ANALISIS SPASIAL KEJADIAN KUSTA DI KOTA MANADO TAHUN Yuni E. Kaluku, Budi T. Ratag, Paul A. T. Kawatu*

Transkripsi

1 ANALISIS SPASIAL KEJADIAN KUSTA DI KOTA MANADO TAHUN Yuni E. Kaluku*, Budi T. Ratag*, Paul A. T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Penyakit kusta di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar dunia setelah India dan Brazil yaitu kasus. Tahun 204 di Sulawesi Utara ditemukan sebanyak 349 kasus dan tahun 205 ditemukan sebanyak 428 kasus. Tahun 204 ditemukan sebanyak 69 kasus kusta terjadi di Kota Manado, tahun 205 sebanyak 88 kasus dan tahun 206 sebanyak 75 kasus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kejadian penyakit kusta di Kota Manado tahun Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat memvisualisasikan dan mengeksplorasi data secara spasial. Variabel yang diteliti yaitu jenis kelamin, kepadatan penduduk dan kelembaban udara. Penderita kusta tahun didominasi oleh laki-laki. Kasus kusta berdasarkan kepadatan penduduk mengalami peningkatan di tiga kecamatan yang termasuk padat penduduk yaitu Tuminting, Singkil dan Wenang. Kelembaban udara di Kota Manado termasuk kategori yang lembab dan penderita kusta terbanyak yaitu tahun 205 sebanyak 88 kasus dengan kelembaban 73,8%. Penyakit kusta banyak dialami oleh laki-laki, penderita kusta setiap tahunnya mengalami perpindahan ke daerah yang memiliki padat penduduk, peningkatan kasus kusta juga terjadi di daerah yang padat penduduk dan terjadi fluktuasi pada variabel kelembaban udara. Kata Kunci: Analisis Spasial, Jenis Kelamin, Kepadatan Penduduk, Kelembaban Udara dan Kusta ABSTRACT With cases, the number of leprosy cases in Indonesia is the third highest after India and Brazil. The North Sulawesi Province has 349 cases found in 204 and 428 cases in 205. In 204 there wer 69 leprosy cases in North Sulawesi, about 88 cases was founded in 205 and about 75 cases was founded in 206. This research was conducted to find out the depiction of leprosy cases in Manado in the year of This was a quantitative research which uses Geographic Information System that is able to visualize and explore the data spatially. The variables to investigate were sex, population density and humidity. The number leprosy cases based on density are increasingly in three places that are Tuminting, Singkil and Wenang. Manado is a humid city and 205, the year with the highest number of leprosy cases: 88, has 73.8%. humidity level. Conclusion: The leprosy is mostly suffered by men, it has a tendency to move to a denser region on a yearly basis, there is also an increase and there are fluctuations on the humidity variable. Keywords: Spatial, Sex, Population Density, Humidity and Leprosy

2 PENDAHULUAN Salah satu penyakit menular yang masih menimbulkan masalah kompleks yaitu penyakit kusta. Keterbatasan kemampuan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menyebabkan negara-negara berkembang masih terjadi penyakit kusta. Penyakit kusta dapat menimbulkan banyak masalah seperti masalah ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Kurangnya pengetahuan/pengertian dan kepercayaan yang keliru tentang kusta, dapat membuat masyarakat takut akan hal ini (Kemenkes RI, 204). World Health Organization (206) melaporkan kasus kusta sebesar dan prevalensi terdaftar sebesar di 36 negara atau teritori pada tahun 205. Terlaporkan sebanyak 28 dari Afrika, 23 dari Amerika, dari Asia Tenggara, 20 dari Mediterania Timur, 28 dari Eropa dan 26 dari kawasan Pasifik Barat. Penderita kusta terbanyak terdapat di negara India yaitu sebesar kasus, kemudian diikuti oleh negara Brazil sebesar kasus dan Indonesia sebesar kasus. World Health Assembly mengeluarkan suatu resolusi pada tahun 99 yaitu eliminasi kusta tahun 2000, sehingga tidak terjadi lagi masalah kesehatan seperti penyakit kusta. Indonesia telah mencapai target eliminasi kusta pada tahun 2000, akan tetapi tidak menunjukkan penurunan yang bermakna karena prevalensi mencapai kurang dari /0.000 penduduk dengan penemuan kasus baru kurang dari 5/ penduduk (Depkes RI, 2007; Yuniarasari, 204). Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa pada tahun 204 di Sulawesi Utara masih ditemukan sebanyak 349 penderita kusta (Kemenkes RI, 204). Penderita laki-laki sebanyak 237 dan perempuan sebanyak 2. Kemudian pada tahun 205 masih juga ditemukan adanya kasus baru kusta di Sulawesi Utara sebesar 428 dengan angka penemuan penderita 8/ penduduk. Sementara terdapat 2,4% penderita baru pada cacat tipe 2 dan kusta pada anak sebesar 7%. Terlihat dari angka tersebut Sulawesi Utara masih termasuk daerah yang endemis tinggi penyakit kusta (Dinkes Provinsi Sulut, 206). Data Dinas kesehatan Kota Manado menyatakan bahwa penyakit kusta di Kota Manado pada tahun 204 sebanyak 69 kasus, pada tahun 205 sebanyak 88 kasus dan pada tahun 206 sebanyak 75 kasus yang tersebar di kecamatan berada di Kota Manado (Dinkes Kota, 206). Penyakit menular bersifat global, local maupun spesifik lokal. Biasanya ditentukan oleh veriabel seperti iklim, topografi, variabel sosial, ekosistem dan habitat binatang penular penyakit. 2

3 Beberapa variabel tersebut harus diperhatikan karena setiap wilayah berbeda satu sama lain. Diperlukan kemampuan untuk menggambarkan pola penularan tiap penyakit seperti salah satu contohnya spasial. Spasial merupakan gambaran hubungan antara sebuah fenomena kejadian dengan semua benda dan fenomena yang ada dipermukaan bumi yang diperkirakan mempunyai hubungan satu sama lain. Seperti tempat, ketinggian, waktu, suhu, iklim, kelembaban, struktur permukaan tanah, struktur kependudukan dan lain sebagainya (Achmadi, 2008). Penelitian spasial yang dilakukan oleh Rohmad (202) untuk melihat sebaran kasus kusta di Kabupaten Rembang berdasarkan orang, tempat dan waktu dengan sistem GIS yang menggambarkan variabel kepadatan penduduk, kepadatan hunian, kelembaban dan pinggiran laut. Sistem Informasi Geografis adalah produk teknologi alat bantu yang sangat esensial dalam proses menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial. SIG memiliki kemampuan untuk memodifikasi warna, bentuk, ukuran simbol untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi kedalam bentuk bebrapa layer, tematik atau coverage data spasial sehingga dapat memberikan infromasi secara tersirat maupun tersurat (Prahasta, 204). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi (SIG) yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan, mengeksplorasi, memilah-milah data dan menganalisis data secara spasial. Pada penelitian ini variabel jenis kelamin dianalisis secara univariat. Variabel kepadatan penduduk dan kelembaban udara dianalisis secara spasial. Penelitian ini dilakukan di Kota Manado pada bulan Mei-Juni 207 dengan populasi dan sampel seluruh penderita kusta yang ada di kecamatan di Kota Manado tahun

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel. Distribusi Penderita Kusta di Kota Manado Kecamatan Bunaken 0 3 Kepulauan Bunaken Tuminting 0 8 Singkil 6 6 Mapanget Paal Tikala Wenang 5 Wanea Sario 2 0 Malalayang Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Kota Manado Tabel menunjukkan bahwa kasus kusta tertinggi berada pada tahun 205 yaitu sebanyak 88 kasus dan setiap tahunnya kota Manado mengalami fluktuasi kasus kusta. Tahun 204 penderita kusta terbanyak berada di kecamatan Malalayang, tahun 205 berada di kecamatan Mapanget dan tahun 206 berada di kecamatan Tuminting. Gambaran spasial penderita kusta tahun terjadi fluktuasi setiap tahunnya. Empat kecamatan yang mengalami peningkatan kasus setiap tahunnya yaitu kecamatan Bunaken Kepulauan, Tuminting, Singkil dan Wenang. Riset Kesehatan Dasar 203 melaporkan bahwa ada 4 provinsi yang termasuk dalam beban kusta tinggi (high burden) dan Sulawesi Utara termasuk dalan 4 provinsi tersebut. High burden yaitu jika NCDR (new case detection rate: angka penemuan kasus baru) 0 per penduduk dan atau jumlah kasus lebih dari.000. Tabel 2. Distribusi Penderita Kusta berdasarkan Jenis Kelamin tahun Jenis Kelamin n % n % n % Laki-laki 4 62, 5 65, 5 74, Perempu 2 37, 3 34, 25, an Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Kota Manado Tabel 2 menunjukkan bahwa penderita kusta berjenis kelamin laki-laki tahun 204 sebanyak 43 orang (62,3%), tahun 205 sebanyak 58 orang (65,9%) dan tahun 206 sebanyak 56 orang (74,7%). Jumlah penderita kusta terbanyak selama tahun yaitu berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (67,7%). Penelitian ini sejalan dengan Ellyke (202) yang menunjukkan bahwa penderita kusta sebagian besar dialami oleh laki-laki. Tingginya prevalensi pada laki-laki disebabkan karena gaya hidup mereka yang membuka peluang untuk terjadinya infeksi. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Manyullei (202) yang menunjukkan bahwa kusta lebih sering terjadi pada laki-laki sebesar 68,8% sedangkan perempuan 39,2%. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih 4

5 banyak yang bekerja dibanding perempuan dan sangat berkaitan dengan adat istiadat dimana laki-laki sebagai kepala keluarga dituntut untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Tabel 3. Distribusi Kepadatan Penduduk di Kota Manado Tahun Kecamat an Jiwa/K Jiwa/K Jiwa/K m 2 m 2 m 2 Bunaken Kepulaua n Bunaken Tumintin g Singkil Mapange t Paal Tikala Wenang Wanea Sario Malalaya ng Rata-rata Sumber: Badan Pusat Statistik Manado Tabel 3 menunjukkan bahwa kepadatan penduduk pada tahun tertinggi berada di kecamatan Sario dan rata-rata kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 206 yaitu 6569 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk di Kota Manado terbagi menjadi dua kelompok yaitu daerah tidak padat <5.094 jiwa/km 2 dan padat jiwa/km 2. Gambaran spasial kepadatan penduduk dengan kejadian kusta menunjukkan ada 4 kecamatan yang mengalami peningkatan kasus setiap tahunnya, satu diantaranya merupakan daerah tidak padat penduduk yaitu Bunaken Kepulauan dan tiga diantaranya merupakan daerah padat penduduk yaitu Tuminting, Singkil dan Wenang. Hal ini menyebabkan Mycobacterium leprae dapat tumbuh dan berkembang antara manusia yang satu dengan manusia yang lain karena daerah yang padat penduduk mempunyai mobilitas yang tinggi, menjadi pusat pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan rumah-rumah yang 5

6 saling berdempetan (Achmadi, 2008). Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Suci Rahmawati (204), menunjukkan bahwa Mycobacterium leprae mudah berkembang karena kondisi lingkungan yang kumuh dan padat penduduk. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmad (202), yang menunjukkan bahwa sanitasi yang buruk dan keadaan Desember Rata-rata 79,7 73,8 80,7 Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Manado Tabel 9 menunjukkan bahwa tahun 204 kelembaban udara tertinggi berada pada bulan Januari dan Desember (86%), tahun 205 berada pada bulan Januari (87%), dan tahun 206 berada pada bulan Februari dan Desember (85%). lingkungan yang tidak baik di daerah yang padat penduduk dapat menyebabkan virus dan bakteri dapat berkembang dengan cepat. Tabel 9. Distribusi Kelembaban Udara di Kota Manado Tahun Bulan % % % Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Kelembaban udara di Kota Manado dibagi menjadi dua ketgori yaitu lembab ( 40%-00%) dan tidak lembab. (<40%). Kota Manado memiliki ratarata kelembaban 40% yaitu termasuk kategori lembab. Penyakit kusta tertinggi yaitu pada tahun 205 dengan kasus sebesar 88 dan kelembaban udara 73,8%. Kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lainnya tidak memiliki perbedaan kelembaban udara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Patmawati (205) di Kabupaten Polewali Mandar, mengatakan bahwa kelembaban udara 6

7 yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bagi penghuninya dan menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga Mycobacterium leprae dapat muncul dan hidup dalam keadaan sekret hidung yang kering dengan kelembaban 77,6%. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Dani Agriyanti (204), responden yang tidak memiliki ventilasi yang memadai dan tidak memiliki ventilasi dapat meningkatkan kelembaban didalam ruangan. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pertukaran antara udara yang bersih dengan yang kotor sehingga ruangan menjadi pengap dan memudahkan Mycobacterium leprae dapat muncul dan berkembang dengan cepat. KESIMPULAN Distribusi penderita kusta tahun didominasi oleh jenis kelamin lakilaki. Gambaran spasial jumlah kasus kusta berdasarkan kepadatan penduduk menunjukkan bahwa pada tahun ada tiga kecamatan yang merupakan daerah padat penduduk mengalami peningkatan kasus kusta yaitu kecamatan Tuminting, Singkil dan Wenang. Kecamatan Bunaken Kepulauan yang merupakan daerah tidak padat penduduk juga mengalami peningkatan kasus kusta. Gambaran spasial jumlah kasus kusta berdasarkan kelembaban udara menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kelembaban udara antara kecamatan satu dengan kecamatan lainya di Kota Manado. Kasus tertinggi kusta pada tahun 205 yaitu 88 kasus dengan kelembaban udara 73,8%. SARAN. Untuk instansi yang ada di Kota Manado dapat mengembangkan strategi untuk mengeliminasi kasus kusta di Kota Manado dan melakukan penyuluhan kesehatan mengenai kusta terlebih di daerah yang mengalami peningkatan kasus seperti Tuminting, Singkil, Wenang dan Bunaken Kepulauan. 2. Untuk dijadikan kepustakaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat, menambah wawasan keilmuan bagi pembacanya dan dapat dikembangkan lagi penelitian spasial penyakit kusta. 3. DAFTAR PUSTAKA Achmadi U.F Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press. Argiyanti, Dani Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang. 7

8 Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Badan Pusat Statistik Kota Manado Manado Dalam Angka. Manado: BPS. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Manado Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Peningkatan Kapasitas Dokter Puskesmas Dalam Tatalaksana Kasus Kusta Se Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Dinas Kesehatan Provinsi. Ellyke Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Penduduk Dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Jember: Universitas Jember. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Manyullei, S Gambaran Faktor Yang Berhubungan Dengan Penderita Kusta Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Makassar: Universitas Hassanudin Patmawati Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku Penderita Kusta di Kabupaten Polewali Mandar. Sulawesi Barat: Universitas Al Asyariah Mandar. Prahasta, E Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung: Informatika. Rachmawati, Suci Penyakit Kusta di Bangkalan Tahun Surabaya: Universitas Negeri Suarabaya. Rohmad Analisis Spasial Kejadian Penyakit Kusta di Kabupaten Rembang Tahun 202. Surakarta: Universitas Muhammdiyah Surakarta. World Health Organization Leprosy-Number of Reported Cases Data by Country. Geneva diakses dari e.main.a639 pada tanggal 0 Maret 207 pukul WITA 8