LAPORAN KINERJA (LAKIN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA (LAKIN)"

Transkripsi

1 2016 Laporan Kinerja DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 LAPORAN KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

3 PENGANTAR Rasa syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga kita dapat melaksanakan tugasdan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) selama tahun 2016 dan sekaligus menjadi bagian dari proses transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan menuju perbaikan organisasi. Laporan Kinerja (LAKIN) DJBC Tahun Anggaran 2016 disusun sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Review atas Laporan Kinerja. Sejak tahun 2007 dengan dimulainya program reformasi birokrasi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan,DJBC sebagai salah satu unsur Kementerian Keuangan telah menerapkan sistem pengelolaan kinerja

4 PENGANTAR berbasis Balanced Scorecards (BSC) sehingga kinerja DJBC diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan Menteri Keuangan pada tahun LAKIN DJBC Tahun 2016 merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis DJBC pada Tahun Anggaran 2016 yang tercermin dalam capaian IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 serta merupakan realisasi dari Rencana Kerja (Renja)Tahun Anggaran 2016 yang mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) DJBC Tahun Laporan ini disajikan secara sistematis agar dapat memberikan gambaran yang jelas, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan publik tentang kinerja DJBC baik keberhasilan yang telah dicapai maupun kendala yang dihadapi selama Tahun Anggaran LAKIN DJBC setiap tahun dilakukan evaluasi oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada tahun 2016 untuk LAKIN DJBC Tahun 2015 memperoleh nilai 91,30 (kategori A/Sangat Baik). Hal ini menunjukkan ada perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2015 untuk LAKIN DJBC Tahun 2014 memperoleh nilai 85,04 (kategori A/Sangat Baik), pada tahun 2014 untuk hasil evaluasi LAKIP DJBC 2013 memperoleh nilai 83,91 (kategori A/Sangat baik), pada tahun 2013untuk hasil evaluasi LAKIP DJBC 2012 memperoleh nilai 79,77 (kategori A/Sangat Baik), dan pada tahun 2012 untuk hasil evaluasi LAKIP DJBC 2011memperoleh nilai 78,48 (kategori A/ Sangat Baik). Pada tahun 2016 ini beberapa capaian berhasil dicapai oleh DJBC dengan hasil yang baik, hal ini merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu kita syukuri bersama. Keberhasilan ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan upaya optimal seluruh jajaran DJBC. Oleh karena itu selaku pimpinan DJBC kami mengucapkan selamat, disertai ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada segenap jajaran DJBC di seluruh Indonesia atas ii

5 PENGANTAR keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan tugas yang dipercayakan kepada DJBC.Harapan ke depan capaian yang baik ini perlu dipertahankan, ditingkatkan, dan disempurnakan guna meraih hasil kerja yang lebih baik lagi. Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, DJBCakan terus melakukan reformasi di bidang kepabeanan dan cukai melalui upaya penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, serta penerapan dan pengembangan Indikator Kinerja Utama di lingkungan DJBC yang dilakukan secara konsisten. Pada Tahun 2016 ini DJBCmasih melanjutkan inisiatif-inisiatif strategis jangka pendek, jangka menegah, dan jangka panjang dalam cetak biru transformasi kelembagaandjbc yang telah disusun pada tahun 2013 bersama dengan konsultan McKinsey & Company sebagai pedoman DJBC dalam melakukan transformasi kelembagaan. LAKIN Tahun Anggaran 2016 ini disampaikan sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas kepada Menteri Keuangan RI dengan harapan semoga bermanfaat sebagai kelengkapan bahan dalam perumusan kebijakan Kementerian Keuangan pada khususnya dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat pada umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing kita dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pada tahuntahun berikutnya. Direktur Jenderal Heru Pambudi iii

6 RINGKASAN EKSEKUTIF A. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC TAHUN 2016 Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Tahun Anggaran 2016 adalah wujud pertanggungjawaban atas pencapaian sasaran strategis DJBC pada tahun 2016 sebagaimana tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) DJBC Tahun 2016 yang tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) DJBC Tahun 2016, sebagaimana tertuang dalam Kontrak Kinerja Tahun 2016 Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan Menteri KeuanganNomor : 4/KK/2016 tanggal 19 Januari 2016 dan addendum Kontrak Kinerja Nomor : 4A/KK/2016 tanggal 20 Juli Disamping itu LAKIN DJBC Tahun 2016 ini juga disusun sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan pada periode berikutnya. Tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan oleh Undang-undang kepada DJBC sebagai institusi negara adalah bertanggung jawab dalam merumuskan

7 RINGKASAN EKSEKUTIF serta melaksanakan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, DJBC menetapkan landasan kerja yang akan dijadikan acuan dan tolok ukur dalam pelaksanaan tugas yaitu berupa Visi, Misi, dan Tujuan yang harus dijadikan pedoman bagi setiap pegawai DJBC dalam melaksanakan tugas. Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut DJBC telah merumuskan sasaran-sasaran strategis yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam peta strategi Kemenkeu-One Tahun 2016 berdasarkan konsep Balanced Scorecards (BSC). Implementasi konsep manajemen kinerja berbasis BSC di DJBC sejalan dengan program reformasi birokrasi Kementerian Keuangan serta didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2012 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang diperbaharui melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pengukuran kinerja dalam BSC merupakan hasil suatu penilaian yang didasarkan pada capaian indikator kinerja utama (pencapaian output) yang telah diidentifikasikan untuk tercapainya sasaran strategis (pencapaian outcome).sasaran Strategis (SS) tersebut kemudian dipetakan dalam suatu Peta Strategi berupa kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta Strategi DJBC Tahun 2016 dimaksud tertuang dalam Kontrak Kinerja Nomor: 4/KK/2016 tanggal 19 Januari 2016 yang dapat dilihat dalam diagram dibawah ini: v

8 RINGKASAN EKSEKUTIF PETA STRATEGI DJBC 2016 Dalam Peta Strategi Kemenkeu-One DJBC Tahun 2015telah ditetapkan 14 (empat belas) Sasaran Strategis (SS) dan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU).SS dan IKU initelah dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Bea dan Cukai vi

9 RINGKASAN EKSEKUTIF dengan Menteri Keuangan pada tahun Sasaran Strategis dan IKU DJBC pada tahun 2016 adalah sebagai berikut : Tabel Sasaran Strategis dan IKU Perjanjian Kinerja / Kontrak Kinerja DJBC Tahun Anggaran 2016 No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target 1. Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas 1a-CP Waktu penyelesaian proses kepabeanan 1,2 hari 2. Penegakan hukum yang efektif 2a-CP Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) 60% 2b-N Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak 30% 3. Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal 3a-N 3b-N Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai 100% Rp 3 T 4. Kepuasan pengguna layanan yang tinggi 4a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan 4 (Skala 5) 5. Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi 5a-CP Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan 80% 5b-N Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan 82% 6. Analisis perumusan kebijakan yang optimal 6a-N Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional 3 (Skala 4) vii

10 RINGKASAN EKSEKUTIF No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target 6b-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat 5% 7. Peningkatan pelayanan prima 7a-N Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 100% 8. Edukasi dan komunikasi yang efektif 8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 79 (Skala 100) 9. Peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai 9a-CP 9b-N Persentase keberhasilan pelaksanaan joint audit Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai 88,2% 80% 9c-N Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai 4,25 (Skala 5) 10. Pengendalian mutu yang optimal 10a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti 48% 10b-N 10c-N Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Persentase hit-rate dari importasi jalur merah 85% 25% 11. SDM yang kompetitif 11a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency 90% 12. Organisasi yang kondusif 12a-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan 87% viii

11 RINGKASAN EKSEKUTIF No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target 12b-N Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional 75% 13. Sistem informasi manajemen yang andal 13a-CP Tingkat downtime sistem TIK 1% 13b-N Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai 75% 14. Pengelolaan anggaran yang optimal 14a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% Keterangan : Kode CP adalah Kode IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide Secara umum target IKU DJBC Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak Kinerja dapat tercapai dengan baik walaupun masih terdapat beberapa IKU yang pencapaiannya berada sedikit dibawah target yang ditetapkan. Dari 24 IKU, terdapat 21 IKU berstatus hijau (realisasi minimal 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus kuning (realisasi minimal 80% dan kurang dari 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus merah (realisasi kurang dari 80 dari target yang ditetapkan) dan 1 IKU berstatus abu-abu. Satu IKU yang capaiannya kuning yaitu IKU Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai. Satu IKU dengan status capaian merah yaitu Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai. Sedangkan satu IKU berstatus abu-abu yaitu IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti. Secara rinci data pencapaian target IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 dapat disajikan sebagaimana tabel berikut : ix

12 RINGKASAN EKSEKUTIF KODE Tabel Capaian Kinerja DJBC T.A IKU Tahun 2016 Target Realisasi % SS-1 Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas 1a-CP Waktu penyelesaian proses kepabeanan 1,2 hari 0,81 hari 120% SS-2 Penegakan hukum yang efektif 2a-CP 2b-N SS-3 Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak 60% 94,87% 120% 30% 66,94% 120% Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal 3a-N Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai 100% 97,15% 97,15% 3b-N SS-4 4a-CP SS-5 5a-CP 5b-N SS-6 6a-N Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai Kepuasan pengguna layanan yang tinggi Indeks kepuasan pengguna layanan Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan Analisis perumusan kebijakan yang optimal Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional Rp 3 T Rp854M 0% 4 (Skala 5) 4,04 101% 80% 86,94% 108,67% 82% 93,32% 113,80% 3 (Skala 4) 3,67 120% 6b-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat 5% 2,74% 120% SS-7 7a-N SS-8 8a-N SS-9 9a-CP Peningkatan pelayanan prima Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan Edukasi dan komunikasi yang efektif Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 100% 114,19% 114,19% 79 (Skala 100) Peningkatan efektivitas pengawasan Kepabeanan dan Cukai Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit 82,43 104,34% 88,2% 104,78% 118,80% 9b-N Persentase tindak lanjut temuan 80% 94,75% 118,44% x

13 RINGKASAN EKSEKUTIF KODE 9c-N SS-10 10a-CP 10b-N 10c-N SS-11 11a-N SS-12 12a-CP 12b-N SS-13 IKU pelanggaran kepabeanan dan cukai Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai Pengendalian mutu yang optimal Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti Rata-rat persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Persentase hit rate dari importasi jalur merah SDM yang kompetitif Persentase pemenuhan standar softdan hard competency Organisasi yang kondusif Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional Sistem manajemen informasi yang andal Tahun 2016 Target Realisasi % 4,25 (Skala 5) 4,50 105,88% 48% N/A N/A 85% 97,1% 114,24% 25% 34,70% 120% 90% 95,84% 106,49% 87% 100% 114,94% 70% 100% 120% 13a-CP Tingkat downtime sistem TIK 1% 0,30% 120% 13b-N SS-14 14a-CP Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai Pengelolaan anggaran yang optimal Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 75% 99,79% 120% 95% 97,06% 102,17% Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 108,46 Keterangan : CP = IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide; N= IKU Non-Cascading Indeks Capaian IKU maksimal 120% xi

14 RINGKASAN EKSEKUTIF B. KENDALA DAN STRATEGI DALAM PENCAPAIAN SASARAN Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2015, terdapat berbagai kendala yang dihadapi baik dari faktor eksternal maupun internal terkait dengan penerimaan, pelayanan, dan pengawasan. Kendala dari faktor internal antara lain sebagai berikut: 1. Belum optimalnya beberapa kegiatan pengawasan kepabeanan dan cukai diantaranya sebagai berikut: - penetapan nilai pabean dan tarif Pemberitahuan Impor Barang; - pengawasan laut di pesisir timur sumatera dan kawasan timur Indonesia; - pemantauan atas perusahaan yang mendapat fasilitas; - analisa/inventarisasi kapasitas produksi pabrik Barang Kena Cukai(BKC); - inventarisasi distributor/subdistributor dalam melakukan operasi pasar yang mempunya risiko tinggi atas peredaran BKC; - operasi penindakan atas sindikat pita cukai palsu dan jual beli pita cukai ilegal; - pengawasan atas peredaran barang impor dan BKC di Kawasan Bebas; - Joint Audit; dan - pengawasan ketentuan barang larangan dan pembatasan untuk impotir Very High Risk Importer (VHRI). 2. Belum optimalnya pertukaran informasi antar unit internal DJBC, seperti: - Informasi updating Database Nilai Pabean dan klasifikasi dari unit vertikal kepada unit pengelola Database Nilai Pabean di Kantor Pusat; - Informasi updating profil dari kantor vertikal (KPU BC dan KPPBC) kepada unit pengelola profil importir di Kantor Pusat. Sedangkan kendala dari faktor eksternal antara lain: 1. Kondisi perekonomian global dan domestik yang masih mengalami penurunan; xii

15 RINGKASAN EKSEKUTIF 2. Meningkatnya keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama perdagangan Free Trade Agreements (FTAs). Sejak ASEAN mengembangkan kerjasama perdagangan dengan mitranya, dimulai dengan Tiongkok tahun 2004, hingga kini Indonesia telah mengimplementasikan 7 kerjasama perdagangan bebas (FTA) baik dalam forum bilateral maupun regional. Saat ini terdapat6 FTA sedang dalam proses negosiasi. Dengan berlakunya berbagai skema FTA tersebut maka tarif bea masuk efektif rata-rata akan cenderung terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun; 3. Impor barang modal, bahan baku dan pendukung industri relatif turun, secara umum impor barang modal, bahan baku dan barang penolong/ pendukung industri berkontribusi besar terhadap penerimaan bea masuk; 4. Harga komoditas ekspor yang rendah; 5. Penerimaan Bea Keluar hanya berasal dari komoditas bungkil kelapa sawit, kakao, kayu dan kulit yang nilainya relatif kecil serta dari komoditas konsentrat mineral; 6. Peningkatan produksi MMEA di semester I 2016 akibat rencana kenaikan tarif cukai MMEA impor pada semester II 2016; 7. Perubahan pola pembayaran cukai (dampak PMK 20 tahun 2015); 8. Adanya ketentuan di bidang kesehatan (PP 109 dan Permenkes 28); 9. Peredaran rokok ilegal; 10. Luasnya wilayah pengawasan DJBC dibandingkan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana yang ada; 11. Meningkatnya kejahatan lintas negara (transnational crime) yang pencegahan dan penindakannya memerlukan kerjasama lintas negara, terutama kerjasama internasional dengan administrasi pabean negara lain, baik kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral; 12. Terus meningkatnya harapan masyarakat akan kualitas pelayanan yang tinggi, efektif, dan efisien, sementara sumber daya yang ada cukup terbatas. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran strategis di tahun 2016, DJBC telah melakukan strategi-strategi sebagai berikut : xiii

16 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Melakukan upaya optimalisasi penerimaan melalui kebijakan tarif, yaitu intensifikasi melalui penyesuaian tarif cukai dengan tetap memperhatikan petani tembakau dan keberlangsungan industri rokok; 2. Melakukan penyesuaian tarif Minuman yang Mengandung Etil Alkohol Impor; 3. Melakukan peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National Single Window) dan Indonesia Single Risk Management; 4. Pembentukan Pusat Logistik Berikat 5. Penurunan Dwelling Time pada pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan besar lainnya; 6. Melakukan implementasi penuh sistem pembayaran penerimaan negara melalui Billing System Modul Penerimaan Negara Generasi 2; 7. Melakukan sinergi dengan Direktorat Jenderal Pajak berupa integrasi Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak serta pertukaran data; 8. Meningkatkan penegakan hukum di bidang cukai khususnya terkait rokok dan minuman mengandung etil alkohol ilegal; 9. Melakukan intensifikasi penindakan pelanggaran kepabeanan dengan patroli laut; 10. Optimalisasi pengawasan ekspor melalui pengawasan modus antar pulau, penguatan fungsi laboratorium dan audit eksportir; Selain itu,djbc juga terus berupaya meningkatkan kemampuan organisasi melalui pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan yang diwujudkan dalam pelaksanaan 10 (sepuluh) Inisiatif Strategis (IS) yang dimiliki DJBC sebagaimana ditetapkan dalam blueprint Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. xiv

17 DAFTAR ISI PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF.....iv A. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC TAHUN iv B. KENDALA DAN STRATEGI DALAM PENCAPAIAN SASARAN... xii DAFTAR ISI... xv

18 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia... 2 B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI... 5 C. SUMBER DAYA ORGANISASI... 8 D. SISTEMATIKA PELAPORAN BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Visi dan Misi Fungsi Utama Tujuan dan Sasaran Program dan Kegiatan B. PERJANJIAN KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI B. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA SS-1 PENINGKATAN KELANCARAN ARUS BARANG DALAM RANGKA MENDUKUNG SISLOGNAS a-CP Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan xvi

19 DAFTAR ISI SS-2 PENEGAKAN HUKUM YANG EFEKTIF a-CP Persentase Hasil Penyidikan yang Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan (P-21) b-N Persentase Kemenangan Sengketa Banding di Pengadilan Pajak SS-3 PENERIMAAN NEGARA DI SEKTOR KEPABEANAN DAN CUKAI YANG OPTIMAL a-N Persentase Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai b-N Jumlah Peningkatan Penerimaan Bea dan Cukai SS-4 KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan SS-5 KEPATUHAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI a-CP Persentase Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Kepabeanan b-N Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan SS-6 ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN YANG OPTIMAL a-N 6b-N Indeks Penyelesaian Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat SS-7 PENINGKATAN PELAYANAN PRIMA a-N Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan SS-8 EDUKASI DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF a-N Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi LA xvii

20 DAFTAR ISI SS-9 PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN KEPABEANAN DAN CUKAI a-CP Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit b-N Persentase Tindak Lanjut Temuan Pelanggaran Kepabeanan dan Cukai c-N Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai SS-10 PENGENDALIAN MUTU YANG OPTIMAL a-CP Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti b-N Rata-rata Persentase Tingkat Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal c-N Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah SS-11 SDM YANG KOMPETITIF a-N Persentase Pemenuhan Standar Soft dan Hard Competency SS-12 ORGANISASI YANG KONDUSIF a-CP Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan b-N Tingkat Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional SS-13 SISTEM MANAJEMEN INFORMASI YANG ANDAL a-CP Tingkat Donwtime Sistem TIK b-N Persentase Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai xviii

21 DAFTAR ISI SS-14 PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran C. KINERJA LAINNYA D. AKUNTABILITAS KEUANGAN BAB IV PENUTUP DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Capaian Kinerja DJBC T.A Tabel 3.2 Kontribusi Jumlah Dokumen PIB dan Jumlah Teus Pada 4 Pelabuhan Utama Tahun Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2014 s.d Tabel 3.4 Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan Tahun Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi IKU P-21 Tahun Tabel 3.6 Hasil Penyidikan yang Berstatus P-21 Tahun Tabel 3.7 Sengketa Banding yang Dimenangkan Tahun Tabel 3.8 Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2016 dan Tabel 3.9 Perbandingan Alokasi Target Penerimaan DJBC pada APBN-P 2015 dan APBN-P Tabel 3.10 Data Realisasi Penerimaan DJBC 5 Tahun Terakhir Tabel 3.11 Perbandingan Data Penerimaan Tahun 2015 dan Tabel 3.12 Realisasi IKU Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Tahun Tabel 3.13 Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan LA xix

22 DAFTAR ISI Tabel 3.14 Indeks Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional Tabel 3.15 Realisasi Deviasi Proyeksi Penerimaan Tabel 3.16 Realisasi Janji Layanan Unggulan Tahun Tabel 3.17 Rata-Rata Janji Layanan Unggulan Tahun Tabel 3.18 Realisasi Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun Tabel 3.19 Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun Tabel 3.20 Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit Tabel 3.21 Data Capaian Penindakan DJBC Tahun Tabel 3.22 Perbandingan Realisasi IKU Pelaksanaan Audit Tahun 2014 s.d Tabel 3.23 Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai Tabel 3.24 Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal Tabel 3.25 Realisasi IKU Tingkat Efektivitas Monitoring Dan Pengawasan Kepatuhan Internal per Kegiatan Tabel 3.26 Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah Tabel 3.27 Perbandingan Realisasi IKU Hit Rate Tahun 2015 dan Tabel 3.28 Realisasi Pemenuhan Soft dan Hard Competency Tabel 3.29 Rincian Realisasi Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC Tahun Tabel 3.30 Pengembangan Jabatan Fungsional Tabel 3.31 Tingkat Downtime Sistem TIK Tabel 3.32 Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai Tabel 3.33 Realisasi IKU Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja Tahun Tabel 3.34 Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Tabel 3.35 Realisasi Penyerapan Anggaran Belanja DIPA DJBC xx

23 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Rincian Status Capaian Kinerja DJBC T.A Gambar 3.2 Pelabuhan Bongkar Muat Gambar 3.3 Proses Bongkar Muat Barang Gambar 3.4 Komponen Dwelling Time Barang Impor Gambar 3.5 Rata-Rata Customs Clearance Time di 4 Pelabuhan Utama Tahun Gambar 3.6 Realisasi Waktu Penyelesaian Kepabeanan Gambar 3.7 Penimbunan Barang di Tempat Penimbunan Sementara (TPS). 35 Gambar 3.8 Press Release Tersangka Gambar 3.9 Ilustrasi Persidangan Gambar 3.10 Ilustrasi Penerimaan DJBC Gambar 3.11 Ilustrasi Peningkatan Penerimaan Gambar 3.12 Ilustrasi Kepuasan Customer Gambar 3.13 Ilustrasi Best Service Gambar 3.14 Diagram Indeks Kepuasan Layanan DJBC Gambar 3.15 Ilustrasi Kepatuhan Gambar 3.16 Ilustrasi Kegiatan Gambar 3.17 Ilustrasi Jenis Profil Importir Gambar 3.18 Ilustrasi Piutang Gambar 3.19 Profil Pemilik Piutang Gambar 3.20 Ilustrasi Perumusan Kebijakan Gambar 3.21 WCO Gambar 3.22 Ilustrasi Proyeksi Gambar 3.23 Kegiatan Pelayanan di Kantor Pelayanan Gambar 3.24 Ilustrasi Service Excellent Gambar 3.25 Sosialisasi kepada Pengguna Layanan Gambar 3.26 Kegiatan Patroli Laut LA xxi

24 DAFTAR ISI Gambar 3.27 Ilustrasi Rapat Pembahasan Kegiatan Gambar 3.28 Pelaksanaan Pemusnahan Barang Kena Cukai Ilegal Gambar 3.29 Ilustrasi Audit Gambar 3.30 Ilustrasi Pengendalian Gambar 3.31 Ilustrasi Tepat Sasaran Gambar 3.32 Fokus dalam Melaksanakan Tugas Gambar 3.33 Progres Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC Gambar 3.34 Summary Capaian Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC Gambar 3.35 Sistem CEISA Gambar 3.36 Ilustrasi Anggaran Gambar 3.37 Grafik Realisasi IKU Sepanjang Tahun Gambar 3.38 Contact Center Bravo Bea Cukai Gambar 3.39 Media Komunikasi Bea Cukai, Kanal BC TV dan Kanal BC Radio Gambar 3.40 Pusat Logistik Berikat Gambar 3.41 Penandatangan Nota Kesepahaman Gambar 3.42 Kunjungan dan Koordinasi antara DJBC dan Kepolisian Republik Indonesia Gambar 3.43 Kerjasama DJBC dengan Pemprov DKI Jakarta Gambar 3.44 Membangun Sinergi antara DJBC dan KPK Gambar 3.45 Komitmen Pemerintah terhadap Penyelundupan Barang Ilegal Gambar 3.46 Diagram Penyerapan Anggaran DJBC Tahun xxii

25 DAFTAR ISI LAMPIRAN Lampiran I : Pengukuran Kinerja Tahun 2016 Lampiran II : Matriks Rencana Kerja dan Anggaran DJBC Tahun 2016 Lampiran III : Matriks Kinerja Rencana Strategis DJBC Tahun (Rencana Kerja DJBC 2016) Lampiran IV : Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Bea dan Cukai Tahun 2016 Nomor : 4/KK/2016 Lampiran V : Adendum Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Bea dan Cukai Tahun 2016 Nomor : 4A/KK/2016 Lampiran VI : Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJBC 2016 LA xxiii

26 BAB I LAKIN DJBC 2016 PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi B. Peran Strategis Organisasi C. Sumber Daya Organisasi D. Sistematika Pelaporan

27 A. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 1. Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJBC mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

28 Bab I Pendahuluan Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, DJBC menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan. 2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.3/PMK.01/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, struktur organisasi DJBC sampai dengan 31 Desember 2016 dapat dikelompokkan sebagai berikut : 11 Unit Eselon II di lingkungan Kantor Pusat (Sekretariat DJBC, Direktorat Teknis Kepabeanan, Direktorat Fasilitas Kepebeanan, Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai, Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga, Direktorat Keberatan Banding dan Peraturan, Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Kepatuhan Internal, Direktorat Audit 2

29 Bab I Pendahuluan Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Penindakan an Penyidikan, dan Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis); 3 Tenaga Pengkaji pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Kepabeanan dan Cukai, Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan dan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai, dan Tenaga Pengkaji Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kinerja Organisasi); 16 Kantor Wilayah Bea dan Cukai (KWBC Aceh, KWBC Sumatera Utara, KWBC Riau dan Sumatera Barat, KWBC Khusus Kepulauan Riau, KWBC Sumatera Bagian Selatan, KWBC Banten, KWBC Jakarta, KWBC Jawa Barat, KWBC Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, KWBC Jawa Timur I, KWBC Jawa Timur II, KWBC Bali, NTB dan NTT, KWBC Kalimantan Bagian Barat, KWBC Kalimantan Bagian Timur, KWBC Sulawesi, dan KWBC Maluku, Papua dan Papua Barat); 3 Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok, KPU Bea dan Cukai Tipe B Batam, dan KPU Bea dan Cukai Tipe C Soekarno Hatta); 117 Kantor Pelayanan, yang terdiri dari 3 KPPBC Tipe Madya Cukai, 7 KPPBC Tipe Madya Pabean, 10 KPPBC Tipe Madya Pabean A, 21 KPPBC Tipe Madya Pabean B, 26 KPPBC Tipe Madya Pabean C, 50 KPPBC Tipe Pratama; 148 Kantor Bantu Layanan Bea dan Cukai; 692 Pos Pengawasan Bea dan Cukai; 5 Pangkalan Sarana Operasi, yang terdiri dari 1 Tipe A dan 4 Tipe B; dan 3 Balai Pengujian dan Identifikasi barang yang terdiri dari 1 Tipe A dan 2 Tipe B. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, struktur organisasi instansi vertikal DJBC akan mengalami reorganisasi pada tahun 2017 (mulai berlaku pada tanggal diundangkan) yaitu antara lain : 1. Kantor Wilayah Bea dan Cukai yang sebelumnya berjumlah 16 akan menjadi 20 Kantor Wilayah Bea dan Cukai. 3

30 Bab I Pendahuluan 2. KPPBC yang sebelumnya 117 Kantor Pelayanan dengan rincian : - 3 KPPBC Tipe Madya Cukai - 7 KPPBC Tipe Madya Pabean - 10 KPPBC Tipe Madya Pabean A - 21 KPPBC Tipe Madya Pabean B - 26 KPPBC Tipe Madya Pabean C - 50 KPPBC Tipe Pratama menjadi 104 Kantor Pelayanan dengan rincian : - 3 KPPBC Tipe Madya Cukai - 7 KPPBC Tipe Madya Pabean - 10 KPPBC Tipe Madya Pabean A - 21 KPPBC Tipe Madya Pabean B - 63 KPPBC Tipe Madya Pabean C 4

31 Bab I Pendahuluan B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI Berdasarkan Rencana Strategis DJBC , Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah salah satu institusi pemerintah yang mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, terutama memperlancar arus barang untuk mendukung Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS), melindungi masyarakat dan industri dalam negeri, menjaga wilayah perbatasan negara, serta melaksanakan pemungutan terhadap barangbarang impor maupun ekspor yang dikenakan pungutan berdasarkan undangundang. Peran tersebut memiliki kontribusi yang signifikan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama dalam menggerakkan pertumbuhan di sektor riil melalui kebijakan fiskal yang diarahkan terutama untuk meningkatkan dan melindungi industri dan investasi dalam negeri serta meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP - 105/BC/2014 tentang Visi, Misi, dan Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, DJBC memiliki 3 Misi yaitu : 1. Kami memfasilitasi perdagangan dan industri. 2. Kami menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal. 3. Kami optimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai. Terkait 3 (tiga) misi tersebut, DJBC memiliki langkah-langkah untuk mewujudkan melalui pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang merupakan fungsi utama dari DJBC, antara lain: 1. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran. 2. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang andal. 3. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor dan 5

32 Bab I Pendahuluan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi. 4. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor, dan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan manajemen risiko yang andal, intelijen, dan penyidikan yang kuat, serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat. 5. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan keseimbangan. 6. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. Sebagai salah satu institusi pendukung pemerintah, DJBC memiliki peran dalam mewujudkan 2 (empat) dari 9 (sembilan) agenda prioritas pemerintah (NAWA CITA) yaitu : a. Nawa Cita (1) Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga Negara. DJBC berperan dalam rangka memperkuat jati diri sebagai negara maritim. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan dalam rangka menjamin kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mengamankan sumber daya alam dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). b. Nawa Cita (3) Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa Dalam Rangka Kerangka Negara Kesatuan. DJBC berperan dalam rangka Pengembangan Kawasan Perbatasan. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kerjasama dan pengelolaan perdagangan perbatasan dengan negara tetangga, ditandai dengan meningkatnya perdagangan ekspor-impor di perbatasan, dan menurunnya kegiatan perdagangan ilegal di perbatasan. 6

33 Bab I Pendahuluan Sejalan dengan hal tersebut, DJBC juga berkomitmen untuk mendukung pencapaian 2 (dua) dari 7 (tujuh) tujuan strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan yaitu : a. Tujuan kedua : Optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai. Kondisi yang ingin dicapai dalam optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai adalah penerimaan pajak negara yang optimal, penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal dan peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional. b. Tujuan keenam : Peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan. Kondisi yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan adalah optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection serta melaksanakan fungsi sebagai border management. 7

34 Bab I Pendahuluan C. SUMBER DAYA ORGANISASI Dalam menjalankan tugasnya, per 21 Desember 2016 DJBC didukung oleh orang pegawai yang tersebar di seluruh Indonesia, bekerja di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Pelayanan Utama, Kantor Pengawasan dan Pelayanan, Balai Pengujian dan Identifikasi Barang, Pangkalan Sarana Operasi, serta Kantor Bantu Layanan dan Pos Pengawasan. Komposisi pegawai DJBC berdasarkan jabatan, jenis kelamin, golongan kepangkatan, dan pendidikan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Data Pegawai DJBC Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jabatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Eselon I 1-1 Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V PFPD (Fungsional) Auditor (Fungsional) Pranata Komputer Tenaga Medis (Fungsional) Pelaksana Total Sumber data : Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC 8

35 Bab I Pendahuluan Tabel Data Pegawai DJBC Berdasarkan Pangkat dan Golongan Tahun 2016 Pangkat/ Golongan Ruang A B C D E Jumlah Persentase Golongan IV ,27% Golongan III ,06% Golongan II ,66% Golongan I ,01% Sumber data : Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC Total % Tabel Data Pegawai DJBC Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase S3 12 0,07% S ,31% D.IV/S ,82% D.III ,91% D.I ,74% SMA ,75% SMP 105 0,76% SD 29 0,21% Total % Sumber data : Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC 9

36 Bab I Pendahuluan Komposisi pegawai DJBC terdiri atas pegawai laki-laki sejumlah orang (86,98%) dan pegawai perempuan sejumlah orang (13,02%). Jumlah pegawai berdasarkan pangkat dan golongan adalah pegawai Golongan IV sejumlah 593 orang (4,27%), Golongan III sejumlah orang (38,06%), Golongan II sejumlah orang (57,66%), dan Golongan I sejumlah 1 orang (0,01%). Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan pendidikannya adalah pegawai yang memiliki gelar S3 sejumlah 12 orang (0,09%), gelar S2 sejumlah orang (9,45%), gelar S1/Diploma IV (D.IV) sejumlah orang (24,78%), Diploma III (D.III) sejumlah orang (12,24%), Diploma I (D.I) sejumlah orang (33,74%), SMA sejumlah orang (18,75%), SMP sejumlah 105 orang (0,76%), dan pendidikan tingkat SD sejumlah 29 orang (0,21%). 10

37 Bab I Pendahuluan D. SISTEMATIKA PELAPORAN Laporan Kinerja (LAKIN) DJBC Tahun 2016 ini disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek peran strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi, adapun poin-poin yang ditampilkan adalah sebagai berikut: A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi; B. Peran Strategis Organisasi; C. Sumber Daya Organisasi; D. Sistematika Pelaporan. Bab II Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja atau Kontrak Kinerja Kemenkeu-One tahun 2016, sebagai berikut: A. Rencana Strategis Pada sub bab ini disajikan pernyataan visi dan misi, penetapan tujuan dan sasaran, serta program dan kegiatan. B. Penetapan Perjanjian Kinerja Pada sub bab ini disajikan Peta Strategi DJBC tahun 2016 dan rincian Sasaran Strategis dan IKU sesuai dengan Kontrak Kinerja tahun Bab III A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan ikhtisar capaian kinerja organisasi sesuai dengan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Tahun 2016 yang memuat penjelasan umum terkait status capaian kinerja organisasi. 11

38 Bab I Pendahuluan B. Evaluasi dan Analisis IKU Tahun 2016 Pada sub bab ini disajikan pengukuran capaian kinerja organisasi sesuai dengan konsep BSC dengan cara membandingkan antara realisasi IKU yang terdapat dalam Peta Strategi DJBC tahun 2016 dengan targetnya serta analisa atas ketercapaian atau ketidaktercapaian target. C. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Lainnya Pada sub bab ini diuraikan capaian-capaian organisasi selama satu tahun, berupa kegiatan-kegiatan ad hoc dan kinerja yang tidak terukur di dalam BSC. D. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini disajikan alokasi dan sumber pembiayaan beserta realisasi anggaran untuk membiayai program dan kegiatan DJBC selama Tahun Anggaran Bab IV Penutup Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk dapat meningkatkan kinerjanya. 12

39 BAB II LAKIN DJBC 2016 PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis B. Perjanjian Kinerja

40 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk periode lima tahun dan menyusun Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk periode satu tahun. Sebagai tindak lanjut undang-undang tersebut dan dengan memperhatikan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor

41 Bab II Perencanaan Kinerja 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga , Kementerian Keuangan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Keuangan tahun yang merupakan penjabaran visi dan misi Kementerian Keuangan yang berisi tujuan, sasaran dan kebijakan Kementerian Keuangan untuk periode lima tahun sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tanggal 27 Maret 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun Sebagai bagian dari Kementerian Keuangan, DJBC juga telah menyusun Renstra tahun yang meliputi rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi dan kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Renstra DJBC Tahun telah ditetapkan dengan KEP-77/BC/2015 tanggal 27 April 2015 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Kemajuan pencapaian target Renstra DJBC Tahun pada tahun 2016 ini dapat dilihat pada Lampiran III. 1. Visi dan Misi Memperhatikan dinamika lingkungan yang dihadapi, Visi dan Misi DJBC telah mengalami penyempurnaan sehingga mampu mencerminkan citacita tertinggi DJBC, mengurangi keambiguan prioritas antar mandat, dan menanamkan kebanggaan dalam jiwa seluruh Sumber Daya Manusia DJBC. Pernyataan visi dan misi yang jelas juga akan memastikan DJBC untuk memprioritaskan inisiatif transformasi yang selaras dengan aspirasi jangka panjang DJBC dan Kementerian Keuangan untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional. Visi, Misi DJBC yang telah disempurnakan tersebut telah ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-105/BC/2014 tanggal 29 Agustus 2014 tentang Visi, Misi, dan Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pernyataan Visi DJBC adalah: Menjadi institusi kepabeanan dan cukai yang terkemuka di dunia Visi ini bermakna suatu pandangan ke depan dan cita-cita untuk menempatkan DJBC dalam jajaran institusi kepabeanan dan cukai yang 14 1

42 Bab II Perencanaan Kinerja terkemuka di dunia, yang mampu menyeimbangkan antara pelayanan dan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk, bea keluar, dan cukai. Sebagai sebuah institusi pemerintah, DJBC memiliki sesuatu yang harus diemban dan dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik yang berupa misi Direktorat Jenderal. Pernyatan Misi DJBC yaitu: a. Kami memfasilitasi perdagangan dan industri; b. Kami melindungi perbatasan dan masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal; c. Kami optimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai. 2. Fungsi Utama Fungsi utama merupakan bentuk penjabaran/artikulasi dari 3 (tiga) misi DJBC yang menggambarkan fungsi-fungsi utama ( core business) yang menjadi wewenang DJBC. Fungsi utama DJBC yaitu: a. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran. b. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang andal. c. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi. d. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor, dan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan manajemen risiko yang andal, intelijen dan penyidikan yang kuat, penindakan yang tegas, dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat. e. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat 1 15

43 Bab II Perencanaan Kinerja membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan keseimbangan. f. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. 3. Tujuan dan Sasaran Dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun , telah ditetapkan 7 ( tujuh) tujuan Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bertanggung-jawab pada pencapaian 2 ( dua) tujuan Kementerian Keuangan yaitu: a. Tujuan kedua : Optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai; dan b. Tujuan keenam : Peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan. Dalam rangka mendukung dua tujuan sebagaimana disebutkan di atas, DJBC telah menetapkan sasaran strategis sebagai berikut: a. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai adalah: 1) Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional, dengan indikator percepatan waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance time) untuk mendukung upaya penurunan rata-rata waktu bongkar kontainer/peti kemas dari kapal hingga keluar dari pelabuhan (dwelling time). 2) Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal, dengan indikator pencapaian target penerimaan bea dan cukai yang ditetapkan dalam APBN/APBN-P. b. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan adalah optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection serta 16 1

44 Bab II Perencanaan Kinerja melaksanakan fungsi sebagai border management, dengan indikator proses tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai. c. Selain sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Keuangan , dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan kinerja organisasi, DJBC telah menetapkan pula beberapa sasaran strategis sebagaimana tercantum juga pada Peta Strategi Direktur Jenderal tahun 2016 serta penjelasan dalam Manual IKU yaitu: 1) Sasaran strategis penegakan hukum yang efektif. Penegakan hukum adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin terpenuhinya ketaatan terhadap peraturan yang berlaku di bidang kepabeanan dan cukai. Penegakan hukum yang efektif bertujuan untuk pengamanan hak keuangan negara dan perlindungan masyarakat, industri dalam negeri dan kepentingan nasional, dengan indikator keberhasilan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21). 2) Sasaran strategis kepuasan pengguna layanan yang tinggi terhadap pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai yang diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pengguna layanan oleh lembaga independen. 3) Sasaran strategis kepatuhan pengguna layanan kepabeanan dan cukai yang tinggi dalam menaati setiap peraturan di bidang kepabeanan dan cukai yang telah ditetapkan. 4) Sasaran strategis analisis perumusan kebijakan yang optimal dalam upaya pengkajian dan proses penelaahan atas situasi dan kondisi yang berkembang di organisasi dan proses perencanaan langkah-langkah organisasi ke depan, serta perumusan kebijakan atas proses penelaahan permasalahan di bidang kepabeanan dan cukai yang didasari pada pertimbangan kepentingan nasional dan keselarasan dengan standar internasional. 5) Sasaran strategis peningkatan pelayanan prima dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai dengan mengutamakan kepentingan pengguna layanan ( customer) dan 1 17

45 Bab II Perencanaan Kinerja mengacu kepada standar waktu layanan dalam rangka mendukung industri dan memfasilitasi perdagangan. 6) Sasaran strategis edukasi dan komunikasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi atas peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepabeanan dan cukai yang pada akhirnya akan memperlancar proses pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai. 7) Sasaran strategis pengendalian mutu yang optimal dalam rangka mengawasi, mengamati, mengecek dengan cermat, memantau pekerjaan maupun laporan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. 8) Sasaran strategis Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif dalam upaya membentuk SDM DJBC yang memiliki nilai kompetensi sama atau di atas Standar Kompetensi Jabatan Kementerian Keuangan, baik hard maupun soft competencies untuk kepentingan jangka panjang. 9) Sasaran strategis organisasi yang kondusif dalam rangka membentuk organisasi baik tingkat pusat, instansi vertikal maupun unit pelaksana teknis yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelaksanaan tugas dan tuntutan masyarakat. 10) Sasaran strategis sistem informasi manajemen yang andal yang merupakan perwujudan suatu kesatuan sistem informasi yang utuh dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, serta mengoptimalkan penggunaan sistem informasi dan sumber daya yang ada secara keseluruhan. 11) Sasaran strategis pengelolaan anggaran yang optimal dalam rangka pengelolaan sumber daya organisasi berupa dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) yang harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. 18 1

46 Bab II Perencanaan Kinerja 4. Program dan Kegiatan Pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis DJBC yang telah ditetapkan secara lebih rinci diterjemahkan dalam Rencana Kerja (Renja) DJBC, yang merupakan penjabaran secara tahunan dari kegiatan dalam Rencana Strategis DJBC tahun Renja DJBC berisi program, kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output beserta targetnya. Rincian program dan kegiatan DJBC pada tahun 2016 tertuang dalam matriks kinerja Renja DJBC tahun 2016 sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran II. 1 19

47 Bab II Perencanaan Kinerja B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja disusun dengan menetapkan sasaran yang mencerminkan sesuatu yang akan dicapai secara nyata dari pelaksanaan program dalam rumusan yang spesifik, terukur, dan berorientasi pada hasil ( outcome). Dalam penyusunan perjanjian kinerja juga ditetapkan ukuran-ukuran kinerja yang jelas berupa indikator kinerja serta penetapan rencana tingkat capaian untuk masing-masing indikator. Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2016 DJBC disusun dengan mendasarkan pada sistem pengelolaan kinerja berbasis Balanced Score Cards (BSC) sehingga kinerja DJBC diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama (sebagai cerminan pencapaian output) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis (sebagai cerminan pencapaian outcome) sebagaimana telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan Menteri Keuangan tahun Perjanjian Kinerja yang berisi Peta Strategi, Sasaran Strategis (SS), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Kontrak Kinerja dalam konsep BSC telah sejalan dengan Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja. 20 1

48 Bab II Perencanaan Kinerja Dalam konsep BSC, Sasaran Strategis (SS) tersebut kemudian dipetakan dalam suatu Peta Strategi berupa kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta Strategi DJBC Tahun 2016 tertuang dalam Kontrak Kinerja Nomor : 4/KK/2016 tanggal 19 Januari 2016 dan addendum Kontrak Kinerja Nomor : 4A/KK/2016 tanggal 20 Juli 2016 yaitu sebagaimana dalam diagram berikut: Diagram PETA STRATEGI DJBC Tahun

49 Bab II Perencanaan Kinerja Peta Strategi terdiri dari sejumlah SS yang dikelompokkan dalam berbagai perspektif. Perspektif merupakan cara pandang yang digunakan dalam BSC untuk mengelola kinerja organisasi. Sesuai dengan perspektif dalam BSC Kemenkeu, terdapat 4 perspektif pada DJBC yaitu Stakeholder Perspective, Customer Perspective, Internal Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective. Dalam Peta Strategi DJBC Tahun 2016 telah ditetapkan 14 (empat belas) Sasaran Strategis (SS) dan 24 (dua puluh empat) Indikator Kinerja Utama (IKU). Sasaran Strategis dan IKU beserta targetnya (sebagaimana juga tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak Kinerja DJBC Tahun 2016) adalah sebagai berikut : Tabel Sasaran Strategis dan IKU DJBC Tahun 2016 No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target 1. Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas 1a-CP Waktu penyelesaian proses kepabeanan 1,2 hari 2. Penegakan hukum yang efektif 2a-CP Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) 60% 2b-N Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak 30% 3. Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal 3a-N 3b-N Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai 100% Rp 3 T 4. Kepuasan pengguna layanan yang tinggi 4a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan 4 (Skala 5) 5. Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi 5a-CP Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan 80% 5b-N Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan 82% 22 1

50 Bab II Perencanaan Kinerja No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target 6. Analisis perumusan kebijakan yang optimal 6a-N Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional 3 (Skala 4) 6b-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat 5% 7. Peningkatan pelayanan prima 7a-N Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 100% 8. Edukasi dan komunikasi yang efektif 8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 79 (Skala 100) 9. Peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai 9a-CP 9b-N Persentase keberhasilan pelaksanaan joint audit Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai 88,2% 80% 9c-N Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai 4,25 (Skala 5) 10. Pengendalian mutu yang optimal 10a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti 48% 10b-N Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal 85% 10c-N Persentase hit-rate dari importasi jalur merah 25% 11. SDM yang kompetitif 11a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency 12. Organisasi yang kondusif 12a-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan 90% 87% 12b-N Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional 75% 1 23

51 Bab II Perencanaan Kinerja No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target 13. Sistem informasi manajemen yang andal 13a-CP Tingkat downtime sistem TIK 1% 13b-N Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai 75% 14. Pengelolaan anggaran yang optimal 14a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% Keterangan : Kode CP adalah Kode IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide 24 1

52 BAB III LAKIN DJBC 2016 AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi B. Evaluasi dan Analisis Kinerja C. Kinerja Lainnya D. Akuntabilitas Keuangan

53 A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran tingkat capaian kinerja DJBC tahun 2016 sesuai dengan konsep BSC dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdapat dalam Peta Strategi Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 dengan targetnya. Secara umum target IKU DJBC Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak Kinerja dapat tercapai dengan baik walaupun masih terdapat 4 IKU yang pencapaiannya berada di bawah target yang ditetapkan. Dari 24 IKU, terdapat 21 IKU berstatus hijau (realisasi

54 minimal 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus kuning (realisasi minimal 80% dan kurang dari 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus merah (realisasi kurang dari 80% dari target yang ditetapkan) dan 1 IKU berstatus abu-abu. Satu IKU dengan capaian kuning yaitu IKU Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai. Satu IKU dengan capaian merah yaitu IKU Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai. Sedangan satu IKU yang berstatus abu-abu yaitu IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti. Rincian status IKU tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: 1 IKU Kuning, 4% 1 IKU Abu-abu,, 4% 1 IKU Merah, 4% 21 IKU Hijau, 88% Gambar 3.1 Rincian Status Capaian Kinerja DJBC T.A 2016 Capaian Tahun 2016, dari 24 IKU terdapat: IKU berstatus Hijau : 21 IKU Berstatus Kuning : 1 IKU Berstatus Merah : 1 IKU Berstatus Abu-Abu : 1 Secara rinci data pencapaian target IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 dapat disajikan sebagaimana tabel berikut : 26

55 Tabel 3.1 Capaian Kinerja DJBC T.A KODE IKU Tahun 2016 Target Realisasi % SS-1 Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas 1a-CP Waktu penyelesaian proses kepabeanan 1,2 hari 0,81 hari 120% SS-2 Penegakan hukum yang efektif 2a-CP 2b-N Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak 60% 94,87% 120% 30% 66,94% 120% SS-3 Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal 3a-N 3b-N SS-4 4a-CP SS-5 5a-CP 5b-N SS-6 Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai Kepuasan pengguna layanan yang tinggi Indeks kepuasan pengguna layanan Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan Analisis perumusan kebijakan yang optimal 100% 97,15% 97,15% Rp 3 T Rp854 M 0% 4 (Skala 5) 4,04 101% 80% 86,94% 108,67% 82% 93,32% 113,80% 6a-N Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional 3 (Skala 4) 3,67 120% 6b-N SS-7 7a-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Peningkatan pelayanan prima Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 5% 2,74% 120% 100% 114,19% 114,19% SS-8 8a-N SS-9 Edukasi dan komunikasi yang efektif 79 Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi (Skala 100) Peningkatan efektivitas pengawasan Kepabeanan dan Cukai 82,43 104,34% 9a-CP 9b-N Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai 88,2% 104,78% 118,80% 80% 94,75% 118,44% 27

56 KODE IKU Tahun 2016 Target Realisasi % 9c-N Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai 4,25 (Skala 5) 4,50 105,88% SS-10 Pengendalian mutu yang optimal 10a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti 48% N/A N/A 10b-N Rata-rat persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan 85% 97,1% 114,24% internal 10c-N Persentase hit rate dari importasi jalur merah 25% 34,70% 120% SS-11 SDM yang kompetitif 11a-N SS-12 12a-CP 12b-N SS-13 Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Organisasi yang kondusif Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional Sistem manajemen informasi yang andal 90% 95,84% 106,49% 87% 100% 114,94% 70% 100% 120% 13a-CP Tingkat downtime sistem TIK 1% 0,30% 120% 13b-N SS-14 Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai Pengelolaan anggaran yang optimal 75% 99,79% 120% 14a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 97,06% 102,17% Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 108,46 Keterangan : CP = IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide; N= IKU Non-Cascading Indeks Capaian IKU maksimal 120% 28

57 B. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA SS-1 PENINGKATAN KELANCARAN ARUS BARANG DALAM RANGKA MENDUKUNG SISLOGNAS Kelancaran arus barang adalah variabel yang penting dalam meningkatkan kemampuan daya saing produsen dalam negeri, untuk itu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tugas dan fungsinya memiliki peran strategis dalam memastikan terwujudnya kelancaran arus barang masuk dan keluar Daerah Pabean berusaha untuk selalu meningkatkan kinerjanya yang berpengaruh pada kelancaran arus barang. Capaian Sasaran Strategis Peningkatan Kelancaran Arus Barang Dalam Rangka Mendukung Sislognas pada tahun 2016 sebesar 120%. Capaian ini diperoleh dari indeks capaian IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan. Gambar 3.2 Pelabuhan Bongkar Muat 29

58 1a-CP Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan (Customs Clearance Time) bertujuan untuk mempercepat kinerja proses pengeluaran barang impor sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik serta untuk mengukur kehandalan sistem yang telah diterapkan dalam rangka mendukung sistem logistik nasional (sislognas). Gambar 3.3 Proses Bongkar Muat Barang Customs clearance time merupakan salah satu mata rantai dalam proses pergerakan arus barang sebagai bagian dari dwelling time. Dwelling time adalah lama waktu sejak barang impor dibongkar dari kapal sampai dengan barang keluar dari pelabuhan. Indikasi perhitungan dwelling time adalah lamanya kontainer impor ditumpuk di pelabuhan (waktu penumpukan kontainer di pelabuhan). Gambar 3.4 Komponen Dwelling Time Barang Impor Dwelling time dapat dibagi menjadi pre-clearance, custom clearance dan postclearance. Aktivitas pre-clearance adalah proses sejak kedatangan sarana pengangkut hingga peti kemas diletakkan di tempat penimbunan sementara (TPS) dan peninjauan nomor pendaftaran Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Customs Clearance Time khususnya untuk kegiatan impor dimulai dari waktu 30

59 importir/ppjk melakukan loading Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke sistem in house Bea Cukai sampai dengan waktu penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Aktivitas post-clearance adalah peti kemas diangkut keluar pelabuhan dan pembayaran ke operator pelabuhan. Dalam proses dwelling time, DJBC berkontribusi terhadap kinerja Customs clearance time untuk mempercepat proses penyelesaian kewajiban kepabeanan barang impor sehingga waktu barang impor keluar dari pelabuhan juga menjadi lebih cepat yang diharapkan dapat mendukung distribusi logistik nasional Indonesia. Setiap barang impor yang masuk ke dalam daerah pabean dilakukan pemeriksaan secara selektif dengan mempertimbangkan tingkat risiko yang melekat pada importir dan barang. Perpaduan antara profil importir dan profil komoditi tersebut yang menghasilkan penjaluran barang impor. Jenis penjaluran barang impor antara lain jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur Mitra Utama Kepabeanan. Tiap-tiap jalur tersebut mempunyai karakteristik yang berbedabeda, untuk jalur merah dilakukan proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. Untuk jalur kuning adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. Adapun jalur hijau merupakan proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Sedangkan jalur MITA memungkinkan proses pengeluaran barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen (penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik relatif sedikit). Penjaluran ini merupakan proses pengawasan yang dilakukan petugas Bea Cukai dalam pelayanan kegiatan impor agar tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab Waktu penyelesaian proses kepabeanan yang diukur meliputi penyelesaian seluruh dokumen impor yang meliputi jalur merah, jalur kuning, 31

60 jalur hijau, dan jalur Mitra Utama karena merepresentasikan seluruh pengguna jasa yang terlibat dalam proses importasi di pelabuhan. Hal ini sejalan dengan pengukuran dwelling time yang mengukur waktu pengeluaran kontainer sejak dibongkar dari kapal sampai dengan kontainer keluar dari pelabuhan untuk semua jalur. Monitoring terhadap Customs Clearance Time dilakukan terhadap kegiatan layanan importasi pada seluruh kantor pelayanan Bea dan Cukai. Guna mendukung alokasi sumber daya secara optimal dan fokus terhadap importasi yang mendorong perekonomian nasional, Customs Clearance Time secara khusus dimonitor dengan pengukuran pencapaian IKU Customs Clearance Time terhadap kegiatan layanan importasi pada kantor pelayanan Bea dan Cukai di 4 (empat) pelabuhan utama, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok, 2. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak, 3. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan, dan 4. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas. Keempat pelabuhan tersebut memiliki persentase kagiatan importasi terbear secara nasional. Hal ini dapat terlihat dari besarnya kontribusi total jumlah dokumen PIB (69,8%) dan total jumlah TEU (92,7%) keempat pelabuhan tersebut dibandingkan data importasi nasional. Adapun rincian kontribusi dimaksud adalah sebagai berikut : 32

61 Tabel 3.2 Kontribusi Jumlah Dokumen PIB dan Jumlah Teus Pada 4 Pelabuhan Utama Tahun 2016 Nama Kantor Jumlah PIB % Jumlah TEU % KPU Tanjung Priok ,4% ,7% KPPBC Tanjung Perak ,4% ,5% KPPBC Tanjung Emas ,6% ,5% KPPBC Belawan ,4% ,0% TOTAL 69,8% 92,7% Nasional Sumber data : Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai Catatan : 1. Angka persentase dihasilkan dengan membandingkan antara jumlah PIB/TEU tiap kantor dan jumlah PIB/TEU secara nasional 2. Ukuran muatan dalam pembongkaran/pemuatan kapal peti kemas dinyatakan dalam TEU (twenty foot equivalent unit). Oleh karena ukuran standar dari peti kemas dimulai dari panjang 20 feet, maka satu peti kemas 20 dinyatakan sebagai 1 TEU dan peti kemas 40 dinyatakan sebagai 2 TEU atau sering juga dinyatakan delam FEU (fourty foot equivalent unit) IKU ini merupakan IKU dengan polarisasi minimize (semakin kecil realisasinya dibandingkan target, semakin baik). Pada tahun 2016 realisasi IKU ini adalah 0,81 hari dari target yang ditetapkan sebesar 1,2 hari. Rata-rata waktu penyelesaian proses kepabeanan pada 4 (empat) kantor besar, secara rinci dapat dilihat dalam grafik berikut : HARI Jan Feb mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Target Realisasi Target Realisasi Gambar 3.5 Rata-rata Customs Clearance Time di 4 Pelabuhan Utama Tahun

62 Selain melebihi target pada Kontrak Kinerja Tahun 2016, realisasi IKU 0,81 hari juga telah melebihi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2016, yaitu 1,4 hari. Target Customs Clearance Time tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan target tahun 2015 yaitu 1,5 hari. Realisasi IKU ini juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yaitu 1,20 hari. Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2014 s.d 2016 Kantor Realisasi 2014 Realisasi 2015 Realisasi 2016 Tg. Priok 1,24 hari 0,98 hari 0,78 hari Belawan 1,38 hari 1,26 hari 0,79 hari Tg. Emas 2,05 hari 1,75 hari 1,51 hari Tg. Perak 0,97 hari 0,81 hari 0,61 hari Target (3 hari) (1,5 hari) (1,2 hari) Capaian 1,41 hari 1,2 hari 0,81 hari (rata-rata) Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) dan LAKIN 2014 & 2015 PERBANDINGAN REALISASI IKU TAHUN 2014 S.D 2016 Target Realisasi T A H U N T A H U N T A H U N Gambar 3.6 Realisasi Waktu Penyelesaian Kepabeanan Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tren peningkatan percepatan Customs Clearance Time sehingga proses pengeluaran barang impor di pelabuhan 34

63 menjadi lebih cepat yang sejalan bahkan lebih cepat dari target sampai dengan tahun 2019 pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi 1 hari. Tabel 3.4 Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan Tahun 2016 Kantor Jalur Mita Jalur Hijau Jalur Kuning Jalur Merah Ratarata waktu dok Ratarata waktu dok Ratarata waktu dok Ratarata waktu dok Total Waktu (hari) Ratarata waktu total Target Waktu Tg. Priok 0, , , , ,78 0,98 hari Belawan 0, , , , ,79 1,27 hari Tg. Emas 0, , , , ,51 1,75 hari Tg. Perak 0, , , , ,61 0,81 hari Rata-Rata ,81 1,2 hari Catatan : Satuan waktu dalam hari (Polarisasi Minimize) Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata waktu penyelesaian proses kepabeanan pada 4 kantor yang mengawasi pelabuhan utama mencapai 0,81 hari, dengan waktu paling cepat 0,78 hari pada KPU BC Tipe A Tanjung Priok, dan waktu terlama 1,51 hari pada KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas. Hal ini disebabkan karena pada KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas belum diberlakukan pelayanan 24/7 (24 jam dalam 7 hari seminggu). Rata-rata penyelesaian waktu proses kepabeanan pada KPU Tanjung Priok sesuai dengan perhitungan IKU pada tahun 2016 yaitu 0,78 hari. Sesuai Gambar 3.7 Penimbunan Barang di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) karakteristiknya, penyelesaian Customs Clearance di jalur kuning dan jalur merah lebih lama dibandingkan dengan jalur Mitra Utama atau pun jalur hijau. Untuk itu dilakukan evaluasi atas importansi di kedua jalur tersebut. 35

64 Hasil evaluasi di jalur kuning berupa usulan untuk upgrade dan downgrade dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jenis Importir (IP/IU); 2) Volume Importansi; 3) Jumlah Notul; 4) Uji Eksistensi; 5) Nature of Business; 6) Jumlah PPJK yang mengurus; 7) Tunggakan, tagihan dan keberatan; 8) Hasil surveillance dan Nota Hasil Intelijen (NHI); dan 9) Pengaduan. Sedangkan upaya untuk menurunkan dwelling time di jalur merah diawali dengan mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam menurunkan Customs Clearance yaitu : 1) Masih lamanya penarikan kontainer untuk periksa fisik; dan 2) Lamanya pengurus perusahaan barang siap dalam pendampingan periksa fisik. Berdasarkan hasil identifikasi kendala pelaksanaan Customs Clearance, maka disusun langkah-langkah kegiatan yang diharapkan dapat mempercepat proses Customs Clearance di jalur merah yaitu sebagai berikut : 1. Integrasi sistem antara bebrapa tempat Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dalam hal penarikan kontainer untuk periksa fisik dari terminal bongkar; 2. Percepatan eksekusi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dokumen yang disaksikan oleh kuasa importir (pengusaha TPS) tanpa harus menunggu pengurus barang hadir menyaksikan pemeriksaan fisik. Ini merupakan implementasi Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per- 12/BC/2016 tentang Pemeriksaan Fisik Barang Impor. Dari sisi pencapaian IKU, rata-rata waktu penyelesaian proses kepabeanan telah melebihi target yang ditetapkan. Walaupun demikian, dalam pemenuhan 36

65 target dwelling time yang ditetapkan pemerintah masih terdapat kendala yang dihadapi DJBC di Pelabuhan Tanjung Priok antara lain : 1. Belum optimalnya sinergi para stakeholder di pelabuhan; 2. Masih lamanya waktu penarikan kontainer jalur merah oleh pihak TPS ke area pemeriksaan; 3. Masih lamanya waktu penyerahan hardcopy PIB yang dilakukan oleh pihak importir/ppjk. Terkait hal tersebut, di tahun 2016 ini DJBC baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan instansi lain di pelabuhan telah melakukan berbagai macam upaya untuk percepatan dweling time nasional, diantaranya : 1. Percepatan proses pemeriksaan fisik di Pelabuhan (3 hari menjadi 1 hari); 2. Percepatan proses customs clearance dengan simplifikasi prosedur seperti percepatan penyerahan dokumen pelengkap pabean (3 hari menjadi 1 hari), perluasan pre-notification, pembayaran berkala, mengakomodasi single submission melalui INSW; 3. Koordinasi dengan instansi terkait dan stakeholder dalam rangka evaluasi waktu dwelling time seperti Kementerian Perhubungan, PT. Pelindo, Operator Terminal Pelabuhan, PP INSW, TPS, beberapa Asosiasi, surveyor dan instansi lainnya; 4. Asistensi penurunan dwelling time ke beberapa pelabuhan; 5. Koordinasi dan pembahasan pengembangan Hub dan Spoke System (Pusat Logistik Berikat dan Dry Port) dengan pihat terkait (PT. Pelindo II, CDP dan Operator Terminal Pelabuhan Tanjung Priok); 6. Penguatan fungsi Indonesia National Single Windows (INSW); 7. Pengembangan Indonesia Single Risk Management (ISRM), dan Single Submission; 8. Meningkatkan jumlah stakeholder patuh, AEO dan MITA Kepabeanan. 37

66 Dalam rangka perbaikan dwelling time, selain melanjutkan upaya-upaya yang telah dilakukan pada tahun 2016, DJBC melakukan beberapa inisiatif pada tahun 2016 dan inovasi yang akan dilakukan pada tahun 2017, diantaranya : 1. Penetapan Sarana dan Prasarana pada Tempat Penimbunan Sementara (TPS); 2. Penempatan CCTV IP-Cam; 3. Pelaksanaan TPS Online; 4. Penggunaan e-seal untuk Pindah Lokasi Penimbunan (PLP); 5. Mendorong Container Freight Station (CFS) Center sebagai pusat konsolidasi barang kargo impor dan ekspor secara terpadu; 6. Penerapan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Mobile; 7. Pengembangan Advance Manifest System; 8. Pemotongan kuota otomatis secara elektronik; 9. Penutupan pos manifes secara otomatis; 10. Penerapan single identity pada Kementerian Keuangan dengan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu tahapan dalam rangka pengembangan ISRM. Selain mendukung distribusi logistik nasional, dengan mempercapat waktu penyelesaian proses kepabeanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengguna jasa terhadap layanan di bidang kepabeanan dan cukai. Dalam rangka meningkatkan kepuasan pengguna jasa tersebut, perlu dilakukan peningkatan target IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan pada tahun depan. Namun terdapat hal yang perlu diperhatikan apabila waktu penyelesaian proses kepabeanan terus ditingkatkan yaitu semakin singkatnya waktu pengawasan terhadap barang impor dan ekspor. Sehingga kedepannya perlu dilakukan inovasi atau dibuatkan metode pengawasan yang lebih efektif dan efisien agar peningkatan pelayanan dengan percapatan waktu penyelesaian proses kepabeanan dapat sejalan dengan tingkat pengawasan kepabeanan dan cukai yang optimal. 38

67 SS-2 PENEGAKAN HUKUM YANG EFEKTIF Gambar 3.8 Press Release Tersangka Bab III Penegakan hukum adalah kegiatan yang dilakukan menjamin ketaatan untuk terpenuhinya terhadap peraturan yang berlaku di bidang kepabeanan dan cukai. Penegakan hukum yang efektif bertujuan pengamanan untuk hak keuangan negara dan bertujuan untuk pengamanan hak keuangan negara dan perlindungan masyarakat. Capaian Sasaran Strategis penegakan hukum yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat pada tahun 2016 adalah sebesar 120%. Capaian Sasaran Strategis tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21) dan IKU Persentase kemenangan sengketa banding di pengadilan pajak. 2a-CP Persentase Hasil Penyidikan yang Telah Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan (P-21) IKU ini bertujuan untuk mendorong kinerja penyidikan kasus tindak pidana kepabeanan dan cukai sampai dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan yang berasal dari Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP). Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai adalah segala perbuatan yang berhubungan dengan Kepabeanan dan Cukai yang atas perbuatan tersebut diancam dengan pidana. Penerbitan SPDP menandai dimulainya kegiatan penyidikan dengan pemberitahuan secara resmi kepada Kejaksaan. Penyidikan merupakan tahap dimana penyidik berupaya mengungkapkan fakta-fakta dan bukti-bukti atas terjadinya suatu tindak pidana serta menemukan tersangka pelaku tindak pidana tersebut. 39

68 Status P-21 merupakan status dimana berkas perkara pidana yang dilakukan penyidik DJBC dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan dan siap untuk dilimpahkan ke pengadilan untuk menjalani proses persidangan. Status SP3 berarti proses penyidikan dinyatakan dihentikan karena tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum sesuai Pasal 109 ayat (2) KUHAP. IKU Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21) tidak termasuk Indikator Kinerja Program (IKP) pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan tahun Namun IKU ini mendukung pencapaian sasaran strategis Penegakan Hukum yang Efektif pada Peta Strategi Kemenkeu-Wide tahun Pada tahun 2016 realisasi IKU ini adalah 96,45% dari target yang ditetapkan sebesar 60%. Realisasi tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 90,27%. Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi IKU P-21 Tahun Tahun SPDP P-21 Realisasi Target ,34% 50% ,67% 50% ,76% 55% ,31% 60% ,27% 60% ,45% 60% Sumber : 1. LAKIN DJBC Tahun Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) Realisasi IKU ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Hasil Penyidikan yang Berstatus P-21 Tahun 2016 No. Unit Kerja SPDP P-21 Persentase 1 Kantor Pusat ,00% 2 KPU Tg. Priok ,00% 3 KPU Batam ,00% 4 KPU Soekarno Hatta ,00% 5 NAD ,00% 6 Sumut ,00% 7 Riau & Sumbar ,00% 8 Khusus Kepri ,00% 40

69 No. Unit Kerja SPDP P-21 Persentase 9 Sumbagsel ,00% 10 Banten ,00% 11 Jakarta ,00% 12 Jabar ,00% 13 Jateng & DIY ,00% 14 Jatim I ,00% 15 Jatim II ,00% 16 Bali, NTB, NTT ,00% 17 Kalbagbar ,00% 18 Kalbagtim ,00% 19 Sulawesi ,00% 20 Maluku, Papua & Papua Barat ,00% JUMLAH (SP3 dikeluarkan dari perhitungan) ,45% Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) 2. Hasil Rekonsiliasi Data Direktorat P2 dengan Data Kanwil dan KPU Tercapainya target tahun 2016 tidak lepas dari upaya DJBC untuk meningkatkan profesionalisme para penyidik DJBC di seluruh wilayah Indonesia, hal ini bisa terjadi berkat asistensi dan workshop yang diadakan terkait dengan kegiatan penyidikan. Selain itu, tingkat kecepatan penyelesaian penyidikan yang masih bervariasi antar wilayah juga berdampak pada capaian IKU yang terlihat kurang cepat, hal ini disebabkan kurang lengkapnya data/berkas serta syarat formal dan materiil dari unit yang melakukan penindakan, masih minimnya pemahaman sebagian jaksa terhadap tindak pidana kepabeanan dan cukai di beberapa daerah, belum optimalnya koordinasi antara DJBC dengan Kejaksaan, dan belum adanya kurikulum tindak pidana kepabeanan dan cukai di Universitas serta lembaga pendidikan di Indonesia sehingga berakibat pada minimnya pemahaman masyarakat terhadap hal tersebut. Strategi-strategi yang dilakukan DJBC untuk mendukung ketercapaian target capaian IKU pada tahun 2016 ini diantaranya melalui asistensi penyelesaian SPDP pada unit kerja yang mengalami kesulitan administrasi dan teknis dalam penyelesaian penyidikan (P21), pelaksanaan workshop administrasi 41

70 penyidikan, dan pelaksanaan pra-seleksi bagi peserta yang akan mengikuti Diklat Penyidikan. 2b-N Persentase Kemenangan Sengketa Banding di Pengadilan Pajak IKU ini bertujuan sebagai alat untuk mengukur tingkat efektifitas penanganan sidang banding atas pokok sengketa klasifikasi dan nilai pabean di bidang kepabeanan di Pengadilan Pajak sehingga jumlah sengketa banding dimenangkan dapat untuk meningkatkan mutu secara optimal. Formula dalam IKU ini adalah jumlah putusan Pengadilan Pajak dalam pokok sengketa klasifikasi dan nilai pabean di bidang kepabeanan yang bandingnya ditangani Direktorat KBP yang amarnya memenangkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dibandingkan dengan total jumlah berkas putusan Pengadilan Pajak dalam pokok sengketa klasifikasi dan nilai pabean di bidang kepabeanan di Pengadilan Pajak yang bandingnya ditangani Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Gambar 3.9 Ilustrasi Persidangan Sengketa pajak dalam proses banding atau sering disebut sengketa banding adalah sengketa yang timbul dalam bidang kepabeanan antara wajib pajak dengan pihak DJBC mengenai keputusan keberatan yang tidak disetujui oleh wajib pajak. Seperti halnya dengan keberatan, wajib pajak atau penanggung pajaklah yang harus mengajukan permohonan banding. 42

71 Sengketa banding bisa menyangkut masalah formal maupun material, namun kebanyakan wajib pajak menyangka sengketa banding hanya menyangkut sengketa material, sehingga seringkali tidak disadari bahwa sengketa mungkin sudah berawal saat pihak DJBC mulai melaksanakan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang bersangkutan. Capaian IKU tahun 2016 sebesar 66,94% dari target 30%, pokok perkara yang digunakan untuk perhitungan IKU meliputi sengketa tarif dan nilai pabean yang putusan pengadilan pajaknya diterima Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tahun IKU ini adalah IKU baru di tahun 2016 yang dimunculkan pada addendum Kontrak Kinerja Direktur Jenderal setelah adanya reorganisasi pada DJBC. Periode April s.d. Desember 2016 terdapat 81 putusan nilai pabean dan klasifikasi yang menang dari 121 putusan yang diterima. Adapum rincian realisasi IKU ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.7 Sengketa Banding yang Dimenangkan Tahun 2016 No. Bulan Jumlah Amar Putusan yang diterima Klasifikasi Nilai Pabean Jumlah Amar Putusan yang menang Klasifikasi Nilai Pabean Realisasi Kuartalan % Capaian pada bulan pelaporan (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)=(e)+(f)/(c)+(d) 1 April*) ,43% 2 Mei ,67% 37,50% 3 Juni ,22% 4 Juli ,44% 5 Agustus ,32% 100% 6 September ,82% 7 Oktober ,00% 8 Nopember ,94% 91,30% 9 Desember ,00% Jumlah Amar Putusan yang menang (i)=(e)+(f) 81 Jumlah Amar Putusan yang diterima (j)=(c)+(d) 121 Capaian IKU 2016 (k)=(i)/(j) 66,94% Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) *) IKU Addendum Kemenkeu One sejak April 2016 Permasalahan penanganan IKU Persentase kemenangan sengketa banding di pengadilan pajak antara lain: Pengambilan barang contoh tidak sesuai dengan 43

72 yang sedang disengketakan, dan kurangnya alat bukti dalam melakukan penetapan Kepabeanan (antara lain: tidak dapat membuktikan yang mengakibatkan nilai pabean digugurkan dan tidak dapat diterima sebagai nilai transaksi, PIB pembanding untuk menetapkan nilai pabean dan lain-lain). Tindakan yang telah dilaksanakan antara lain: penyelesaian draft RPMK Keberatan di bidang Kepabeanan dan Cukai, melakukan pengumpulan alat bukti baik melalui surat maupun penelitian di lokasi, menghadirkan Ahli pada sidang banding di Pengadilan Pajak, menyusun aplikasi keberatan dan banding (SiAP TANDING) dan melakukan bedah kasus atas sengketa banding yang masih dalam proses sidang dengan unit terkait. 44

73 SS-3 PENERIMAAN NEGARA DI SEKTOR KEPABEANAN DAN CUKAI YANG OPTIMAL Gambar 3.10 Ilustrasi Penerimaan DJBC Pendapatan yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai sesuai dengan target sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN-P. Pemungutan pendapatan negara yang optimal ini merupakan wujud fungsi DJBC sebagai revenue collector. Salah satu fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang utama yang dapat diukur outcome-nya (hasil) adalah pendapatan negara yang optimal, sehingga tingkat pencapaian jumlah penerimaan bea cukai yang sesuai dengan target menjadi salah satu fokus utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Capaian Sasaran Strategis penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal pada tahun 2016 sebesar 58,29% yang merupakan pembagian dari jumlah persentase IKU Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai dan IKU Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai. Capaian Sasaran Strategis tersebut diperoleh dari indeks capaian dua IKU yaitu: 1. Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai (97,15%). 2. Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai (0%). 3a-N Persentase Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai DJBC sepanjang tahun 2016 berhasil menyumbang penerimaan negara sebesar Rp. 178,7 Triliun atau sebesar 97,15% dari target APBNP (Rp. 183,9 Trilliun). Disamping penerimaan dari bea masuk, bea keluar dan cukai sebesar Rp. 178,7 Triliun, DJBC juga melakukan pungutan negara atas Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dan PPN hasil tembakau (PPN HT) sebesar Rp. 165,05 Triliun. 45

74 Tabel 3.8 Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2016 dan 2015 No. Jenis Penerimaan Target APBN-P Realisasi Tahun 2016 % Pencapa ian Target Realisasi Tahun 2015 Pertumbuhan % (5/3) (5-11) 13 (12/11) 1 BEA MASUK 33, , % 31, , % 2 CUKAI 148, , % 144, (1,133.52) -0.78% Hasil Tembakau 141, , % 139, (1,968.83) -1.41% 3 Ethil Alkohol % % MMEA 5, , % 4, % Pendapatan Cukai Lainnya 1, % BEA KELUAR 2, , % 3, (728.78) % TOTAL 183, , % 179, (854.12) -0.48% PPN Impor 122, , (7,349.48) -5.65% PPn BM Impor 4, , % PPh Pasal 22 Impor 37, , (2,281.40) -5.67% Total PDRI 165, , (9,343.81) -5.36% TOTAL DJBC + PERPAJAKAN 343, , (10,197.93) -2.88% Catatan: 1. Data realisasi penerimaan s.d. 31 Desember pukul WIB 2. Sumber data: CEISA (Des) dan Buku Merah (1 Jan 30 Nov) Pada tahun 2016, target IKU ini sebesar 100% sesuai dengan target yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun Realisasi IKU ini hanya sebesar 97,15% atau defisit sebesar 2,85%. Dari sisi target, tahun 2016 jumlah penerimaan yang dibebankan kepada DJBC mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara dari sisi pencapaian, persentase capaian penerimaan mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi persentase target, target yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Keuangan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 100%. Hal ini merupakan cerminan salah satu mandat yang dibebankan kepada DJBC yaitu untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. Sehubungan dengan telah ditetapkannya Undang-undang Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, 46

75 target penerimaan negara yang dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengalami penurunan sebesar Rp11,034 Trilliun atau 5.66% dari APBN-P Tabel 3.9 Perbandingan Alokasi Target Penerimaan DJBC pada APBN-P 2015 dan APBN-P 2016 dalam Miliar rupiah No Jenis Penerimaan APBN-P 2015 APBN-P 2016 Kenaikan Persentase 1 Bea Masuk , ,50 (3.832,37) -10,30% 2 Bea Keluar , ,00 (9.553,02) -79,26% 3 Cukai , , ,31 1,61% Total , ,73 (11.034,08) -5,66% Ket : Bea Masuk termasuk BM-DTP Dari data pada tabel di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Terjadi penurunan target penerimaan DJBC sebesar Rp 11,034 Triliun dibanding dengan APBN-P Target penerimaan Bea Keluar turun sebesar 79,26% atau nominalnya turun sebesar Rp 9,6 Triliun. Target penerimaan Bea Masuk turun sebesar 10,30% atau nominalnya turun sebesar Rp 3,8 Triliun. Target penerimaan Cukai naik sebesar 1,61% atau nominalnya naik sebesar Rp 2,5 Triliun. Total realisasi penerimaan Kepabeanan dan Cukai (BM, BK, dan Cukai) s.d. 31 Desember 2016 sebesar Rp 178,7 Triliun atau sebesar 97,15% dari target tahunan APBN-P Secara nominal, capaian ini menunjukan penurunan dibandingkan tahun Selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata peningkatan realisasi DJBC sebesar 8,32% setiap tahun. Tabel 3.10 Data Realisasi DJBC 5 Tahun Terakhir (dalam Triliun) Jenis Penerimaan Bea Masuk 28,2 31,5 32,9 31,48 32,22 Cukai 95,0 108,4 118,1 144,67 143,51 Bea Keluar 21,2 15,8 11,3 3,69 2,99 Total 144,5 155,8 162,3 179,84 178,72 Sumber: Direktorat PPS 47

76 1. Penerimaan Bea Masuk Penerimaan Bea Masuk (BM) s.d. 31 Desember 2016 sebesar Rp 32,22 Triliun atau 97,30% dari target APBN-P 2016, naik 4,03% dari tahun Dibandingkan dengan capaian s.d. periode yang sama pada tahun 2015, terjadi peningkatan nominal hampir Rp 0,74 Triliun. Selama 2016 penerimaan BM mengalami fluktuasi setiap bulannya. Jika dibandingkan tahun 2015, penerimaan BM tahun 2016 lebih tinggi dalam 5 bulan yaitu pada bulan Januari dan Februari akibat adanya impor beras, bulan Mei karena persiapan bulan puasa dan lebaran, serta bulan November dan Desember karena pelunasan piutang dari PIB pembayaran berkala dan tambah bayar. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian BM 2016 adalah sebagai berikut : a) Kondisi perekonomian global tahun 2016 yang belum pulih (versi Worldbank : 2,4%; versi IMF : 3,2%). b) Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 yang terkoreksi dari asumsi APBN-P sebesar 5,5% realisasinya diperkirakan hanya 5,0%. Inflasi tahunan tahun 2016 sebesar 3,35%, lebih kecil dari asumsi APBN-P sebesar 4,0% dan nilai tukar rata-rata terhadap US$ sebesar Rp ,66 lebih rendah dari asumsi APBN-P (Rp ,00). c) Devisa impor sebagai taxbase tahun 2016 sebesar US$ miliar, turun 12,0% dibandingkan tahun 2015 yang mencapai US$ miliar. Penurunan nilai impor terjadi untuk semua kategori penggunaan barang (bahan baku & penolong, barang modal dan barang konsumsi), dengan rincian sebagai berikut : 1. Bahan baku dan penolong : turun (-10,0%) yoy 2. Barang modal : turun (-21,0%) yoy 3. Barang konsumsi : turun (-4,8%) yoy d) Sejak Januari 2014, ada 7 skema FTA sudah ditandatangani dan berlaku (ASEAN FTA ATIGA, ASEAN Australia dan New Zealand FTA, ASEAN India CECA, ASEAN Jepang CEA, Jepang Indonesia EPA, 48

77 ASEAN Korea CECA, dan ASEAN China CECA) dan masih ada 6 skema FTA yang sedang dinegosiasikan. FTA yang sudah berlaku ini melibatkan lebih dari 16 negara. Data importasi tahun 2016 menunjukan bahwa 30,0% dokumen PIB sudah menggunakan fasilitas FTA atau setara dengan 26,6% dari total nilai impor (devisa impor) sudah menggunakan fasilitas FTA. e) Adanya 5 (lima) komoditas utama dalam penerimaan BM (otomotif, bahan bakar minyak, spare part otomotif, besi baja dan jagung) menunjukkan penurunan sejak 2014 baik dari sisi devisa maupun nilai bea masuk. 2. Penerimaan Cukai Penerimaan cukai per 31 Desember 2016 sebesar Rp 143,51 Triliun atau 96,92% dari target APBN-P 2016, turun 0,77% dari tahun Penerimaan cukai tersebut terdiri atas : a. Cukai Hasil Tembakau (CHT) Dalam lima tahun terakhir, baru pada tahun 2016 penerimaan CHT tidak mencapai target. Sampai dengan 31 Desember 2016, penerimaan CHT sebesar Rp. 137,95 Triliun, lebih randah dari realisasi 2015 yang mencapai Rp. 139,52 Triliun. Secara umum, rendahnya penerimaan CHT tahun 2016 dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut : 1) Dampak PMK 20 tahun 2015 (awal tahun 2016 hanya mengandalkan penerimaan CK-1 tunai); 2) Produksi rokok tahun 2016 turun sebesar 6,04 miliar batang (1,8%) dari periode yang sama tahun Produksi rokok tersebut terdiri dari Sigaret Kretek Mesin (SKM) 252,25 miliar batang, Sigaret Kretek Tangan (SKT) 70,8 miliar batang dan Sigaret Putih Mesin (SPM) sebanyak 19,01 miliar batang. Penurunan produksi terutama terjadi di 2 perusahaan roko penyumbang CHT terbesar yaitu PT. Djarum dan PT. HM. Sampoerna; 49

78 3) Serapan rokok di pasar yang menurun di sepanjang tahun menyebabkan efek forestalling di akhir tahun tidak terlalu signifikan; dan 4) Pembatasan kawasan merokok di wilayah pemasaran utama. b. Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) Sampai dengan 31 Desember 2016 penerimaan cukai MMEA sebesar Rp. 5,30 Triliun atau 101,24%, tumbuh 16,32% dari realisasi tahun 2015 yang sebesar Rp. 4,56 Triliun. Sepanjang tahun 2016, penerimaan MMEA mayoritas lebih tinggi dari tahun 2015 untuk tiap bulannya. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa industri MMEA sudah beradaptasi dengan kebijakan pelarangan penjualan MMEA di minimarket sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 06 tahun Selain itu peningkatan penindakan terhadap cukai ilegal, khususnya MMEA ilegal sebanyak kasus pada tahun 2016 juga mendorong peningkatan penerimaan cukai MMEA. c. Cukai Etil Alkohol (EA) Penerimaan cukai EA s.d. 31 Desember 2016 sebesar Rp. 171,1 miliar atau 112,92% dari target APBN-P Secara umum penerimaan bulanan cukai EA tahun 2016 lebih baik dari tahun d. Cukai kemasan plastik Cukai kemasan plastik sampai dengan 31 Desember 2016 belum dapat dipungut karena belum mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan belum ada regulasi sebagai payung hukum pemungutannya. 3. Penerimaan Bea Keluar Penerimaan bea keluar (BK) s.d. 31 Desember 2016 sebesar Rp. 2,99 Triliun atau 119,9% dari target APBN-P Namun jika dibandingkan dengan tahun 2015, penerimaan BK turun signifikan (Rp. 0,73 Triliun atau 19,5%). 50

79 Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan BK tahun 2016 adalah sebagai berikut : a. Selama 2016, harga komoditas CPO 3 (tiga) kali berada di atas thresshold (> US$ 750) yaitu pada bulan Mei, Juni dan Oktober, sehingga 3 (tiga) bulan tersebut terjadi penambahan BK dari komoditas CPO; b. Pemberian / perpanjangan kuota ekspor pada PT. Freeport dan PT. Ammant (ex. PT. Newmont) s.d. 11 Januari c. Perkembangan pembangunan smelter dari PT. Freeport dan PT. Ammant yang stagnan sehingga tarif BK semester II untuk PT. Freeport tetap 5% dan PT. Ammant tetap 7,5%. d. Kebijakan dana perkebunan yang mengurangi penerimaan BK dari komoditas bungkil. 3b-N Jumlah Peningkatan Penerimaan Bea dan Cukai Gambar 3.11 Ilustrasi Peningkatan Penerimaan bea keluar, dan cukai. Formula: Jumlah Formula pengukuran IKU ini adalah sebagai berikut : peningkatan penerimaan bea dan cukai adalah jumlah selisih antara jumlah realisasi penerimaan bea masuk (BM), bea keluar (BK), dan cukai tahun 2016 dibandingkan dengan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai tahun Penerimaan bea dan cukai adalah realisasi penerimaan bea masuk, Jumlah peningkatan Penerimaan Bea dan Cukai = (Realisasi BM + BK + Cukai (Tahun 2016)) - (Realisasi BM + BK + Cukai (Tahun 2015)) Persentase realisasi penerimaan DJBC tahun 2016 adalah 97,15% (Rp178,7 Triliun) dari target tahunan. Realisasi ini meningkat dibandingkan 51

80 dengan tahun 2015 yang sebesar 92,23%. Target penerimaan DJBC di atas tidak tercapai didominasi oleh tidak tercapainya penerimaan Cukai serta penerimaan lainnya sehingga berdampak pada capaian IKU peningkatan penerimaan DJBC yang belum dapat memenuhi target APBN-P yang telah ditetapkan (Rp183,9 Triliun) (shortfall 854,1 Miliar dari Tahun 2015). Realisasi capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 854 Miliar dari target yang ditetapkan sebesar Rp 3 Triliun dengan indeks capaian 0%. Akar masalah dari pencapaian IKU ini yaitu cukai plastik belum dapat direalisasikan pada tahun 2016 (shortfall 1 Triliun). Secara rinci jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.11 Perbandingan Data Penerimaan Tahun 2015 dan 2016 No. Jenis Penerimaan Realisasi Tahun 2016 Realisasi Tahun 2015 Pertumbuhan (5-11) 1 BEA MASUK 32, , , CUKAI 143, , , Hasil Tembakau 137, , , Ethil Alkohol MMEA 5, , Pendapatan Cukai Lainnya BEA KELUAR 2, , TOTAL 178, , Sumber data : Dit. PPS 52

81 SS-4 KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI Kepuasan pengguna layanan yang tinggi adalah kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai. Kepuasan pengguna layanan yang tinggi diukur berdasarkan hasil survei Gambar 3.12 Ilustrasi Kepuasan Customer kepuasan pengguna jasa oleh lembaga independen. Capaian sasaran strategis kepuasan pengguna layanan yang tinggi pada tahun 2016 sebesar 101%. Capaian tersebut diperoleh dari capaian IKU Indeks kepuasan pengguna layanan. 4a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Kepuasan pengguna layanan atas pelayanan yang diberikan oleh DJBC diukur melalui Indeks Kepuasan Pengguna Layanan yang diperoleh melalui survei. IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap layanan unggulan yang diberikan oleh DJBC. Indeks kepuasan pengguna layanan merupakan tingkat kepuasan pengguna jasa atas pelayanan yang diberikan oleh DJBC. Layanan DJBC yang diukur dalam survey 2016 ini mencakup 12 jenis layanan yaitu: 1. Pelayanan pembebasan bea masuk atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract) minyak dan gas bumi; 2. Pelayanan penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur MITA prioritas dengan PIB (Pemberitahuan Impor Barang) yang disampaikan melalui sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik) Kepabeanan; 3. Pelayanan penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur hijau dengan PIB yang disampaikan melalui sistem PDE Kepabeanan; 4. Pelayanan pengembalian bea masuk berdasarkan putusan pengadilan pajak 53

82 pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok; 5. Pelayanan pemberian persetujuan pemberitahuan pendahuluan (Pre- Notification); 6. Pelayanan pemesanan pita cukai hasil tembakau (CK-1) secara elektronik; 7. Pelayanan pemberitahuan pemasukan barang impor ke Tempat Penimbunan Berikat (TPB); 8. Pelayanan pengujian laboratoris dan identifikasi barang bagi pengguna layanan eksternal DJBC; 9. Pelayanan dokumen impor; 10. Pelayanan dokumen ekspor; 11. Pemberitahuan Pabean Free Trade Zone (PPFTZ); 12. Pelayanan izin penimbunan barang untuk pemeriksaan fisik barang di tempat lain di kawasan pabean (Gudang/Lapangan Milik Pengusaha). Indeks diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan terhadap pengguna jasa di setiap Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dengan memakai jasa konsultan dari pihak eksternal. Survei kepuasan pengguna layanan tahun 2016 dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang dilaksanakan di 6 kota besar yaitu Medan, Batam, Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar. Survei kepuasan penguna layanan dilaksanakan dengan menilai aspekaspek sebagai berikut: 1. Keterbukaan/kemudahaan akses informasi; Aspek ini diukur dengan 6 (enam) item pengukuran, yaitu : a. Akses informasi tentang prosedur layanan mudah diperoleh; b. Akses informasi mengenai ada/tidaknya biaya atas layanan disampaikan secara terbuka; c. Akses informasi mengenai besarnya standar waktu proses layanan disampaikan secara terbuka; d. Akses informasi mengenai hasil layanan disampaikan secara terbuka; e. Akses komunikasi bagi pengguna untuk menyampaikan keluhan (complaint); dan 54

83 f. Akses informasi mengenai besarnya standar tarif/biaya resmi atas layanan disampaikan secara terbuka (khusus untuk layanan yang mengenakan biaya). 2. Informasi layanan; Aspek ini diukur dengan 7 (tujuh) item pengukuran, yaitu : a. Informasi layanan memuat semua persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh layanan; b. Informasi layanan memuat semua petunjuk pengisian dokumen layanan; c. Informasi layanan memuat semua informasi terkait jenis/tipe layanan; d. Informasi layanan memuat semua informasi terkait standar waktu proses layanan; e. Informasi layanan memuat semua informasi terkait standar hasil layanan; f. Informasi layanan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pengguna layanan; dan g. Informasi layanan memuat semua informasi terkait standar tarif/biaya resmi layanan (khusus untuk layanan yang menggunakan biaya). 3. Kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan; Aspek ini diukur dengan 3 (tiga) item pengukuran, yaitu : a. Pelayanan diberikan secara adil sesuai prosedur/ketentuan; b. Proses/tahapan atau alur layanan bersifat sederhana sesuai dengan prosedur/ketentuan; dan c. Pelayanan diberikan sesuai standar operasional prosedur (SOP) layanan ini. 4. Sikap pegawai; Aspek ini diukur dengan 6 (enam) item pengukuran, yaitu : 55

84 a. Pegawai bersedia membantu pengguna layanan sesuai tugas yang diatur dalam ketentuan resmi; b. Pegawai bersikap sopan kepada pengguna layanan; c. Pegawai mau mendengarkan dengan baik informasi dari pengguna layanan; d. Pegawai cepat tanggap dalam memberikan layanan; e. Pegawai siap melayani pada waktu dan tempat yang sesuai ketentuan; dan f. Pegawai berpenampilan profesional/rapi. 5. Kemampuan dan keterampilan pegawai; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Pegawai dapat diandalkan dalam memberikan layanan; b. Pegawai cekatan dalam memberikan layanan; c. Pegawai memiliki keahlian yang baik dalam memberikan layanan; dan d. Pegawai memiliki pemahaman yang baik terhadap substansi/peraturan terkait layanan. 6. Lingkungan pendukung; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Layanan didukung dengan sarana dan prasarana yang baik; b. Layanan didukung desain tata ruang tempat layanan yang baik; c. Layanan memiliki sistem teknologi informasi yang baik; dan d. Layanan berada di lingkungan yang nyaman. 7. Akses terhadap layanan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Layanan dapat diperoleh di lokasi/tempat yang mudah dijangkau oleh penggunanya; b. Waktu/jam operasional layanan yang sudah sesuai dengan kebutuhan penguna layanan; 56

85 c. Layanan mudah diakses dengan berbagai cara sesuai ketentuan (misalnya via surat, telepon, tatap muka, online, dan lain-lain); dan d. Kualitas akses online terhadap layanan (khusus untuk layanan yang menyediakan layanan online). 8. Waktu penyelesaian layanan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Jadwal waktu pelayanan yang pasti; b. Layanan diberikan secara tepat waktu sesuai standar waktu yang ditetapkan; c. Layanan dapat dipantau penggunanya tentang proses/tahapan penyelesainnya; dan d. Sistem untuk memonitor tahapan proses penyelesaian layanan yang sedang dilalui (khusus layanan yang menggunakan sistem/aplikasi). 9. Pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Terdapat kejelasan informasi jumlah tarif resmi/biaya layanan ini; b. Besarnya tarif resmi/biaya layanan ini sesuai dengan aturan/ketentuan; c. Besarnya tarif resmi/biaya sesuai kewajaran; dan d. Besarnya tarif resmi/biaya sesuai dengan layanan yang dijanjikan. 10. Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan (syarat/prosedur); Aspek ini diukur dengan 8 (delapan) item pengukuran yang terbagi menjadi 3 (tiga) item pengukuran khusus layanan yang memiliki sanksi dan 5 (lima) item pengukuran khusus layanan yang memiliki denda, yaitu : a. Pengenaan sanksi sesuai standar operasional prosedur (SOP) (khusus untuk layanan yang memilik sanksi); b. Tersedia mekanisme untuk pengajuan keberatan/banding terhadap sanksi yang diberikan (khusus untuk layanan yang memilik sanksi); 57

86 c. Aturan mengenai pengenaan sanksi dikomunikasikan secara transparan (khusus untuk layanan yang memilik sanksi); d. Pengenaan denda sesuai standar operasional prosedur (SOP) (khusus untuk layanan yang memilik denda); e. Tersedia mekanisme untuk pengajuan keberatan/banding terhadap denda yang diberikan (khusus untuk layanan yang memilik denda); f. Aturan mengenai pengenaan denda dikomunikasikan secara transparan (khusus untuk layanan yang memilik denda); g. Pembayaran denda sesuai dengan ketentuan layanan ini (khusus untuk layanan yang memilik denda); dan h. Bilamana terdapat kelebihan pembayaran denda oleh pengguna layanan, maka pengguna layanan dapat mudah untuk menagih kembali (khusus untuk layanan yang memilik denda). 11. Keamanan lingkungan dan layanan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Kantor layanan memiliki lingkungan yang nyaman; b. Kantor layanan memiliki petugas satuan keamanan yang baik; c. Kantor layanan memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung keamanan; dan d. Kantor layanan memiliki sistem yang andal untuk memastikan keamanan layanan (proses, dokumen dan hasil layanan). Berdasarkan hasil survei kepuasan pengguna layanan tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Tim UGM, DJBC memperoleh indeks 4,04 (skala 5). Dengan demikian indeks capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah Gambar 3.13 Ilustrasi Best Service 101%, yaitu memperoleh indeks 4,04 dari target 4. Rincian capaian dari 11 unsur yang dinilai adalah sebagai berikut : 58

87 INDEKS KEPUASAN LAYANAN Keamanan Lingkungan dan Layanan Pengenaan Sanksi/Denda atas Pembayaran Biaya Sesuai Aturan Waktu Penyelesaian Layanan Akses Terhadap Layanan Lingkungan Pendukung Kemampuan dan Keterampilan Sikap Pegawai Kesesuaian Prosedur dengan Informasi Layanan Keterbukaan/Kemudahan Akses DJBC Kementerian Keuangan Gambar 3.14 Diagram Indeks Kepuasan Layanan DJBC Pelaksanaan survei pada tahun 2016 dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari UGM yang mana sebelumnya dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari IPB (tahun ) dan Tim Peneliti dari UI (tahun 2010). Dari sisi capaian, capaian tahun 2016 mengalami kenaikan dari tahun 2015 (indeks 3,89). Selain survey dari pihak eksternal, DJBC juga melakukan survey secara internal yang memiliki capaian lebih tinggi dibandingkan survey oleh eksternal yaitu indeks 4,18 (skala 5). Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tersebut adalah responden survei kepuasan layanan yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari UGM di 6 kota mencakup seluruh importir termasuk importir dengan profil high risk. 59

88 SS-5 KEPATUHAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI Kepatuhan yang tinggi dari pengguna jasa kepabeanan dan cukai adalah kepatuhan dari pengguna jasa dalam menaati setiap peraturan di bidang kepabeanan dan cukai yang telah ditetapkan. Capaian sasaran strategis tingkat Gambar 3.15 Ilustrasi Kepatuhan kepatuhan pengguna layanan yang tinggi tahun 2016 sebesar 111,24%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian 2 (dua) IKU yaitu : 1. Persentase Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Kepabeanan (108,67%); dan 2. Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan (113,80%). 5a-CP Persentase Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Kepabeanan IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepatuhan sekaligus sebagai media evaluasi importir jalur prioritas. Importir Jalur Prioritas (IJP) adalah Importir yang ditetapkan sebagai importir penerima fasilitas jalur prioritas untuk mendapatkan pelayanan khusus sehingga penyelesaian Gambar 3.16 Ilustrasi Kegiatan importasinya dapat 60

89 dilakukan dengan lebih sederhana dan cepat berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal (P-11/BC/2005 tentang Jalur Prioritas jo. P-06/BC/2006). Adapun kriteria untuk ditetapkan sebagai Importir Jalur Prioritas antara lain mempunyai reputasi yang sangat baik yang tercermin dari profil perusahaan, mempunyai bidang usaha (nature of bussiness) yang jelas dan spesifik, serta berdasarkan audit oleh Kantor Akuntan Publik tidak pernah mendapatkan opini disclaimer atau adverse. Sedangkan kriteria Importir Jalur Prioritas yang tidak patuh adalah : 1. Importir Jalur Prioritas yang berdasarkan laporan dari unit terkait (antara lain kantor pelayanan, kantor wilayah, dan Direktorat terkait) telah terbukti melanggar ketentuan sebagai berikut: a. Mempunyai tunggakan utang berupa kekurangan pembayaran Bea Masuk (termasuk Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan dan Bea Masuk Imbalan) kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) (termasuk penundaan pembayaran berkala); atau b. Meminjamkan modul ke pihak lainnya. 2. Importir Jalur Prioritas yang berdasarkan laporan dari unit terkait (antara lain kantor pelayanan, kantor wilayah, dan Direktorat terkait) dan setelah melalui penelitian lebih lanjut di bawah koordinasi Direktorat Teknis Kepabeanan terbukti melanggar ketentuan sebagai berikut: a. Menyalahgunakan fasilitas di bidang kepabeanan selama satu tahun terakhir; b. Salah dalam memberitahukan jumlah barang, jenis barang, dan/atau nilai pabean selama satu tahun terakhir Importir Jalur Prioritas yang patuh adalah importir jalur prioritas yang tidak terbukti melakukan pelanggaran tersebut pada butir 1 dan 2 di atas. Realisasi IKU Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan tahun 2016 adalah sebesar 86,94% dengan rincian sebagai berikut: 61

90 Tabel 3.12 Realisasi IKU Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Tahun 2016 Triwulan Jumlah Importir Jalur Prioritas Jumlah Importir Jalur Prioritas Yang Tidak Patuh Realisasi Q ,50% Q ,61% Q ,84% Q ,84% Realisasi 2016 (Rata-rata Realisasi Triwulan) 86,94% Target IKU % Indeks Capaian IKU 108,67% Sumber : 1. Direktorat Teknis Kepabeanan; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). Realisasi sebesar 86,94% telah melebihi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2016, yaitu sebesar 80% sehingga indeks capaian IKU ini sebesar 108,67%. Target tahun 2016 masih sama dengan target tahun 2015 sebesar 80% sedangkan dari sisi realisasi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yaitu sebesar 90,43%. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakpatuhan Importir Jalur Prioritas pada tahun 2016 antara lain adanya human error/kelalaian karena kesalahan manusiawi, masih terdapatnya Gambar 3.17 Ilustrasi Jenis Profil Importir kelemahan pada Sistem Pengendalian Internal perusahaan, kurangnya pemahaman IJP terhadap ketentuan yang ada, dan pengaturan gradasi sanksi terhadap IJP yang tidak patuh masih perlu disempurnakan. Selain penyebab tersebut di atas, kendala-kendala yang muncul di lapangan antara lain terbatasnya SDM serta kapasitas unit yang mengelola IJP, 62

91 dan mekanisme monitoring dan evaluasi IJP yang masih perlu penyempurnaan. Terkait hal tersebut, upaya yang telah dilakukan DJBC untuk mendukung pencapaian target IKU tahun 2016 dilakukan melalui: 1. Menyusun lebih lanjut PMK Nomor 229/PMK.04/2015 tentang Mitra Utama Kepabeanan yang didalamnya sudah memuat sanksi termasuk kesalahan mayor maupun kesalahan minor (dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Direktur Jenderal); 2. Penyusunan Gradasi Sanksi (Surat Peringatan, Pembekuan dan Pencabutan); 3. Peningkatan peran Client Coordinator untuk melakukan asistensi, konsultasi, bimbingan, serta monitoring dan evaluasi terhadap perusahaan IJP; 4. Peningkatan sosialisasi dan asistensi kepada IJP dan calon perusahaan IJP; 5b-N Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan Tujuan IKU ini adalah untuk mengukur tingkat ketertagihan piutang di DJBC. Piutang adalah piutang yang timbul atas pendapatan sebagaimana diatur dalam undang-undang Kepabeanan dan Cukai, yang Gambar 3.18 Ilustrasi Piutang belum diselesaikan sampai akhir periode Laporan Keuangan. Jumlah Piutang adalah akumulasi jumlah saldo awal piutang macet per 1 Januari 2016 (piutang outstanding) dan jumlah piutang lancar. Piutang macet adalah jumlah piutang yang terbit sebelum tanggal 1 Januari 2013 (lebih dari 3 tahun) dan belum diselesaikan sampai akhir periode Laporan Keuangan tahun 2015 (31 Desember 2015), telah dilimpahkan ke KPKNL, piutang dari perusahaan pailit, serta piutang dari likuidasi dan tidak ditemukan. Sedangkan piutang lancar adalah jumlah piutang yang terbit sejak 1 Januari 2013 s.d

92 Desember 2015 dan piutang yang terbit sejak 1 Januari s.d. 31 Oktober 2016 ditambah piutang yang terbit 1 November s.d. 31 Desember 2016 dalam hal piutang tersebut telah diselesaikan di tahun Jumlah piutang yang diselesaikan adalah jumlah piutang yang telah diselesaikan pada tahun 2016 baik penyelesaian untuk piutang macet dan piutang Penyelesaian lancar. piutang selama tahun berjalan (mutasi sebagaimana piutang dimaksud pada P-47/BC/2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan P-31/BC/2013) terdiri dari beberapa mekanisme sesuai dengan Pasal 9 yang dapat berupa : a. Pembayaran/pelunasan; b. Penundaan pelunasan piutang; c. Pengangsuran pembayaran tagihan utang cukai; d. Pengalihan piutang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP); e. Penggunaan kompensasi cukai; f. Penggunaan kompensasi PPN; g. Keputusan Dirjen atas Keberatan; h. Pengajuan banding ke Pengadilan Pajak; i. Pembatalan surat penetapan tagihan karena adanya persetujuan Direktur Jenderal untuk mengurangi dan menghapus tagihan dalam surat penetapan; j. Pembatalan surat penetapan tagihan karena adanya persetujuan Direktur Jenderal untuk mengurangi atau menghapus sanksi administrasi berupa denda; Gambar 3.19 Profil Pemilik Piutang k. Keputusan tentang pembebasan atau keringanan bea masuk; 64

93 No Unit Kerja Pengukuran IKU persentase penyelesaian piutang bea dan cukai diukur dari dua parameter yaitu penyelesaian piutang lancar (dengan bobot 95%) dan penyelesaian piutang macet (dengan bobot 5%). Pada tahun 2016 realisasi IKU ini adalah sebesar 93,32% dari target yang ditetapkan sebesar 82%. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, secara target mengalami peningkatan dari target sebesar 80% sedangkan dari sisi realisasi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 93,85%. Piutang bea dan cukai yang dapat diselesaikan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp dari total piutang lancar (tingkat penyelesaian 98,22%) dan sebesar Rp dari total piutang macet (tingkat penyelesaian 0,24%). Rincian realisasi penyelesaian piutang bea dan cukai pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.13 Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan Jumlah piutang macet (terbit sebelum 1 Januari 2013) Penyelesaian Piutang Macet (bobot 5%) Jumlah piutang macet yang diselesaikan s.d. bulan pelaporan Persentase capaian penyelesaian piutang macet Sumber : 1. Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). Jumlah piutang lancar (terbit 1 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2016) Penyelesaian Piutang Lancar (bobot 95%) Jumlah piutang lancar yang diselesaikan s.d. bulan pelaporan Persentase capaian penyelesaian piutang lancar Persentase penyelesaian piutang keseluruhan 1 Kanwil DJBC Aceh ,00% ,06% 70,36% 2 Kanwil DJBC Sumatera Utara ,00% ,13% 88,47% 3 Kanwil DJBC Riau dan Sumatera Barat ,13% ,41% 92,55% 4 Kanwil DJBC Khusus Kep Riau ,00% ,00% 95,00% 5 Kanwil DJBC Sumbagsel ,00% ,16% 89,45% 6 Kanwil DJBC Banten ,00% ,85% 94,86% 7 Kanwil DJBC Jakarta ,08% ,43% 93,56% 8 Kanwil DJBC Jawa Barat ,77% ,65% 94,76% 9 Kanwil DJBC Jateng dan DIY ,15% ,94% 94,95% 10 Kanwil DJBC Jawa Timur I ,03% ,38% 94,42% 11 Kanwil DJBC Jawa Timur II ,50% ,93% 94,96% 12 Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT ,00% ,99% 89,29% 13 Kanwil DJBC Kalbagbar ,00% ,78% 92,89% Kanwil DJBC 14 Kalbagtim ,00% ,34% 79,18% Kanwil DJBC 15 Sulawesi ,42% ,24% 91,50% 16 Kanwil DJBC MPP ,46% ,86% 94,89% KPU Tipe A Tanjung 17 Priok ,00% ,06% 83,66% 18 KPU Tipe B Batam ,00% ,23% 90,47% 19 KPU Soekarno Hatta ,32% ,60% 85,14% Jumlah ,24% ,22% 93,32% 65

94 Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU persentase penyelesaian piutang bea dan cukai adalah beberapa KWBC yang belum dapat melakukan penagihan terutama untuk piutang macet, karena masih terbatasnya jumlah juru sita pada KWBC, tidak ditemukannya alamat perusahaan yang berutang, serta putusan pengadilan niaga yang mempailitkan perusahaan. Selain itu ada hal lain di bidang cukai yang mempengaruhi yaitu peningkatan pengajuan CK-1 meningkat menjelang akhir tahun dikarenakan para pengusaha CHT mengantisipasi rencana kenaikan tarif cukai pada awal tahun 2017 dengan menambah pengajuan CK-1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pencapaian target penangihan piutang bea dan cukai adalah sebagai berikut: a) Memberikan asistensi kepada KWBC dan KPPBC yang memiliki piutang yang belum tertagih; b) Mengoptimalkan penagihan terutama piutang yang sedang dalam proses penagihan atau penagihannya sudah berjalan; c) Terhadap perusahaan-perusahaan yang masih memiliki utang dan belum diblokir dilakukan pemblokiran; d) Terhadap perusahaan yang masih memiliki utang dan tidak ditemukan lagi eksistensinya atau dinyatakan pailit oleh pengadilan, dilakukan penelitian dan pembuktian sesuai dengan ketentuan yang berlaku; e) Menerapkan sistem aplikasi untuk memonitoring piutang secara real time yaitu SAPP/CEISA perbendaharaan; f) Melaksanakan diklat juru sita DJBC; g) Melakukan joint collection dengan intansi terkait, misal dengan DJP; h) Sisa piutang yang belum tertagih akan dimaksimalkan penagihannya pada tahun

95 SS-6 ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN YANG OPTIMAL Bab III Kajian/analisis adalah proses penelaahan atas situasi dan kondisi yang berkembang di organisasi dan proses perencanaan langkahlangkah organisasi kedepan. Rumusan Gambar 3.20 Ilustrasi Perumusan Kebijakan kebijakan adalah hasil dari proses penelaahan permasalahan di bidang kepabeanan dan cukai yang didasari pertimbangan kepentingan nasional dan keselarasan dengan standar internasional. Kebijakan yang berkualitas adalah kebijakan yang sesuai dengan amanah Undang-Undang Kepabeanan dan Cukai dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Adapun capaian sasaran strategis analisis perumusan kebijakan yang optimal pada tahun 2016 adalah sebesar 120%. Capaian sasaran strategis ini diperoleh dari indeks capain 2 IKU yaitu : 1. Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional (120%); 2. Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat (120%). 6a-N Indeks Penyelesaian Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional Perwujudan kerja sama internasional yang efektif didasarkan optimalisasi rumusan kebijakan atas isu-isu kerja sama internasional di bidang kepabeanan untuk mendorong tercapainya optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC. Penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional merupakan kegiatan penyusunan rumusan kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsi 67

96 Direktorat Kepabeanan Internasional dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan internasional, melalui harmonisasi antara ketentuan/standar internasional dan kepentingan nasional. Rumusan kebijakan tersebut disusun sebagai bahan untuk menyediakan dasar-dasar kebijakan yang berkenaan dengan kerja sama internasional di bidang kepabeanan yang memungkinkan DJBC bekerja dalam konteks global baik dalam bentuk ketentuan kerja maupun standar pelayanan yang diberikan, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Rumusan kebijakan kerja sama internasional terdiri dari rumusan kebijakan kerja sama multilateral, bilateral, dan regional yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan/atau oleh Menteri Keuangan. Rumusan kebijakan yang dihasilkan harus memenuhi kriteria-kriteria, antara lain adanya informasi terkait kerja sama internasional di bidang kepabeanan yang juga memuat analisa/masukan/posisi/ rekomendasi/ inisiatif Gambar 3.21 WCO atau hal lain yang dapat disetarakan, yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai kepada: Menteri Keuangan/instansi nasional terkait/administrasi pabean negara lain/organisasi internasional/unitunit eselon II di lingkungan DJBC dan/atau yang diteruskan oleh Menteri Keuangan kepada instansi nasional terkait. Pada tahun 2016 rata-rata realisasi indeks rumusan kebijakan adalah 3,67 dari target yang ditetapkan sebesar 3 sehingga indeks capaian IKU ini sebesar 120%. Rincian Indeks rumusan kebijakan yang telah diselesaikan selama tahun 2016 adalah sebagai berikut: 68

97 Tabel 3.14 Indeks Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional No Rumusan Kebijakan Tahun Penambahan dan Penguatan Atase Bea dan Cukai di Luar Negeri. 2 Persetujuan Pemberlakuan Amandemen ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) terkait implementasi Electronic ATIGA Certificate of Origin Form D (e-atiga Form D). 3 Proses penyiapan tahapan ratifikasi Protocol on the Legal Framework to Implement the ASEAN Single Window. Keterangan - Telah disampaikan Surat Direktur Jenderal kepada Menteri Keuangan hal Penyampaian Hasil Kajian Penguatan Tugas dan Fungsi Atase Bea dan Cukai serta Potensi Pengembangannya. - Telah dilaksanakan rapat koordinasi dengan Unit Eselon I lainnya yang dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan. Telah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui disposisi nota dinas nomor ND-233/BC/2016 tanggal 30/09/2016 hal Pemberlakuan Amandemen the Operational Certification Procedure for the Rules of Origin of ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA OCP) terkait Implementasi Electronic ATIGA Certificate of Origin Form D (e-atiga Form D) Telah disampaikan ijin prakarsa ratifikasi Protocol on The Legal Framework to Implement ASEAN Single Window kepada Presiden RI. Indeks Rata-rata Indeks 3,67 Sumber : 1. Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). 69

98 6b-N Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat Deviasi proyeksi perencanaan kas adalah gap antara perkiraan/proyeksi dengan realisasi yang merupakan gabungan dari penerimaan dan pengeluaran. Data proyeksi yang dimaksud bukan merupakan data yang terdapat pada target Gambar 3.22 Ilustrasi Proyeksi APBN/P, namun merupakan proyeksi riil terhadap pendapatan/belanja/pembiayaan yang dapat dieksekusi. Rencana penerimaan kas adalah rencana penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah serta pembiayaan. Sedangkan realisasi penerimaan kas adalah realisasi penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah serta pembiayaan. Perencanaan penerimaan kas dinyatakan akurat apabila standar deviasi antara realisasi penerimaan kas dan rencana penerimaan kas dalam suatu waktu tertentu 5%. IKU ini bertujuan untuk merefleksikan sejauh mana gap penyimpangan antara realisasi dan proyeksi perencanaan kas. Pada Tahun 2016 capaian IKU ini adalah 2.74% dari target 5%. IKU ini merupakan IKU dengan polarisasi minimize (semakin kecil realisasinya dibandingkan target, semakin baik). IKU ini merupakan IKU baru pada tahun Realisasi deviasi proyeksi rata-rata tiap bulan tahun 2016, yaitu sebagai berikut: 70

99 Tabel 3.15 Realisasi Deviasi Proyeksi Penerimaan Bab III No Bulan Proyeksi Penerimaan bulan berjalan (juta rupiah) Realisasi penerimaan (juta rupiah) Capaian IKU bulanan Capaian IKU Triwulanan Capaian 2016 a b c d e= (c-d)/c*100% f 1 Januari ,26-2 Februari , ,35 4,84% 4,48% 3 Maret , ,27 4,13% 4 April , ,44 1,67% 5 Mei , ,81 0,22% 0,71% 6 Juni , ,05 0,25% 7 Juli , ,36 2,89% 2,74% 8 Agutus , ,18 1,75% 3,55% 9 September , ,03 6,02% 10 Oktober , ,85 4,22% 11 November , ,60 1,62% 2,21% 12 Desember ,67 44,928, ,80% Sumber : 1. Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). 71

100 SS-7 PENINGKATAN PELAYANAN PRIMA Salah satu fungsi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebagai Industrial Assistance. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai selain melakukan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai juga bisa memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna jasanya demi kelancaran arus barang. Adapun capaian sasaran strategis peningkatan pelayanan prima pada tahun 2016 sebesar 114,19%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan. Gambar 3.23 Kegiatan Pelayanan di Kantor Pelayanan 7a-N Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan Tujuan IKU ini adalah untuk mengetahui apakah pelayanan yang diberikan di bidang Kepabeanan dan Cukai kepada para pengguna jasa sudah sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP). Janji layanan unggulan adalah standar prosedur operasi yang disusun dan diimplementasikan dalam rangka pelayanan kepada pihak eksternal dengan limit waktu tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.2010 tentang SOP 72

101 (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan di Lingkungan Kementerian Keuangan. Realisasi janji pelayanan adalah banyaknya dokumen yang diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Jumlah total dokumen adalah jumlah dokumen yang dilayani yang termasuk dalam kategori janji pelayanan. Layanan unggulan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 yang diukur capaiannya pada IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 adalah: a) Layanan Unggulan Direktorat Fasilitas Kepabeanan meliputi: 1. Layanan pemberian pembebasan bea masuk atas impor bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, pertanian, peternakan, atau perikanan (PMK-105/PMK.04/2007), dengan janji layanan 5 (lima) hari kerja; 2. Layanan pemberian pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor tidak dipungut atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contracts) minyak dan gas bumi (PMK- 20/PMK.010/2005) dengan janji layanan 5 (lima) hari kerja. b) Layanan Unggulan Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai : Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol Asal Impor (P3C MMEA) paling lama 11 (sebelas) hari kerja. c) Layanan Unggulan KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok : 1. Penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur MITA prioritas paling lama 20 (dua puluh) menit; 2. Penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur hijau paling lama 30 (tiga puluh) menit; 3. Pengembalian bea masuk berdasarkan putusan pengadilan pajak paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja; 4. Pemberian izin impor dengan penangguhan pembayaran bea masuk, pajak dalam rangka impor dan/atau cukai (vooruitslag) paling lama 17 (tujuh belas) jam; 5. Pemberian persetujuan pemberitahuan pendahuluan (pre-notification) paling lama 17 (tujuh belas) jam. 73

102 d) Layanan Unggulan KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus meliputi: 1. Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Awal Secara Elektronik paling lama 60 (enam puluh) menit; 2. Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Tambahan Secara Elektronik paling lama 60 (enam puluh) menit; 3. Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1) Secara Elektronik paling lama 20 (dua puluh) menit. e) Layanan Unggulan BPIB Jakarta meliputi: 1. Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Internal DJBC (khusus barang impor) paling lama 3 (tiga) menit; 2. Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Eksternal DJBC paling lama 3 (tiga) hari kerja. Realisasi IKU ini diukur dengan melakukan penilaian tehadap dokumen tepat waktu dengan bobot 70% dan penilaian terhadap rata-rata waktu penyelesaian dokumen dengan bobot 30%. Formula pengukuran IKU ini adalah sebagai berikut : Catatan dari formula di atas adalah : 1. Bobot 70 dan 30 diambil berdasarkan rentang bobot kualitas IKU E/L (Exact/Low) dan A/H (Activity/High); 2. Rata-rata waktu penyelesaian dapat dicapai maksimum 120%; 3. Apabila capaian parameter " dokumen tepat waktu" adalah 100% maka dikonversi menjadi 120%. Jika capaiannya 100% maka tidak dikonversi ke 120%; 4. Pengecualian perhitungan jika: a) layanan yang output per jenis layanannya <10 dokumen dan/atau b) layanan yang targetnya menggunakan tanggal. 74

103 Untuk kedua kondisi tersebut, penghitungan capaian diukur melalui indeks (tidak menggunakan rumus di atas), tetapi dengan rumus : 5. Untuk kondisi ke-4, penentuan indeks adalah dengan ketentuan berikut: a) Layanan yang outputnya <10 dokumen dan target menggunakan hari : Indeks 100 diperoleh jika memenuhi target penyelesaian. Jarak antar indeks ditentukan dengan= Target hari/6. Apabila hasil pembagian berbentuk koma, maka dibulatkan ke bawah. Penghitungan capaian menggunakan interpolasi dengan rumus. Contoh: Target Indeks Contoh =Target hari - (Target hari/6) hari =Target hari hari =Target hari + (Target hari/6) =Target hari + (2*(Target hari/6)) =Target hari + (3*(Target hari/6)) hari hari hari Contoh: Layanan "Pemberian izin usaha perusahaan pembiayaan" dengan target 24 hari. Indeks 100 = 24 hari. Jarak antar indek adalah: =(24/6) Range indeks adalah seperti di samping. Misal: rata-rata realisasi waktu adalah 22 hari, maka capaiannya adalah: =(100+[( )/(24-20)*(22-20)] = 110 =Target hari + (4*(Target hari/6)) =Target hari + (5*(Target hari/6)) hari 0 44 hari b) Layanan yang outputnya <10 dokumen dan target menggunakan tanggal. Indeks 100 diperoleh apabila sesuai dengan target tanggal penyelesaian. Penentuan besaran range batasan tanggal penyampaian adalah sesuai kebijakan masing-masing unit dengan mempertimbangkan konsistensi jarak (gap) antar tanggal penyampaian. 75

104 Tanggal Penyampaian Indeks Contoh =TP - x Ags =target penyelesaian (TP) Ags =TP + x Ags =TP + 2x Ags Contoh: IKU "Indeks Ketepatan Waktu Penyusunan NK & RAPBN beserta RUU-nya" dengan target 11 Agustus. Catatan: dikatakan selesai jika sudah ditetapkan oleh Menteri. Indeks 100 = 11 Ags. Jarak (gap) antar tanggal adalah 1. Misal: NK&RAPBN beserta RUU diselesaikan tanggal 12 Ags, maka capaian IKU tersebut adalah 80. =TP + 3x Ags =TP + 4x Ags =TP + 5x 0 16 Ags Adapun realisasi IKU Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan pada tahun 2016 adalah 114,19% dari target tahun 2016 yaitu sebesar 100%. Untuk lebih jelasnya realisasi janji layanan unggulan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3.16 Realisasi Janji Layanan Unggulan Tahun 2016 Penyelesaian Waktu Penyelesaian No Janji Layanan Unggulan PIC Dok dilayani (Bobot 70%) tepat waktu Capaian (Bobot 30%) Standar Rata-rata Capaian Capaian TOTAL Target 1 Pembebasan BM Impor Bibit dan Benih untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Pertanian, Peternakan dan Perikanan 2 Pembebasan BM dan PDRI tidak dipungut atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi Dit. Fasilitas Kepabeanan ,00% 5 Hari 3,22 120% 120,00% ,00% 5 Hari 3,45 120% 120,00% 3 P3C MMEA Impor Dit Teknis dan Fasilitas Cukai ,00% 11 Hari 8,95 76% 119,59% 100% 4 Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur MITA Prioritas ,40% 1200 detik 88,8 120% 105,58% 5 Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur Hijau KPU Tg. Priok ,53% 1800 detik 67,8 120% 105,67% 6 Pengembalian BM Berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak ,00% 30 hari 19,98 120% 120,00% 76

105 Penyelesaian Waktu Penyelesaian No Janji Layanan Unggulan PIC Dok dilayani (Bobot 70%) tepat waktu Capaian (Bobot 30%) Standar Rata-rata Capaian Capaian TOTAL Target 7 Pemberian Izin Impor Dengan Penangguhan Pembayaran BM, PDRI Dan/Atau Cukai (Vooruitslag) ,00% 72 jam 4,21 120% 120,00% 8 Pemberian Persetujuan Pre-Notification ,00% 24 jam 2,68 120% 120,00% 9 P3C Pengajuan Awal Secara Elektronik ,00% 60 Menit 1,88 120% 120,00% 10 P3C Pengajuan Tambahan Secara Elektronik KPPBC Kudus ,00% 60 Menit 1,09 120% 120,00% 11 CK-1 Secara Elektronik ,62% 20 Menit 5,07 120% 102,93% 12 Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Internal (khusus barang impor) 13 Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Eksternal BPIB Jakarta ,55% 3 Hari 1,45 120% 104,98% ,59% 3 Hari 1,48 120% 105,71% RATA-RATA 114,19% Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). Penyedia Data : 1. Direktorat Fasilitas Kepabeanan 2. Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai 3. KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok 4. KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus 5. BPIB Jakarta Realisasi IKU Rata-rata persentase janji layanan unggulan pada tahun ,19% lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 114,83% dari target yang ditetapkan 100%. Hal ini disebabkan karena belum semua layanan unggulan memiliki sertifikat ISO dan sering terjadi gangguan jaringan Gambar 3.24 Ilustrasi Service Excellent 77

106 intranet dan gangguan pada Aplikasi CEISA, Sistem Aplikasi Cukai (SAC), dan sistem Aplikasi Perijinan SO-Fast. Walaupun demikian, realisasi tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 dan Berikut ini data capaian tahun 2012 sampai dengan 2016 sebagaimana tersebut pada tabel berikut : Tabel 3.17 Rata-Rata Janji Layanan Unggulan Tahun Tahun Target Realisasi Indeks Capaian % 113,99% 113,99% % 114,07% 114,07% % 116% 116% % 114,83% 114,83% % % % Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC 2012 s.d

107 SS-8 EDUKASI DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Bab III Sasaran Strategis ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dari kegiatan edukasi maupun komunikasi terkait update maupun perubahan pada peraturan-peraturan di bidang kepabeanan dan cukai. Edukasi maupun komunikasi yang dilakukan oleh DJBC kepada pihak eksternal DJBC (stakeholders) melalui pelatihan/sosialisasi/workshop. Adapun capaian sasaran strategis peningkatan efektifitas dan komunikasi pada tahun 2016 sebesar 104,34%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Indeks efektifitas edukasi dan komunikasi. Gambar 3.25 Sosialisasi kepada Pengguna Layanan 8a-N Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi merupakan bentuk pengukuran tingkat pemahaman peserta dari pihak eksternal DJBC (stakeholders) terhadap substansi/materi pelatihan/sosialisasi/workshop yang dilakukan oleh DJBC. Pengukuran IKU ini dilakukan berdasarkan standardisasi kuesioner yang kemudian diedarkan kepada peserta yang mengikuti pelatihan/sosialisasi/ workshop yang dilakukan oleh DJBC. Adapun variabel yang diukur dalam kuesioner tersebut sebagai berikut: 79

108 a) Materi (bobot 30%), b) Acara (bobot 20%), dan c) Narasumber (bobot 50%). Dalam hal ini untuk menjaga keabsahan dari penilaian yang dilakukan, Direktorat Kepatuhan Internal selaku unit pengelola kinerja organisasi melakukan pendampingan terhadap tim sosialisasi Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga dalam melakukan penyebaran dan penghitungan kuesioner sosialisasi. Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 82,43 dari target yang ditetapkan yaitu 79 dari skala 100. Untuk lebih jelasnya, penjelasan mengenai realisasi IKU ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.18 Realisasi Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun 2016 No Sosialisasi Lokasi Waktu Indeks Efektivitas 1 Sosialisasi PMK 224, 226, Pencantuman Kode HS Pada Barang Lartas, Pemeriksaan Laboratorium BPIB, dan AEO Auditorium Sabang KP DJBC 02-Feb-16 80,70 Aula KPPBC 02-Mar-16 84,33 2 Sosialisasi Peraturan di Bidang Kepabeanan TMP Ngurah Rai 3 Sosialisasi Peraturan di Bidang Kepabeanan Aula GKN 02-Nov-16 80,08 Medan 4 Sosialisasi Pusat Logistik Berikat Yogyakarta 07-Apr-16 83,79 5 Sosialisasi Pusat Logistik Berikat Balikpapan 21-Apr-16 80,40 6 Kunjungan Mahasiswa Undip KP DJBC 19-Apr-16 83,90 7 Sosialisasi Pusat Logistik Berikat Manado 28-Apr-16 81,76 8 Sosialisasi Pusat Logistik Berikat Palembang 12-May-16 80,78 9 Sosialisasi Pusat Logistik Berikat Medan 20-May-16 77, Sosialisasi PMK No. 34/PMK. 04/2016 dan No. 67/PMK.04/2016 Kunjungan Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Bimbingan Teknis Ekspor Badan Ekonomi Kreatif Bimbingan Teknis Ekspor Badan Ekonomi Kreatif Sosialisasi dan Pelatihan Pemberitahuan Pabean Impor 15 Kunjungan KMBC Goes To School Kunjungan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas STIEI Rawamangun Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan Jakarta KP DJBC Hall Bukalapak, Plaza City View, Jakarta The Alana Hotel and Convention Center, Solo KP DJBC 19-May Jun Jun Jul dan 18-Aug-16 SMA Negeri 6 Jakarta 22-Aug-16 SMA Negeri 3 Jakarta 25-Aug-16 KP DJBC KP DJBC 23-Aug Sep-16 80,76 83,32 81,54 81,03 84,8 83,46 86,95 81,7 80

109 No Sosialisasi Lokasi Waktu Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan KP DJBC KP DJBC KP DJBC 15-Sep Sep Sep Sosialisasi Peraturan di Bidang Ekspor KP DJBC 22-Sep-16 Indeks Efektivitas 82,67 83,64 81,8 80,86 22 Kunjungan Mahasiswa Universitas Airlangga KP DJBC 28-Sep-16 84,88 Kanwil 82,84 23 Sosialisasi PER-34/BC.05/2016 DJBC Sulawesi 29-Sep Sosialisasi PER-34/BC.05/2016 Kanwil Jawa 77,84 29-Sep-16 Timur I 25 Sosialisasi PEB Surabaya 29-Sep-16 78,29 26 Sosialisasi PEB Makasar 29-Sep-16 82,84 27 Sosialisasi PEB Balikpapan 06-Oct-16 80,58 28 Sosialisasi PEB Semarang 06-Oct-16 81,42 29 Sosialisasi Tarif Cukai Hasil Tembakau Malang 27-Oct-16 84,42 30 Sosialisasi FTA KP DJBC 08-Nov-16 86, Sosialisasi Penyempurnaan Prosedur Importasi Tekstil dan Produk Tekstil Serta Deklarasi Anti Korupsi Sosialisasi Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kepada Media Antusiast 2016 Kementerian Keuangan KPU BC Tipe C Soekarno Hatta dan KPPBC TMP Cikarang 10-Nov dan 17-Nov-16 87,68 Tidak ada kuesioner SHARING SESSION AND COACHING CLINIC 79,44 33 WITH CUSTOMS ADMINISTRATION OF THE NETHERLANDS KP DJBC 22-Nov Sosialisasi Barang Kiriman KP DJBC 28-Nov-16 87,10 35 Sosialisasi Barang Kiriman Sosialisasi Barang Bawaan Penumpang dan Barang Kiriman Sosialisasi Peraturan Kepabenan di Bidang Ekspor 38 Sosialisasi Registrasi 39 Sosialisasi Evaluasi Perusahaan MITA KPUBC Tipe A Tanjung Priok Semester II tahun 2016 KPU BC Tipe C Soekarno Hatta dan KPPBC TMP Cikarang Universitas Udayanan KPPBC TMP B Dumai Aula Merauke Aula Merauke 29-Nov Nov Dec Dec Dec-16 Tidak ada kuesioner Rata-Rata Indeks 82,43 Sumber : 1. Direktorat Kepabeanan Internsaiona dan Antar Lembaga; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) 82,01 83,28 82,52 82,12 Terjadi peningkatan realisasi IKU pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 dari indeks 80,61 menjadi 82,43. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja dari pencapaian IKU ini antara lain: 81

110 a. penyampaian materi presentasi dilakukan oleh narasumber yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang cukup di bidangnya; dan b. kondisi tempat penyelenggaran kegiatan yang representatif dan nyaman. Sementara kendala dari pencapaian IKU ini adalah masih terdapatnya beberapa kesalahpahaman antara aparat DJBC dengan pengguna jasa terkait beberapa ketentuan/peraturan yang ada, adanya peraturan / kebijakan baru atau perubahan peraturan /kebijakan yang belum tersosialisasikan dengan baik dan frekuensi penerbitan dan/atau perubahan peraturan/kebijakan yang cukup tinggi. Sedangkan tindakan yang telah dilaksanakan untuk menggapai sasaran ini antara lain menyelenggarakan sosialisasi/penyuluhan terkait peraturan/kebijakan baru maupun perubahan peraturan/kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai kepada stakeholder DJBC terkait serta melakukan pengukuran efektivitas kegiatan sosialisasi/penyuluhan melalui penyebaran kuesioner. Berikut ini tabel data capaian tahun 2013 sampai dengan 2016 sebagaimana tersebut pada tabel berikut: Tabel 3.19 Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun Tahun Target Realisasi Indeks Capaian ,90 102,44% ,43 103,12% ,61 103,35% ,43 104,34% Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC 2013 s.d

111 SS-9 PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN KEPABEANAN DAN CUKAI Kegiatan pengawasan kepabeanan dan cukai adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan DJBC dalam rangka memastikan dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai secara efektif. Capaian Sasaran Strategis peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai pada tahun 2016 sebesar 114,37%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian dari 3 (tiga) IKU yaitu: 1. Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit (118,80%); 2. Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai (118,44%); 3. Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai (105,88%). Gambar 3.26 Kegiatan Patroli Laut 83

112 9a-CP Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit Joint Audit adalah kegiatan pemeriksaan pajak, audit kepabeanan, dan/atau audit cukai yang dilakukan bersama-sama antara pemeriksa pajak dan auditor bea dan cukai terhadap Gambar 3.27 Ilustrasi Rapat Pembahasan Kegiatan Wajib Pajak/Auditee yang telah ditentukan oleh Komite Joint Audit, yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 351/KMK.09/2012 tanggal 5 November IKU Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit merupakan IKU Mandatory yang mana target dan Manual IKU-nya ditetapkan oleh PUSHAKA selaku Pengelola Kinerja Organisasi level Kementerian Keuangan. IKU ini merupakan penggabungan dua parameter yaitu "Persentase Pelaksanaan Joint Audit" dan "Persentase Joint Audit yang Berhasil". Realisasi IKU ini dihitung berdasarkan formula sebagai berikut: 1. Target Penerbitan ST Join Audit = 100% 2. Nilai penyelesaian penugasan Unsur ini diukur dengan Rasio Laporan Joint Audit (LJA) yang diselesaikan tepat waktu, dengan formula sebagai berikut: + h h 3. Nilai Hasil Audit Dihitung apabila terdapat nilai pajak, bea dan cukai yang dihasilkan oleh joint audit atau terdapat penegakan hukum. Formula nilai hasil audit berdasarkan nilai tambah bayar: =, x 100% Jika terdapat indikasi pelanggaran pidana maka nilai penegakan hukum bernilai 100. Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit = (Target penerbitan ST Joint Audit * 10%) + (Nilai Penyelesaian Penugasan * 30%) + (Nilai Hasil Audit * 60%) 84

113 Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 104,78% dari target yang ditetapkan yaitu 88,2% dengan indeks capaian 118%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 101,4%, maka realisasi tahun 2016 mengalami peningkatan. Adapun rincian persentase keberhasilan joint audit dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.20 Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit Sumber : 1. Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 85

114 Kendala dan strategi dalam pencapaian sasaran yang telah dilakukan pada tahun 2016 antara lain : 1. Identifikasi masalah : Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Joint Audit DJP-DJBC, yaitu: belum ada target waktu terkait penyusunan obyek audit / pemeriksaan dan pemaksimalan Pertukaran Data dan pelaksanaan Joint Completion. Solusi masalah : a) Menyusun target waktu terkait penyusunan obyek audit / pemeriksaan. b) Memperkuat Joint Analysis terkait targetting penentuan obyek, Pertukaran Data terkait dengan pelaksanaan audit / pemeriksaan, dan Joint Completion terkait penyelesaian audit / pemeriksaan yang terkonsolidasi dan selaras. c) Secara rutin melakukan pelatihan atau workshop terkait dengan penyelarasan program audit / pemeriksaan dan teknik analisis audit / pemeriksaan. 2. Identifikasi masalah : Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Joint Audit DJP-DJBC, yaitu: diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dan Instruksi Direktur Jenderal Pajak Nomor INS- 03/PJ/2016 tentang Kebijakan Pemeriksaan Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan joint audit yaitu tidak dapat diterbitkannya 8 penugasan pada semester II sehingga tidak tercapainya target penerbitan Surat Perintah Joint Audit dan berpengaruh juga terhadap capaian IKU efektifitas pelaksanaan Joint Audit. Solusi masalah : a) Melakukan penyesuaian terhadap IKU efektifitas pelaksanaan Joint Audit sebagai antisipasi terhadap capaian/realisasi pelaksanaan Joint Audit dikarenakan beberapa Wajib Pajak/Auditee berpotensi untuk memanfaatkan kebijakan Pengampunan Pajak. 86

115 b) Melaksanakan progress report secara rutin untuk mengawasi perkembangan penyelesaian penugasan yang masih dalam proses. c) Menetapkan batas waktu penyelesaian untuk penugasan yang masih dalam proses paling lambat sampai dengan program pengampunan pajak berakhir yaitu 31 Maret Identifikasi masalah : Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Joint Audit DJP-DJBC, yaitu: terjadinya pemindahan tugas berurutan Para Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada periode Maret s.d. Mei tahun 2016 menjadi hambatan dalam penyelesaian penugasan joint audit. Solusi masalah : a) Menerbitkan perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 142/KM.04/2016 tentang Penetapan Susunan Keanggotaan Komite, Pengawas Mutu, dan Pelaksana Joint Audit antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun b) Meningkatkan monitoring dan evaluasi atas penyelesaian penugasan joint audit yang masih dalam proses dengan cara menginstruksikan kepada Tim Pelaksana untuk membuat laporan kemajuan pelaksanaan joint audit secara berkala setiap dua minggu. c) Melaksanakan progress report secara rutin. 9b-N Persentase Tindak Lanjut Temuan Pelanggaran Kepabeanan dan Cukai IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai. Pelanggaran kepabeanan dan cukai adalah pelanggaran kepabeanan dan cukai yang berhasil ditindak oleh petugas KP DJBC, Kanwil DJBC, KPU, dan KPPBC di seluruh Indonesia pada tahun Tindak lanjut temuan pelanggaran merupakan tindak lanjut terhadap temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai sebagai berikut : 87

116 1. Tindak lanjut temuan pelanggaran sesuai dengan Pasal 84 huruf a sampai dengan h Perdirjen Nomor: P-53/BC/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan, yang dapat berupa: a. pengenaan sanksi andministrasi berupa denda, b. penyidikan, c. penetapan barang sebagai Barang Dikuasai Negara (BDN) atau Barang Milik Negara (BMN), d. pemblokiran, e. rekomendasi audit, f. reekspor, g. rekomendasi tidak dilayani pemesanan pita cukai, h. pelimpahan ke Instansi terkait; 2. Pembekuan NPPBKC; 3. Pencabutan NPPBKC; 4. Pemusnahan Barang Kena Cukai. Gambar 3.28 Pelaksanaan Pemusnahan Barang Kena Cukai Ilegal 88

117 Kegiatan penindakan adalah kegiatan penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai yang dilakukan oleh unit penindakan DJBC selama tahun 2016 dan dibuktikan dengan dokumen Surat Bukti Penindakan (SBP). Pengukuran IKU ini dengan cara membandingkan antara jumlah temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai yang ditindaklanjuti dengan jumlah kegiatan penindakan yang dilakukan (SBP yang terbit). Apabila satu kegiatan penindakan menghasilkan lebih dari satu jenis tindak lanjut maka untuk perhitungan capaian IKU diperhitungkan sebagai satu tindak lanjut. Selama tahun 2016 terdapat kegiatan penindakan yang dilakukan dan menghasilkan temuan sebanyak kegiatan penindakan ini meningkat 38,90% dibandingkan tahun 2015 sebanyak kegiatan dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.21 Data Capaian Penindakan DJBC Tahun 2016 Unit Kerja (KP/KWBC/KPU) Jumlah SBP 2016 Tindak Lanjut SBP 2016 % Realisasi IKU Kantor Pusat (Direktorat P2) ,77% Aceh ,00% Sumut ,45% Riau & Sumbar ,68% Khusus Kepri ,00% Sumbagsel ,59% Banten ,00% Jakarta ,27% Jawa Barat ,00% Jateng & DIY ,72% Jatim I ,68% Jatim II ,32% Bali, NTB & NTT ,01% Kalbagbar ,85% Kalbagtim ,37% Sulawesi ,81% MPPB ,13% Tanjung Priok ,35% 89

118 Unit Kerja (KP/KWBC/KPU) Jumlah SBP 2016 Tindak Lanjut SBP 2016 % Realisasi IKU Batam ,14% Soekarno Hatta ,87% Jumlah ,75% Sumber : 1. Data Penindakan Dit. P2 dan Akumulasi Data Penindakan Kanwil dan KPU 2016; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); Realisasi tahun 2016 sebesar 94,75% telah melebihi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2016, yaitu sebesar 80%. Kinerja ini diharapkan dapat terus dipertahankan mengingat sampai dengan tahun 2019 target yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan sebesar 80%. Faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU ini yaitu terjadinya peningkatan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai pada seluruh unit pengawasan di tingkat Kantor Pusat DJBC (Direktorat Penindakan dan Penyidikan), Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama DJBC dan Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai di seluruh Indonesia. Terkait hal tersebut, strategi-strategi yang telah dilakukan DJBC pada tahun 2016 untuk mendukung ketercapaian IKU ini diantaranya melalui peningkatan kemampuan petugas DJBC dalam melakukan kegiatan penindakan, melakukan updating berbagai modus pelanggaran pada database penindakan DJBC, melakukan asistensi percepatan proses penanganan pasca penindakan, meningkatkan koordinasi antar unit pengawasan di lingkungan DJBC, meningkatkan koordinasi dengan instansi penegak hukum lainnya antara lain dengan BNN, BIN, dan POLRI, meningkatkan akurasi informasi intelijen DJBC, serta melaksanakan tindak lanjut berupa : pengenaan sanksi administrasi berupa denda, penyidikan, penetapan sebagai BDN/BMN, pemblokiran, rekomendasi audit, re-ekspor, tidak dilayani pemesanan pita cukai, pelimpahan ke instansi terkait, pembekuan NPPBKC, pencabutan NPPBKC, pemusnahan BKC, pembatalan ekspor. 90

119 9c-N Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan Dan Cukai Bab III IKU ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan Audit di bidang kepabeanan dan cukai yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Laporan Hasil Audit (LHA) adalah laporan atas kegiatan audit yang telah selesai dilaksanakan sesuai dengan surat tugas berdasarkan DROA, Joint Audit, dan Audit Sewaktu-Waktu (SWW) yang pelaksanaannya berdasarkan permintaan unit lain yang tidak termasuk dalam DROA namun sifat auditnya menyeluruh seperti pelaksanaan audit berdasarkan DROA. berikut: Gambar 3.29 Ilustrasi Audit Kriteria penilaian dari Indeks efektivitas audit ini ditampilkan pada tabel Jumlah LHA yang dihasilkan: 400 LHA - bobot 50% Formula: Indeks 5 : X 500 Indeks 4 : 400 X < 500 Indeks 3 : 300 X < 400 Indeks 2 : 200 X < 300 Indeks 1 : 100 X < 200 Indeks 0 : X < 100 ACR (Audit Coverage Ratio) Fasilitas: 5 % (dari total perusahaan penerima fasilitas) - bobot 25 % Formula : Indeks 5 : X 5,5% Indeks 4 : 4,5% X < 5,5% Indeks 3 : 3,5% X < 4,5% Indeks 2 : 2% X < 3,5% Indeks 1 : 1% X < 2% Indeks 0 : X < 1% Jenis Fasilitas : a. Penangguhan bea masuk (TPB) b. Pembebasan bea masuk (Pertambangan, KITE, BKPM) c. Pengembalian Bea Masuk (KITE) d. Pembebasan Cukai ACR (Audit Coverage Ratio) dari importir aktif selain High Risk Importir (HRI) yang memiliki NIK tahun 2014: 3.3% (dari total, importir) - bobot 25% Formula: Indeks 5 : X 2.75% Indeks 4 : 2.25% X < 2.75% Indeks 3 : 1,75% X < 2.25% Indeks 2 : 1.25% X < 1,75% Indeks 1 : 0.75% X < 1.25% Indeks 0 : X < 0.75% 91

120 Formula perhitungan realisasi IKU ini adalah sebagai berikut: Formula: Indeks = 50% (indeks LHA) + 25% (indeks ACR Penerima Fasilitas) + 25% (indeks ACR Importir aktif) Realisasi capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 4,5 dari target yang ditetapkan yaitu 4,25. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, realisasi tahun 2016 tidak mengalami perubahan. Sementara dari sisi target, di tahun 2016 target yaitu indeks 4,25 mengalami kenaikan dibanding tahun 2015 yaitu indeks 4. Tahun Tabel 3.22 Perbandingan Realisasi IKU Pelaksanaan Audit Indeks LHA Tahun 2014 s.d 2016 Indeks ACR Fasilitas Indeks ACR HRI Realisasi IKU , ,5 Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC Tahun 2014 dan Rincian realisasi Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel 3.23 Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai 2016 Bulan pelaporan LHA yang diselesaikan Jumlah LHA Indeks ACR Perusahaan Penerima Fasilitas Jumlah Perusahaan ACR Fasilitas (dari total 2094 perusahaan) Indeks ACR importir aktif selain High Risk Improtir (HRI) (bobot 50%) Jumlah ST yang (bobot 25%) (bobot 25%) Terbit Jumlah Importir aktif selain HRI ACR Importir aktif selain HRI (dari total 5948 perusahaan) Indeks Indeks IKU 1 Januari ,43% ,55% 0 0,00 2 Februari ,96% ,08% 1 0,25 3 Maret ,58% ,56% 2 1,25 4 April ,58% ,58% 2 1,25 5 Mei ,24% ,88% 3 2,25 6 Juni ,67% ,25% 4 2,50 7 Juli ,67% ,25% 4 2,5 8 Agustus ,01% ,96% 5 3,25 9 September ,25% ,51% 5 3,75 10 Oktober ,54% ,20% 5 4,25 11 Nopember ,92% ,74% 5 4,50 12 Desember ,92% ,74% 5 4,50 Sumber Sumber Data : Direktorat Audit 1. Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). 92

121 Indeks efektivitas audit meliputi gabungan dari tiga unsur penilaian sebagai berikut: 1. Jumlah LHA yang diselesaikan dengan bobot 50% (LHA yang diselesaikan sampai bulan Desember 2015 adalah sebanyak 475 LHA dengan indeks 4); 2. Audit Coverage Ratio (ACR) perusahaan penerima fasilitas dengan bobot 25% (Jumlah Surat Tugas (ST) yang diterbitkan pada bulan pelaporan adalah sebanyak 145 ST dari perusahaan penerima fasilitas dan ACR sebesar 6,92% sehingga mendapatkan indeks 5); 3. Audit Coverage Ratio (ACR) importir aktif selain Very High Risk Improtir (VHRI) dengan bobot 25%, pada tahun ini terdapat 282 yang diaudit dari perusahaan atau 4,5% sehingga mendapatkan indeks 5). 93

122 SS-10 PENGENDALIAN MUTU YANG OPTIMAL Kegiatan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam rangka mengawasi, mengamati, mengecek dengan cermat, memantau suatu pekerjaan maupun laporan agar pekerjaan/laporan yang dilakukan tersebut sesuai dengan ketentuan/peraturan yang Gambar 3.30 Ilustrasi Pengendalian berlaku. Capaian sasaran strategis pengendalian mutu yang optimal pada tahun 2016 sebesar 117,12%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian dari 3 (tiga) IKU, yaitu : 1. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti (status abu-abu/tidak ada capaian); 2. Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal (114,24%); dan 3. Persentase hit rate dari importasi jalur merah (120%). 10a-CP Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti IKU ini bertujuan Untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Tindak lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) BPK atas LKPP dan LK BUN perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap K/L dan Pengguna Anggaran BUN diwajibkan menyampaikan Tindak Lanjut atas rekomendasi terkait. TP BPK tersebut setiap akhir bulan Maret, Juli, dan November. Pengukuran penyelesaian rekomendasi adalah temuan yang telah selesai ditindaklanjuti terhadap temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan 94

123 dengan timeframe yang ditetapkan pemerintah dengan menggunakan dua kriteria, yaitu: a) rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan selesai kepada BPK. Status rekomendasi BPK yang diusulkan selesai, ditetapkan pada forum pembahasan bersama DJPB, Itjen, unit eselon I terkait dan Auditor BPK. b) rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan tuntas oleh BPK dan tercantum dalam LHP. Formula perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut: Semester I Capaian = Semester II Capaian = Keterangan : a = Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2015" yang dinyatakan selesai b = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2015" c = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LKPP yang diusulkan selesai dalam tahun 2016 d = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP LKPP 2015 e = Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2015" yang dinyatakan selesai f = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2015" g = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP BUN yang diusulkan selesai dalam tahun 2016 h = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP BUN 2015 Catatan: Dalam LHP tindaklanjut LKPP/LK BUN sudah terangkum rekomendasi tahun-tahun sebelumnya yang belum selesai ditindaklanjuti Berdasarkan Rekap Penyelesaian Rekomendasi BPK s.d. Semester I Tahun 2016 dan LHP BPK atas LKPP dan LKBUN 2015 yang disampaikan oleh DJPB, tidak ada temuan yang menjadi tanggung jawab DJBC. 95

124 10b-N Rata-Rata Persentase Tingkat Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal IKU ini bertujuan untuk mengukur Rata-rata persentase realisasi atas 3 (tiga) kegiatan yang meliputi: 1. Persentase tindak lanjut atas rekomendasi pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas. Pelaksanaan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang terkait dengan penegakan kepatuhan internal/disiplin merupakan upaya pengawasan (monitoring) dan penguatan kepatuhan internal yang berlandaskan pada manajemen risiko yang dilaksanakan dengan harapan dapat menimbulkan efek penangkal (deterrent effect) yang pada akhirnya diharapkan akan meminimalisir terjadinya pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai. Rekomendasi tindak lanjut atas pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas diterbitkan setelah dilakukan kegiatan PKPT, antara lain: pengawasan (monitoring), spot check (pemeriksaan mendadak) dan penguatan (konsolidasi) kepatuhan internal yang dilaksanakan berdasarkan manajemen risiko. Rekomendasi diterbitkan atas kegiatan PKPT yang dilakukan sepanjang tahun Rekomendasi dianggap telah ditindaklanjuti apabila tanggapan/ tindaklanjut dari Unit Kerja tempat dilaksanakannya PKPT telah disampaikan kepada Direktorat Kepatuhan Internal dengan surat kepala Unit Kerja terkait. 2. Persentase tindak lanjut atas rekomendasi evaluasi pengelolaan IKU Pengelolaan kinerja organisasi yang optimal adalah proses penataan dan penilaian pelaksanaan tugas unit atau individu yang disesuaikan dengan standar/target kinerja atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara optimal dalam rangka mewujudkan pengukuran dan pengelolaan kinerja yang valid untuk tercapainya tujuan organisasi. Evaluasi pengelolaan IKU dilaksanakan dengan berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-154/BC/

125 Tentang Pedoman Evaluasi Pengelolaan IKU di Lingkungan DJBC. Rekomendasi tindak lanjut atas evaluasi pengelolaan IKU diterbitkan setelah dilakukan evaluasi pengelolaan IKU Kemenkeu-Two di lingkungan DJBC yang dilakukan pada tahun Rekomendasi dianggap telah ditindaklanjuti apabila tanggapan/ tindaklanjut dari Unit Kerja tempat dilaksanakannya Evaluasi pengelolaan IKU telah disampaikan kepada Direktorat Kepatuhan Internal dengan surat kepala Unit Kerja terkait. 3. Persentase tindak lanjut penyelesaian pengaduan masyarakat Pengaduan masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat dan dikelola melalui aplikasi SIPUMA yang ditangani oleh Unit Kepatuhan Internal diseluruh unit kerja DJBC berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-154/BC/2012 tanggal 12 Oktober 2012 tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan DJBC. Jenis pengaduan masyarakat terdiri dari: a) Pengaduan bersifat non-operasional yaitu pengaduan yang berisi permasalahan pelanggaran disiplin dan kode etik pegawai Bea Cukai. b) Pengaduan bersifat operasional yaitu pengaduan yang berisi permasalahan teknis kepabeanan dan cukai dan permasalahan teknis lainnya (unit penunjang). Jumlah pengaduan yang diterima adalah seluruh jenis pengaduan yang dikelola dalam Sistem Aplikasi Pengaduan Masyarakat (SIPUMA) pada periode 1 Januari s.d. 30 November 2016 ditambah saldo pengaduan tahun 2015 yang masih belum selesai diproses, ditambah pengaduan masyarakat yang diterima pada bulan Desember 2016 dalam hal sudah selesai diproses pada tahun Jumlah pengaduan yang selesai diproses adalah jumlah pengaduan yang dianggap selesai diproses pada tahun 2016 dari pengaduan yang diterima. Tanggung Jawab tindak lanjut : c) PUSKI KC (kemudian diganti dengan Direktorat Kepatuhan Internal) bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan dan tindak lanjut 97

126 seluruh pengaduan masyarakat non-operasional (pelanggaran disiplin dan kode etik) yang diterima oleh DJBC; d) Kantor Wilayah DJBC bertanggung jawab untuk tindak lanjut seluruh pengaduan masyarakat non-operasional (pelanggaran disiplin dan kode etik pada Kantor Wilayah) dan melakukan pemantauan tindak lanjut pada Kantor-kantor pengawasan dan pelayanan di wilayah kerjanya; e) KPUBC, KPPBC, BPIB dan PSO bertanggung jawab untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait pelanggaran disiplin dan kode etik dan pengaduan yang bersifat operasional di unit kerjanya masing-masing; Formula perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut: Σ Rekomendasi yang ditindaklanjuti objek PKPT Σ Rekomendasi Pengawasan X 100% Kepatuhan Pelaksanaan Tugas yang disampaikan oleh PUSKI KC + Σ Rekomendasi yang telah ditindaklanjuti Σ Rekomendasi yang disampaikan kepada unit terkait 3 X 100% + pengaduan yang selesai diproses pengaduan yang diterima x 100% Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 97,10% dari target yang ditetapkan yaitu 85%. Target dan capaian IKU pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan capaian IKU pada tahun 2015 yaitu target 70% dan capaian IKU 84,45%. Berikut ini data capaian tahun 2015 dan 2016 sebagaimana tersebut pada tabel berikut: Tabel 3.24 Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal Tahun Target Realisasi Indeks Capaian % 84,45% 120,00% % 97,10% 114,24% Sumber 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC Tahun

127 tabel berikut: Adapun rincian realisasi IKU ini pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 3.25 Realisasi IKU Tingkat Efektivitas Monitoring Dan Pengawasan Kepatuhan Internal Per Kegiatan Kegiatan Target Realisasi Rekomendasi Tindak Lanjut Penegakan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas 100,00% Rekomendasi Tindak Lanjut Evaluasi Kinerja 85% 100,00% Rekomendasi Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat 91,30% Realisasi IKU 97,10% Sumber 1. Direktorat Kepatuhan Internal; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). Kendala utama dalam pencapaian target sasaran ini adalah kurangnya kesadaran pegawai dalam melaksanakan pengelolaan kinerja. Namun demikian, penyebab tersebut dapat diminimalkan dengan upaya-upaya antara lain sebagai berikut : 1. Kegiatan Penegakan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas pada beberapa unit; 2. Evaluasi Pengelolaan IKU pada beberapa unit Eselon II Kantor Pusat, Kanwil DJBC, dan KPU BC; 3. Asistensi penanganan pengaduan masyarakat yang diterima pada Aplikasi SIPUMA; dan 4. Rapat Koordinasi Kepatuhan Internal dengan jajaran unit Kepatuhan Internal vertikal. 10c-N Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah Tujuan IKU ini adalah untuk mengukur efektifitas penetapan importir jalur merah agar tepat sasaran. Hit rate diukur dari jumlah penerbitan SPTNP (Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean) atas PIB jalur Gambar 3.31 Ilustrasi Tepat Sasaran 99

128 merah. SPTNP tersebut diterbitkan atas temuan pemeriksaan fisik dan penelitian PFPD (Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen) yang meliputi kesalahan jumlah dan/atau jenis barang, tarif, dan nilai pabean. Sama halnya dengan IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan, Pengukuran IKU ini dilakukan pada 4 (empat) kantor besar yaitu KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok, KPPBC Tanjung Perak, KPPBC Belawan, dan KPPBC Tanjung Emas. Keempat pelabuhan tersebut memiliki persentase kegiatan importasi terbesar secara nasional. Hal ini dapat terlihat dari besarnya kontribusi total jumlah dokumen PIB keempat pelabuhan tersebut dibandingkan data importasi nasional. Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 34,7% dari target yang ditetapkan yaitu 25%. Target sebesar 25% merupakan target hasil pembahasan dengan PUSHAKA selaku pengelola kinerja organisasi Kementerian Keuangan yang meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 12%. Dari sisi realisasi, capaian tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan realisasi tahun 2015 sebesar 25,2%. Untuk lebih jelasnya, realisasi pada masingmasing kantor pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut: Kantor Tabel 3.26 Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah Σ SPTNP Σ NPBL dokumen Persentase hitrate Target Tahun 2016 (a) (b) (c) (d) (e)=(b+c)/d*100% (f) KPU Tg. Priok ,3% 15% KPPBC Belawan ,2% 27% KPPBC Tg. Emas ,3% 37% KPPBC Tg Perak ,8% 21% Total ,7% 25% Sumber Data: Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai. Keterangan : - Σ SPTNP (Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean) merupakan jumlah SPTNP dari Jalur Merah (Januari s.d Agustus) dan dari Jalur Merah (MH dan MM) (September s.d Desember). - Σ NPBL (Nota Pemberitahuan Barang Larangan / Pembatasan) merupakan jumlah NPBL atas PIB Jalur Merah (MH dan MM) bulan September s.d Desember. - Σ Dokumen PIB Jalur Merah terdiri atas : a. Semua dokumen PIB Jalur Merah bulan Januari s.d Agustus. b. PIB Jalur Merah (MH dan MM) bulan September s..d Desember. 100

129 Tabel 3.27 Perbandingan Realisasi IKU Hit Rate Tahun 2015 dan 2016 Kantor Realisasi 2015 Realisasi 2016 KPU Tg. Priok 11,00% 15,3% KPPBC Belawan 28,40% 31,2% KPPBC Tg. Emas 38,86% 57,3% KPPBC Tg Perak 22,56% 34,8% Rata-rata 25,2% 34,7% Sumber 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC Tahun Beberapa tindakan yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target IKU ini adalah sebagai berikut : 1. Telah dilaksanakan percepatan respon upgrade/downgrade importir jalur kuning terkait pemutakhiran profil importir; dan 2. Telah dilakukan pembahasan penajaman definisi hit rate antara MKO DJBC dengan unit terkait pemilik IKU yang salah satu hasilnya menyempurnakan definisi hit rate adalah ketika terdapat hasil analisa yang menyatakan bahwa barang impor masih memerlukan pemenuhan ketentuan larangan dan pembatasan, dalam bentuk Surat Pemberitahuan Barang Larangan dan/atau Pembatasan (SPBL). 101

130 SS-11 SDM YANG KOMPETITIF Pengembangan dan pembinaan SDM bertujuan untuk meningkatkan integritas dan kompetensi SDM DJBC sehingga dalam melaksanakan kewajiban/ tugas berpedoman pada prinsip Good Governance. Pembentukan SDM adalah upaya untuk menyiapkan SDM yang berkompetensi tinggi untuk kepentingan jangka panjang. Capaian Sasaran Strategis SDM yang kompetitif pada tahun 2016 sebesar 106,49%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency. Gambar 3.32 Fokus dalam melaksanakan tugas 11a-N Persentase Pemenuhan Standar Soft dan Hard Competency Tujuan IKU ini adalah untuk melihat ketersediaan pejabat yang mempunyai kompetensi sesuai jabatannya baik secara soft maupun hard competency untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Terdapat beberapa unsurunsur yang mempengaruhi IKU ini, antara lain : 1. Standar Kompetensi Jabatan (SKJ), terdiri dari dua : a. SKJ Manajerial, yaitu jenis dan level kompetensi manajerial yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan. 102

131 b. SKJ Teknis, yaitu jenis kompetensi yang diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. 2. Kompetensi, terdiri dari dua : a. Kompetensi Manajerial, yaitu kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan tentang pelaksanaan assessment center Kementerian Keuangan. b. Kompetensi Teknis, yaitu pengetahuan dasar di bidang kepabeanan dan cukai yang harus dimiliki oleh setiap pegawai DJBC dalam melaksanakan tugasnya. 3. Job Person Match (JPM), terdiri dari dua : a. JPM Manajerial ditentukan dari indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan SKJ Manajerial yaitu sebesar 72%. b. JPM Teknis ditentukan dari keikutsertaan dan kelulusan pegawai dalam mengikuti pendidikan dasar kepabeanan dan cukai. Formula Penghitungan JPM : JPM Manajerial = { ( ) Level kompetensi pejabat : Kompetensi dalam SKJ } Standar Kompetensi Jabatan X100% JPM Teknis = Telah mengikuti dan lulus pendidikan dasar kepabeanan dan cukai 4. Pendidikan dasar adalah pendidikan formal maupun informal yang memberikan pengetahuan kepabeanan dan cukai seperti DTSD, DPT II, Program Diploma I Kepabeanan dan Cukai, dan Program Diploma III Kepabeanan dan Cukai. Pengukuran realisasi IKU persentase pemenuhan standar soft dan hard competency dengan cara mancari rata-rata anatar jumlah persentase pejabat yang memenuhi JPM Manajerial dan persentase pejabat yang memenuhi kompetensi teknis. 103

132 Formula Perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut : Persentase Pejabat yang memenuhi JPM manajerial Persentase Pejabat yang memenuhi kompetensi teknis Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. IV) di lingkungan DJBC yang memiliki JPM Total 72% Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. IV) di lingkungan DJBC yang telah mengikuti assessment center Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. pelaksana) di lingkungan DJBC yang telah mengikuti dan lulus pendidikan dasar kepabeanan dan cukai Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. pelaksana) di lingkungan DJBC x100% x100% Contoh perhitungan: JPM manajerial = (level kompetensi1 / skj1 + level kompetensi2 / skj2 +...) / jumlah kompetensi = (1/2 + 3/4 + 3/2 + 2/3 + 3/4 + 1/2 + 3/3 + 2/3 + 2/3 ) = 77,78 % (Pejabat telah memenuhi SKJ) Setjen (Biro SDM) menyediakan data JPM manajerial eselon II dan III masing-masing unit eselon I. Data JPM manajerial eselon IV disediakan oleh Bagian Kepegawaian masing-masing unit eselon I Formula: Rata-rata (Persentase Pejabat yang memenuhi JPM manajerial + Persentase Pejabat yang memenuhi kompetensi teknis) Realisasi IKU ini di tahun 2016 adalah 95,84% dari target 90%, dengan indeks capaian 106,49%. Realisasi tahun 2016 ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.28 Realisasi Pemenuhan Soft dan Hard Competency Pemenuhan Soft Competency Pemenuhan Hard Competency Data Es. II Es. III PBC Setingkat Es. III Es. IV PBC Setingkat Es. IV Total % Realisasi Pemenuhan Soft Competency Total Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai Yang lulus diklat dasar % Realisasi Pemenuhan Hard Competency a b c d e f g=b+c+d+e+f h i j k=j/i*100% l=(h+k)/2 % Capaian IKU Pejabat pada Periode Pelaporan (i) Pejabat yang mengikuti Assessment Center (ii) 33 C Pejabat yang Memiliki Job Person Match (JPM) Minimal 72% (iii) % % 95.84% % Realisasi Pemenuhan Soft Competency per Jabatan (iv)= (iii)/(ii) 100% #### 86.96% #### 99.16% 96.22% Sumber Data: Biro SDM Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dan Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC 104

133 IKU ini merupakan IKU baru pada tahun 2016 sehingga tidak dapat dibandingkan dengan pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya. Pengukuran hard competency adalah dengan menggunakan data historis keikusertaan dan kelulusan pegawai pada Diklat Kepabeanan dan Cukai sehingga sangat dimungkinkan data pemenuhan hard competency tersebut di atas tidak menggambarkan kompetensi Kepabeanan dan Cukai pegawai DJBC saat ini. Selain itu, terdapat kompetensi-kompetensi teknis lainnya yang ikut menentukan keberhasilan suatu pekerjaan tidak termasuk dalam komponen yang diukur. Kendala-kendala dalam pencapaian target IKU ini adalah belum adanya standar kompetensi teknis yang dibutuhkan pada tiap-tiap pekerjaan dan belum tersedianya metode untuk mengukur kompetensi teknis yang dimaksud. Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut, beberapa tindakan telah dilaksanakan pada tahun 2016, antara lain : a. Penyusunan Standar Kompetensi Teknis dan Kamus Kompetensi Teknis Rumpun jabatan pengawasan; b. Penyusunan dan uji coba metode pengukuran Standar Kompetensi Teknis rumpun jabatan pengawasan; c. Pembentukan assessor teknis untuk assessment teknis jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur Kepatuhan Internal (KI) dan Penindakan & Penyidikan (P2); d. Uji coba assessment teknis untuk jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur audit; e. Uji coba assessment teknis untuk jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur KI; dan f. Uji coba assessment teknis untuk jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur P2. 105

134 SS -12 ORGANISASI YANG KONDUSIF Penataan organisasi adalah penyempurnaan struktur organisasi dan proses bisnis DJBC berdasarkan perkembangan dan kebutuhan DJBC. Organisasi yang kondusif tercermin dengan adanya perilaku anggota organisasi yang memiliki komitmen kuat terhadap organisasi, hubungan yang harmonis di antara setiap anggota organisasi, serta motivasi dan etos kerja yang tinggi. Organisasi kondusif dapat tercipta jika beberapa faktor berikut dapat berjalan dengan baik antara lain pola komunikasi dan hubungan-hubungan dalam interaksi antarpersonal yang mempengaruhi suasana kerja; program pengembangan SDM dan kualitas kerja; alur dan prosedur pelaksanaan kegiatan, model jalur koordinasi dan konsultasi dalam pelaksanaan kerja; mekanisme penyampaian pendapat dan tingkat kebebasan dalam menyampaikan pendapat; serta program peningkatan kesejahteraan (termasuk pola jenjang karir). Dengan organisasi yang kondusif, pencapaian tujuan organisasi akan berjalan dengan baik. Capaian sasaran strategis organisasi yang kondusif pada tahun 2016 sebesar 117,77%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian 2 (dua) IKU yaitu: 1. Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan (114,94%); 2. Tingkat Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional (120%). 12a-CP Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan Perbaikan internal organisasi Kementerian Keuangan dilakukan melalui program Transformasi Kelembagaan (TK). Program tersebut mendasarkan pada blueprint TK yang didalamnya berisi berbagai inisiatif strategis yang diimplementasikan mulai tahun 2014 dan tahun-tahun berikutnya untuk unit eselon I Kementerian Keuangan. 106

135 IKU ini mengukur pelaksanaan Inisiatif Strategi (IS) yang jatuh tempo pada tahun Pencapaian Tranformasi Kelembagaan pada DJBC diukur dari pelaksanaan 10 Inisiatif Strategis (IS) sebagai berikut: Inisiatif 1 - Memperbaiki Sistem Manajemen Kinerja; Inisiatif 2 Pilot kantor pelayanan modern 2.0 untuk mengurangi Dwelling Time; Inisiatif 3 Meluncurkan Customs Call Center; Inisiatif 4 Memulai External Stakeholder Lab untuk mengurangi waktu impor; Inisiatif 5 Future proofing Kawasan berikat; Inisiatif 6 Memperbaiki layanan dan mengoptimasi pengawasan impor melalui Kantor Pos; Inisiatif 7 Otomasi proses pelayanan dan pengawasan; Inisiatif 8 Meningkatkan citra dengan mengoptimasi kegiatan kehumasan; Inisiatif 9 Integrasi Manajemen Risiko; Inisiatif 10 Menyelaraskan fondasi dengan mandat; Dari 10 IS tersebut di atas terdapat beberapa IS yang telah diselesaikan pada tahun sebelumnya yaitu IS 3, IS 4 dan IS 8 sehingga inisiatif pada unit DJBC yang jatuh tempo pada tahun 2016 serta yang belum diselesaikan pada tahun sebelumnya adalah IS 1, IS 2, IS 5, IS 6, IS 7, IS 9 dan IS 10 Tahapan inisiatif tahun 2016 mengacu pada dokumen blueprint transformasi kelembagaan. Formula yang digunakan pada IKU ini adalah : Capaian IS = tahapan inisiatif tahun 2016 yang dilaksanakan x 100% tahapan inisiatif tahun 2016 yang direncanakan Realisasi IKU = Rata-rata persentase Capaian IS Berdasarkan aplikasi MITRA dari Central Transformation Office (CTO), realisasi inisiatif Transformasi Kelembagaan DJBC di tahun 2016 ini adalah sebesar 100% dari target tahun 2016 sebesar 87%. Jika dibandingkan dengan 107

136 realisasi tahun sebelumnya yang memiliki capaian sebesar 83,56%, realisasi tahun ini mengalami kenaikan. Realisasi IKU Tranformasi Kelembagaan (TK) ini diukur dari outcome utama yang diselesaikan dibandingkan dengan outcome utama yang direncanakan dari inisiatif transformasi kelembagaan DJBC di tahun Berikut adalah outcome dan tindakan utama dalam IS yang telah dilaksanakan pada tahun 2016: IS Tabel 3.29 Rincian Realisasi Inisiatif Strategi Transformasi Kelembagaan DJBC Tahun 2016 Key Outcomes/ Hasil Utama 1 Implementasi otomasi sistem manajemen kinerja (PERFORMA) Acceptance Criteria Terbangunnya sistem aplikasi yang dapat digunakan untuk otomasi sistem pengelolaan kinerja telah dibangun Capaian 100% 2 Penyelesaian aplikasi Mobile CEISA untuk penggunaan tablet 3 Piloting 24/7 ISO Inbound Call CRM Kantor Vertikal Dwi Bahasa Indonesia-English Terbangunnya aplikasi mobile CEISA untuk penggunaan tablet Terbentuknya UPT setingkat eselon III 100% 100% 4 IS ini telah diselesaikan pada tahun sebelumnya NA 5 Implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan KB 6 Sistem komputer pelayanan / Aplikasi barang kiriman 7 Sistem Otomasi Kawasan Berikat (lanjutan); Pembangunan Sistem Otomasi Barang Kiriman Aplikasi layanan dan perijinan KB telah diimplementasikan Sistem komputer pelayanan barang kiriman dan ketersediaan informasi untuk pengguna jasa yang terintegrasi Terotomasinya pelayanan dan pengawasan Cukai (LACK) dan Kawasan Berikat 100% 100% 100% 108

137 IS Key Outcomes/ Acceptance Criteria Capaian 8 IS ini telah diselesaikan pada tahun sebelumnya N/A 9 Bertransformasi menjadi IS Baru RBTK : Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa 10 Penyusunan Naskah Akademik, Implementasi program pemenuhan gap (Action Plan); dan Survey Kepuasan Pegawai 2016 Sistem manajemen risiko operasional yang terintegrasi dan handal Organisasi, SDM dan infrastruktur selaras - 100% RATA-RATA CAPAIAN INISIATIF STRATEGIS TAHUN % Sumber : Aplikasi MITRA PMO DJBC Gambar 3.33 Progres Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC. 109

138 Summary Capaian Program TK DJBC Updated : 31 Desember 2016 IS #1 : 100% (CLOSED) MANAJEMEN KINERJA Outcome Tahun 2016: Implementasi otomasi sistem manajemen kinerja (PERFORMA) IS #6 : 100% (USUL CLOSED) OPTIMASI PENGAWASAN IMPOR VIA KANTOR POS Outcome Tahun 2016: Sistem komputer pelayanan / Aplikasi barang kiriman IS #2 : 100% (USUL CLOSED) KANTOR MODERN 2.0 Outcome Tahun 2016: Penyelesaian aplikasi Mobile CEISA untuk penggunaan tablet IS #7 : 100% (USUL CLOSED) OTOMASI PROSES PELAYANAN DAN PENGAWASAN Outcome Tahun 2017: Sistem Otomasi Kawasan Berikat (lanjutan); Pembangunan Sistem Otomasi Barang Kiriman IS #3 : (100%) CUSTOMS CONTACT CENTER Outcome Tahun 2016: Piloting 24/7 ISO Inbound Call CRM Kantor Vertikal Dwi Bahasa Indonesia-English IS #5 : (100%) PENYEMPURNAAN KAWASAN BERIKAT Outcome Tahun 2016: Implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan KB IS #9 : - INTEGRASI MANAJEMEN RISIKO Bertransformasi menjadi IS Baru RBTK : Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa IS #10 : 100% MENYELARASKAN FONDASI DENGAN MANDAT Outcome Tahun 2016: Penyusunan Naskah Akademik ; Implementasi program pemenuhan gap (Action Plan); dan Survey Kepuasan Pegawai 2016; Gambar 3.34 Summary Capaian Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC 2016 Penjelasan capaian tahun 2016: 1. Untuk IS 1, di tahun 2015 proses pengembangan aplikasi terhambat karena struktur bisnis proses yang cukup rumit dan server PUSINTEK yang 110

139 mengalami gangguan. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : Telah dilaksanakan sosialisasi Aplikasi Performa. Implementasi Otomasi Sistem Manajemen Kinerja (Aplikasi Performa). 2. Untuk IS 2, di tahun 2015 pemanfaatan teknologi dalam proses pemeriksaan barang mengalami beberapa kendala diantaranya aplikasi mobile untuk pemeriksaan belum tersedia, jumlah perangkat keras yang terbatas, dan koneksi internet di lapangan yang kurang memadai. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : Telah diselesaikan pengembangan aplikasi mobile CEISA untuk penggunaan tablet, tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan yaitu: - Dilakukan UAT (User Acceptance Test) aplikasi pada 14 Desember Dilakukan UAT Tahap II untuk penyempurnaan aplikasi mobile CEISA pada tanggal 23 Desember Untuk IS 3, di tahun 2016 status sudah selesai dengan capaian yang dihasilkan antara lain : Penerapan ISO untuk Inbound Call (sertifikat) Piloting 24/7 a.l. pengadaan infrastruktur IT, Benchmarking ke contact center yang menyelenggarakan 24/7 Penghargaan pada Contact Center World Award 2016: - Gold for Best Contac Center Leader; - Silver for Best Small Contact Center; dan - 4th place for Best Contact Center Design. 4. Untuk IS 5, di tahun 2015 implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan kawasan berikat masih menunggu Perdirjen sebagai payung hukum. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : a. telah diterbitkan peraturan terkait Kawasan Berikat: PER-13/BC/2016 (BC 2.3); PER-14/BC/2016 (BC 2.5); PER-15/BC/2016 (BC dan BC 2.6.2); dan PER-26/BC/2016 (BC 2.7) dan PER-27/BC/2016 (BC 4.0 dan BC 4.1). 111

140 b. Telah dilaksanakan sosialisasi PDJ. c. Telah dilaksanakan implementasi penuh aplikasi layanan dan perizinan KB meliputi Aplikasi layanan BC 2.3, BC 2.5, BC 2.6.1/2.6.2, 2.7 & 4.0/4.1 melalui kegiatan sebagai berikut: Pelaksanaan piloting aplikasi (UAT); TOT Perdirjen dan SKP Tahap I dan II; dan Mandatory SKP (Tahap I dan II). 5. Untuk IS 6, telah disusun RPMK proses bisnis barang kiriman yang mengatur kenaikan batas nilai barang yang dikenakan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (deminimise value) namun belum bisa dilakukan sosialisasi karena RPMK belum disahkan. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : Penyempurnaan proses bisnis barang kiriman selesai dan disetujui dalam bentuk finalisasi PMK dan Perdirjen Penyelesaian aplikasi impor barang kiriman 6. Untuk IS 7, aplikasi sistem otomasi kawasan berikat untuk BC 2.3 dan BC 2.5 sudah diselesaikan, akan tetapi aplikasi tersebut belum bisa diimplementasikan dikarenakan belum adanya Perdirjen sebagai payung hukum. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : Telah diselesaikan : - pembangunan Sistem Otomasi Kawasan Berikat (lanjutan) meliputi BC 2.7, BC 4.0 dan BC 4.1 sudah selesai dilakukan; - pembangunan Sistem Otomasi Barang Kiriman; dan - penyelesaian aplikasi LHP (Mobile CEISA). 7. Untuk IS 9, pengintegrasian sistem manajemen risiko mengalami kendala karena proses bisnis yang kompleks dan beragam. Sementara yang telah dilakukan pada tahun 2016 yaitu sedang dilakukan pengembangan design baru Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa untuk menyempurnakan konsep system manajemen risiko sebelumnya dan sudah diajukan menjadi Inisiatif Baru Program RBTK Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa. 112

141 12b-N Tingkat Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional Bab III Tujuan dari IKU adalah untuk menciptakan jabatan-jabatan fungsional core business baru untuk mendukung program transformasi kelembagaan di lingkungan Kementerian Keuangan. Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional meliputi pembentukan dan penyempurnaan jabatan-jabatan fungsional dalam bidang yang terkait dengan pelaksanaan tugas utama Kementerian Keuangan yaitu di bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. Jabatan fungsional yang akan dikembangkan tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil identifikasi dan kajian. Penetapan target IKU sebesar 75% didasarkan atas pertimbangan besarnya effort yang dapat dilakukan oleh unit eselon I sampai dengan proses ekspos. Proses selanjutnya sangat bergantung pada keputusan KemenPAN apakah usulan Jabatan Fungsional dapat dilanjutkan atau tidak. Apabila pada tahapan ekspos naskah akademis sudah dilakukan namun KemenPAN menyatakan tidak dapat dilanjutkan, maka realisasi sudah mencapai 70%. Formula perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut : Formula: Tahapan pembentukan dan penyempurnaan jafung yaitu: a. Penyusunan Naskah Akademis b. Ekspose Naskah Akademis c. Penyusunan matriks butir kegiatan d. Uji petik beban kerja dan Pengolahan data e. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB f. Persetujuan MenpanRB terhadap Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB : 35% : 35% : 5% : 7,5% : 2,5% : 15% Total : 100% Tingkat penyelesaian = Jumlah persentase seluruh tahapan pembentukan dan penyempurnaan jafung yang telah diselesaikan Realisasi IKU ini di tahun 2016 adalah 100% dari target 70%, dengan indeks capaian 120%. Realisasi tahun 2016 ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : 113

142 Tabel 3.30 Pengembangan Jabatan Fungsional Bulan Progress penyelesaian pengembangan jabatan fungsional Persentase Capaian IKU Keterangan Januari s.d. Mei Penyelesaian Naskah Akademis Jabatan Fungsional 35% Juni s.d. Agustus 1. Penyelesaian Naskah Akademis Jabatan Fungsional 70% 2. Ekspose Naskah Akademis 1. Penyelesaian Naskah Akademis Jabatan Fungsional September 2. Ekspose Naskah Akademis 75% 3. Ekspose oleh KemenPAN RB 4. Pelaksanaan Uji Petik Oktober s.d. November Telah disampaikan RPermenPAN-RB tentang JFPBC ke KemenPAN-RB dan BKN 85% Surat Sekretaris DJBC Nomor: S-3020/BC.01/2016 Hal Penyampaian Rpermenpan-RB tentang JFPBC Desember Telah diterbitkan PerMenPAN-RB Nomor 31 Tahun 2016 TENTANG Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai tanggal 29 Desember % PerMenPAN-RB Nomor 31 Tahun 2016 tanggal 29 Desember 2016 IKU ini sesuai dengan isu utama yang berkembang yaitu dengan telah ditandatanganinya Peraturan MenPAN RB Nomor 31 Tahun 2016 pada tanggal 29 Desember 2016 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai sebagai pengganti PerMenPAN Nomor 32 tahun 2003 Jo. PerMenPAN 18 tahun 2013 tentang JFPBC dan angka kreditnya. 114

143 SS-13 SISTEM MANAJEMEN INFORMASI YANG ANDAL Bab III Perwujudan sistem teknologi informasi dan komunikasi ditujukan untuk mendorong pembangunan sistem pelayanan DJBC yang andal dan terintegrasi dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada publik. Sistem Informasi Manajemen yang andal akan terwujud dengan adanya pengelolaan layanan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang andal yaitu dengan penyediaan dan pemenuhan layanan TIK, serta penyelesaian gangguan layanan TIK kepada pengguna layanan TIK sesuai ketentuan yang disepakati pada Katalog Layanan TIK, SLA, dan atau Business Impact Analysis (BIA). TIK yang andal adalah TIK yang mampu mengelola data dan informasi yang memenuhi kriteria lengkap, akurat, mutakhir, dan terpercaya. Capaian sasaran strategis sistem manajemen informasi yang andal pada tahun 2016 sebesar 120%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian 2 (dua) IKU yaitu IKU Tingkat Downtime Sistem TIK Gambar 3.35 Sistem CEISA (120%) dan IKU Persentase Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai (120%). 13a-CP Tingkat Downtime Sistem TIK IKU ini bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem pelayanan dalam rangka meningkatkan pelayanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. Tingkat downtime sistem TIK adalah terhentinya layanan TIK yang memiliki tingkat kritikalitas sangat tinggi dari masing-masing Unit Eselon I yang disebabkan oleh gangguan pada infrastruktur TIK ataupun core system layanan TIK meliputi: Layanan Internet, Layanan Intranet, Server/Operating System (OS), Aplikasi, dan Database yang dikelola oleh unit TIK Pusat dan unit TIK Eselon I. 115

144 Layanan TIK dengan tingkat kritikalitas sangat tinggi ditentukan berdasarkan dampak terhadap kelangsungan operasional organisasi dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Potensi kerugian finansial; 2. Potensi tuntutan hukum; 3. Citra Kemenkeu;dan 4. Jumlah pengguna yang dirugikan. Perhitungan downtime layanan tidak termasuk downtime yang direncanakan (Planned Downtime) dan disetujui unit Eselon I terkait untuk tujuan pemeliharaan (Preventive Maintenance). Penentuan waktu ketersediaan layanan TIK disesuaikan dengan karakteristik masing-masing layanan TIK. Pengukuran IKU tingkat downtime sistem TIK dengan cara membuat persentase antara jumlah downtime seluruh layanan TIK dengan jumlah layanan TIK. IKU ini merupakan IKU dengan polarisasi minimize (semakin kecil realisasinya dibandingkan target, semakin baik). Pada tahun 2016 realisasi capaian IKU ini adalah sebesar 0,30% dari target yang ditetapkan sebesar 1%. Untuk penjelasan terkait downtime tiap layanan TIK dapat dilihat pada tabel berikut : No. Bulan Berjalan Tabel 3.31 Tingkat Downtime Sistem TIK Nama Layanan TIK Total Waktu Pelayanan (Jam)*) s.d Desember 2016 Total Waktu Downtime (Jam) s.d Desember 2016 Persentase Downtime a b c d e f = e/d*100% 1 Target s.d. Desember 2016 : 1% Impor ,50 0,54% Ekspor ,00 0,26% Inward ,00 0,26% Outward ,00 0,26% BC ,00 0,41% Cukai ,50 0,58% KITE ,50 0,58% Total Capaian Tahun ,50 0,30% *) Total waktu pelayanan untuk masing-masing layanan TIK diambil dari 102 Kantor Bea dan Cukai 116

145 Faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU ini adalah kapasitas sistem TIK sudah overload, sistem layanan TIK tidak berjalan normal, sistem TIK rawan downtime, dan perbaikan serta uji fungsi sistem TIK pasca recovery downtime tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian IKU ini antara lain : 1. Monitoring ketersediaan space database; 2. Pentahapan/penundaan implementasi aplikasi; 3. Identifikasi query dengan resource database terbesar; 4. Penyesuaian database; 5. Identifikasi dan penyelesaian tiket insiden; 6. Penetapan perkiraan space yang aman untuk database dan evaluasi per 6 bulan; 7. Pelaksanaan housekeeping database; 8. Monitoring database growth yang tidak wajar pada SOADB; 9. Penambahan kapasitas storage pada DBOLTP; 10. Monitoring utilisasi CPU dan memory server database; 11. Analisis dan recovery terhadap application server, database server, storage, network, dan power; 12. Analisis untuk database recovery; 13. Recovery data dari resource asal; dan 14. Pembuatan tool recovery untuk kasus spesifik. 13b-N Persentase Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai Integrasi sistem kepabeanan dan cukai adalah integrasi sistem TIK kepabeanan dan cukai yang meliputi perangkat keras, perangkat jaringan, perangkat lunak, sumber daya manusia, serta prosedur dan/atau aturan, yang diorganisasikan secara terpadu untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 117

146 Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai adalah perbandingan antara jumlah persentase tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai yang telah diselesaikan dengan jumlah persentase integrasi sistem kepabeanan dan cukai yang ditargetkan akan diselesaikan. Integrasi sistem kepabeanan dan cukai yang ditargetkan pada tahun 2016 terdiri atas : 1. TPS Online Udara dan CEISA IMPOR; 2. Billing Pajak dan CEISA EKSPOR; 3. NPWP dan Sistem Layanan beberapa aplikasi (ekspor, impor dan TPB). Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai dirumuskan sebagai berikut : a. Perancangan : 35% b. Pengembangan : 40% c. Pengendalian Mutu : 25% Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 99,79% dari target 75%, dengan indeks capaian 120%. Penjelasan dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 3.32 Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai 2016 No. Sistem Kepabeanan dan Cukai Terintegrasi 1 TPS Online Udara dengan CEISA IMPOR - Capaian tahapan perancangan 35% dari 35% - Capaian tahapan pengembangan 40% dari 40% % Realisasi 100% - Capaian tahapan pengendalian mutu 25% dari 25% 2 Billing Pajak dengan CEISA EKSPOR - Capaian tahapan perancangan 35% dari 35% - Capaian tahapan pengembangan 40% dari 40% 99,38% - Capaian tahapan pengendalian mutu 24,38% dari 25% 3 NPWP dengan Sistem Layanan beberapa aplikasi (impor, ekspor dan TPB) - Capaian tahapan Perancangan 35% dari 35% - Capaian tahapan Pengembangan 40% dari 40% 100% - Capaian tahapan Pengendalian Mutu 25% dari 25% Realisasi IKU 99,79% 118

147 SS -14 PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL Salah satu sumber daya organisasi adalah dana. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran, harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen yang dipakai dalam pengelolaan dana adalah DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran yang sesuai ketentuan menjadi dasar pengelolaan belanja negara. Dalam rangka menunjang tercapainya tujuan organisasi dibutuhkan adanya perencanaan anggaran yang optimal dan pengelolaan anggaran yang efisien dan efektif yaitu dengan Gambar 3.36 Ilustrasi Anggaran menggunakan prinsip Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Capaian sasaran strategis pengelolaan anggaran yang optimal pada tahun 2016 sebesar 102,17% 102,26%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran. 14a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran IKU ini bertujuan mengukur pengelolaan anggaran dari 3 parameter yaitu Penyerapan Anggaran, Efisiensi, dan Pencapaian Keluaran sesuai dengan Surat Edaran Menteri Keuangan nomor 32/MK.1/2015 tentang Tata Cara Pengukuran Indikator Kinerja Utama Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja di Lingkungan Kementerian Keuangan. - Penyerapan Anggaran (bobot 11,86%) Parameter ini mengukur kesesuaian realisasi belanja Belanja Barang dan Belanja Modal yang dilaksanakan dibandingkan pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang telah ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan (BA 015). Belanja pegawai tidak diukur karena penyerapannya relatif mudah 119

148 tercapai. Pengukuran penyerapan anggaran mengacu kepada realisasi anggaran non belanja pegawai pada Sistem Akuntansi Umum (SAU). - Efisiensi (bobot 34,96%) Parameter ini membandingkan antara hasil lebih atau sisa dana kontrak dengan pagu kontrak. Hasil lebih atau sisa dana diperoleh setelah pelaksanaan dan/atau penandatanganan kontrak dari suatu kegiatan yang target sasarannya telah dicapai (pencapaian outputnya lebih besar atau sama dengan 100%) dan sisa dana tersebut tidak dialihkan untuk kegiatan atau belanja lainnya. Apabila output tidak mencapai 100% maka unsur efisiensi tidak diukur. - Pencapaian Keluaran (bobot 53,18) Output belanja adalah output yang terdapat pada Rencana Kerja dan Anggaran K/L. Pengukuran pencapaian output belanja berpedoman pada Lampiran SE-32/MK.1/2015. Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelakasanaan Anggaran pada tahun 2016 adalah sebesar 97,06% dari target 95%, dengan indeks capaian 102,17%. IKU ini tidak beda dengan IKU sebelumnya yang berbunyi Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja namun memiliki dasar perhitungan/formula IKU yang sama sehingga realisasi tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami penurunan. Penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 3.33 Realisasi IKU Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja Tahun 2015 Efisiensi Pencapaian Penyerapan Anggaran (Bobot Output (Bobot 11,86%) 34,96%) (53,18%) Target No. Belanja Pagu 2015 Realisasi Penyerapan 1 Barang 2 Modal Rp M Rp M 93,27% 88,69% 103,58% 95% Realisasi IKU 2016 : 97,15% Sumber Data: Bagian Keuangan Sekretariat DJBC 120

149 Tabel 3.34 Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016 Efisiensi Pencapaian Penyerapan Anggaran (Bobot Output (Bobot 11,86%) 34,96%) (53,18%) No. Belanja Pagu 2016 Realisasi Penyerapan 1 Barang 90,92% 101,45% Rp M Rp M 95,51% 2 Modal Realisasi IKU 2016 : 97,06% Sumber Data: Bagian Keuangan Sekretariat DJBC Target 95% % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 97.06% 95.00% 75.72% 62.77% 75.00% 53.61% 47.59% 62.00% 40.63% 53.00% 29.11% 45.00% 37.50% 16.81% 21.67% 11.63% 29.00% 8.70% 4.93% 20.00% 16.50% 1.50%6.50% 9.00% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Target Realisasi Sumber Data: Diolah dari Database Kemenkeu-One 2016 Gambar 3.37 Grafik Realisasi IKU Sepanjang Tahun 2016 Dalam rangka memantau penyerapan anggaran dan pencapaian output, DJBC telah melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya: 1. Monitoring dan evaluasi percepatan realisasi anggaran dan mendorong satker untuk melaksanakan penyerapan anggaran sesuai Rencana Umum Pengadaan (RUP). 2. Re-assessment optimalisasi anggaran belanja. 121

150 C. KINERJA LAINNYA Capaian kinerja DJBC selama tahun 2016 yang tidak terukur dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 antara lain sebagai berikut : 1. Modernisasi Kehumasan Organisasi yang ideal adalah organisasi yang setiap unsur internalnya menyadari bahwa setiap anggota organisasi sesungguhnya merupakan humas bagi organisasi. Dengan adanya kesadaran tersebut, maka setiap anggota organisasi akan konsisten menjalankan peran kehumasan, baik dengan menghindari perbuatan yang akan berdampak negatif terhadap citra organisasi maupun aktif mengkomunikasikan hal-hal yang sifatnya positif sehingga mampu membangun citra organisasi di mata pihak eksternal. Seiring dengan kesadaran bahwa humas memegang peranan yang sangat penting dalam membangun citra organisasi, keberadaan humas di DJBC dirasakan oleh jajaran pimpinan DJBC sebagai suatu kebutuhan yang harus diprioritaskan. Sesuai dengan PMK nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, unit organisasi kehumasan DJBC yang sebelumnya berada di Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai (PPKC) dan bernama Subdirektorat Hubungan Masyarakat dan Penyuluhan kemudian beralih di Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lambaga dan berganti nama menjadi Subdirektorat Komunikasi dan Publikasi. Keberadaan humas sangat dibutuhkan untuk membangun dan menjaga adanya saling pengertian antar instansi pemerintah dengan stakeholder dan masyarakat umum, dengan tujuan menyangkut tiga hal yaitu maintenance, reputasi, dan citra, menjadi jembatan komunikasi dan mutual benefit relationship. 122

151 Gambar 3.38 Contact Center Bravo Bea Cukai pertanyaannya di bidang kepabeanan dan cukai. Untuk Bab III berkomunikasi dengan publik, Humas mendekatkan diri melalui media, baik melalui iklan, media sosial ataupun dengan menyediakan layanan informasi berupa Contact Center Bravo Bea Cukai yang diperuntukan bagi stakeholder ataupun masyarakat umum yang ingin menyampaikan keluhan dan Dunia kehumasan akan selalu bergerak dinamis seiring perubahan di tengah masyarakat. Perubahan yang terjadi baik dalam skala kecil maupun skala besar harus menjadi perhatian seluruh praktisi kehumasan agar peran humas kian konstekstual namun tetap profesional. Seperti yang saat ini telah dilakukan oleh Humas Bea Cukai dengan melakukan rebranding. Dengan rebranding, selain bermakna upaya mengaktualisasikan visi dan misi Bea dan Cukai juga bertujuan untuk membentuk persepsi di kalangan pegawai Bea Cukai bahwa semua harus bekerja dengan paradigma baru dan semangat baru. Rebranding itu salah satunya dengan membentuk tagline, sebagai ekspresi atau sebuah ide yang mudah diingat, atau biasa disebut juga denga jargon atau slogan. Bea Cukai Makin Baik, begitulah jargon baru dari DJBC. Jargon ini mengandung artian proses yang tidak pernah berhenti dan dinamis. Tentunya melalui rebranding akan mambawa semangat perubahan, karena itu perlu sinergi dengan seluruh unsur termasuk di daerah. Selain membuat tagline, Humas Bea Cukai juga melakukan modernisasi organisasi dengan membentuk Kanal Radio dan Kanal TV. Pembentukan Kanal Radio dan Kanal TV dimaksudkan sebagai pilihan media Bea Cukai yang efektif, efisien, dan ekonomis. Jadi jika orang tidak sempat membaca berita di website maupun Warta Bea Cukai, mereka masih bisa mendengarkan radio dan tv. Sejauh ini penyampaian pesan-pesan telah dilakukan secara masif, baik 123

152 melalui pemasangan iklan DJBC, kerjasama program reality show, distribusi WBC ke pihak internal dan eksternal, dan diseminasi media sosial dan website Bea dan Cukai. Gambar 3.39 Media Komunikasi Bea Cukai, Kanal BC TV dan Kanal BC Radio Rebranding DJBC mengedepankan 4 unsur yang tidak terlepas dari tugas dan fungsi DJBC, meliputi services, facilitation, community protection, dan revenue. Dengan demikian, pesan yang disampaikan kepada publik akan berfokus pada layanan yang cepat dan transparan, kemudian stakeholder untuk memperoleh fasilitas, serta tugas Bea Cukai dalam melindungi masyarakat dari barangbarang ilegal. Di samping itu, dalam mengedepankan fungsi Bea Cukai dalam mengoptimalkan penerimaan negara, Bea Cukai juga berperan mendorong terciptanya keadilan bagi perindustrian dan perekonomian negara. 2. Fasilitasi Perdagangan a. Pusat Logistik Berikat (PLB) Masih banyaknya kendala yang membayangi kondisi logistik nasional membuat Presiden Joko Widodo mengimplementasikan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II, September 2015 yang salah satunya adalah Pusat Logistik Berikat. Presiden secara langsung meresmikan PLB di Cakung, Jakarta pada tanggal 10 Maret Sesuai arahan Presiden, PLB diharapkan kedepannya dapat menjadi tempat penimbunan barang-barang impor yang diperlukan untuk industri dan juga manjadi tempat penimbunan barang-barang ekspor, dengan diberikan penundaan pembayaran pengutan impor serta penundaan 124

153 pemenuhan ketentuan pembatasan impor. Pada prinsipnya, apapun yang bisa dilakukan di luar negeri akan bisa dialihkan tempatnya dengan adanya PLB. Keberadaan PLB diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional, menurunkan dwelling time di pelabuhan, menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional, serta akan manjadi Hub Logistik Asia Pacific. Gambar 3.40 Pusat Logistik Berikat Pemerintah berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai hub logistik tidak hanya nasional tetapi juga menjadi hub logistik regiona melalui PLB. Mengutip Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 Tahun 2015 yang merivisi PP 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat, setidaknya ada lima jenis insentif yang disediakan pemerintah bagi perusahaan pengguna PLB. Pertama, perusahaan yang menyimpan barang ke dalam PLB dari tempat lain di luar daerah pabean dalam jangka waktu tertentu berhak mendapat penangguhan BM. Kedua, perusahaan tersebut tidak dipungut pajak dalam rangka impor (PDRI). Ketiga, DJBC diminta membebaskan cukai bagi perusahaan yang ingin masuk ke kawasan PLB. Keempat, barang yang dipindahkan dari kawasan PLB satu ke PLB lainnya juga berhak mendapatkan fasilitas serupa ditambah pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Kelima, barang yang dimasukkan dari tempat lain dalam daerah pabean maupun ari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Bebas, atau Kawasan ekonomi lainnya ke kawasan PLB yang ditujukan untuk ekspor, tidak akan dipungut PPN dan PPnBM. PLB merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah untuk menarik kegiatan penumpukan barang (inventory) yang selama ini berpusat di luar 125

154 negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Dengan adanya PLB diharapkan perusahaan-perusahaan asing dapat mendirikan perusahaan atau membuka perwakilan perusahaannya di Indonesia sehingga ada potensi penerimaan negara dari sektor perpajakan dan mengurangi beban penimbunan barang, dan juga dapat menurunkan angka dwelling time di pelabuhan. Dengan demikian pelaku usaha juga diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk menimbun barang sehingga tidak menumpuk barang di pelabuhan. Dengan berkurangnya penumpukan barang dipelabuhan dapat juga mengurangi dwelling time karena barang dapat langsung keluar ke PLB dan barang tidak perlu ditimbun dengan jangka waktu yang lama di pelabuhan. 3. Penandatangan MOU DJBC dan Customs Administration of Netherland Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di bidang capacity building dan pertukaran informasi dengan institusi bea dan cukai Belanda, Customs Administration of the Gambar 3.41 Penandatangan Nota Kesepahaman Netherlands Penandatanganan (CAN). dilakukan pada Jumat (11/3) di Tax and Customs Museum Belanda. Rotterdam, Di bidang capacity building, kerja sama DJBC dan CAN meliputi pelatihan anjing pelacak narkotik (K-9) serta on job training (OJT) di bidang teknik audit kepabeanan, ekstensifikasi cukai, postal and courier package, Inward Processing Relief (IPR) best practices, fasilitas kepabeanan, sumber daya manusia, Authorized Economic Operator (AEO), dan kehumasan. Sementara itu, kerja sama di bidang pertukaran informasi lebih 126

155 difokuskan pada pertukaran data reputable traders (importir/eksportir) kedua negara. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pelaksanaan penandatanganan MoU ini pada dasarnya dilakukan untuk mempererat hubungan kerja sama dan pertukaran informasi yang telah terjalin baik antara kedua institusi kepabeanan ini. Terlebih, aturan kepabeanan yang digunakan oleh keduanya pun tidak jauh berbeda. Turut hadir dalam acara penandatanganan MoU ini Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Deputy Head & First Secretary of the Economic Section, Embassy of the Netherlands in Indonesia Tess van der Zee, dan jajaran direktur CAN. 4. Sinergi DJBC dengan Instansi Lain Pada Tahun 2016 a. Kunjungan ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Untuk memperkuat penegakan hukum khusunya di bidang kepabeanan dan cukai, DJBC mempererat kerjasama dan komunikasi dengan Kepolisain Republik Indonesia (Polri). Kunjungan ini dilakukan pada 22 Januari 2016 dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi, S.E., LLM dengan didampingi oleh tujuh pejabar eselon II dan diterima langsung oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Badrodin Haiti beserta jajaran antara lain Wakabareskrim Polri Irjen Syahrul Mamma dan Kepala Divisi Hukum Polri Irjen Pol. Mochammad Iriawan. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat kerjasa dan komunikasi antara DJBC dengan Polri dalam hal penegakan hukum sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo terkait penyelundupan barang, langkah strategis dalam upaya penurunan dwelling time dan upaya untuk mendukung investasi di Indonesia. Terkait penyelundupan barang, upaya untuk memutus rantai penyelundupan memerlukan koordinasi yang baik antara DJBC dan Polri. Koordinasi yang dijalankan melalui pertukaran data dan informasi terkait penyelundupan barang serta kesiapan aparat dalam 127

156 rangka melakukan upaya penindakan terhadap pelanggaran kepabeanan dan cukai. Berdasarkan tugas yang telah diamanatkan undang-undang, DJBC berharap Polri selalu siap memberikan dukungan/ backup khususnya dalam rangka penindakan di lapangan apabila diperlukan. Di sisi lain upaya peningkatan investasi di Indonesia sebagai salah satu pendorong ekonomi nasional juga menjdai fokus DJBC. Upaya yang dilakukan DJBC sejalan dengan misi DJBC salah satunya memfasilitasi perdagangan dan industri serta proteksi terhadap dunia industri berupa perlindungan terhadap penyelundupan dan perdagangan ilegal. Penindakan yang dilakukan DJBC selama setahun sebelumnya didominasi oleh penindakan tekstil dan sembako. Data tersebut menunjukan bahwa DJBC serius dalam melindungi industri dan masyarakat dari kegiatan ekonomi yang melanggar aturan. Dan untuk terus melakukan penindakan tersebut, mutlah diperlukan sinergi dengan berbagai pihak terutama dengan Polri. Gambar 3.42 Kunjungan dan Koordinasi antara DJBC dan Kepolisian Republik Indonesia 128

157 b. Kerjasama DJBC dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Gambar 3.43 Kerjasama DJBC dengan Pemprov DKI Jakarta Upaya kinerja khusunya peningkatan penindakan minuman beralkohol, DJBC dalam hal ini oleh KPPBC TMP A Jakarta melakukan sosialisai bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam sosialisasi yang diselenggarakan di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta pada hari Rabu, 02 Februari 2016 ini dihadiri Gubernur DKI Jakarta beserta jajaran dan Pengusahan MMEA di Jakarta. Sosialisasi ini bermaksud mengajak para pengusaha dan asosiasi di bidang minuman keras (miras) di DKI Jakarta bersama-sama melakukan bisnis secara tertib dan nyaman. Praktik tersebut akan lebih memberikan kepastian bisnis dan usaha para pengusaha MMEA. Selain itu, dengan sinergi tersebut, diharapkan dapat menciptakan integrasi administrasi cukai dengan administrasi perpajakan dari Direktorat Jenderal pajak mapupun administrasi perpajakan dengan Pemerintah Provinsi. Upaya DJBC dalam mensosialisasikan peraturan MMEA untuk menanggulangi peredaran miras ilegal ditanggapi serius oleh jajaran Pemprov DKI Jakarta dengan menawarkan sebuah solusi dengan pembukaan layanan di kantor-kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang sudah terdapat sebanyak 318 kantor PTSP sehingga diharapkan mampu mengakomodasi keinginan DJBC untuk pengintegrasian data. Diharapkan sosialisasi tersebut dapat membantu para pengusaha untuk mendapat keterangan yang jelas mengenai mekanisme pengurusan izin sehingga tak lagi ditemukan pelanggaran. 129

158 c. Bangun Sinergi antara DJBC dengan KPK DJBC laksanakan kunjungan ke KPK sebagai bentuk keseriusan DJBC dalam mencegah korupsi. Kunjungan ini dilaksanakan pada Jumat, 29 Januari 2016 bertempat di Kantor KPK. Kunjungan tersebut sekaligus menjelaskan langkah-langkah DJBC dalam upaya pemberantasan korupsi di lingkungan DJBC. Beberapa langkah yang diambil oleh DJBC diantaranya perbaikan tata organisasi seperti adanya Subdirektorat Pencegahan, yang salah satunya berfungsi untuk mencegah gratifikasi, penandatangan komitmen pengendali gratifikasi oleh seluruh jajaran DJBC, penendatangan pakta integritas oleh seluruh pejabat dan pegawai, penandatangan deklarasi pengendalian gratifikasi bersama stakeholder DJBC, otomasi sistem pelayanan yang berfungsi mempercepat proses dan mengurangi interaksi langsung pegawai dengan pengguna jasa, sosialisasi program pengendalian gratifikasi kepada pejabat, serta pegawai dan stakeholder menjalin kerjasam kemitraan dengan stakeholder melalui forum diskusi dengan tujuan untuk menekan angka KKN antara DJBC dengan stakeholder. Gambar 3.44 Membangun Sinergi antara DJBC dan KPK 130

159 5. Kinerja DJBC Dalam Penindakan Barang Ilegal Selama Tahun 2016 Membuka awal tahun 2016, DJBC langsung menorehkan prestasi dengan menggagalkan penyelundupan mutiara ke Hongkong sebanyak 114 kg dengan nilai kurang lebih 45 Miliar. Penyelundupan ini bermula saat eksportir mengajukan PEB sebagai beads (manik-manik) yang dikemas dalam 5 boks kayu dengan berat bruto 116,5 kilogram pada 2 Desember Selanjutnya berdasarkan informasi Kementerian KKP dan hasil analisa intelijen, ada indikasi pelanggaran berupa pemalsuan dokumen yaitu barang tidak sesuai dengan PEB. Dalam rangka melindungi masyarakat dan mencegah penyelundupan dan peredaran barang ilegal, DJBC terus melakukan penindakan dan meningkatkan pengawasan di laut. Upaya ini juga sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo untuk menghentikan penyelundupan dan peredaran barang ilegal. Pelanggaran yang kerap dilakukan adalah penyalahgunaan fasilitas pembebasan/keringanan perpajakan yang mengganggu industri dalam negeri seperti industri tekstil. Gambar 3.45 Komitmen Pemerintah terhadap Penyelundupan Barang Ilegal 131

160 D. AKUNTABILITAS KEUANGAN Anggaran yang digunakan sebagai penunjang dalam pencapaian tujuan dan sasaran untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh DJBC pada tahun 2016 bersumber dari Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai Kementerian Keuangan dengan pagu anggaran sebesar Rp Realisasi anggaran belanja DIPA pada tahun 2016 adalah sebesar Rp atau sebesar 93,65%. Data realisasi anggaran untuk masing-masing jenis belanja DIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.35 Realisasi Penyerapan Anggaran Belanja DIPA DJBC 2016 No. 1 JENIS BELANJA BELANJA BARANG PAGU PAGU REVISI REALISASI S/D SISA % ANGGARAN DESEMBER , , , ,00 94,27% 2 BELANJA MODAL , , , ,00 92,96% JUMLAH , , , ,00 94,00% 3 BELANJA PEGAWAI , , , ,00 92,55% JUMLAH , , , ,00 93,65% Sumber Data: Bagian Keuangan Sekretariat DJBC Diagram Penyerapan Anggaran DJBC Tahun 2016 Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai 94,27% 92,96% 92,55% Rp1.985,7 M Rp522,4 M Rp778,5 M Gambar 3.46 Diagram Penyerapan Anggaran DJBC Tahun 2016 Keterangan : Realisasi Sisa 132

161 BAB IV LAKIN DJBC 2016 PENUTUP

162 Pencapaian kinerja DJBC pada tahun 2016 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan dan juga membanggakan. Dari 24 IKU yang dimiliki DJBC, 21 IKU memiliki realisasi capaian yang melebihi target walaupun masih terdapat 3 IKU yang capaiannya di bawah target dengan rincian sebagai berikut : 1. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti (IKU ini berstatus abu-abu atau tidak ada capaian dikarenakan selama tahun 2016 tidak ada temuan di DJBC); 2. Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai (IKU ini berstatus kuning); dan 3. Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai. Pada tahun 2016 penerimaan bea dan cukai yang dibebankan oleh negara tercapai 97,15% dari target penerimaan sebesar Rp 183,9 Triliun. Walaupun persentase realiasi penerimaan DJBC terhadap target APBN

163 BAB IV PENUTUP meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya 92,23%, namun dari sisi nominal, sebesar Rp 178,72 Triliun, menunjukkan penurunan sekitar 1,1 Triliun dibanding tahun Terkait waktu penyelesaian proses kepabeanan di 4 pelabuhan utama, pada tahun 2016 ini DJBC mampu mencapai rata-rata waktu 0,81 hari dari target 1,2 hari. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan waktu dwelling time terutama dari sisi customs clearance yang merupakan tanggung jawab DJBC sehingga diharapkan dapat mendukung distribusi logistik nasional. Sedangkan dari sisi kepuasan pengguna layanan DJBC, hasil survei tahun 2016 menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 4,01 (kategori sangat puas). Indeks hasil survei mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (3,90). Sehingga menunjukkan bahwa DJBC berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan dalam upaya memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna layanan DJBC. Dari sisi penegakan hukum di bidang kepabeanan dan cukai, di tahun 2016 DJBC telah melakukan penindakan sebanyak kegiatan penindakan dan menghasilkan temuan sebanyak , kegiatan penindakan ini meningkat 38,9% dibandingkan tahun 2015 sebanyak kegiatan. Hal ini menunjukkan komitmen DJBC untuk terus berupaya untuk mengintensifkan kegiatan pengawasan dan penindakan. DJBC juga terus berupaya melaksanakan program Transformasi Kelembagaan sejak tahun 2014 melalui implementasi 10 (sepuluh) Inisiatif Strategis (IS) yang dimiliki DJBC sebagaimana ditetapkan dalam blueprint Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Dari 10 Inisiatif Strategis DJBC, di tahun 2016 semua IS sudah terselesaikan. Selain itu, DJBC juga telah merumuskan strategi antisipatif yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis DJBC sebagai berikut: 1. Penguatan Legal framework dengan program antara lain: penyelesaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis UU Kepabeanan dan UU Cukai, penyempurnaan penerapan aturan pemasukan barang larangan dan/atau pembatasan, dan pengelolaan barang milik negara; 134

164 BAB IV PENUTUP 2. Penyelarasan Organisasi, Sumber Daya Manusia dan Anggaran dengan program antara lain: revitalisasi struktur di Kantor Pusat, optimalisasi pengawasan DJBC di laut, evaluasi Kantor Modern, capacity building, pembentukan role model untuk implementasi Nilai-nilai Kementerian Keuangan, pengembangan jabatan fungsional DJBC, peningkatan implementrasi anggaran berbasis kinerja, transformasi kelembagaan sesuai dengan blueprint yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 Tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan ; 3. Penyelarasan sarana dan prasarana dengan program antara lain: penyusunan website DJBC versi bahasa Inggris, peningkatan kualitas perencanaan sarana operasi (kapal patroli, alat pemindai, senjata api dan anjing pelacak narkotika); 4. Perbaikan sistem dan prosedur dengan program antara lain: profiling Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan, perluasan pengembangan otomasi sistem pelayanan dan pengawasan di bidang Kepabeanan dan Cukai, pengembangan rencana strategic Authorized Economic Operator (AEO), pengembangan tempat pemeriksaan fisik dalam Tempat Pemeriksaan Sementara (TPS) untuk meningkatkan kelancaran customs clearance, dan penyempurnaan sistem dan prosedur pelayanan dan pengawasan di Kantor Pos dan terhadap Perusahaan Jasa Titipan (PJT). 5. Di bidang TIK, peran TIK DJBC diharapkan tidak hanya sebagai alat bantu (supporting) tetapi mampu mendorong organisasi untuk menciptakan proses bisnis yang lebih efisien dan tepat guna dengan bantuan kemampuan TIK. Dalam rangka meningkatkan kemampuan TIK, DJBC memberikan perhatian yang lebih pada pengembangan TIK yaitu dengan investasi infrastruktur TIK, pembenahan tata kelola dan pengembangan kapasitas SDM yang dituangkan dalam perencanaan pengembangan TIK jangka pendek (IT PLAN) dan perencanaan pengembangan TIK jangka panjang (IT Blueprint). Pembenahan tata kelola (IT Governance) menjadi fokus perhatian pada 135

165 BAB IV PENUTUP kebijakan TIK DJBC tahun 2015 s.d hal ini selaras dengan kebijakan di Kementerian Keuangan untuk infrastruktur TIK akan dikelola oleh Unit TIK Pusat Kementerian keuangan sedangkan pengelolaan proses bisnis dikelola pada masing-masing unit Eselon I termasuk DJBC. Dengan tata kelola TIK yang lebih baik diharapkan kualitas layanan semakin meningkat dan mampu memnuhi kebutuhan organisasi dan masyarakat pengguna jasa secara luas. Tahun 2016 ini adalah tahun yang menentukan bagi DJBC karena merupakan tahun awal pelaksanaan Rencana Strategis Diharapkan capaian pada tahun 2016 ini dapat menjadi pijakan untuk periode berikutnya dalam pencapaian tujuan, sasaran, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra DJBC Akhirnya dengan disusunnya LAKIN DJBC tahun 2016 ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada pimpinan, masyarakat, dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJBC sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk untuk merumuskan kebijakan serta peningkatan kinerja pada periode berikutnya. 136

166 LAMPIRAN LAKIN DJBC 2016 Lampiran I : Pengukuran Kinerja Tahun 2016 Lampiran II : Matriks Rencana Kerja DJBC Tahun 2016 Lampiran III : Kontrak Kinerja DJBC Tahun 2016 Lampiran IV : Adendum Kontrak Kinerja Lampiran V : Nilai Kinerja Organisasi DJBC 2016

167 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2016 Lampiran I Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran : 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Ket PIC IKU Penyedia Data Stakeholder Perspective SS-1 Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas 1a-CP Waktu penyelesaian proses kepabeanan 1,2 hari 0,81 hari % Polarisasi Minimize KPU BC T.Priok, KPPBC T.Emas, KPPBC T. Perak, KPPBC Belawan Dit. IKC SS-2 SS-3 SS-4 SS-5 Penegakan hukum yang efektif Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal Customer Perspective Kepuasan pengguna layanan yang tinggi Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi 2a-CP 2b-N 3a-N 3b-N 4a-CP 5a-CP 5b-N Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai terhadap target Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai Indeks kepuasan pengguna layanan Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan 60% 96.45% % Dit. P2 Dit. P2 30% 66.94% % Dit. KBP Dit. KBP 100% 97.15% 97.15% Rp 3 T RP 854 T 0.00% 4 (Skala 5) Target APBN-P 2016 Target APBN-P 2016 Kanwil DJBC, KPU Bea dan Cukai Dirjen BC % Dirjen BC 80% 86.94% % Dit. Teknis Kepabeanan Dit. PPS, Dit. IKC Dit. PPS, Dit. IKC Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Dit. Teknis Kepabeanan 82% 93.32% % Dit. PPS Dit. PPS Page 1 of 3

168 Sasaran Strategis Internal Business Process Perspective SS-6 6a-N 6b-N SS-7 Peningkatan pelayanan prima 7a-N SS-8 SS-9 SS-10 Analisis perumusan kebijakan yang optimal Edukasi dan komunikasi yang efektif Peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai Pengendalian mutu yang optimal Learning and Growth Perspective 8a-N 9a-CP 9b-N 9c-N 10a-CP 10b-N 10c-N SS-11 SDM yang kompetitif 11a-N Indikator Kinerja Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Persentase hit rate dari importasi jalur merah Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Target Realisasi % Ket PIC IKU Penyedia Data 3 (Skala 4) % Dit. KIAL Dit. KIAL 5% 2,74% % Polarisasi Minimize 100% % % 79 (Skala 100) Dit. PPS Dit. Cukai, Dit. Fasilitas, KPU Tanjung Priok, KPPBC Kudus, BPIB Jakarta Dit. PPS Dit. Cukai, Dit. Fasilitas, KPU Tanjung Priok, KPPBC Kudus, BPIB Jakarta % Dit. KIAL Dit. KIAL 88.2% % % Dit. Audit Dit. Audit 80% 94.75% % Dit. P2 Dit. P (Skala 5) % Dit. Audit Dit. Audit 48% N/A N/A Dit. KI Dit. KI 85% 84.45% % Dit. KI Dit. KI 25% 34.70% % Dirjen BC Dit. IKC 90.00% 95.84% % Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC Page 2 of 3

169 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Ket PIC IKU Penyedia Data SS-12 Organisasi yang adaptif 12a-CP 12b-N Persentase Implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional 87% 100% % Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC, Dit. PPS 70% % % Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC SS-13 SS-14 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi Pelaksanaan anggaran yang optimal 13a-CP Tingkat downtime sistem TIK 1% 0.30% % Dit. IKC Dit. IKC 13b-N 14a-CP Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja 75% 99.79% % Dit. IKC Dit. IKC 95% 97.06% % Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC Keterangan : CP = IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide; N = IKU non-cascading Indeks Capaian IKU maksimal 120% Jumlah Anggaran Program Tahun 2016 : Realisasi Pagu Anggaran Program Tahun 2016 : Rp3,509,566,207,000 Rp3,308,459,897,453 atau 94.27% Page 3 of 3

170 Lampiran II MATRIKS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 No KODE Program/ Kegiatan/ Output Target 2016 Alokasi 2016 (Juta) DITJEN BEA DAN CUKAI 3,922,732,348, Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai a) Optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection serta melaksanakan fungsi sebagai border management. b) Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal dan Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional. 3,922,732,348, Persentase tindaklanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai terhadap target Waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Indeks kepuasan pengguna layanan DJBC. 80% 100% 1,4 Hari 80% 4, Peningkatan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai di Daerah 20,636,170,000 Persentase jumlah pengajuan yang dapat terlayani untuk pengujian laboratories dan identifikasi barang 80% Layanan Perkantoran Bulan Layanan 12 11,066,189,000 Layanan Identifikasi dan Klasifikasi Barang Bulan Layanan 12 4,313,078,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit 4 505,223,000 Gedung/Bangunan M ,751,680, Perumusan Kebijakan dan Pelaksanaan Audit Bidang Kepabeanan dan Cukai 44,239,820,000 Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang audit Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai Persentase perencanaan dan evaluasi audit yang tepat waktu % Kebijakan Pelaksanaan Audit di Bidang kepabeanan dan cukai Kebijakan 2 16,320,000 LHA Dokumen ,037,580,000 Dokumen perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi audit Dokumen 575 3,185,920, Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Bidang Cukai 358,706,379,000 Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang cukai Indeks kepatuhan pengusaha BKC yang dimonitor Rata-rata waktu pelayanan pengambilan pita cukai Rumusan Rumusan Peraturan Peraturan ,818,000 Pita Cukai Lembar 201,687, ,755,617,000 Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Laporan ,116,944, Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Fasilitas Kepabeanan 3,252,051,000 Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang fasilitas dan kepabeanan Rata-rata presentase realisasi dari jani layanan fasilitas kepabeanan 3 92% Rumusan Rumusan Peraturan dan kebijakan teknis fasilitas komputerisasi Peraturan 7 736,100,000 Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Laporan 44 1,342,369,000 Dokumen fasilitas kepabeanan Dokumen ,173,582, Perumusan Kebijakan dan Pengembangan Teknologi Informasi Kepabeanan dan Cukai 202,953,095,000 Persentase penyelesaian tahapan integrasi system kepabeanan dan cukai Persentase downtime sistem pelayanan Persentase pengembangan sistem aplikasi sesuai dengan proses bisnis Layanan Perkantoran Bulan Layanan ,586,250,000 Layanan pemeliharaan sarana dan prasarana komputerisasi Dokumen 5 67,504,814,000 Aplikasi yang tersentralisasi Aplikasi 2 3,862,034, Perumusan Kebijakan dan Evaluasi Pelaksanaan Kerja Sama Internasional 4,149,509,000 Indeks penyelesaian rumusan kebijakan kerjasama internasional Persentase partisipasi dalam rangka pembahasan kerjasama internasional di Bidang Kepabeanan dan Cukai 3 90% Rumusan Rumusan kebijakan kerjasama internasional Kebijakan 10 1,115,567,000 Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Laporan 15 1,171,460,000 Dokumen laporan dan kerjasama internasional Dokumen 44 1,862,482, , % 1% 85% Page 1 of 3

171 MATRIKS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 No KODE Program/ Kegiatan/ Output Target 2016 Alokasi 2016 (Juta) 1677 Perumusan Kebijakan dan Peningkatan Pengelolaan Penerimaan Bea dan Cukai 33,595,329,000 Persentase penyelesaian peraturan pelaksanaan UU Kepabeanan dan UU Cukai Persentase penyelesaian piutang bea dan cukai yang diselesaikan Persentase penanganan bantuan hukum, perkara, dan keberatan banding Persentase berita negatif oleh media nasional yang terpercaya 100% 78% 77% 18% Peraturan (36) Peraturan dan perundang-undangan kepabeanan dan cukai (FREK) 45 1,788,396,000 Laporan (10) Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi (FREK) 44 3,496,600,000 Laporan (3) Laporan rekonsiliasi data penerimaan dan piutang (FREK) 3 4,536,009,000 Laporan penanganan bantuan hukum, perkara, keberatan banding dan peningkatan kesadaran Laporan (8) hukum pegawai (FREK) 8 4,473,083,000 Laporan (36) Laporan publikasi dan kehumasan (FREK) 36 19,301,241, Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Atas Pelanggaran Peraturan Perundangan, Intelijen dan Penyidikan Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai 380,181,648,000 Persentase hasil penyelidikan yang dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21) 60% Persentase operasi yang menghasilkan penindakan NPP (Narkotika- Psikotropika, dan Prekursor) Persentase operasi pengawasan yang menghasilkan penindakan barang larangan dan pembatasan Layanan Perkantoran Bulan Layanan ,338,268,000 Laporan Pelaksanaan Kegiatan Penyidikan Laporan ,900,000 Sarana operasi Unit ,769,130,000 Laporan (25) Laporan pelaksanaan pengawasan dan penindakan NPP (FREK) 25 4,150,000,000 Laporan (122) Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penindakan (FREK) ,533,350, Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Bidang Kepabeanan 4,111,054,000 Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang teknis kepabeanan Indeks ketepatan waktu pemutakhiran database nilai pabean Persentase jumlah pelaksanaan validasi terhadap jumlah permohonan pengajuan sebagai AEO yang memenuhi syarat administrasi 3 3,1 50% Rumusan Rumusan peraturan dan kebijakan Peraturan ,897,000 Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Laporan 112 2,293,719,000 Laporan updating database nilai pabean Laporan 12 65,016,000 Laporan pelaksanaan validasi, monitoring dan evaluasi, serta sosialisasi AEO Laporan ,422, Pembinaan Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai di Daerah 290,794,464,000 Persentase jumlah penerimaan Kepabeanan dan Cukai Persentase hasil penyidikan yang dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Layanan Perkantoran 100% 60% Bulan Layanan ,464,973,000 Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai Laporan 16 1,428,000,000 Laporan Pembinaan Teknis Satuan Kerja Vertikal Laporan 32 2,951,244,000 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit 260 2,102,466,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit 434 3,115,880,000 Gedung/Bangunan M ,731,901, Peningkatan Pengawasan dan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai di Daerah 1,242,262,395,000 Persentase jumlah penerimaan kepabeanan dan cukai Persentase tindak lanjut atas temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai Waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) Layanan Perkantoran 100% 80% 1,4 hari Bulan Layanan 12 1,088,529,805,000 Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai Laporan 45 1,317,464,000 Layanan penyelesaian proses kepabeanan dan cukai (customs clearance) Bulan Layanan 6 150,000,000 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit ,405,189,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit ,151,921,000 Gedung/Bangunan M ,708,016, Pembinaan Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai di Utama 218,799,655,000 Persentase jumlah penerimaan kepabeanan dan cukai Waktu penyelesaaian proses kepabeanan (custom clearance) Persentase tindak lanjut atas temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai 100% 1,4 Hari Layanan Perkantoran Bulan Layanan ,031,772,000 Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai Laporan 6 5,548,104,000 Laporan penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) Laporan 6 100,000,000 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit 91 1,031,335,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit 218 3,912,052,000 Gedung/Bangunan M ,176,392,000 50% 65% 80% Page 2 of 3

172 MATRIKS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 No KODE Program/ Kegiatan/ Output Target 2016 Alokasi 2016 (Juta) 1683 Peningkatan Pelayanan Pangkalan Sarana Operasi 151,801,165,000 Persentase jumlah kapal patroli yang laik laut Indeks kepuasan unit pengguna sarana operasi Layanan Perkantoran 75% 3,8 Bulan Layanan 12 78,443,505,000 Laporan pelaksanaan patroli laut Laporan 4 38,364,430,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit ,000,000 Gedung/Bangunan M ,567,230, Peningkatan Pengawasan dan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai pada Perwakilan Luar Negeri 9,361,155,000 Persentase rumusan masukan untuk kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan cukai Layanan Perkantoran Bulan Layanan 12 9,311,155,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit 5 50,000, Perumusan Kebijakan di Bidang Kepatuhan Internal 7,559,954,000 Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang kepatuhan internal 3 Rata-rata persentase tingkat efektivitas kegiatan monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Rumusan Peraturan Dokumen 6 22,300,000 Laporan sosialisasi, workshop, asistensi, koordinasi Dokumen 18 3,509,052,000 Laporan monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Laporan 78 4,028,602, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJBC 950,328,502,000 Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja Persentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan Persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat 50% Layanan Perkantoran Bulan Layanan ,050,194,000 Dokumen perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dokumen 175 6,185,979,000 Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemusnahan arsip Laporan 4 1,098,150,000 Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemeliharaan BMN Laporan 3 179,879,000 Dokumen penyelesaian/penyempurnaan SOP Dokumen 250 1,099,347,000 Laporan kegiatan penataan organisasi Laporan 2 2,055,285,000 Laporan pembinaan SDM Laporan 55 21,927,735,000 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit ,788,810,000 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit ,943,123,000 80% 85% 95% 100% Page 3 of 3

173 Lampiran III

174

175

176

177

178

179

180

181

182 Lampiran IV

183 NILAI KINERJA ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 Lampiran V SASARAN STRATEGIS Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas Nilai Warna % Hijau NO KODE IKU Jenis Cascading 1 1a-CP CP IDENTITAS IKU NAMA IKU STAKEHOLDER PERSPECTIVE Waktu penyelesaian proses kepabeanan POLARI SASI CAPAIAN IKU TARGET REALISASI SATUAN INDEKS CAPAIAN 96.18% Minimize Hari % Penegakan hukum kepabeanan dan cukai yang efektif Nilai Warna 2 2a-CP CP 3 2b-N N Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21) Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak Maximize 60% 96.45% Persen % Maximize 30% 66.94% Persen % % Hijau Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal Nilai Warna 4 3a-N N 5 3b-N N Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai terhadap target Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai Maximize 100% 97.15% Persen 97.15% Maximize 3 (854 M) Triliun Rupiah 0.00% 48.58% Merah Page 1 of 4

184 SASARAN STRATEGIS NO KODE IKU Jenis Cascading IDENTITAS IKU NAMA IKU CUSTOMER PERSPECTIVE POLARI SASI CAPAIAN IKU TARGET REALISASI SATUAN INDEKS CAPAIAN % Kepuasan pengguna layanan yang tinggi 6 4a-CP CP Indeks kepuasan pengguna layanan Maximize Indeks % Nilai Warna % Kuning Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi Nilai Warna 7 5a-CP CP 8 5b-N N Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan Maximize 80% 86.94% Persen % Maximize 82% 93.32% Persen % % Hijau Analisis perumusan kebijakan yang optimal 9 6a-N N 10 6b-N N INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE % Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan Maximize Indeks % internasional Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Minimize 5% 2.74% Persen % Nilai Warna % Hijau Page 2 of 4

185 SASARAN STRATEGIS Peningkatan pelayanan prima Nilai Warna % Hijau NO KODE IKU Jenis Cascading 11 7a-N N IDENTITAS IKU NAMA IKU Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan POLARI SASI CAPAIAN IKU TARGET REALISASI SATUAN INDEKS CAPAIAN Maximize 100% % Persen % Edukasi dan komunikasi yang efektif 12 8a-N N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Maximize Indeks % Nilai Warna % Hijau Peningkatan efektivitas pengawasan Kepabeanan dan Cukai 13 9a-CP CP 14 9b-N N Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai Maximize 88.20% % Persen % Maximize 80% 94.75% Persen % Nilai Warna 15 9c-N N Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai Maximize Indeks % % Hijau Pengendalian mutu yang optimal 16 10a-CP CP 17 10b-N N Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Maximize 48% N/A Persen N/A Maximize 85% 97.10% Persen % Nilai Warna 18 10c-N N % Hijau Persentase hit rate dari importasi jalur merah Maximize 25% 34.70% Persen % Page 3 of 4

186 SASARAN STRATEGIS NO KODE IKU LEARNING AND GROWTH PERPECTIVE Jenis Cascading IDENTITAS IKU NAMA IKU POLARI SASI CAPAIAN IKU TARGET REALISASI SATUAN INDEKS CAPAIAN % SDM yang kompetitif 19 11a-N N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Maximize 90% 95.84% Persen % Nilai Warna % Hijau Organisasi yang kondusif Nilai Warna 20 12a-CP CP 21 12b-N N Persentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional Maximize 87% % Persen % Maximize 70% % Persen % % Kuning Sistem informasi manajemen yang andal 22 13a-CP CP Tingkat downtime sistem TIK Minimize 1% 0.30% Persen % Nilai Warna 23 13b-N N % Hijau Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem Kepabeanan dan Cukai Maximize 75% 99.79% Persen % Pengelolaan anggaran yang optimal 24 14a-CP CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Maximize 95% 97.06% Persen % Nilai Warna % Hijau NILAI % Page 4 of 4

187 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Pusat : Jalan Jenderal A. Yani By Pass Jakarta Timur - Indonesia Telp. (021) Fax. (021) Pusat Kontak Layanan

2016 Laporan Kinerja DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2016 Laporan Kinerja DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2016 Laporan Kinerja DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI 2012 LAKIP DJBC

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN)

LAPORAN KINERJA (LAKIN) LAPORAN KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI LAKIN DJBC TAHUN 2014 PENGANTAR Rasa syukur mari

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 11 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan organisasi vertikal di bawah Kementerian

Lebih terperinci

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Bea dan cukai sesungguhnya merupakan suatu lembaga dan aktifitas yang telah lama ada di Indonesia. Bahkan jika

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Yogyakarta Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia. Demi terciptanya suatu good governance, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia. Demi terciptanya suatu good governance, pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai upaya yang lebih nyata dalam meningkatkan kinerja pelayanan kepada para pemangku kepentingan dan pengguna jasa maka Kementerian Keuangan sejak tahun

Lebih terperinci

FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1.Kementerian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. VISI : Menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan di Negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Perdagangan internasional merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan organisasi vertikal di bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai.

Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai. 1 Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai. Sub Bahasan: 1. Pendahuluan 2. Hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai 3. Pengertian 4. Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *)

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa yang dimaksud

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-15.1-/216 DS5272-8985-171-5367 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1792, 2016 KEMENKEU. PPK-BLU Satker. Penetapan. Pencabutan Penerapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.05/2016 TENTANG PENETAPAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter No.1074. 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. National Single Window. Pengelola Portal Indonesia. Organisasi Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 /PMK.01/2015

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Umum Organisasi Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung tahun 2015 disusun sebagai bentuk perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja dalam mencapai sasaran strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari berbagai sektor salah satunya adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari berbagai sektor salah satunya adalah pajak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Negara Indonesia telah melaksanakan pembangunan yang pesat dalam kehidupan yang perlu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.12-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 KPPBC Tipe Madya Pabean A Bekasi 3.1.1.1 Sejarah Singkat KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai) Tipe Madya Pabean Pabean A Bekasi merupakan

Lebih terperinci

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan negara terdiri dari penerimaan pajak (pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak (penerimaan sumber daya alam,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.380, 2014 PERTAHANAN. Badan Keamanan Laut. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178 TAHUN 2014 TENTANG BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 CROWNE PLAZA HOTEL JAKARTA, 22 MARET 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 24 /BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15/BC/2012 TENTANG TATA

Lebih terperinci

Tanjung Balai Karimun, 8 September 2017

Tanjung Balai Karimun, 8 September 2017 Contents Tanjung Balai Karimun, 8 September 2017 Berbagai penindakan yang berhasil ditorehkandalam menjalankan instruksi Presiden Republik Indonesia adalah bukti nyata pelaksanaan penguatan reformasi di

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.12-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menindaklanjuti serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Stragis KKP tahun 2010-2014, Ditjen PSDKP sesuai tugas dan fungsinya telah

Lebih terperinci

PENCEGAHAN UPAYA PENYUAPAN DI LINTAS BATAS NEGARA

PENCEGAHAN UPAYA PENYUAPAN DI LINTAS BATAS NEGARA PENCEGAHAN UPAYA PENYUAPAN DI LINTAS BATAS NEGARA Jakarta, November 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 1 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI (BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN KEUANGAN, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS, BANK INDONESIA, PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB), BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK RI Provinsi Kepulauan Riau 2012 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.01/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, a. bahwa dalam rangka terwujudnya pelayanan yang cepat, efisien, pasti, responsif,

Lebih terperinci

Pelatihan Dasar CPNS Kementerian Keuangan Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi Kementerian Keuangan

Pelatihan Dasar CPNS Kementerian Keuangan Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi Kementerian Keuangan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), baik yang bersatus Calon Pegawai Sipil Negara (CPNS)/PNS maupun yang berstatus Pegawai P3K merupakan anggota organisasi dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-15.12-/AG/214 DS 198-8264-795-2 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 13/MENHUT-II/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN

TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 13/MENHUT-II/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 15 /Menhut-II/2008 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 13/MENHUT-II/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LAKIP Jl. Ketintang Wiyata No. 15 Surabaya Telp. : (031) 8290243, 8273734, & Fax : (031) 8273734 Email : lpmpjatim@yahoo.co.id DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii IKHTISAR EKSEKUTIF...iii

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.01/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN BADAN PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) (tahun terbit) Satuan Kerja (Sebutkan) Kata Pengantar Bagian

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci