PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM. Bab.I Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM. Bab.I Pendahuluan"

Transkripsi

1 Bab.I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang EHRA (Environmental Health Risk Assesment) atau Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan merupakan pengamatan tentang perilaku rumah tangga dalam penggunaan sarana sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Sarana sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air (air minum dan kelangkaan air), layanan pembuangan sampah, jamban, layanan pembuangan limbah, kondisi jalan dan drainase. Pada aspek perilaku, dipelajari hal-hal yang terkait dengan hieginitas dan sanitasi seperti perilaku cuci tangan pakai sabun, pengelolaan sampah, buang air besar dan pembuangan kotoran anak, cara mendapatkan informasi serta pengalaman banjir. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di kabupaten/kota sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK). Kabupaten Karangasem sudah pernah melakukan studi EHRA pada Tahun 2011 dengan area studi mencakup 16 desa/kelurahan. Tahun 2014, Studi EHRA dilakukan kembali untuk mendukung penyusunan Pemuktahiran Strategi Sanitasi Kabupaten Karangasem. Studi EHRA yang dilakukan Tahun 2014 ini mengambil sample 39 desa/kelurahan pada 8 wilayah kecamatan di Kabupaten Karangasem 1.2.Tujuan dan Manfaat Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer untuk mengetahui: 1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan; 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan; 3. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. Manfaat dilakukannya studi EHRA yaitu sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) atau Dokumen Pemuktahiran Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota. 1

2 1.3.Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Pelaksanaan Studi EHRA dibagi menjadi 5 kegiatan yaitu: 1. Persiapan Studi/Studi EHRA 2. Penentuan Area Studi 3. Pelatihan Supervisor, Enumerator dan Petugas Entri Data 4. Pelaksanaan Studi EHRA 5. Pengolahan, Analisis Data dan Penulisan Laporan. Pelaksanaan survey EHRA dimulai bulan September S/D Oktober 2014, setelah sebelumnya dilakukan pelatihan terhadap tenaga enumerator selama 1 hari. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Karangasem. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Karangasem dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Pelaksanaan Studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan sebagai responden, karena ibu rumah tangga yang paling memahami kondisi sanitasi dalam lingkungan rumahnya. Dalam pengumpulan data EHRA, menggunakan tenaga kader atau staff di Kelurahan/Kedesaan sebagai tenaga enumeratornya. Penggunaan tenaga Kader atau staff desa umumnya memahami wilayah kelurahan/desa sehingga mempermudah mencari rumah yang dipilih secara acak, disamping itu staff kedesaan juga sudah terbiasa melakukan survey (wawancara) sehingga tidak sulit dalam pelaksanaan survey di lapangan.. 2

3 Bab.II Metodologi dan Langkah Studi EHRA 2.1. Penentuan Kebijakan Sample Pokja Sanitasi Kabupaten Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area studi. Dalam menetapkan desa/kelurahan sebagai area studi EHRA, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Karangasem mengambil kebijakan berdasarkan kemampuan anggaran pokja sanitasi dan waktu yang tersedia yaitu dengan mengambil sebagian dari desa/kelurahan karena dana yang tersedia dan waktu pelaksanaan terbatas dan jumlah desa/kelurahan cukup banyak yaitu 78 desa/kelurahan. Area studi yang diambil yaitu sebanyak 39 desa/kelurahan sehingga jumlah responden menjadi responden/sampel Penentuan Strata Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Area Studi dalam populasi mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang sangat variatif (heterogen); agar keanekaragaman karakteristik tersebut bermakna bagi analisa studinya dan agar tidak terambil hanya dari kelompok tertentu saja maka kepada desa/kelurahan area studi harus dilakukan stratifikasi terlebih dulu sebelum diambil sampelnya secara random (Stratified Random Sampling). Stratifikasi Desa/Kelurahan dalam studi EHRA dimaksudkan untuk mengklasifikasikan desa/kelurahan sesuai dengan strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan dari faktor geografi dan demografi. Penetapan Strata dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib digunakan oleh semua Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam melakukan studi EHRA. Kriteria tersebut yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai/saluran drainase/saluran irigasi, dan daerah terkena banjir/genangan. Cara melakukan stratifikasi desa/kelurahan yaitu: bila data dalam satu desa/kelurahan tidak terdapat 4 (empat) kriteria utama stratifikasi maka desa/kelurahan tersebut termasuk strata 0 (nol); 3

4 bila data dalam satu desa/kelurahan terdapat 1 (satu) kriteria utama stratifikasi maka desa/kelurahan tersebut termasuk strata 1 (satu); bila data dalam satu desa/kelurahan terdapat 2 (dua) kriteria utama stratifikasi maka desa/kelurahan tersebut termasuk strata 2 (dua); bila data dalam satu desa/kelurahan terdapat 3 (tiga) kriteria utama stratifikasi maka desa/kelurahan tersebut termasuk strata 3 (tiga); bila data dalam satu desa/kelurahan terdapat 4 (empat) kriteria utama stratifikasi maka desa/kelurahan tersebut termasuk strata 4 (empat). Tabel berikut merupakan hasil stratifikasi Desa/Kelurahan di tiap Kecamatan. Tabel 2.1 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Karangasem No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Bugbug Pertima Subagan Padangkerta Karangasem Tumbu Tegallinggah Bukit Seraya Barat Seraya Seraya Timur Sumber: Hasil Perhitungan, 2015 Tabel 2.2 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Bebandem No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Sibetan Bebandem Bungaya Bungaya Kangin Budakeling Bhuana Giri Jungutan Macang Sumber: Hasil Perhitungan,

5 Tabel 2.3 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Selat No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Muncan Peringsari Selat Duda Duda Timur Duda Utara Sebudi Amerta Bhuana Sumber: Hasil Perhitungan, 2015 Tabel 2.4 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Sidemen No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Tangkup Talibeng Telaga Tawang Sidemen Sinduwati Sangkan Gunung Loka Sari Kerta Buana Tri Eka Buana Wisma Kerta Sumber: Hasil Perhitungan, 2015 Tabel 2.5 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Rendang No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Pesaban Nongan Rendang Menanga Besakih Pempatan Sumber: Hasil Perhitungan,

6 Tabel 2.6 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Manggis No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Antiga Gegelang Padangbai Ulakan Manggis Selumbung Ngis Nyuh Tebel Tenganan Antiga Kelod Sengkidu Pesedahan Sumber: Hasil Perhitungan, 2015 Tabel 2.7 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Abang No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Ababi Tiyingtali Abang Pidpid Nawakerti Kesimpar Tista Kerta Mandala Culik Datah Labasari Purwakerti Bunutan Giri Mas Sumber: Hasil Perhitungan,

7 Tabel 2.8 Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Kubu No. KEC/ Desa/Kel. kriteria Strata Desa/Kelurahan Padat Miskin DAS Banjir Strata Desa/Kelurahan 1 Ban Dukuh Tulamben Kubu Baturinggit Sukadana Tianyar Tianyar Tengah Tianyar Barat Sumber: Hasil Perhitungan, 2015 Hasil stratifikasi desa/kelurahan yang dilakukan di Kabupaten Karangasem dari 78 Desa/Kelurahan menghasilkan 4 jenis strata yaitu Strata 1 sebanyak 6 desa, strata 2 sebanyak 26 desa/kelurahan, strata 3 sebanyak 35 desa/kelurahan, dan strata 4 sebanyak 11 desa/kelurahan di Kabupaten Karangasem 2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi Proses pemilihan Desa/Kelurahan sebagai target area studi, pada dasarnya dilakukan dengan teknik random atau acak dimana semua Desa/Kelurahan mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan Desa/Kelurahan Target Area Studi EHRA. Dalam menentukan jumlah desa/kelurahan target area studi, maka Pokja Sanitasi menentukan berdasarkan kemampuan dari anggaran Pokja Sanitasi yaitu sebanyak 40 desa/kelurahan. Sehingga jumlah desa/kelurahan yang diambil sebagai area studi EHRA yaitu 40 desa/kelurahan, dimana dari 4 strata yang dihasilkan dari proses stratifikasi akan diambil secara acak setiap strata. Perhitungan jumlah desa target area studi tiap strata didasarkan atas proporsi desa/kelurahan dengan komposisi strata desa/kelurahan hasil stratifikasi. Hasil perhitungan jumlah desa target area studi tiap strata yang dilakukan di Kabupaten Karangasem di ambil 50 % dari jumlah desa yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat 6 desa Strata 1 dari total 78 desa/kelurahan di Kabupaten Karangasem sehingga persentase dari strata 1 yaitu 7,69%, maka jumlah desa/kelurahan 7

8 yang akan diambil dari Strata 1 yaitu 7,69% dari 39 target area studi yaitu 3 desa/kelurahan. 2. Terdapat 26 desa Strata 2 dari total 78 desa/kelurahan di Kabupaten Karangasem sehingga persentase dari strata 2 yaitu 33,33%, maka jumlah desa/kelurahan yang akan diambil dari Strata 2 yaitu 33,33% dari 39 target area studi yaitu 13 desa/kelurahan. 3. Terdapat 35 desa Strata 3 dari total 78 desa/kelurahan di Kabupaten Karangasem sehingga persentase dari strata 3 yaitu 44,87%, maka jumlah desa/kelurahan yang akan diambil dari Strata 3 yaitu 44,87% dari 39 target area studi yaitu 17 desa/kelurahan. 4. Terdapat 11 desa Strata 4 dari total 78 desa/kelurahan di Kabupaten Karangasem sehingga persentase dari strata 4 yaitu 14,10%, maka jumlah desa/kelurahan yang akan diambil dari Strata 3 yaitu 14,10% dari 39 target area studi yaitu 6 desa/kelurahan. Untuk strata 0 tidak ada di Kabupaten Karangasem sehingga tidak ada area studi pada strata tersebut. Setelah dihitung jumlah desa target area studi setiap strata, maka dilanjutkan dengan pemilihan desa target area studi secara random dengan range pengambilan area studi tiap strata menggunakan interval 4 sampai tercapai jumlah desa target area studi sesuai perhitungan jumlah desa target area studi di setiap stratanya. Strata Desa/Kel Jumlah dan Persentase Desa tiap Strata Tabel 2.10 Penentuan Area Studi Jumlah desa yang diambil sebagai Desa target area studi Jumlah % Jumlah % Strata 0 0 0,00 0 0,00 Range Pengambilan Area Studi Strata 1 6 7, Strata , Strata , Strata , Jumlah , ,00 Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun

9 2.4. Penentuan RT dan responden di lokasi di Area Studi Di wilayah Kabupaten Karangasem, untuk Rukun Tetangga (RT) dipakai Banjar/Dusun untuk Desa sedangkan untuk Kelurahan dipakai Lingkungan. Banjar/Dusun/Lingkungan dan Rumah Responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini bertujuan agar seluruh Banjar/Dusun/Lingkungan memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai Banjar/Dusun/Lingkungan Area Studi dan rumah di Banjar/Dusun/Lingkungan Area Studi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel. Artinya, penentuan Banjar/Dusun/Lingkungan & rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri. Masing-masing desa/kelurahan terdiri atas beberapa Banjar/Dusun/Lingkungan antara 5 sampai 10 dusun/banjar dan masing-masing dipilih secara acak dan merata sehingga semua wilayah dusun/banjar/lingkungan menjadi sampel area studi. Penentuan responden juga dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Kepala Desa atau Lurah setempat. Ukuran populasi sebesar rumah tangga, CL (Confidence Level) sebesar 95%, Cl (Confience Interval) sebesar 3,5% didapat ukuran sampel sebesar 568/1247 rumah tangga. Area studi mencakup 8 Kecamatan dan 78 Desa/Kelurahan yaitu Kecamatan Karangasem mencakup 11 Desa/Kelurahan, Kecamatan Bebandem mencakup 8 Desa, Kecamatan Selat mencakup 8 Desa dan Kecamatan Sidemen mencakup 10 Desa, Kecamatan Rendang mencakup 6 desa, Kecamatan Manggis mencakup 12 desa, Kecamatan Abang mencakup 14 desa, dan Kecamatan Kubu mencakup 9 desa. Rumah tangga diambil secara acak (random) dimana setiap Kelurahan/Desa diambil 50 rumah tangga. Untuk menentukan rumah tangga yang dipilih maka sebelumnya dilakukan pertemuan dan koordinasi dengan Kepala Desa/Lurah yang Desa/Kelurahannya masuk dalam Studi EHRA. Selanjutnya Kepala Desa/Lurah yang merekomendasikan petugas untuk melakukan survey study EHRA. Rumah tangga merupakan unit analisis dalam EHRA, sementara yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota keluarga dengan umur di atas 17 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu menit. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh enumerator sehingga responden memahami betul hak-haknya dan wajib memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. 9

10 2.5. Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta wilayah Tugasnya Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA. Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah kader atau staff desa yang dipilih dan disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Karangasem. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup pengantar Program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman), pengantar dan pemahaman tentang instrumen EHRA, dasar-dasar wawancara dan pengamatan, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrumen. Hal-hal yang perlu diperhatikan seorang enumerator pada saat melakukan wawancara antara lain: a. Memperkenalkan dirinya dengan sopan b. Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat studi c. Meminta izin untuk wawancara d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa memberikan jawaban e. Menunggu responden untuk menjawab tanpa memberikan jawaban sendiri f. Mengetahui kapan harus membacakan pilihan untuk pertanyaan dengan pilihan jawaban kode angka (pilihan tunggal) dan ketika catatan hanya satu jawaban. g. Mengetahui kapan harus membacakan jawaban dan kapan tidak (bila kalimat tercetak tebal dan bila kalimat tercetak normal). h. Memeriksa apakah semua jawaban dalam kuesioner telah lengkap sesuai dengan alur logika pengisian kuesioner. Tenaga supervisor yang digunakan dalam pelaksanaan Studi EHRA menggunakan tenaga tim pokja sanitasi, dengan perincian tiap supervisor mengkoordinasikan 3 desa/kelurahan. Tugas utama Supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan studi adalah: a. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan b. Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten/Kota c. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator d. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan e. Melakukan pengecekan/ pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator f. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden g. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada Koordinator kecamatan. 10

11 Bab.III Hasil Studi EHRA 3.1.Informasi Responden Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Jumlah responden Studi EHRA sebanyak responden yang tersebar di 8 kecamatan dengan sebaran yaitu sebanyak 120 responden pada strata 1, sebanyak 520 responden pada strata 2,sebanyak 680 responden pada strata 3 dan sebanyak 240 responden pada strata 4 Informasi responden berkaitan dengan identitas responden seperti umur, status rumah, pendidikan, informasi mengenai surat keterangan tidak mampu (SKTM), kartu asuransi kesehatan bagi keluarga miskin, kepemilikan anak dan jumlah anak yang tinggal dalam 1 rumah. Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia tahun. Batas usia, khususnya batas-batas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (65 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 60 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah kepala keluarga dan anggota keluarga diatas umur 17 tahun. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batasatas (60 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 60 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Responden yang terpilih untuk studi EHRA di Kabupaten Karangasem, rata-rata memiliki umur 18 sampai dengan 65 tahun. Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu 11

12 yang berusia lebih dari 45 tahun sekitar 36,30% dari total responden. Sekitar 14,60% berada di usia tahun, 18,40% pada usia tahun. Sementara, mereka yang berada di rentang tahun mencakup sekitar 14,70%,pada rentang tahun mencakup sekitar 11,60%. Proporsi yang paling kecil adalah yang berusia paling muda, yakni pada rentang umur kurang dari atau sama dengan rentang umur tahun dan 20 tahun yaitu masing-masing yaitu sebanyak 3,90% dan 0,60%. Kepemilikan rumah dapat dikaitkan dengan potensi rasa memiliki (sense of ownership) pada lingkungan rumahnya. Mereka yang memiliki rumah yang dihuninya cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih besar. Karenanya, secara hipotetif untuk Kabupaten Karangasem dapat disimpulkan kebanyakan rumah tangga cenderung memiliki potensi rasa memiliki terhadap lingkungannya yang cukup besar. Hal ini terlihat dari fakta bahwa rumah yang dimiliki oleh penghuninya jauh lebih besar (1047 rumah tangga) dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki rumah yang ditempatinya. Terkait dengan status rumah yang ditempati responden, survey EHRA menjumpai sebagian besar atau sekitar 84,00% dari total populasi menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki sendiri. Hanya sekitar 11,90% yang melaporkan rumahnya adalah rumah milik orang tua. Sedangkan sisanya yaitu sekitar 2,80% berbagi dengan keluarga lain, sekitar 0,50% dan 0,20% menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah sewa dan kontrak. Hanya sekitar 0,30% responden yang memilih pilihan lainnya. Latar belakang pendidikan responden dapat dikaitkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dalam menjaga kesehatan dan lingkungan. Mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dapat diasumsikan memiliki pengetahuan yang luas terkait kesehatan lingkungan. Terkait dengan latar belakang pendidikan responden, Studi EHRA menunjukkan sebagian besar latar belakang pendidikan responden yaitu lulusan SD sebanyak 41,10% dan sebagian kecil sebesar 4,0% memiliki latar belakang pendidikan SMK dan Universitas/Akademi (2,30%). Sisanya sekitar 13,60% memiliki latar belakang pendidikan SMP dan sekitar 17,80% memiliki latar belakang pendidikan SMA. Kepemilikan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) berkaitan dengan kondisi perekonomian responden. SKTM atau sejenisnya adalah semua surat keterangan yang dikeluarkan oleh Desa/Kelurahan/Setingkat yang menyatakan bahwa responden atau satu KK responden termasuk dalam kategori keluarga tidak mampu. Dilihat dari kepemilikan surat keterangan tidak mampu (SKTM), maka sebagian besar responden tidak memiliki surat tersebut (64,00%) dan sisanya sebanyak 36,00% responden memiliki SKTM. 12

13 Kartu Jamkesda adalah semua jenis Kartu atau Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota/Provinsi) yang menyatakan bahwa nama pemilik kartu atau pemilik surat keterangan beserta keluarganya dijamin akan mendapatkan pengobatan sampai dengan tingkat pelayanan tertentu dari Pemerintah Daerah bila sakit. Dikaitkan dengan kepemilikan kartu asuransi kesehatan maka sebanyak 72,00% tidak memiliki dan sisanya sebanyak 28,00% memiliki kartu asuransi kesehatan. Studi EHRA juga mengidentifikasi keberadaan anak dan balita di sebuah rumah tangga. Keberadaan balita menjadi penting sebab dibandingkan kelompok lain, balita adalah segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan sanitasi. Karena itu, sebaran balita dapat memberi gambaran tentang kerentanan wilayah tertentu. Dari studi EHRA dijumpai bahwa sebagian besar responden atau sebesar 87,20% memiliki anak dan sisanya 12,80% tidak memiliki anak. Dari sisi persentase anak laki-laki yang tinggal di rumah, sebagian besar responden menjawab tidak memiliki anak (kode 0) yang berusia kurang dari 2 tahun dengan persentase 94,90% dari total responden. Untuk variabel berikutnya sebagian besar responden menjawab tidak memiliki anak yang berusia 2-5 tahun dengan persentase 86,50%. Sementara itu mengenai anak umur 6-12 tahun, sebagian besar responden menjawab tidak memiliki anak dengan persentase 74,90%. Sedangkan untuk variabel anak usia lebih dari 12 tahun sebagian besar responden menjawab tidak memiliki anak dengan persentase 54,10%. Jika dilihat dari total keselurahan anak laki-laki yang tinggal di rumah maka persentase tertinggi pada responden yang menjawab memiliki anak 1 (kode 1,00) dengan persentase 45,20%, kemudian responden yang menjawab tidak memiliki anak (kode 0,00) dengan persentase 26,60%, sedangkan responden yang memiliki anak 2 (kode 2,00) dengan persentase 20,00%, responden yang menjawab memiliki anak 3 (kode 3,00) dengan persentase 5,20%, responden yang memiliki anak 4 (kode 4,00) dengan prosentase 2,10% serta responden yang menjawab memiliki anak 5 dan 6 (kode 5,00 dan 6,00) dengan nilai masing masing yaitu 0,60% dan 0,20%.. Berdasarkan jumlah anak perempuan yang tinggal di rumah diperoleh data sebagai berikut yaitu sebagian responden menjawab tidak memiliki anak (kode 0) untuk umur kurang dari 2 tahun dengan persentase 96,90%. Kemudian umur 2-5 tahun, sebagian responden menjawab tidak memiliki anak dengan persentase 89,40%. Sementara untuk anak umur 6-12 tahun sebagian responden menjawab tidak memiliki anak dengan persentase 79,50%. Sedangkan usia lebih dari 12 tahun sebagian responden menjawab tidak memiliki anak dengan persentase 63,00%. Secara keseluruhan persentase anak 13

14 perempuan yang tinggal di rumah maka persentase tertinggi pada responden yang menjawab tidak memiliki anak 0 (kode 1,00) dengan nilai 42,70%, kemudian responden yang menjawab memiliki anak 1 (kode 1,00) dengan nilai 36,30%, sedangkan responden yang menjawab memiliki anak 2 (kode 2,00) dengan nilai 14,00%, untuk responden yang menjawab memiliki anak 3 (kode 3,00) dengan nilai 5,10%, sementara responden yang menjawab memiliki anak 4 (kode 4,00) dengan nilai 1,70% serta responden yang menjawab memiliki anak 5 dan 6 (kode 5,00 dan 6,00) dengan nilai masing masing yaitu 0,20% dan 0,10%. Jika dilihat dari persentase keseluruhan anak yang tinggal di rumah maka diperoleh data yaitu persentase tertinggi pada responden yang menjawab memiliki anak 2 dengan nilai 34,30%, kemudian persentase responden yang menjawab memiliki anak 1 dengan nilai 23,60%, persentase responden yang menjawab memiliki anak 3 dengan nilai 14,90%, persentase responden yang menjawab tidak memiliki anak dengan nilai 14,20%, persentase responden yang menjawab memiliki anak 4 dengan nilai 5,50%, persentase responden yang menjawab memiliki anak 5 dengan nilai 4,30% dan persentase responden yang menjawab memiliki anak 6 dengan nilai 1,80%. Tabel 3.1Informasi Responden Strata Desa/Kelurahan Total Kelompok Umur Responden B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini? B3. Apa pendidikan terakhir anda? n % n % n % n % n % n % <= 20 tahun 0,0 1,8 2,5 4,7 0,0 7, tahun 1 2,7 8 6,3 9 2,3 28 4,9 2 2,2 48 3, tahun 5 13, ,8 30 7, ,1 2 2, , tahun 3 8, , , ,1 8 8, , tahun 8 21, , , , , , tahun 2 5, , , , , ,6 > 45 tahun 18 48, , , , , ,3 Milik sendiri , , , , , ,0 Rumah dinas 0,0 0,0 2,5 1,2 1 1,1 4,3 Berbagi dengan keluarga lain 0,0 1,8 31 7,5 3,5 0,0 35 2,8 Sewa 0,0 4 3,1 2,5 0,0 0,0 6,5 Kontrak 0,0 0,0 2,5 0,0 0,0 2,2 Milik orang tua 0, , ,0 29 5,1 0, ,9 Lainnya 0,0 0,0 0,0 4,7 0,0 4,3 Tidak sekolah formal 8 21, , , , , ,7 SD 18 47, , , , , ,1 SMP 6 15, , , ,8 5 5, ,6 SMA 6 15, , , ,5 5 5, ,8 14

15 SMK 0,0 0,0 2,5 3,5 0,0 5,4 Universitas/Akad emi 0,0 0,0 14 3,4 15 2,6 0,0 29 2,3 B4. Apakah ibu mmpunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya 8 21, , , , , ,0 Tidak 30 78, , , , , ,0 B5. Apakah ibu punya Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Ya 6 15, , , , , ,0 Tidak 32 84, , , , , ,0 B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 32 84, , , , , ,2 5 Tidak 6 15, ,2 31 7, , , , Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dalam subsektor persampahan, EHRA mempelajari sejumlah hal pokok, yakni: kondisi sampah di lingkungan rumah, cara pengelolaan sampah rumah tangga, praktek pemilahan sampah, ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah, penggunaan wadah sampah sementara di rumah serta praktek daur ulang dan penggunaan kembali. Kondisi sampah di lingkungan tempat tinggal responden menggambarkan kebersihan rumah tangga dan lingkungannya dari keberadaan sampah. Hampir sebagian besar kondisi sampah di lingkungan tempat tinggal responden yaitu bersih dan sedikit sampah. Beberapa responden menjawab bahwa kondisi sampah di lingkungan tempat tinggalnya yaitu banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan (37,90%), banyak nyamuk (24,10%), banyak lalat di sekitar tumpukan sampah (16,60%), banyak tikus berkeliaran (16,30%), lainnya (11,40%),, banyak kucing dan anjing mendatangi tumpukan sampah (10,90%), ada anak-anak yang bermain di sekitarnya (10,40%), terdapat bau busuk yang menganggu (9,80%)dan menyumbat saluran drainase (8,70%). Cara utama pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 10 (sepuluh) opsi jawaban. Sepuluh opsi itu dikategorikan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu penerima layanan sampah dan non penerima layanan sampah. Sebagian besar responden menjawab bahwa cara pengelolaan sampah dengan cara membuang sampah dengan dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 49,40%, terbanyak terdapat pada Strata 3 dan Strata 4 yaitu masing-masing sebesar 51,50 % dan 64,50% dan terkecil 15

16 terdapat pada Strata 1 sebesar 37,20%. Kelompok kedua yang cukup besar adalah mereka yang cara pengelolaan sampah dengan cara dibakar sebesar 31,9%, terbanyak terdapat di Strata 1 sebesar 57,00%, Strata 3 dan Strata 4 masing-masing sebesar 30,10% dan dan sebagian kecil tedapat pada Strata 2 sebesar 26,60%. Sementara kelompok yang mengelola sampah dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 11,30% yang tersebar pada Strata 2 sebesar 18,40%, Strata 3 sebesar 9,50%, strata 1 sebesar 4,10% dan strata 4 sebesar 3,20%. Sedangkan kelompok yang membuang sampah ke sungai/kali/laut/danau sebesar 4,10% yaitu tersebar pada pada strata 3 sebanyak 5,10%; pada strata 2 sebanyak 4,80% dan strata 1 sebanyak 1,70% pada. Kelompok yang sampahnya dibuang ke lubang dan ditutup dengan tanah sebesar 1,30%, kelompok membuang sampahnya ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 0,60%,kelompok yang sampahnya dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebesar 0,60%, sampah dibiarkan saja sampai membusuk sebesar 0,20%, lain-lain dan tidak tahu masing-masing sebesar 0,20% dan 0,30%. Jika dilihat dalam 2 kategori bahwa kelompok penerima layanan sampah sebesar 11,80% tersebar pada Strata 2 sebesar 18,80%, strata 3 sebesar 10,40%,strata 1 dan strata 4 masing-masing sebesar 4,10 % dan 3,20%. Sedangkan kelompok non penerima layanan sampah sebesar 88,20% dimana tersebar di Strata4 sebesar 96,80%, strata 1 sebesar 95,90%, Strata 3 sebesar 89,60% dan Strata 2 sebesar 81,20%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah di Kabupaten Karangasem Tahun

17 Seperti diketahui secara luas, rumah tangga sebetulnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup populer adalah dengan melakukan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah sampah-sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA di Kabupaten Karangasem mencoba mengetahui praktek pemilahan di rumah tangga. Dari EHRA diperoleh gambaran bahwa sebagian besar rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah yaitu sebesar 75,80%, yang tersebar 94,40% pada strata 4, 61,50% pada strata 1 dan 59,00% pada strata 2. Sementara sisanya sekitar 24,10% sudah melakukan pemilahan sampah dimana sebagian besar terdapat pada strata 2 sebesar 41,00%, strata 1 sebesar 38,50%, strata 3 sebesar 10,30% dan strata 4 sebesar 5,60%. Dari proporsi yang melakukan pemilahan sampah, sekitar 37,50% melakukan pemilahan sampah besi/logam, 33,30 % melakukan pemilahan sampah plastik. Sementara sekitar 28,60% melakukan pemilahan sampah yang terbuat dari bahan organik atau sampah basah dan sampah yang terbuat dari gelas/kaca, dan sekitar 14,30% melakukan pemilahan sampah dari kertas. Masih sedikitnya rumah tangga di Kabupaten Karangasem yang berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga juga tertangkap selama pengamatan di rumah. Hanya sekitar 3,20% rumah tangga di Kabupaten Karangasem yang diamati tengah membuat kompos dari sampah basahnya dan 80,50% kompos tersebut sudah dimanfaatkan untuk pupuk tanaman hias dan pupuk tanaman buah masing-masing sebesar 57,60% dan 51,50%. Dengan kata lain, mayoritas rumah tangga (96,80%) di Kabupaten Karangasem masih membuang sampah rumah tangga begitu saja tanpa mempertimbangkan potensi-potensi ekonomi dengan memanfaatkan kembali sampah, misalnya sebagai bahan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Lebih jelasnya perilaku praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten Buleleng per strata dapat dilihat pada Gambar

18 Gambar 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga di Kabupaten Karangasem Tahun 2015 Jika dilihat dari wadah/tempat yang dipakai untuk mengumpulkan sampah di dapur maka secara umum, rumah tangga yang mewadahi sampahnya dengan keranjang sampah sampah terbuka merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 49,60%, tidak ada 26,00%, disusul dengan penggunaan kantong plastik terbuka sebesar 17,00%. Sisanya sebesar 14,00% menggunakan keranjang sampah tertutup, kantong plastik tertutup10,00% menggunakan wadah dari, lainnya sebesar 5,50%. Identifikasi area beresiko persampahan dikaitkan dengan 2 (dua) kategori besar pengelolaan sampah yaitu penerima layanan sampah dan non penerima layanan sampah. Variabel yang ditetapkan dalam penentuan area beresiko persampahan yaitu pengelolaan sampah, frekuensi pengangkutan sampah, ketepatan waktu pengangkutan sampah dan pengolahan sampah setempat. Dilihat dari pengelolaan sampah sebagian besar termasuk dalam kategori tidak memadai (88,20%) dimana sebanyak 96,80% berada pada Strata 4; 95,90% pada strata 1, 89,60% pada strata 3 dan 81,20% pada strata 2. Sisanya hanya sebesar 11,80% termasuk kategori memadai dimana tersebar pada strata 1 sebesar 4,10%, strata 2 sebesar 18,80%, strata 3 sebesar 10,40% dan 3,20% pada strata 4. Bagi yang mendapatkan layanan, maka frekuensi pengangkutan yang paling umum diterima adalah beberapa kali dalam seminggu (44,40%) dan setiap hari (22,20%). Sekitar 22,20% rumah tangga melaporkan sampahnya tidak pernah diangkut oleh petugas. Sehingga termasuk dalam kategori memadai sebesar 66,70% yang tersebar pada strata 2 18

19 dan 3 masing-masing sebesar 66,70%. Sedangkan yang termasuk kategori tidak memadai sebesar 33,30% hanya terdapat pada strata 2 dan 3 masing-masing sebesar 33,30%. Bila rumah tangga diminta menilai ketepatan waktu pengangkutan sampah, maka kebanyakan menilainya cukup positif. Sekitar 55,60% menilai layanan yang mereka terima selalu tepat waktu, yang tersebar hanya pada strata 2 sebesar 66,70 %, strata 3 sebesar 50,00%. Sementara, proporsi rumah tangga yang melaporkan merasa puas dengan layanan pengangkutan sampah yang mereka terima terlihat cukup banyak. Sekitar 55,60% dari total rumah tangga menilai layanan pengangkutan sampah yang mereka terima dalam kategori tidak tepat waktu sebesar 55,60%, dan sisanya termasuk dalam kategori tidak tepat waktu yaitu sebesar 44,40% yang tersebar pada strata 2 dan strata3 masing-masing sebesar 33,30 % dan 50,00%. Jika dilhat dari pengolahan sampah setempat maka sebesar 82,70% termasuk dalam kategori tidak melakukan pengolahan sampah yang tersebar pada strata 1 sebesar 76,60%, strata 2 sebesar 69,00%, strata 3 sebesar 91,10% dan strata 4 sebesar 94,60%. Sedangkan yang melakukan pengolahan sampah sebesar 17,30% yang tersebar pada strata 1 sebesar 23,40%, strata 2 sebesar 31,00%,strata 3 sebesar 8,90% dan strata 4 sebesar 5,40%. Lebih jelasnya area beresiko persampahan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Area beresiko Persampahan berdasarkan Hasil Studi EHRA Strata Desa/Kelurahan Variabel Kategori Pengelolaan sampah Frekuensi pengangkutan sampah Ketepatan waktu pengangkutan sampah Pengolahan sampah setempat Total n % n % n % n % n % Tidak , , , , ,2 memadai Ya, 5 4, , ,4 3 3, ,8 memadai Tidak 0 0,0 1 33,3 2 33,3 0 0,0 3 33,3 memadai Ya, 0 0,0 2 66,7 4 66,7 0 0,0 6 66,7 memadai Tidak tepat 0 0,0 1 33,3 3 50,0 0 0,0 4 44,4 waktu Ya, tepat 0 0,0 2 66,7 3 50,0 0 0,0 5 55,6 waktu Tidak 98 76, , , , ,7 diolah Ya, diolah 30 23, ,0 51 8,9 5 5, ,3 Sumber: Hasil Studi EHRA,

20 3.3. Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja Dalam subsektor air limbah, EHRA mempelajari sejumlah hal pokok, yakni: keberadaan jamban, saluran akhir pembuangan tinja, kualitas tangki septik yang dimiliki, praktek pembuangan kotoran anak balita di rumah responden yang di rumahnya ada balita dan jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah. Untuk jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 5 opsi, yakni kloset jongkok leher angsa, kloset duduk leher angsa, plengsengan, cemplung dan tidak punya kloset. Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/wc yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/fasilitas yang diamati oleh tenaga enumerator, misalnya tipe jamban/wc, ketersediaan air, sabun, terlihat atau tidaknya jentik nyamuk dalam bak air/ember serta saluran pembuangan dari kloset. Tenaga enumerator yang berpartisipasi dalam EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah lantai dan dinding jamban/wc bebas dari tinja, bekas tisu yang ada tinja atau bekas pembalut? Selain itu, tenaga enumerator juga mengamati apakah ada kecoa atau lalat beterbangan di jamban di sekitar jamban serta mengamati keberadaan alat penyiram/gayung di sekitar jamban. Survey EHRA melaporkan bahwa prosentase tempat buang air besar (BAB) di Kabupaten Karangasem yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga adalah jamban pribadi, proporsinya adalah sekitar 66,30%, dengan tipe kloset jongkok leher angsa yang paling banyak dimiliki responden (65,70%). Sementara fasilitas BAB lainnya yang digunakan responden yaitu MCK/WC Umum sebesar 3,80%, WC Helikopter sebesar 0,5%, ke sungai/pantai/laut sebesar 7,30%, ke kebun/pekarangan sebesar 20,90%, ke selokan/parit/got sebesar 4,80%, ke lubang galian sebesar 0,60%, lainnya sebesar 3,00% dan tidak tahu sebesar 0,8%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

21 Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar Terkait dengan tempat penyaluran buangan akhir tinja, dari hasil wawancara diperoleh sekitar 998 rumah tangga atau sebesar 46,30% di Kabupaten Karangasem yang melaporakan menggunakan tangki septik. Sisanya sebesar 0,5% melaporkan saluran pembuangan akhir tinja melalui pipa sewer sebesar 0,30% melalui cubluk/lubang tanah sebesar 16,40% langsung ke drainase sebesar 1,00% disalurkan langsung ke sungai/danau/pantai sebesar 0,30% disalurkan ke kebun/tanah lapang dan sebesar 1,00% dan sebesar 34,70 menjawab tidak mengetahui tempat penyaluran buangan akhir tinja. Lebih jelasnya tempat penyaluran akhir tinja dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Terkait dengan kualitas atau keamanan tangki septik yang digunakan rumah tangga Survey EHRA menindaklanjuti dengan pertanyaan terkait waktu terakhir pengurasan tangki septik. Sebagian besar responden melaporkan bahwa tangki septik yang dimiliki tidak pernah dikosongkan/dikuras, proporsinya sekitar 79,30% yang terbanyak dijumpai pada Strata 1 dan Strata 4 masing-masing sebesar 96,90% dan 100,00%, sedangkan pada strata 2 dan 3 masing-masing sebesar 68,60% dan 85,80%. Sementara yang lainnya menjawab bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik dilakukan 0-12 bulan sebesar 0,70%, 1-5 tahun sebesar 0,50%, lebih dari 5-10 tahun yang 21

22 lalu sebesar 1,00%, lebih dari 10 tahun sebesar 1,40%, dan sebesar 17,00% menjawab tidak tahu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik Resiko lingkungan juga dapat meningkat akibat pembuangan isi tinja yang tidak tepat, seperti membuang kotoran ke sungai atau lahan di rumah yang tidak diolah lebih lanjut. Sebelum melihat tempat-tempat pembuangan tinja yang telah dikumpulkan di septik tank, EHRA terlebih dahulu mengidentifikasi cara pengurasan/pengosongan tangki septik. Seperti dapat dilihat pada diagram di atas, dari mereka yang melaporkan pernah mengosongkan tangki septik, mayoritas meminta jasa layanan pengosongan sedot tangki/truk tinja, yakni sekitar 36,9% dimana terbesar dijumpai pada Strata 2 dan Strata 1 masing-masing sebesar 53,8% dan 45,5%, dan pada strata 3 hanya sebesar 18,4%. Sementara, proporsi yang melaporkan tidak tahu ternyata cukup besar, yakni sebesar 90,80%, dimana yang terbanyak dijumpai pada strata 2 sebesar 95,20%. Sementara rumah tangga yang mengosongkan tangki septiknya dengan layanan sedot tinja yakni sebesar 4,20% dan sisanya hanya 5,00% melaporkan membayar tukang untuk menguras tangki septik yang dimilikinya. Hal lain yang dipelajari EHRA adalah tempat pembuangan isi tangki septik. Sebagian besar responden menjawab tidak tahu (92,40%) tempat pembuangan lumpur tinja pada tangki septik yang dikosongkan. Sementara sebesar 2,50% melaporkan membuang ke sungai, sebesar 2,50% melaporkan dikubur di halaman, sebesar 1,70% menjawab dikubur di tanah orang lain, dan sisanya menjawab lainnya sebesar 0,80%. 22

23 Lebih jelasnya tentang praktik pengurasan tangki septik dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik Untuk melihat kualitas tangki septik yang dimiliki responden apakah termasuk dalam suspek aman atau tidak aman dapat dilhat dari pertanyaan kapan tangki septik dibangun serta waktu terakhir pengurasan. Kriteria suspek aman adalah sebagi berikut: 1. Dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/dikosongkan kurang dari lima tahun lalu Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras lebih dari lima tahun lalu Dari penelusuran menggunakan rentang waktu pengosongan diperoleh bahwa dari 1247 rumah tangga yang dijadikan sampel Survey EHRA yang melaporkan memiliki akses septiktank yang termasuk dalam suspek aman sebanyak 873 rumah tangga atau sebesar 70,00% dengan sebaran pada strata 1 sebesar 88,30%, strata 2 sebesar 58,90%, pada strata 3 sebesar 67,50% dan pada strata 4 sebesar 98,90%. Hal ini berarti bahwa masih lebih besar jumlah rumah tangga yang memiliki akses pada tangki septik suspek aman dari pada yang tidak aman yaitu sekitar 374 rumah tangga atau 1,10%. Lebih jelasnya untuk tangki septik supsek aman dan tidak aman per Strata di Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada Gambar

24 Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman. Tingkat resiko lingkungan juga bisa dilihat dari praktek pembuangan kotoran anak balita yang ada di rumah responden. Dari survey EHRA diperoleh bahwa tinja anak balita sebagian besar dibuang ke jamban/wc sebesar 187 rumah tangga atau sebesar 15,00%. Jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 912 rumah tangga atau sekitar 73,10% menjawab tidak tahu kemana tinja anak balita dibuang. Sisanya adalah sebesar 1,80% tinja anak balita dibuang ke tempat sampah, sebesar 7,20% membuang ke kebun/pekarangan/jalan, sebesar 2,40% membuang ke sungai/selokan/parit dan sebesar 0,40% menjawab lainnya seperti meminjam WC. Selain membahas tentang pembuangan limbah tinja (black water) dalam surey EHRA juga dibahas tentang pembuangan air limbah selain tinja (grey water). Terkait dengan kepemilikan sarana pembuangan air limbah selain tinja, Survey EHRA menjumpai bahwa sebesar 325 rumah tangga atau 28,90% yang memiliki saluran pengelolaan air limbah, dimana sebagian besar terdapat pada Strata1, Strata 2 dan Strata 3 yaitu masingmasing sebesar 34,50%, 26,40 dan 65,40%, dan terkecil berada pada strata 4 sebesar 1,10%. Terkait tempat pembuangan air limbah selain tinja yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian dan wastafel terdapat beberapa opsi tempat pembuangan air bekas/air limbah selain tinja diantaranya disalurkan ke sungai,empang/kolam, selokan; ke jalan,halaman, kebun; saluran terbuka; saluran tertutup, lubang galian; pipa saluran pembuangan kotoran; pipa IPAL sanimas dan tidak tahu. 24

25 Berdasarkah hasil survey EHRA diketahui bahwa air limbah selain tinja yang dibuang ke sungai, kolam, selokan sebesar 17,30% untuk air limbah yang berasal dari dapur, yang berasal dari kamar mandi sebesar 15,70%, yang berasal dari tempat cuci pakaian sebesar 17,00% dan yang berasal dari wastafel sebesar 13,20%. Sementara yang disalurkan ke jalan atau halaman sebesar 35,10% berasal dari air limbah dapur, 32,30% berasal dari air limbah kamar mandi, 33,00% berasal dari air limbah tempat cuci pakaian, 19,40% berasal dari air limbah wastafel. Untuk yang dibuang ke saluran terbuka sebesar 21,80% berasal dari air limbah dapur, 23,00% berasal dari air limbah kamar mandi, 21,80% berasal dari tempat cuci pakaian dan 19,90% berasal dari wastafel. Sedangkan yang dibuang ke saluran tertutup sebesar 22,40% berasal dari air limbah dapur, 22,60% berasal dari air limbah kamar mandi, 22,90% berasal dari air limbah tempat cuci, 21,90% berasal dari air limbah wastafel. Untuk limbah yang dibuang ke lubang galian sebesar 3,00% berasal dari air limbah dapur, 4,60% berasal dari air limbah kamar mandi, 4,00% berasal dari tempat cuci pakaian dan 2,70% berasal dari wastafel. Limbah yang dibuang ke pipa saluran pembuangan sebesar 5,90% berasal dari air limbah dapur, sebesar 6,20% berasal dari air limbah kamar mandi, 6,40% berasal dari air limbah tempat cuci pakaian dan 5,90% berasal dari air limbah wastafel. Untuk yang menyalurkan ke IPAL sanimas yaitu masing-masing sebesar 0,80% berasal air limbah dapur, 0,50% dari limbah kamar mandi dan tempat cuci pakaian dan air limbah yang berasal dari wastafel tidak ada. Penentuan area beresiko untuk air limbah didasarkan pada beberapa variabel seperti kualitas tangki septik, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik dan pencemaran karena saluran pembuangan air limbah. Kualitas tangki septik sudah dibahas sebelumnya dimana sebesar 70,00% termasuk dalam kategori tangki septik suspek aman. Untuk pencemaran karena pembuangan isi tangki septik dikaitkan dengan tempat pembuangan lumpur tinja pada tangki septik yang dikosongkan, dimana untuk pembuangan ke areal terbuka/lingkungan dikategorikan sebagai media tidak aman sehingga berdampak besar menimbulkan pencemaran. Sebesar 95,80% pembuangan isi tangki septik termasuk dalam kategori tidak aman sehingga dapat menimbulkan pencemaran. Hanya 4,20% termasuk dalam kategori yang aman. Terkait dengan pencemaran karena saluran pembuangan air limbah (SPAL) dimana dari survey EHRA hanya sebesar 28,90% yang memiliki saluran pengelolaan air limbah dan diketahui yang membuang air limbah ke media yang tidak aman sehingga berpotensi menimbulkan 25

26 pencemaran sebesar 67,30%, sedangkan yang termasuk dalam kategori aman sebesar 32,70%. Lebih jelasnya area beresiko air limbah domestik berdasarkan hasil Survey EHRA dapat dilihat pada Tabel 3.3. Variabel Tangki septik suspek aman Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Pencemaran karena SPAL Tabel 3.3 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kategori Strata Desa/Kelurahan Total n % n % n % n % n % Tidak aman 15 11, , ,5 1 1, ,0 Suspek aman , , , , ,0 Tidak, aman , , ,8 Ya, aman ,4 2 5, ,2 Tidak aman , , , , ,3 Ya, aman 20 15, , , , ,7 Sumber: Hasil Studi EHRA, Tahun Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir Kabupaten Karangasem yang terletak di ujung timur Pulau Bali topografinya sangat beragam, yaitu terdiri dari dataran rendah, perbukitan dan pegunungan dengan puncak tertingg Gunung Agung. Sebagian besar wilayah Kabupaten Karangasem merupakan daerah pegunungan dan berbukit-bukit membentang dari bagian barat sampai ke timur, sedangkan di bagian utara yakni sepanjang pantai merupakan dataran rendah. Wilayah yang termasuk dalam Strata 1, Strata 2 Strata 3 dan Strata 4 terletak dalam topografi yang beragam. Saluran air/drainase merupakan objek yang perlu diperhatikan EHRA karena saluran air yang tidak memadai beresiko memunculkan berbagai penyakit. Dalam masalah saluran air, EHRA meminta tenaga enumerator mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah terpilih. Saluran yang dimaksud adalah yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water). Bila ada, enumerator juga mengamati dari dekat apakah air di saluran itu mengalir dan melihat apakah saluran air bersih dari sampah. Saluran air yang memadai ditandai dengan aliran air yang lancar dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Hasil pengamatan tenaga enumerator di Kabupaten Karangasem menunjukkan lebih dari separuh rumah tangga di Kabupaten Karangasem atau sekitar 50,40% memiliki akses 26

27 pada saluran air di depan atau di sekitar rumahnya. Sementara, sekitar 49,60% rumah tangga teramati tidak memiliki akses pada saluran air limbah. Drainase lingkungan salah satunya berkaitan dengan banjir. Kebanjiran yang didefinisikan secara sederhana yakni datangnya air ke lingkungan atau ke dalam rumah yang tengah disurvey. Air yang datang bisa berasal dari manapun termasuk luapan sungai, laut ataupun air hujan. Besarnya banjir tidak dibatasi. Artinya, air bisa setinggi dada ataupun lebih rendah dari tinggi tumit orang dewasa. Studi EHRA di Kabupaten Karangasem menemukan bahwa proporsi rumah tangga yang melaporkan pernah mengalami banjir sangat kecil yaitu hanya sekitar 0,90% melaporkan banjir terjadi beberapa kali dalam setahun, sekitar 1,20% melaporkan banjir terjadi sekali dalam setahun, sekitar 0,80% melaporkan banjir terjadi sekali atau beberapa dalam sebulan dan sisanya sekitar 1,80% melaporkan tidak tahu. Proporsi terbesar, sekitar 95,30% rumah tangga, melaporkan tidak pernah mengalami banjir, dimana sebagian besar terdapat di Strata 4 dan Strata 1 masing-masing sebesar 100,00% dan 99,20% dan pada Strata 2 sebesar 93,00% dan strata 3 sebesar 95,30% melaporkan tidak pernah mengalami banjir. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 3.8. Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir Dari wawancara pun ditemukan bahwa bagi kebanyakan rumah tangga yang pernah mengalami banjir secara tidak rutin dalam kurun waktu tertentu lebih besar proporsinya dari rumah tangga dengan kejadian banjir berlangsung rutin, yaitu masing-masing sekitar 87,90% dan 12,10%. Rumah tangga yang mengalami banjir rutin sebagian besar terdapat pada Strata 2 yaitu sebesar 20,70%, serta hanya sekitar 2,30% pada Strata 3. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik

28 Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin Hanya sedikit rumah tangga yang mengalami banjir dalam waktu cukup lama. Seperti terbaca pada diagram di atas, sekitar 12,10% rumah tangga yang mengalami banjir secara rutin, mengalaminya dalam waktu kurang dari sehari. Proporsi lamanya air menggenang pada saat banjir, yang paling banyak adalah rumah tangga yang mengalami banjir kurang dari sejam (66,7%) dan antara 1 sampai 3 jam (33,3%). Kemudian pada saat terjadi banjir sebagian besar(94,8%) menyatakan tidak sampai memasuki rumah dan yang menyatakan sampai memasuki rumah 5,2%, serta tidak pernah kamar mandi/wcnya terendam. Ketinggian air pada saat terjadi banjir mencapai ketinggian setumit orang dewasa sebanyak 33,3% terjadi pada strata 2 dan yang selutut orang dewasa 66,7% terjadi pada strata 3. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir 28

29 Bila saluran drainase kurang sempurna dan terpelihara, cenderung akan menyebabkan terjadinya genangan air. Dari hasil pengamatan lokasi genangan air yang terjadi disekitar rumah sebagian besar di dekat dapur sebesar 30,00%, kemudian di dekat kamar mandi sebesar 25,00% dan di halaman rumah 12,50%. Sedangkan di dekat bak penampungan sebesar 7,50% dan lainnya 2,50%. Genangan yang terjadi sebagian besar dari air limbah dapur sebesar 25,00%, air limbah kamar mandi sebesar 12,50%; sedangkan dari air hujan hanya 5,00%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah Dari hasil pengamatan untuk kepemilikan Sarana Pengolahan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Karangasem sebagian besar ( 71,10%) masyarakat belum memiliki dan yang sudah memiliki baru sekitar 28,90%. Presentase kepemilikan SPAL di Kabupaten Karangasem disajikan pada Gambar Grafik 3.12 Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL 29

30 Dengan sedikitnya kepemilikan SPAL dari setiap rumah tangga cenderung akan berakibat menimbulkan genangan air di sekitar rumah. Akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga genangan terbesar terjadi pada strata 2 sebesar 4,80%, pada strata 3 sebesar 3,10%, pada strata 4 sebesar 1,10% dan strata 1 sebesar 0,80%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga (Berdasarkan tabel hasil pengamatan) Dari hasil pengamatan terhadap SPAL yang ada, sebagian besar dapat berfungsi yaitu sebesar 50,80% dan yang tidak berfungsi 2,20%. Sedangkan yang tidak ada saluran 45,10%, yang tidak dapat dipakai 1,80%. Berdasarkan strata, SPAL yang berfungsi paling besar pada strata 2 yaitu sebesar 65,90%, strata 1 sebesar 47,70%, strata 3 sebesar 46,30% dan strata 4 26,90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi (Berdasarkan tabel hasil pengamatan) Pencemaran yang terjadi akibat SPAL yang tidak berfungsi berdasarkan strata, prosentase terbesar terjadi pada strara 2 dengan prosentase pencemaran sebesar 49,50%, kemudian disusul strata 4 sebesar 35,50%, strata 3 sebesar 25,30% dan strata 1 sebesar 15,60%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik

31 Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL (Berdasarkan tabel hasil pengamatan) Terkait dengan adanya genangan air dimana dari hasil survey EHRA hanya sebesar 7,80% adanya genangan air yang berpotensi menimbulkan pencemaran sebesar 67,30%, sedangkan yang termasuk dalam kategori aman sebesar 32,70%. Genangan air terbesar terjadi pada strata 2 sebesar 11,50%. Sedangkan pada strata 3 sebesar 7,90% dan pada stara 1 dan 4 masing-masing 1,60% dan 1,10%. Lebih jelasnya area beresiko gengangan air berdasarkan hasil Survey EHRA dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Variabel Adanya genangan air Kategori Ada genangan air (banjir) Tidak ada genangan air Strata Desa/Kelurahan Total n % n % n % n % N % 2 1, ,5 45 7,9 1 1,1 97 7, , , , , , Pengelolaan Air minum Rumah Tangga. Pengelolaan air merupakan pemanfaatan air untuk kehidupan sehari hari. Karena air merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Ada ungkapan mengatakan bahwa lebih baik tidak makan daripada tidak minum air. 31

32 Didalam tubuh air merupakan cairan yang diperuntukkan bagi metabolisme sekaligus sebagai pengganti cairan tubuh yang dikeluarkan melalui berbagai macam aktivitas. Ada berbagai macam cara pengelolaan air yang merupakan indikator dalam kuesioner ini. Diantaranya yaitu mengenai pengelolaan air minum, masak, mencuci & gosok gigi yang aman dan higiene yang meliputi beberapa item antara lain Air botol kemasan, Air isi ulang, Air Ledeng dari PDAM, Air hidran umum PDAM, Air kran umum -PDAM/PAMSIMAS, Air kran umum HIPPAM, Air sumur pompa tangan, Air sumur gali terlindungi, Air sumur gali tidak terlindungi, Mata air terlindungi, Mata air tidak terlindungi, Air hujan, Air dari sungai serta Air dari waduk/danau. Yang kesemua item tersebut ditanya kepada responden mengenai pemanfaatan serta penggunaannya untuk berbagai macam keperluan diantaranya yaitu untuk minum, masak, cuci piring dan gelas, cuci pakaian serta gosok gigi. Dari hasil study EHRA yang dilakukan bahwa sumber air untuk kebutuhan seharihari sebagian besar berasal dari air ledeng PDAM yakni untuk masak sebesar 43,50%, untuk cuci piring dan gelas 43,30%, untuk cuci pakaian 42,30%, untuk minum 40,70%. Selanjujtnya dari Mata air terlindungi yang dipergunakan untuk minum 14,10%, untuk masak 13,80%, untuk cuci piring/gelas dan gosok gigi sebesar 13,60%, untuk cuci pakaian 13,50%. Penggunaan air hujan masih cukup banyak dipakai untuk keperluan sehari-hari digunakan untuk cuci pakaian 12,80%, untuk cuci piring/gelas 12,50%, untuk gosok gigi 12,40%, untuk masak 12,2% dan untuk minum 11,80%. Sumber air dari Kran Umum-PDAM/Proyek terbesar dipergunakan untuk keperluan cuci piring/gelas sebesar 10,90%, untuk gosok gigi 10,80%, untuk masak sebesar 10,70%, untuk minum sebesar 10,30% dan untuk cuci pakaian sebesar 9,70%. Air dari sumur gali terlindungi paling banyak dipergunakan untuk cuci pakaian 10,10%, untuk masak dan cuci piring/gelas masing-masing 10,00%, untuk minum dan gosok gigi masing-masing 9,00%. Penggunaan mata air tidak terlindungi terbanyak dipergunakan untuk keperluan minum sebanyak 4,30%, untuk masak dan cuci piring/gelas masing-masing 3,60%, untuk minum dan gosok gigi masing-masing 3,40%. Penggunaan air yang bersumber dari sumur pompa tangan, terbanyak dipakai untuk keperluan minum dan cuci piring/gelas masing-masing 3,40%, untuk masak,cuci pakaian dan gosok gigi masingmasing 3,30%. Air dari sumur gali tidak terlindungi paling banyak dipergunakan untuk minum 2,50%, untuk masak dan cuci piring/gelas masing-masing 2,30%, untuk cuci pakaian dan gosok gigi masing-masing 2,20%. Pemakaian air dari sungai terbanyak dipergunakan untuk keperluan cuci pakaian 4,30%, untuk cuci piring/gelas gosok gigi masing-masing 2,20%, untuk masak 2,10% dan untuk minum 1,90%. Penggunaan air bersumber dari air isi ulang terbanyak dipergunakan 32

33 untuk keperluan minum 6,70%, untuk masak 0,80%, untukcuci piring/gelas, gosok gigi dan cuci pakaian masing-masing 0,60%. Penggunaan air bersumber dari air botol kemasan terbanyak dipergunakan untuk keperluan minum 2,50%, untuk masak, cuci piring/gelas, gosok gigi dan cuci pakaian masing-masing 0,20%. Air yang bersumber dari air hidran umum-pdam dipergunakan untuk keperluan masak, cuci piring/gelas dan gosok gigi masing-masing 1,90%, untuk minum 1,80%, untuk cuci pakaian 1,20%. Pemakaian air dari sumber lainnya dipergunakan untuk keperluan masak,cuci piring/gelas dan gosok gigi masing-masing 2,10% sedangkan untuk minum sebanyak 2,00%. Penggunaan air yang bersumber dari waduk/danau untuk keperluan sehari-hari tidak ada (0,00%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Gambar Grafik Akses Terhadap Air Bersih Bila dilihat dari kebutuhan untuk memenuhi air minum dan memasak saja, prosentase terbesar masih bersumber dari air ledeng PDAM yaitu untuk memasak 43,50% dan minum 40,50%. Kemudian dari Mata Air terlindungi untuk masak 13,80% dan minum 14,10%, dari Air Hujan untuk masak 12,20% dan untuk minum 11,80%, dari Air Kran 33

34 Umum PDAM untuk masak 10,70% dan untuk minum 10,30%; dari Sumur gali terlindung untuk masak 10,00% dan untuk minum 9,90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik Gambar Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Terkait dengan variabel kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari sebagian besar responden menyatakan tidak pernah yaitu sebesar 47,50%, yang mengalami kesulitan satu sampai beberapa hari sebanyak 25,50%, yang mengalami kesulitan beberapa jam saja sebanyak 15,30%, yang mengalami kesulitan lebih dari seminggu sebanyak 9,00%, yang mengalami kesulitan selama seminggu dan tidak tahu masing-masing 1,50% dan 1,20%. Kesulitan yang terbesar mendapatkan air adalah kurun waktu selama satu sampai beberapa hari sebanyak 25,50%, terjadi pada strata 2 sebanyak 28,80%, pada strata 3 sebanyak 24,30%, pada strata 1 sebanyak 21,90% dan terkecil pada strata 4 sebesar 2,20%. Kesulitan mendapatkan air selanjutnya adalah kurun waktu lebih dari seminggu sebanyak 9,00%, terjadi pada strata 2 sebanyak 10,10%, pada strata 3 sebanyak 10,50%, pada strata 1 sebanyak 4,70% dan terkecil pada strata 4 sebesar 3,20%. 34

35 Selanjutnya mengenai kualitas air yang digunakan saat ini sebagian besar menyatakan puas sebanyak 81,70% dan terbesar pada strata 4 sebesar 87,10%, pada strata 2 sebesar 83,20%, pada strata 1 sebesar 80,50% dan pada strata 3 sebesar 80,40%. Untuk menjamin kualitas air secara teknis jarak sumber air ke tempat penampungan/pembuangan tinja lebih dari 10 meter. Dari hasil studi yang dilakukan terdapat sebanyak 16,50% yang berjarak lebih dari 10 meter, yang kurang dari 10 meter sebanyak 9,80% dan yang tidak tahu sebanyak 35,80%. Selanjutnya untuk memenuhi syarat hygienes, sebagian besar responden mengolah air sebelum digunakan yaitu sebesar 69,80% dan sisanya yang tidak mengolah sebanyak 30,20%. Adapun cara pengolahan air kebanyakan dengan cara direbus (97,10%), menggunakan filter 1,50%, ditambahkan kaporit 0,80%, lainnya dan tidak tahu masing-masing 0,30% dan 0,20%. Setelah air diolah kebanyakan responden menyatakan menyimpan dalam teko/ketel/ceret 44,10%, dalam panci terttutup 27,70%, dalam botol/termos 17,00%, dalam galon isi ulang 4,00%,dalam panci terbuka 2,90%. Yang tidak menyimpan sebanyak 1,80%, lainnya 1,4)% dan tidak tahu 1,10%. Kemudian terkait dengan cara mengambil air dari tempat penyimpanan air dan penggunaan alat untuk mengambil air yang akan digunakan untuk keperluan minum, masak, cuci piring dan gelas serta gosok gigi, sebagian besar menggunakan gayung sebanyak 76,20%, dengan menggunakan gelas sebanyak 14,60%. Ada yang langsung dari dispenser sebanyak 4,40% dan lainnya 3,70% serta tidak tahu 1,10%. Berdasarkan hasil studi EHRA bahwa kondisi sumber air yang dipergunakan sebagian besar atau sebesar 80,00% sumber air terlindungi, sehingga aman dari pencemaran dan hanya 20,00% yang tidak terlindungi sehingga beresiko akan terjadinya pencemaran. Terhadap penggunaan sumber air yang tidak terlindungi sebagian besar masih dalam kondisi aman yaitu sebesar 76,50% dan yang tidak aman sebesar 23,50%. Mengenai kelangkaan air sebagian besar atau sebanyak 62,80% tidak mengalami dan yang mengalami sebanyak 37,20%. Lebih jelasnya area beresiko air limbah domestik berdasarkan hasil Survey EHRA dapat dilihat pada Tabel

36 Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Sumber air terlindungi Penggunaan sumber air tidak terlindungi. Kelangkaan air Tidak, sumber air berisiko tercemar Ya, sumber air terlindungi Strata Desa/Kelurahan Total n % n % n % n % n % 38 29, , , , , , , , , ,0 Tidak Aman 39 30, , ,1 9 9, ,5 Ya, Aman 89 69, , , , ,5 Mengalami kelangkaan air 37 28, , , , ,2 Tidak pernah mengalami 91 71, , , , , Perilaku Higene dan Sanitasi Perilaku Higiene/Sehat merupakan sesuatu yang mudah untuk dilucapkan akan tetapi jarang dilakukan oleh masyarakat dikarenakan kesibukan masing masing, sehingga kondisi sehat seakan akan menjadi angan yang sangat sulit diwujudkan. Perilaku Higiene/Sehat mempunyai beberapa variabel diantaranya sebagai berikut Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin, Untuk apa saja sabun itu ibu gunakan, Dimana saja anggota keluarga biasanya mencuci tangan serta Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Untuk yang pertama terkait dengan pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin sebagian besar (94,70%) memakai sabun dan hanya 5,30% dengan opsi jawaban tidak. Variabel ini mungkin terdengar sederhana bagi sebagian orang akan tetapi besar manfaatnya jika dilakukan rutin. Karena dengan memakai sabun sudah mengurangi infeksi kuman, bakteri bahkan jamur pada diri sendiri. Kemudian untuk penggunaan sabun digunakan terbanyak untuk mandi sebanyak 93,60%, cuci pakaian sebanyak 79,40%, cuci peralatan 75,10%, untuk cuci tangan sendiri 72,70%, untuk memandikan anak 51,90%, untuk mencuci tangan anak 50,80%, untuk menceboki pantat anak 41,70% dan lainnya 4,20%. Penggunaan sabun pada aktivitas seperti mandi penting dilakukan karena setelah melakukan kegiatan sehingga menghasilkan keringat dan menyebabkan gerah yang menimbulkan kuman dan bakteri masuk ke dalam tubuh melalui keringat tersebut dan menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman dapat ditekan. Selanjutnya mengenai tempat anggota keluarga biasanya mencuci tangan, kebanyakan di tempat cuci piring sebanyak 68,80%, kemudian di dapur 58,80%, Kamar 36

37 mandi 44,00%, dekat kamar mandi 14,80%, di Jamban 11,50%, dekat jamban 9,70% di Sumur 8,80% dan lainnya 2,90%. Perilaku mencuci tangan merupakan perilaku yang penting dilakukan dan dibiasakan apalagi sebelum dan sesudah makan. Karena sebagian besar kuman, bakteri serta penyakit masuk kedalam tubuh melalui tangan kemudian masuk ke tubuh bersama makanan yang dimakan. Waktu untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun (CTPS) terbanyak pada saat setelah makan 68,60%, kemudian sebelum makan 66,50%, setelah Buang Air Besar 63,60%, setelah pegang hewan 46,10%, setelah menceboki anak 39,20%, sebelum menyiapkan makanan 33,20%, sebelum menyuapi anak 31,40%, sebelum sholat/sembahyang 20,50%, sebelum ke toilet 7,40% dan lainnya 2,20%. Dari hasil pengamatan untuk pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lima waktu penting dari hasil studi didapatkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 78,00% menyatakan tidak melakukan dan hanya 22,00% yang menyatakan melakukan CTPS. Untuk lebih jelasnya dat dilihat pada gambar Grafik Gambar Grafik CTPS di Lima waktu penting Terhadap lima waktu melakukan cuci tangan pakai sabun paling banyak dilakukan sebelum makan (66,50%), setelah buang air besar sebanyak (63,60%), setelah menceboki bayi/anak (39,20%), sebelum menyiapkan makanan (33,20%) dan sebelum menyuapi anak (31,40%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik

38 Gambar Grafik Waktu melakukan CTPS Untuk perilaku Buang Air Bebas Sembarangan (BABS) dari hasil pengamatan yang dilakukan didaptkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 51,20% masih melakukan dan sisanya 48,80% tidak melakukan BABS. Yang masih melakukan BABS terbanyak pada strata 4 yaitu sebanyak 94,60%, strata 2 sebanyak 56,30%, strata 1 sebanyak 50,80% dan strata 3 sebanyak 40,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik

39 Gambar Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS Identifikasi area beresiko ditentukan oleh beberapa variabel menyangkut perilaku CTPS di lima waktu penting, Kondisi Jamban (keberfungsian dan kebersihan) dan perilaku BABS. Berdasarkan hasil studi EHRA bahwa area beresiko perilaku Higiena dan Sanitasi di Kabupaten Karangasem terhadap variabel CTPS di lima waktu penting, seperti yang telah diuraikan diatas bahwa sebagian besar (96,70%) tidak melakukan dan yang melakukan hanya sebanyak 3,30%. Proporsi yang menyatakan ya (melakukan CTPS) pada masingmasing strata yaitu terbesar pada strata 4 sebanyak 97,80%, pada strata 3 sebanyak 78,10%, pada strata 2 sebesar 76,90% dan pada strata 1 sebanyak 69,50%. Terkait dengan kondisi jamban, dengan variabel kebersihan lantai dan dinding jamban bebas dari tinja cukup baik terlihat sebanyak 57,50% menyatakan ya bebas dan 42,50% tidak bebas dari tinja. Proporsi yang menyatakan ya (bebas) pada masing-masing strata yaitu pada strata 3 sebesar 60,80%, strata 2 sebesar 60,30%, strata 1 sebesar 48,40% dan strata 4 sebesar 44,10%. Untuk variabel apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat, didapatkan bahwa 60,50% menyatakan ya dan 39,50% menyatakan tidak, dengan proporsi yang menyatakan ya pada masing-masing strata adalah pada strata 3 sebesar 66,30%, pada strata 2 sebesar 62,50%, strata 4 sebesar 45,20% dan strata 1 sebesar 43,80%. Selanjutnya mengenai penggelontoran pada kloset sebagian besar atau sebanyak 65,00% menyatakan berfungsi dan yang tidak berfungsi sebanyak 35,00% dengan proporsi yang 39

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 107/HK/2017 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 107/HK/2017 TENTANG BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 107/HK/2017 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA DESA UNTUK DESA PAKRAMAN, BANJAR ADAT, SUBAK DAN SUBAK ABIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan faktor kunci dalam rangka mewujudkan masyarakat dan bangsa yang sejahtera. Berkaitan dengan hal tersebut, aspek kesehatan memegang salah

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN - 2014 D I S U S U N Kelompok Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN LAPORAN STUDI EHRA LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) ( ENVIRONMENTAL HEALTH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang ini dapat

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Informasi terkait karakteristik responden yang di survey dibagi atas dasar beberapa variabel yaitu : hubungan responden

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian 3 DATA DAN ANALISIS HASIL SURVEY EHRA KABUPATEN BENGKULU TENGAH 3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian ini memaparkan sejumlah variable survey yang berkaitan dengan status rumah tangga/responden

Lebih terperinci

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2015 LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Depok Provinsi Jawa Barat (bagian ini dapat diisi foto atau gambar)

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 i KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Buku Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014 KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

Data Anggregat Kependudukan Kab. Karangasem SEM I 2016

Data Anggregat Kependudukan Kab. Karangasem SEM I 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas selesainya penyusunan buku data agregat kependudukan semeseter I Tahun 2016 Kabupaten Karangasem. Buku

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 LAPORAN AKHIR (Bagian 1) STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA), KOTA SURABAYA TAHUN 2015 Dengan mengucapkan Puji

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang Kabupaten Sampang 2013 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato. BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2012 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA SALATIGA PROPINSI JAWA TENGAH 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PROVINSI BALI NOMOR 677/ HK / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 BUPATI KARANGASEM,

PROVINSI BALI NOMOR 677/ HK / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 BUPATI KARANGASEM, PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 677/ HK / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 W BUPATI KARANGASEM, Menimbang bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Teuku Umar No. 12 Ngawi Kode Pos 63211 Telp. (0351) 746709 Fax (0351) 745956 Email:Bappeda@ngawikab.go.id LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Program Percepatan Pembangungan Sanitasi Permukiman merupakan sebuah upaya pemerintah dalam mendukung upaya perbaikan sanitasi dasar permukiman bagi masyarakat. Dalam rangkaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 7 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2014... 8 2.1.

Lebih terperinci

DATA MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN KARANGASEM

DATA MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN KARANGASEM DATA MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN KARANGASEM NO NAMA PERUSAHAAN PENGGUNA MENARA KAWASAN PENEMPATAN MENARA KECAMATAN KETINGGIAN MENARA 1 SMART SMART (1 BTS) Dusun Sogra, Perbekelan Sebudi, Selat Selat

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Laporan EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Oktober 2011 Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 21 DAFTAR ISI 1. PENGANTAR Hal 2 2. CATATAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten : Bengkayang Provinsi : Kalimantan Barat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014 LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) REVISI KOTA CIREBON PROPINSI JAWA BARAT OLEH : POKJA SANITASI KOTA CIREBON KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu Kabupaten yang peduli

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Envirotment Health Risk Assessment) KABUPATENBENER MERIAH PROVINSI ACEH DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN BENER MERIAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan serta limpahan-nya sehingga Tim Studi EHRA (Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) LAPORAN STUDY EHRA DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN ACEH BESAR PROVINSI ACEH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang Kota Sabang November 2012 KATA PENGANTAR Bismillahiraahmanirrahim Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Januari 2014 1 P a g e 2 P a g e DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1. BAB 2. Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau DISIAPKAN OLEH: POKJA SANITASI KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH SURVEI EHRA Penentuan Target Area Survei... 4

BAB I PENDAHULUAN... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH SURVEI EHRA Penentuan Target Area Survei... 4 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH SURVEI EHRA... 4 2.1 Penentuan Target Area Survei... 4 2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden... 6 2.3 Penentuan Kelurahan/kampung Area Survei...

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si KATA PENGANTAR Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI KARANGASEM, : a. bahwa penataan lahan

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, perlu

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, perlu BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014 LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA DISIAPKAN OLEH : KELOMPOK KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 DISIAPKAN OLEH: POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 KataPengantar Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten / kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tapin Kabupaten/ Kota Tapin Bulan Mei 2012 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 0 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) 1 P a g e KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO Dalam bab ini akan dirinci data terkait kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Kabupaten Sukabumi Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sukabumi

LAPORAN STUDI Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Kabupaten Sukabumi Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sukabumi INDONESIA SANITATION SECTOR DEVELOPMENT PROGRAM LAPORAN STUDI Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Kabupaten Sukabumi Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sukabumi KABUPATEN SUKABUMI JULI 2013 KATA

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH Sanitasi dalam hal ini yang kita tinjau adalah sektor air limbah, persampahan dan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Soppeng. Untuk menjelaskan kondisi sanitasi di

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT) KOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN TIM STUDI EHRA KOTA PARIAMAN Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH Jalan Ngurah Rai No. 27 Telp. (0363) 23576, Amlapura

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH Jalan Ngurah Rai No. 27 Telp. (0363) 23576, Amlapura PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH Jalan Ngurah Rai No. 27 Telp. (0363) 23576, Amlapura Amlapura, 26 Agustus 2013 Kepada Nomor : 045/ 51 /KPAD/2013 Yth : Kepala Diskominfo

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho NYA laporan penilaian risiko kesehatan lingkungan (Environmental Health Risk Assesment/EHRA) telah selesai disusun.

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas Tahun 2014 1 KATA PENGANTAR Peningkatan kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011 1 KATA PENGANTAR Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN 213 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS PROPINSI KALIMANTAN BARAT DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment atau Studi EHRA adalah survei partisipatif di Kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitasi sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU 2012 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR DIAGRAM... 7 I. PENDAHULUAN... 8 II. METODOLOGI DAN

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 1 KATA

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kota Palangka Raya PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmental Health Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi

Lebih terperinci

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment / EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan di setiap kabupaten masih menjadi permasalahan, begitu pula di Kabupaten Subang. Permasalahan ini bisa dilihat dari indikator kondisi sanitasi

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Untuk mendapatkan target area survey EHRA, digunakan metode Klustering. Dimana penetapan kluster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan,

Lebih terperinci

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH MATERI SOSIALISASI & FGD Rabu, 30 November 2011 PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO Disusun oleh: KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Tahun 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GRAFIK...

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DEPOK. Draft Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Depok

PEMERINTAH KOTA DEPOK. Draft Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Depok PEMERINTAH KOTA DEPOK Draft Laporan Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Depok September 2011 Oleh : Kelompok Kerja Sanitasi Sanitas Kota Depok (Pokja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Survey EHRA Kabupaten Jayapura 2012

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Survey EHRA Kabupaten Jayapura 2012 Kabupaten Jayapura 2012 BAB I PENDAHULUAN Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten 2011 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT 2013 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai wujud dari pelayanan kesehatan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana 5.1. Area Berisiko Sanitasi Pemetaan Kelurahan dan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci