Proposal Penelitian AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
|
|
- Utami Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Proposal Penelitian AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Tim Peneliti : Dr. Reni Kustiari Dr. Handewi P. Saliem Dr. Sahat Pasaribu Dr. Bambang Sayaka Ir. Erma Suryani, MS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, kesehatan, ketahanan pangan dan kemiskinan tergantung pada perkembangan upaya untuk menghasilkan lingkungan yang sesuai dimana teknologi dan alsintan tersebut dikembangkan dan didukung oleh kerjasama yang baik antar pelaku di sektor pertanian dan pemerintahan. Untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan dibutuhkan respons jangka pendek dan jangka panjang guna meningkatkan pertumbuhan produktivitas dan memperkokoh sisi penawaran pertanian. Investasi inovasi merupakan masalah yang kritikal untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan tantangan jangka panjang, yaitu pertumbuhan yang berkelanjutan Tantangan di masa yang akan datang diprediksi semakin banyak. Dengan populasi dunia yang diprediksi akan mencapai 9 milliar pada 2050, permintaan pangan global diproyeksikan meningkat sekitar 2,5 kali dari keadaan saat ini. Pada saat yang sama, produksi pangan harus mempertimbangkan tantangan global lainnya, seperti perubahan iklim dan kelangkaan air, demikian pula kompetisi kepentingan, termasuk keperluan untuk pakan ternak, serat untuk pakaian dan biofuel untuk energi. Sampai saat ini kegiatan pengolahan pangan terutama skala rumahtangga dan kecil di masyarakat berkembang sangat lambat dan cenderung tidak berkembang. Di masyarakat pedesaan petani cenderung menjual hasil produksinya dalam bentuk bahan baku primer dengan harga murah dan kemudian membeli produk olahan hasil industri besar dengan harga yang jauh lebih mahal. Kondisi ini tidak hanya merugikan petani karena nilai tambah produk pertanian tidak dimanfaatkan oleh masyarakat petani juga sangat berdampak buruk terhadap ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Berbagai sumber pangan lokal tersedia di setiap daerah, namun karena kurangnya pengetahuan, ketersediaan dan akses terhadap inovasi teknologi pengolahan pangan menyebabkan banyak sumber pangan tersebut tidak termanfaatkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut seperti tingkat pengetahuan tentang pengolahan, kemampuan peralatan pengolahan, pasar, permodalan, dan pergeseran pola konsumsi pangan kearah yang lebih instan. 2
3 Kemampuan rumahtangga untuk mengolah beragam bahan makanan yang tersedia di tingkat lokal menjadi bahan makanan jadi yang lebih beragam (diversifikasi) akan meningkatkan ketersediaan bahan pangan dan memperbaiki tingkat gizi masyarakat, dan ini berarti meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga dan wilayah. Dalam kaitan itu diperlukan kajian untuk mengidentifikasi potensi sumber pangan lokal dan kemampuan masyarakat untuk mengolah sumber pangan tersebut dengan menerapkan inovasi teknologi pengolahan hasil dan pemanfaatan alsintan dari prapanen, panen dan pascapanen dalam rangka mendukung ketahanan pangan Perumusan Masalah Salah satu aspek penting dalam membangun ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik dan jenis yang beragam. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) Kemampuan produksi di dalam negeri; (2) Impor; dan (3) Pengelolaan cadangan pangan (DKP, 2006). Terkait dengan kemampuan untuk memproduksi pangan dalam negeri, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kapasitas produksi pangan dalam negeri antara lain adalah: (1) makin terbatasnya ketersediaan lahan akibat terjadinya konversi lahan pertanian produktif dan degradasi sumberdaya lahan dan air, (2) usaha pertanian umumnya oleh petani gurem yang dengan skala pengusahaan yang sangat kecil, (3) akibat terbatasnya permodalan petani, dan (4) belum optimalnya adopsi teknologi. Bukti empiris pada kasus agribisnis padi dan jagung menunjukkan bahwa pemanfaatan inovasi teknologi (varietas unggul baru dan berumur pendek) secara luas menjadi pemicu utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis di Indonesia. Terkait dengan belum optimalnya adopsi teknologi, tantangan sekaligus merupakan permasalahan yang dihadapi adalah adanya fakta bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cenderung melambat, bahkan menurun (Musyafak dan Ibrahim, 2005). Permasalahan yang sama juga dihadapi apabila inovasi difokuskan pada teknologi pengolahan hasil dan alsintan pada komoditas pangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dicermati terlebih dahulu keragaan pemanfaatan teknologi di tingkat rumah tangga, kemudian diidentifikasi dan dianalisis faktorfaktor yang mempengaruhi adopsi inovasi, khususnya teknologi pengolahan hasil dan alsintan pada kegiatan pra panen, panen, dan pasca panen. Faktor dan kendala adopsi inovasi yang perlu dikaji mencakup permasalahan dari aspek teknis, ekonomi, kelembagaan/sarana pendukung, dan sosial budaya. Terkait dengan upaya untuk mendukung program ketahanan 3
4 pangan, hasil indentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan tersebut difokuskan pada komoditas pangan (beras, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan). Dari hasil analisis tersebut akan dirumuskan rekomendasi kebijakan untuk mengakselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan mendukung ketahanan pangan Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan prospek akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan mendukung ketahanan pangan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi ketersediaan inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 2. Mengidentifikasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan di masyarakat 3. Menganalisis faktor dan kendala adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 4. Menyusun rekomendasi untuk mengakselerasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 1.4. Keluaran: Sasaran yang akan dicapai adalah: 1. Identifiksi ketersediaan inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 2. Idenfikasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan di masyarakat 3. Analisis faktor dan kendala adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 4. Rekomendasi untuk mengakselerasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 2.1. Kerangka Pemikiran II. METODOLOGI 4
5 Peran strategis ketahanan pangan adalah dalam penyediaan bahan pangan yang cukup untuk setiap anggota rumahtangga, dapat diakses dan diperoleh dengan harga yang terjangkau. Menurut Thomson dan Metz (1997), ketahanan pangan menunjuk pada tiga aspek: ketersediaan, stabilitas, dan aksesibilitas. Ketersediaan pangan berarti bahwa bahan pangan terdistribusi secara merata, stabilitas bermakna bahwa bahan pangan tersedia sepanjang waktu, dan aksesibilitas memberi pemahaman bahwa harga bahan pangan dapat dijangkau oleh semua kalangan. Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan dalam upaya mencapai peran strategis diatas. Sebagai penopang pembangunan ekonomi berkelanjutan, ketahanan pangan tidak cukup hanya tersedia sepanjang waktu tetapi sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 7/1996 tentang Pangan, pangan juga harus memiliki mutu dengan kandungan gizi yang cukup, aman dikonsumsi dengan sanitasi dan kemasan yang baik, serta tidak tercemar dengan label informasi yang memadai. Sebagaimana dipahami, pangan bukan hanya bahan pangan pokok seperti beras, jagung atau kedele, tetapi juga bahan pangan konsumsi lainnya yang diolah dan menghasilkan produk pangan baru, namun memenuhi persyaratan kesehatan seperti yang ditetapkan dalam undang-undang diatas dan ketentuan yang berlaku lainnya. Diversifikasi pangan menjadi penting untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap salah satu bahan pangan pokok yang ketersediannya secara domestik dapat terganggu. Dalam konteks ini, alat dan mesin pertanian (alsintan) sangat diperlukan untuk membantu petani atau produsen pangan menghasilkan bahan pangan. Selanjutnya, bahan pangan dimaksud, jika dimungkinkan, akan diolah lebih lanjut dengan berbagai peralatan industri untuk menghasilkan produk pangan lainnya. Inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan dinilai sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan. Berbagai peralatan dan mesin yang tersedia saat ini perlu mendapat promosi yang lebih luas dan berkesinambungan, sehingga penerapannya menjadi lebih merata dan membantu kecepatan, ketepatan, dan keamanan sistem berproduksi komoditas pangan tertentu dalam satu siklus usaha. Dalam kaitan inilah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pokok-pokok masalah dan menganalisis kemungkinan mempercepat adopsi teknologi pengolahan dan alsintan mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan mempelajari pola pangan dan karakteristik pengolahan bahan pangan masyarakat, maka penerapan inovasi teknologi yang lebih luas untuk pengolahan bahan pangan dan pemanfaatan alsintan untuk membantu penyediaan bahan pangan dapat 5
6 diidentifikasi. Sementara itu, dari daftar inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan yang dimiliki akan dapat dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi adopsi inovasi teknologi dan penerapan alsintan. Dengan demikian, suatu langkah operasional tentang upaya akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian dan penerapan alsintan dapat disusun sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan mendukung pembangunan ketahanan pangan nasional. Secara diagram, kerangka pemikiran tentang akselerasi adopsi inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan disajikan pada Gambar Metoda Analisa Model ekonomi rumahtangga didasarkan kepada asumsi rumahtangga akan memaksimumkan utilitasnya dengan didasarkan kepada kendala yang dihadapinya, yaitu kendala dalam anggaran, fungsi produksi dan waktu (Singh, et.al. 1986). Model ekonomi rumahtangga dirumuskan sebagai berikut : U = U (Xa, Xm, Xl) Dimana Xa adalah komoditi pangan; Xm adalah komoditi yang dibeli dan Xl adalah waku santai (leissure). Selanjutnya mengikuti memodifikasi model ekonomi rumahtangga yang dikembangkan oleh Straus, (1986), dalam kaitan dengan perilaku rumahtangga untuk mengkonsumsi pangan dari bahan pangan primer dan olahan dapat dirumuskan model ekonomi rumahtangga sebagai berikut: U = U (Xb, Xo,Xm Xmo, Xl) Dimana Xb adalah komoditi pangan berasal dari bahan primer ; Xo adalah komoditi pangan olahan hasil sendiri, Xm bahan pangan primer yang dibeli, Xmo bahan pangan olahan yang dibeli dan Xl adalah waku santai (leissure). Maksimisasi utilitas dihadapkan pada kendala: 1). Pendapatan tunai: (Pm Xm) + (Pmo Xmo) = Pb (Q-Xb) + Po Xo - w (L-F) Dimana Pm adalah harga yang diperlukan untuk membeli produk pangan primer Xm; Pmo adalah harga pembelian produk pangan olahan yang dibeli Xmoi; Pb adalah harga penjualan bahan baku primer yang dihasilkan sendiri (Xb); Po adalah harga pangan olahan yang dihasilkan sendiri; Q adalah produk primer yang dihasilkan petani, w adalah tingkat upah, L adalah total tenaga kerja yang dibutuhkan, F adalah tenaga kerja keluarga (L-F positip berarti ada tenaga upahan). 6
7 7
8 Ketahanan Pangan Nasional (UU No. 7/1996) Atribut Bahan Pangan: Inovasi Teknologi Alsintan Jenis komoditas dan pemanfaatan inovasi teknologi dan alsintan, proses adopsi inovasi teknologi, produksi; ketersediaan bahan pangan. Atribut Pengolahan Hasil/Bahan Pangan: Inovasi Teknologi Industri Jenis pangan dan teknologi; proses pengolahan; mutu dan sanitasi; produk pangan; kemasan dan label; distribusi dan pemasaran. Identifikasi pola dan diversifikasi pangan; Karakteristik pengolahan hasil pangan; Identifikasi ketersediaan dan penerapan teknologi. Analisis faktor dan kendala adopsi teknologi Rekomendasi percepatan adopsi inovasi teknologi Produksi Pengolahan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Akselerasi Adopsi Teknologi Pengolahan dan Alsintan Mendukung Ketahanan Pangan 8
9 2. Tenaga Kerja Xl +F = T dimana T adalah total penyediaan tenaga kerja keluarga 3. Produksi Q = Q(L,A) dimana A adalah luas lahan yang dimiliki keluarga. Dari persamaan diatas melalui proses substitusi dihasilkan fungsi utilitas rumahtangga sebagai berikut : dimana : U = u (Pb, Po, Pm, Pmo, w, Pi, Ix) U = fungsi utilitas rumahtangga; Pb = harga penjualan bahan baku primer yang dihasilkan sendiri; Po = harga pangan olahan yang dihasilkan sendiri; Pm = harga produk pangan primer Pmo = harga pembelian produk pangan olahan W = upah tenaga kerja Pi = harga input Ix = Pendapatan lain. Arah dari hubungan fungsi tersebut adalah : U/ Pb >0; U/ Po >0 ; U/ Pm <0; U/ Pmo < 0; U/ W <0; U/ Pl <0; U/ Ix >0. Selain itu akan dilakukan analisis data menggunakan regresi linier berganda dan dilanjutkan dengan analisis jalur, dengan menggunakan peubah tak bebas untuk tingkat adopsi teknologi, dan peubah penjelas yaitu umur kepala rumah tangga, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman, sikap, motivasi, pendapatan, luas penguasaan lahan, jumlah anggota keluarga, sifat teknologi, peranan aparat desa, kredibilitas penyuluh, dan keberadaan media massa, sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi Jenis dan Analisis Untuk menjawab tujuan diatas akan dilakukan kajian melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kegiatan survey berkaitan dengan pengumpulan data tentang pola pangan dan diversifikasi pangan, pengolahan pangan, adopsi teknologi dan alsintan pengolahan pangan dan lainnya. Metode pengumpulan data primer secara wawancara 9
10 dengan menggunakan kuestioner terstruktur terhadap petani contoh yang melakukan kegiatan pengolahan pangan dan alsintan. Data sekunder ditujukan untuk memperoleh informasi tentang ketersediaan teknologi dan alsintan pengolahan pangan, pola pembinaan/penyuluhan dalam adopsi teknologi pengolahan pangan dan alsintan. Analisa diskriptif dilakukan untuk mendeskrpsikan parameter yang dikaji. Analisa kuantitatif dilakukan untuk mengalisa faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi pengolahan dan penggunaan alsintan Lokasi Penelitian dan Penentuan Sampling Kegiatan survai akan dilakukan di beberapa wilayah dengan memperhatikan keragaman agroekologi kesesuaian pangan. Lokasi survai akan dilakukan di 3 propinsi contoh yang telah banyak diintroduksi teknologi pengolahan hasil dan alsintan yaitu Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Dari setiap propinsi akan dipilih dua kabupaten dan selanjutnya dipilih dua desa dari masing-masing kabupaten. Jumlah sampel di setiap desa sebanyak 35 orang. Penentuan responden akan dipilih secara purposif yang akan mewakili teknologi skala rumah tangga, mikro dan makro agar diperoleh data mengenai faktor dan kendala dari segi teknis, ekonomi, sosial dan budaya serta kelembagaan. Cakupan komoditii yang akan dianalisis adalah beras, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan. III. Perencanaan Operasional 3.1. Organisasi Pelaksana Penelitian ini akan dilaksanakan oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dengan susunan organisasi pelaksana sebagai berikut: Ketua : Dr Reni Kustiari Anggota : Dr. Handewi P. Saliem Dr. Sahat Pasaribu Dr. Bambang Sayaka Ir. Erma Suryani, MS 3.2. Anggaran Penelitian 915 Juta. Penelitian Kajian akan dilaksanakan pada tahun 2010 dengan jumlah anggaran Rp
11 3.3. Jadwal Pelaksanaan Kajian Rencana penelitian Penelitian Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan Mendukung Ketahanan Pangan ini disajikan dalam Tabel berikut. Rencana Jadwal Kerja Penelitian Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan Mendukung Ketahanan Pangan Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agt Sep Okt Nov Des Pembuatan proposal operasional Seminar dan perbaikan proposal Studi literature Penyusunan kuesioner Para survey dan pretest kuesioner Survey utama Pengolahan dan analisis data Penulisan laporan Seminar hasil penelitian Perbaikan laporan hasil penelitian Penggandaan Daftar Pustaka Badan Pengawas Obat dan Makanan. UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Dikutip 2 Februari Singh, I., Squire, L. dan Strauss, J Agricultural household models, extensions, applications and policy. Washington DC, World Bank, Johns Hopkins University Press Strauss, J The Theory and Comparative Statics of Agricultural Household Models: A General Approach. In Agricultural Household Models: Extensions, Applications and Policy. A World Bank Publication, Johns Hopkins University Press: Baltimore Thomson A. dan M. Metz Implication of Economic Policy for Food Security. Training Materials for Agricultural Planning. No. 40. FAO, Roma. 11
12 12
13 13
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Oleh : Reni Kustiari, Handewi P. Saliem Sahat Pasaribu Bambang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciPEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN
PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjuan Pustaka Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciKetahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55
Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=
Lebih terperinciPOLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan
Lebih terperinciNilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013
iv Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 KATA PENGANTAR Penghitungan dan Penyusunan Publikasi Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013
Lebih terperinciKE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis
LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras
Lebih terperinciSTABILISASI HARGA PANGAN
STABILISASI HARGA PANGAN Oleh : Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2008 PERANAN KOMODITAS PANGAN PRODUSEN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KONSUMEN RUMAH TANGGA AKSES UNTUK GIZI KONSUMEN
Lebih terperinciREVITALISASI PERTANIAN
REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil
Lebih terperinciTinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :
Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciPenilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3
Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Pascasarjana,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciX.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI
X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI Dr. Ir. Adang Agustian, MP PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut
I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM
Lebih terperinciKETERANGAN TW I
1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
Lebih terperinciOni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.
Profil Pengembangan Tanaman Palawija dan Kelembagaan Penunjang di Lokasi Eks Primatani Agroekosistem Lahan Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia
Lebih terperinciPolitik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012
Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
Lebih terperinciKEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2
KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciseperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi
1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan
III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan pertanian setiap tahunnya berkurang kuantitas maupun kualitasnya. Dari sisi kuantitas, lahan pertanian berkurang karena alih fungsi lahan pertanian menjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang
29 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Diversifikasi Pangan 2.1.1. Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering
Lebih terperinciBab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis
Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah, walaupun saat ini kontribusinya terus menurun dalam pembentukan Produk Domestik
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
Lebih terperincitersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).
Pangan : segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras merupakan bahan makanan
Lebih terperinciREKAYASA TEKNOLOGI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN YANG BERDAULAT DAN MANDIRI
REKAYASA TEKNOLOGI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN YANG BERDAULAT DAN MANDIRI Oleh: Hermanto Peneliti Madya Makalah Disampaikan Pada: Seminar Nasional Ketahanan Pangan Universitas Mercu Buana Yogyakarta Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan terhadap adanya krisis ekonomi. Hal ini dapat dipahami
Lebih terperinciPROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB VI LANGKAH KEDEPAN
BAB VI LANGKAH KEDEPAN Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan 367 368 Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan LANGKAH-LANGKAH KEDEPAN Agenda pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan melalui swasembada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya
Lebih terperinciProf. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN LOGO UNIVERSITAS JAMBI
Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI PERANAN SEKTOR PERTANIAN Luas lahan pertanian Sebagian besar lahan di Indonesia digunakan untuk pertanian
Lebih terperinciSituasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim global yang menuntut Indonesia harus mampu membangun sistem penyediaan pangannya secara mandiri. Sistem
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakenaragaman (diversifikasi) pangan sudah diusahakan sejak tahun 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu belum dapat dihilangkan.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH
LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan
Lebih terperinciI. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga
Lebih terperinciTinjauan Pasar Minyak Goreng
(Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015
No. 01/07/74/Th. III, 01 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebanyak 660.720 ton gabah kering giling
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciprasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional, pengembangan pertanian di lahan kering mempunyai harapan besar untuk mewujudkan pertanian yang tangguh di Indonesia, mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah
Lebih terperinciPRODUKSI PANGAN INDONESIA
65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian
Lebih terperinciPELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA
KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan
Lebih terperinciANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM
ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM Elys Fauziah Jurusan Agribisnis ABSTRAK Komoditas jagung varietas lokal Madura memiliki peran yang cukup penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penunjang utama kehidupan masyarakat Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian untuk pembangunan (agriculture
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena
Lebih terperinci