ILMU TEKNOLOGI PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ILMU TEKNOLOGI PANGAN"

Transkripsi

1 ILMU TEKNOLOGI PANGAN Mengolah atau Mengawetkan Pangan Dengan Iradiasi DISUSUN OLEH: KELOMPOK Dwi Febri Handayani (NPM: P ) 2. Isni Rahmawati (NPM: P ) 3. Vina Irhamna (NPM: P ) JURUSAN D3 GIZI POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II Jl. Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 2013

2 1. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi. Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahanperubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Dahulu makanan cepat saji (instant) menggunakan pengawet dari bahan kimia seperti natrium benzoat, asam sitrat, dll. Seiring berkembangnya zaman, ditemukannya bukti-bukti bahwa efek dari bahan pengawet tersebut berbahaya karena menggangu bagi kesehatan. Selain itu, bahan pengawet buatan tersebut juga mengakibatkan kerusakan bahan pangan. Faktor-faktor tersebut mendorong para peneliti untuk mencari teknik pengawetan makanan yang lebih praktis. Salah satu tekniknya yaitu dengan iradiasi. 2. Pengertian Iradiasi Pangan Menurut Maha (1981), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), Iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan. Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif.

3 Iradiasi bahan pangan dan makanan adalah salah satu teknologi pemrosesan pangan yang bertujuan untuk membunuh kontaminan biologis berupa bakteri pathogen, virus, jamur, dan serangga yang dapat merusak bahan pangan tersebut dan membahayakan konsumen dengan cara mengionisasi bahan pangan tersebut dengan menggunakan sinar tertentu. Selain dapat membunuh berbagai kontaminan biologis yang dapat merusak pangan dan membahayakan konsumen, iradiasi dapat mencegah penuaan bahan pangan yang disebabkan karena factor internal pangan tersebut, misalnya pertunasan, sehingga berfungsi sebagai pengawet, serta dapat membuat bahan pangan tetap segar karena proses iradiasi sendiri merupakan proses pada temperature ambient. 3. Prinsip Iradiasi Pada pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan nama radiasi pengion, karena dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya (Maha, 1981). Bila sumber iradiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron) mengenai bahan pangan, maka akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan komponen yang ada pada bahan pangan tersebut. Apabila perubahan terjadi pada sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses terganggu dan terjadi efek biologis. Efek inilah yang digunakan sebagai dasar untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan (Maha, 1981). Pemanfaatan praktis iradiasi bahan pangan banyak berkaitan dengan pengawetan. Radiasi menonaktifkan organisme perusak pangan, yaitu bakteri, kapang dan khamir. Iradiasi juga efektif untuk memperpanjang masa simpan sayur dan buah segar karena membatasi perubahan hayati yang berkaitan dengan pematangan, peramunan, pertumbuhan dan penuaan. Prinsip pengawetan pangan dengan cara iradiasi yaitu : 1. Penyinaran dapat menghambat pertunasan pada umbi-umbian. 2. Penyinaran dapat memperlambat atau menunda proses pematangan pada buahbuahan. 3. Penyinaran dapat menghambat aktivitas mikroba yang terdapat dalam bahan pangan. 4. Penyinaran dapat mnginaktifkan enzim-enzim.

4 5. Penyinaran dapat membunuh serangga atau hama yang mnyerang bahan pangan di ruang penyimpanan. 4. Tujuan iradiasi 1. Mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan. 2. Membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit yang terbawa oleh makanan. 3. Memperpanjang daya simpan 5. Syarat Iradiasi Dalam meiradiasi pangan, syarat penggunaan radiasinya adalah: Sinar Gamma dari radionuklida 60Co atau 137Cs. Sinar X yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau dibawah 5 MeV. Elektron yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau dibawah 10 MeV. Energi yang digunakan tidak boleh menyebabkan terbentuknya senyawa radioaktif pada bahan pangan. Penggunaan Dosis Iradiasi perlu diperhatikan. Jika jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Dilakukan oleh tenaga terlatih dan peralatan khusus. 6. Dosis Radiasi Intensitas sinar iradiasi dalam sistem satuan SI dinyatakan dengan satuan Gray (Gy) yang berarti dosis sinar yang diserap yang setara dengan 1 joule per kilogram material terserap. Peraturan FDA (Food and Drug Association) menyatakan bahwa 1 kilogray (kgy) setara dengan 1000 Gy. Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan

5 mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Besarnya dosis radiasi yang dipakai dalam pengawetan makanan tergantung pada jenis bahan makanan dan tujuan iradiasi. Persyaratan dosis yang dibutuhkan untuk mengiradiasi jenis pangan tertentu dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel. Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan Tujuan Dosis (kgy) Produk Dosis rendah (s/d 1 KGy) Pencegahan pertunasan 0,05 0,15 Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe, Pembasmian 0,15 0,50 Serealia, kacang- serangga dan kacangan, buah segar dan parasit kering, ikan, daging kering Perlambatan proses fisiologis 0,50 1,00 Buah dan sayur segar Dosis sedang (1-10 kgy) Perpanjangan masa simpan 1,00 3,00 Ikan, arbei segar Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen Perbaikan sifat 1,00 7,00 2,00 7,00 Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku Anggur (meningkatkan sari), sayuran kering

6 teknologi pangan Dosis tinggi 1 (10 50 kgy) Pensterilan industri Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya (mengurangi waktu pemasakan) Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril 1 Hanya digunakan untuk tujuan khusus. Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini. Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat, dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dosimetri. Dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi menggunakan dosimetri. 7. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Iradiasi Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan penyinaran pangan adalah: 1. Dosis penyinaran yang digunakan. 2. Lama penyinaran. 3. Macam sumber penyinaran yang digunakan. 4. Perlakuan pendahuluan dari bahan pangan yang akan disinari. 5. Perlakuan lanjutan dari bahan pangan yang sudah disinari. 6. Kemasan yang digunakan pada produk pangan 8. Legalitas Iradiasi

7 Setiap metode pengolahan pangan mengakibatkan perubahan sifat pangan yang mungkin menimbulkan konsekuensi pada konsumen, tetapi jelas bahwa pangan yang diiradiasi aman, dan konsumsinya sebagai bagian dari makanan sehari-hari sama sekali tanpa akibat yang membahayakan (Hermana, 1991). Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan, pemerintah perlu mengundangkan peraturan, baik mengenai pangan yang diiradiasi maupun sarana iradiasi. Peraturan tentang iradiasi pangan yang sampai sekarang digunakan antara lain adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 826 Tahun 1987 dan No. 152 Tahun Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan Undang-undang Pangan No. 7 Tahun Menurut Hermana (1991), pangan yang diiradiasi tidak dapat dikenali dengan penglihatan, penciuman, pencecapan ataupun perabaan. Satu-satunya cara agar konsumen mengetahui dengan pasti bahwa suatu pangan telah diiradiasi adalah dengan menyertakan label yang menyatakan dengan jelas perlakuan tersebut dalam kata, logo atau keduanya. Pelabelan pangan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No 69 Tahun 1999 dan khusus mengenai iradiasi pangan diatur dalam pasal Keamanan Pangan Iradiasi Codex Alimentarius Commission telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan bahwa iradiasi pangan dengan dosis rata-rata sampai dengan 10 kgy tidak menimbulkan bahaya toksisitas dan tidak memerlukan pengujian lebih lanjut. Studi keamanan pangan iradiasi juga dilakukan di berbagai negara baik terhadap hewan percobaan maupun studi klinis pada manusia. Dari hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa : 1. Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi radioaktif. Proses iradiasi terjadi dengan melewatkan pangan dengan suatu sumber radiasi dengan kecepatan dan dosis yang terkontrol dan pangan tersebut tidak pernah kontak langsung dengan sumber radiasi. Ketika perlakuan iradiasi dihentikan, tidak ada energi yang tersisa dalam pangan. 2. Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi toksik. Semenjak tahun 1940-an pangan iradiasi selalu diteliti dengan seksama terkait dengan toksisitasnya sebelum proses iradiasi diterapkan terhadap suatu pangan.

8 3. Konsumsi pangan iradiasi tidak menyebabkan terjadinya perkembangan kromosom tidak normal. 4. Perubahan kimia yang terjadi pada pangan iradiasi seperti pembentukan produk radiolitik, adalah produk yang juga terbentuk karena proses pemanasan seperti glukosa asam format, asetaldehida dan karbondioksida. Keamanan produk radiolitik ini telah diuji secara seksama dan tidak ditemukan bahaya yang ditimbulkannya. 5. Iradiasi tidak menimbulkan terjadinya pembentukan radikal bebas. Radikal bebas juga terbentuk selama proses pengolahan pangan lain seperti pemanggangan roti, penggorengan, pengeringan beku dan lain-lain. 6. Iradiasi pangan yang dilaksanakan sesuai dengan GMP tidak meningkatkan risiko botulisme. 10. Nilai Gizi Pangan yang Diiradiasi Tidak satupun proses pengolahan dan pengawetan pangan dapat meningkatkan nilai gizi pangan. Karena iradiasi merupakan proses yang tidak menggunakan panas sehingga kehilangan zat gizi terjadi dalam jumlah minimal dan lebih kecil daripada jumlah pengawetan lain seperti pengalengan, pengeringan, dan pasteurisasi. Codex Alimentarius Commission dan International Atomic Energy Agency (IAEA), telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan bahwa iradiasi tidak menimbulkan masalah gizi khusus pada pangan. Bahkan hasil sidang FHO, WHO dan IAEA di Jenewa tahun 1997 yang membahas iradiasi dengan dosis tinggi ( <10 kgy ) tidak menyebabkan kehilangan zat gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia. 11. Keuntungan dan Kelemahan Teknik Iradiasi Pangan a. Keuntungan Iradiasi Pangan Iradiasi pangan cukup memberikan manfaat yang luas baik bagi industri pangan maupun bagi konsumen antara lain : 1. Mengurangi mikroorganisme patogen, sehingga dapat mengurangi penyakit infeksi, akibatnya biaya yang timbul untuk pengobatan dapat ditekan. 2. Dekontaminasi bumbu, rempah dll sehingga tidak merusak rasa dan aromanya. 3. Memperpanjang masa simpan, sehingga frekuensi transportasi distribusi pangan berkurang, akibatnya dampak transportasi terhadap udara dan lingkungan juga berkurang dan kebutuhan energi untuk transportasi juga dapat ditekan.

9 4. Mencegah serangan/disinfestasi serangga sehingga dapat menekan berkurangnya gandum, tepung, serealia, kacang-kacangan dan lain-lain karena serangan serangga. 5. Menghambat pertunasan 6. Ekonomis, tidak banyak pangan yang terbuang karena busuk. 7. Iradiasi dapat dilakukan untuk pangan dalam jumlah besar, baik dalam bentuk curah maupun dikemas. 8. Iradiasi tidak merubah kesegaran produk (karena tidak menggunakan panas). 9. Teknik iradiasi tidak mencemari lingkungan. b. Kelemahan Iradiasi Pangan 1. Kurang adanya sosialisasi pengawetan bahan makanan dengan teknik iradiasi kepada masyarakat baik konsumen ataupun produsen makanan mengenai keamanan penggunaan radiasi seharusnya lebih disosialisasikan lagi sehingga tidak ada ketakutan lagi akan terjadinya senyawa radioaktif akibat mengkonsumsi makanan dengan teknik iradiasi. 2. Keselamatan para pekerja yang bekerja di bidang radiasi sangat perlu untuk diperhatikan dan hal inipun perlu mendapat perhatian, karena tidak ada artinya melakukan pengawetan pangan, tetapi dapat pula membahayakan keselamatan kita. 12. Macam Produk Hasil Iradiasi Berikut macam-macam produk hasil iradiasi: No Komoditas Tujuan Iradiasi Batas Dosis Maksimal (kgy) I. Makanan siap saji steril a. Pepes Ikan Mas Sterilisasi dan menghilangkan 45 bakteri pathogen aerob dan anaerob b. Pepes Ayam Sterilisasi dan menghilangkan 45 bakteri pathogen aerob dan anaerob c. Kare Ayam Sterilisasi dan menghilangkan 45

10 bakteri pathogen aerob dan anaerob d. Semur Ayam Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob e. Rendang Daging Sterilisasi dan menghilangkan Sapi bakteri pathogen aerob dan anaerob f. Empal Daging Sapi Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob g. Semur Daging Sapi Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob II. Makanan olahan/makanan ringan a. Dodol Dekontaminasi dan memperpanjang masa simpan b. Bakpia Dekontaminasi dan memperpanjang masa simpan III. Buah dan sayuran a. Mangga Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan b. Papaya Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan c. Tomat apel Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan d. Pisang ambon Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan e. Brokoli Memperpanjang masa simpan dan karantina f. Asparagus Memperpanjang masa simpan dan menunda pertunasan

11 13. Labelisasi Produk Pangan Iradiasi Jika pangan diiradiasi secara keseluruhan maka pada kemasan tercantum PANGAN IRADIASI serta dapat mencantumkan logo Jika pangan mengandung bahan yang diiradiasi, dicantumkan tulisan DIIRADIASI setelah nama bahan tersebut pada daftar komposisi Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Pasal 15) dan SK Ka BAPETEN No. 11/KaBAPETEN/VI-99 tentang Izin Konstruksi dan Operator Radiator, fasilitas radiator harus memanfaatkan izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir dari dan didaftarkan kepada kepala BAPETEN (Badan Pengawan Tenaga Nuklir) 14. Cara Pengawetan atau Pengolahan Iradiasi Proses iradiasi dilaksanakan dengan cara melewatkan/ memaparkan pangan (baik yang dikemas maupun tidak) pada radiasi ionisasi dalam jumlah dan waktu yang terkontrol untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Iradiasi dilakukan dengan bantuan alat yang disebut iradiator. Iradiator merupakan suatu fasilitas untuk melakukan iradiasi berbagai macam sampel atau produk dengan tujuan penelitian, pengembangan, pengawetan, dan sterilisasi. Karena itu, irradiator dapat disebut sebagai fasilitas iradiasi. Berdasarkan jenis radiasi pengion yang digunakan, radiator dikelompokkan menjadi iradiator gamma dan irradiator elektron.

12 Aplikasi iradiator untuk pangan, khususnya iradiator gamma, terus berkembang. Sejak dihasilkan varietas padi Atomita I penelitian padi dengan teknologi radiasi terus berlanjut dengan menghasilkan berbagai varietas. Varietas padi yang mutakhir diberi nama padi Pandan Putri. Selain padi, beberapa penelitian jenis pangan lainnya yang menggunakan teknologi radiasi adalah sorgum, kacang kedelai, kacang hijau, buah pisang, dan umbi akar. Iradiator gamma juga digunakan untuk perlakuan karantina produk pangan berupa buah mangga yang penelitiannya saat ini sedang dilakukan bekerja sama dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Dalam kerja sama tersebut digunakan IRPASENA. Untuk aplikasi teknologi nuklir yang memerlukan aktivitas iradiator atau dosis radiasi yang lebih tinggi maka digunakan IRKA. Terkait dengan pemanfaatannya untuk pangan, IRKA biasa digunakan untuk pengawetan pangan olahan, misalnya tahu, dan pangan olahan siap saji, misalnya pepes ikan dan rendang.

13 Daftar Pustaka Winarno, F.G. dan B. Sri Laksmie Jenie Kerusakan pangan dan cara pencegahannya. IPB Bogor-Chalia Indonesia. Anonim Undang-undang Negara RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Dep. Pert. RI. Dr. drh. Hj. Rr. Retno Widyani, MS, MH dan Ir. Tety Suciaty, MP Prinsip Pengawetan Pangan.Swagati Press Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Radiasi, Jakarta, 6-8 Juni 1983

14 Soal soal Teknik Pengawetan/Pengolahan pangan dengan iradiasi Oleh kelompok 10 : Dwi, Isni, Vina 1. Menurut Winarno et al (1980), Iradiasi adalah a. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan. b. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber senyawa radioaktif. c. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan meninggalkan residu pada makanan dengan cara ionisasi. d. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sinar gamma berintensitas sangat rendah. 2. Salah satu tujuan iradiasi bahan pangan adalah dibawah ini, kecuali a. Membunuh kontaminan biologis b. Membunuh bakteri pathogen. c. Mencegah penuaan bahan pangan d. Menimbulkan senyawa radioaktif agar pangan tetap segar. 3. Pengawetan bahan pangan dengan iradiasi berenergi tinggi yang dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya (Maha,1981). Ini merupakan pengertian dari a. Radiasi sinar x b. Radiasi Pengion c. Radiasi Radioaktif d. Radiasi berkas electron 4. Berikut ini merupakan prinsip pengawetan pangan dengan cara iradiasi, kecuali a. Menghambat pertunasan b. Menghambat aktivitas mikroba. c. Menonaktifkan enzim-enzim d. Menunda proses pematangan pada buah.

15 5. Syarat penggunaan radiasi pangan yaitu menggunakan. a. Sinar gamma dari radionuklida 60 Co b. Sinar gamma dari radionuklida 173 Cs c. Sinar x dibawah 5 MeV d. Elektron dibawah 10 MeV 6. Dibawah ini merupakan faktor yang mempengaruhi Proses Iradiasi pangan, kecuali a. Dosis penyinaran b. Lama penyinaran c. Kemasan yang digunakan. d. Lokasi penyinaran 7. Peraturan Menteri kesehatan RI tentang iradiasi pangan yaitu.. a. Peraturan No. 826 tahun 1987 b. Peraturan No. 152 tahun 1993 c. Peraturan No. 7 tahun 1996 d. Peraturan No. 69 tahun Peraturan pemerintah RI mengenai Pelabelan pangan mengenai iradiasi pangan diatur dalam.. a. Peraturan No. 826 tahun b. Peraturan No. 152 tahun 1993 pasal 12 c. Peraturan No. 7 tahun 1996 pasal 25 d. Peraturan No. 69 tahun 1999 pasal Kelebihan teknik pengawetan dengan iradiasi pangan adalah.. a. mencemari lingkungan b. Tidak ekonomis c. Menambah mikroorganisme pathogen d. Dapat dilakukan untuk pangan dalam jumlah besar. 10. Pada pengolahan pangan dengan teknik iradiasi, fasilitas radiator harus melakukan perizinan/didaftarkan kepada. a. Badan pengawas Obat dan Makanan

16 b. Kementerian Kesehatan c. BAPETEN (Badan pengawas Tenaga Nuklir) d. Codex Alimentarius Commission 11. Berikut merupakan salah satu faktor dalam proses iradiasi pada pangan, yaitu : a. Dosis b. Sinar alpha c. Sinar beta d. Waktu 12. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pemberian dosis pada proses iradiasi yaitu : a. Pathogen yang terdapat di pangan b. Pathogen yang terdpat di alam c. Faktor lingkungan d. Waktu 13. Berikut ini bukan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses iradiasi, kecuali a. Cahaya b. Waktu c. Kemasan d. Proses pengolahan 14. Intensitas sinar iradiasi ini dinyatakan dengan satuan a. volt b. Gray (Gy) c. Ampere d. N 15. iradiasi dapat disebut juga dengan pasteurisasi dingin karena a. caranya sama b. bahannya sama c. dilakukan pada temperature ambient d. dilakukan pada temperature normal

17 16. Dibawah ini yang merupakan salah satu dari ke 3 kelompok kategori irradiasi, yaitu a. dosis iradiasi di bawah 0,5 kgy b. dosis iradiasi menengah yaitu antara 1-7 kgy c. dosis iradiasi menengan yaitu antara 0,5 3 kgy d. dosis iradiasi tinggi yaitu di atas 10 kgy 17. dosis iradiasi dibawah 1 kgy memiliki fungsi yaitu a. mengontrol bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan b. mencegah berjamurnya strawberi dan buah-buahan yang lainnya c. mengontrol serangga dalam bahan pangan d. membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan 18. Dosis iradiasi antara 1 10 kgy memiliki fungsi yaitu a. mengontrol bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan b. menghambat pertunasan dalam kentang c. mengontrol serangga dalam bahan pangan d. membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan 19. Dosis iradiasi diatas 10 kgy memiliki fungsi yaitu a. mengontrol bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan b. menghambat pertunasan dalam kentang c. mengontrol serangga dalam bahan pangan d. membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan 20. agar setiap bahan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat maka dilakukan. a. pengukuran bahan b. pengukuran jumlah pathogen c. pengukuran radiasi d. pengukuran dosis 21. Proses iradiasi dilakukan dengan cara a. Pemanasan dengan suhu tinggi b. Pengalengan dengan kaleng khusus c. Pemaparan pada sinar tertentu

18 d. Fermentasi dengan kapang 22. Sumber radiasi yang boleh digunakan untuk meiradiasi bahan pangan adalah a. Sinar ultraviolet b. Sinar Alfa c. Sinar Beta d. Sinar Gamma 23. Iradiasi dengan dosis 1kGy termasuk iradiasi a. Dosis rendah b. Dosis medium c. Dosis tinggi d. Dosis biasa saja 24. Pada dosis iradiasi iradfiasi bertujuan untuk a. Mempercepat proses pematangan b. Menghambat pertunasan c. Mengundang serangga d. Memperbanya perkembangbiakan parasit 25. Iradiasi buah anggur pada dosis iradiasi kgy, bertujuan untuk a. Menggandakan buah anggur b. Meningkatkan nilai jual anggur c. Memperbaiki struktur pangan anggur d. Memperbagus tampilan anggur 26. Batas dosis minimal untuk mensterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob pada pepes ikan mas adalah a. 24 kgy b. 42 kgy c. 43 kgy d. 45 kgy 27. Iradiasi dodol pada dosis 3 5 kgy bertujuan untuk

19 a. Memperlambat pertunasan b. Dekontaminasi dan memperpanjang masa simpan c. Sterilisasi dodol d. Menghilangkan bakteri pathogen 28. Untuk meiradiasi pangan steril untuk astronot kita menggunakan dosis iradiasi sebanyak a kgy b kgy c kgy d kgy 29. Iradiasi dengan dosis kgy pada pangan laut segar dan beku, ternak dan daging segar maupun beku bertujuan untuk a. Memperpanjang umur hasil pangan laut b. Eliminasi mikroba pembusuk dan pathogen c. Memperlambat pertunasan d. Menunda pematangan 30. Pengaruh iradiasi terhadap nilai gizi suatu bahan pangan menurut Codex Alimentarius Commission dan International Atomic Energy Agency (IAEA) adalah a. Iradiasi tidak menimbulkan masalah gizi khusus pada pangan dan tidak menyebabkan kehilangan zat gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia b. Iradiasi menyebabkan hilangnya beberapa nilai gizi pada suatu bahan pangan c. Iradiasi tidak mempengaruhi apapun terhadap bahan pangan d. Iradiasi sebaiknya tidak perlu dilakukan karena merusak bahan pangan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam

Lebih terperinci

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan Iradiasi makanan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan Indikator Setelah perkuliahan ini,

Lebih terperinci

IRRADIASI. Topik 10. Dede R Adawiyah DEFINISI IRADIASI. electron) memiliki cukup energi untuk menyebabkan ionisasi. Tujuan Instruksional Khusus:

IRRADIASI. Topik 10. Dede R Adawiyah DEFINISI IRADIASI. electron) memiliki cukup energi untuk menyebabkan ionisasi. Tujuan Instruksional Khusus: IRRADIASI Dede R Adawiyah Topik 10 Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan memahami prinsip dasar proses iradiasi dalam mengawetkan produk pangan, perubahan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Iradiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan.

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

Gambar Daya tembus sinar α, β, dan γ Klasifikasi invisible long Panjang Gelombang (A 0 ) - Radio > infra merah jt Visible

Gambar Daya tembus sinar α, β, dan γ Klasifikasi invisible long Panjang Gelombang (A 0 ) - Radio > infra merah jt Visible BAB XI. IRADIASI PANGAN Pada prinsipnya iradiasi bertujuan sama dengan cara pengolahan yang lain, yatu mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan, serta membasmi mikroba dan organism lain yang

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

Kajian Teknoekonomi Iradiator Gamma

Kajian Teknoekonomi Iradiator Gamma Kajian Teknoekonomi Iradiator Gamma Isna R. Hastuti 1, Wibowo 2 1,2 Pusat Diseminasi dan Kemitraan - BATAN E-mail: 2 bowie@batan.go.id Abstrak Penggunaan radiasi sinar-γ dari sumber Co-60 untuk keperluan

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

Teknik pengawetan makanan yang mengandung air

Teknik pengawetan makanan yang mengandung air TBM ke 5 Teknik pengawetan makanan yang mengandung air Secara umum, makanan merupakan bahan yang mudah mengalami proses kerusakan. terutama pada makanan yang diketahui mengandung air cukup tinggi. Air

Lebih terperinci

PENGAWETAN. Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Pengolahan Non Thermal 1. Pengolahan Non Thermal

PENGAWETAN. Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Pengolahan Non Thermal 1. Pengolahan Non Thermal Pengolahan Non Thermal PENGAWETAN Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal Tujuan Pengolahan Pangan Termal Mematikan bakteri patogen & organisme pembusuk Merubah tekstur, warna, rasa Meningkatkan daya

Lebih terperinci

PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN RADIASI. Firman Jaya

PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN RADIASI. Firman Jaya PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN RADIASI Firman Jaya Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : 5213412006 Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN Pengawetan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk mencegah atau menghambat fermentasi,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.707, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pangan Iradiasi. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan PENGAWETAN MAKANAN DENGAN SUHU TINGGI DAN SUHU RENDAH Pengertian Pengawetan makanan salah satu cara pengolahan pangan yg sering dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan pangan & menjaga kualitasnya. Cara

Lebih terperinci

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk Services 1. Radiation Sources Radiasi gamma dalam energinya dianggap cukup tinggi untuk hanya memecah molekul dan mengionisasi atom, namun tidak cukup tinggi untuk mengubah struktur dari inti atom (menghindari

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN

PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM PENGAWETAN BAHAN PANGAN

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM PENGAWETAN BAHAN PANGAN ATOM Media Infrmasi Ilmu Pengetahuan dan Teknlgi Nuklir S APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM PENGAWETAN BAHAN PANGAN Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

MODUL PENGOLAHAN MAKANAN

MODUL PENGOLAHAN MAKANAN 27 MODUL 3 PENGOLAHAN MAKANAN Pendahuluan Di setiap bagian dunia manusia senantiasa berjuang melawan kerusakan pangan akibat perusakan oleh serangga, pencemaran dan pembusukan. Berapa banyak pangan yang

Lebih terperinci

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan Menurut Volk dkk (1994) beberapa bukti mengenai peranan mikrobiologi dapat dikemukakan sebagai proses klasik menggunakan bakteri. Di Jepang dan Indonesia sudah

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (CO-60) PADA SISTEM PENGAWETAN MAKANAN STUDI KASUS PADA SERBUK CABAI

KAJIAN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (CO-60) PADA SISTEM PENGAWETAN MAKANAN STUDI KASUS PADA SERBUK CABAI SIGMA, Vol. 13, No. 2, Juli 2010: 115-122 ISSN: 1410-5888 KAJIAN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (CO-60) PADA SISTEM PENGAWETAN MAKANAN STUDI KASUS PADA SERBUK CABAI Rini Safitri 1,dan Lenni Fitri 2 1

Lebih terperinci

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas

Lebih terperinci

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan

Lebih terperinci

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN 1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN MIKROFLORA LAIN PADA BUMBU, REMPAH-REMPAH DAN RAMUAN LAIN YANG BERASAL DARI SAYURAN

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN MIKROFLORA LAIN PADA BUMBU, REMPAH-REMPAH DAN RAMUAN LAIN YANG BERASAL DARI SAYURAN CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN MIKROFLORA LAIN PADA BUMBU, REMPAH-REMPAH DAN RAMUAN LAIN YANG BERASAL DARI SAYURAN DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia

Lebih terperinci

rwji.. '., APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM PENGAWETAN BAHAN PANGAN

rwji.. '., APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM PENGAWETAN BAHAN PANGAN L rwji.. '., APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM PENGAWETAN BAHAN PANGAN Pangan merupakan kebutuhan dasar marlusia yang harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang memadai, dan harga tetjangkau untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA IKAN KERING DAN IKAN ASIN KERING

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA IKAN KERING DAN IKAN ASIN KERING CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA IKAN KERING DAN IKAN ASIN KERING DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN Mochamad Nurcholis, STP, MP Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya Jl. Veteran-Malang, Telp./Fax. 0341-569214 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi daging sapi di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 523.927 ton, hasil tersebut meningkat dibandingkan produksi daging sapi pada tahun 2014 yang mencapai 497.670

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK PENGENDALIAN MIKROFLORA PADA IKAN, PAHA KODOK DAN UDANG

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK PENGENDALIAN MIKROFLORA PADA IKAN, PAHA KODOK DAN UDANG CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK PENGENDALIAN MIKROFLORA PADA IKAN, PAHA KODOK DAN UDANG DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar seperti suhu, kelembaban,

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

IRADIASI PANGAN DAN PEMANASAN DENGAN MICROWAVE

IRADIASI PANGAN DAN PEMANASAN DENGAN MICROWAVE IRADIASI PANGAN DAN PEMANASAN DENGAN MICROWAVE 9.1 Pendahuluan Iradiasi dan pemanasan dengan microwave berbeda dalam mekanisme kerja dan tujuan penggunaan Persamaannya : memanfaatkan energi radiasi menghasilkan

Lebih terperinci

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) AINUN ROHANAH SAIPUL BAHRI DAULAY PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FP - USU Evaluasi 1. jumlah kehadiran dalam kuliah 10% 2. Quiz/Tugas 10% 3. Ujian tengah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

Pengawetan bahan pangan

Pengawetan bahan pangan Pengawetan bahan pangan SMA Negeri 5 Mataram Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. Prinsip pengawetan pangan Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan Mencegah kerusakan yang

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Pengolahan dengan suhu tinggi

Pengolahan dengan suhu tinggi Pengolahan dengan suhu tinggi Kompetensi dasar Mahasiswa memahami teknologi pemanasan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pemanasan terhadap mutu pangan Indikator Setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG, MANGGA DAN PEPAYA

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG, MANGGA DAN PEPAYA CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG, MANGGA DAN PEPAYA DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk yang strukturnya kompak atau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir setiap hari dijumpai dalam makanan sehari hari. Di Cina, tahu sudah menjadi daging

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.708, 2013 BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN/ATAU MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAGING DAN UNGGAS YANG TERKEMAS

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN/ATAU MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAGING DAN UNGGAS YANG TERKEMAS CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN/ATAU MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAGING DAN UNGGAS YANG TERKEMAS DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cikal bakal UMKM di Indonesia bermula dari aktivitas home industry di masyarakat, kelompok tani, kelompok pengrajin, kelompok peternak, paguyuban dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN Emil Riza Pratama (1308104010039) Fitria (1308104010013) Jamhur (1308104010030) Ratna sari (308104010005) Wilda Yita (1308104010012) Vianti Cintya Putri (1308104010015) Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PRTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA Anggra Kumala P, Unggul P. Juswono, Chomsin S. Widodo Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya Email: anggrakumala@gmail.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami,

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami, PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu bentuk budaya masyarakat adalah makanan tradisional. Makanan tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami, beraroma khas dan bercitarasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si ASPEK PERIZINAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN AKSELERATOR DAN IRADIATOR LAINNYA: MBE untuk Crosslinking Chitosan, Gel dari Rumput Laut, Iradiator Latex, Sterilisasi, dan Siklotron untuk F18 PET oleh Werdi

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena makanan berguna untuk menjaga kelangsungan proses fisiologis tubuh dapat berjalan dengan lancar. Makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN A. Kompetensi Dasar: 3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci