BAB I PENDAHULUAN. kekerasan sehingga anak menirunya (Davit: 2015) Efendi menggagas sistem full day school (5 hari sekolah) sebagai wujud

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan sejumlah kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak. Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus dan di tahun 2015 ada 5066 kasus. Kasus tersebut hingga tahun 2015 diperoleh persentase 5 kasus tertinggi dengan kategori anak berhadapan dengan hukum tercatat 6006 kasus, kasus pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus. 78,3 persen anak menjadi pelaku kekerasan dan sebagian besar mereka pernah menjadi korban kekerasan atau pernah melihat kekerasan sehingga anak menirunya (Davit: 2015) Kondisi degradasi moral yang terjadi melatarbelakangi pemerintah melakukan revolusi pendidikan terutama pada penguatan karakter. Muhadjir Efendi menggagas sistem full day school (5 hari sekolah) sebagai wujud implementasi pendidikan budi pekerti di sekolah dasar dan menengah pertama. Sebagaimana tertuang dalam Sembilan Agenda Prioritas (Nawa Cita) bagian kedelapan, yang berbunyi Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan Cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum Indonesia. 1

2 2 Hal yang menjadi perhatian dalam Nawa Cita bagian kedelapan tersebut berkaitan dengan pendidikan dasar dan pembobotan yang menekankan substansi pendidikan adalah pada budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental. Presentase yang menitikberatkan pada pendidikan karakter diharapkan mampu merevolusi mental anak-anak bangsa. Berdasarkan visi-misi tersebut maka Menteri Pendidikan Indonesia Muhadjir Effendi menggagas sebuah model pendidikan karakter melalui full day school (5 hari sekolah). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2017 menimbang, pemberlakuan 5 hari sekolah atau secara umum masyarakat mengenalnya dengan konsep full day school adalah sebagai langkah untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan perkembangan era globalisasi dengan restorasi penguatan pendidikan karakter di sekolah. Restorasi pendidikan karakter bagi peserta didik di sekolah akan efektif manakala terdapat optimalisasi peran sekolah. Program 5 hari sekolah oleh masyarakat disebut pula dengan full day school hal tersebut dikarenakan terdapat adanya kesamaan konsep diantara keduanya. Full day school secara etimologi diartikan sebagai sekolah atau kegiatan belajar yang dilakukan sehari penuh, sedangkan secara terminologi sekolah full day mengandung arti sistem pendidikan yang menerapkan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan memadukan sistem pengajaran yang intensif yakni dengan memambah jam pelajaran untuk pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreativitas (Dalvi, 2013: 80).

3 3 Baharuddin (Khusnaya: 2016) menyatakan bahwa proses belajar mengajar full day dilakukan mulai pukul dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sistem pembelajaran sepanjang hari (full day school) memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar selama kurang lebih 8 (delapan) jam dalam sehari untuk melaksanakan segala aktivitas mereka di sekolah (Hawi, 2015: 76). Permendiknas Nomor 23 tahun 2017 pasal 2 telah menetapkan aturan baru bahwa hari sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu. Kebijakan 5 hari sekolah sebagaiamana diatur pada pasal 5 Permendiknas Nomor 23 tahun 2017, dalam pelaksanaanya diisi dengan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler hal tersebut sekaligus meluruskan pandangan negatif masyarakat yang berpandangan bahwa program full day school (5 hari sekolah) sebagai kegiatan belajar seharian penuh. Respon atau tanggapan disampaikan oleh berbagai pihak atau masyarakat dalam memandang kebijakan tersebut. Pusat Penelitian dan Pengembangan koran Sinar Indonesia (Puslitbang Sindo: 2016) mengadakan survey terkait wacana full day school. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh empat alasan mengapa orangtua siswa menolak adanya sistem full day school. Salah satu poin argumen orang tua siswa menolak program full day school adalah siswa dapat terbebani secara fisik dan psikologis dengan sekolah seharian.

4 4 Lebih lanjut orang tua siswa berpendapat bahwa ketahanan anak tidak cukup kuat menjalani serangkaian pembelajaran yang panjang ditambah secara psikologis anak cepat mengalami kebosanan dan dengan penambahan jam belajar justru dapat memicu stress anak. Alasan lain yang memberatkan penerapan full day school seperti dipaparkan oleh Puslitbang Sindo dikarenakan full day school dianggap tidak terlalu urgen dilakukan. Masih banyak persoalan krusial lain yang dihadapi dunia pendidikan seperti kualitas tenaga pengajar atau fasilitas sekolah yang perlu ditingkatkan. Kebijakan full day school (5 hari sekolah) merupakan program baru dari pemerintah yang bertujuan untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia, beberapa kekurangan dan sisi negatif yang disampaikan masyarakat atas kebijakan ini merupakan hal yang wajar mengingat masih perlunya upaya pembenahan secara terus menerus untuk mempersiapkan segala hal sehingga sekolah dan masyarakat dapat menerima dan mendukung program tersebut secara penuh. Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas Nomor 23 tahun 2017 pasal 8 dan 9 ayat (1), (2), dan (3) bahwa pemerintah akan terus berupaya menyiapkan segala hal yang diperlukan agar program 5 hari sekolah dapat terselenggara secara baik. Upaya pembenahan tersebut dilakukan dengan diujikannya program full day school secara bertahap di beberapa sekolah dasar dan menengah, program pelatihan bagi guru, kepala sekolah serta komite yang telah diselenggarakan pada 1500 sekolah piloting/percontohan (Manggala: 2016). Pembenahan dan penyempurnaan rumusan kebijakan penerapan full day school memang penting dilakukan mengingat program tersebut akan berlaku secara nasional.

5 5 Berdasarkan data dan fakta yang telah diuraikan, pembahasan mengenai full day school (5 hari sekolah) penting untuk dijadikan topik bahasan. Hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk mengadakan sebuah penelitian guna mengetahui persepsi guru tentang penerapan kebijakan program full day school (5 hari sekolah). Meskipun program belum diterapkan secara menyeluruh, namun penelitian untuk mengetahui persepsi guru mengenai kebijakan tersebut penting dilakukan. Melalui penelitian ini dapat diketahui secara lebih mendalam pemikiran, gagasan dan juga perasaan guru terhadap kebijakan tersebut. Selanjutnya dengan mengetahui persepsi guru, dapat diketahui pula kesiapan guru, siswa, sekolah dan orangtua siswa jika program ini diterapkan. B. Fokus Penelitian Peneliti memfokuskan penelitian ini dengan menentukan tempat pelaksanaan penelitian pada sekolah dasar negeri yaitu memilih masingmasing 1 (satu) orang guru sebagai partisipan penelitian untuk mengetahui persepsi guru terhadap kebijakan full day school (5 hari sekolah). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru mengenai kebijakan full day school (5 hari sekolah) di sekolah dasar negeri? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi guru mengenai kebijakan full day school (5 hari sekolah) di sekolah negeri.

6 6 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teori tentang: a. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan full day school. b. Peran guru, siswa, orangtua dan pemerintah dalam mewujudkan pembelajaran full day school di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Peneliti dapat menjawab pertanyaan peneliti, sehingga hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi peneliti yang merupakan calon guru untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. b. Bagi Guru Guru dapat meningkatkan pemahaman tentang full day school, sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan juga penilaian akan sistem pembelajaran ini. a) Bagi Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian dan pertimbangan terhadap sistem pembelajaran full day school sehingga diperoleh gambaran tentang bagaimana penerapannya di sekolah.

7 7 b) Bagi Dinas Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian, petimbangan, analisis kebutuhan terhadap sistem pembelajaran full day school sehingga diperoleh gambaran tentang bagaimana penerapannya di sekolah dengan melihat dari berbagai sudut pandang.