BAB 1. PENDAHULUAN. sangat berbahaya bagi tanaman sengon (Falcataria moluccana (Miq.), Barneby
|
|
- Liani Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, karat tumor (gall rust) menjadi salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi tanaman sengon (Falcataria moluccana (Miq.), Barneby & J. W. Grims). Dampak penyakit tersebut pada tanaman sengon sangat luas mulai dari menghambat pertumbuhan sampai mematikan tanaman, dari tingkat semai hingga tingkat pohon. Penyebab penyakit telah diidentifikasi sebagai jamur karat dari jenis Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlp (Rahayu, 2007; Rahayu et al., 2009), dan berdasarkan hasil analisis DNA jamur, jenis tersebut diketahui sebagai U. falcatarium (Doungsa et al., 2015). Saat ini pengendalian penyakit hutan dengan pestisida masih menjadi pilihan bahkan dalam jumlah yang berlebihan karena dinilai lebih efektif dan praktis. Dampak negatif mulai menjadi perhatian setelah pengembangan hutan tanaman monokultur semakin memperlihatkan kenaikan serangan patogen yang signifikan (Anonim a, 2013). Pengendalian penyakit tanaman secara kimia menyebabkan treadmill syndrome yaitu peningkatan masukan energi tinggi (aplikasi pestisida) yang berpengaruh negatif karena hilangnya serangga dan mikroba yang menguntungkan, sehingga menimbulkan serangan hama penyakit sekunder. Biaya tinggi pestisida terus meningkat dengan adanya produk baru yang mempunyai kemampuan ketahanan lebih tinggi. Komunitas kehutanan dan 1
2 pertanian kehilangan pengetahuan praktis yang baik tentang pengelolaan hama dan penyakit dan akan tergantung pada mahalnya masukan eksternal (Anonim b, 2014). Pengendalian jamur U. falcatarium mengalami banyak kesulitan karena bersifat obligat biotrop yaitu tidak dapat dikultur in vitro (paling tidak pada saat tahap parasitik), membentuk banyak variasi struktur infeksi dari bentuk sel tubuler normal yang biasa terjadi pada patogen, mempunyai aktivitas sekresi terbatas, mempunyai zona kontak yang sempit antara jamur dan membran plasma inang, dapat menekan respon ketahanan inang pada jangka waktu yang panjang dan dapat membentuk haustoria (hifa khusus yang memenetrasi sel inang) (Voegele & Mendgen, 2010). Sensus tanaman di Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sangat signifikan jumlah pohon sengon di hutan rakyat pada tahun 2003 hingga tahun 2013 di seluruh Indonesia dibandingkan jumlah pohon jati. Sesuai sensus tersebut, peningkatan budidaya sengon tertinggi terjadi di pulau Jawa yaitu mencapai 510,63 % (Anonim b ). Tingginya jumlah pohon sengon di hutan rakyat menjadi parameter terhadap tingginya minat masyarakat untuk mengusahakan jenis tersebut, sehingga bahan baku dan jaminan harga jual yang baik dapat terjaga. Semakin meluasnya budidaya sengon secara monokultur berpotensi terjadi peningkatan intensitas serangan penyakit karat tumor di berbagai wilayah. 2
3 Sengon di Jawa dan Wamena menunjukkan bahwa terdapat hubungan keragaman genetik dengan komposisi genetik yang serupa dan jarak genetik yang sangat kecil (Seido & Widyatmoko 1993; Suharyanto et al. 2002). Keragaman genetik adalah modal dasar bagi suatu jenis tanaman untuk bertahan hidup termasuk dari serangan penyakit. Semakin rendah keragaman genetiknya semakin kecil peluang tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Finkeldey & Hattemer, 2007). Kendala pengembangan tanaman hutan tahan penyakit terutama adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menguji tanaman yang relatif lama. Pendekatan dasar strategi pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas adalah seleksi buatan terhadap individu-individu tanaman (Finkeldey, 2005). Seleksi genotip tunggal atau beberapa genotip unggul dan perbanyakan secara vegetatif tanpa melalui perkawinan merupakan dasar bagi seleksi klonal hasil ekspresi sifat yang menguntungkan (Burdon, 1995). Seleksi genetik tanaman toleran merupakan strategi terbaik pengendalian penyakit tanaman (Scheffer, 2007; Maloy, 2005). Hasil seleksi sengon toleran karat tumor pada penelitian ini bersifat putatif yaitu pendugaan kuat berdasarkan bukti-bukti yang dibenarkan atau diterima secara umum (Anonim e, 2014). Seleksi dengan pendekatan bioteknologi berdasarkan efek genetik pada penelitian ini merupakan landasan dasar untuk mendapatkan bibit sengon toleran karat tumor. Penelitian ini merupakan langkah awal penting untuk uji lebih lanjut khususnya uji molekuler 3
4 maupun uji lapangan dalam mendapatkan sengon toleran karat tumor nonputatif. Terdapat berbagai metode pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan genotipe dan seleksi melalui pemuliaan pohon yang toleran (Kiraly et al., 1974; Dhingra & Sinclair, 1986; Lebeda 1986; Trigiano et al., 2004; Singh & Singh, 2005). Pendekatan seleksi secara umum diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan agen seleksi yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung adalah melakukan seleksi melalui inokulasi miselia atau spora patogen sebagai agen seleksi pada seluruh bagian tanaman hidup atau penularan melalui organ tanaman yang sudah terinfeksi penyakit (Schwartz & Singh, 2013). Secara tidak langsung adalah melakukan seleksi dengan menggunakan filtrat patogen untuk mengetahui toleransi secara fisiologis in vitro (Schwartz & Singh, 2013). Seleksi ini memberikan hasil yang efisien (Ingram & Helgeson, 1980; Helgeson & Deverall, 1983; Daub, 1986; Huang, 2001; Lebeda & Svabova, 2010). Penggunaan senyawa filtrat sebagai agen seleksi in vitro berpotensi efektif pada penyakit yang disebabkan oleh toksin dari patogen yang sama (Kuehnle & Earle, 1992). Filtrat patogen mengandung berbagai senyawa toksin berdasarkan interaksi inang-patogen yang dapat berperan sebagai kofaktor penentu patogenisitas dari hasil perkembangan penyakit (Buiatti & Ingram, 1991; Crino, 1997; Svabova & Lebeda, 2005). 4
5 Identifikasi ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dapat dilakukan melalui pengamatan sifat anatomi, proses biokimia dan susunan DNA molekuler sebagai penanda yang menentukan perbedaan genetik diantara individu. Penanda individu hasil modifikasi pendekatan seleksi genetik secara langsung pada tingkat semai dan secara tidak langsung in vitro dapat dipergunakan untuk meningkatkan akurasi identifikasi dan signifikasi korelasi toleransi tanaman terhadap patogen. Penanda morfologi melalui anatomi histopatologi dapat digunakan untuk mengontrol toleransi tanaman hasil persilangan (Jewell, 1988). Penanda biokimia yang berkaitan dengan ketahanan diperoleh dari hasil reaksi kimia terkatalisis oleh enzim antara tanaman inang dan patogen. Di antara proses enzimatis yang terjadi, aktivitas enzim kitinase, β- 1,3-glukanase dan fenolik merupakan penanda aktivitas enzim yang berperan dalam proses ketahanan tanaman terhadap patogen (Thakker et al., 2012). Penanda molekuler bersifat paling stabil dibandingkan secara anatomi maupun biokimia karena DNA bersifat baka dan tidak terpengaruh lingkungan. Analisis DNA menggunakan mikrosatelit sangat akurat untuk seleksi genotip karakter toleransi. Hal ini disebabkan karena sekuen DNA yang bermotif pendek dan diulang secara tandem dengan 2 sampai 5 unit basa nukleotida tersebar dan meliputi seluruh genom. Salah satu kelebihan mikrosatelit adalah bersifat kodominan dan tingkat heterozigositasnya yang tinggi yaitu memiliki daya pembeda antar individu sangat tinggi serta dapat diketahui lokasinya pada DNA. 5
6 Aplikasi deteksi keragaman alel pada level yang tinggi menggunakan proses PCR (Polymerase Chain Reaction) dinilai lebih mudah dan ekonomis. Mikrosatelit memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi, stabil secara somatik dan diwariskan secara Mendelian. Kelemahan teknik ini adalah primer tidak tersedia pada semua spesies tanaman, sehingga untuk merancang primer yang baru dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal (Powell et al., 1995). Sifat genetik tanaman terseleksi toleran karat tumor dapat dipertahankan melalui perbanyakan vegetatif tanaman melalui kultur jaringan dan meningkatkan akurasi toleransi tanaman terhadap patogen. Aplikasi kultur jaringan sebagai metode in vitro untuk seleksi toleransi belum banyak dilaporkan (Bon et al., 1998), demikian halnya untuk tanaman pohon seperti sengon (Sukartiningsih et al., 2002; Sumiasri et al., 2006). Teknik perbanyakan vegetatif kultur jaringan untuk mendukung ketersediaan bibit sengon terseleksi toleran karat tumor untuk memenuhi tingginya kebutuhan penanaman sengon dalam waktu lebih cepat. Produksi bibit terseleksi skala luas dapat dilakukan di setiap wilayah seluruh Indonesia melalui kerjasama antara institusi pemerintah maupun swasta sebagai penyedia sumber materi kultur jaringan dengan petani hutan rakyat maupun industri-industri pengolahan sengon. Pengendalian terpadu melalui pengadaan bibit unggul sengon terseleksi toleran karat tumor menjadi alternatif yang diharapkan masyarakat di samping pengelolaan lingkungan dan 6
7 pengendalian penyakit hutan. Seleksi dan perbanyakan vegetatif mikro tanaman toleran penyakit melalui kultur jaringan menjadi alternatif penting ketika perbanyakan vegetatif makro mengalami kendala. Inokulasi kembali patogen pada semai terseleksi toleran penyakit hasil kultur jaringan dapat dilakukan untuk menguji stabilitas toleransi yang diharapkan tetap terbawa sebagai sifat genetik toleran. Seleksi target spesies sengon, pengendalian penyakit berdasarkan toleransi dan manipulasi lingkungan semai maupun laboratorium untuk meningkatkan percepatan dan akurasi dapat dilakukan secara simultan dan terpadu dengan seleksi alam. Tiga elemen dengan pendekatan bioteknologi tersebut sesuai dengan teknik SILIN, teknik silvikultur intensif yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman hutan (Soekotjo, 2009) Permasalahan penelitian Seleksi konvensional sengon toleran terhadap penyakit sebagai salah satu pendekatan terpadu pada pengendalian jasad pengganggu tanaman sampai saat ini mempunyai kendala utama pada akurasi sifat toleran yang terbatas berdasarkan sifat fenotipe tanaman serta kendala waktu regenerasi tanaman hutan yang panjang. Akurasi toleransi tanaman sengon terbatas pada fenotipe gejala serangan yang ditimbulkan, sedangkan sifat genetik berdasarkan pertimbangan dan konsekuensi mikro ekologi belum diketahui sepenuhnya. Kontrol genetik patogen penyebab penyakit, sistem interaksi genetik tanaman 7
8 inang dan patogen yang belum dikuasai serta induksi sifat toleran penyakit melalui persilangan antar spesies yang memerlukan siklus uji keturunan tanaman hutan yang panjang pada program pemuliaan konvensional menjadi kendala kemajuan penelitian toleransi sengon terhadap karat tumor. Dengan demikian, pengendalian penyakit karat tumor sampai saat ini belum dapat dikuasai dan bibit toleran karat tumor belum dapat tersediakan. Produksi bibit sengon sampai saat ini terpenuhi dari sumber bibit tak terseleksi, mengakibatkan kerugian besar pada tingkat petani sampai dengan industri-industri pengolahan sengon akibat serangan karat tumor. Pada penelitian ini, kontrol genetik melalui struktur anatomi, aktivitas enzim, proses biokimia dan molekuler pada sistem pertahanan tanaman terhadap karat tumor menjadi permasalahan yang dihadapi untuk melakukan seleksi klon unggul sengon toleran. Pendekatan bioteknologi untuk seleksi spesies toleran in vitro maupun teknik perbanyakan vegetatif memerlukan metode kultur jaringan. Sampai saat ini, kultur jaringan sengon masih terkendala pada pengunaan materi eksplan secara vegetatif. U. falcatarium merupakan jenis jamur patogen yang tidak dapat dibiakkan pada media kultur di laboratorium (uncultured), kondisi ini menjadi salah satu kendala teknik seleksi in vitro. Selama ini penelitian teknik seleksi tanaman toleran penyakit in vitro menggunakan filtrat dari budidaya patogen sebagai media seleksi. Filtrat gall karat tumor yang mengandung senyawa spesifik hasil interaksi inang F. moluccana dan patogen U. falcatarium perlu dikaji untuk media seleksi kultur 8
9 jaringan. Sebesar apapun upaya pemuliaan sengon untuk meningkatkan produktivitas tidak mencapai nilai optimal bila mengalami serangan penyakit dan sekecil apapun faktor genetik yang mengendalikan toleransi tanaman inang tetap meningkatkan keunggulan bibit hasil seleksi. Dengan demikian maka penelitian seleksi, regenerasi dan penanda genetik penting dilakukan untuk mendukung program pemuliaan klon unggul sengon toleran penyakit karat tumor Pertanyaan penelitian Pertanyaan umum Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan umum: apakah pendekatan bioteknologi efektif untuk seleksi genetik sengon toleran karat tumor dalam upaya percepatan dan peningkatan akurasi sebagai alternatif seleksi konvensional secara fenotipik di alam? Pertanyaan khusus Pertanyaan khusus untuk mendalami pertanyaan umum penelitian adalah: apakah seleksi secara langsung inokulasi spora pada semai dilanjutkan seleksi secara tidak langsung in vitro dengan filtrat gall karat tumor efektif digunakan untuk meningkatkan akurasi seleksi konvensional, dan apakah anatomi sengon, aktivitas enzim kitinase, β-1,3-glukanase dan total fenol endogen serta analisis DNA sengon dapat digunakan sebagai kandidat penanda toleransi karat tumor?. 9
10 Demikian pula apakah perbanyakan vegetatif mikro menggunakan teknik kultur jaringan efektif untuk regenerasi, perbanyakan dan menjaga stabilitas sifat toleran terhadap karat tumor pada sengon? Keaslian/kebaruan Penelitian Penggunaan materi terseleksi di alam dengan jumlah famili dan ulangan yang cukup besar dan teruji secara multilokasi merupakan keunggulan penelitian ini untuk mendapatkan akurasi data yang lebih tinggi. Penelitian ini didasarkan penelitian terdahulu yaitu: Uji Keturunan dan Seleksi Ketahanan Karat Tumor dari 102 famili Jember, Lumajang, Bondowoso, Candiroto dan Ciamis (Baskorowati, et al., 2011). Materi yang dipergunakan untuk seleksi genetik adalah famili-famili terseleksi di 3 Kebun Benih Semai Uji Keturunan (KBSUK) yaitu dari Jember, Lumajang dan Bondowoso. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk uji patogenitas dan skor toleransi sengon terhadap karat tumor tingkat semai, namun penelitian seleksi dengan pendekatan bioteknologi merupakan kebaruan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu mengenai seleksi resistensi tingkat semai adalah: Penyakit Karat Tumor pada Falcataria moluccana, Karakteristik Patogen, Kondisi Lingkungan yang Berpengaruh, Hubungan Genetik dan Seleksi Ketahanan (Rahayu et al., 2011) dan Penentuan Kerentanan Provenan Falcataria moluccana Terhadap Karat Tumor oleh Keluasan dan Keparahan Penyakit 10
11 (Baskorowati, 2012). Teknik seleksi in vitro sel kalus menggunakan filtrat gall karat tumor sebagai agen seleksi pada penelitian ini mengacu pada teknik yang dilakukan oleh Lebeda & Švábová serta Okole dari program kerja sama antara FAO/IAEA (International Atomic Energy Agency) dengan Nuclear Techniques in Food and Agriculture, Viena (2010). Teknik seleksi dan regenerasi plantlet maupun sel kalus dengan aplikasi materi genetik sengon terseleksi sebagai sumber materi kultur jaringan merupakan kebaruan penelitian ini. Penelitian terdahulu mengenai teknik seleksi in vitro tanaman pohon belum banyak dilaporkan demikian pula patogen yang digunakan adalah bukan dari jenis obligat biotrop yaitu: Fitotoksin sebagai Alat pada Persilangan dan Seleksi Tanaman Tahan Penyakit (Buiatti & Ingram, 1991), Filtrat Kultur sebagai Agen Selekstif Ketahanan terhadap Jamur Fitopatogeneik (Crino, 1997). Seleksi in vitro: Kandidat Pendekatan untuk Ketahanan Penyakit pada Pemuliaan Tanaman Buah (Chandra et al., 2010). Penelitian penanda genetik anatomi sengon tingkat sel in vitro terhadap karat tumor juga merupakan kebaruan penelitian ini. Penanda genetik biokimia semai sengon terseleksi toleran melalui aktivitas enzim kitinasi, enzim β-1,3-glukanase dan senyawa fenol merupakan salah satu keterbaruan penelitian ini. Penanda biokimia sengon toleran merupakan penanda hasil seleksi secara fisiologis melalui aktivitas enzim dari sistem pertahanan tanaman terhadap patogen. Penanda genetik molekuler melalui identifikasi alel dan analisis alel privat sengon toleran karat tumor merupakan salah satu keaslian 11
12 penelitian ini. Identifikasi alel-alel gen famili sengon terseleksi penting dilakukan sebagai penanda materi tetua perbanyakan vegetatif. Analisis alel-alel privat gen famili sengon terseleksi untuk penetuan karakter genetik toleransi sengon terhadap karat tumor belum dilaporkan. Penelitian yang telah dilakukan mengenai penanda anatomi, biokimia dan molekuler dalam kaitannya dengan penyakit banyak dilakukan untuk tanaman semusim. Penelitian-penelitian tersebut adalah Kitinase Gen Populus: Struktur, Organisasi dan Kemiripannya dengan Translasi Sekuen Kitinase Tanaman Herba (Davis et al., 1991), Protein terkait Patogen pada Kedelai terhadap Aktivitas β- 1,3-Glukanase yang Dibebaskan melalui Fragmen Stabil Suhu Tinggi dari Elisitor Aktif Fitoaleksin Dinding Jamur (Ham et al., 1991), Tantangan Karakterisasi Molekuler β-1, 3-glukanase Kacang Merah yang Terinduksi Fusarium solani dan Chitosan (Chang et al., 1992), Ekspresi Elisitor N- acetylchitooligosaccharides dari (1-3)-β-glucanase Gen Tunggal dalam Kultur Suspensi Sel dari Tanaman Gandum (Hordeum vulgare) (Kaku et al., 1997), Respon Pertahanan Elisitor β-1,3-glukan pada Tanaman Tembakau (Klarzynski et al., 2000), Aktivitas Beta-1,3-glukanase dan Kitinase dan Respon Ketahanan Tanaman Gandum terhadap Karat Daun (Anguelova & Westhuizen, 2001), Kandungan Fenolik terhadap Variasi Musim pada jaringan Calliandra brevipes Benth yang terbentuk gall maupun tak terbentuk gall (Fabaceae: Mimosoidae) 12
13 (Detoni et al., 2011), Penanda Molekuler dan Penanda Pembantu Persilangan Tanaman (Jiang, 2013). Penelitian perbanyakan kultur jaringan sengon selama ini menggunakan materi generatif dari biji. Penggunaan materi vegetatif tunas aksiler untuk eksplan kultur jaringan tanaman toleran karat tumor belum pernah dilaporkan. Perbanyakan vegetatif kultur jaringan sengon toleran karat tumor dan teknik stek mikro (micro cutting) merupakan kebaruan penelitian ini. Sampai saat ini, penelitian kultur jaringan sengon yang telah dilakukan adalah menggunakan biji, diantaranya yaitu: Mikropropagasi Paraserianthes falcataria (Ravindran, 1997), Regenerasi Plantlet In Vitro Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen (Sukartiningsing, 2002), Propagasi In Vitro Albizia odoratissimal. F. (Benth.) dengan Eksplan dari Nodul Kotiledon dan Nodul Daun, (Rajeswari & Paliwal. 2006), Propagasi Mikro dan Kultur Protoplas Paraserianthes falcataria (Chujo, et al., 2010) Strategi Penelitian Seleksi genetik sengon toleran karat tumor pada penelitian disertasi ini merupakan bagian kegiatan dari Roadmap Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagai rencana makro strategi penelitian secara umum dan panduan pelaksanaan kegiatan penelitian serta pengembangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pendekatan penelitian 13
14 berdasarkan strategi pemuliaan sengon toleran penyakit karat tumor melalui seleksi genetik ditunjukkan pada Gambar 1.1. Strategi pemuliaan sengon toleran penyakit karat tumor melalui seleksi genetik pada penelitian ini termasuk rencana penelitian untuk mendukung produktivitas hutan tanaman sengon terseleksi toleran penyakit karat tumor dalam upaya penyediaan bibit unggul. Penelitian disertasi ini dilakukan untuk seleksi toleransi penyakit karat tumor pada sengon dengan mempertimbangkan potensi genetik di populasi alaminya. Sesuai strategi penelitian, faktor lingkungan diamati lebih berdasarkan hasil seleksi di alam tersebut, sedangkan penelitian pengaruh faktor genetik dilakukan melalui seleksi semai dan laboratorium. 14
15 Pengguna Bibit Unggul Sengon Produk Populasi Pemuliaan Generasi Lanjut Populasi Produksi (Hutan Tanaman) Populasi Perbanyakan Uji potensi Genetik Berdasarkan Perbanyakan Kultur Jaringan Sengon Pembangunan Tegakan Benih Sengon Toleran Karat Tumor Populasi Pemuliaan Berdasarkan Analisa Genetik Mikrosatelit Sengon Terseleksi (Penanda Molekuler) Percepatan Seleksi Berdasarkan Seleksi Tidak Langsung In Vitro dengan Filtrat Karat Tumor sebagai Media Seleksi Plantlet dan Sel Kalus Sengon Berdasarkan Seleksi Langsung Semai Sengon melalui Inokulasi Spora Karat Tumor dengan sungkup berfilter (Penanda Morfologi dan Biokimia) Koleksi ian materi genetik Famili Sengon Putatif Toleran Karat Tumor di Kebun Benih Semai Uji Keturunan Sengon Putatif Toleran Karat Tumor di Alam Gambar 1.1. Pendekatan penelitian berdasarkan strategi pemuliaan sengon toleran penyakit karat tumor melalui seleksi genetik (Putri, 2012), keterangan: warna latar belakang gambar putih adalah kegiatan penelitian yang dilakukan pada penelitian disertasi, sedangkan warna latar belakang gambar yang lebih gelap adalah kegiatan makro yang tidak dilakukan pada penelitian disertasi. Kerangka logika toritik penelitian pada Gambar 1.2 menunjukkan kerangka pikir teoritis kegiatan penelitian sesuai strategi pemuliaan sengon toleran karat tumor melalui seleksi genetik. 15
16 Tanaman sengon (k) Seleksi dipercepat Bioteknologi Efek agen seleksi in vivo dan in vitro Klon tanaman terseleksi toleran karat tumor (k+1) Kultur Jaringan Perbanyakan klon sengon terseleksi toleran karat tumor n(k+1)/t Status toleransi tanaman Anatomi Biokimia DNA - Jumlah pembuluh - Jumlah parenkim - Jarak parenkim - Aktivitas enzim kitinase - Aktivitas enzim β-1,3-glukanase - Total fenol - Analisis metabolik sekunder - LD 50 (lethal dose) sel kalus - Analisis FDA - Fenol total - Klorofil total - Identifikasi alel - Analisis alel privat - Analisis regenerasi plantlet dan kalus - Analisis aklimatisasi - Analisis bibit hasil kultur jaringan setelah reinokulasi spora karat tumor Penanda anatomi Penanda biokimia Penanda molekuler Gambar 1.2. Kerangka logika teoritik penelitian Tujuan Umum Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah mengidentifikasi efek genetik berdasarkan pendekatan bioteknologi terhadap proses seleksi bibit unggul F. moluccana toleran penyakit karat tumor yang disebabkan oleh U. falcatarium. Penelitian ini menggunakan metode secara langsung in vivo dan secara tidak langsung in vitro dalam upaya akselerasi dan peningkatan efektivitas seleksi secara konvensional. 16
17 Sesuai dengan tujuan umum, tujuan khusus penelitian terbagi atas 6 hal yang menjadi capaian penelitian ini, yaitu memperoleh data dan informasi mengenai: 1) efektivitas inokulasi secara langsung spora patogen pada semai untuk seleksi sengon toleran karat tumor in vivo, 2) efektivitas filtrat gall karat tumor untuk seleksi sel kalus sengon in vitro, 3) anatomi jaringan semai sengon hasil seleksi genetik, 4) aktivitas enzim kitinase, β-1,3-glukanase dan total fenol endogen semai sengon, 5) identifikasi alel dan alel privat sengon toleran maupun tidak toleran karat tumor, dan 6) efektivitas perbanyakan vegetatif kultur jaringan sengon toleran karat tumor serta stabilitas sifat toleran bibit sengon hasil perbanyakan kultur jaringan setelah diinokulasi kembali dengan spora penyakit karat tumor Manfaat Penelitian Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah dalam pelaksanaan kebijakan kesehatan hutan. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penelitian pada aspek toleransi tanaman terhadap penyakit karat tumor. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan bioteknologi untuk seleksi tanaman toleran penyakit in vivo di persemaian dan in vitro, maka hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi tekanan lingkungan yang merugikan akibat pengendalian penyakit menggunakan 17
18 bahan kimia. Metode ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif prosedur seleksi pada pemuliaan tanaman hutan terpadu yang ramah lingkungan. Penggunaan tanaman yang toleran terhadap suatu penyakit secara ekonomi dapat mengurangi tambahan energi untuk mencegah atau menanggulangi kerusakan dan tetap menjaga keberadaan tanaman-patogen di dalam keseimbangan ekosistem. Secara luas dapat menjamin berlangsungnya suksesi, komposisi, distribusi dan kelimpahan spesies serta menjaga fungsi dan struktur hutan, kondisi tapak maupun habitat asli hutan. Manfaat langsung tersedianya bibit unggul sengon toleran karat tumor bagi pengelola hutan maupun industri sengon adalah menahan laju perkembangan penyakit yang cepat (ledakan/outbreak) atau menunda terjadinya epidemi dan secara tidak langsung menurunkan tingkat populasi penyakit karat tumor. Upaya penyediaan bibit unggul dengan perbanyakan vegetatif kultur jaringan untuk menjaga sifat toleran tetua penting dilakukan oleh pemerintah sebagai institusi selektor dan penghasil F1 (materi tetua sumber eksplan kultur jaringan). Perbanyakan kultur jaringan F2 dan selanjutnya dapat dilakukan oleh institusi di daerah untuk masyarakat atau oleh industri-industri swasta. Monitoring dan pemusnahan inang atau bagian inang dengan sanitasi dan tindakan silvikultur yang tepat seperti persemaian sehat, lokasi penanaman, penanaman multikultur, pemeliharaan intensif merupakan tindakan yang perlu diperhatikan pada pengelolaan terpadu sengon toleran karat tumor ini. 18
19 1.8. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian disusun berdasarkan alur hasil penelitian sebelumnya dengan pendekatan secara genetis melalui observasi pada 3 plot uji keturunan generasi pertama yang dipergunakan sebagai materi seleksi tahap selanjutnya melalui penelitian 1, penelitian 2, penelitian 3 dan penelitian 4. Penelitianpenelitian tersebut adalah: 1) seleksi secara langsung semai dari 40 famili yang telah terseleksi di kebun semai uji keturunan, melalui inokulasi secara langsung spora jamur dari 2 populasi U. falcatarium. Pada penelitian ini dilakukan observasi seleksi pembanding menggunakan plantlet in vitro dengan media padat fitrat gall karat tumor sebagai media seleksi; analisis anatomi dan biokimia dilakukan pula untuk menentukan penanda toleransi, 2) seleksi secara tidak langsung in vitro sel kalus sengon menggunakan materi genetik hasil penelitian pertama menggunakan media cair filtrat gal karat tumor sebagai agen seleksi, 3) identifikasi genetik alel-alel toleran serta analisis alel privat dengan fragmen mikrosatelit famili sengon toleran karat tumor hasil seleksi penelitian 2, 4) perbanyakan kultur jaringan melalui tunas aksiler dan regenerasi sel kalus sengon toleran karat tumor hasil seleksi penelitian kedua, aklimatisasi dan reinokulasi spora jamur U. falcatarium dari 2 populasi. Bagan alir seluruh rangkaian penelitian ditunjukkan pada Gambar
20 Bioteknologi seleksi genetik Seleksi konvensional Sengon putatif toleran karat tumor di alam Seleksi famili sengon putatif toleran karat tumor dari 3 kebun benih semai uji keturunan - Analisis anatomi semai - Aktivitas enzim kitinase - Aktivitas enzim β-1,3-glukanase - Total fenol - Analisis metabolik sekunder alkaloid, steroid, - LD 50 (lethal dose) sel kalus - Analisis FDA - Identifikasi alel - Analisis alel privat - Regenerasi, aklimatisasi & reinokulasi Penelitian 1: Seleksi langsung semai sengon memelalui inokulasi spora karat tumor dengan sungkup berfilter Penelitian 2: Seleksi tidak langsung in vitro dengan filtrat karat tumor sebagai agen media seleksi Plantlet dan sel kalus Penelitian 3: Analisa DNA sengon terseleksi Penelitian 4: Perbanyakan kultur Produksi bibit unggul sengon toleran karat tumor Bibit sengon toleran karat tumor Pengguna: - Petani hutan rakyat sengon - Industri pembibitan sengon pemerintah - Industri pembibitan sengon swasta Gambar 1.3. Bagan alir penelitian disertasi, teknik analisis dan percepatan produk 20
BAB I BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selama periode jumlah penduduk bertambah sebanyak 3,25
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kayu untuk bahan bangunan, furniture, dan peralatan rumah tangga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Selama periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah sengon (Falcataria moluccana). Jenis ini dipilih karena memiliki beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu program untuk penyediaan kayu dalam jumlah cukup, berkualitas baik secara terus menerus dan lestari. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) termasuk kedalam famili Leguminosae yang tergolong jenis pohon cepat tumbuh (fast
Lebih terperinciBAB IX PEMBAHASAN UMUM
120 BAB IX PEMBAHASAN UMUM Salah satu penyebab rendahnya produktivitas serat abaka antara lain karena adanya penyakit layu Fusarium atau Panama disease yang ditimbulkan oleh cendawan Fusarium oxysporum
Lebih terperinciPemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium
Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena
Lebih terperinciKetersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis
Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis Perbanyakan Mikro Toona sinensis Explant Avaibility, Axillary Buds and Callugenesis in Toona sinensis Micropropagation BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) merupakan tanaman fast growing, yaitu memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, masa panen yang pendek, teknik
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai
77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian yang penting dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah cabai memiliki aroma, rasa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada
Lebih terperinciREGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.
REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI Oleh: RAHADI PURBANTORO NPM : 0825010009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman
Lebih terperinciKultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang
AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman
Lebih terperinciTeknik Pengendalian Penyakit Karat Puru Pada Pohon Sengon
1 Teknik Pengendalian Penyakit Karat Puru Pada Pohon Sengon Oleh : Budi Budiman, S.Hut. Indri Puji Rianti, S.Hut. Dalam rangka mendukung gerakan penanaman satu milyar pohon yang digalakan oleh pemerintah,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell merupakan salah satu tanaman kehutanan penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN
BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nenas merupakan buah tropika ketiga setelah pisang dan mangga yang diperdagangkan secara global (Petty et al. 2002) dalam bentuk nenas segar dan produk olahan. Hampir
Lebih terperinci5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)
5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN
Lebih terperinciPELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.
PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang dapat tumbuh baik pada dataran tinggi dengan kisaran ketinggian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Penghutanan kembali (reforestation) dengan menggunakan spesies tanaman yang tumbuh cepat (fast-growing) merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah menurunnya area hutan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang tergolong tanaman semusim, tanaman ini biasanya berupa semak atau perdu dan termasuk kedalam
Lebih terperinciPENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN Konsep pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Konsep ini berpangkal dari upaya manusia mengelola populasi hama-penyakit melalui teknik-teknik pengendalian yang
Lebih terperinciKULTUR JARINGAN TANAMAN
KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell (E. pellita) merupakan spesies cepat tumbuh yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab dengan musim kering tidak lebih
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional karena kontribusinya yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini, Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali
I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali digunakan sebagai bahan penyedap masakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Tanah Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Cina dan India merupakan penghasil
Lebih terperinciS. leprosula, S. selanica dan S. mecistopteryx menunjukkan
Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan dan gerakan untuk kembali menggunakan bahan alam hayati telah mengangkat kembali penelitian dan penggunaan bahan alam hayati sebagai masukan (input)
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI TUMBUHAN
BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN Emil Riza Pratama (1308104010039) Fitria (1308104010013) Jamhur (1308104010030) Ratna sari (308104010005) Wilda Yita (1308104010012) Vianti Cintya Putri (1308104010015) Latar Belakang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis
Lebih terperinciPeran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem
Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell. merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini memiliki sifat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan alam Papua, dengan potensi merbaunya yang tinggi, merupakan satusatunya hutan alam di Indonesia yang dianggap masih relatif utuh setelah hutan alam Kalimantan dieksploitasi
Lebih terperinciOleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Oleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Forest Genetics : adalah kegiatan yang terbatas pada studi genetika pada pohon hutan Forest Tree Breeding : Kegiatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein
Lebih terperincidisukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dengan keragaman varietas dan jenis tanaman hortikultura, misalnya tanaman anggrek. Anggrek merupakan tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan
Lebih terperinciCARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT
CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT MENGKONSUMSI KANDUNGAN SEL INANG SECARA TERUS MENERUS MEMBUNUH SEL ATAU MERUSAK AKTIVITAS METABOLISME KARENA ENZIM, TOKSIN ATAU ZAT TUMBUH MENGGANGGU TRANSPORTASI AIR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting. Lahan tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi jagung tahun
Lebih terperinciDAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1
DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 Kromosom Meiosis Dan Mitosis Biokimia Sifat Keturunan Apakah Gen Itu? Regulasi Gen Mutasi Gen, Alel, dan Lokus Pewarisan Sederhana atau Mendel Keterpautan (Linkage) Inaktivasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam
4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani
Lebih terperinciSERANGAN AWAL PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON DI PLOT UJI PROVENAN SENGONCANDIROTO, JAWA TENGAH
SERANGAN AWAL PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON DI PLOT UJI PROVENAN SENGONCANDIROTO, JAWA TENGAH 1. Siti Husna Nurrohmah, 2. Liliana Baskorowati 1,2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bi-oteknologi
Lebih terperinciMATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK. Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI ( ) RISKA AMELIA ( )
MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI (1414140003) RISKA AMELIA (1414142004) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sengon atau Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen [Syn. Albizia falcataria
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Sengon Sengon atau Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen [Syn. Albizia falcataria (L.) Fosberg] termasuk suku Mimosaceae (petai-petaian) (Lemmens, 1994). Di Indonesia,
Lebih terperinciPenggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan
PEMANFAATAN KOMBINASI PEMBERIAN MUTAGEN DAN KULTUR IN VITRO UNTUK PERAKITAN VARIETAS UNGGUL BARU Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan penyakit maupun cekaman lingkungan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang. mebel dan lain sebagainya. Tingginya kebutuhan manusia akan kayu tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai bahan bakar, bahan baku konstruksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting
Lebih terperincikarakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi
87 PEMBAHASAN UMUM Pemanfaatan lahan yang ada di bawah tegakan tanaman perkebunan dapat memperluas areal tanam kedelai sehingga memacu peningkatan produksi kedelai nasional. Kendala yang dihadapi dalam
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi adalah tanaman leguminosa yang umumnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak (pakan ternak). Tanaman leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi, begitu juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Sektor ini
Lebih terperinciPENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260
PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260 ADE NENA NURHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah
18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,
Lebih terperinciPengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:
Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman salak di Indonesia sangat banyak macamnya (lampiran A). Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita melestarikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian
Lebih terperincisehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).
PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan lainnya dipisahkan
Lebih terperinciKeragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP
Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang berguna untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Selain itu, kacang tanah merupakan
Lebih terperincimelakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter
PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping dan cere berdaging. Distribusi burung Famili Columbidae tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan
Lebih terperinciPenyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1
Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1 Arif Irawan 2, Budi Leksono 3 dan Mahfudz 4 Program Kementerian Kehutanan saat ini banyak bermuara pada kegiatan rehabillitasi hutan dan lahan serta kegiatan
Lebih terperinciterkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh
PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,
Lebih terperinciMateri Pokok Materi penjabaran Lingkup materi Fisiologi Tumbuhan. Struktur Bagian Tubuh Tanaman. Reproduksi Tumbuhan. Sistem Transportasi
Materi Pokok Materi penjabaran Lingkup materi Fisiologi Tumbuhan 1 ANATOMI, MORFOLOGI, DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Struktur Bagian Tubuh Tanaman a. Mekanisme fotosintesis b. Mekanisme respirasi, fotorespirasi,
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN UMUM
VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperincidaun, panjang daun, dan lebar daun), peubah morfologi (warna daun, tekstur daun, warna batang, dan indeks warna hijau relatif daun), anatomi daun
93 PEMBAHASAN UMUM Perbaikan sifat genetik dari tanaman dapat melalui pemuliaan, baik konvensional maupun modern (Soedjono 2003). Bahan tanaman yang digunakan didapatkan dengan cara meningkatkan keragaman
Lebih terperinciBersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.
Produk Kami: Teknologi Bio-Triba, Bio-Fob, & Mitol 20 Ec Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan. A. Bio TRIBA Teknologi ini adalah hasil penemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Polimorfisme RAPD dan Mikrosatelit Penelitian ini menggunakan primer dari Operon Technology, dimana dari 10 primer acak yang diseleksi, primer yang menghasilkan pita amplifikasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang mudah dikenali dan distribusinya tersebar luas di dunia. Dominan hidupnya di habitat terestrial. Kelimpahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio
Lebih terperinci( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan
PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin.
PEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin. Teknologi DNA rekombinan dapat menjadi alternatif sebagai metoda mutasi genetik terarah untuk
Lebih terperinci