BAB 1 PENDAHULUAN. tumpah darahnya kepulauan Nias yang di sebut Tano Niha. Wilayah tano niha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. tumpah darahnya kepulauan Nias yang di sebut Tano Niha. Wilayah tano niha"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Nias menamakan dirinya Ono Niha atau anak manusia dan tanah tumpah darahnya kepulauan Nias yang di sebut Tano Niha. Wilayah tano niha merupakan tempat yang terpencil, terisolasi dan jauh dari peradaban suku lain. 1 Suku Nias pada saat itu merasa bahwa hanya mereka penghuni dan penguasa muka bumi ini tanpa ada manusia lain. Hal tersebut menimbulkan bahwa manusia dan pimpinannya menjadi bersifat egois, emosional dan sulit berkembang. Budaya Suku Nias dan peradabannya berkembang dengan sendirinya yang disebut local genius (orang pintar yang mengetahui tata cara disuatu daerah dan dianggap orang lain yang tidak melaksanakannya tidak beradat). 2 Mereka memiliki kebiasaan yang turun temurun dalam berbagai kehidupan seperti bercocok tanam, berburu, membangun rumah, dan mendirikan banua ( kampong ) dan lain-lain. Yang keseluruhannya ini diatur dan ditata dalam tatanan kehidupan yang di sebut Fondrako 3 atau hukum dasar. 1 Eduard Fries, Sejarah Pulau Nias, ombolata: zendingsdrukkerij, 1919, hlm Ibid., hlm Fungsi dan kekuasaan dari Fondrako adalah mengatur dan menetapkan ketentuanketentuan hukum tata tertib kehidupan masyarakat yang di tuangkan dalam bentuk adat-istiadat. serta mengatur dan menetapkan sanksi-sanksi ( ancaman hukuman ) bagi siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan dari hukum itu sendiri. S. Mendrofa, Fondrako Ono Niha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia hal 48.

2 Fondrako mendasari aturan-aturan kebiasaan lainnya yang menjadi hukum yang harus di patuhi. Pada masa sebelum kedatangan orang Belanda tahun 1866, orang Nias terpecah menjadi beberapa kesatuan setempat yang otonom disebut Ori. 4 Setiap Ori merupakan gabungan dari beberapa Banua 5 dan tiap Banua dihuni oleh bagian-bagian dari beberapa Mado. 6 Setiap Ori dikepalai oleh seorang Tuheneri 7 dan tiap Banua dipimpin oleh seorang Salawa. Pada zaman Belanda semua Ori diseluruh Nias dan pulau-pulau disekitarnya dipersatukan menjadi Afdeling Nias di bawah seorang Assisten Residen. 8 Desa Tumori ini merupakan salah satu desa adat yang sangat memegang teguh tradisi dan aturan yang berlaku dalam Banua. Seiring dengan perkembangan waktu desa ini mengalami perubahan, penulis akan menguraikannya pada bab-bab selanjutnya. 4 Ori merupakan istilah gabungan dari beberapa kampung. Pemimpin ori di pilih berdasarkan garis keturunan leluhurnya, yang bertugas untuk menjamin keteraturan dan ketenangan dalam masyarakat. 5 Banua atau desa merupakan dasar dari sebuah masyarakat. Setiap Banua yang otonom dianggap oleh penduduknya cerminan dari dunia atas. Semua kegiatan dalam sebuah banua, termasuk upacara dari agama lama, adat, kepemimpinan, pembuatan rumah dan lain-lain untuk memperoleh berkat (howu-howu). 6 Dalam menentukan Mado atau marga dalam masyarakat Nias, ditentukan dari garis keturunan ayah (laki-laki) yang disebut Patrilineal. 7 Tuhenori adalah istilah yang di pakai untuk menyebut pemimpin dalam beberapa kampung. Persyaratan untuk menjadi Tuheneri antara lain; memiliki wibawa atau kharisma, kedewasaan, memiliki harta dan memiliki kepintaran. 8 Tuhoni Telaumbanua, Salib dan Adu, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, hlm

3 Salah satu bukti peninggalan di Desa Tumori ini yang masih bisa kita lihat hingga sekarang adalah rumah adatnya yang masih asli yang telah berusia hingga ratusan tahun. Hal ini ditambah lagi dengan batu peniggalan yang melambangkan kebesaran seorang Balugu atau pemimpin dalam Banua yang disebut dengan Gowe (batu kebesaran/kehormatan) Perubahan yang terjadi dimasyarakat juga tidak terlepas dari peran para pemimpin, baik formal maupun informal didalam kolektifitas sosial. Ini terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpin (pengikut). Peran pemimpin dalam mengarahkan dan mempengaruhi pengikutnya menuju pada tujuan kolektif atau membentuk kelakuan masyarakat berdasarkan nilai-nilai tertentu. Status pemimpin pada masyarakatnya mempunyai fungsi atau peran, mengawasi agar tujuan bersama dapat tercapai khususnya dalam masyarakat. Pemimpin merupakan agen of change yang paling efektif. Kemampuan pemimpin membawa pengikutnya akan membuahkan hasil keikutsertaan masyarakat dengan kesadaran penuh untuk ikut serta membangun daerahnya, bukan hanya partisipasi semu karena ada paksaan. 9 Dalam konteks kedaerahan sebutan pemimpin, baik itu yang dipilih oleh masyarakatnya maupun pimpinan yang di dapat karena keturunan, memiliki dasar-dasar kepemimpinan yang secara historis diakui oleh masyarakat. 1995, hal D. Kenan Purba dan J.D. Purba, Sejarah Simalungun, Jakarta; Bina Budaya Simalungun,

4 Untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat tradisional Nias di Desa Tumori, persyaratannya telah ditentukan oleh masyarakat melalui wadah musyawarah yang disebut Fondrako. Persyaratan tersebut antara lain: harus tinggi bosi 10 dalam masyarakat, berkecukupan untuk membantu masyarakat, berjiwa sosial, kuat fisik untuk melaksanakan tugas dan berasal dari golongan pemimpin atau yang telah berjasa. Disisi lain, pemimpin yang diakui masyarakat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, kariernya dimulai dari bawah ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga tidak ada pemimpin yang disebut lompat pagar. 11 Dengan demikian masyarakat yang dipimpinya loyal kepadanya dan mendapat dukungan dari masyarakat. Kedudukan dan kebesaran tercermin dari sebutan mereka Salawa, (tinggi) atau Si ulu ( yang di atas ). Sedangkan rakyat biasa di sebut Sihono ( si seribu ), Sato ( umum ). Selanjutnya lapisan Si ulu dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu; Balo Zi Ulu ( yang memerintah ) dan Si Ulu ( kebanyakan ). Sato dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu; Si Ila ( cerdik, pandai, dan pemuka rakyat ) dan Sato (rakyat kebanyakan). Harta milik para Si ulu menandai kedudukan mereka. Rumah yang besar, tutup kepala paling tinggi dan duduk ditempat paling tinggi saat upacara Si ulu. Hal diatas diperoleh melalui warisan. Pembuatan emas permata, dan perhiasan serta 10 Bosi atau derajat merupakan adalah tolak ukur dalam masyarakat Nias. Semakin tinggi bosi seseorang, semakin tinggi rasa hormat dan kedudukannya dalam masyarakat tersebut. S. Mendrofa, Fondrako Ono Niha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia hal Eduard Fries, Sejarah Pulau Nias, ombolata: zendingsdrukkerij, 1919, hlm. 67

5 kepemilikan rumah yang besar, menjadikan para Si ulu dapat mempertahankan kedudukan. Benda-benda tersebut berfungsi sebagai pemberitahuan kepada orang lain mengenai kedudukan tinggi mereka sekaligus sebagai penghubung antara Si ulu dan leluhur mereka. yaitu : Dimasa lalu masyarakat Nias dibagi dalam beberapa tingkatan (stratifikasi) 1. Masyarakat Nias terbagi menjadi yang diatas ( si ulu ) yang pada dasarnya keturunan para pendiri Desa. 2. Pemuka agama ( Ere ).Ere terbagi atas beberapa bagian, yaitu; Ere Huhuo (ahli pidato), Ere Hoho (ahli bercerita atau ahli menuturkan cerita dan mitos secara sangat puitis), Ere Maena (ahli untuk memimpin tarian tradisinal yang di sebut maena), Ere Nadu (ahli agama asli atau ahli dalam memimpin upacara yang berhubungan dengan Adu), Ere Boro Nadu (imam tertinggi dan pembuat hukum). Seorang Ere tidak harus berasal dari keturunan dan kelompok tertentu, namun dia (laki-laki atau perempuan) di terima sebagai seseorang yang berkuasa dan terhormat. 3. Rakyat biasa atau rakyat kebanyakan ( Ono Mbanua ).

6 4. Budak ( sawuyu ) yang dahulu milik kaum ningrat dan tinggal diluar Desa. 12 Sawuyu juga dibagi dalam tiga golongan yaitu; 1. Binu ( orang yang menjadi budak kerena kalah perang atau di culik ). 2. Sondara Hare ( orang yang menjadi budak karena tidak dapat membayar hutang ). 3. Holito ( orang yang menjadi budak setelah di tebus orang setelah di jatuhi hukuman mati ). 13 Dalam masyarakat Nias di desa Tumori, ketika Si ulu meninggal dunia maka dalam upacara pemakamannya harus mengorbankan puluhan hingga ratusan kepala manusia. (tergantung dari bosi atau derajatnya). Hal ini dilakukan sebagai suatu kehormatan dan sejalan dengan kepercayaan masyarakat Nias yang bersifat animisme dan dinamisme. Dari semua golongan budak, Binu adalah yang paling buruk. Karena dari kalangannyalah yang dipilih untuk dikorbankan pada upacara yang memerlukan korban manusia. Seiring dengan perkembangan waktu, pada tahun 1965 struktur kepemimpinan dalam masyarakat Nias mengalami perubahan drastis. Inilah yang menarik buat saya, dimana kepemimpinan tradisional yang sudah turun temurun bisa berubah. Peneliti ingin mengkaji tentang hal ini. Apa saja faktor yang mengakibatkan perubahan tersebut. hlm Eduard Fries, Sejarah Perjuangan Masyarakat Nias, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1988, 13 Ibid.,hal 49

7 Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis terarik untuk meneliti kepemimpinan Tradisional tersebut dengan judul : PERUBAHAN KEPEMIMPINAN TRADISIONAL MASYARAKAT NIAS DI DESA TUMORI KECAMATAN GUNUNGSITOLI BARAT TAHUN Alasan penulis memilih tahun 1965 karena pada tahun tersebut Struktur Kepemimpinan Masyarakat Nias berubah, dengan dihapuskannya Tuhenori dan bergantinya peranan Si ulu, menjadi Kepala Desa ( satua banua ). Hal ini membawa kelegaan pada sebagian besar masyarakat Nias tentang adanya stratifikasi sosial yang sangat jauh pada masa itu yang dianggap sebagai jarak antara kelas Si ulu dan Sawuyu ( budak ). Peneliti membatasi penelitian tahun 1995 karena, kebijakan dalam memilih pemimpin tradisional di Gunungsitoli Barat mulai diubah. Pada awalnya yang dapat menduduki posisi ini adalah para kaum atau keturunan Si ulu. Akan tetapi sejak tahun 1995 memilih pemimpinnya tidak diharuskan dari keturunan Si ulu. Semua golongan masyarakat yang mengerti dan memahami tentang adat, serta dapat mempertanggungjawabkan tugasnya sebagai pemimpin yang baru dapat dipilih sebagai pemimpin. B. Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Struktur Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori kecamatan Gunungsitoli Barat sebelum Tahun 1965.

8 2. Bagaimanakah Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori kecamatan Gunungsitoli Barat Periode Bagaimana proses perubahan Kepemimpinan Tradisional Desa Tumori dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Untuk mencapai suatu sasaran tertentu maka selalu berpegang pada tujuan. Di mana tujuan itulah yang merupakan gambaran dari masalah yang di teliti. Dalam hal ini yang menjadi tujuan penulisan adalah : 1. Untuk menjelaskan Struktur Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori kecamatan Gunungsitoli Barat Sebelum Tahun Untuk menjelaskan Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori kecamatan Gunungsitoli Barat Periode Untuk menjelaskan proses Perubahan Kepemimpinan Tradisional di Desa Tumori dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang kepemimpinan tradisional masyarakat Nias di Desa Tumori kecamatan Gunungsitoli Barat. 2. Penulisan ini diharapkan menambah referensi dan khasanah ilmu sebagai bahan rujukan untuk penelitian terkait selanjutnya.

9 3. Penulisan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan pembaca secara khusus tentang struktur kepemimpinan tradisional di Desa Tumori dan secara umum tentang kepemimpinan tradisional di Indonesia. D. Tinjauan Pustaka Penelitian memerlukan landasan teoritis yang akan membantu memberikan dasar pokok bagi kelanjutan proses penelitian. Landasan teoritis akan di peroleh melalui riset yang rutin terhadap kepustakaan yang relevan dengan topik atau objek penelitian. Dengan demikian penelaah studi kepustakaan merupakan kegiatan mutlak dalam proses penelitian. Dalam hal ini dikemukakan beberapa buku yang mendukung konsep, hipotesa dan teori sehubungan dengan objek yang di teliti. Eduard Fries dalam Sejarah Perjuangan Masyarakat Nias (1988), menjelaskan dalam laporan penelitian perjuangan masyarakat Nias dalam melawan Belanda. Bagaimana struktur kepemimpinan tradisional pada masa itu dan peran Si ulu sebagai pemimpin. Laporan penelitian ini juga menjelaskan tentang adat istiadat dan peraturan-peraturan yang diatur dalam Fondrako. Penulis menggunakan laporan penelitian tersebut, untuk mengetahui konsep kepemimpinan pada masa itu. Hal ini untuk menambah referensi penulis tentang Perubahan Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias Di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat.

10 Tuhoni Telaumbanua, dkk dalam Salib dan Adu (1865) menjelaskan bagaimana perjumpaan Misionaris dari Jerman yang membawa agama kristen pada masyarakat Nias. Dalam proses yang cukup memakan waktu yang cukup lama, akhirnya mengalami perubahan disebagian besar masyarakat Nias. Dimana awalnya masyarakat Nias yang sangat kuat kepercayaannya dengan hal-hal yang berbau animisme dan dinamisme mulai meninggalkan hal tersebut dan beralih dan percaya pada agama kristen. Penulis menggunakan buku ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan yang terjadi pada Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat. Masykur Ar. dalam Sistem Kepemimpinan Masyarakat Pedesaan Jambi(1983) menjelaskan gambaran umum kepemimpinan dalam masyarakat pedesaan, dan pola-pola kepemimpinan dalam masyarakat baik dalam bidang sosial, ekonomi, agama dan pendidikan. Penulis menggunakan buku tersebut untuk mengetahui pola dan konsep Perubahan kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat. Kartini Kartono dalam Pemimpin dan Kepemimpinan (2000) menjelaskan tentang konsep, teori, model, tipe, dan contoh pemimpin dan kepemimpinan, serta bagaimana cara untuk mencapai kepemimpinan tersebut agar dapat menjadi pemimpin yang berhasil. Penulis menggunakan buku tersebut untuk memahami konsep, teori, Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat.

11 Soerjono Soekanto dalam Perubahan Teori Sosiologi Sosial (1980) menjelaskan tentang kehidupan masyarakat, bentuk-bentuk perubahan sosial, faktorfaktor yang menyebabkan perubahan kehidupan masyarakat tradisional. Perubahan sosial tersebut tentunya disebabkan oleh adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu dalam masyarakat. Penulis menggunakan buku ini untuk dapat memahami Perubahan yang terjadi pada Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Nias di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli Barat. Sairun dalam Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia ditinjau dari Perspektif Antropologi (2002) menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada masyarakat indonesia bagaimana dan perilaku bagaimana yang dapat menimbulkan berbagai perubahan dan berakibat pada dinamika sosial, sehingga memiliki hubungan dengan masalah yang dikaji. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sejarah agar proses penelitian dapat di lakukan secara efektif. Hal ini karena metode sejarah dapat diterapkan kearah pembahasan disiplin maupun sebagai sarana untuk memastikan fakta-fakta yang ada. Adapun metode sejarah yaitu meliputi: heuristik, verifikasi,

12 interpretasi dan historiografi. 14 Melalui metode ini di tentukan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah heuristik yaitu tahap mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan topik atau judul penelitian berupa data atau fakta-fakta baik secara tulisan maupun lisan. Dalam langkah ini penulis melakukan penelitian pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui bukubuku, artikel-artikel, arsip-arsip yang berhubungan dengan topik penelitian yang di kaji. Sumber-sumber ini diperoleh dari Museum Pusaka Nias, Perpustakaan Daerah, Perpustakaan USU, koleksi personal dan arsip-arsip serta laporan yang di miliki oleh pemerintah kelurahan-kelurahan yang terdapat di kawasan Nias. Penulis juga melakukan penelitian lapangan berupa wawancara dengan beberapa informan yang dapat memberikan keterangan dalam penelitian ini sebagai informasi. Langkah yang kedua dilakukan adalah kritik sumber atau verifikasi. Proses ini adalah merupakan langkah penulis untuk menggiring hasil tulisan menjadi objektif dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Kritik terbagi menjadi dua yaitu; Kritik ekstern adalah penyelidikan terhadap sumber yang diperoleh dengan meneliti keadaan luar dari sumber-sumber yang digunakan, apakah sumber yang di gunakan otentik atau tidak. hlm Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1985,

13 Kritik intern adalah menyelidiki isi dari sumber yang di peroleh. Dalam hal ini, sumber-sumber yang telah terkumpul dikaji, yang merupakan fakta historis yang meliputi isi, bahasa, situasi dan lain sebagainya. Tahapan selanjutnya adalah interpretasi atau penafsiran sejarah yang sering disebut analisis sejarah. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh telah dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data-data dari informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada. Tahapan yang terakhir adalah historiografi, yaitu merupakan pemaparan atau penulisan laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan atau bisa juga disebut penyusunan kesaksian atau sumber-sumber yang dapat dipercaya menjadi kajianyang menarik dan berarti, secara kronologis dan rasional.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara sedang berkembang masyarakatnya berada dalam katagori transisi. Masyarakat mulai bergeser dari pola kehidupan tradisional menuju ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang memiliki aneka ragam suku, adat istiadat dan warisan budaya yang berbeda beda.warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO Menimbang : a. Bahwa kawasan Kerom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa dulu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin berkembang. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN CROSS AND ADU MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN Sudah siap membahas Kondisi Ono Niha sebelum Kekristenan? KATANYA: BERASAL DARI TETEHOLI ANA A YANG DITURUNKAN DI GOMO SIHAYA-HAYA, DAN KEMUDIAN MENYEBAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan

BAB I PENDAHULUAN. kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti I. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Penggunaan metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting, hal ini dikarenakan metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai sekarang masih mempertahankan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan diyakininya,

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Adat adalah prilaku yang terus menerus dilakukan yang akan menimbulkan kebiasaan pribadi, kebiasaan pribadi kemudian ditiru oleh orang lain lambat laun orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat Langkah, yaitu heuristik, verifikasi (kritik), interpretasi,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang datanya dianalisis secara naratif dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian sejarah

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Pertanggungjawaban Pidana dalam Tindak Pidana Pencurian Benda Purba Dikaitkan dengan Pasal 362 KUHP JO Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya 1 Tubagus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam sebuah organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia ditempatkan sebagai unsur penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai Provinsi dalam perkembangannya telah menjalani proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai Provinsi dalam perkembangannya telah menjalani proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara sebagai Provinsi dalam perkembangannya telah menjalani proses yang sangat panjang. Dari satu periode keperiode berikutnya telah mengalami berbagai perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman budaya adalah keunikan yang ada dimuka bumi belahan dunia dengan banyaknya berbagai macam suku bangsa yang ada didunia,begitu juga dengan keragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. /

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. / Winda Setya M. / 14148128 Najwa Ilham K. /14148157 Masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada banyak teori tentang asal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat sekarang ini, masalah dalam kehidupan sosial sudah semakin kompleks dan berkepanjangan, dimana terdapat beberapa aspek yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo, SH di Kecamatan Baki Sukoharjo Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci