Muhammad Iqbal Meyza 1), Otik Nawansih 2) dan Fibra Nurainy 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Muhammad Iqbal Meyza 1), Otik Nawansih 2) dan Fibra Nurainy 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung"

Transkripsi

1 SOP Pengolahan Tahu Muhammad Iqbal Meyza et al PENYUSUNAN DRAFT STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSES PENGOLAHAN TAHU - STUDI KASUS DI SENTRA PRODUKSI TAHU GUNUNG SULAH BANDAR LAMPUNG [Standard operating procedure draft for tofu processing- A case study in Gunung Sulah Bandar Lampung processing center] Muhammad Iqbal Meyza 1), Otik Nawansih 2) dan Fibra Nurainy 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2 Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung ABSTRACT Diterima : 4 Januari 2013 Disetujui : 6 Februari 2013 Korespondensi Penulis : nawansih_thp@unila.ac.id A standard operating procedure (SOP) is a procedure or a sequence of steps which is standardized and must be passed to complete a particular work process (U.S. EPA., 2007). Arranging SOP draft is based on a review of Good Manufacture Practice. SOP is made for a guide line in doing process in an industry. In this research, a drafting SOP of the tofu industry was done by observating and recording every detail of the process. The research was conducted through four steps. Firstly, field observation to observe the process, this includes sanitation, tools specification, and description about step of processing the tofu. The Second step was determining the critical point and optimating the condition. The next step was arranging the SOP draft. The last step was testing of the SOP draft. Then the data were compared and discussed descriptively. The result showed that the implementation of SOP draft in Tofu Production gave tofu with better characteristic in flavor, aroma, color, compactness, appearance and texture which were prefered than the products made without using reference of the SOP draft. Key words: good manufacturing process standard operating procedure (SOP), tofu PENDAHULUAN Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang populer. Selain rasanya enak, harganya murah dan nilai gizinya pun tinggi. Hasil-hasil studi menunjukkan bahwa tahu kaya protein bermutu tinggi, tinggi sifat komplementasi proteinnya, ideal untuk makanan diet, rendah kandungan lemak jenuh dan bebas kholesterol, kaya mineral dan vitamin, makanan alami yang sehat dan bebas dari senyawa kimia yang beracun ( Koeswara, 1995). Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia (Astawan, 2004 ). Proses tahu di Indonesia masih sebatas industri kecil dan menengah. Produksi pengolahan tahu di Indonesia masih sangat bervariasi dan belum ada 62 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

2 Muhammad Iqbal Meyza et al standar yang dapat digunakan secara nasional. Sentra produksi tahu terbesar di Bandar Lampung terletak di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame dengan jumlah 166 industri. Industri tahu di Bandar Lampung sebagian besar merupakan industri rumah tangga dengan pengawasan mutu yang tidak maksimal. Berdasarkan survei lapangan yang penulis lakukan terhadap industri tahu di Kelurahan Gunung Sulah terlihat bahwa industri tahu belum menerapkan prinsipprinsip Good Manufacturing Practice (GMP) terlihat pada sanitasi alat, pekerja dan lingkungan proses produksi yang tidak terjaga. GMP merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan yang bertujuan agar produsen memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen. Cara produksi pangan yang baik (CPPB) merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan. CPPB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Dalam penerapan GMP industri pangan harus mempunyai manual mutu (rencana GMP) serta mempunyai SOP untuk setiap kegiatan,salah satu kegiatan utama yaitu proses pengolahan. SOP pengolahan tersebut menjadi acuan bagi industri pangan dalam proses pengolahan. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (U.S. EPA., 2007). Draft merupakan rancangan atau konsep. Draft SOP dibuat berdasarkan review terhadap prosedur yang sudah ada dan kemudian SOP Pengolahan Tahu disesuaikan agar diperoleh produk yang berkualitas dan konsisten. Pada penelitian ini dilakukan penyusunan Draft SOP pada industri tahu di Gunung Sulah. Hasil draft SOP pengolahan tahu pada penelitian ini diharapkan dapat ditindak lanjuti menjadi SOP pengolahan tahu oleh pihak yang berwenang sehingga dapat diterapkan di industri skala rumah tangga. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sentra pengolahan tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung pada bulan Desember 2011 Maret Penelitian ini melalui empat tahapan, yaitu (1) observasi lapang untuk mengamati proses yang meliputi kondisi sanitasi, spesifikasi alat dan deskripsi langkah proses pengolahan tahu. (2) penentuan titik kritis dan optimasi kondisinya. Penentuan titik kendali kritis (TKK) dibantu dengan menggunakan pohon keputusan. (3) penyusunan draft SOP pengolahan tahu, (4) uji coba draft SOP, draft SOP tahu yang telah disusun diterapkan di unit usaha Gunung Sulah. Pengamatan terhadap mutu produk dilakukan dengan sampling 3 kali sebelum menerapkan SOP yaitu pada tanggal 6, 8, dan 10 Februari 2012 dan 3 kali setelah penerapan uji coba SOP yaitu pada tanggal 5, 7, dan 9 Maret Data hasil pengamatan keduanya dibandingkan dan dibahas secara deskriptif. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

3 SOP Pengolahan Tahu HASIL DAN PEMBAHASAN Observasi Lapang Observasi lapang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan kondisi proses pengolahan tahu pada industri pengolahan tahu milik Bapak Basuki dan Ibu Sumiati di Jl. Danau Toba Gg. Amarta No. 17 Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung selama 3 pekan. Proses yang diamati meliputi kondisi sanitasi, spesifikasi alat dan deskripsi langkah proses pengolahan tahu. Pada setiap tahap produksi dilakukan Muhammad Iqbal Meyza et al pencatatan meliputi, kuantitas bahan, spesifikasi alat dan cara serta waktu yang digunakan untuk melihat konsistensinya. 1. Kondisi Sanitasi Kondisi sanitasi di unit usaha ini tidak memenuhi syarat Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian yang mengacu pada CPPB-IRT tahun Beberapa poin yang tidak sesuai disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan kondisi unit usaha dengan CPPB-IRT Kondisi Unit Usaha Tahu CPPB-IRT Ruang Produksi a. Lantai Sebagian besar lantai tanah, tidak rata, tidak bersih Kedap air, rata, halus, tidak licin, kuat, dibuat miring agar mudah dibersihkan b. Dinding Batu bata, tidak rata, tidak bersih, salah satu sisi terbuka c. Langit-langit Seng dan genteng, tidak ada plafon d. Pintu, Jendela, dan lubang angin Tidak ada pintu dan jendela, ada lubang angin tapi kotor Sanitasi a. Alat cuci Tersedia tetapi kurang bersih b. Tempat cuci Tidak tersedia tangan c. Toilet/WC Tersedia, pintu selalu tertutup, tidak bersih d. Penanggung Jawab Tidak ada personil khusus Kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan kuat terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak mudah mengelupas Bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka tutup, ada kasa yang dapat dilepas Tersedia alat cuci/pembersih dan selalu dalam keadaan bersih Ada tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan lap bersih Jumlahnya cukup, pintu selalu tertutup dan dalam keadaan bersih Ada penanggung jawab kegiatan dan pengawasan rutin 64 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

4 Muhammad Iqbal Meyza et al Pengendalian Hama a. Hewan Peliharaan b. Pencegahan hama masuk Tidak terdapat di area produksi Tidak ada upaya pencegahan c. Pemberantasan Tidak ada upaya hama pemberantasan Kebersihan Karyawan a. Badan Karyawan kurang menjaga kebersihan badan b. Pakaian Kurang bersih, karyawan pria sering tak berbaju c. Tangan Tidak mencuci tangan sebelum kerja d. Perawatan luka Tidak ditutup/ditutup tapi tidak bersih SOP Pengolahan Tahu Hewan peliharaan tidak berkeliaran di sarana produksi Ada upaya mencegah masuknya hama dan tidak terlihat indikasi adanya hama Upaya memberantas hama tidak mencemari pangan Semua karyawan selalu menjaga kebersihan badan Pakaian/perlengkapan kerja selalu dalam keadaan bersih Semua karyawan mencuci tangan dengan benar dan tepat Luka di balut dengan perban atau plester berwarna terang 2. Spesifikasi Alat Menurut CPPB-IRT (2002), peralatan produksi industri rumah tangga terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan. Berikut merupakan peralatan yang digunakan dalam pembuatan tahu di unit usaha Gunung Sulah yaitu drum, wadah (anyaman bambu), mesin penggiling, kain, besi penyanggah, kotak kayu, batu, pisau dan kayu bakar. Secara umum alat-alat tersebut kurang terjaga kebersihannya dan ada yang berkarat. 3. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan ialah kedelai varietas Anjasmoro dan Burangrang dengan minimal mutu II mengacu pada SNI Berdasarkan pengujian spesifikasi bahan baku, diketahui bahwa bahan baku kedelai yang digunakan pada unit produksi tahu memiliki mutu II. 4. Bahan Baku Penolong a. Air Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar Permenkes RI No. 416/MENKES/ PERK/IX/ Berdasarkan pengamatan dan pengujian air yang digunakan unit usaha untuk memproduksi tahu tidak berwarna/jernih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak memiliki kandungan koliform. b. Bahan penggumpal Bahan penggumpal yang digunakan yaitu whey yang telah dipisahkan dari proses penggumpalan 1 hari sebelumnya dan disimpan selama 24 jam dengan ph 4. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

5 SOP Pengolahan Tahu 5. Proses Produksi a. Perendaman Dari hasil pengamatan jumlah air berkisar liter/170 kg kedelai dan waktu perendaman berkisar 4-7 jam. Hal ini disebabkan karena unit usaha tidak memiliki catatan atau dokumentasi di tiap tahap produksi, sehingga yang digunakan yaitu mengacu pada perkiraan pelaku usaha. b. Penggilingan Pada unit usaha tahu di Gunung Sulah penggilingan dilakukan dengan mesin giling disertai penambahan air sehingga membuat kedelai hancur menjadi bubur kedelai. Mesin yang digunakan yaitu Honda GX 200. c. Perebusan Pada unit usaha tahu di Gunung Sulah perebusan dilakukan dengan memasukkan kedelai ke dalam drum seng kemudian di letakkan diatas tungku kayu bakar. Dengan jumlah air yang bervariasi setiap harinya liter/170 kg dan waktu berkisar menit. Perbedaan ini diakibatkan tidak adanya catatan dan dokumentasi pada tahap produksi sehingga yang digunakan yaitu mengacu pada perkiraan pelaku usaha. d. Penyaringan Pada unit usaha tahu di Gunung Sulah bubur kedelai disaring dengan penyaring yang umum digunakan oleh pengusaha tahu yaitu penyaring kain sipon berwarna putih. Kain yang digunakan tidak bersih karena setelah penyaringan tidak dicuci dengan bersih hanya disiram air. e. Penggumpalan Pada unit usaha tahu di Gunung Sulah penggumpalan dilakukan dengan penambahan whey. Setelah pengendapan sempurna maka bagian atas yang berupa Muhammad Iqbal Meyza et al air bening dipisahkan dari endapan agar proses pencetakan dapat dilakukan dengan mudah. Penambahan jumlah whey pada tahap ini juga bervariasi yaitu berkisar liter, karena whey hanya mengacu pada perkiraan pelaku usaha. f. Pencetakan Pada unit usaha tahu di Gunung Sulah pencetakan dilakukan dengan cetakan yang terbuat dari kayu. Gumpalan yang terbentuk dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dialasi kain blacu berwarna putih. Berat batu yang digunakan sebagai pengepres juga bervariasi sehingga mempengaruhi ukuran dan kepadatan tahu. Penentuan Titik Kritis dan Optimasi Kondisinya 1. Penentuan Titik Kritis Dengan analisa menggunakan pohon keputusan yang menyatakan pendekatan pemikiran yang logis dengan pertanyaanpertanyaan mengenai pengendalian dalam tahap produksi ini diperoleh titik kritis pada pengolahan tahu di unit usaha Gunung Sulah yaitu pada tahap perendaman dan perebusan. Perendaman dilakukan untuk melunakkan struktur seluler, mengurangi jumlah energy yang diperlukan untuk menggiling dan meningkatkan kecepatan ekstraksi. Apabila perendaman kurang sempurna, baik waktunya terlalu lama atau singkat, rasa tahu yang diperoleh akan menjadi kurang baik. Perendaman yang terlalu lama ditandai dengan terbentuknya busa yang berlebihan di permukaan air dan mengkerutnya kulit biji. Sedangkan perendaman yang kurang, ditandai dengan masih sulitnya biji dibelah dan bagian biji sebelah dalam masih keras dan berwarna gelap (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). 66 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

6 Muhammad Iqbal Meyza et al Pada tahap perebusan bertujuan untuk menginaktivasi tripsin inhibitor yang terkandung dalam kedelai serta mendenaturasi protein sehingga meningkatkan nilai gizi protein tahu, mengurangi bau langu, mempermudah ekstraksi protein dan mengubah sifat kimia protein sehingga pada saat dikoagulasikan menghasilkan tahu yang kompak (Muchtadi, 1989). Pada saat pemasakan bubur kedelai ditambahkan air untuk memperoleh rendemen yang baik. Penggunaan jumlah air dalam pemasakan perlu diperhatikan dimana air yang terlalu sedikit menyebabkan sari kedelai yang terekstrak juga sedikit sedangkan air yang terlalu banyak akan membuat energi dan waktu perebusan sari kedelai semakin besar (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). 2. Kondisi Optimal Berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur maka didapatkan kondisi optimal sebagai berikut proses perendaman diperlukan air sebanyak 75% dari bahan baku dan waktu perendaman selama 4 jam. Pada proses perebusan dilakukan pada suhu C dengan waktu optimal selama menit, perbandingan jumlah air dengan kedelai 10 : 1.Selama proses perebusan dilakukan pengadukan secara kontinyu agar terjadi pemanasan yang merata. C.Penyusunan draft SOP Pengolahan Tahu DRAFT SOP PENGOLAHAN TAHU 1. Tujuan Tujuan dari SOP pengolahan tahu yaitu untuk dapat menghasilkan produk tahu yang memenuhi standar mutu yang diinginkan dan konsisten. 2. Ruang Lingkup SOP Pengolahan Tahu Standar ini berlaku untuk pembuatan tahu kedelai. Prosedur operasional pengolahan tahu kedelai meliputi penyiapan bahan baku utama, penyiapan bahan baku penolong, penyiapan peralatan, dan proses pengolahan. 3. Prosedur a. Penyiapan Bahan Baku Utama 1. Kedelai Kedelai yang digunakan yaitu varietas Anjasmoro dan Burangrang sesuai syarat mutu kedelai SNI minimal mutu II. Kedelai yang diterima kemudian dicek spesifikasinya dan disortasi untuk membuang kotoran, batu, biji cacat dan rusak. b. Penyiapan Bahan Baku Penolong 1. Air Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar Permenkes RI No. 416/MENKES/PERK/IX/ Analisa air yang digunakan dalam pengolahan pangan secara periodik perlu dilakukan, terutama untuk mendeteksi bahan-bahan yang dapat membahayakan atau menimbulkan kesulitan dalam proses produksi. Bila ditemui air agak keruh, secara sederhana dapat diatasi dengan melakukan penyaringan atau pengendapan. Penyaringan sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan kain kasa bersih sebagai penyaring. 2. Bahan penggumpal Bahan penggumpal yang digunakan adalah whey yang telah dipisahkan dari proses penggumpalan 1 hari sebelumnya dan disimpan selama 24 jam dengan ph 4. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

7 SOP Pengolahan Tahu c. Penyiapan Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tahu antara lain: 1. Drum Alat ini digunakan pada proses perendaman dan perebusan. Sebelum dan sesudah penggunaan hendaknya alat ini dibersihkan dengan air (dicuci dan disikat) bahkan menggunakan air panas apabila terdapat banyak sisa-sisa setelah pengolahan untuk menghindari resiko kontaminasi. Adapun spesifikasinya. Perendaman: drum plastic dengan diameter 54 cm dan tinggi 44 cm. Perebusan: drum seng dengan diameter 57 cm dan tinggi 55 cm. 2. Wadah ( Anyaman bambu ) Alat ini berukuran 60 cm x 58 cm alat ini digunakan untuk penirisan tahu, sehingga alat ini harus terjaga kebersihannya dengan cara dicuci dan disikat setiap selesai digunakan. 3. Mesin Penggiling Alat ini harus dijaga kebersihannya dengan cara dibongkar dan dicuci dengan air bahkan air panas karena banyak tertinggal sisa-sisa dari bahan untuk mencegah kontaminasi. 4. Kain Blacu Digunakan sebagai penyaringan bubur kedelai untuk pemisahan susu kedelai dengan ampas. Alat ini harus dicuci dan disikat baik sesudah penggunaan. 5. Besi penyanggah Alat ini digunakan sebagai penyanggah kain ketika penyaringan bubur tahu untuk memudahkan penyaringan. Muhammad Iqbal Meyza et al 6. Kotak kayu (pencetak tahu) Alat ini digunakan untuk mencetak susu tahu hasil penyaringan, alat ini harus dicuci dan disikat sesudah penggunaan. 7. Batu Batu ini digunakan untuk pengepresan susu tahu, kebersihan batu harus terjaga. Berat batu ± 10 kg untuk 1 kotak pengepresan tahu. 8. Pisau Alat ini digunakan untuk pemotongan ukuran tahu setelah pencetakan, alat ini sebaiknya terbuat dari stainlees. 9. Kayu Bakar Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar ketika proses perebusan. Bila memungkinkan penggunaan gas akan lebih baik (lebih bersih dan panas) serta ramah lingkungan. d. Proses Pengolahan 1. Pencucian dan perendaman Pencucian kedelai dilakukan berulang kali (minimal 3 kali) dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan debu dan kotoran dari kacang kedelai. Proses selanjutnya dilakukan perendaman yang bertujuan untuk melunakkan struktur selulernya sehingga mempermudah dan mempercepat penggilingan. Diperlukan air sebanyak 75% dari bahan baku dan waktu perendaman selama 4 jam pada tahap ini. 2. Penggilingan Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin dengan dialiri air kira-kira 1-1,5 kali berat kedelai basah, sehingga bahan baku akan berbentuk seperti bubur. 68 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

8 Muhammad Iqbal Meyza et al 3. Perebusan Perebusan dilakukan pada suhu C selama menit. Pada saat perebusan bubur kedelai ditambahkan air, dimana penggunaan jumlah air dalam perebusan perlu diperhatikan. Perbandingan bahan baku dan air pada saat perebusan yang baik adalah 1:10 (perberat kedelai kering). Selama proses perebusan dilakukan pengadukan secara kontiyu untuk mencegah terjadinya kegosongan. 4. Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain blacu berwarna putih. Hasil penyaringan ini adalah ekstrak susu kedelai sedangkan ampas akan tertinggal dalam kain penyaring. Kain yang digunakan sebagai penyaring harus terjaga bersih dengan cara mencuci setiap selesai digunakan. 5. Penggumpalan Proses ini dilakukan dengan mengendapkan susu kedelai hasil penyaringan dengan penambahan bahan penggumpal yaitu whey. Setelah pengendapan sempurna maka bagian atas yang berupa air bening dipisahkan dari endapan agar proses pencetakan dapat dilakukan dengan mudah. Penggumpalan dilakukan pada saat suhu susu kedelai berkisar C. 6. Pencetakan Setelah penggumpalan, gumpalan yang terbentuk dimasukkan ke dalam cetakan tahu yang telah dialasi kain blacu berwarna putih lalu bagian atas juga ditutup dengan kain serupa dan papan. Di atas papan selanjutnya diletakkan pemberat yaitu batu hingga air tahu menetes habis dan terbentuklah tahu. Kebersihan pada cetakan tahu (kotak kayu), kain blacu, dan batu harus terjaga. Uji Coba SOP SOP Pengolahan Tahu Draft SOP tahu yang telah disusun diterapkan di unit usaha Gunung Sulah. Adapun beberapa hal yang diperbaiki dalam proses pengolahan tahu adalah sebagai berikut. 1. Melakukan sortasi bahan baku terlebih dahulu sebelum memulai proses produksi. Sortasi yang dimaksud berupa pemisahan kedelai yang rusak, kotoran dan benda asing lain. 2. Melakukan pencucian pada bahan baku yang dilakukan berulang kali (minimal 3 kali) sebelum melakukan proses produksi. 3. Mencuci peralatan produksi sesudah pemakaian dan menjaga selalu kebersihan alat-alat dari sisa-sisa produksi sebelumnya. 4. Menjaga kebersihan dari pekerja dalam melakukan setiap proses pengolahan dari badan, pakaian, tangan serta luka. 5. Pengukuran jumlah bahan baku penolong yang digunakan (perendaman, penggilingan, perebusan dan penggumpalan) dan waktu di tiap tahapan proses (perendaman dan perebusan). Produk yang dihasilkan setelah penerapan SOP kemudian diamati kadar air, abu, protein dan lemak serta dilakukan uji organoleptik untuk kemudian dibandingkan dengan produk sebelum penerapan SOP. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

9 SOP Pengolahan Tahu 1. Kadar Air Berdasarkan hasil pengujian kadar air (Gambar 1), sebelum penerapan SOP terjadi fluktuasi kadar air tahu atau kurang konsisten serta lebih tinggi dibanding setelah penerapan SOP. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pengukuran Muhammad Iqbal Meyza et al waktu pada tahapan proses perendaman dengan waktu yang terlalu lama. Sedangkan setelah penerapan SOP terjadi konsistensi pada kandungan kadar air tahu karena telah menerapkan waktu optimal proses perendaman yaitu 4 jam. Dan selain itu KA dipengaruhi juga dari tekanan beban pada saat proses pencetakan. KA (%) 82, , , , ,5 78 Batch 1 Batch 2 Batch 3 Batch 4 Batch 5 Batch 6 sebelum SOP sesudah SOP Keterangan: Gambar 1. Kadar air produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Sebelum SOP Sesudah SOP Batch 1: pada tanggal 6 Februari 2012 Batch 4: pada tanggal 5 Maret 2012 Batch 2: pada tanggal 8 Februari 2012 Batch 5: pada tanggal 7 Maret 2012 Batch 3: pada tanggal 10 Februari 2012 Batch 6: pada tanggal 9 Maret Kadar Abu Setelah penerapan SOP kadar abu tahu lebih konsisten dan berbeda dengan sebelum penerapan SOP dimana terjadi variasi kadar abu dengan konsentrasi lebih tinggi (Gambar 2). Kadar abu tahu setelah penerapan SOP lebih rendah dari pada sebelum penerapan SOP karena pada penerapan SOP dilakukan sortasi bahan baku. Kotoran yang terbawa pada tahu sangat berpengaruh pada kadar abu. Namun kadar abu baik produk tahu yang telah menerapkan dan tidak menerapkan SOP dalam pengolahannya sudah sesuai dengan SNI Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

10 Muhammad Iqbal Meyza et al SOP Pengolahan Tahu Gambar 2. Kadar abu produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan: Sebelum SOP Sesudah SOP Batch 1: pada tanggal 6 Februari 2012 Batch 4: pada tanggal 5 Maret 2012 Batch 2: pada tanggal 8 Februari 2012 Batch 5: pada tanggal 7 Maret 2012 Batch 3: pada tanggal 10 Februari 2012 Batch 6: pada tanggal 9 Maret Protein Setelah penerapan SOP, kadar protein tahu lebih konsisten dan lebih tinggi dibanding sebelum penerapan SOP (Gambar 3). Kadar protein setelah penerapan SOP lebih tinggi diduga karena dilakukannya sortasi bahan baku sehingga kotoran yang bukan protein berkurang serta akibat perbedaan kadar air. Pada tahu kandungan air lebih tinggi maka kadar protein rendah dan sebaliknya pada tahu dengan kadar air rendah maka kadar protein tinggi. Namun kadar protein tahu yang dibuat sebelum penerapan dan sesudah penerapan SOP masih sesuai dengan standar kualitas tahu SNI Gambar 3. Kadar protein produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

11 SOP Pengolahan Tahu Muhammad Iqbal Meyza et al Keterangan: Sebelum SOP Sesudah SOP Batch 1: pada tanggal 6 Februari 2012 Batch 4: pada tanggal 5 Maret Batch 2: pada tanggal 8 Februari 2012 Batch 5: pada tanggal 7 Maret Batch 3: pada tanggal 10 Februari 2012 Batch 6: pada tanggal 9 Maret Lemak Setelah penerapan SOP kadar lemak tahu lebih konsisten dibanding sebelum penerapan SOP (Gambar 4). Kadar lemak pada produk tahu yang dibuat sebelum penerapan dan sesudah penerapan SOP masih sesuai dengan standar kualitas tahu berdasarkan SNI Gambar 4. Kadar lemak produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan: Sebelum SOP Sesudah SOP Batch 1: pada tanggal 6 Februari 2012 Batch 4: pada tanggal 5 Maret Batch 2: pada tanggal 8 Februari 2012 Batch 5: pada tanggal 7 Maret Batch 3: pada tanggal 10 Februari 2012 Batch 6: pada tanggal 9 Maret Uji Organoleptik a. Rasa Berdasarkan hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sampel tahu setelah penerapan SOP memiliki skor rasa yang lebih tinggi dari sampel sebelum penerapan SOP (Gambar 5). Dalam hal ini penilaian skor rasa dilakukan dengan menguji tahu yang telah digoreng. Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979) apabila perendaman kurang sempurna, baik waktunya terlalu lama atau singkat maka rasa tahu yang diperoleh akan menjadi kurang baik. 72 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

12 Muhammad Iqbal Meyza et al SOP Pengolahan Tahu Gambar 5. Skor rasa tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan Skor rasa: 5 = sangat gurih, 3 = gurih, 1 = kurang gurih b. Aroma Berdasarkan hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sampel tahu setelah penerapan SOP memiliki skor aroma yang lebih tinggi dari sampel sebelum penerapan SOP (Gambar 6). Produk tahu setelah penerapan memiliki aroma khas tahu berbeda dengan produk tahu yang belum menerapkan SOP. Kedelai memiliki ciri khas bau langu yang disebabkan enzim lipoksigenase.proses perebusan berfungsi untuk menginaktifkan enzim lipoksigenase dan mengurangi bau langu pada hasil olahan kacang-kacangan (Nelson, 1971). Gambar 6. Skor aroma produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

13 SOP Pengolahan Tahu Muhammad Iqbal Meyza et al Keterangan Skor aroma: 5 = sangat khas tahu, 3 = khas tahu, 1 = kurang khas tahu c. Warna Berdasarkan hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sampel tahu setelah penerapan SOP memiliki skor warna yang lebih putih dari sampel sebelum penerapan SOP (Gambar 7). Menurut Muchtadi (1989) pencucian kedelai dilakukan untuk menghilangkan kotoran dan benda asing yang terdapat pada bahan mentah, selain itu kedelai yang kurang bersih akan menghasilkan tahu dengan warna gelap dan daya tahan simpan yang rendah. Gambar 7. Skor warna produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan Skor warna: 5 = sangat putih, 3 = putih, 1 = kurang putih d. Tekstur Berdasarkan hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sampel setelah penerapan SOP memiliki skor tekstur yang lebih lembut dari sampel sebelum penerapan SOP. Jumlah bahan penggumpal yang ditambahkan berpengaruh terhadap tekstur tahu yang dihasilkan. Kekurangan bahan penggumpal umumnya menyebabkan tahu menjadi kurang kompak dan bila terlalu banyak maka permukaan tahu menjadi kurang halus serta berlubang-lubang kecil (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Skor tekstur tahu disajikan dalam Gambar Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

14 Muhammad Iqbal Meyza et al SOP Pengolahan Tahu Gambar 8. Skor tekstur produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan Skor tekstur: 5 = sangat lembut, 3 = lembut, 1 = kurang lembut e. Penampakan Penampakan tahu dinilaii dari indera penglihatan. Konsumen akan lebih tertarik terhadap penampakan tahu yang mereka sukai. Berdasarkan hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sampel tahu setelah penerapan SOP memiliki skor penampakan yang lebih tinggii dari sampel sebelum penerapan SOP (Gambar 9). Gambar 9. Skor penampakan produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan Skor penampakan: 5 = sangat suka, 3 = suka, 1 = kurang- suka Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

15 SOP Pengolahan Tahu f. Kekompakan Kekompakkan dilihat dari kepadatan tahu, dilakukan dengan indera peraba. Berdasarkan hasil uji organoleptik Muhammad Iqbal Meyza et al menunjukkan bahwa sampel tahu setelah penerapan SOP memilikii skor kekompakan yang lebih tinggi dari sampel sebelum penerapan SOP (Gambar 10). Gambar 10. Skor kekompakan produk tahu sebelum dan sesudah penerapan SOP Keterangan Skor kekompakan: 5 = sangat padat, 3 = padat, 1 = kurang padat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pengamatann selama 3 pekan di unit usaha pengolahan tahu milik Bapak Basuki dan Ibu Sumiati, Gunung Sulah Bandar Lampung dan studi litelatur diperoleh kesimpulan bahwa (1) Telah disusun draft SOP pengolahan tahu, (2) Draft SOP pengolahan tahu telah diuji cobakan di unit usaha. Hasil uji coba menunjukkan bahwa produk tahu yang diproduksi dengan mengacu pada draft SOP lebih baik (rasa, aroma, warna, kekompakan, penampakan dan tekstur) daripada produk tahu yang diproduksi tanpa mengacu pada draft SOP. Saran Adapun saran pada penelitian ini antara lain perlunya perbaikan terhadap kondisi dari unit usaha tahu yaitu ruang produksi, perlunya penanganann sanitasi menyeluruh meliputi sanitasi tempat, peralatan dan pekerja, penanganan maksimal terhadap bahan baku sebelum proses pengolahan, dilakukan kajian lebih lanjut agar draft SOP pengolahan tahu dapat disempurnakan menjadi SOP sehingga dapat diterapkan pada sentra industi tahu di Bandar Lampung. DAFTAR PUSTAKA Astawan M Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai. Solo 76 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013

16 Muhammad Iqbal Meyza et al SOP Pengolahan Tahu Badan Pengawas Obat dan Makanan Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Jakarta. Koswara, S Nilai gizi, pengawetan dan pengolahan tahu. Jakarta Muchtadi, D Protein Sumber dan Teknologi. Pusat antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nelson, J. A. and Trout, G. M Judging Dairy Products 3 rd Edition. Edward Bros. Ann Arbor, Michigan. Shurtleff, A dan A. Aoyagi Tofu and Soymilk Production. New-age Food Study Centre, Lafayette. US., EPA Guidance For Preparing Standard Operating Procedure (SPOs). Office of Enviromental Information. Washington DC. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan Bapak Jono dan Ibu Griyasih di Jl. Padjajaran Gg. Danau Toba No. 17

Lebih terperinci

Diterima : 6 Mei 2013 Disetujui : 12 Juni Korespondensi Penulis :

Diterima : 6 Mei 2013 Disetujui : 12 Juni Korespondensi Penulis : SOP Keripik Pisang Didit Haryanto et al PENYUSUNAN DRAFT STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGOLAHAN KERIPIK PISANG (STUDI KASUS DI SALAH SATU INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK PISANG BANDAR LAMPUNG) [Standard

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi

TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu bukan asli dari Indonesia, tetapi masyarakat Indonesia sudah sejak zaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di Jalan Pagar Alam atau Gang PU Kecamatan Kedaton Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA 11.02.8080 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar daerah maupun ekspor.

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian tentang perbandingan gizi tahu dari kedelai dan tahu biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Lingkungan Produksi 1. Evaluasi a. Lokasi UKM Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi UKM Al-Fadh terletak ditengah perkampungan yang berdekatan dengan area persawahan

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI Susiana Prasetyo S. dan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013. III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini dilakukan di perusahaan bakpia pathok 25 Yogyakarta, dan dilakukan selama 2,5 bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pengrajin gula merah kelapa di Desa Purworejo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pengrajin gula merah kelapa di Desa Purworejo III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pengrajin gula merah kelapa di Desa Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaen Pesawaran, Laboratorium Analisis Mutu Hasil

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI. Salmyah *) ABSTRAK

PENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI. Salmyah *) ABSTRAK PENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI Salmyah *) ABSTRAK Ie kuloh sira merupakan larutan yang diperoleh dari limbah industri garam rakyat. Ie kuloh sira dapat dipakai

Lebih terperinci

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER Elida Novita*, Iwan Taruna, Teguh Fitra Wicaksono Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tahu adalah hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tahu adalah hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu Tahu adalah hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan atau penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut menunjang peranan dalam pola makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu produk makanan yang sudah popular di masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi tahu sebagai lauk pauk pendamping

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi

Lebih terperinci

PEMBUATAN TAHU DARI KACANG KEDELAI DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGGUMPAL IE KULOH SIRA ABSTRAK

PEMBUATAN TAHU DARI KACANG KEDELAI DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGGUMPAL IE KULOH SIRA ABSTRAK PEMBUATAN TAHU DARI KACANG KEDELAI DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGGUMPAL IE KULOH SIRA Lisa Nanda E-mail: nandananda12@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan volume ie kuloh

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PELAKSANAAN Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Juni 2016 di UKM tahu bakso EQ di Perumahan Singkil Rt 02 Rw 05, Singkil,

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU Bambang Kusmartono 1, Merita Ika Wijayati 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta e-mail : bkusmartono@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu Tahu sebagai salah satu produk olahan kedelai yang merupakan sumber penyedian protein yang sangat baik tubuh karena jumlah protein yang dikandungnya serta daya cernanya

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Kadar gizi tahu biji cempedak diuji di laboratorium yang ada di daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas Obat dan Makanan)

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: SUESTI LILIS PRINGGOWATI 6103012076 KEN AYU HASTUNGKORO RETNO WILIS 6103012090 PROGRAM

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG 64 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 64-70, 2017 PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG Wirawan, Gatut Suliana,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Berdirinya UD. Ponimin pada tahun 1998, UD. Ponimin merupakan industri rumah tangga yang memproduksi tahu. UD. Ponimin ini milik Bapak Ponimin. Awalnya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU

PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU Paper Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Pangan yang diampu oleh : 1. Mustika Nuramalia Handayani S.TP., M.Pd 2. Dewi Nur Azizah

Lebih terperinci

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai? Bab 5 Aspek Teknis No 1. 5.1. Perencanaan Produk Berdasarkan data kuisioner yang terdapat pada bab 4, maka untuk menentukan perencanaan produk didapat data dari hasil penyebaran kuisioner sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan protein yang tinggi (27,4%) serta lemak yang lebih rendah (2,9%).

Lebih terperinci

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian Uji Kesukaan Antara Perkedel Tahu Dengan Perkedel Ampas Kedelai, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Organoleptik-Kesukaan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI

PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max Merr)

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan

Lebih terperinci

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (3): 188-196 ISSN 1410-5020 Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai Optimization Process Soybean Flouring Hertini Rani, Zulfahmi, dan Yatim R. Widodo

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU Emi Erawati 1, Malik Musthofa 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tanggal 17 September 2012 tentang Penataan

Lebih terperinci

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C.

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tempe merupakan salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Tempe merupakan salah satu produk olahan berbasis bioteknologi. Bioteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. TAHU Tahu merupakan produk kedelai non-fermentasi yang disukai dan digemari di Indonesia seperti halnya tempe, kecap, dan tauco. Tahu adalah salah satu produk olahan kedelai yang

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : LUCIANA HENDRIKA SUWARNO NRP 6103013078 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Company Profile Letak : Pemilik : Pekerja : Jam Kerja : Kapasitas Produksi/hari :... kg kacang kedelai Flowchart Proses Produksi Kacang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

YUWIDA KUSUMAWATI A

YUWIDA KUSUMAWATI A PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN KECAP DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK NANAS DAN EKSTRAK PEPAYA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT DAN LAMA PERENDAMAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP MUTU TAHU

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT DAN LAMA PERENDAMAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP MUTU TAHU PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT DAN LAMA PERENDAMAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP MUTU TAHU Sanggam Dera Rosa Tampubolon Staf Pengajar Kopertis Wil.I dpk Fak Pertanian UNIKA St. Thomas ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: VANDA FIKOERITRINA WIDYA PRIMERIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah senyawa minyak yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melaui proses ekstraksi dan pengepressan mekanik. digunakan dalam makanan dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat makanan itu aman untuk dimakan, bebas dari faktor-faktor penyebab penyakit misalnya banyak mengandung sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber nutrisi lengkap dan mengandung gizi tinggi. Kandungan kalsium susu sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digoreng menggunakan minyak hingga buah pisang berubah warna dan teksturnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. digoreng menggunakan minyak hingga buah pisang berubah warna dan teksturnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keripik Pisang Keripik pisang adalah makanan olahan dari buah pisang yang diiris tipis kemudian digoreng menggunakan minyak hingga buah pisang berubah warna dan teksturnya menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein sekitar 33-42% dan kadar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK. 00.05.5.1639 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya melalui proses pengendapan protein dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA TUJUAN KHUSUS Memberikan

Lebih terperinci

ISSN (print) : ISSN (electronic): Vol. 2 No. 02 Desember 2017

ISSN (print) : ISSN (electronic): Vol. 2 No. 02 Desember 2017 SIFAT ORGANOLEPTIK TAHU SUSU DENGAN JUMLAH PEMAKAIAN KOAGULAN YANG BERBEDA Dyah Ayu Pradnya Paramitha Program Studi Manajemen Kuliner Politeknik Pariwisata Batam Jl. Gajah Mada The Vitka City Complex,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE Siti Miskah, Rini Daslam, Dwi Endah Suryani Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Nanas merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA Nurlaila Handayani 1* Yusnawati 2 Nina Fahriana 3 Fakultas Teknik

Lebih terperinci