DI LAHAN ALANG- ALANG (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) Nama : Yeheskiel Sah Eprim NRP : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dwi Guntoro, SP, MSi Ir. Sofyan Zaman NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Sumatra Utara pada tanggal 2 September Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Abdy Muham dan Ibu Marhainy Kaban. Tahun 1996 penulis lulus dari SD Sint Xaverius I Kabanjahe, Sumatra Utara, kemudian penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Kabanjahe pada tahun Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri I Kabanjahe pada tahun Penulis diterima di IPB pada tahun 2002 di Program Studi Agronomi melalui jalur USMI. Selama menjalani studi di IPB penulis aktif dalam UKM PMK IPB sebagai koordinator Komisi Pelayanan Siswa, koordinator Kelompok Pra-Alumni; UKM IAAS IPB sebagai Ketua Science and Technology Development Department; dan Batix Student Company sebagai ketua divisi pemasaran. Penulis juga terpilih sebagai 5 besar mahasiswa berprestasi Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2005 dan aktif sebagai staf pengajar di lembaga pendidikan bahasa Inggris English Avenue sejak awal tahun 2006.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-nyalah penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) terhadap Kompetisi Gulma pada Beberapa Jarak Tanam di Lahan Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dwi Guntoro dan Bapak Sofyan Zaman selaku dosen pembimbing atas kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, MAgr selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama Penulis menjadi mahasiswa IPB; 2. Ir. Is Hidayat Utomo, MS selaku dosen penguji sidang saya; 3. Bapak, Mamak, Mikael, Vini dan Vici atas dukungannya; 4. Kornel, Ius, Ardian, Kristian, Donald, Bucil, Hendri, Andre dan Dona atas segala bantuan, dukungan, dan keceriaan yang kalian berikan selama penelitian; 5. Julian, Yoshika, Ochi, Rut, dan semua teman-teman di Kelompok pra Alumni atas doa dan dukungannya; 6. Kakak dan rekan di KA-KR atas doa, dukungan moral, dan motivasinya; 7. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Akhir kata Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan hasil penelitian ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pelaku pertanian yang membutuhkan. Bogor, Oktober 2006 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Kedelai... 4 Morfologi Kedelai... 4 Ekologi Kedelai... 5 Kompetisi Kedelai dengan Gulma... 5 Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.)... 8 Periode Kritis Tanaman BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metodologi Pelaksanaan Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan Gulma Keadaan Vegetatif dan Produksi Kedelai Periode Kritis KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

8 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Keadaan Gulma Alang-alang (I. cylindrica (L.) Beauv) pada Saat Awal dan Akhir Percobaan Persentase Penutupan Gulma Rata-rata Biomassa Gulma Berat Kering Rhizoma Alang-alang Jumlah Pucuk Alang-alang pada Saat Panen Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Rata-rata Jumlah Daun Kedelai Rata-rata Jumlah Cabang Kedelai Rata-rata Jumlah Total Bintil Akar Kedelai dan Bintil Akar Aktif Kedelai Rata-rata Biomassa Tajuk Kedelai Laju Tumbuh Relatif Tanaman Kedelai Nilai LTR Kedelai pada 12 MST Akibat Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma Rata-rata ILD Kedelai Rata-rata Saat Berbunga Kedelai Hasil Panen, Jumlah Polong Isi dan Jumlah Polong Hampa Kedelai Rata-rata Bobot 100 Butir dan Bobot Kering 100 Butir Kedelai Rata-rata Bobot Panen Kedelai pada Perlakuan Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Wilis Data Klimatologi Wilayah Cigudeg Selama Penelitian Rekapitulasi Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah Pengamatan Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Keadaan Gulma Alang-alang pada Saat Awal dan Akhir Percobaan Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Persentase Penutupan Gulma Total... 50

9 6. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Biomassa Tajuk Gulma Total Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Biomassa Rhizoma Alang-alang Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Pucuk Alang-alang pada Saat Panen Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Tinggi Tanaman Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Daun Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Cabang Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Total dan Jumlah Bintil Akar Aktif Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Biomassa Tajuk Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Laju Tumbuh Relatif Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Indeks Luas Daun Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Saat Berbunga Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Bobot Panen Kedelai per Tanaman Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Polong Isi dan Jumlah Polong Hampa Kedelai Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap bobot 100 Butir dan Bobot Kering 100 Butir Kedelai... 61

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Ilustrasi Hasil Uji Lanjut Respon Hasil Panen terhadap Perlakuan Periode Kompetisi Gulma pada Jarak Tanam 60 cm x 10 cm (I); Jarak Tanam 40 cm x 15 cm (II); Jarak Tanam 30 cm x 20 cm (III) Lampiran 1. Keadaan Pertanaman Kedelai Keadaan Petak Perlakuan Periode Bergulma 0-12 MST pada Saat Menjelang Panen Perbedaan Keadaan Pertumbuhan Kedelai pada Petak Periode Bergulma 0-12 MST (I) dan Petak Periode Bergulma 0-2 MST (II) pada Saat Menjelang Panen... 63

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebagai sumber protein nabati bagi kebutuhan pangan manusia. Menurut Adisarwanto dan Wudianto (1999) kandungan protein kedelai sekitar 40%-41%, lemak 15.8%-19.3%, selebihnya adalah karbohidrat yaitu 14.10%-14.85%, mineral 5.25% dan air 13.75%. Kebutuhan kedelai terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi dan perkembangan industri pakan ternak. Menurut BPS (2006) jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 mencapai jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1.49% selama kurun waktu tahun sedangkan konsumsi kedelai per kapita saat ini mencapai 8 kg/kapita/tahun. Kebutuhan biji kedelai tiap tahunnya diperkirakan mencapai 1.8 juta ton untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan bungkil kedelai untuk pakan mencapai 1.1 juta ton. Pada tahun 2010 nanti konsumsi kedelai diperkirakan mencapai 2.8 juta ton. Luas areal pertanaman dan produksi kedelai Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut BPS (2006) pada tahun 2000 luas areal kedelai mencapai ha sedangkan pada tahun 2005 luas areal kedelai menurun menjadi ha. Produksi kedelai Indonesia pada tahun 2001 mencapai ton sedangkan pada tahun 2005 total produksi kedelai menurun menjadi ton. Produktivitas kedelai di Indonesia juga masih tergolong rendah, yaitu sekitar 1.3 ton/ha, padahal bila dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 2.0 ton/ha. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan konsumsi kedelai belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga masih harus ditutup dengan impor. Menurut Departemen Pertanian (2005) saat ini sekitar 60% dari kebutuhan kedelai dalam negeri harus dipenuhi dari impor dan devisa negara yang hilang dari impor kedelai tersebut mencapai Rp 3 triliun setiap tahunnya. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai adalah melalui peningkatan luas pertanaman kedelai diantaranya penanaman kedelai pada lahan alang-alang. Lahan alang-alang memiliki potensi luas yang sangat besar di

12 Indonesia. Menurut Rahayu dalam Sianturi (2003) luas lahan alang-alang di Indonesia mencapai juta hektar. Usaha penanaman kedelai di lahan alangalang ini memiliki banyak kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah sulitnya alang-alang diberantas secara konvensional sehingga akan menimbulkan persaingan yang kuat dengan tanaman budidaya. Menurut Moenandir (1993) alang-alang merupakan salah satu jenis gulma yang paling penting di Indonesia karena penyebarannya yang sangat luas serta sangat merugikan pertumbuhan dan hasil produksi pertanian karena daya kompetisinya yang sangat tinggi serta zat allelopati yang dihasilkannya. Menurut Soejono et al. (2005) alang-alang mampu menurunkan bobot biji kering kedelai sebesar 33.78%, nilai pertumbuhan relatif tanaman sebesar 51.15%, jumlah polong total sebesar 35.4% dan jumlah polong bernas sebesar 37.78%. Untuk itulah tindakan pembukaan lahan alang-alang dan pengolahan tanah perlu dilakukan sebelum kegiatan penanaman kedelai dilaksanakan untuk mengendalikan pertumbuhan alang-alang tersebut. Kegiatan pembukaan lahan alang-alang dan pengolahan tanah akan mengubah lingkungan mikro sehingga akan memunculkan jenis gulma baru selain alang-alang yang selanjutnya akan berkompetisi dengan tanaman kedelai. Kehadiran gulma ini menyebabkan usaha pengendalian gulma mutlak dilakukan untuk mencegah kehilangan hasil panen kedelai yang besar. Untuk itu perlu diketahui saat pengendalian yang tepat karena tidak semua tahap pertumbuhan tanaman peka terhadap kompetisi gulma. Periode hidup tanaman yang sangat peka terhadap kompetisi gulma ini disebut periode kritis tanaman yang ditentukan oleh tingkat kompetisi antara gulma dan tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah jarak tanam dimana pengaturan jarak tanam yang berbeda akan menimbulkan perbedaan waktu penutupan tajuk tanaman. Menurut Knazevic et al. (2001) penutupan tajuk tanaman yang berbeda ini erat hubungannya dengan kompetisi tanaman dengan gulma untuk mendapatkan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis, yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gulma dan tanaman. Untuk mencegah kehilangan hasil yang besar akibat kompetisi dengan gulma pada lahan alang-alang yang ditanami kedelai, maka perlu diketahui

13 periode kritis kedelai akibat kompetisi dengan gulma di lahan alang-alang sehingga diketahui saat yang tepat untuk melakukan pengendalian. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui periode kritis kedelai akibat kompetisi dengan gulma pada lahan alang-alang dengan beberapa jarak tanam kedelai yang berbeda. Hipotesis 1. Semakin lama periode gulma berada pada areal pertanaman kedelai, maka pertumbuhan dan produksi kedelai akan semakin menurun. 2. Terdapat suatu periode dalam pertumbuhan kedelai bila gulma hadir akan menurunkan hasil secara nyata. 3. Periode kritis tanaman kedelai terhadap kompetisi dengan gulma akan berbeda pada jarak tanam yang berbeda.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa semak rendah, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Kedelai berasal dari Cina dan berkembang ke berbagai negara seperti Amerika, Amerika Latin dan Asia (Departemen Pertanian, 2005). Menurut USDA dalam ITIS (2000) suku papilionicae yang tumbuh di dunia mempunya 650 genera dan sekitar spesies dimana kerabat dekat tanaman kedelai yang ditanam secara komersial di dunia diperkirakan adalah kerabat jenis kedelai liar G.soya, G. usuriensis atau Soja max. Menurut Soeprapto (1993) tanaman kedelai tumbuh tegak dengan tinggi antara cm, mempunyai tipe pertumbuhan yang dibagi menjadi tiga macam yaitu tipe determinate, indeterminate dan semi determinate. Tipe determinate memiliki ciri saat pembungaannya serempak dari bagian atas ke bagian pangkal dan pertumbuhan berhenti setelah tanaman berbunga. Tipe indeterminate memiliki cirri saat pembungaan berangsur dari bagian pangkal ke bagian batang atas dan tanaman tumbuh terus setelah berbunga, sedangkan pada tipe semi determinate pembungaan berlangsung diantara tipe pertumbuhan determinate dan indeterminate. Morfologi Kedelai Tanaman kedelai mempunyai sistem perakaran tunggang. Pada akar-akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi koloni bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai untuk mengikat nitrogen dari udara dimana nitrogen ini sangat dibutuhkan oleh tanaman kedelai (Fachruddin, 2000). Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun berbentuk oval atau segitiga, atau elips tergantung varietasnya. Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya berseberangan. Daun yang terbentuk kemudian, merupakan daun ketiga

15 yang letaknya berselang-seling. Pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai daun yang disebut daun trifoliate (Fachruddin, 2000). Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, yaitu setiap bunga mempunyai alat kelamin jantan dan betina. Bunga berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di Indonesia, tanaman kedelai pada umumnya mulai berbunga pada umur hari setelah tanam (Fachruddin, 2000). Buah kedelai berbentuk polong yang berwarna kuning kecoklatan apabila sudah masak dan diliputi oleh bulu dengan panjang 2.5 mm. Setiap polong berisi satu hingga empat biji. Bentuk dan besar biji bervariasi tergantung varietasnya. Umur masak kedelai berkisar antara hari. Bila umur masak kedelai HST digolongkan berumur genjah, umur HST digolongkan berumur sedang dan lebih dari 90 HST digolongkan berumur dalam (Adisarwanto dan Wudianto, 1999). Ekologi Kedelai Tanaman kedelai mampu beradaptasi dengan baik pada daerah tropis atau daerah beriklim panas seperti Asia. Tanaman ini sudah dibudidayakan sebagai tanaman pangan selama tahun dimana saat ini sudah terdapat lebih dari kultivar kedelai yang menghasilkan polong dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna yang berbeda. Sebagai tanaman budidaya yang penting, kedelai memiliki potensi hasil yang cukup tinggi dan mudah untuk dipanen. Kedelai juga toleran terhadap kekeringan pada periode yang pendek dan tidak terlalu terhambat pertumbuhannya pada musim hujan. Kedelai tumbuh paling baik pada tanah subur dengan drainase yang baik dan kisaran ph ideal antara (FAO, 2005). Kompetisi Kedelai dengan Gulma Penyebab rendahnya produksi tanaman pertanian salah satunya adalah karena gangguan gulma. Gangguan gulma terhadap tanaman dapat terjadi karena adanya persaingan atau kompetisi dengan tanaman budidaya dalam mendapatkan sarana tumbuh dimana keduanya mempunyai kebutuhan yang sama yaitu kebutuhan air, unsur hara, cahaya, CO 2 dan ruang tumbuh. Sumber daya

16 lingkungan yang sama serta sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya menyebabkan terjadinya kompetisi antara tanaman dengan gulma (Sastroutomo, 1990). Menurut Moenandir (1993) kompetisi gulma dengan tanaman kedelai biasanya dimulai sejak awal pertumbuhan sampai panen dimana kompetisi yang terjadi tersebut akan menurunkan hasil tanaman kedelai sebesar 30-50%. Menurut Sardjono et al. (1991) penurunan hasil akibat persaingan dengan gulma berbeda pada varieatas kedelai yang berbeda dimana pada varietas Orba adalah 82-84% sedangkan pada varietas Tidar adalah 74-94%. Soejono et al. (2005) menyatakan bahwa kedelai yang tumbuh bersama gulma menyebabkan tingkat pertumbuhan tanaman terhambat, daun lebih jarang, serta polong berukuran lebih kecil dibanding dengan kedelai yang tumbuh tanpa gulma. Semakin besar populasi gulma berakibat semakin tertekannya pertumbuhan dan semakin kecilnya polong kedelai yang dihasilkan. Selain hal tersebut diatas, kehadiran gulma pada pertanaman kedelai juga akan menekan jumlah bintil akar kedelai. Menurut Inawati (2000) gulma Cyperus rotundus mampu menekan jumlah bintil akar kedelai varietas Wilis dan Pangrango. Hal ini disebabkan bakteri bintil akar memerlukan unsur P yang cukup tinggi untuk pembentukan bintil akar sedangkan gulma memiliki kemampuan yang kuat untuk menyerap unsur P tersebut. Oleh karena itu kehadiran gulma akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam penyerapan unsur hara P oleh kedelai sehingga pembentukan bintil akar menjadi tertekan. Menurut Sukman dan Yakub (1991) gulma juga dapat bersaing dengan tanaman dengan cara mengeluarkan senyawa allelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan biji, abnormalitas kecambah, terhambatnya pertumbuhan memanjang akar, dan perubahan sel-sel akar tanaman. Senyawa-senyawa allelopati ini dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan antara lain pada daun, batang, akar, rhizom serta bagianbagian tumbuhan yang membusuk. Menurut Guntoro et al. (2003) ekstrak bahan kering gulma Borreria alata, Ageratum conyzoides dan Cyperus rotundus cenderung menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai dimana peningkatan

17 konsentrasi ekstrak gulma tersebut cenderung meningkatkan pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Gulma yang berkecambah bersamaan dengan tanaman kedelai menyebabkan kehilangan panen yang lebih besar daripada gulma yang berkecambah setelah tanaman budidaya berkembang. Menurut McDonald (2002) kedelai masih toleran terhadap kerapatan gulma Amaranthus retroflexus. sebanyak 4-8 gulma/m 2 pada saat fase pembentukan daun unifoliate tetapi hanya toleran terhadap gulma sebanyak 0.5 gulma/m 2 apabila gulma mulai berkecambah bersamaan dengan berkecambahnya kedelai. Menurut McDonald (2002) jenis gulma sangat berpengaruh terhadap tingkat penurunan hasil panen tanaman kedelai yang dihasilkannya. Sebagai contoh gulma berdaun lebar pada kerapatan 5 gulma/m 2 mampu menurunkan hasil panen sebesar 15-41% sedangkan gulma golongan rumput pada kerapatan 5 gulma/m 2 mampu menurunkan hasil panen kedelai sebesar 4-15%. Pada gulma tahunan dengan kerapatan yang sama mampu menurunkan hasil produksi kedelai sebesar 7-20 %. Kemampuan tanaman kedelai bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman, serta tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies akan menentukan kemampuan bersaing karena perbedan sistem fotosintesis, kondisi perakaran dan keadaan morfologinya. Spesies gulma yang tumbuh cepat, berhabitat besar dan memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies yang memiliki metabolisme efisien adalah tumbuhan berjalur fotosintesis C4 dimana salah satunya adalah gulma Imperata cylindrica dari famili graminae (Sukman dan Yakub, 1995). Kehilangan hasil panen akibat kompetisi dengan gulma dapat dikurangi sampai kurang dari 5% dengan cara melakukan pengendalian gulma yang tepat selama periode kritis. Gulma yang tumbuh selanjutnya tidak akan memiliki dampak yang serius lagi terhadap hasil panen dan memiliki kemampuan produksi benih gulma yang rendah (Omafra, 2002).

18 Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) I. cylindrica (L.) Beauv. memiliki nama lain Blady grass (Australia), cogongrasss (England), lalang (Malaysia), kambengan (Jawa). I. cylindrica merupakan tumbuhan asli daerah tropis dunia lama dan menyebar luas ke seluruh daerah tropis dan subtropis Asia Tenggara, Afrika, India dan Australia. Selain daerah tropis dan subtropis, tumbuhan ini juga menyebar sampai ke daerah temperate serta Jepang dan Selandia Baru pada lintang 45 o. I. cylindrica tergolong jenis rumput tahunan yang memiliki akar dan rimpang dengan kedalaman mencapai lebih dari 1 m dibawah permukaan tanah dengan tinggi berkisar antara cm. Panjang daunnya dapat mencapai cm dan lebar antara 5-25 mm. Batangnya tidak bercabang, berstruktur padat dan biasanya berambut pada bukunya, terdiri atas 1-4 ruas. Pada ujung batang terdapat bunga dengan panjang 6-30 cm dan lebar 2 cm. Alang-alang berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan rimpang. Tumbuhan ini adalah penghasil biji yang sangat banyak, mencapai biji pertanaman dan disebarkan dengan perantaraan angin sehingga memungkinkan untuk menyebar serta mendominasi daerah-daerah yang cukup jauh. Biji alang-alang tidak memiliki dormansi dan memiliki daya berkecambah sebesar 95% dan akan berkecambah dalam seminggu setelah panen. Temperatur optimum untuk pertumbuhan alang-alang sebesar 30 o C (Aguilar, 1992). Alang-alang merupakan gulma penting di berbagai negara tropik dan sub tropik, terutama di daerah yang memiliki curah hujan tinggi di Asia tenggara dan Afrika Barat. Gulma tersebut umumnya tumbuh di areal pertanaman tahunan seperti karet, kelapa sawit dan kelapa; pertanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai; dan pertanaman industri seperti kapas. Alang-alang mempunya tingkat kebutuhan unsur hara yang cukup rendah sehingga mampu tumbuh secara baik pada areal yang tidak subur, tanah berpasir dan rawa dan masih dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian mencapai m diatas permukaan laut (Suryaningtyas et al., 1996). Di Indonesia informasi tentang luas lahan alangalang sangat bervariasi, namun diperkirakan berkisar juta hektar yang terbentuk sebagai akibat dari pembukaan hutan yang tidak segera ditanami atau dikelola secara intensif (Rahayu dalam Sianturi, 2003).

19 Alang-alang sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, terbakar, dan hara yang miskin, tetapi tidak toleran terhadap air yang tergenang dan suasana ternaung. Alang-alang memiliki daerah penyebaran yang sangat luas, mulai dari daerah tropis sampai daerah subtropik. Tumbuhan ini juga sangat mudah berkembang biak dan tersebar melalui rimpang dan biji yang sangat ringan. Lahan alang-alang mempunyai penyebaran dengan variasi tipe hujan yang sangat lebar. Hanya di daerah yang kering sekali dan dingin vegetasi ini tidak ditemukan. Penyebarannya juga tidak mengenal perbedaan fisiografi maupun tanah. Hanya di daerah yang sangat basah atau dengan air tanah yang sangat tinggi alang-alang tidak ditemukan (Soekardi et al dalam Taufiq, 2003). Alang-alang merupakan gulma nomor satu di Indonesia bahkan di Asia tenggara. Pengaruh negatif alang-alang adalah dalam hal kompetisi, alelopati dan kemasaman tanah. Kerugian ekonomi yang cukup besar yang ditimbulkan oleh alang-alang akibat kemampuan kompetisinya yang sangat kuat antara lain: (1) mengakibatkan tanaman mati muda, (2) menghambat pertumbuhan dan menunda masa produksi tanaman tahunan, (3) menyaingi tanaman pokok dalam pemanfaatan unsur hara dan air, terutama pada musim kering, (4) menggagalkan secara total pengusahaan suatu pertanaman, dan (5) menekan pertumbuhan beberapa jenis tanaman pangan sebagai akibat dihasilkannya zat alelopati oleh daun dan rimpang, baik yang masih segar maupun yang telah membusuk (Suryaningtyas et al., 1996). Menurut Sukman dan Yakub (1991) komposisi gulma di biosfer pada hakukatnya akan berubah termasuk komposisi gulma alang-alang. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan komposisi gulma alang-alang tersebut adalah tindakan pengendalian gulma yang dilaksanakan. Menurut Rachmat et al. (1994) pembukaan lahan alang-alang akan merubah lingkungan mikro sehingga ekosistem yang meliputi komposisi gulma akan terpengaruh pula. Pembukaan lahan ini akan merangsang biji gulma yang selama ini terpendam di dalam tanah untuk berkecambah, tumbuh dan berkembang biak serta akan menekan dominansi dan pertumbuhan kembali alang-alang Hal ini ditandai dengan penurunan nilai SDR alang-alang sebesar pada saat sebelum lahan alang-alang dibuka

20 menjadi 4.26 saat lahan alang-alang telah dibuka dan ditanami tanaman kacangan, begitu juga dengan jumlah spesies gulma yaitu 7 spesies gulma sebelum lahan dibuka menjadi 22 spesies gulma setelah lahan dibuka yang umumnya didominasi oleh gulma berdaun lebar. Periode Kritis Tanaman Nietto et al. (1968) menyatakan bahwa kehadiran gulma di sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap produksi tanaman. Pada periode awal, kompetisi gulma hanya sedikit pengaruhnya terhadap tanaman, begitu pula pada akhir pertumbuhannya. Diantara kedua periode tersebut terdapat suatu periode dimana tanaman peka terhadap kehadiran gulma. Menurut Moenandir (1993) periode dimana tanaman sangat sensitif terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis tanaman. Pada periode kritis tersebut tanaman berada pada kondisi sangat peka terhadap lingkungan, terutama terhadap kompetisi dalam pengunaaan unsur hara, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Menurut Aldrich (1984) pengendalian gulma pada saat periode kritis merupakan suatu keharusan untuk menghindari terjadinya gangguan gulma yang berkelanjutan sehingga dapat menurunkan hasil panenan. Menurut Soejono (2002) kompetisi tanaman dengan gulma berlangsung sejak awal pertumbuhan tanaman dimana semakin dewasa tanaman maka kompetisi dengan gulma akan semakin meningkat. Suatu saat kompetisi akan mencapai maksimum dan kemudian akan menurun secara bertahap. Menurut Omafra (2002) penentuan periode kritis tanaman sangat dibutuhkan dalam penerapan sistem manajemen gulma terpadu. Periode kritis tanaman terjadi pada saat kompetisi dengan gulma mulai menurunkan produksi tanaman sebesar 5%. Apabila gulma dapat dikontrol pada saat periode kritis maka gulma yang akan tumbuh selanjutnya tidak akan berpengaruh terhadap hasil panen. Nieto et al. (1968) menentukan periode kritis tanaman berdasarkan percobaan dengan perlakuan setangkup antara periode penyiangan dan kompetisi gulma. Zimdahl (1980) menggunakan cara tersebut untuk menentukan saat gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secara aktif.

21 Pada periode penyiangan gulma dan tanaman budidaya ditumbuhkan secara bersama-sama untuk jangka waktu tertentu sampai gulmanya disiangi, selanjutnya tanaman budidaya ditumbuhkan bebas gulma sampai panen. Pada periode kompetisi gulma tanaman dibiarkan bebas gulma untuk berbagai periode tertentu sejak pertanaman, setelah ini tanaman budidaya dibiarkan tumbuh bersama-sama gulma hingga panen. Menurut Soejono (2002), faktor yang mempengaruhi periode kritis pada tanaman budidaya yaitu jenis tanaman atau jenis gulma, cara budidaya tanaman yang meliputi ukuran benih, saat tanam dan jarak tanam yang digunakan serta kesuburan dan lengas tanah. Menurut Omafra (2002) beberapa penelitian pada jagung dan kedelai menunjukkan bahwa periode kritis bervariasi tergantung pada jenis tanah dan sistem pengolahan tanah dimana akhir masa kritis berlangsung sedikit lebih lama pada jenis tanah liat dan pada penggunaan sistem tanpa olah tanah. Pada tanah pasir yang bertekstur ringan, dampak dari adanya kompetisi dengan gulma terjadi pada fase pertumbuhan tanaman yang lebih awal daripada tanah yang memiliki tekstur berat. Menurut Moenandir (1993) periode kritis yang diakibatkan oleh persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma bergantung dari waktu tanam, jenis tanah, perbedaan musim tanam, termasuk perbedaan kadar air tanah, perbedaan kesuburan tanah, pola tanaman tunggal atau ganda. Periode kritis tanaman juga ditentukan oleh derajat kompetisi yang dipengaruhi oleh spesies, kepadatan gulma dan tanaman, serta keadaan iklim dan lingkungan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Perubahan faktor-faktor lingkungan yang dapat terjadi dari musim ke musim dapat mempengaruhi periode kritis kompetisi karena perubahan-perubahan ini dapat mempengaruhi perkecambahan biji dan kecepatan petumbuhan dari gulma maupun tanaman budidayanya secara berbeda-beda (Aldrich, 1984). Pengetahuan periode kritis untuk persaingan gulma sangat penting artinya dalam usaha mencapai efisiensi tindakan pengendalian gulma baik dari segi waktu, biaya dan tenaga. Menurut Erida dan Hasanuddin (1996) periode kritis tanaman kedelai kultivar Kipas Putih dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm akibat kompetisi dengan gulma dalah HST. Menurut Syam un (1999) titik kritis akibat persaingan dengan gulma berbeda antara varietas kedelai berbiji besar dengan varietas

22 kedelai berbiji kecil. Pada tanaman yang berbiji besar yaitu varietas Slamet periode kritisnya adalah dari awal tanam sampai 3 MST sedangkan varietas kedelai yang berbiji kecil yaitu Kerinci periode kritisnya adalah dari awal tanam sampai 5 MST pada sistem tanpa olah tanah. Menurut Omafra (2002) periode kritis tanaman kedelai berlangsung pada saat fase pertumbuhan daun pertama sampai daun trifoliate ketiga atau 15 hari setelah perkecambahan kedelai. Periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma berkisar antara 33-50% dari umur tanaman (Mercado dalam Sukman dan Yakub, 1995). Kasasian dan Seeyave dalam Sukman dan Yakub (1999) menyatakan bahwa periode kritis tanaman berada pada awal pertumbuhannya, yaitu antara 25-33% pertama dari siklus hidup tanaman tersebut. Walaupun demikian menurut Zimdahl (1980) konsep periode kritis pengendalian ini pada beberapa jenis tanaman budidaya tidak dapat diterapkan karena sangat pekanya jenis-jenis tanaman budidaya tertentu terhadap kompetisi gulma yang terjadi pada semua periode pertumbuhannya. Penentuan periode kritis sangat penting artinya untuk menghindari kehilangan hasil akibat persaingan dengan gulma. Menurut Syawal (1990) untuk mendapatkan hasil maksimum jagung manis, penyiangan gulma cukup dilakukan dua kali yaitu pada periode kritis tanaman yaitu 20 HST dan 50 HST dengan pemberian pupuk 300 kg/ha. Periode kritis yang berbeda akibat derajat kompetisi tanaman dengan gulma yang berbeda salah satunya disebabkan oleh jarak tanam. Menurut Burnside dan Moomaw dalam Setyaningrum (2002) bahwa kerapatan kompetisi kedelai dipengaruhi oleh varietas dan jarak tanam. Menurut Knazevic dalam O Hanlon (2001) jarak tanam berperan penting dalam menentukan periode kritis tanaman akibat kompetisi dengan gulma dimana pada jarak baris 30 inchi atau lebih, periode kritis tanaman dimulai pada saat fase pembentukan daun trifoliate pertama sampai penutupan kanopi sedangkan pada jarak baris 7.5 inchi periode kritis tanaman tidak mencapai fase pembentukan daun trifoliate yang ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak baris yang sempit maka periode kritis tanaman akan terjadi lebih cepat. Menurut Zimdahl (1980) jarak baris pada tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap perkecambahan gulma dimana pada jarak

23 baris 20 inchi gulma mulai berkecambah pada 6 minggu pertama sedangkan pada jarak baris 40 inchi gulma mulai berkecambah pada umur 7 minggu. Menurut Mimbar (1986) pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan penyerapan cahaya matahari yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Pengaturan jarak tanam yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam tingkat kompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari antara tanaman dan gulma, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tanaman.

24 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan alang-alang milik petani di Desa Cijengkol, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Jenis tanah di lokasi percobaan adalah tanah podsolik merah kuning. Percobaan dilakukan dari bulan Maret 2006-Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain benih kedelai varietas Wilis, pupuk Urea, SP-36 dan KCl, inokulan rhizobium legin. Bahan untuk perlindungan tanaman antara lain insektisida Supracide, Dithane dan insektisida benih Furadan 3 G. Peralatan yang digunakan antara lain mistar, timbangan, oven, serta kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Metodologi Percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu jarak tanam kedelai dan periode kompetisi gulma. Jarak tanam kedelai sebagai petak utama terdiri atas 3 taraf yaitu 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm, dan 30 cm x 20 cm untuk mendapatkan populasi optimum kedelai varietas Wilis sebesar tanaman/ha (Adisarwanto dan Wudianto, 2002). Periode kompetisi gulma sebagai anak petak terdiri atas 12 taraf yaitu bersih gulma 0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-12 MST ; bergulma 0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-12 MST. Satuan percobaan berupa petak dengan ukuran 2.5 m x 3 m, jarak antar petak 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Terdapat 36 kombinasi perlakuan sehingga terdapat 108 satuan percobaan. Perlakuan bersih gulma 0-12 MST digunakan sebagai kontrol. Model percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = µ + a i + δ ij + ßj + (aß) ij +? k + e ijk

25 Keterangan: Yij = nilai pengamatan akibat pengaruh ulangan ke-k, jarak tanam kedelai ke-i dan periode penyiangan gulma ke-j µ = nilai rataan umum a i δ ij ßj = pengaruh jarak tanam ke-i = galat petak utama = pengaruh periode penyiangan gulma ke-j (aß) ij = pengaruh interaksi antara faktor jarak tanam ke-i dan periode penyiangan gulma ke-j? k = pengaruh ulangan ke-k e ijk = pengaruh galat keseluruhan Data dianalisis menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Untuk menentukan periode kritis kedelai terhadap gulma digunakan cara Nietto et al., (1968) yaitu dengan membuat grafik pengaruh periode bebas gulma dengan periode bergulma terhadap hasil panen tanaman. Pada saat hasil panen mulai menurun secara mencolok akibat adanya gulma yang tumbuh bersama-sama secara terus menerus pada kurva pengaruh periode bergulma dan pada saat pertumbuhan tanaman menjadi semakin kompetitif yang ditandai dengan hasil panen yang mulai mencapai maksimum pada grafik pengaruh periode bebas gulma maka saat tersebut adalah periode kritis tanaman akibat kompetisi dengan gulma. Pelaksanaan Percobaan Penyiapan petak percobaan Persiapan lahan diawali dengan penebasan gulma alang-alang untuk memudahkan pekerjaan pengolahan tanah. Tanah diolah secara manual dengan menggunakan cangkul pada saat dua minggu sebelum tanam. Pengapuran berupa kalsit atau dolomit dengan dosis 2 ton/ha dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan cara disebar merata pada permukaan tanah, kemudian dibalik pada kedalaman 15 cm dan disiram hingga cukup basah.

26 Penanaman Benih kedelai ditanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan dengan cara tugal sebanyak 2 butir per lubang. Insektisida furadan 3 G diberikan pada saat tanam sebanyak 15 kg/ha untuk mencegah serangan hama lalat bibit (Ophiomya phaseoli). Sebelum dilakukan penanaman, benih kedelai diinokulasi dengan legin (biakan murni rhizobium) sebanyak 5 g/kg benih dengan cara membasahi benih kedelai dengan air sampai lembab lalu menaburkan legin secara merata pada benih. Pemupukan Pemupukan dilakukan sekali pada saat tanam dengan dosis 60 kg Urea/ha, 100 kg SP-36/ha SP-36, dan 60 kg KCl/ha. Pupuk diberikan dengan cara alur dengan jarak 7 cm dari barisan tanaman. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman kedelai di lapangan meliputi penyulaman, penyiraman, penyemprotan insektisida serta penyiangan. Penyulaman dilakukan pada 7-10 HST. Penyiraman tanaman kedelai dilakukan pada saat fase perkecambahan yaitu 0-5 HST apabila tidak turun hujan, sampai tanah cukup lembab. Penyemprotan insektisida dilakukan pada 5 MST ketika mulai terlihat gejala serangan awal hama dan penyakit dengan konsentrasi 2 cc/liter. Penyiangan dilakukan secara manual dan waktunya disesuaikan dengan perlakuan periode kompetisi gulma untuk setiap petak, dengan cara menebas tajuk gulma dan membongkar rimpang alang-alang. Panen Panen dilakukan pada minggu ke-12 setelah tanam, yaitu pada saat tanaman telah berumur 84 hari. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap lima tanaman contoh per petak dan ubinan yang diambil secara acak. Peubah yang diamati antara lain:

27 1. Kedelai a. Tinggi tanaman diukur tiap minggu mulai 2 MST sampai dengan 7 MST. b. Jumlah daun trifoliate diukur tiap minggu mulai 2 MST sampai dengan 7 MST. c. Waktu saat 75% populasi tanaman sudah berbunga. d. Jumlah cabang diukur tiap minggu mulai 2 MST sampai dengan 7 MST. e. Pengamatan jumlah bintil akar total dan bintil akar aktif pada saat 4 MST. Bintil akar aktif ditandai dengan warna merah bila bintil dibelah. Jumlah tanaman yang diambil adalah 2 tanaman per petak percobaan. f. Indeks luas daun diukur pada saat 7 MST. Luas daun diukur dengan Leaf Area Meter. g. Bobot kering tajuk tanaman diukur tiap dua minggu mulai 2 MST dengan cara mengoven biomassa tajuk kedelai pada suhu 105 o C selama 24 jam. Jumlah tanaman yang diambil adalah 3 tanaman per petak percobaan. h. Jumlah polong isi dan hampa, bobot kering biji dan bobot 100 butir biji pada saat panen. i. Laju tumbuh relatif tanaman (LTR), dihitung dengan rumus: R = ln W2-ln W1 T2-T1 Ket.: R=Laju pertumbuhan relatif W=bobot kering tajuk kedelai pada saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST T=waktu 2. Gulma a. Persen penutupan gulma total dan gulma alang-alang pada setiap petak perlakuan dengan metode kuadrat 0.5 m x 0.5 m. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali. b. Jumlah pucuk alang-alang pada saat panen. c. Biomassa tajuk gulma total dan tajuk serta rhizoma gulma alang-alang tiap petakan dengan interval waktu 2 minggu sekali, diperoleh setelah gulma total dan gulma alang-alang dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 o C selam 24 jam. Biomassa gulma diambil secara acak

28 dengan menggunakan kuadrat 0.5 m x 0.5 m dengan cara memotong tajuk gulma tepat di atas permukaan tanah. Pengambilan rhizoma dilakukan dengan cara membongkar tanah sampai kedalaman 25 cm.

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan rata-rata selama percobaan berkisar antara 85 sampai 257 mm/bulan dengan hari hujan antara 5 sampai 15 hari. Keadaan ini hanya menjamin tersedianya cukup air pada saat perkecambahan benih dan pertumbuhan awal vegetatif kedelai, tetapi pada saat memasuki fase pertumbuhan generatif kedelai mulai mengalami kekurangan air. Suhu udara berkisar antara 22.0 sampai 31.6 o C dengan kelembaban udara rata-rata 85.3%. Hasil analisis sebelum percobaan menunjukkan bahwa ph tanah di lokasi percobaan adalah 4.9. Pemberian kapur dolomite dilakukan dua minggu sebelum tanam untuk menaikkan ph tanah. Pada akhir percobaan ph tanah menjadi 5.7. Pertumbuhan benih pada awal pertanaman cukup seragam dengan daya tumbuh sekitar 90%. Pada umur 5 MST tanaman mulai mengalami serangan hama. Hama yang menyerang tanaman selama percobaan antara lain Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.), Belalang, Kepik Coklat (Riptortus linearis F.), Kutu Aphis (Aphis glycine). Pengendalian yag dilakukan untuk menanggulangi hama ini adalah dengan cara penyemprotan insektisida yaitu Supracide dan Dithane dengan konsentrasi 2 cc/liter. Keadaan Gulma Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah pucuk, biomassa tajuk dan biomassa rhizoma pada akhir percobaan lebih rendah jika dibandingkan pada saat awal percobaan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan pertumbuhan kembali alang-alang semakin menurun setelah dilakukan pengolahan tanah dan penanaman kedelai pada saat percobaan. Penurunan tersebut disebabkan penebasan alang-alang dan pengolahan tanah yang dilakukan sebelum penanaman kedelai. Pengolahan tanah dilakukan 3 minggu setelah penebasan alang-alang sehingga pada saat pengolahan tanah dilakukan, alang-alang berada dalam fase pembentukan daun baru. Menurut Suryaningtyas (1996) pengolahan tanah akan memotong rhizoma alang-alang

30 dalam tanah dan menguras cadangan makanan yang ada di dalamnya sehingga alang-alang akan cepat mati. Tabel 1. Keadaan Gulma Alang-alang (Imperata cylindrica) pada Saat Awal dan Akhir Percobaan Peubah Jumlah Pucuk Biomassa Tajuk (g/0.25 m 2 ) Awal Perc. Akhir Percobaan Perlakuan (MST) BG 0-2 BG 0-4 BG 0-6 BG 0-8 BG 0-10 G a 16.23b 11.57c 6.36d 6.57d 5.33d 17.33a a 23.28c 15.63d 6.69e 3.47f 2.76f 26.12b Biomassa Rhizoma (g/0.25m 2 ) a 21.38c 18.89d 15.15e 12.44f 5.28g 27.81b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 % Faktor lain yang menyebabkan penurunan pertumbuhan kembali alangalang ini adalah akibat pertumbuhan tajuk kedelai yang cepat dimana tajuk sudah mulai saling menutup rapat pada minggu ke-4 sehingga menciptakan kondisi naungan bagi alang-alang. Menurut Moenandir (1993) gulma alang-alang akan tertekan pertumbuhannya di bawah kondisi naungan. Menurut Suryaningtyas (1996) alang-alang merupakan tumbuhan yang tidak tahan terhadap naungan sehingga pertumbuhannya akan sangat tertekan dalam kondisi ternaung. Persentase Penutupan Gulma Persentase penutupan gulma dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma tetapi tidak dipengaruhi oleh jarak tanam (Tabel Lampiran 5). Persentase penutupan gulma tertinggi pada 12 MST dicapai pada perlakuan bergulma 0-12 MST (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena gulma telah hadir mulai awal sampai akhir pertumbuhan kedelai.

31 Pada perlakuan periode bergulma 0-12 MST didapatkan hasil bahwa persentase penutupan gulma berlangsung relatif cepat pada umur 0-6 MST karena pertumbuhan kedelai masih relatif lambat dan tajuknya belum saling menutupi, setelah itu menurun hingga umur 10 MST. Penurunan ini disebabkan karena kedelai sudah memasuki pertumbuhan cepat dimana tajuknya sudah menaungi gulma, sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima gulma mulai berkurang. Akibatnya aktivitas fotosintesis gulma menurun dan pertumbuhannya terhambat. Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) suatu tanaman yang tumbuh cepat akan mampu menghambat pertumbuhan gulma. Menjelang panen yaitu umur MST penutupan gulma kembali berlangsung cepat. Penutupan gulma yang cepat ini disebabkan karena daun tanaman kedelai sudah mulai menguning dan rontok yang diakibatkan oleh aktivitas fisiologis kedelai menjelang panen. Hal ini menyebabkan penutupan tajuk kedelai menjadi sangat berkurang sehingga intensitas cahaya matahari yang didapatkan oleh gulma semakin besar. Intensitas cahaya matahari yang semakin besar akan menyebabkan laju fotosintesis yang semakin besar pula sehingga laju pertumbuhan gulma meningkat. Biomassa Gulma Biomassa gulma dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma tetapi tidak dipengaruhi oleh jarak tanam (Tabel Lampiran 6). Biomassa gulma tertinggi pada 12 MST dicapai pada perlakuan bergulma 0-12 MST (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama gulma berada di areal pertanaman kedelai maka biomassa gulma akan semakin besar karena sarana tumbuh yang digunakan juga semakin banyak. Biomassa gulma tertinggi terdapat pada minggu ke-6 dan setelah itu mulai mengalami penurunan sampai minggu ke-10, tetapi pada saat minggu ke-12 yaitu pada saat panen, biomassa gulma kembali mengalami peningkatan (Tabel 3). Pertambahan biomassa gulma yang lebih cepat pada periode awal pertumbuhan kedelai ini disebabkan karena tajuk kedelai belum menutup dengan sempurna sehingga gulma lebih mampu menggunakan sarana tumbuh yang ada di sekitarnya, terutama sinar matahari untuk proses fotosintesis.

32 Tabel 2. Persentase Penutupan Gulma Perlakuan Persentase Penutupan Gulma (%) 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Jarak Tanam GT GA GT GA GT GA GT GA GT GA GT GA 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 0.00d 0.00d 16.11d 10.44d 41.44d 16.11d 60.89c 25.11d 75.33b 27.11c 84.56b 36.44b BG 0-4 MST 0.00d 0.00d 0.00e 0.00e 18.89e 6.11e 43.78d 7.67e 59.67c 10.22d 67.78c 18.33c BG 0-6 MST 0.00d 0.00d 0.00e 0.00e 0.00f 0.00f 13.33e 5.33f 25.89d 7.67e 63.33c 13.56d BG 0-8 MST 0.00d 0.00d 0.00e 0.00e 0.00f 0.00f 0.00f 0.00g 13.11e 6.22f 17.33d 9.44e BG 0-10 MST 0.00d 0.00d 0.00e 0.00e 0.00f 0.00f 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g 7.00e 5.44f BG 0-12 MST 0.00d 0.00d 0.00e 0.00e 0.00f 0.00f 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g G 0-2 MST 25.67c 13.33b 0.00e 0.00e 0.00f 0.00f 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g G 0-4 MST 25.44c 13.44b 43.22b 21.22bc 0.00f 0.00f 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g G 0-6 MST 25.89c 13.22b 40.44c 26.89a 68.00c 32.44a 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g G 0-8 MST 31.11a 14.89a 45.11a 23.33b 67.33c 33.22a 74.33b 34.22b 0.00f 0.00g 0.00f 0.00g G 0-10 MST 28.67b 11.33c 42.89b 21.00bc 70.67b 29.44b 75.22b 36.11a 81.56a 32.67b 0.00f 0.00g G 0-12 MST 31.44a 13.44b 43.89ab 19.55c 72.67a 27.00c 79.11a 29.67c 82.67a 34.44a 91.77a 41.33a Keterangan : -Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 % -BG=Bersih Gulma; G=Bergulma -GT=Gulma Total; GA=Gulma Alang

33 Tabel 3. Rata-rata Biomassa Gulma (g/0.25 m 2 ) Perlakuan Biomassa Gulma (g/0.25 m 2 ) 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Jarak Tanam GT GA GT GA GT GA GT GA GT GA GT GA 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 0.00f 0.00c 12.55d 4.83d 44.75b 6.61c 48.24c 13.64c 47.06c 19.37b 53.15b 23.28b BG 0-4 MST 0.00f 0.00c 0.00e 0.00e 11.95c 4.62d 14.37d 8.59d 19.63d 11.49d 21.58c 15.63c BG 0-6 MST 0.00f 0.00c 0.00e 0.00e 0.00d 0.00e 5.15e 2.45e 8.10e 2.98e 11.71d 6.69d BG 0-8 MST 0.00f 0.00c 0.00e 0.00e 0.00d 0.00e 0.00f 0.00f 4.23f 1.67f 9.22d 3.47e BG 0-10 MST 0.00f 0.00c 0.00e 0.00e 0.00d 0.00e 0.00f 0.00f 0.00g 0.00g 7.66d 2.76e BG 0-12 MST 0.00f 0.00c 0.00e 0.00e 0.00d 0.00e 0.00f 0.00f 0.00g 0.00g 0.00e 0.00f G 0-2 MST 4.70b 3.13a 0.00e 0.00e 0.00d 0.00e 0.00f 0.00f 0.00g 0.00g 0.00e 0.00f G 0-4 MST 2.33d 2.97a 21.39c 8.55b 0.00d 0.00e 0.00f 0.00f 0.00g 0.00g 0.00e 0.00f G 0-6 MST 3.62c 3.36a 23.43c 11.75a 44.69b 16.56a 0.00f 0.00f 0.00g 0.00g 0.00e 0.00f G 0-8 MST 3.77c 3.14a 26.31a 7.87b 44.31b 14.58b 46.20c 17.47b 0.00g 0.00g 0.00e 0.00f G 0-10 MST 7.87a 3.27a 26.78a 8.50b 59.75a 16.50a 54.82b 19.85a 57.12b 18.57c 0.00e 0.00f G 0-12 MST 2.46e 2.19b 24.76a 5.65c 44.39b 14.93b 67.99a 20.41a 63.64a 21.79a 63.54a 26.12a Keterangan : -Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 % -BG=Bersih Gulma; G=Bergulma -GT=Gulma Total; GA=Gulma Alang

34 Pada 6 MST terlihat bahwa biomassa gulma mulai mengalami penurunan karena kanopi kedelai mulai menutup dan pertumbuhan kedelai mulai maksimum. Pada minggu ke-10 sampai panen biomassa gulma kembali mengalami peningkatan karena daun dan cabang kedelai sudah mulai menguning dan rontok sehingga gulma mampu mendapatkan intensitas penyinaran yang cukup untuk proses fotosintesisnya. Biomassa Rhizoma Alang-alang Jarak tanam berpengaruh terhadap biomassa rhizoma alang-alang pada 10 MST (Tabel Lampiran 7). Jarak tanam 30 cm x 20 cm menghasilkan biomassa rhizoma alang-alang yang paling rendah yaitu sebesar 8.26 g/0.25 m 2 (Tabel 4) karena pada jarak tanam ini penutupan tajuk kedelai lebih rapat sehingga menghasilkan tingkat naungan kanopi kedelai yang lebih tinggi. Tabel 4. Berat Kering Rhizoma Alang-alang Perlakuan Biomassa Rhizoma Alang-alang (g/0.25 m 2 ) 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Jarak Tanam 60 cm x 10 cm a cm x 15 cm a cm x 20 cm b 8.26 Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 0.00d 3.45d 9.15e 11.61d 16.21c 21.38b BG 0-4 MST 0.00d 0.00e 4.75f 9.36e 15.26d 18.89c BG 0-6 MST 0.00d 0.00e 0.00g 7.58f 12.58e 15.15d BG 0-8 MST 0.00d 0.00e 0.00g 0.00g 4.97f 12.44e BG 0-10 MST 0.00d 0.00e 0.00g 0.00g 0.00g 5.28f BG 0-12 MST 0.00d 0.00e 0.00g 0.00g 0.00g 0.00g G 0-2 MST 2.89bc 0.00e 0.00g 0.00g 0.00g 0.00g G 0-4 MST 3.45a 5.59b 0.00g 0.00g 0.00g 0.00g G 0-6 MST 3.22ab 6.42a 16.27a 0.00g 0.00g 0.00g G 0-8 MST 2.83c 4.69c 12.99c 18.82c 0.00g 0.00g G 0-10 MST 3.27a 4.79c 12.08d 19.45b 25.59a 0.00g G 0-12 MST 2.77c 5.37b 15.56b 21.42a 24.56b 27.81a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma

35 Menurut Suryaningtyas (1996) naungan dapat menurunkan biomassa daun dan rhizoma alang-alang serta mengurangi kemampuan gulma tersebut untuk bersaing dengan tanaman pokok dalam pemanfaatan unsur hara dan air. Perlakuan periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap biomassa rhizoma alang-alang (Tabel Lampiran 6). Biomassa rhizoma alang-alang tertinggi didapatkan pada perlakuan periode bergulma 0-12 MST karena semakin lama alang-alang berada di areal pertanaman maka penggunaan sarana tumbuh akan semakin besar sehingga produksi dan akumulasi fotosintat di rhizoma akan semakin besar. Kehadiran gulma berdaun lebar sesudah pengolahan tanah juga akan menghambat produksi rhizoma alang-alang pada akhir percobaan (Tabel 1). Menurut Rachman et al., (1994) pengolahan tanah dan penanaman tanaman kacangan di lahan alang-alang akan menghambat pertumbuhan alang-alang akibat kondisi naungan yang diciptakan oleh munculnya dominasi gulma berdaun lebar. Jumlah Pucuk Alang-alang Jumlah pucuk alang-alang pada saat panen dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma tetapi tidak dipengaruhi oleh jarak tanam kedelai (Tabel Lampiran 8). Jumlah pucuk alang-alang tertinggi pada saat panen terdapat pada perlakuan periode bergulma 0-12 MST karena semakin lama alang-alang berada di areal pertanaman kedelai maka biomassa alang-alang akan semakin besar karena sarana tumbuh yang digunakan semakin banyak. Tabel 5. Jumlah Pucuk Alang-alang pada Saat Panen Perlakuan Jumlah Pucuk Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm 5.08 Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 16.23a BG 0-4 MST 11.56b BG 0-6 MST 6.36c BG 0-8 MST 6.56c BG 0-10 MST 5.33c G 0-12 MST 17.33a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma

36 Jumlah pucuk terendah terdapat pada perlakuan bersih gulma 0-10 MST karena alang-alang baru mulai tumbuh sehingga pertumbuhannya belum maksimal. Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Kedelai Tinggi Tanaman Kedelai Tinggi tanaman kedelai dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma pada 6 dan 7 MST, tetapi tidak dipengaruhi oleh jarak tanam (Tabel Lampiran 9). Pada 7 MST tinggi tanaman kedelai tertinggi dicapai oleh perlakuan bersih gulma 0-12 MST dimana perlakuan bersih gulma 0-12 MST ini berbeda nyata dengan perlakuan bergulma 0-4 MST, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan bersih gulma 0-2 MST (Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST abc 60.27ab BG 0-4 MST a 63.04a BG 0-6 MST abc 60.78ab BG 0-8 MST ab 61.39ab BG 0-10 MST ab 60.87ab BG 0-12 MST ab 64.36a G 0-2 MST a 60.68ab G 0-4 MST bcd 54.62bc G 0-6 MST abc 58.15abc G 0-8 MST abc 57.65abc G 0-10 MST cd 55.94bc G 0-12 MST d 52.38c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Hasil tersebut menunjukkan bahwa kehadiran gulma mulai 2 MST yaitu saat awal tanam akan mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman kedelai karena pada masa awal tanam terjadi penambahan tinggi kedelai yang sangat cepat. Pada saat ini sarana tumbuh yang tersedia harus dapat mencukupi kebutuhan tanaman

37 sehingga kehadiran gulma akan menyebabkan berkurangnya pasokan hara yang dapat diserap oleh kedelai. Menurut Sukman dan Yakub (1991) gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman, dimana pada bobot kering yang sama gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada tanaman Jumlah Daun Jumlah daun kedelai tidak dipengaruhi oleh jarak tanam tetapi dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma pada 4, 5, 6, 7 MST (Tabel Lampiran 10). Pada minggu ke-7 jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan bergulma 0-2 MST dan jumlah daun terkecil diperoleh pada perlakuan bergulma 0-12 MST (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Jumlah Daun Kedelai Perlakuan Jumlah Daun Kedelai 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST b 11.0bcde 12.7b 12.7c BG 0-4 MST a 11.6abc 12.6ab 12.6bc BG 0-6 MST ab 11.2cd 12.7b 12.7c BG 0-8 MST b 11.9b 13.9a 13.9ab BG 0-10 MST ab 10.8bcde 12.9ab 12.9abc BG 0-12 MST ab 11.6abc 13.1b 13.1bc G 0-2 MST bc a 14.6a G 0-4 MST abc 10.2cdef 11.7b 11.7c G 0-6 MST bc 11.3bcd 13.3ab 13.3abc G 0-8 MST c 9.3f 11.4b 11.4 G 0-10 MST abc 10.1def 11.9b 11.9c G 0-12 MST c 9.8f 11.8b 11.8c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Hasil tersebut menunjukkan bahwa kehadiran gulma pada 0-2 MST tidak berpengaruh terhadap pertumbahan jumlah daun kedelai, tetapi apabila gulma mulai hadir pada 2 MST sampai panen maka pertambahan jumlah daun kedelai akan terhambat. Hal ini disebabkan karena hingga umur 2 MST kondisi

38 perkembangan gulma masih dalam fase pertumbuhan lambat, sehingga belum secara nyata menghambat pertambahan jumlah daun kedelai. Akan tetapi semakin lama gulma berada di areal pertanaman kedelai maka jumlah daun kedelai akan semakin berkurang karena semakin meningkatnya kompetisi gulma dan kedelai dalam mendapatkan sarana tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan daun tersebut. Jumlah Cabang Jumlah cabang kedelai tidak dipengaruhi oleh jarak tanam tetapi dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma pada 5, 6, 7 MST (Tabel Lampiran 11). Jumlah cabang produktif paling tinggi pada 7 MST didapat pada perlakuan bergulma 0-2 MST (Tabel 8). Tabel 8. Rata-rata Jumlah Cabang Kedelai Perlakuan Jumlah Cabang Kedelai 5 MST 6 MST 7 MST Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 1.58abc 1.70abc 1.70abc BG 0-4 MST 1.53abc 1.69abc 1.69abc BG 0-6 MST 1.47abc 1.56bc 1.56bc BG 0-8 MST 1.69ab 1.87ab 1.87ab BG 0-10 MST 1.33bc 1.51bc 1.51bc BG 0-12 MST 1.67ab 1.78abc 1.78abc G 0-2 MST 1.93a 2.16a 2.16a G 0-4 MST 1.40abc 1.42bc 1.489bc G 0-6 MST 1.56abc 1.67abc 1.67abc G 0-8 MST 1.16bc 1.29c 1.29c G 0-10 MST 1.49abc 1.62bc 1.62bc G 0-12 MST 1.09c 1.40bc 1.40bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Hal ini disebabkan karena pengamatan di lapang menunjukkan bahwa cabang kedelai baru mulai terbentuk pada minggu ke-5 sehingga kehadiran gulma pada 2 MST belum menghambat pembentukan cabang kedelai. Pertumbuhan

39 gulma pada 2 MST ini juga masih lambat sehingga kompetisi dalam menggunakan sarana tumbuh belum tinggi. Dari hasil Tabel 8 terlihat bahwa semakin lama gulma berada di areal pertanaman kedelai maka jumlah cabang kedelai akan semakin sedikit. Terhambatnya pembentukan cabang kedelai ini disebabkan karena kebutuhan sarana tumbuh yang semakin terbatas akibat kompetisi gulma dan tanaman. Jumlah Bintil Akar Perlakuan jarak tanam serta periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap jumlah total bintil akar dan jumlah bintil akar aktif kedelai (Tabel Lampiran 12). Dari Tabel 9 didapatkan hasil bahwa jumlah total bintil akar berkisar antara 7.67 sampai dengan sedangkan jumlah bintil akar aktif berkisar antara 4.00 sampai dengan Jumlah bintil ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan potensi bintil akar yang bisa dihasilkan oleh kedelai varietas Wilis. Menurut Inawati (2000) jumlah bintil akar kedelai varietas Wilis mencapai bintil akar per tanaman. Rendahnya jumlah bintil akar ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor dimana salah satunya adalah faktor kemasaman tanah. Menurut Ningsih dan Anas (2004) tanah yang sangat masam dapat menyebabkan rendahnya infektifitas bakteri bintil akar serta menekan pertumbuhan bintil akar pada tanaman. Kemasaman yang tinggi merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan, kolonisasi, dan daya hidup bakteri bintil akar. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa nilai ph tanah adalah 5.6. Menurut Adisarwanto dan Wudianto (1999) bakteri Rhizobium dan tanaman kedelai dapat melakukan simbiose dengan baik pada tanah yang subur yang banyak mengandung unsur P. Tingkat kemasaman tanah yang rendah akan menyebabkan proses pembentukan dan perkembangan bintil akar kedelai sebagai hasil simbiosis dari bakteri Rhizobium dan perakaran kedelai menjadi terhambat karena pada ph yang rendah tanah akan kekurangan unsur P, sehingga jumlah total bintil akar dan bintil akar aktif yang dihasilkan menjadi sangat sedikit. Faktor lain yang mungkin berperan

40 pada sedikitnya jumlah bintil akar yang dihasilkan ini adalah kesesuaian antara bakteri Rhizobium yang diinokulasi dengan kedelai. Tabel 9. Rata-rata Jumlah Total Bintil Akar Kedelai dan Jumlah Bintil Akar Aktif Kedelai pada 4 MST Perlakuan Jumlah Bintil Akar Total/Tanaman Jumlah Bintil Akar Aktif/Tanaman Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST BG 0-4 MST BG 0-6 MST BG 0-8 MST BG 0-10 MST BG 0-12 MST G 0-2 MST G 0-4 MST G 0-6 MST G 0-8 MST G 0-10 MST G 0-12 MST Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Biomassa Tajuk Kedelai Biomassa kedelai mencerminkan efisiensi penangkapan energi matahari dan penimbunan fotosintat selama pertumbuhan tanaman. Ketersediaan sarana tumbuh sangat berpengaruh terhadap tingkat akumulasi fotosintat. Jarak tanam berpengaruh terhadap biomassa tajuk kedelai pada 12 MST (Tabel Lampiran 13). Biomassa kedelai tertinggi didapatkan pada perlakuan jarak tanam 40 cm x 15 cm sedangkan biomassa kedelai terendah didapatkan pada jarak tanam 60 cm x 10 cm (Tabel 10). Hal ini mungkin berkaitan dengan kondisi kelembapan tanah pertanaman kedelai yang berbeda pada masing-masing jarak tanam. Menurut Adisarwanto dan Wudianto (1999) pada saat kedelai memasuki panen tanah harus kering dan cukup sinar matahari sehingga akan mempercepat pengeringan batang dan daun kedelai sebagai indikator panen. Kelembapan tanah

41 paling rendah diduga terdapat pada jarak tanam 60 cm x 10 cm karena penetrasi sinar matahari yang lebih besar ke tanah sehingga pengeringan dan waktu rontoknya daun kedelai lebih cepat. Hal ini disebabkan karena jarak baris tanaman yang lebar sehingga penutupan tajuk kedelai tidak serapat penutupan tajuk kedelai pada dua jarak tanam yang lain. Tabel 10. Rata-rata Biomassa Tajuk Kedelai Perlakuan 2 MST 4 MST Biomassa Tajuk Kedelai (g/ tanaman) MST MST MST 12 MST Jarak Tanam 60 cm x 10 cm b 40 cm x 15 cm a 30 cm x 20 cm ab Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST abc 19.84abc 29.33cde 33.21cd BG 0-4 MST a 20.12abc 29.81bcd 33.78cd BG 0-6 MST ab 20.08abc 29.63bcde 36.43abcd BG 0-8 MST a 20.51ab 36.65ab 43.32ab BG 0-10 MST abc 20.71ab 36.59ab 39.45abc BG 0-12 MST a 21.06a 38.67a 44.62a G 0-2 MST ab 18.42abcd 35.09abc 44.19ab G 0-4 MST abc 18.93abc 29.04cde 36.20abcd G 0-6 MST abc 16.05cd 31.49bcd 35.37bcd G 0-8 MST bc 16.62bcd 29.21cde 32.13cd G 0-10 MST abc 16.28bcd 25.86de 29.79d G 0-12 MST c 15.08d 22.66e 28.20d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap biomassa tajuk kedelai pada 4, 6, 8, 10 MST (Tabel Lampiran 13). Pada umur tersebut biomassa kedelai tertinggi dicapai pada perlakuan bersih gulma 0-12 MST dan terendah pada perlakuan bergulma 0-12 MST (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama periode gulma berada di areal pertanaman kedelai maka pertumbuhan kedelai akan semakin terhambat karena terjadinya kompetisi antara tanaman kedelai dan gulma dalam memanfaatkan sarana tumbuh.

42 Salah satu sarana tumbuh yang paling diperebutkan pada kondisi persaingan ini adalah air karena persaingan memperebutkan air pada umumnya terjadi pada pertanian lahan kering khususnya pada saat memasuki musim kemarau. Pada bulan Juni daerah Cigudeg dimana penelitian ini berlangsung sudah memasuki bulan kemarau yang ditandai dengan curah hujan bulanan dan hari hujan yang semakin rendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Menurut stasiun klimatologi Bogor curah hujan daerah Cigudeg pada bulan Juni dan Juli adalah 85 mm/bulan dan 75 mm/bulan sedangkan hari hujannya masing-masing 5 dan 8 hari. Padahal pada bulan ini terjadi proses pembentukan dan pengisian polong yang sangat membutuhkan ketersediaan air yang cukup. Menurut Sastroutomo (1990) kompetisi pertama kali terjadi terhadap sarana tumbuh yang jumlahnya paling terbatas. Disisi lain gulma membutuhkan kebutuhan air yang banyak untuk hidupnya. Menurut Sukman dan Yakup (1991) untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 sampai 1900 liter air dimana kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali kebutuhan untuk pertanaman. Oleh karena itu semakin lama periode bergulma pada pertanaman kedelai, maka persaingan untuk mendapatkan air akan semakin tinggi. Laju Tumbuh Relatif Tanaman Jarak tanam berpengaruh terhadap Laju Tumbuh Relatif (LTR) kedelai (Tabel Lampiran 14). Pada selang 2-4 MST LTR tertinggi didapatkan pada jarak tanam 30 cm x 20 cm yang disebabkan oleh pemanfaatan ruang tumbuh yang lebih optimal sehingga penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis dapat berlangsung lebih baik. Pada selang MST LTR tertinggi terdapat pada jarak tanam 40 cm x 15 cm sedangkan LTR kedelai terendah didapatkan pada jarak tanam 60 cm x 10 cm (Tabel 11). Pada jarak tanam 60 cm x 10 cm ini proses rontoknya daun kedelai dan pengeringan polong lebih cepat terjadi karena kondisi jarak antara barisan tanaman yang lebar sehingga tingkat penetrasi cahaya matahari yang mengenai tanah lebih tinggi. Penetrasi cahaya yang lebih tinggi ini diduga akan mengakibatkan tingkat kelembaban di pertanaman kedelai menjadi lebih rendah sehingga proses pengeringan daun, polong dan batang kedelai lebih cepat terjadi.

43 Periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap LTR kedelai pada selang 2-4 MST dan MST (Tabel Lampiran 14). Pada selang 2-4 MST LTR tertinggi terdapat pada perlakuan bersih gulma 0-8 MST sedangkan LTR terendah terdapat pada perlakuan bergulma 0-8 MST, karena kedelai yang berasosiasi semakin lama dengan gulma akan semakin terbatas dalam memanfaatkan unsur hara. Salah satu unsur hara yang sangat dibutuhkan adalah N dimana menurut Suprapto (1999) bintil akar kedelai baru mulai terbentuk pada 3 MST. Oleh karena itu kehadiran gulma mulai awal pertumbuhan sampai 4 MST akan membatasi penyerapan N oleh kedelai sehingga LTR kedelai menjadi rendah. Pada selang MST LTR kedelai mulai menunjukkan nilai negatif akibat terjadinya penurunan biomas kedelai yang disebabkan oleh daun dan cabang kedelai mulai mengering dan rontok menjelang panen. Tabel 11. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif Kedelai Perlakuan 2-4 MST Laju Tumbuh Relatif Kedelai (g/minggu) MST MST MST MST Jarak Tanam 60 cm x 10 cm 1.27b c 40 cm x 15 cm 1.22c a 30 cm x 20 cm 1.30a b Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 1.22ab ab BG 0-4 MST 1.32a ab BG 0-6 MST 1.31a bc BG 0-8 MST 1.34a c BG 0-10 MST 1.23ab abc BG 0-12 MST 1.32a bc G 0-2 MST 1.31a abc G 0-4 MST 1.21ab ab G 0-6 MST 1.32a ab G 0-8 MST 1.17b abc G 0-10 MST 1.25ab a G 0-12 MST 1.17b ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma

44 Interaksi perlakuan jarak tanam dan periode bersih gulma dan bergulma berpengaruh terhadap laju tumbuh relatif kedelai pada 12 MST (Tabel Lampiran 14). LTR kedelai tertinggi didapatkan pada pengaruh interaksi jarak tanam 30 cm x 20 cm dan periode bergulma 0-10 MST (Tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwa pada interaksi perlakuan tersebut pengeringan tajuk kedelai akan berlangsung lebih lama yang ditandai dengan polong yang masih berwarna hijau serta daun dan cabang kedelai yang baru menguning sebagian pada saat panen. Dengan demikian kehadiran gulma menjelang panen kedelai serta jarak baris tanaman kedelai yang rapat akan memperlambat laju pengeringan tajuk dan polong tanaman kedelai. Tabel 12. Nilai LTR Kedelai Pada 12 MST Akibat Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma Perlakuan Laju Tumbuh Relatif Kedelai (g/minggu) 60 cm x 10 cm 40 cm x 15 cm 30 cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST -0.04abcdefgh 0.07abcdefg 0.01abcdefgh BG 0-4 MST 0.11abcdefg -0.03abcdefgh 0.14abcde BG 0-6 MST -0.17fghi 0.03abcdefgh -0.11cdefgh BG 0-8 MST -0.44i 0.00abcdefgh -0.15defgh BG 0-10 MST -0.14defgh 0.08abcdefg -0.13defgh BG 0-12 MST -0.04abcdefgh 0.09abcdefg -0.27hi G 0-2 MST -0.14defgh -0.04abcdefgh 0.01abcdefgh G 0-4 MST -0.08bcdefgh 0.04abcdefgh -0.01abcdefgh G 0-6 MST -0.02abcdefgh 0.07abcdefg 0.19abc G 0-8 MST -0.18fghi 0.11abcdefg -0.01abcdefgh G 0-10 MST -0.10cdefgh 0.16abcd 0.26a G 0-12 MST -0.20ghi 0.22ab 0.11abcdef Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Indeks Luas Daun Kedelai Indeks luas daun (ILD) kedelai tidak dipengaruhi oleh jarak tanam, periode kompetisi gulma dan interaksi antara jarak tanam dan periode kompetisi gulma (Tabel Lampiran 15). ILD berkisar antara 1.3 sampai dengan 1.9 (Tabel 13). Hal ini berarti tanaman masih mampu memanfaatkan ruang tumbuh secara optimal sehingga pertambahan luas daun kedelai tidak terhambat. Menurut Inawati (2001) pertambahan jumlah daun erat kaitannya dengan kompetisi ruang

45 tumbuh. Akan tetapi berdasarkan Tabel 13 terdapat kecenderungan semakin lama gulma berada pada areal pertanaman kedelai maka ILD kedelai akan semakin menurun karena kehadiran gulma akan menyebabkan kedelai tidak mampu menggunakan sarana tumbuh disekitarnya dengan maksimal, sehingga pertumbuhan dan perkembangan daun menjadi terhambat. Tabel 13. Rata-rata ILD Kedelai Perlakuan Indeks Luas Daun Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm 1.7 Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 1.4 BG 0-4 MST 1.4 BG 0-6 MST 1.9 BG 0-8 MST 1.9 BG 0-10 MST 1.9 BG 0-12 MST 1.6 G 0-2 MST 1.9 G 0-4 MST 1.7 G 0-6 MST 1.5 G 0-8 MST 1.8 G 0-10 MST 1.5 G 0-12 MST 1.3 Saat Berbunga Kedelai Jarak tanam, periode kompetisi gulma maupun interaksi antara jarak tanam dan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap saat berbunga kedelai (Tabel Lampiran 16). Berdasarkan Tabel 14 saat berbunga kedelai berkisar antara HST (hari setelah tanam). Hal ini menunjukkan bahwa umur berbunga tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetis tanaman, misalnya verietas atau kondisi iklim daerah pertanaman kedelai. Menurut Soejono (2005) umur berbunga kedelai lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman.

46 Tabel 14. Rata-rata Saat Berbunga Kedelai Perlakuan Waktu Berbunga (HST) Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm 35.8 Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 35.7 BG 0-4 MST 35.9 BG 0-6 MST 35.9 BG 0-8 MST 35.8 BG 0-10 MST 36.0 BG 0-12 MST 35.6 G 0-2 MST 35.3 G 0-4 MST 35.9 G 0-6 MST 36.1 G 0-8 MST 36.1 G 0-10 MST 35.4 G 0-12 MST 35.8 Produksi Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap produksi kedelai tetapi dipengaruhi oleh perlakuan periode kompetisi gulma (Tabel Lampiran 17). Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa hasil semakin menurun dengan semakin lamanya periode bergulma berlangsung. Berkurangnya produksi disebabkan karena hasil fotosintesis yang ditranslokasikan untuk pembentukan dan pengisian polong berkurang. Hasil fotosintesis yang berkurang ini diakibatkan oleh laju fotosintesis tanaman menurun akibat terjadinya persaingan dengan gulma dalam memperoleh sarana tumbuh. Kehadiran gulma mulai 2 MST akan menimbulkan penurunan hasil yang nyata karena akan menghambat pertumbuhan vegetatif serta pembentukan dan pengisian polong pada umur 7-9 MST. Fachruddin (2000) menyatakan bahwa fase pembentukan polong dan pengisian biji membutuhkan ketersediaan air yang cukup. Ketersediaan sarana tumbuh yang mencukupi seperti air akan memungkinkan translokasi dan akumulasi fotosintat di polong berlangsung dengan baik. Hadirnya gulma mulai 2 MST sampai panen akan mengurangi

47 pasokan air dan translokasi unsur hara sehingga pertumbuhan vegetatif kedelai dan hasil bobot biji kedelai per petak akan sangat menurun. Tabel 15. Hasil Panen, Jumlah Polong Isi dan Jumlah Polong Hampa Kedelai Perlakuan Periode Hasil Panen/ tanaman (g) Jumlah Polong Isi/tanaman Jumlah Polong Hampa/tanaman Persentase Polong Isi/tanaman (%) Jarak Tanam 60 cm x 10 cm b cm x 15 cm a cm x 20 cm a Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 3.43d BG 0-4 MST 3.58d BG 0-6 MST 4.63b BG 0-8 MST 4.57b BG 0-10 MST 4.39bc BG 0-12 MST 5.54a G 0-2 MST 4.59b G 0-4 MST 3.86cd G 0-6 MST 3.69d G 0-8 MST 3.70d G 0-10 MST 3.46d G 0-12 MST 3.28d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Hasil panen tertinggi didapatkan pada perlakuan bersih gulma 0-12 MST karena sarana tumbuh tercukupi sehingga fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Pada saat tersebut fase pertumbuhan vegetatif kedelai, pembungaan, pembentukan polong dan pengisian biji tidak terganggu oleh kompetisi gulma, sehingga penyimpanan asimilat oleh biji menjadi maksimal. Jumlah polong isi dan polong hampa kedelai tidak dipengaruhi oleh periode kompetisi gulma tetapi jumlah polong isi dipengaruhi oleh jarak tanam (Tabel Lampiran 18). Jumlah polong isi kedelai tertinggi kedelai didapat pada perlakuan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Hal ini diduga karena jarak tanam tersebut dapat memberikan ruang tumbuh optimum sehingga polong isi yang terbentuk semakin banyak. Jumlah polong isi yang yang lebih sedikit dari perlakuan jarak

48 tanam lain disebabkan karena adanya persaingan yang lebih besar dalam pengambilan zat hara dan cahaya antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma akibat ruang tumbuh yang tidak optimum. Bobot 100 Butir dan Bobot Kering 100 Butir Bobot 100 butir biji kedelai dan bobot kering 100 butir biji kedelai tidak dipengaruhi oleh perlakuan jarak tanam maupun periode kompetisi gulma (Tabel Lampiran 19). Berdasarkan Tabel 16 bobot 100 butir kedelai berkisar antara 8.70 sampai dengan 9.54 sedangkan bobot kering 100 butir kedelai berkisar antara 8.22 sampai dengan Tabel 16. Rata-rata Bobot 100 Butir dan Bobot Kering 100 Butir Kedelai Hal ini disebabkan karena kedelai mampu mendapatkan cahaya secara optimal sehingga proses fotosintesis dan pengisian asimilat ke polong tidak terganggu. Menurut Inawati (2001) proses fotosintesis dan pengisian asimilat dapat terjadi dengan baik apabila tanaman mampu mendapatkan cahaya secara optimal. Perlakuan Bobot 100 Butir (g) Bobot Kering 100 Butir (g) Jarak Tanam 60 cm x 10 cm cm x 15 cm cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST BG 0-4 MST BG 0-6 MST BG 0-8 MST BG 0-10 MST BG 0-12 MST BG 0-2 MST G 0-4 MST G 0-6 MST G 0-8 MST G 0-10 MST G 0-12 MST

49 Periode Kritis Pertumbuhan tanaman kedelai secara umum dipengaruhi oleh kompetisi gulma dimana indikator besar kecilnya hasil kedelai ditunjukkan oleh biji kedelai yang dihasilkan. Penurunan hasil panen apabila gulma dibiarkan berada di areal pertanaman kedelai dari awal tanam sampai panen adalah % pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, % pada jarak tanam 40 cm x 15 cm dan % pada jarak tanam 30 cm x 20 cm. Oleh karena itu salah satu cara menentukan periode kritis tanaman kedelai terhadap kompetisi gulma adalah dengan menggunakan peubah bobot panen kedelai. Hubungan antara periode bersih gulma dan bergulma terhadap hasil panen kedelai pada semua jarak tanam menunjukkan hubungan yang menggambarkan semakin lama periode bersih gulma maka semakin tinggi nilai hasil panen kedelai dan begitu pula sebaliknya. Tabel 17. Rata-rata Bobot Panen Kedelai Pada Perlakuan Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma Perlakuan Bobot Panen (Ton/ha) 60 cm x 10 cm 40 cm x 15 cm 30 cm x 20 cm Periode Kompetisi Gulma BG 0-2 MST 1.17ghij 1.16ghij 1.09hij BG 0-4 MST 1.21fghij 1.24efghij 1.13hij BG 0-6 MST 1.61abcdef 1.49abcdefghi 1.53abcdefgh BG 0-8 MST 1.48abcdefghi 1.70abcd 1.38cdefghij BG 0-10 MST 1.44bdcefghij 1.59abcdefg 1.37cdefghij BG 0-12 MST 1.89a 1.86ab 1.79abc G 0-2 MST 1.67abcde 1.48abcdefghi 1.44bcdefghij G 0-4 MST 1.14hij 1.37cdefghi 1.35defghij G 0-6 MST 1.22fghij 1.31defghij 1.16ghij G 0-8 MST 1.27cdefghij 1.28cdefghij 1.14hij G 0-10 MST 1.22efghij 1.11hij 1.13hij G 0-12 MST 1.03j 1.05ij 1.19fghij Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5 %; BG=Bersih Gulma, G=Bergulma Berdasarkan periode bersih gulma pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm dan 30 cm x 20 cm, bobot panen kedelai pada perlakuan bersih gulma 0-4 MST berbeda nyata dengan kontrol (bersih gulma 0-12 MST) sedangkan perlakuan bersih gulma 0-6 MST tidak berbeda nyata (Tabel 17).

50 Keadaan tersebut menggambarkan bahwa gulma harus dikendalikan sejak awal tanam hingga 6 MST sehingga hasilnya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Berdasarkan periode bergulma, bobot panen perlakuan periode bergulma 0-4 MST pada jarak tanam 60 cm x 15 cm, 40 cm x 15 cm dan 30 cm x 20 cm mulai berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan perlakuan bergulma 0-2 MST tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa gulma baru menurunkan hasil secara nyata jika berada di areal pertanaman kedelai selama 4 minggu sejak tanam. Dari perlakuan periode bersih gulma diketahui bahwa kedelai pada semua jarak tanam membutuhkan penyiangan selama 6 MST agar dominasi tanaman tercapai sehingga kehilangan hasil panen tidak nyata, tetapi jika dilihat dari perlakuan periode bergulma selama 2 minggu sejak tanam gulma belum menurunkan hasil secara nyata jika dibandingkan dengan kontrol yaitu perlakuan bersih gulma 0-12 MST. Dengan demikian periode kritis kedelai terhadap kompetisi gulma pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm, dan 30 cm x 20 cm terjadi pada umur 2-6 MST (Gambar 1). Menurut Kasasian dan Seeyave dalam Zimdahl (1980) periode kritis tanaman terjadi pada 25% sampai 33 % pertama dari siklus hidup tanaman, sedangkan Mercado dalam Varina (1991) menyatakan bahwa periode kritis pertanaman berkisar antara 33% sampai 50 % dari umur tanaman. Menurut Adisarwanto dan Wudianto (2002) penyiangan saat tanaman kedelai berumur 15 dan 30 hari dapat meningkatkan hasil sampai 130 % dibandingkan lahan yang tidak disiang. Periode kritis kedelai terhadap kompetisi gulma terjadi pada umur yang sama pada semua jarak tanam. Hal ini disebabkan karena bobot biomassa gulma adalah sama pada masing-masing jarak tanam (Tabel 3) sehingga terjadi tingkat persaingan yang sama antara kedelai dan gulma dalam mendapatkan sarana tumbuh. Menurut Zimdahl (1980) jarak baris yang berbeda pada tanaman kedelai akan menghasilkan kepadatan gulma yang sama pada saat panen sedangkan menurut Moenandir (1993) tingkat kompetisi antara kedelai dan gulma lebih dipengaruhi oleh kepadatan dan spesies gulma Dengan demikian periode kritis kedelai terhadap kompetisi gulma terjadi pada umur yang sama baik pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm maupun jarak tanam 30 cm x 20 cm.

51 Bobot Panen (Ton/ha) Periode Bersih Gulma 1.67 D E 1.17 A B Bobot Panen (Ton/ha) sasasasassasasasasasasas(ton/ C 1.89 F 1.03 Periode Bergulma I ( MST) Bobot Panen (Ton/ha) Periode Bersih Gulma 1.48 D E 1.16 A B Bobot Panen (Ton/ha) sasasasassasasasasasasas(ton/ C 1.86 F 1.05 Periode Bergulma II ( MST) Bobot Panen (Ton/ha) Periode Bersih Gulma 1.44 D E 1.09 A B Bobot Panen (Ton/ha) sasasasassasasasasasasas(ton/ C 1.79 F 1.19 Periode Bergulma III ( MST) : Periode bersih gulma ( ABC ) : Selang Periode Kritis : Periode bergulma ( DEF ) Garis datar : Periode perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol (C ) Garis miring : Periode perlakuan berbeda nyata dengan kontrol ( C ) Gambar 1. Ilustrasi Hasil Uji Lanjut Respon Hasil Panen terhadap Perlakuan Periode Kompetisi Gulma pada Jarak Tanam 60 cm x 10 cm (I); Jarak Tanam 40 cm x 15 cm (II); Jarak Tanam 30 cm x 20 cm (III).

52 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Periode kompetisi gulma nyata mempengaruhi bobot panen kedelai, tinggi tanaman kedelai, jumlah daun trifoliate, jumlah cabang, biomassa tajuk serta laju pertumbuhan relatif kedelai. Semakin lama periode bersih gulma maka bobot panen, tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, jumlah cabang, biomassa tajuk serta laju tumbuh relatif kedelai akan semakin besar sedangkan semakin lama periode bergulma maka bobot panen, tinggi tanaman, jumlah daun dan cabang, biomassa tajuk serta laju pertumbuhan relatif kedelai akan semakin rendah. Penurunan hasil kedelai apabila gulma dibiarkan berada pada areal pertanaman kedelai mulai dari awal tanam sampai panen adalah % pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, % pada jarak tanam 40 cm x 15 cm dan % pada jarak tanam 30 cm x 20 cm. Semakin lama gulma hadir di pertanaman kedelai maka semakin besar penurunan hasil kedelai. Perlakuan jarak tanam nyata mempengaruhi biomassa rhizoma alangalang, jumlah polong isi dan polong hampa dan biomassa tajuk tanaman kedelai serta laju pertumbuhan relatif kedelai. Jarak tanam 30 cm x 20 cm menghasilkan biomassa rhizoma alang-alang terkecil, jarak tanam 40 cm x 15 menghasilkan jumlah polong isi tertinggi sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan biomassa tajuk kedelai terbesar pada 12 MST. Berdasarkan peubah bobot panen kedelai maka periode kritis tanaman kedelai akibat kompetisi dengan gulma pada jarak tanam 60 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm dan 30 cm x 20 cm adalah 2-6 MST. Saran Gulma perlu disiangi mulai umur 2 MST sampai 6 MST untuk mencegah kehilangan hasil kedelai yang nyata serta perlu dilakukan penelitian dengan topik yang sama menggunakan ulangan percobaan yang lebih banyak sehingga penentuan periode kritis kedelai terhadap kompetisi gulma lebih teliti.

53 DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto,T. dan R. Wudianto Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor. 86 hal. Aguilar, N. O Imperata cylindrica (L.) Raeuschel. P In: Mannetje and Jones (Eds). Prosea: Plant Resources of South-East Asia, Forages. Bogor. Aldrich, R. J Weed-Crop Ecology: Principles in Weed Management. Breton Publ. Massachusetts. 465 hal. [BPS] Badan Pusat Statistik http // www. bps. go.id [18 Januari 2006]. Departemen Pertanian http // www. deptan. go. id [18 Januari 2006]. Erida, G., dan Hasanuddin Penentuan periode kritis tanaman kedelai terhadap kompetisi dengan gulma. Prosiding I Konferensi Nasional XIII dan Seminar Ilmiah HIGI. Bandar Lampung 5-7 Nov Hal Fachruddin, L Budidaya Kacang-Kacangan. Penerbit Kanisius. Jakarta. 118 hal. [FAO] Food and Agricultural Organization Production yearbook. http // www. FAO. org [19 Maret 2006]. Guntoro, D., M. A. Chozin dan A. Wibowo Pengaruh allelopati beberapa jenis gulma pada tingkat konsentrasi ekstrak bahan kering yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merr. Prosiding Konferensi Nasional XVI HIGI. Bogor Juli Hal Hidayat, O. P Morfologi tanaman kedelai. Hal Dalam S. Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung, dan Yuswandi (Eds). Kedelai. Puslitbangtan. Bogor. Inawati, L Pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan, pembentukan bintil akar dan produksi varietas kedelai. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. 40 hal. ITIS Glycine max (L.) Merr, taxonomic serial no: http // www. ITIS Report. com [19 Maret 2006]. Juleha Penerapan budidaya kedelai dengan teknologi konvensional dan olah tanah konservasi pada beberapa cara pengendalian gulma. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. 56 hal. Knazevic, S.Z., Evans, Sean, Mainz, and Mike Row spacing influences the critical timing for weed removal in soybean (Glycine max). Journal of Weed Technology 17. http // www. wssa.com [20 September 2006]. McDonald, I Integrated weed management. http // www. omaf. gov. on. ca [27 Januari 2006].

54 Mimbar, S. M Pengaruh kepadatan dan pengaturan tanam terhadap hasil kedelai orba. Laporan Penelitian. Universitas Brawijaya. Malang. 25 hal. Moenandir, J Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma I. C.V. Rajawali. Jakarta. 102 hal. Moenandir, J Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma I. Rajawali press. Jakarta. 122 hal. Nieto, J. H., M. A. Brondo and T. J. Gonzales Critical period of crop growth cycle for competition from weeds. PANS (C) 14: Ningsih, R., dan I. Anas Tanggap tanaman kedelai terhadap inokulasi rhizobium dan IAA pada ultisol darmaga. Bul. Agron.32 (2): O Hanlon, R Time critical in weed control. http // www. AG Professional. com [25 Januari 2006]. [Omafra] Ontario Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs Principles in integrated weed management: critical period of weed control. http // www. Agsolutions. ca [29 Januari 2006]. Rachman, A., Z. Lamid, Adlis, dan Syafruddin Perubahan komposisi gulma pada lahan bekas alang-alang. Prosiding Konferensi Nasional XII HIGI. Padang Juli Hal Sardjono, S., J. Moenandir, dan Budiwati Periode kritis tanaman kacang hijau (Vigna radiata) varietas Walet karena adanya persaingan dengan gulma dan jenis pengolahan tanah. Prosiding I Konferensi X HIGI, Malang Maret Hal Sastroutomo, S. S Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 217 hal. Setyaningrum, N. I Kajian penyempurnaan teknik dan persiapan lahan, cara penyiangan gulma dan jarak tanam yang berbeda pada budidaya kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 80 hal. Sianturi, P. F Pemanfaatan lahan tidur (lahan alang-alang) untuk pengembangan program transmigrasi. Makalah pengantar falsafah sains Program Pasca Sarjana. IPB. 17 hal. Soejono, A. T Bahan kuliah ilmu dan pengendalian gulma. http // www. ugm. ac. id [25 Januari 2006]. Soejono, A. T., D. Kastanto dan D. Sasongko Pengaruh populasi tiga jenis gulma terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Prosiding Konferensi Nasional XVII HIGI. Yogyakarta Juli Hal Soeprapto Bertanam Kedele. Penebar Swadaya. Jakarta. 74 hal. Sukman, Y. dan Yakub Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. 157 hal. Suryaningtyas, H., A. Gunawan, dan A. Gozali Pengelolaan Alang-alang di Lahan Petani. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa. 47 hal.

55 Syam un, E Kajian titik kritis tanaman kedelai berbeda ukuran biji pada pertanian tanpa olah tanah. Prosiding I Konferensi Nasional XIV HIGI. Medan Juli Hal Syawal, Y Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada andisol dengan pemupukan nitrogen dan penyiangan gulma pada periode kritis tanaman. Prosiding I Konferensi Nasional XIV HIGI. Medan Juli Hal Taufiq, D Studi efektifitas glifosat 480 g/l pada beberapa taraf dosis terhadap pengendalian gulma alang-alang (Imperata cylindrica L.). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanain. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 54 hal. Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmojo (Ed) Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 210 hal. Varina Periode kritis ubi jalar terhadap kompetisi dengan gulma. Karya Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. 61 hal. Zimdahl, R. L Weed Crop Competition a Review. International Plant Protection Center, Oregon State University. USA. 196p.

56 LAMPIRAN

57 ] Tabel Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Willis Dilepas tanggal : 21 Juli 1983 Asal : Hasil seleksi keturunan persilangan Orba No Hasil rata-rata : 1.6 ton/ha Warna hipokotil : ungu Warna batang : hijau Warna daun : hijau-hijau tua Warna bulu : coklat tua Warna hilum : coklat tua Tipe tumbuh : semi determinate Umur berbunga : ± 39 hari Umur matang : hari Tinggi tanaman : ± 50 cm Bentuk biji : oval, agak pipih Bobot 100 butir biji : ± 10 g Kandungan protein : 37.0 % Kandungan minyak : 18.0 % Kerebahan : tahan rebah Ketahanan terhadap : agak tahan karat daun dan virus penyakit Sumber : Balai Penelitian Tanaman Kacangan dan Biji, Malang (2006) Tabel Lampiran 2. Data Klimatologi Wilayah Cigudeg Selama Penelitian Bulan Tmax ( o C) Tmin ( o C) RH (%) LP (Jam) HH CH (mm/bulan) Penyiapan Lahan (Tahun 2006) Maret Penanaman Kedelai (Tahun 2006) April Mei Juni Juli Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (2006) Ket : Tmin=suhu minimum Tmax=suhu maksimal CH=curah hujan LP=Lama Penyinaran HH=Hari Hujan RH=Kelembaban Nisbi

58 Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Peubah Perlakuan Umur (MST) Biomassa Tajuk Kedelai Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi tn ** * ** ** tn Interaksi tn tn tn tn tn tn Persen Penutupan Gulma Total Persen Penutupan Gulma Alang-alang Biomassa Tajuk Gulma Total Biomassa Tajuk Alangalang Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi ** ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi ** ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi ** ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi ** ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Biomassa rhizoma Alang Jarak Tanam tn tn tn tn * tn Periode Kompetisi ** ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Laju Tumbuh Relatif Jarak Tanam ** tn tn tn ** Kedelai Periode Kompetisi * tn tn tn ** Waktu 75 % Populasi Kedelai Berbunga Jumlah Total Bintil Akar dan Bintil Akar Aktif Kedelai Interaksi tn tn tn tn * Jarak Tanam tn Periode Kompetisi Interaksi Jarak Tanam Periode Kompetisi tn Interaksi tn Indeks Luas Daun Kedelai Jarak Tanam tn Periode Kompetisi tn Interaksi tn Jumlah Polong Isi dan Hampa Kedelai Jarak Tanam * Bobot 100 Butir dan Bobot Kering 100 Butir Kedelai Bobot Panen Per Tanaman Kedelai Periode Kompetisi Interaksi Jarak Tanam Periode Kompetisi Interaksi Jarak Tanam tn Periode Kompetisi ** Interaksi tn Tinggi Tanaman Kedelai Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi tn tn tn tn ** ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Jumlah Daun Kedelai Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi tn tn * ** * ** Interaksi tn tn tn tn tn tn Jumlah Cabang Kedelai Jarak Tanam tn tn tn tn tn tn Periode Kompetisi tn tn tn * tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn

59 Tabel Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma Terhadap Keadaan Gulma Alangalang pada Saat Awal dan Akhir Percobaan. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Jumlah Pucuk Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Biomassa Rhizoma Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Biomassa Tajuk Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%

60 Tabel Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Persentase Penutupan Gulma Total Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 2 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%

61 Tabel Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Biomassa Tajuk Gulma Total Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 2 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%

62 Tabel Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Biomassa Rhizoma Alangalang Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 2 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) * Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%

63 Tabel 8. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma Terhadap Jumlah Pucuk Alang-alang pada Saat Panen Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Jumlah Pucuk Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Tabel Lampiran 9. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Tinggi Tanaman Kedelai Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 2 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total

64 Tabel Lampiran 9. (Lanjutan) 5 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total Keterangan: *=nyata pada taraf 5%

65 Tabel Lampiran 10. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Daun Kedelai Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr > F 2 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%, *=nyata pada taraf 5%, tn=tidak nyata

66 Tabel Lampiran 11. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Cabang Kedelai Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr > F 5 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Keterangan: *=nyata pada taraf 5%

67 Tabel Lampiran 12. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Total dan Jumlah Bintil Akar Aktif Kedelai Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Jumlah Bintil Total *) Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Jumlah Bintil Aktif *) Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Keterangan: *)=Transformasi (x+0.5)

68 Tabel Lampiran 13. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Biomassa Tajuk Kedelai Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 2 MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) * Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%, *=nyata pada taraf 5%

69 Tabel Lampiran 14. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Laju Tumbuh Relatif Kedelai Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr > F 2-4 MST Ulangan Jarak Tanam (J) ** Galat (a) Periode Kompetisi (P) * J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total MST Ulangan Jarak Tanam (J) ** Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P * Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%, *=nyata pada taraf 5%

70 Tabel Lampiran 15. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Indeks Luas Daun Kedelai Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr > F Indeks Luas Daun Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Tabel Lampiran 16. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Saat Berbunga Kedelai Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Tabel Lampiran 17. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Bobot Panen Kedelai Per Tanaman Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Bobot Panen Per Petak Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) ** J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%

71 Tabel Lampiran 18. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Jumlah Polong Isi dan Jumlah Polong Hampa Kedelai Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Jumlah Polong Isi *) Ulangan Jarak Tanam (J) ** Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Jumlah Polong Hampa *) Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Keterangan: **=nyata pada taraf 1%, *)=Transformasi (x+0.5) Tabel Lampiran 19. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Periode Kompetisi Gulma terhadap Bobot 100 Butir dan Bobot Kering 100 Butir Kedelai Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr > F Bobot 100 Butir Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total Bobot Kering 100 Butir Ulangan Jarak Tanam (J) Galat (a) Periode Kompetisi (P) J x P Galat (b) Total

72 Gambar 1. Keadaan Pertanaman Kedelai pada Saat 6 MST Gambar 2. Keadaan Petak Perlakuan Periode Bergulma 0-12 MST pada Saat 11 MST

73 I II Gambar 3. Perbedaan Keadaan Pertumbuhan Kedelai pada Petak Periode Bergulma 0-12 MST (I) dan Petak Periode Bergulma 0-2 MST (II) pada Saat 10 MST.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebagai sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa semak rendah,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan 12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut. 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Pelaksanaan percobaan berlangsung di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili: I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Morfologi Kedelai Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Botani Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 22 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 22-28, 2016 Vol. 4, No. 1: 22 28, Januari 2016 PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983). I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kedelai 1.1.1. Botani dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril ) merupakan salah satu tanaman semusim yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Berdasarkan klasifikasinya

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1 Botani Tanaman Kedelai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Rosales, Famili : Leguminosae,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN* PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN* Edhi Turmudi*, Eko Suprijono.* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Abstrak Upaya pemehunan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, I. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI TANAMAN KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} Klasifikasi Verdcourt genus Glycine tdr 3 sub genera: Glycine Willd, Bracteata Verde, Soja (Moench) F.J. Herm. Subgenus Soja merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena mempunyai kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan TINJAUAN PUSTAKA Iklim Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan (Sugeno,

Lebih terperinci