Penyakit Hepatitis C dan Pencegahannya. Manda Setyo Wulandari. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Transkripsi

1 Penyakit Hepatitis C dan Pencegahannya Manda Setyo Wulandari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat Telp Fax mandasetyowulandari@yahoo.com Abstrak Virus hepatitis C (VHC), dunia medis mengenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu : virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B (VHB). Namun demikian, terdapat juga peradangan hati yang tidak disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat di kenal pada saat itu sehingga dinamakan hepatitis Non-A, Non-B (hepatitis NANB). penyakit hepatitis tersebut dapat timbul dengan menyuntikkan serum dari pasien pada hewan percobaan (simpanse) sehingga diduga keras penyebabnya adalah satu jenis virus. Virus baru ini kemudian dinamakan virus hepatitis C (VHC). Virus ini memiliki beberapa gejala seperti kelelahan, ada rasa nyeri dibagian perut bagian atas dan sebagainya. Serta virus ini dapat menular melalui transfuse darah jarum suntik atau jarum yang digunakan bersamaan. Dengan demikian ada beberapa cara untuk mencegah agar tidak tertular oleh virus ini Kata kunci: hepatitis C, pencegahan hepatitis C Abstract Hepatitis C virus (HCV), the medical world are 2 types of virus as the cause of hepatitis, namely hepatitis A (VHA) and hepatitis B virus (HBV). However, there is also inflammation of the liver caused by both viruses and can not be known at that time so called hepatitis non-a, non-b (NANB hepatitis). The hepatitis disease can arise by injecting serum from patients in experimental animals (chimpanzees) that allegedly cause is a type of virus. This new virus was then called hepatitis C virus (HCV). This virus has

2 some symptoms such as fatigue, abdominal pain upper, and so on. As well as the virus can be transmitted through blood transfusions or needle syringes are used simultaneously. Thus there are several ways to prevent getting infected by this virus Key word: hepatitis C, hepatitis C prevention PENDAHULUAN Sebelum ditemukannya virus hepatitis C (VHC), dunia medis mengenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu : virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B (VHB). Namun demikian, terdapat juga peradangan hati yang tidak disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat di kenal pada saat itu sehingga dinamakan hepatitis Non-A, Non-B (hepatitis NANB). Hepatitis NANB mempunyai sifat yang menyerupai hepatitis B yaitu didapatkan umumnya pasca transfusi darah. Diketahui bahwa penyakit hepatitis tersebut dapat timbul dengan menyuntikkan serum dari pasien pada hewan percobaan (simpanse) sehingga diduga keras penyebabnya adalah satu jenis virus. Pencarian penyebab hepatitis itu kemudian dilakukan oleh banyak Institute sampai kemudian Choo dan kawan-kawan dengan cara amplifikasi dan identitifikasi genetik berhasil mendapatkan virus penyebab hepatitis yang baru ini. Virus baru ini kemudian dinamakan virus hepatitis C (VHC). Infeksi VHC merupakan masalah yang besar karena pada sebagian besar kasus menjadi hepatitis kronik yang dapat membawa pasien pada sirosis hati dan kanker hati. Di Negara maju, infeksi VHC merupakan salah satu indikasi utama transplantasi hati. Etiologi Keberadaan bentuk hepattis infeksiosa non-a non-b telah dikenal sejak tahun Terdapat dua bentuk virus non-a dan non-b yang satu ditularkan melalui darah dan yang lain ditularkan melalui enterik. Kedua virus tersebut adalah hepatitis C dan hepatitis E. HCV merupakan virus RNA untai tunggal, linear berdiameter nm. Telah digunakan suatu pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV (ant-hvc), namun pemeriksaan ini banyak menghasilkan negatif palsu, sehingga digunakan juga pemeriksaan rekombinan suplemental (RIBA). Seperti HBV, maka HCV diyakini terutama ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan melalui pemakaian obat IV dan transfusi

3 darah. Resiko penularan melalui hubungan seksual masih menjadi perdebatan namun jumlahnya rendah. Masa inkubasi berkisar dari 15 samapi 160 hari, dengan rata- rata sekitar 50 hari. Infeksi yang berkaitan dengan CV melalui transfusi darah tidak lagi menjadi masalah utama karena semua darah menjalani pemeriksaan sebelum transfusi. Namun, HVV merupakan penyebab sebagian besar kasus heppatitis yang berkaitan dengan transfusi. Hepatitis kronis terjadi pada sekitar 80% dari semua orang yang terinfeksi HCV, dan sekitar 70% dari mereka yang penyakitnya akhirnya berkembang menjadi sirosis hati. HCV kronis berkaitan erat dengan perkembangan kanker hati primer. 1 Anamnesa Kita bisa mulai menanyakan apakah pasien mengalami gangguan pada ikterus, memar, distensi abdomen, anoreksia, pruritus, edema perifer, bingung atau tremor. Kapan pertama kali menyadari timbulnya gejala apakah urin pasien gelap atau apakah tinja pasien pucat. Kemudian menanyakan riwayat penyakit dahulu. Selanjutnya dilakukan pertanyaan mengenai riwayat keluarga seperti adakah riwayat penyakit hati dan riwayat gejala neurologis di dalam keluarga (misalnya penyakit Wilson, defisiensi alfa-1-antitripsin, misalnya gejala parkisonian atau distonik pada penyakit Wilson).Selanjutnya pertanyaan mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, seperti jamu, pernah mengkonsumsi obat ilegal, terutama intravena.terakhir, menanyakan tentang konsumsi alkohol, seperti konsumsi alkohol harian/mingguan pasien, apakah pasien pernah minum bir, anggur, minuman keras lainnya. 2 Pemeriksaan Fisik Sebagian besar hati (hepar) dilindungi oleh dinding iga, pemeriksaan sulit dilakukan. Namun besar serta bentuk hati dapat diperkirakan melalui perkusi dan mungkin juga palpasi dan dengan tangan yang melakukan palpasi ini. Anda dapat mengevaluasi permukaan hati, konsistensi serta nyeri tekan pada hati. Perkusi, dilakukan untuk mengukur rentang vertigkal pekak hati pada linea midklavikularis kanan. Cari batas bawah dan atas hepar. Lalu ukur dalam satuan cm jarak antara dua titik yang anda temukan, jarak ini merupakan rentang vertikal pekak hati (liver dullness).

4 Kemudian palpasi, tangan kiri kita menyangga bagian posterior badan pasien, sedangkan pasien tetap terlentang di atas ranjang pemeriksaan, kemudian tangan kanan berada di atas hepar, dan dengan menggunakan tangan kiri untuk mengangkat bagian tubuh tersebut ke atas, hati pasien dapat diraba dengan lebih mudah. Bisa juga dilakukan dengan menarik napas dalam untuk lebih memudahkan meraba hepar. 3 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara pemeriksaan enzim hati. Pemeriksaan enzim hati yang diperlukan dalam kasus ini adalah SGOT dan SGPT. SGOT adalah enzim Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sedangkan SGPT adalah enzim Glutamic Pyruvic Transaminase. Glutamic Oxaloacetic Transaminase / Aspartat Transaminase (AST) nilai rujukan adalah lelaki : 8 46 U/L dan perempuan : 7 34 U/L. Penilaian abnormal adalah AST akan sedikit meningkat pada tahap awal penyakit dan meningkat tajam selama fase paling akut. Peningkatan maksimum menunjukkan hepatitis virus akut, trauma otot rangka yang berat, operasi yang luas, trauma hati yang diinduksi obat, atau kongesti hati pasif yang berat. Kadar yang tinggi menunjukkan mononukleosis infeksiosa berat, sirosis hati akibat alkhohol. Kadar menengah sampai tinggi menunjukkan dermatomiositis, distrofi otot Duchene, hepatitis kronis. Kadar yang rendah sampai menengah menunjukkan anemia hemolitik, tumor hati yang bermetastatis, pankreatitis akut, emboli paru, dan perlemakan hati. Kedua adalah Glutamic Pyruvic Transaminase / Alanin Transaminase (ALT) dimana nilai rujukan adalah 8 50 IU/L. Penilaian abnormalnya adalah ALT akan meningkat mengarah ke dugaan hepatitis virus atau hepatitis berat karena obat atau penyakit hati lain dengan nekrosis yang luas. ALT meningkat antara pertengahan sampai tinggi terjadi pada keadaan hepatitis kronis, tahap awal atau tahap perbaikan dari hepatitis akut, kolestatik intrahepatik, atau kolesistitis. ALT akan menurun pada kondisi yang mengakibatkan cedera sel hati akut seperti sirosis hepatis aktif, dan hepatitis yang diinduksi obat atau hepatitis akibat alkhohol. Lalu dapat diperiksa juga Alkali fosfatase dengan nilai rujukan : IU/L. Penilaian abnormal adalah ALP meningkat pada banyak penyakit yang mempengaruhi banyak organ.

5 Meski begitu, ALP biasanya akan meningkat pada penyakit tulang rangka atau obstruksi biliar ekstrahepatik atau intrahepatik yang menyebabkan kolestatik. ALT yang meningkat mencerminkan peradangan sel hati pada sirosis hati aktif, dan hepatitis virus. ALP menurun dihubungkan dengan hipofosfatase dan defisiensi protein atau magnesium. Lalu dapat dilakukan pemeriksaan serologi dengan memeriksaan profil hepatitis (virus). Salah satu kecurigaan penyakit pasien tersebut adalah hepatitis akut yang bisa dikarenakan virus. Untuk memastikannya, diperlukan pemeriksaan secara serologis untuk masing-masing jenis virus hepatitis. Pertama adalah HAV. IgM anti HAV terdeteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. Anti HAV positif tanpa IgM anti HAV positif, menandakan infeksi masa lampau. Kedua adalah HBV. Deteksi munculnya HbsAg dan IgM anti Hbc. HbsAg muncul lebih dulu dari IgM anti Hbc. HbsAg menjadi petanda awal terjadinya infeksi. HbeAg biasanya akan muncul sesaat setelah HbsAg. HbeAg akan menghilang beberapa minggu atau bulan setelah kemunculannya. IgG anti Hbc akan muncul menggantikan IgM anti Hbc sebagai petanda infeksi sembuh. Antibodi terhadap HbsAg (anti Hbs) adalah antibodi yang muncul terakhir sebagai tanpa kesembuhan dan kekebalan terhadap reinfeksi. Ketiga adalah HCV. Anti HCV akan terdeteksi pada masa yang panjang dimulai pada fase akut sampai periode yang panjang baik pada pasien yang mengalami kesembuhan spontan atau yang berlanjut menjadi kronis. Keempat adalah HDV. HDV biasanya akan menginfeksi orang yang sudah terinfeksi HBV (koinfeksi). Pada keadaan ini, HbsAg positif, IgM anti Hbc positif, dan terdapat anti HDV. Jika terjadi superinfeksi HDV ditemukan HbsAg positif, IgG anti Hbc positif, dan terdapat anti HDV. Kelima adalah HEV. IgM dan IgG anti HEV baru dapat dideteksi oleh pemeriksaan untuk riset. IgM anti HEV dapat bertahan selama 6 minggu setelah puncak dari penyakit. IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi selama 20 bulan. 2,3 Diagnosis Kerja Diketahui sekitar 75 persen orang yang terinfeksi hepatitis C tidak memiliki gejala saat pertama kali didiagnosis, dan 25 persen sisanya mengeluh kelelahan, kehilangan nafsu makan, nyeri otot atau demam. Sedangkan kondisi kulit dan mata yang menguning jarang terjadi pada tahap awal infeksi. Diperlukan waktu tahun untuk terjadinya sirosis hati yang akan terjadi pada 15-20% pasien

6 hepatitis C kronik. Biasanya diagnosis awal dari hepatitis C diketahui melalui pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya peningkatan kadar enzim di hati, tanda kerusakan hati yang menjadi petunjuk pertama kemungkinan adanya infeksi. Namun manifestasi klinis hepatitis C yang tidak spesifik dan sering kali asimtomatik, mengakibatkan infeksi VHC sulit untuk dideteksi, apalagi untuk membedakan hepatitis tipe lainnya. Maka diperlukan diagnosis hepatitis C dengan bantuan pemeriksaan biokimia dan serologi. Diagnosis hepatitis C berdasarkan pemeriksaan laboratorium yaitu Anti HCV dengan metode enzyme immunoassay (EIA) untuk mendeteksi antibodi terhadap hepatitis C. Sedangkan untuk konfirmasi diagnosis dilakukan pemeriksaan HCV RNA dengan metode PCR. 4 Pencegahan Penelitian untuk menemukan vaksin hepatitis HCV telah dilakukan, namun dikarenakan oleh tingginya tingkat mutasi dari HCV, maka sangatlah sulit untuk mengembangkan vaksin yang efektif untuk HCV. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha -usaha berikut untuk mencegah terjadinya infeksi yaitu di antaranya melakukan skrining dan pemeriksaan terhadap darah dan organ donor; menginaktivasi virus dari plasma dan produk-produk plasma; senantiasa mengimplementasikan tindakan-tindakan untuk mengontrol infeksi dalam setting pekerja kesehatan, termasuk prosedur sterilisasi yang benar terhadap alat-alat medis dan dentis; mempromosikan perubahan tingkah laku pada masyarakat umum dan pekerja kesehatan untuk mengurangi penggunaan berlebihan obat-obat suntik dan penggunaan cara penyuntikan yang aman, serta konseling untuk menurunkan risiko pada IDU dan praktek seksual. Bentuk pencegahan lainnya berupa perlindungan diri masing-masing ialah dengan tidak menggunakan atau menghentikan penggunaan obat-obatan terlarang, jika merupakan pengguna maka segera minta pertolongan. Pada saat melakukan body piercing dan tato perlu berhati-hati, sebaiknya dilakukan di tempat yang terpercaya di mana peralatan terutama jarum yang digunakan steril. 5,6 Kesimpulan Setelah mempelajari berbagai teori yang berkenaan dengan skenario, dapat disimimpulkan keluhan demam, nafsu makan menurun, kadang-kadang mual dan disertai mata kuning menderita hepatitis C.

7 Daftar pustaka 1. Hepatitis kronis/autoimun. Diunduh dari Autoimun.html, 10 Juni Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; h Bickley LS. Teknik pemeriksaan. Dalam : Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S, Rusmi, Rahayu TI, editor. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke- 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; h White M, Mandal, Wilkins, Dunbar. Dalam : Surapsari J, editor. Lecture notes: penyakit infeksi. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Erlangga; h Soemohardjo S, Gunawan S. Hepatitis B kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing; h Gani AR. Hepatitis C. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing; h