BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN. densitas ; pengujian densitas sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial
|
|
- Liana Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN 4.1 Data Data-data yang digunakan untuk analisa penelitian meliputi data pengujian densitas ; pengujian densitas sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial density) dan densitas yang telah mengalami relaksasi selama 1 minggu (relaxed density) dan data pengujian kuat tekan dalam arah aksial (axial compressive strength) Data Densitas Densitas merupakan salah satu parameter penting dalam pembriketan. Densitas pembriketan biomasa tergantung dari densitas masing-masing biomasa itu sendiri, tekanan pembriketan, waktu serta temperatur pembriketan.untuk menentukan kestabilan briket maka pengukuran panjang dilakukan sesaat setelah keluar dari cetakan dan setelah 1 minggu briket disimpan dalam kondisi lingkungan. Data-data pengujian densitas diperoleh dari pengukuran massa, panjang dan diameter briket biomasa. Data ini diambil sesaat briket dikeluarkan dari cetakan dan setelah briket mengalami relaksasi selama 1 minggu.data-data hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4 dan
2 40 Tabel 4.1 Menampilkan data pengujian densitas tanpa menggunakan pengikat. Tabel 4.1 Densitas briket biomasa tanpa menggunakan pengikat Tekanan Density (kg/m³) kg/cm² Initial Relaxed , , , , , , , , , ,657 Tabel 4.2 Menampilkan data pengujian densitas untuk pengikat molasses. Tabel 4.2 Densitas briket biomasa dengan pengikat molasses Tekanan kg/cm² Initial density (kg/m³) Relaxed density (kg/m³) 5% 10% 15% 20% 5% 10% 15% 20% , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,38 894, , , , , , , , , , , , , , , , , ,633 Data-data pengujian densitas pengikat kanji ditunjukkan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Densitas briket biomasa dengan pengikat kanji Tekanan Initial density (kg/m³) Relaxed density (kg/m³) kg/cm² 5% 10% 15% 20% 5% 10% 15% 20% , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,872
3 41 Tabel 4.4 Menampilkan data pengujian densitas untuk pengikat bentonit. Tabel 4.4 Densitas briket biomasa dengan pengikat bentonit Tekanan Initial density (kg/m³) Relaxed density (kg/m³) Kg/cm² 5% 10% 15% 20% 5% 10% 15% 20% , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,769 Data-data pengujian densitas pengikat lime ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Densitas briket biomasa dengan pengikat lime Tekanan Initial density (kg/m³) Relaxed density (kg/m³) kg/cm² 5% 10% 15% 20% 5% 10% 15% 20% , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Data Kuat Tekan Kuat tekan adalah beban maksimum yang dikenakan sampai briket pecah/hancur dibagi dengan luas penampang briket. Kegunaan kuat tekan antara lain untuk mengetahui kekuatan desak briket, sebagai indikasi bahwa briket tidak mudah pecah pada saat ditumpuk sehingga membantu dalam penanganannya dalam hal ini penyimpanan dan trasportasi. Data-data pengujian kuat tekan briket biomasa diperoleh dengan melakukan pembebanan dalam arah aksial pada posisi briket berdiri tegak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin Universal Testing Machine range pembebanan 5 kg. Tabel 4.6 menunjukkan data-data pengujian kuat tekan briket biomasa tanpa menggunakan pengikat (binder).tabel 4.7 menunjukkan data-data
4 42 pengujian kuat tekan briket biomasa dengan kandungan pengikat molasses dan kanji.tabel 4.8 menunjukkan data-data pengujian kuat tekan briket biomasa dengan kandungan pengikat bentonit dan lime. Tabel 4.6 Kuat tekan briket biomasa tanpa menggunakan pengikat Tekanan kg/cm³ Kuat tekan (kg/cm²) , ,745 Tabel 4.7 Kuat tekan briket biomasa pengikat molasses dan kanji Kuat tekan (kg/cm²) Tekanan Kg/cm² Molasses Kanji 5% 10% 15% 20% 5% 10% 15% 20% ,981 2, ,132 1, ,019 3, ,075 2, Tabel 4.8 Kuat tekan briket biomasa pengikat bentonit dan lime Kuat tekan (kg/cm²) Tekanan Bentonit Lime Kg/cm² 5% 10% 15% 20% 5% 10% 15% 20% ,132 1, , ,028 1, , Analisa Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat fisik dan mekanik briket biomasa. Sifat fisik berupa densitas sesaat setelah keluar dari cetakan (initial density) dan densitas yang telah mengalami relaksasi selama 1 minggu (relaxed density). Sifat mekanik berupa kuat tekan dalam arah aksial.variasi pengujian ini adalah tekanan pembriketan,
5 43 jenis binder dan kandungan binder.hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah nilai densitas dan nilai kuat tekan.data-data hasil pengujian tersebut kemudian dianalisa untuk menghasilkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian. Ket : A : tekanan pembriketan1000 kg/cm², B : tekanan pembriketan 800 kg/cm² C : tekanan pembriketan 600 kg/cm², D : tekanan pembriketan 400 kg/cm² E : tekanan pembriketan 200 kg/cm² Dalam pembriketan, jenis serbuk gergajian kayu Kalimantan yang digunakan adalah kayu Meranti.Pada pembriketan tanpa menggunakan pengikat, menimbulkan suara cukup mengganggu pada saat pembriketan, maupun ketika mengeluarkannya dari cetakan.hal ini dikarenakan biomasa yang digunakan kering, sehingga mengakibatkan terjadi gesekan dengan dinding cetakan dan tidak adanya pelumasan.pada gambar 4.1 untuk tekanan 200 kg/cm² bentuk briket sedikit mengalami retak. Retak ini terjadi kemungkinan karena ikatan antar partikel belum kuat disebabkan tekanan pembriketan yang dilakukan terlalu kecil sehingga belum bisa mencapai sisi bagian briket yang lain.
6 44 Fenomena pemadatan dapat dijelaskan bahwa ketika biomasa dilakukan penekanan awal maka yang terjadi adalah penyusunan partikel secara sendiri membentuk paket ikatan massa tertutup. Selama fasa ini partikel masih mempertahankan sifat asli material karena energi akan menghilang diantara interpartikel dan gesekan partikel biomasa dengan dinding cetakan. Ketika tekanan pembriketan semakin tinggi maka partikel terpadatkan lagi menyebabkan pengikatan partikel biomasa menjadi lebih rapat.kemudian terjadi deformasi elastis dan plastis yang meningkatkan kontak interpartikel. Karena partikel cukup berikatan satu dengan lainnya maka berpotensi terjadi gaya Van Der Waal s, gaya elektrostatik dan ikatan dengan bahan pengikat. Apabila partikel biomasa kasar kemudian tekanan pembriketan dapat mencapai deformasi plastis maka akan terjadi mekanisme interlocking (Gray 1968). Pada pengujian kuat tekan briket biomasa tanpa menggunakan pengikat, hanya pada tekanan pembriketan 800 kg/cm² dan 1000 kg/cm² yang diketahui nilai kuat tekannya. Kemungkinan ikatan yang terjadi pada partikel biomasa serbuk gergajian kayu Kalimantan jenis Meranti berupa gaya Van Der Wall s. Ikatan ini terjadi pada butiran partikel biomasa yang halus dan ikatan antar molekulnya agak lemah (Sumaryono, 1995). Pada tekanan pembriketan 200 kg/cm², 400 kg/cm², dan 600 kg/cm² nilai kuat tekannya tidak ada. Hal ini karena briket biomasa pecah/hancur ketika pembebanan awal dan jarum pengukur beban belum mengalami pergeseran. Ini terjadi karena kebanyakan partikel biomasa masih mempertahankan sifat asli, sehingga apabila tekanan pemadatan yang dilakukan terlalu rendah maka energi hanya akan hilang diantara interpartikel dan saat terjadi gesekan partikel dengan dinding cetakanm dilakukan terlalu rendah
7 45 maka energi hanya akan hilang diantara interpartikel dan saat terjadi gesekan partikel dengan dinding cetakan Pengaruh Tekanan Pembriketan dan jenis Binder terhadap Initial Density dan Relaxed Density Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa initial density briket biomasa tertinggi pada tekanan pembriketan 1000 kg/cm² adalah dengan menggunakan pengikat kanji.tetapi pada tekanan dibawah 1000 kg/cm² nilai initial density
8 46 tertinggi pada briket biomasa pengikat bentonit. Briket biomasa dengan pengikat molasses, kanji dan bentonit mempunyai nilai initial density lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Hal ini berarti bahwa pengikat dapat berfungsi dengan baik yaitu menaikkan pemadatan dalam proses pembriketan dengan meningkatkan ikatan antara partikel biomasa. Bentonit mempunyai bentuk yang sangat lembut dan halus sehingga dapat memasuki ruang kosong diantara partikel biomasa.pengikat kanji dan molasses dapat merekatkan serbuk gergajian dengan baik pada komposisi persentasi pengikat 5% ini.pada pengikat lime, nilai initial density briket biomasa yang dihasilkan dibawah briket biomasa tanpa menggunakan pengikat.sehingga fungsi pengikat tidak dapat berjalan dengan baik. Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa relaxed density briket biomasa tertinggi adalah briket biomasa dengan pengikat bentonit. Pengikat bentonit dapat bersifat sebagai plasticisizer (meningkatkan sifat plastis). Briket biomasa pengikat molasses dan kanji memiliki nilai relaxed density lebih tinggi daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga pengikat dapat meningkatkan pemadatan dalam pembriketan sehingga ikatan diantara partikel biomasa dapat terjadi dengan baik. Pengikat lime pada briket serbuk gergajian kayu Kalimantan ketika telah mengalami relaksasi selama 1 minggu nilai relaxed density tetap dibawah briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Hal ini berarti fungsi pengikat lime tidak berjalan dengan baik.
9 47 Tabel 4.9 Hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density untuk berbagai jenis pengikat pada persentasi pengikat 5 %. Jenis Pengikat a b - 96, ,99 Molasses ,75 Kanji 101,34 239,89 Bentonit 84,41 368,91 Lime 71, ,56 Dari gambar 4.3 dapat dibuat hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density. Maka dapat diketahui perbedaan hubungan eksponensial tekanan pembriketan, P dalam kg/cm², dan relaxed density, D dalam kg/m³. Bentuk persamaannya : D = a ln P + b Dimana, a dan b adalah konstanta empirik.tabel 4.9 menunjukkan nilai dari masing-masing konstanta. Densitas rasio dari masing-masing jenis pengikat dapat diketahui dari persamaan : Untuk densitas rasio briket biomasa tanpa menggunakan pengikat 0,153 dan briket biomasa pengikat molasses 0,143. Densitas rasio briket biomasa pengikat kanji 0,143 ; dan briket biomasa pengikat bentonit 0,126 serta untuk briket biomasa pengikat lime 0,158. Sehingga dapat ketahui bahwa pada briket biomasa persentasi pengikat 5% yang memiliki relaksasi terkecil adalah briket biomasa dengan pengikat bentonit.
10 48 Dari gambar 4.4 dapat diketahui nilai initial density tertinggi pada briket biomasa pengikat molasses.briket biomasa pengikat bentonit untuk tekanan dibawah 1000 kg/cm² nilai initial density lebih tinggi daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Pada biomasa pengikat kanji dan lime nilai initial density lebih rendah daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat.
11 49 Tabel 4.10 Hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density untuk berbagai jenis pengikat pada persentasi pengikat 10 %. Jenis Pengikat a b - 96, ,99 Molasses 94, ,57 Kanji 86, ,91 Bentonit 88,51 327,56 Lime 80,19 334,86 Dari gambar 4.5 dapat dibuat hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density. Maka dapat diketahui perbedaan hubungan eksponensial tekanan pembriketan, P dalam kg/cm², dan relaxed density, D dalam kg/m³. Bentuk persamaannya : D = a ln P + b Dimana, a dan b adalah konstanta empirik.tabel 4.10 menunjukkan nilai dari masing-masing konstanta. persamaan Densitas rasio dari masing-masing jenis pengikat dapat diketahui dari Densitas rasio briket biomasa tanpa menggunakan pengikat 0,153 dan briket biomasa pengikat molasses 0,151. Densitas rasio briket biomasa pengikat kanji 0,136 ; dan briket biomasa pengikat bentonit 0,135 serta untuk briket biomasa pengikat lime 0,155. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada briket biomasa persentasi pengikat 10% yang memiliki relaksasi terkecil adalah briket biomasa dengan pengikat bentonit.
12 50 Dari gambar 4.6 diketahui nilai initial density tertinggi terjadi pada briket biomasa pengikat molasses. Briket biomasa pengikat kanji, bentonit, dan lime nilai initial density berada dibawah briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Relaksasi setelah satu minggu dapat dilihat dari gambar 4.7, diketahui bahwa nilai relaxed density tertinggi pada briket biomasa pengikat molasses. Dan pada tekanan dibawah 400 kg/cm² nilai relaxed density briket biomasa pengikat
13 51 bentonit lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Briket biomasa pengikat kanji, dan lime nilai relaxed density masih berada dibawah briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Tabel 4.11 Hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density untuk berbagai jenis pengikat pada persentasi pengikat15 %. Jenis Pengikat a b - 96, ,99 Molasses 82, ,63 Kanji 104,6 141,84 Bentonit 70, ,41 Lime 76, ,88 Dari gambar 4.7 dapat dibuat hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density. Maka dapat diketahui perbedaan hubungan eksponensial tekanan pembriketan, P dalam kg/cm², dan relaxed density, D dalam kg/m³. Bentuk persamaannya : D = a ln P + b Dimana, a dan b adalah konstanta empirik. Tabel 4.11 menunjukkan nilai dari masing-masing konstanta. Densitas rasio dari masing-masing jenis pengikat dapat diketahui dari persamaan : Densitas rasio briket biomasa tanpa menggunakan pengikat 0,153 dan untuk briket biomasa pengikat molasses 0,153. Densitas rasio briket biomasa pengikat kanji 0,165 ; dan briket biomasa pengikat bentonit 0,148 serta untuk briket biomasa pengikat lime 0,149. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada briket
14 52 biomasa persentasi pengikat 15% yang memiliki relaksasi terkecil adalah briket biomasa dengan pengikat bentonit. Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa briket biomasa dengan pengikat molasses mempunyai nilai initial density paling besar. Hal ini dapat dipahami karena pengikat molasses meningkatkan ikatan dengan menghilangkan ruang kosong diantara partikel biomasa. Untuk briket biomasa dengan pengikat bentonit, lime dan kanji, nilai initial density masih dibawah nilai initial density briket
15 53 biomasa tanpa menggunakan pengikat. Kemungkinan kandungan pengikat yang terlalu banyak dapat menyebabkan ikatan menjadi lebih elastis. Pada gambar 4.9 dapat diketahui bahwa briket biomasa dengan pengikat molasses memiliki nilai relaxed density paling besar. Pada tekanan pembriketan 200 kg/cm² nilai relaxed density briket biomasa dengan pengikat bentonit lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Karena pada tekanan pemberiketan yang rendah dibutuhkan kandungan pengikat yang lebih banyak. Pada briket biomasa pengikat kanji dan lime nilai relaxed density berada dibawah briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Dari gambar 4.9 dapat dibuat hubungan antara tekanan pembriketan dan relaxed density. Maka dapat diketahui perbedaan hubungan eksponensial tekanan pembriketan, P dalam kg/cm², dan relaxed density, D dalam kg/m³. Bentuk persamaannya : D = a ln P + b Dimana, a dan b adalah konstanta empirik.tabel 4.12 menunjukkan nilai dari masing-masing konstanta.
16 54 Densitas ratio dari masing-masing jenis pengikat dapat diketahui dari persamaan : Densitas rasio briket biomasa tanpa menggunakan pengikat 0,153 dan briket biomasa pengikat molasses 0,174. Densitas rasio briket biomasa pengikat kanji 0,140 dan briket biomasa pengikat bentonit 0,151 serta untuk briket biomasa pengikat lime 0,146. Sehingga dapat disimpulkan bahwa briket biomasa persentasi pengikat 20 % yang memiliki relaksasi terkecil adalah briket biomasa dengan pengikat kanji Pengaruh Tekanan Pembriketan dan Persentasi Binder terhadap Initial Density dan Relaxed Density Pembriketan menggunakan pengikat molasses
17 55 Gambar 4.12 Grafik pengaruh tekanan pembriketan dan persentasi pengikat terhadap relaxed density pada briket biomasa dengan pengikat molasses. Dari gambar 4.11 dapat diketahui bahwa semakin tinggi tekanan pembriketan yang dilakukan maka initial density briket biomasa yang dihasilkan semakin meningkat.tekanan pembriketan menyebabkan partikel-partikel terdesak saling merapat mengakibatkan kontak permukaan antar partikel menjadi lebih besar sehingga menghilangkan ruang kosong antar partikel.pada tekanan
18 56 pembriketan yang semakin tinggi menyebabkan ikatan partikel menjadi semakin lebih rapat sehingga dapat terjadi deformasi plastis.pada variasi persentasi pengikat dapat diketahui bahwa semakin besar kandungan pengikatnya maka initial density briket biomasa yang dihasilkan juga semakin besar.hal ini dikarenakan fungsi pengikat molasses berperan penting dalam pengikatan antar partikel serbuk gergajian.pengikat molasses dapat mengisi celah/ruang kosong antar partikel sehingga membuat ikatan antar partikel menjadi lebih kuat. Relaxed density selama 1 minggu dapat dilihat dari gambar 4.12 didapatkan hasil bahwa densitas tertinggi pada tekanan 1000 kg/cm² terjadi pada persentasi binder 5%, kemudian pada tekanan 600kg/cm² dan 800 kg/cm² relaxed density terbesar pada persentasi pengikat molasses 10%. Pada tekanan dibawah 600 kg/cm², semakin besar persentasi pengikat molasses maka relaxed density semakin besar. Hal ini terjadi karena pada tekanan rendah dibutuhkan pengikat untuk mendapatkan ikatan antar partikel biomasa yang kuat. Nilai relaxed density briket biomasa pengikat molasses memiliki nilai yang lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat.
19 57 Dari gambar 4.14 nilai initial density dapat diketahui bahwa semakin tinggi tekanan pembriketan yang dilakukan maka densitas briket semakin meningkat. Dengan adanya tekanan pembriketan menyebabkan partikel biomasabergerak
20 58 tersusun saling merapat sehingga menghilangkan ruang kosong diantara partikel.pada variasi persentasi pengikat kanji diketahui bahwa initial density tertinggi pada persentasi pengikat 5 % dan ketika persentasi pengikatnya bertambah besar maka initial density cenderung menurun.hal ini berarti fungsi pengikat pada persentasi pengikat kanji 5 % dapat berjalan dengan baik.pada penambahan persentasi pengikat kanji ini, menyebabkan bertambahnya volume campuran briket biomasa.hal ini terjadi karena kanji setelah dijadikan lem kanji mempunyai bentuk gel. Gel sendiri mempunyai volume massa lebih besar sehingga menyebabkan briket mempunyai densitas lebih besar. Relaxed density setelah 1 minggu diketahui dari gambar 4.15 bahwa densitas tertinggi pada persentasi pengikat kanji 5%. Pada tekanan pembriketan 1000 kg/cm² dengan persentasi pengikat kanji 10% memiliki nilai relaxed density lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Dan pada persentasi pengikat kanji 15 % dan 20 % nilai relaxed density berada dibawah tanpa menggunakan pengikat. Pada tekanan dibawah 600 kg/cm² nilai relaxed density briket biomasa persentasi pengikat 20% lebih besar daripada briket biomasa menggunakan pengikat 15%. Hal ini terjadi karena pada tekanan rendah dibutuhkan pengikat untuk mendapatkan ikatan antar partikel biomasa yang kuat. Dari gambar 4.17 nilai initial denisty briket biomasa dapat diketahui bahwa semakin tinggi tekanan pembriketan yang dilakukan maka densitas briket semakin meningkat.tekanan pembriketan menyebabkan partikel-partikel terdesak saling merapat mengakibatkan kontak permukaan antar partikel menjadi lebih besar sehingga menghilangkan ruang kosong antar partikel.pada tekanan pembriketan
21 59 yang semakin tinggi menyebabkan ikatan partikel biomasa menjadi semakin lebih rapat sehingga dapat terjadi deformasi plastis. Pada variasi persentasi pengikat bentonit, initial density briket biomasa tertinggi terjadi pada persentasi pengikat 5% kemudian cenderung mengalami penurunan ketika persentasi pengikat bentonit bertambah.fungsi pengikat pada persentasi pengikat betonit 5 % dapat berjalan dengan baik.hal ini terjadi karena pengikat bentonit dapat memasuki celah/ruangan kosong antar partikel dan tidak mengganggu kontak permukaan antar partikel biomasa.hal ini dapat dianalisa dari bentonit yang dicampur dahulu dengan air pada perbandingan 1:1.Semakin banyak persentasi pengikat bentonit yang ditambahkan pada briket menyebabkan kandungan air dalam briket biomasa meningkat. Kandungan air ini akan melemahkan ikatan antar partikel biomasa. Air mempunyai sifat tidak dapat dimampatkan (incompresible) sehingga menyebabkan densitasnya semakin menurun..relaxed density setelah 1 minggu diketahui dari gambar 4.18 dimana densitas tertinggi pada persentasi pengikat 5%.Relaxed density briket biomasa pada persentasi pengikat bentonit 10% lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Dan pada tekanan pembriketan 200 kg/cm² relaxed density briket biomasa pengikat bentonit lebih besar daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Hal ini berarti fungsi pengikat bentonit pada tekanan pembriketan 200 kg/cm² dapat berjalan dengan baik. Dari gambar 4.20 nilai initial density briket biomasa dapat diketahui bahwa semakin tinggi tekanan pembriketan yang dilakukan maka densitas briket semakin meningkat.tekanan pembriketan menyebabkan partikel-partikel terdesak saling merapat mengakibatkan kontak permukaan antar partikel menjadi lebih besar
22 60 sehingga menghilangkan ruang kosong antar partikel.pada tekanan pembriketan yang semakin tinggi menyebabkan ikatan partikel biomasa menjadi semakin lebih rapat sehingga dapat terjadi deformasi plastis. Pada variasi persentasi pengikat lime diketahui bahwa semakin besar persentasi pengikatnya maka initial density briket yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini dapat dianalisa dari lime yang dicampur dahulu dengan air pada perbandingan 1:1. Semakin banyak persentasi pengikat lime yang ditambahkan pada briket menyebabkan kandungan air dalam briket biomasa meningkat. Kandungan air ini akan melemahkan ikatan antar partikel biomasa. Air mempunyai sifat tidak dapat dapat dimampatkan (incompresible) sehingga menyebabkan densitasnya semakin menurun.relaxed density setelah 1 minggu diketahui dari gambar 4.21 bahwa semakin banyak persentasi pengikat lime maka nilai densitasnya menurun. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi pengikat lime tidak dapat berjalan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa pengikat lime tidak sesuai untuk pengikat briket biomasa serbuk gergajian kayu Kalimantan dan mungkin sesuai untuk briket selain biomasa. Pada gambar 4.22 dapat dilihat bahwa briket biomasa dengan pengikat lime terdapat beberapa retak dan ada sedikit yang hancur setelah dikeluarkan dari cetakan dalam beberapa menit. Kemungkinan ini pengaruh dari air yang menyebabkan ikatan antar partikel menjadi melemah. Pada kandungan pengikat lime lebih besar dari 10 % bentuk briket semakin menjadi jelek. Dari gambar 4.23 dapat diketahui bahwa kuat tekan aksial tertinggi pada briket biomasa menggunakan pengikat molasses.bila dilihat dari nilai kuat tekan maka nilai kuat tekan briket biomasa menggunakan pengikat molasses hampir dua
23 61 kali briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Briket biomasa pengikat kanji dan bentonit memiliki nilai kuat tekan hampir sama. Briket biomasa pengikat lime memliki nilai kuat tekan lebih tinggi daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Hal ini berarti keempat pengikat pada persentasi pengikat 5 % dapat menaikkan nilai kuat tekan briket biomasa dan fungsi pengikat dapat berjalan dengan baik. Dari gambar 4.24 terlihat bahwa kuat tekan aksial tertinggi pada briket biomasa pengikat molasses.pengikat molasses ini mampu meningkatkan nilai kuat tekan briket biomasa menjadi dua kalinya.briket biomasa pengikat kanji mempunyai nilai kuat tekan lebih tinggi daripada briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Nilai kuat tekan briket biomasa pengikat bentonit hampir sama dengan briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Pada briket biomasa pengikat lime tidak didapatkan nilai kuat tekan untuk berbagai variasi tekanan pembriketan. Hal ini berarti pada persentasi pengikat 10 % fungsi pengikat lime tidak dapat berjalan dengan baik. Dari gambar 4.25 dapat diketahui bahwa pada tekanan pembriketan 200 kg/cm², 400 kg/cm² dan 600 kg/cm² nilai kuat tekan briket tidak ada. Hal ini terjadi karena ketika dilakukan pengujian kuat tekan menggunakan UTM briket biomasa sudah hancur/pecah pada pembebanan awal dan jarum pengukur beban belum mengalami pergeseran.hal ini berarti pada tekanan tersebut ikatan pertikel briket biomasa masih lemah.pada tekanan pembriketan 800 kg/cm² hasil pengujian kuat tekan menggunakan UTM dapat terbaca pada alat ukur pembebanan dan ketika tekanan pembriketan semakin tinggi maka kuat tekan briket yang dihasilkan juga semakin tinggi.tekanan pembriketan menyebabkan
24 62 partikel-partikel terdesak saling merapat mengakibatkan kontak permukaan antar partikel menjadi lebih besar sehingga menghilangkan ruang kosong antar partikel. Kondisi ini dapat juga dikaitkan dengan gaya tarik menarik antara partikel serbuk semakin kuat akibat penambahan pengikat molasses. Pada variasi persentasi pengikat dapat diketahui bahwa semakin tinggi persentasi pengikat molasses maka kuat tekan briket bertambah dan tertinggi pada persentasi pengikat molasses 10 %.Untuk variasi persentasi pengikat 15 %, dan 20% nilai kuat tekan briket tidak ada.kemungkinan ini terjadi karena semakin banyak pengikat molasses menyebabkan campuran briket biomasa menjadi elastis.sifat elastis ini membuat ikatan antar partikel menjadi melemah. Dari gambar 4.26 dapat diketahui bahwa pada tekanan pembriketan 200 kg/cm², 400 kg/cm² dan 600 kg/cm² nilai kuat tekan briket tidak ada. Hal ini terjadi karena ketika dilakukan pengujian kuat tekan menggunakan UTM briket biomasa sudah hancur/pecah pada pembebanan awal dan jarum pengukur beban belum mengalami pergeseran.hal ini berarti pada tekanan tersebut ikatan partikel briket biomasa masih lemah.pada tekanan pembriketan 800 kg/cm² hasil pengujian kuat tekan menggunakan UTM dapat terbaca pada alat ukur pembebanan dan ketika tekanan pembriketan semakin tinggi maka kuat tekan briket yang dihasilkan juga semakin tinggi.tekanan pembriketan menyebabkan partikel-partikel terdesak saling merapat mengakibatkan kontak permukaan antar partikel menjadi lebih besar sehingga menghilangkan ruang kosong antar partikel.pada tekanan pembriketan yang semakin tinggi menyebabkan ikatan partikel menjadi semakin lebih rapat sehingga dapat terjadi deformasi plastis.hal
25 63 ini juga dikarenakan fungsi pengikat kanji yang menyebabkan ikatan partikel menjadi lebih kuat. Pada variasi persentasi pengikat nilai kuat tekan tertinggi pada persentasi pengikat kanji 10 %, kemudian mengalami penurunan apabila persentasi pengikatnya bertambah.pada variasi persentasi pengikat kanji 15 %, dan 20 % nilai kuat tekan briket tidak ada.hal ini terjadi karena semakin banyak pengikat menyebabkan campuran briket menjadi elastis.sifat elastis ini membuat ikatan antar partikel menjadi melemah. Dari gambar 4.27 dapat diketahui bahwa pada tekanan pembriketan 200 kg/cm², 400 kg/cm² dan 600 kg/cm² nilai kuat tekan briket tidak ada. Hal ini terjadi karena ketika dilakukan pengujian kuat tekan menggunakan UTM briket biomasa sudah hancur/pecah pada pembebanan awal dan jarum pengukur beban belum mengalami pergeseran.pada tekanan pembriketan 800 kg/cm² hasil pengujian kuat tekan menggunakan UTM dapat terbaca pada alat ukur pembebanan dan ketika tekanan pembriketan semakin tinggi maka kuat tekan briket yang dihasilkan juga semakin tinggi.hal ini terjadi karena ikatan antar partikel pada tekanan tinggi menyebabkan ikatannya semakin rapat sehingga luas bidang kontak permukaan meningkat. Hal ini menyebabkan gaya molekular menyebar cukup tinggi sehingga meningkatkan kekuatan ikatan antar partikel (Grover dan Mishra, 1996). Pada variasi persentasi pengikat dapat diketahui kuat tekan tertinggi pada persentasi pengikat bentonit 5 %, kemudian kuat tekan cenderung mengalami penurunan apabila persentasi pengikatnya bertambah. Salah satu teori yang memungkinkan terjadinya ikatan antara partikel biomasa dengan air adalah karena
26 64 sifat air yang mempunyai muatan positif di satu sisi dan bermuatan negatif di sisi yang lain. Sehingga molekul air dapat berfungsi sebagai jembatan ikatan.tetapi kalau jumlah air terlalu banyak mungkin dapat terjadi solvasi gugus-gugus fungsional beroksigen sehingga ikatan melemah kembali (Sumaryono, 1995).Hal ini terjadi karena pada pengikat bentonit dicampur dengan air pada perbandingan 1:1. Sehingga apabila kandungan pengikat bertambah besar maka kadar air dalam briket semakin besar. Kadar air ini akan mengganggu ikatan antar partikel biomasa. Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa pada tekanan pembriketan 200 kg/cm², 400 kg/cm² dan 600 kg/cm² nilai kuat tekan briket tidak ada. Hal ini terjadi karena ketika dilakukan pengujian kuat tekan menggunakan UTM briket biomasa sudah hancur/pecah pada pembebanan awal dan jarum pengukur beban belum mengalami pergeseran.pada tekanan pembriketan 800 kg/cm² hasil pengujian kuat tekan menggunakan UTM dapat terbaca pada alat ukur pembebanan dan ketika tekanan pembriketan semakin tinggi maka kuat tekan briket yang dihasilkan juga semakin tinggi.hal ini terjadi karena ikatan antar partikel pada tekanan tinggi menyebabkan ikatannya semakin rapat sehingga luas bidang kontak permukaan meningkat. Hal ini menyebabkan gaya molekular menyebar cukup tinggi sehingga meningkatkan kekuatan ikatan antar partikel (Grover dan Mishra, 1996). Pada variasi persentasi pengikat, nilai kuat tekan yang diketahui hanya pada persentasi pengikat lime 5 %. Salah satu teori yang memungkinkan terjadinya ikatan antara partikel biomasa dengan air adalah karena sifat air yang mempunyai muatan positif di satu sisi dan bermuatan negatif di sisi yang lain. Sehingga
27 65 molekul air dapat berfungsi sebagai jembatan ikatan.tetapi kalau jumlah air terlalu banyak mungkin dapat terjadi solvasi gugus-gugus fungsional beroksigen sehingga ikatan melemah kembali (Sumaryono, 1995).Hal ini terjadi karena pada pengikat bentonit dicampur dengan air pada perbandingan 1:1. Sehingga apabila kandungan pengikat bertambah besar maka kadar air dalam briket semakin besar. Kadar air ini menggangu ikatan antar partikel biomasa. Dari nilai kuat tekan briket biomasa persentasi pengikat lime 5 % bila dibandingkan dengan briket biomasa tanpa pengikat maka nilai kuat tekan tidak jauh berbeda. Berarti fungsi pengikat lime tidak dapat berjalan dengan baik. Pada perbandingan ini menggunakan dua jenis serbuk gergajian kayu Kalimantan yang berbeda yaitu ; kayu Kalimantan jenis Meranti dan kayu Kalimantan jenis Merbau. Kayu Meranti mempunyai warna coklat muda dan bentuk butirnya agak halus.sedangkan kayu Merbau mempunyai warna coklat tua dan bentuk butirnya agak kasar. Dari data hasil pengujian kuat tekan aksial dapat dibuat grafik seperti dibawah ini, kedua jenis kayu Kalimantan ini memiliki perbedaan nilai kuat tekan aksial yang signifikan. Pada briket biomasa kayu Merbau ketika tekanan pembriketan 200 kg/cm² sudah mempunyai nilai kuat tekan sebesar 1,88 kg/cm², dan nilai kuat tekannya semakin besar ketika tekanan pembriketan meningkat. Jenis kayu Merbau memiliki butiran agak kasar ketika dibriket dapat terjadi pengikatan partikel menjadi lebih rapat sehingga terjadi deformasi plastis maka akan menyebabkan mekanisme interlocking (Gray 1968). Pengaruh fungsi pengikat molasses juga berperan dalam pengikatan partikel menjadi lebih kuat. Pada briket biomasa kayu Meranti ketika tekanan pembriketan 800 kg/cm²
28 66 mempunyai nilai kuat tekan sebesar 2,028 kg/cm² dan kuat tekan meningkat pada tekanan pembriketan 1000 kg/cm sebesar 3,537 kg/cm². Hal ini dapat disimpulkan bahwa kayu Meranti mempunyai sifat lebih elastis daripada kayu Merbau. Dari pembahasan yang telah dilakukan pada pengaruh tekanan pembriketan, jenis binder dan kandungan binder terhadap karakteristik sifat fisik dan mekanik briket biomasa.maka dapat dicari parameter optimum menggunakan metode pembobotan pada berbagai variasi tekanan pembriketan, jenis binder dan kandungan binder. Pembobotan di sini menggunakan dua varaiabel yaitu nilai densitas dan nilai kuat tekan dimana masing-masing memiliki bobot yang sama. Semakin besar pertambahan panjang dan diameter briket biomasa maka relaksasi yang terjadi akan semakin besar. Relaksasi ini membuat densitas briket menjadi lebih kecil sehingga menurunkan nilai kalor volumetrik briket biomasa. Relaksasi ini diketahui dari rasio nilai initial density dan relaxed density. Sementara nilai kuat tekan briket biomasa mengindikasikan nilai ketahanan briket terhadap kekuatan desak.kuat tekan dalam pembobotan didapatkan dari perbandingan kuat tekan briket biomasa variasi tertentu dengan kuat tekan briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Sedangkan untuk nilai pembobotan menggunakan rumus : Sementara nilai kuat tekan briket biomasa mengindikasikan nilai ketahanan briket terhadap kekuatan desak.kuat tekan dalam pembobotan didapatkan dari perbandingan kuat tekan briket biomasa variasi tertentu dengan kuat tekan briket biomasa tanpa menggunakan pengikat. Sedangkan untuk nilai pembobotan menggunakan rumus Maka parameter pembriketan optimum didapatkan pada nilai yang terbesar menggunaka rumus :
29 67 PPO = 0,5 X + 0,5 Y Ket : n : variasi tertentu tb : tanpa binder Dari hasil perhitungan pembobotan diketahui bahwa skor tertinggi pada briket biomasa pengikat molasses variasi tekanan pembriketan 1000 kg/cm² dan persentasi pengikat 10% dengan nilai 0,869.
BAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi tentang beton EPS dan filler fly ash. Penggunaan EPS pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Pengaruh durasi siklus basah-kering terhadap perubahan kuat tekan tanah yang distabilisasi menggunakan kapur-abu sekam padi dan inklusi serat karung plastik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan
Lebih terperinciRatna Srisatya Anggraini ( )
EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH KEBUN Oleh : Ratna Srisatya Anggraini (3305 100 053) Dosen Pembimbing: Prof. DR. YULINAH TRIHADININGRUM, MAppSc
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Laporan Tugas Akhir
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisa data dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut: Pada fraksi volume filler 0% memiliki kekuatan tarik paling rendah dikarenakan tidak adanya filler sebagai penguat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi
Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses dan Non Dylla Chandra Wilasita (2309105020) dan Ragil Purwaningsih (2309105028) Pembimbing:
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciSifat fisika kimia - Zat Aktif
Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN
Lebih terperinciPENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA
PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Dahyunir Dahlan, Sri Mulyati Laboratorium Fisika Material - Jurusan Fisika, FMIPA UNAND
Lebih terperinciANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA
ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO Herwani Dosen Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR Arselina Wood Ward Wiyono Fakultas Teknik, UNTAD Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Tondo Palu
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi dan makalah-makalah tentang beton
Lebih terperinciKepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI
PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Tanah ekspansif merupakan tanah yang memiliki ciri-ciri kembang susut yang besar, mengembang pada saat hujan dan menyusut pada musim kemarau (Muntohar,
Lebih terperinciMETALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh
METALURGI SERBUK By : Nurun Nayiroh Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan mencampurkan serbuk secara bersamaan dan
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET
METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.
24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 2. Bahan campuran yang akan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun
Lebih terperinciANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)
ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate) Hilda Trisna, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN
PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap hasil pengolahan data. Pembahasan mengenai analisis hasil pengujian konduktivitas panas, pengujian bending, perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang bergerak menjadi sebuah negara industri. Sebagai negara industri, Indonesia pasti membutuhkan sumber energi yang besar yang bila tidak diantisipasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Melting Route Aluminum foam Jika semua tahapan proses pembuatan aluminum foam dengan metode melt route dilakukan, maka dihasilkan produk aluminum foam utuh
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari
28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Analisis proksimat adalah salah satu teknik analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik biobriket. Analisis proksimat adalah analisis bahan
Lebih terperinciIII.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei
17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa yang kembali terjadi di Indonesia tidak lepas dari kenyataan bahwa letak kepulauan kita yang berada di garis pergeseran antara lempengan tektonik Australia dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stabilisasi Tanah dengan Abu Sekam Padi dan Kapur Abu sekam padi (rice husk ash) merupakan sisa pembakaran tanaman padi dan salah satu bahan pozzolan yang memiliki potensi sebagai
Lebih terperinciANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT
ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT Oleh : Harit Sukma (2109.105.034) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Saat ini Indonesia telah mengalami krisis energi yang sangat
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK MEKANIK BRIKET DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL BRIKET ARANG LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SKRIPSI
ANALISA KARAKTERISTIK MEKANIK BRIKET DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL BRIKET ARANG LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SKRIPSI Oleh Meinovan Dani Setyopambudi 111910101082 PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK MESIN
Lebih terperinciStudi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Studi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise EDWAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. UNIVERSITAS MERCU BUANA
BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Organisasi pangan dan pertanian FAO menyatakan bahwa segala jenis tanaman pangan menghasilkan limbah sebesar 25% dan sebagian besar dari limbah ini tidak dimanfaatkan.
Lebih terperinciBAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat
Lebih terperinciPEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER
Jurnal Mechanical, Volume 3, Nomor 1,Maret 212 PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER Harnowo Supriadi Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian Untuk memudahkan dalam proses penelitian, diperlukan rencana dalam menyusun langkah-langkah penelitian, seperti yang ditampilkan dalam bagan alir pada Gambar
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR
KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR Agustiar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh Email : ampenan70@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciPengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan
Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 4, Oktober 2017 ISSN 2302-8491 Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan Firda Yulia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008
OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Oktober 2005 harga bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah di Indonesia naik, masyarakat mulai ramai membicarakan bagaimana cara mencari bahan bakar alternatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 SISTEMATIKA PENELITIAN Adapun tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah: 1. Studi literatur, yaitu mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan
Lebih terperinciPengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan
BABV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pengujian Agregat Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.
24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. 2. Abu ampas tebu (baggase ash)
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii MOTO... v DEDICATED... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR NOTASI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil
Lebih terperinciTabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara
Lebih terperinciEKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA
EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA Disusun oleh : Deqi Rizkivia Radita NRP. 3305 100 025 Dosen Pembimbing : Prof. DR. Yulinah Trihadiningrum,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
BAB. III. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di: Balai Riset Perindustrian Tanjung Morawa Waktu penelitian : Penelitian dilakukan pada Pebruari 2010 - April
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekam Padi Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung
` III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o
Lebih terperinciPEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI *Norman Iskandar, Agung Eko Wicaksono, Moh Farid
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Sumber Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Gambar 3. Denah Lokasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang digunakan dari desabelimbing sari kec. Jabung,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: 1. Tempat pengambilan data : Laboratorium Bahan Teknik Departemen Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciPEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON
PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Lebih terperinciCampuran Beton terhadap Kuat Tekan
Pengaruh Penambahan Serat Ijuk pada Campuran Beton terhadap Kuat Tekan Robby GunawanYahya dan Farida Fujiati Abstrak Beton adalah material yang banyak dipakai dalam pembuatan suatu bangunan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciefek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan
Lebih terperinciGambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton
BAB IV ANALISA DATA 4.1. Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian beton di Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton segar, pengujian
Lebih terperinciEFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA
EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA Minto Supeno Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155 Intisari Penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari
27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium
Lebih terperincikelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
Lebih terperinci