Gambar Daya tembus sinar α, β, dan γ Klasifikasi invisible long Panjang Gelombang (A 0 ) - Radio > infra merah jt Visible

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar Daya tembus sinar α, β, dan γ Klasifikasi invisible long Panjang Gelombang (A 0 ) - Radio > infra merah jt Visible"

Transkripsi

1 BAB XI. IRADIASI PANGAN Pada prinsipnya iradiasi bertujuan sama dengan cara pengolahan yang lain, yatu mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan, serta membasmi mikroba dan organism lain yang menimbulkan penyakit terbawa-makanan. Tetapi, teknik dan peralatan yang digunakan untuk iradiasi pangan, persyaratan kesehatan dan keselamatan yang harus diperhatikan, serta beragam masalah yang unik pada cara pengolahan ini, menjadikan iradiasi memiliki kategori sendiri. Radiasi berdasarkan elektromagnetik dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : radiasi panas dan radiasi pengion. Radiasai panas diperoleh dari sinar yang memiliki panjang gelombang yang panjang/memiliki frekuensi rendah Hz, misalnya ultra merah.spektrum gelombang elektromagnetik dapat dilihat pada Lampiran 11. Radiasi pengion dapat diperoleh dari sinar yang memiliki panjang gelombang yang pendek/memiliki frekuensi tinggi > Hz, misalnya UV. Radiasi pengion memiliki energi quantum dan memiliki kemampuan untuk eksitasi/kerusakan pada senyawa senyawa organik. Sinar UV biasanya dipergunakan untuk mensterilkan mikroorganisme yang ada dipermukaan bahan. Misalnya, pada air jernih dapat menembus pada kedalaman tertentu. Besarnya daya tembus sinar α, β, dan γ dapat dilihat pada Gambar γ He β (e) λ foton Lembaran Lembaran Balok kertas alumunium timah hitam Gambar Daya tembus sinar α, β, dan γ Klasifikasi invisible long Panjang Gelombang (A 0 ) - Radio > infra merah jt Visible 164

2 - merah, jingga, kuning hijau, biru, violet invisible short - UV Sinar X α β γ < 1000 λ Warna K Cal/mol Red Orange Yellow Blue violet 40,86 43,41 47,67 57,20 71,30 E = h.f f = c Joule ev ~ K Cal/mol Satuan-satuan yang digunakan dalam radiasi 1. Rontgen : unit/satuan ukuran yang digunakan untuk menyatakan dosis sinar x dan γ (Jay, 1970). 1 Rontgen = besarnya radiasi yang diterima dalam 1 jam dari sumber radium pada jarak 1 yard (1 yard = 100 cm). 2. Curie : merupakan kuantitas subtansi radioaktif dimana 3,7 x desinteregesi radioaktif terjadi per detik 1 g radium murni = 1 curie radium 3. Rad : satuan unit yang ekivalen dengan absorbsi sebesar 100 erg/g bahan. 1 rad = 10-3 k.rad = 10-6 M rad 4. Gray (Gy) : energi yang dihasilkan dari radiasi pengion yang diserap bahan persatuan massa. 1 Gy = 1 joule / kg massa, 1 rad = 0,01 Gy, iradiasi pangan tidak boleh memiliki lebih gray (10 K.Gy). 165

3 A. Radiasi pengion Banyak cara tradisional pengolahan pangan mneggunakan energi dalam bentuk berlainan- misalnya panas yang digunakan pada pengalengan dan pengeringaan dengan matahari. Iradiasi pangan menggunakan energi elektromagnetik tertentu, yaitu energi dari radiasi pengion. Sinar X, salah satu bentuk sinar pengion, ditemukan pada tahun Radioaktivitas dan radiasi pengion yang berkaitan dengannya, yaitu sinar alfa, beta dan gamma, ditemukan pada tahun berikutnya. Istilah radiasi pengion digunakan ketiga sinar ini, yang kalau menghantam benda apapun akan menyebabkan terjadinya partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Sejumlah percobaan awal menunjukkan bahwa radiasi pengion dapat membunuh bakteri. Upaya kemudian dilakukan untuk menggunakan energi yang baru ditemukan ini untuk membasmi bakteri penyebab kerusakan pangan. Walaupun secara ilmiah memberikan harapan dan menarik, upaya itu tidak dimanfaatkan oleh industri pangan. Pada akhir abad lalu dan bertahun-tahun kemudian, tidak ada cara yang menguntungkan untuk memperoleh sumber radiasi dalam jumlah yang diperlukan untuk pemanfaatannya dalam industri. Pembangkit sinar X pada masa itu sangat tidak efisien dalam mengubah energi listrik menjadi sinar X. bahkan zat radioaktif alami seperti radium jumlahnya terlalu langka untuk dapat digunakan memproduksi sinar gamma, atau bentuk radiasi lain, dalam jumlah yang mencukupi untuk pengolahan pangan. Pada awal tahun 1940-an, kemajuan dalam dua bidang membuka jalan untuk memproduksi sumber radiasi pengion secara ekonomis untuk digunakan dalam industri pangan. Sejumlah mesin, terutama mempercepat electron, dirancang dan dikembangkan untuk dapat membangkitkan radiasi pengion dalam jumlah tak terbatas dengan harga yang memadai. Penemuan lain ialah pembelahan atom yang tidak hanya memproduksi energi nuklir, tetapi juga produk pembelahan, seperti caesium - 137, yang merupakan sumber radiasi pengion. Penemuan bahwa beberapa unsur tertentu dapat dijadikan radioaktif. Menyebabkan diproduksinya sumber sinar gamma seperti kobalt-60. Berbagai kemajuan ini membangkitkan kembali minat terhadap 166

4 iradiasi pangan. Penelaahan yang menggunakan sumber energi baru ini makin menunjukkan bahwa radiasi memiliki potensi besar untuk mencegah timbulnya penyakit terbawa makanan dan kehilangan pangan. B. Sumber radiasi pengion Seperti disebutkan terdahulu, persyaratan penting untuk penggunaan iradiasi pangan secara industry ialah tersedianya sumber radiasi pangan yang ekonomis. Dewasa ini terdapat dua jenis sumber radiasi yang dapat memenuhi persyaratan ini : mesin dan bahan buatan. Meskipun kedua jenis sumber itu berbeda cara kerjanya, keduanya menghasilkan efek yang sama pada pangan, mikroorganisme, dan serangga. Mesin yang disebut pemercepat electron menghasilkan radiasi electron, yaitu sejenis radiasi pengion. Electron adalah partikel subatom yang memiliki massa sangat kecil dan bermuatan negatif. Pancaran electron yang dipercepat dapat digunakan untuk mengiradiasi pangan dengan biaya rendah. Namun, keuntungan dari segi biaya ini menjadi tidak berarti karena pancaran elektron hanya dapat menembus pangan sampai kedalam 8 cm-tidak cukup dalam untuk memenuhi semua tujuan iradiasi pangan. Karena itu, electron yang dipercepat terutama bermanfaat untuk mengiradiasi bijirin atau pakan yang dapat diproses pada lapisan tipis. Iradiasi dengan menggunakan pancaran electron seperti ini bermanfaat karena sangat cepat dan mesin mudah dihidupkan dan dihentikan sekehendak hati. Mesin sumber radiasi pengion yang lain ialah pembangkit sinar-x. Sinar-X ialah energi dalam bentuk gelombang seperti cahaya. Berbeda dengan electron yang dpercepat, sinar-x memiliki daya yang lebih besar untuk menembus bahan. Tetapi, seperti telah ditemukan oleh para peneliti sejak awal, mengubah energi listrik menjadi sinar-x adalah proses yang sangat tidak efisien dan karena itu, mahal. Mesin sinar-x yang tersedia untuk pengolahan pangan umumnya merupakan modifikasi mesin yang digunakan untuk keperluan kedokteran dan radiografi industry dan kurang cocok untuk menghasilkan energi yang diperlukan pada pengolahan pangan. 167

5 Perkembangan mutakhir menunjukkan bahwa masalah biaya dan daya yang dihasilkan tersebut dapat dipecahkan oleh pembangkit sinar-x tipe baru. Radionuklida buatan merupakan sumber radiasi pengion lain yang utama; radionuklida adalah bahan radioaktif yang sewaktu meluruh mengeluarkan sinar gamma yang dapat digunakan untuk pengolahan makanan. Sejenis radionuklida yang dapat disediakan dengan mudah dalam jumlah banyak ialah kobalt-60, yang dibuat dari kobalt-59 alami yang dikenai netron dalam reactor nuklir. Radionuklida lain, caesium-137, yang merupakan hasil samping reaktor nuklir, tersedia dalam jumlah terbatas dan kini kurang banyak digunakan. Sinar gamma dari kedua radionuklida ini dapat menembus cukup dalam sehingga memenuhi hampir semua kebutuhan iradiasi pangan. Harga radionuklida buatan menmadai bagi industry iradiasi pangan mengingat banyaknya kegunaan dan daya tembus sinar gamma. C. Dosis radiasi Dosis radiasi, yaitu jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam pangan, adalah factor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali, untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya, jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Jumlah energi yang diserap dinyatakan dalam Gray (Gy), yaitu energi yang dihasilkan radiasi pengion yang diserap bahan per satuan massa. Satu Gy setara dengan satu joule per kg. (Satuan radiasi yang lama, rad, setara dengan 0,01 GY). Sekarang, dosis radiasi yang dianjurkan oleh Komisi Codex Alimentarius FAO/WHO untuk digunakan pada iradiasi pangan tidak melebihi gray, biasanya ditulis 10 K. Gy. Jumlah energi ini sebenarnya sangat kecil, setara dengan jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu air 2,4 o C. Dengan jumlah energi yang kecil ini, tidak mengherankan jika pangan hanya mengalami perubahan kecil akibat proses 168

6 radiasi. Dengan kata lain, pangan yang mengalami radiasi demikian, aman dikonsumsi manusia. Kisaran dosis iradiasi untuk berbagai aplikasi disampaikan sebagai berikut. 1. Inaktivasi enzim M rad 2. Inaktivasi virus 1 20 M rad 3. Rodapertisasi bahan makanan 2 6 M rad 4. Radurisasi & radisiasi 0,1 1 M rad 5. Kontrol hama rad 6. Penghamabatan tunas rad 7. Dosis letal manusia & hewan tertentu rad Cara estimasi dosis radiasi, analog 1 dengan proses thermal, yaitu D = Dm (log No log N) D : dosis yang diinginkan Dm : dosis iradiasi diperlukan untuk menurunkan populasi sel sebanyak 90%. No : sel atau spora mula-mula N : sel atau spora setelah radiasi Misal diketahui Dm C.botulinum : rad, jumlah sel awal 1 jt / unit wadah. Jumlah wadah 1 jt, Diinginkan tinggal 5 sel saja setelah proses iradiasi. Berapa dosis rad yang diperlukan Jawab : D : (log ( )-log1) : (12-0) : rad D. Aplikasi Iradiasi Pemanfaatan praktis iradiasi pangan banyak berkaitan dengan pengawetan. Radiasi menonaktifkan organism perusak pangan, termasuk bakteri, kapang, dan khamis. Selain itu, juga efektif untuk memperpanjang masa simpan sayuran dan buah segar karena membatasi perubahan hayati lazim yang berkaitan dengan pematangan, 169

7 peranuman, pertunasan dan penuaan. Misalnya, radiasi memperlambat pematangan pisang hijau, menghambat pertunasan kendatng dan batang dan mencegah andewi dan kentang menjadi hijau. Radiasi juga membunuh organism penyebab penyakit, termasuk cacing parasit dan hama serangga yang merusak pangan yang disimpan. Seperti cara pengolahan pangan yang lain, radiasi menghasilkan perubahan kimia yang menguntungkan dalam pangan. Misalnya, radiasi melunakkan kacang-kacangan (biji kacang kering), sehingga waktu memasakkan lebih singkat. Juga meningkatkan jumlah sari buah anggur dan mempercepat pengeringan buah plum. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 1940-an selain menunjukkan manfaat iradiasi pangan, juga mengenali keterbatasan dan masalahnya. Misalnya, karena radiasi cenderung melunakkan pangan, terutama buah, maka dosis radiasi yang dapat digunakan terbatas. Selain itu, dalam beberapa jenis pangan yang diiradiasi timbul rasa dan aroma yang tidak diinginkan. Pada daging, masalah ini dapat dihindarkan bila iradiasi dilakukan pada daging beku. Namun, sampai sekarang belum ditemukan cara yang memuaskan untuk mencegah timbulnya kelainan aroma dan rasa pada hasil olah susu. Pada pangan lain, masalah pada aroma dan rasa dapat dicegah dengan menggunakan dosis radiasi yang lebih kecil. Dosis radiasi yang kecil yang diperlukan untuk membunuh Trichinella spiralis dalam daging babi misalnya, tidak mengubah aroma dan rasa.. Persyaratan Dosis Dalam Berbagai Penerapan Iradiasi Pangan dapat dilihat pada Tabel

8 Tabel Persyaratan Dosis Dalam Berbagai Penerapan Iradiasi Pangan Tujuan Dosis (kgy) a Produk Dosis rendah (sampai 1 KGy) Pencegahan pertunasan ,15 Kentang, bawang putih, bawang Bombay, jahe, dll. Pembasmi serangan dan disinfeksi parasit Pelambatan proses fisiologi (misalnya pematangan) ,50 Serealia dan kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan dan daging kering, daging babi segar, dll Buah dan sayuran segar Dosis menengah (1-10 KGy) Perpanjangan masa simpan Ikan, arbei segar, dll Pembasmian mikroorganisme perusak dan yang patogen Perbaikan sifat teknologi pangan Dosis tinggi (10-50 KGy) b Pensterilisasi-industri (kombinasi dengan panas sedang) Hasil laut segar dan beku, daging dan daging unggas segar atau beku, dll Anggur (meningkatkan hasil sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan), dll Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hiding, makanan disterilkan (di rumah sakit) Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya Rempah-rempah, sediaan enzim, gom alami, dll a) Gy: gray unit yang menunjukkan dosis terserap. Definisinya lihat hal. 11; b) Hanya digunakan untuk tujuan khusus. Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis tinggi. 171

9 E. Proses iradiasi Selama proses iradiasi, pangan terkena energi sedemikian rupa sehingga memungkinkan terserapnya dosis khusus yang tepat. Agar hal ini terjadi, perlu diketahui keluaran energi sumber per satuan waktu dan jarak antara sumber energi dan bahan sasaran. Selain itu, bahan harus dikenai energi untuk waktu tertentu. Dosis radiasi yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan berkisar antara 50Gy dan 10 kgy, tergantung pada jenis pangan dan tingkat sterilitas yang diinginkan. Sarana iradiasi pangan berbeda rancangan dan pengaturan fisiknya, disesuaikan dengan maksud penggunannya. Ada dua tipe : jirangan dan sinambung. Pada sarana jirangan, sejumlah bahan diiradiasi pada waktu tertentu. Wadah (sel) tempat bahan yang diiradiasi dikosongkan dan kemudian diisi lagi dengan bahan yang akan diiradiasi. Pada sarana sinambung, pangan dilewatkan ke dalam sel pada laju yang diatur dan sudah diperhitungkan untuk memastikan bahwa seluruh bahan mendapat dosis yang tepat. Rancangan dan cara kerja sarana untuk iradiasi sarana jirangan lebih sederhana dibandingkan dengan sarana sinambung, dan lebih mudah diubah-ubah. Sarana inipun dapat digunakan untuk dosis yang berbeda-beda dan mudah diterapkan pada percobaan. Sebaliknya, sarana sinambung lebih sesuai untuk memperlakukan sejumlah besar pangan sejenis pada satu dosis tertentu. Proses sinambung lebih disukai industry pangan antara lain karena lebih ekonomis. Sumber radiasi berupa mesin maupun radionuklida harus ditempatkan di dalam suatu tempat atau sel yang terlindung dan dirancang khusus untuk mencegah radiasi terhadap pekerja. Sumber radiasi yang berup[a mesin lebih mudah dijalankan karena dapat dimatikan apabila pekerja harus masuk ke dalam sel untuk menaruh produk atau ketika merawat mesin. Bila sumber radiasi berupa radionuklida, radiasi terjadi secara sinambung dan tidak dapat dimatikan. Karena itu perlu ada tempat 172

10 terlindung untuk menyimpan sumber radiasi bila pekerja harus masuk ke dalam sel. Tempat ini biasanya berupa kolam air yang cukup dalam yang berlaku sebagai pelindung terhadap sinar gamma bila sumber radiasi ditenggelamkan ke dalamnya. Pada sumber mesin maupun radionuklida, di luar sel terdapat alat pengendali yang mengatur dan memantau jalannya iradiasi alat itu mengendalikan gerakan sumber radiasi dari tempat penyimpanan ke posisi penggunaan dan sebaliknya (atau untuk mematikan mesin sumber radiasi). Alat itu pun mengendalikan kerja system pengangkutan pangan yang membawa bahan pangan masuk dan keluar dari sel pada sarana sinambung atau menjadwalkan pada sarana jirangan. Jalan yang dilalui pangan dalam proses iradiasi yang sinambung biasanya tetap. Jalan itu mungkin sederhana dan terdiri dari satu lintasan, atau berupa pola yang memungkinkan pangan terkena radiasi lebih dari satu arah. Cara kedua yang lebih canggih ini digunakan untuk mencapai dosis radiasi yang lebih merata dan penggunaan sumber yang lebih efisien. Karena keluaran energi dari radionuklida tidak dapat diubah dan jarak antara sumber radiasi dan pangan sudah ditentukan, satusatunya yang dapat diatur ialah waktu radiasi, yaitu dengan mengubah kecepatan jalannya pangan, bila kecepatan ditambah, dan sebaliknya. Sarana iradiasi pangan umumnya dijalankan pada lokasi tetap. Namun, pada keadaan tertentu, irradiator yangd apat dipindah-pindahkan atau yang randah mungkin lebih bermanfaat. Misalnya, untuk pangan musiman yang mungkin hanya tersedia di suatu wilayah untuk masa terbatas. Dalam hal demikian, mungkin akan lebih menguntungkan bila iradiatorlahyang dipindahkan mendekati pangan daripada sebalimnya. Selain itu, irradiator randah dapat merupakan cara untuk meningkatkan keefektifan iadiasi. Iradiasi pangan laut misalnya, harus dilakukan segera setelah penangkapan. Sekiranya ada hal-hal yang menyebabkan jarak waktu lama antara pengambilan pangan dan iradiasi, irradiator randah yang dapat digunakan di tempat pengambilan merupakan jawaban terbaik untuk melaksanakan iradiasi. F. Biaya 173

11 Biaya iradiasi pangan diperkirakan antara US$ 0,02 dan US$ 0,40 per kg. Kisaran yang besar ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan iradiasi (yang dapat sangat berbeda-beda, sesuai dengan tujuan perlakuan), jumlah dan jenis produk yang diiradiasi, tipe dan efisiensi sumber radiasi (apakah dapat digunakan untuk satu atau berbagai jenis produk), biaya pengangkutan pangan ke tempat irradiator, kemasan khusus untuk pangan, dan biaya pengolahan tambahan seperti pembekuan atau pemanasan. Pembangunan sarana iradiasi yang cukup besar agar dapat menguntungkan, ditaksir membutuhkan biaya beberapa juta dolar Amerika Serikat. Kurangnya pengalaman dalam iradiasi pangan saat ini menyulitkan dilakukannya penilaian untuk membandingkan biaya proses iradiasi dengan teknologi pengolahan lain. Namun, berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan maupun pengalaman praktis, manfaat iradiasi pangan akan menjadikan proses ini sangat menguntungkan dari segi biaya. G. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Ketahanan Mikrobia terhadap Iradiasi. Beberapa faktor berikut memainkan peran penting ketika radiasi dipaparkan pada mikrobia, yaitu: 1. Jenis mikrobia - Bakteri Gram positif lebih tahan dibanding Baktrei Gram negatif. Bakteri pembentuk spora lebih tahan daripada yang tidak membentuk spora, kecuali Micrococcus radiodurans, salah satu mikrobia yang dikenal sebagai bakteri radioresistan. Bakteri ini memiliki resistensi sangat tinggi, tidak pathogen, tidak merusak bahan pangan dan pertumbuhan lambat. Spora strain B. careus dan C.botulinum tipe A dikenal resisten terhadap iradiasi. Bakteri penyebab kerusakan pada daging, susu dan uanggas, sering disebut asosiasi Pseudomonas Achomobacter memiliki resistensi rendah. 174

12 2. Jumlah mikrobia Jika jumlah mikrobia di dalam pangan relatif lebih besar maka untuk membunuh populasi sampai jumlah yang diinginkan diperlukan dosis yang lebih tinggi. Fenomena ini mirip dengan efek proses thermal dan disinfeksi kimia. 3. Komposisi dari media/bahan pangan yang diradiasi Pada umumnya mikrobia lebih peka terhadap radiasi jika berada pada larutan buffer / penyangga di bidang mikrobia yang mengandung protein. D value untuk C. perfringens ok digunakan larutan buffer membutuhkan dosis sebesar 0,23 M rad, sedangkan pada cooked meat broth membutuhkan 0,3 M rad. 4. Ada tidak oksigen Ketahanan mikrobia terhadap radiasi akan lebih besar jika tidak ada O 2. Dari hasil penelitian, dilaporkan pembuangan gas O 2 pada suspensi sel E.coli ternyata meningkatan reistensi radiasi menjadi 3 kali lipat. 5. Sifat fisik bahan pangan Ketahanan radiasi sel kering pada umumnya lebih tahan dibanding dengan sel basah/lembab.kandungan air akan memfasilitasi terjadinya radiolisis oleh radiasi pengion. 6. Umur mikrobia Bakteri cenderung lebih tahan terhadap radiasi ketika berada pada fase lag dan sangat sensitif pada fase logaritmik. H. Keuntungan dan Kerugian Aplikasi Iradiasi Pangan Penggunaan iradiasi di dalam mematikan mikroorganisme dalam bahan makanan mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya ialah : 1. Mempunyai sifat lethal yang tinggi 2. Bahan makanan dapat tetap dalam keadaan semula 3. Kenaikan suhu badan yang disterilkan tidak akan melebihi 4 0 C, jika digunakan iradiasi pada dosis biasa sterilisasi dingin 175

13 4. Bahan yang disterilisasikan dapat ditempatkan di dalam wadah : kaleng, alumunium, dll. Juga palastik karena prosesnya tidak menggunakan panas. 5. Zat-zat yang rusak jika disterilkan dengan panas dapat digunakan iradiasi 6. Penetrasi radiasi merata ke dalam Adapun kerugiannya ialah : 1. Enzim tidak mengalami inaktivasi pada dosis untuk mematikan bakteri 2. Dosis yang digunakan untuk mematikan mikroorganisme > daripada dosis yang diperlukan untuk membunuh manusia, perlu penanganan yang hati-hati 3. Terjadi perubahan thermis yang menghasilkan flavour yang tidak diinginkan 4. Dalam aspek kesehatan bahan-bahan yang diiradiasi berkaitan dengan terbentuknya radikal dan senyawa-senyawa yang bersifat racun : hydrogen peroksida H 2 O 2 5. Dapat mengakibatkan mutasi-mutasi dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan : a. Patogen yang ada akan lebih ganas b. Mikrobia yang tidak berbahaya menjadi pathogen c. Ciri-ciri utama hilang sehingga sulit diidentifikasi d. Mikrobia lebih tahan radiasi e. kombinasi (a-d) menyimpang dari biasa I. Standar Umum Codex Untuk Pangan Yang Diiradiasi (Standar Dunia) 1. Ruang lingkup Standar ini berlaku bagi semua pangan yang diolah dengan iradiasi, tidak berlaku bagi pangan yang terkena dosis radiasi dari alat ukur yang digunakan untuk tujuan pemeriksaan. 2. Persyaratan Umum Proses a. Sumber radiasi 176

14 Jenis radiasi pengion berikut dapat digunakan : 1) Sinar gamma dari radionuklida 60 Co atau 137 Cs; 2) Energi yang dihasilkan oleh mesin yang dijalankan pada tingkat energi 5MeV atau kurang; 3) Electron yang dihasilkan oleh mesin yang dijalankan pada tingkat energi 10 MeV atau kurang b. Dosis yang diserap Dosis rata-rata keseluruhan yang diserap pangan yang diiradiasi tidak boleh melebihi 10 kgy. 2,3 c. Fasilitas dan pengawasan proses 1) Pengolahan pangan dengan radiasi harus dilakukan di suatu sarana yang mendapat izin dan terdaftar untuk maksud ini pada badan nasional yang berwenang. 2) Sarana iradiasi harus dirancang agar memenuhi persyaratan keamanan, keefektifan, dan hygiene yang baik pada pengolahan pangan. 3) Sarana iradiasi harus memiliki petugas yang cukup jumlahnya, terlatih, dan cakap. 4) Pengawasan proses dalam sarana iradiasi harus meliputi penyimpanan catatan lengkap, termasuk dosimetri kuantitatif 5) Tempat dan catatan harus boleh diperiksa oleh pejabat nasional yang berwenang. 6) Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan Kode pelaksanaan yang disarankan secara internasional untuk penyelenggaraan sarana iradiasi yang digunakan untuk pengolahan pangan (CAC/RCP , Rev,1). 3. Hygiene pangan yang diiradiasi 177

15 a. Pangan harus memenuhi persyaratan seperti tersebut dalam Kode Pelaksanaan yang Disarankan Secara Internasional Prinsip Umum Hygiene Pangan (lihat CAC/RCP , Rev 1, 1979) dan bila perlu dengan Kode Pelaksanaan Hygiene yang Disarankan Secara Internasioal dari Codex Alimentarius, untuk pangan tertentu. b. Setiap persyaratan nasional mengenai kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan keamanan dari segi mikrobiologi dan kecukupan gizi yang berlaku di Negara yang memperjual belikan pangan tersebut, harus diperhatikan 4. Persyaratan teknologi a. Kondisi untuk radiasi Iradiasi pangan hanya dibenarkan jika memenuhi suatu kebutuhan teknologi atau bila memenuhi tujuan hygiene pangan dan dilarang digunakan sebagai pengganti cara pengolahan yang baik. b. Mutu pangan dan persyaratan pengemasan Dosis yang digunakan harus seimbang dengan tujuan teknologi dan kesehatan yang ingin dicapai dan harus sesuai dengan cara pengolahan radiasi yang baik. Pangan yang akan diiradiasi dan bahan pengemasannya harus bermutu baik, dalam keadaan hygiene yang dapat diterima, dan tepat untuk tujuan ini, dan sebelum serta sesudah iradiasi harus diperlakukan sesuai dengan cara pengolahan yang baik, dengan memperhatikan persyaratan khusus teknologi proses ini. 5. Iradiasi ulang a. Kecuali untuk pangan berkadar air rendah (serealia, kacang-kacangan, pangan yang dikeringkan dan komoditas lain serupa ini) yang diiradiasi dengan tujuan mencegah perusakan ulang oleh serangga, panggan yang 178

16 diiradiasi sesuai dengan pasal 2 dan 4 standar ini tidak boleh diiradiasi ulang. b. Menurut standar ini, suatu pangan tidak dianggap telah diiradiasi ulang bila : (1) pangan dibuat dari bahan yang telah diiradiasi dengan dosis rendah, misalnya + 1kGy, diiradiasi untuk tujuan teknologi lain; (2) pangan yang mengandung bahan yang telah diiradiasi kurang dari 5%, diiradiasi; (3) dosis penuh radiasi pengion yang diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan diberikan lebih dari satu kali, sebagai bagian pengolahan untuk mencapai tujuan teknologi tertentu. c. Dosis rata-rata keseluruhan kumulatif yang diserap sebagai akibat iradiasi ulang, tidak melebihi 10 kgy. 6. Pelabelan a. Pengawasan kemasan Dokumen pengiriman pangan yang diiradiasi, yang dikemas sebelumnya maupun yang tidak, harus mencantumkan informasi yang mencantumkan identitas sarana iradiasi yang melakukan iradiasi, tanggal perlakuan, dan tanda pengenal lot. b. Pangan yang dikemas untuk konsumsi langsung Pelabelan pangan yang diiradiasi dalam kemasan harus sesuai dengan semua ayat yang berkaitan yang disebut di dalam Standar Umum Codex untuk Pelabelan Pangan Terkemas. Pernyataan mengenai iradiasi harus dicantumkan dengan jelas di dalam dokumen pengiriman. 179

17 180

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Iradiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan.

Lebih terperinci

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan Iradiasi makanan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan Indikator Setelah perkuliahan ini,

Lebih terperinci

ILMU TEKNOLOGI PANGAN

ILMU TEKNOLOGI PANGAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Mengolah atau Mengawetkan Pangan Dengan Iradiasi DISUSUN OLEH: KELOMPOK 10 1. Dwi Febri Handayani (NPM: P2.31.31.0.11.009) 2. Isni Rahmawati (NPM: P2.31.31.0.11.019) 3. Vina Irhamna

Lebih terperinci

PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN RADIASI. Firman Jaya

PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN RADIASI. Firman Jaya PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN RADIASI Firman Jaya Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam

Lebih terperinci

IRRADIASI. Topik 10. Dede R Adawiyah DEFINISI IRADIASI. electron) memiliki cukup energi untuk menyebabkan ionisasi. Tujuan Instruksional Khusus:

IRRADIASI. Topik 10. Dede R Adawiyah DEFINISI IRADIASI. electron) memiliki cukup energi untuk menyebabkan ionisasi. Tujuan Instruksional Khusus: IRRADIASI Dede R Adawiyah Topik 10 Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan memahami prinsip dasar proses iradiasi dalam mengawetkan produk pangan, perubahan yang

Lebih terperinci

PENGAWETAN. Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Pengolahan Non Thermal 1. Pengolahan Non Thermal

PENGAWETAN. Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Pengolahan Non Thermal 1. Pengolahan Non Thermal Pengolahan Non Thermal PENGAWETAN Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal Tujuan Pengolahan Pangan Termal Mematikan bakteri patogen & organisme pembusuk Merubah tekstur, warna, rasa Meningkatkan daya

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

IRADIASI PANGAN DAN PEMANASAN DENGAN MICROWAVE

IRADIASI PANGAN DAN PEMANASAN DENGAN MICROWAVE IRADIASI PANGAN DAN PEMANASAN DENGAN MICROWAVE 9.1 Pendahuluan Iradiasi dan pemanasan dengan microwave berbeda dalam mekanisme kerja dan tujuan penggunaan Persamaannya : memanfaatkan energi radiasi menghasilkan

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : 5213412006 Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN Pengawetan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk mencegah atau menghambat fermentasi,

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id PELURUHAN RADIOAKTIF NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id 081556431053 Istilah dalam radioaktivitas Perubahan dari inti atom tak stabil menjadi inti atom yg stabil: disintegrasi/peluruhan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

Teknik pengawetan makanan yang mengandung air

Teknik pengawetan makanan yang mengandung air TBM ke 5 Teknik pengawetan makanan yang mengandung air Secara umum, makanan merupakan bahan yang mudah mengalami proses kerusakan. terutama pada makanan yang diketahui mengandung air cukup tinggi. Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. BAB.19 ATOM ATOM Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. MODEL ATOM J.JTHOMSON ( 1910 ) ERNEST RUTHERFORD ( 1911 )

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk Services 1. Radiation Sources Radiasi gamma dalam energinya dianggap cukup tinggi untuk hanya memecah molekul dan mengionisasi atom, namun tidak cukup tinggi untuk mengubah struktur dari inti atom (menghindari

Lebih terperinci

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN 1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi Fisika Radiasi Materi Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi PENDAHULUAN kecil dan berbeda, sama atom- Perkembanagn Model Atom : * Model Atom Dalton: - Semua materi tersusun dari partikel- partikel yang sangat

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI Stuktur Inti Sebuah inti disusun oleh dua macam partikel yaitu proton dan neutron terikat bersama oleh sebuah gaya inti. Proton adalah sebuah partikel

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 2 Merupakan proses thermal yang menggunakan suhu Blansing: perlakuan pendahuluan pada buah dan sayuran Pasteurisasi dan sterilisasi merupakan proses pengawetan pangan 3 Blansing air panas Blansing uap

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan PENGAWETAN MAKANAN DENGAN SUHU TINGGI DAN SUHU RENDAH Pengertian Pengawetan makanan salah satu cara pengolahan pangan yg sering dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan pangan & menjaga kualitasnya. Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak Firman Jaya OUTLINE PENGERINGAN PENGASAPAN PENGGARAMAN/ CURING PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan mengandung tinggi protein

Lebih terperinci

c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya

c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya C c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya 1. Bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang menjalar dalam vakum dengan kecepatan sebesar 2,998 x 10 8 m per detik dari

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi inti yang terjadi pada proses peluruhan radio

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN A. Kompetensi Dasar: 3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika

Lebih terperinci

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PRTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA Anggra Kumala P, Unggul P. Juswono, Chomsin S. Widodo Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya Email: anggrakumala@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP.

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP. ENERGI www.funtutor.co.id PENGERTIAN ENERGI Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan suatu perubahan. Kendaraan bermotor tidak akan berjalan tanpa ada bahan bakar Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA IKAN KERING DAN IKAN ASIN KERING

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA IKAN KERING DAN IKAN ASIN KERING CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA IKAN KERING DAN IKAN ASIN KERING DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK PENGENDALIAN MIKROFLORA PADA IKAN, PAHA KODOK DAN UDANG

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK PENGENDALIAN MIKROFLORA PADA IKAN, PAHA KODOK DAN UDANG CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK PENGENDALIAN MIKROFLORA PADA IKAN, PAHA KODOK DAN UDANG DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang No.185, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5728). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada:

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada: Baking and roasting Pembakaran dan memanggang pada dasarnya operasi dua unit yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah kualitas makanan. pembakaran biasanya diaplikasikan pada

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas. Sebagai sebuah gejala gelombang, gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Pengalengan nasi beserta lauk telah dilakukan di Filipina. Di Filipina nasi dan sosis babi kaleng diproduksi untuk kebutuhan anggota militer saat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

Pengolahan dengan Suhu Tinggi

Pengolahan dengan Suhu Tinggi Program Studi Teknologi Pangan Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST FTP 200 Pengantar Teknologi Pertanian Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2 TEKNOLOGI HASIL TERNAK Kuliah ke 2 METODE PRESERVASI DAGING, SUSU DAN TELUR 1. Penggunaan panas atau PROSES TERMAL (THERMAL PROCESSING) 2. Penurunan suhu atau PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN (COOLING AND FREEZING)

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

MODUL PENGOLAHAN MAKANAN

MODUL PENGOLAHAN MAKANAN 27 MODUL 3 PENGOLAHAN MAKANAN Pendahuluan Di setiap bagian dunia manusia senantiasa berjuang melawan kerusakan pangan akibat perusakan oleh serangga, pencemaran dan pembusukan. Berapa banyak pangan yang

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN/ATAU MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAGING DAN UNGGAS YANG TERKEMAS

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN/ATAU MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAGING DAN UNGGAS YANG TERKEMAS CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN DAN/ATAU MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAGING DAN UNGGAS YANG TERKEMAS DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI BAB III BESARAN DOSIS RADIASI Yang dimaksud dengan dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara bahari dengan wilayah lautnya mencakup tiga per empat luas Indonesia atau 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan

Lebih terperinci

Pengawetan bahan pangan

Pengawetan bahan pangan Pengawetan bahan pangan SMA Negeri 5 Mataram Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. Prinsip pengawetan pangan Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan Mencegah kerusakan yang

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci