BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Kata motivasi sering diartikan sebagai daya dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Motivasi diartikan sebagai daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2007: 75) berpendapat bahwa motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila seseorang tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Sagala (2010: 100) berpendapat bahwa dapat dipahami suatu variabel peyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme yang m embangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar, dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hasil. Siswa harus memperhatikan informasi yang relevan, maka siswa telah siap untuk menerima pelajaran. Belajar jika tidak ada niatan dari dalam diri seseorang atau dari luar diri seorang maka tidak akan menghasilkan yang menguntungkan bagi pengetahuan seseorang. Sehubungan dengan hal itu menurut Uno (2013: 8

2 9 3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang di landasi tujuan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Suprijono (2013: 163) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah dorongan-dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan tahan lama. Motivasi belajar menurut beberapa ahli di atas adalah merupakan suatu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa. Belum tentu siswa yang cerdas bisa berhasil, misal jika ia tidak memiliki motivasi yang kuat untuk berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, jika siswa yang asalnya tidak terlalu pintar namun siswa memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk maju dan berhasil dalam belajarnya. Untuk itulah tugas utama guru selain memberikan materi berupa pengetahuan yang baru bagi siswa, guru juga harus memperhatikan, mengetahui mo tivasi belajar yang ada pada diri siswa.

3 10 Tugas guru tidak hanya memberikan materi ajar, tetapi sekaligus sebagai fasilitator, pembimbing, teman bagi siswanya. Hal itu sangat berguna bagi guru karena jika seorang guru telah mengetahui motivasi belajar siswa maka akan mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi dengan motivasi yang ada pada diri siswa. b. Fungsi Motivasi Motivasi dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak di dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Sehingga motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapean prestasi. Sadirman (2007: 85) mengemukakan bahwa fungsi motivasi : 1) Mendorong manusia untuk berbuat. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Berdasarkan fungsi motivasi tersebut siswa akan lebih terdorong dalam mengkuti pembelajaran sehingga prestasi belajar akan lebih meningkat. c. Prinsip-prinsip Motivasi Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran. Sardiman (2007: 85) menjelaskan prinsip-prinsip dalam memberikan motivasi belajar yaitu: 1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman. 2) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi. 3) Semua pelajar mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus mendapat kepuasan.

4 11 4) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. 5) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas pelajar. Prinsip-prinsip motivasi tersebut diharapkan membuat siswa agar lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi siswa lebih meningkat. d. Cara Membangkitkan Motivasi Motivasi nerupakan aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Guru menjadi salah satu faktor pendukung bagi seorang peserta didik dalam mencapai keberhasilanya. Menurut Nanang (2012: 28) ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar, yaitu: 1) Peserta didik mempeoleh pemhaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran. 2) Peserta didik memperoleh kesadaran diri (self consciousness) tahap pembelajaran. 3) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara ling and match. 4) Memberi sntuhan lembut (soft touch) 5) Memberikan hadiah (reword) 6) Memberikan pujian atau penghormatan 7) Peserta didik mengeta hui prestasi belajarnya 8) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat 9) Belajar menggunakan multimedia 10) Belajar menggunakan multimetode 11) Guru yang kompeten dan humoris 12) Suasana lingkungan yang sehat Munandar (1992) dalam Uno (2013: 21) menggungkapkan ciri-ciri indikator motivasi peserta didik diantaarnya sebgai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja trus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. 4) Ingin mendalami bahan,/bidang pengetahuan yang diberikan.

5 12 5) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya) 6) Menunjukan minat dengan bermacam-macam masalah. 7) Senang dan rajin belajar, penuh semangat, tidak pernah bosan dengan tugas tugas rutin, dapat dipertahankan pedapatpendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut). 8) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Senang mencari dan memecahkan soal-soal. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan kuat yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu hal yang ada dalam pikiranya. Keberhasilan siswa dapat dicapai dengan menumbuhkan kembengkan motivasi yang ada di dalam diri siswa tersebut. Guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa hendaknya selalu berfikir inovatif dan kreatif dalam mengemas kegiatan belajar mengajar, sehingga motivasi belajar siswa dalam belajar dapat meningkat. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses. Pengertian prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 137) adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun secara kelompok, selain itu pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Mulyasa (2013:189) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Yung Feng et.al (2013: 52) juga

6 13 berpendapat dalam jurnalnya bahwa Learning achievement is about how success the learner can master the materials of the learning object. Prestasi belajar adalah tentang bagaimana keberhasilan pelajar dapat menguasai materi dari objek pembelajaran. Berdasarkan penjelasan tentang beberapa para ahli di atas, maka betapa pentingnya memahami dan mengetahui prestasi peserta didik. Sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang study tertentu, tetapi sebagai pendidikan kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik dari guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran dari penilaian hasil belajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol huruf maupun kalimat untuk menyimpulkan hasil yang sudah dicapai. Cronbach (Arifin, 2013: 13) mengemukakan bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain: 1) Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar 2) Untuk keperluan diagnostik 3) Untuk keperluan imbingan dan penyuluhan 4) Untuk keperluan seleksi 5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan 6) Menentukan isi kurikulum 7) Menentukan kebijakan sekolah b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Taheri Mahdokht dkk (2015) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor sosial budaya, faktor lingkungan sekolah, faktor ekonomi, dan faktor lingkungan keluarga.

7 14 Keterlibatan orang tua mungkin memiliki arti penting dalam kegiatan berbasis sekolah anak-anak mereka. Kegiatan ini mungkin melibatkan kontak dengan guru, memeriksa kehadiran anak di sekolah. Ahmadi dan Supriono (2013: 138) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yakni faktor dalam diri (faktor internal) ataupun dari luar (faktor eksternal) dari individu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu: 1) Faktor Internal adalah: a) faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. b) faktor psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh melalui usaha, yaitu terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dari bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motifasi, emosi, penyesuaian diri. 2) Faktor Eksternal adalah: a) Faktorsosial yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat

8 15 (4) Lingkungan kelompok b) Faktor kebudayaan seperti adat, istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi dan kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. d) Faktor spiritual atau keagamaan berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting diajarkan pada jenjang SD, pembelajaran IPS menurut Susanto (2013: 143) pendidikan IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS juga dikemukakan oleh Soemantri dalam Sapriya (2011: 9) bahwa IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu pengetahuan sosial mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS sebagai program pendidikan tidak hanya konsep dan tidak hanya hadir sebagai pengetahuan, tetapi juga, yang merupakan bagian paling penting mendidik para siswa untuk menjadi warga dan masyarakat yang mengetahui hak dan kewajiban, serta memiliki tanggung jawab yang luas dan kesejahteraan kolektif. Berdasarkan

9 16 pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa IPS merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang masalah dan kehidupan yang terdapat dimasyarakat yang memiliki cangkupan yang sangat luas. b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan lingkungan, dengan lingkungan yang terus berubah dan mengalami perkembangan maka pelajaran ilmu pengetahuan sosial ini dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Tujuan pembelajaran IPS dalam Permendinas nomor 22 tahun Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program IPS disekolah dapat berjalan dengan baik. Rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut menurut Mutakin (Puskur, 2006: 4). 1) Memiliki kesadaran dan keperdulian terhadap lingkunganya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar yang mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial

10 17 yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkembang dimasyarakat. 3) Mampu menggunakan model model dan proses berfikir serta membuat keputusan berfikir menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri gar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator didalam lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi. 8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupanya to prepare Students to be well-functioning citizens in a democratic society dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. 9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi IPS yang diberikan. Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 18) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kegidupan masyarakat dan lingkunganya 2) Memiliki kemampuan dasaruntuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masyalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3) Memiliki komitmen dan kesadaran dalam nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama dan bekompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Mengacu dari pendapat-pendapat di atas mengenai tujuan pembelajaran IPS maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS diajarkan dari tingkat pendidikan yang rendah sampai yang tinggi bertujuan untuk membentuk manusia yang mampu bertahan atau

11 18 berkembang didalam masyarakat dengan segala permasalahanpermasalahan yang ada di dalamnya. c. Materi Pelajaran IPS Standar Kopetensi : 2.3 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi,dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten atau kota dan provinsi Kompetensi Dasar : 1. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian teknologi produksi, transportasi, dan komunikasi 2. Mendeskripsikan perkembangan teknologi teknologi produksi, transportasi dan komunikasi 3. Menyebutkan contoh perkembangan teknologi produksi, transportasi dan komunikasi 4. Menyebutkan kekurangan dan kelebihan perkembangan teknologi transportasi. 5. Menceritakan pengalaman mengunakan teknologi produksi, transportasi dan komunikasi.

12 19 4. Pembelajaran Kooperatif Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatau siskap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan kelompok dari anggota sendiri. Solihatin (2009: 4) berpendapat bahwa Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas dalam suasana bersama diantara sesama kelompok. Suprijono (2013: 54) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luar meliputi kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang dipimpin oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Utama et.al (2013: 5) berpendapat bahwa: Cooperative learning encourages students to verbalize their ideas and to compare them with ideas and feeling of other students. This approach also improves students self esteem, positive interpersonal relations with others students, motivation to gain good mark, and positive attitudes towards schools. Maksud dari pernyataan di atas bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk memverbalisasi ide-ide mereka dan membandingkannya dengan ide-ide dan pendapat siswa lain. Pendekatan ini juga meningkatkan hubungan interpersonal yang positif dengan siswa lain,

13 20 motivasi untuk mendapatkan sesuatu yang baik, dan sikap positif terhadap sekolah. Arends (2008: 21) berpendapat bahwa langka-langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi yang akan disampaikan. b. Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini guru mempresentasikan materi pembelajaran kepada siswa secara verbal atau dengan teks. c. Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini guru menjelaskan kepada siswa tata cara membentuk tim-tim belajar dan membantu kelompok untuk melakukan transisi yang efisien. d. Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, pada kegiatan ini guru membantu tim-tim belajar selama mereka mengerjakan tugas di dalam pembelajaran. e. Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini guru menguji pengetahuan siswa tentang berbagai materi belajar atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil-hasil kerjanya. f. Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mencari cara untuk mengakui usaha dan presentasi individual atau kelompok. Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam suatu kelompok. Pembelajaran kooperatif dimagsudkan agar satu kelompok dapat bekerja sama sehingga tidak ada yang berperilaku individu. 5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Model pembelajaran tipe snowball throwing ini meruapakan salah satu strategi pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelaksanaanya banyak melibatkan siswa. Peran guru dalam proses kegiatan belajarnya hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya menertibkan jalanya pembelajaran. Keaktifan siswa akan terlihat

14 21 dalam proses pembelajaran snowball throwing ini, dimana siswa akan berlatih memberikan arahan kepada teman sendiri atau sebagai tutor sebaya. Snowball throwing merupakan strategi pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok. Siswa dilatih untuk terampil membuat, menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari, 2011:67). Menurut Hamid (2014: 230) snowball throwing adalah salah satu strategi pembelajaran yang menarik untuk diberikan kepada siswa. Strategi ini menyenangkan, menantang, dan mewajibkan peserta untuk menjawab pertanyaan. Suprijono (2013: 128) berpendapat bahwa langkah-langkah strategi pembelajaran snowball throwing sebagai berikut; 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temanya, 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan sutu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, 5) Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta ke peserta yang lain seama kurang 15 menit. 6) Setelah peserta didik mendapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7) Evaluasi 8) Penutup Sebelum menerapkan strategi pembelajaran snowball throwing, sebaiknya mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh strategi pembelajaran ini, Faturrohman (2015: 62) berpendapat sebagai berikut:

15 22 a. Kelebihan strategi pembelajaran snowball throwing yaitu: 1) Melatih kesiapan siswa. 2) Saling memberikan pengetahuan. b. Kelemahan strategi snowball throwing yaitu: 1) Pengetahuan tidak luas hanya berkuat pada pengetahuan sekitar siswa 2) Tidak efektif karena pembelajaranya memerlukan waktu yang lama Dari uraian di atas dapat disimpulkan strategi pembelajran snowball throwing ini akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman konsep siswa. Pemebelajaran akan memiliki suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, hal ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses belajar sehingga pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi yang dapat meningkat. Selain model pembelajaran sendiri, terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa, salah satunya motivasi belajar siswa. Dari peryataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung di dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar dalam memperoleh pengetahuanya secara optimal. 6. Teka-teki Silang Teka-teki silang merupakan salah satu permainan asah otak yang diminati banyak orang. Bukan hanya orang dewasa, permainan ini juga bermanfaat bagi anak, terutama untuk mengasah kemampuan otak. Biasanya orang mengisi teka-teki silang diwaktu luang dalam keadaan santai. Rantika dkk, (2015: 185) berpendapat bahwa teka-teki silang merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan

16 23 menulis. Media ini sangat mudah untuk dibuat oleh guru dan dapat digunakan untuk semua tingkatan, baik untuk pemula, menengah atau yang sudah lanjut, disamping itu juga materi yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Hidayati (2009: 121) juga berpendapat mengisi TTS bukan hanya sebagai hiburan di waktu luang, tetapi juga meningkatkan fungsi kerja otak, mencegah kepikunan dini, menambah wawasan, dan mengasah kemampuan berfikir cepat. Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam TTS menurut Silberman (2010: 256) adalah: 1) membuat kotak TTS sederhana; 2) membuat petunjuk untuk kata-kata dalam TTS; 3) membagikan kepada siswa, baik individual ataupun kelompok; dan 4) menentukan batas waktu pengerjaan. TTS dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, melihat fungsinya yaitu membangunkan saraf otak yang memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai. Dengan proses pembelajaran dalam keadaan santai, materi yang diajarkan akan lebih masuk dan mengena dalam otak sehingga pembelajaran lebih efektif (Erlinna, 2011). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan TTS merupakan sebuah permainan yang mengasah otak, dimainkan dengan cara mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk. Permainan ini memiliki banyak manfaat, tidak hanya sebagai hiburan, tetapi dapat menambah wawasan, meningkatkan fungsi kerja otak, mencegah kepikunan dini dan mengasah ketajaman otak. Mengingat

17 24 permainan TTS yang mudah, menyenangkan, dan berbagai manfaat yang diberikan, maka dapat dijadikan sebagai media sehingga siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan prestasi siswa menjadi meningkat. 7. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantu Media Teka-Teki Silang (TTS) Pada penelitian ini akan melakukan inovasi pembelajaran menggunakan strategi snowball trowing berbantu media TTS. Langkahlangkah implementasi tersebut sebagai berikut: a. Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan disajikan. b. Guru melalukan apersepsi dengan tanya jawab siswa tentang materi yang sudah disampaikan. c. Guru menjelaskan tentang cara permainan TTS. d. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok. e. Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini guru menjelaskan materi untuk menyusun TTS kepada semua ketua kelompok di depan. f. Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temanya. g. Setiap kelompok diberi lembar kertas kerja untuk membuat TTS sesuai materi yang disampaikan ketua kelompok.

18 25 h. Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, Siswa berdiskusi mengerjakan lembar kerja untuk membuat TTS dan diperbolehkan membaca materi dari buku. i. Guru membimbing siswa dalam menyusun lembar kerja TTS. j. Kertas yang berbentuk TTS dibuat seperti bola dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok lain. k. Setelah mendapatkan bola kertas, kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengisi dan menjawab pertanyaan berupa TTS. l. Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini, setiap kelompok mempresentasikan jawaban dari pertanyaan yang telah di dapat berupa TTS secara bergantian. m. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran. n. Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mengadakan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. o. Guru memberikan tindak lanjut atau umpan balik berupa pekerjaan rumah (PR). B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang terkait dengan model pembelajaran snowball throwing dan media Teka Teki Silang (TTS), diantaranya: Ahiriyah (2011) dengan judul penelitianya Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas guru dalam pembelajaran IPS. Hal ini

19 26 ditunjukan dengan meningkatnya aktifitas guru pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus I adalah 2,5 sedangkan pada siklus II 3,0 dan pada siklus III adalah 3,4 yang termasuk kategori sangat baik. Model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus I adalah 3,0 sedangkan pada siklus II adalah 3,53 dan siklus III adalah 3,56 yang termasuk kategori sangat baik. Model pembelajaran snowball throwing juga dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siklus I adalah 60%, pada siklus II adalah 73,9% dan pada siklus III adalah 84,7%. Peneliti yang terkait dengan penerapan model snowball throwing selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi. dkk (2015) dengan judul penelitian Pengaruh Model Snowball Throwing Berbantu Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA. Penelitian juga dapat dijadikan salah satu reverensi yang mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelompok esperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran snowball throwing berbantu media multimedia interaktif cenderung tinggi, hal ini di tunjukan dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Fathonah dkk, (2013) pada penelitian ini bahwa media TTS lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding media kartu pada pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika kelas VIII SMP N 2 Ngadirojo, Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil uji t-pihak kanan harga t hitung prestasi belajar aspek kognitif (1,861) dan aspek afektif (2,839) lebih besar dari t tabel (1,645).

20 27 Dari beberapa penelitian yang ada, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan media TTS dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran yang efektif untuk dilaksanakan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mata pelajaran IPS. Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat oleh guru dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, sekaligus dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Setelah kita ketahui bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. C. Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut: Pada kondisi awal sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS pembelajaran IPS di SD kelas IV, guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Kurangnya motivasi dan prestasi belajar IPS masih rendah khususnya materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Peserta didik belum menguasai materi atau kompetensi yang diinginkanya untuk mengatasi masalah yang dihadapainya. Adanya keinginan untuk belajar akan membuat kemajuan pada dirinya sendiri yang didorong oleh motivasi dari guru untuk memperoleh prestasi belajar dan hasil pembelajaran yang meningkat. Pembelajaran IPS harusnya menarik dan tidak membosankan sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa, dan diperlukan

21 28 pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru tetapi siswa lebih diikutkan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS, diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS yang terkesan rumit, dan kurangnya motivasi belajar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Karena proses pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa bersemangat dalam pembelajaran, bahkan hasil belajar IPS materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi akan meningkat. Adapun kerangka pikir penggunaan strategi pembelajaran snowball throwing berbantu media TTS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada bagan Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Kondisi Awal Siswa kurang tertarik pada pelajaran IPS, motivasi dan prestasi belajar rendah. Tindakan Siklus I Guru menggunakan strategi snowball throwing pada siklus I untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Tindakan Siklus II Guru menggunakan strategi snowball throwing pada siklus II untuk meningkatkan motivasi dan prestasi Kondisi Akhir Penggunaan strategi snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi Observasi Refleksi Gambar 2.1 Kerangka Pikir

22 29 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS dapat meningkatkan motivasi siswa pada kelas IV SD tentang materi pekembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. 2. Melalui model pemebelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD tentang materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Aunurrahman, 2010: 12) berpendapat bahwa usaha dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. (Aunurrahman, 2010: 12) berpendapat bahwa usaha dalam mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan antarnegara semakin ketat. Menghadapi persaingan tersebut diperlukan sumber daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Berikut ini penulis akan mengkaji pendapat para ahli sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING A. Pengertian dari model pembelajaran Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam keberlangsungan masa depan hidup suatu bangsa, maju atau tidaknya suatu bangsa dapat ditandai dengan maju ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 4 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan (Oemar Hamalik, 2008). Hasil belajar menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu 153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu meletakkan posisi guru dengan tepat sehingga guru mampu memainkan perannya dengan tepat sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing a. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memerlukan inovasi agar pembelajaran berjalan lebih bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Manusia pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan untuk pembentukan kualitas siswa dalam segi kognitif, psikomotorik dan afektif. Lebih lanjut, IPA umumnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Snowball Throwing 1. Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Arahman (2010:3) mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Surakarta, Indonesia ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN PUSTAKA a. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SLB sampai SMP/MTS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (UU Sisdiknas Pasal 37 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia yang lebih baik lagi dan berkualitas. Akibat pengaruh itupendidikan mengalami kemajuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6 sampai 12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah

Lebih terperinci

Diajukan oleh: DESI KUSUMA NURDINI A

Diajukan oleh: DESI KUSUMA NURDINI A PENERAPAN STRATEGI PEMBELJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA TEMA 6 SUBTEMA 2 KELAS IV SD NEGERI 2 TRUCUK KLATEN TAHUN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.1 Pengertian IPS Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS. Sapriya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,

BAB I PENDAHULUAN. dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik adalah salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan (Mathematics is the queen of the sciences), maksudnya ialah bahwa matematika itu tidak bergantung kepada bidang studi lain;...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Cek Kosong a. Pengertian Teknik Pembelajaran Hamdani menjelaskan bahwa teknik pembelajaran diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Dilain sisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan fondasi penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu dorongan untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pembelajaran Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 88 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa

Lebih terperinci